Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo (Indonesia):Jilid 9 Bab 4

From Baka-Tsuki
Revision as of 14:43, 8 January 2020 by Ka-el (talk | contribs) (Created page with "==Bab 4 - Pesta teh Kuro Usagi bersama pendatang== thumb Vas yang berisi satu ranting pohon sakura berden...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Bab 4 - Pesta teh Kuro Usagi bersama pendatang[edit]

Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo v9 p149.png

Vas yang berisi satu ranting pohon sakura berdenting keras saat diletakkan di atas meja.

Setelah pesta perayaan perpisahan Shiroyasha yang diadakan tujuh hari tujuh malam penuh, wilayah sekitar teritori [No Name] mulai kembali dalam kedamaian.

Kuro Usagi menutup almari yang berisi kostum yang disiapkan untuk digunakan sebagai wasit sembari mendesah berat sambil mengenang.

"Sepertinya kamar ganti ini tidak dibutuhkan lagi. . ."

Lagi pula, pekerjaan sebagai wasit dalam permainan hanyalah pekerjaan lain yang terpaksa harus ia terima demi keberlangsungan keselamatan mereka.

Awalnya, dia tidak mampu melakukan pekerjaannya karena harga dirinya. Itu tidak dapat dielakkan jika dia, kelinci yang termasyhur sebagai [Bangsawan Taman Mini] akan menolak ide memainkan badut.

Namun ketika memikirkan hari-hari itu, ini mungkin Ujian lain yang diberikan oleh Shiroyasha.

Kenyataan bahwa Shiroyasha ingin membantu keselamatan [No Name] selama masa-masa itu ketika mereka bahkan harus mengkhawatirkan persediaan makanan esok hari dan mengontrak Kuro Usagi dengan tawaran pekerjaan yang memberikan biaya berlebih. Hanya pekerjaan ini saja yang mencukupi pemasukan untuk menghidupi seratus dua puluh anak.

"Meski awalnya enggan menerimanya, Kuro Usagi masih mampu bertahan hingga sekarang. . . Ini mungkin tidak terlalu jauh dari kebenaran untuk menggambarkan pakaian-pakaian itu menjadi benda yang menarik kami [No Name] melewati masa-masa itu."

Tapi sekarang, dengan Shiroyasha meninggalkan tingkat rendah, kamar ganti ini juga tidak akan berguna.

Selain itu, tidak peduli apapun pekerjaannya, terasa sepi ketika harus mengakhirinya setelah terbiasa.

"Tapi, wow. . . Kuro Usagi sungguh sudah memakai berbagai macam pakaian," dia dengan lembut menyentuh almari setelah berseru kecil.

Walaupun terasa memalukan untuk memakainya, mungkin tidak masalah sering memakainya sebagai hobi kecil. Lagi pula, seluruh kostum itu dibuat dengan bahan-bahan terbaik dan mirip dengan gaun Asuka yang dijahit pas dengan ukurannya, seluruh pakaian itu dijahit dengan tangan.

Sambil mencari pakaian santai, ada ketukan kecil di pintu.

*Tok tok* “Kuro Usagi, lagi senggang?"

“Izayoi? H'em, iya.”

Kuro Usagi menegakkan telinga kelincinya karena kunjungan dadakan.

Namun dia lebih terkejut begitu pintu dibuka. Dan itu karena Asuka dan Yō membawa seteko teh hitam dan makanan ringan ketika mengikuti Izayoi dari belakang.

"Terima kasih atas kerja kerasnya di pesta perpisahan. Pasti berat mengikuti Shiroyasha, kan?"

"Jadi, kalian datang untuk menghadiahi Kuro Usagi dengan teh?"

“H'em. Sebagai hadiah untukmu dan untuk mengadakan pesta teh secara bersamaan." Yō mengambil kue kering setelah mengatakannya.

Tapi Kuro Usagi tidak gelisah karena itu.

Kuro Usagi tidak menyangka jika bocah rusuh akan menghadiahinya atas kerja kerasnya. Dan bagi Kuro Usagi yang terbiasa terikat oleh langkah si trio, ini mirip dengan fenomena tak biasa seperti adanya petir dan hujan di hari yang cerah.

Menggoyangkan telinga kelincinya dengan senang, Kuro Usagi menyiapkan meja dan kursi untuk si trio.

"Silakan duduk! Jika kalian tidak keberatan dengan kamar yang dipenuhi debu dari Kuro Usagi yang sedang merapikan almari!"

"Penuh debu?"

"Baiklah, lupakan."

“Yep.”

*Drrtttt!* [suara kursi ditarik]

“Oi, kalian beneran pergi?!'

"Mana mungkin?"

Ketiganya duduk ketika menggoda Kuro Usagi.

Jajan yang mereka bawa adalah kue dengan selai stroberi dan teh yang dimasak dari rempah-rempah yang tumbuh di halaman belakang. Berkebalikan dari sikap bocah rusuh, Kuro Usagi membiarkan dirinya bahagia ketika terharu atas perhatian mereka setelah menyiapkan hadiah ini.

"Kalau dipikir-pikir, dulu kalian juga mengadakan pesta teh, kan?"

"H'em h'em. Kami pernah mengadakannya sekali di [Underwood]."

"Kami memutuskan untuk membiarkan Kuro Usagi bergabung dengan perkumpulan kecil kami kali ini."

Kuro Usagi mengangguk mendengarkan jawaban dari Asuka dan Yō. Terlebih, dia sangat ingin mengikuti pesta teh semacam ini.

"Kalau begitu, tanpa menunggu lama lagi, ayo mulai sekarang! Penyelenggaraan pesta teh kedua pendatang!"

*Waa~, Plok plok plok* Para gadis bersorak serempak.

Izayoi terkejut dengan perkembangan pesta teh yang semakin mendekati istilah pesta gadis, namun dia menganggapnya sebagai kesempatan untuk mengklarifikasi sesuatu yang bekerja di Dunia Taman Mini. Mengambil sebuah kue lalu menggigitnya, dia mengajukan pertanyaan tanpa pikir panjang.

"Kalau begitu, aku duluan.—Ada satu yang menarik perhatianku sejak lama. Bukannya anak-anak [No Name] perlu sekolah?"

Mendengar pertanyaan Izayoi, Kuro Usagi bersedekap dengan mendeham.

"Sekolah. . . Maksudmu memasuki kelas, kan? Pernah ada kelas yang diadakan di [No Name] tapi sekarang menjadi tugas Kuro Usagi untuk menjadwal dimana semuanya akan berkumpul di dalam kelas."

“Ara, itu mengejutkan, Kuro Usagi adalah guru?"

“YES! Meski dibilang begitu, itu hanyalah bidang normal dalam menyebarkan nilai-nilai moral. Ada banyak hal lain yang tersisa untuk Komunitas khusus yang menangani aspek pendidikan seperti ritual untuk agama tertentu. "

“Terus, kalau belajar teks agama apakah di kuil keagamaan?"

"Itu benar. Dan banyak upaya telah dilakukan oleh faksi Budha. Tingkat usaha mereka terlalu banyak sampai titik "rehabilitasi Raja Iblis untuk memasuki agama Buddha"!"

"Kedengarannya bagus. Kayaknya kita harus daftarin pelayan bintik kita ke kurikulum itu, kan?" Izayoi berkomentar dalam candaan ketika yang lain tertawa bersamanya.

Jika itu mampu mengubah kepribadian tak tahu terima kasihnya yang terlihat salah dalam segalanya, itu mungkin hal baik untuk memasukkannya ke dalam Buddha.

"Meski bukan saran buruk. . . Namun arah dasar kami adalah mendidik kelas pemula partisipan (Pemain) dan taktisi (Pengendali Permainan)."

Dan di dunia ini, pendidikan akan diserahkan kepada penilaian dan tanggung jawab komunitas.

Izayoi terkesan ketika melanjutkan, "itu berarti, nggak ada pendidikan wajib di sini, kan? Meski kayaknya bagus pada aspek kebebasan memilih, tapi apa beneran berguna bagi komunitas?"

"YES! Mengesampingkan jenis komunitas, itu jelas bukan masalah bagi komunitas yang memiliki Pemain tingkat pertama."

"Benarkah?" Yō melemparkan pertanyaan sambil memasukkan kue ke dalam mulutnya.

"Seluruh anak lelaki dan gadis di Taman Mini bercita-cita terhadap mimpi berdiri di panggung indah sebagai Pemain tingkat pertama suatu hari nanti. Terlebih, ketika melihat punggung seseorang yang terkenal, itu akan menghasilkan pemikiran bergejolak seperti "aku ingin jadi seperti dia", yang mendorong mereka untuk melatih diri sendiri. Karena itu, jika setiap dari kita menunjukkan keaktifan dalam partisipasi Permainan saat ini, akan menjadi pendidikan yang baik untuk mereka," Kuro Usagi mendongak dan membusungkan dada ketika membenahi posisinya.

Kuro Usagi menegakkan telinga kelincinya dengan suara *Bishi*.

Aktif dalam Permainan Berhadiah dan mengibarkan bendera di langit sambil meneriakkan Namanya untuk menyatakan kemenangan.

Nama dan kebanggaan akan terwujud oleh pedang dan bendera.

Itulah kebanggaan yang akan menyebabkan anak lelaki dan gadis kecil untuk merasakan gejolak sambil menuntun mereka untuk berlatih sendiri.

". . .H'em. Efisiensinya nggak sempurna sih, tapi nggak buruk juga."

Izayoi mengangkat cangkir menuju bibirnya. Walaupun kata-katanya sedikit kasar, Izayoi tidak berpikir jika cara [No Name] menuju ke arah yang salah. Terlebih, dia pun memikirkan sesuatu di saat bersamaan—

Arah pendidikan Canaria tidak berubah bahkan setelah tiba di dunia berbeda.

Di sisi lain, Asuka mengeluarkan nafas keras dan panjang. Kemudian dia mengepalkan tinju ke dadanya sebagai motivasi untuk dirinya sendiri.

"Kalau begitu, mulai besok dan seterusnya, kita harus bekerja lebih keras. Kita tidak boleh membiarkan kelompok Senior dan Junior melihat kita sebagai rendahan."

“YES! Begitulah seharusnya!—Baiklah, sekarang, waktunya sisi Taman Mini yang bertanya."

Mengacungkan telinganya ke satu sisi, Kuro Usagi menatap mereka dengan ketertarikan terdalam.

Setelah mengunyah kue, dia memulai.

"Ini adalah sesuatu yang ada di dalam benak Kuro Usagi sejak lama. Mungkinkah jas yang Izayoi pakai—adalah pakaian terkuat legendaris yang dikenal sebagai "Gakuran"?!!"

Uhuk, Izayoi tersedak oleh teh hitam dan alasannya sudah jelas.

Bukan karena Kuro Usagi mengetahui pakaian murid Jepang dari kerah kaku seragam sekolah namun fakta bahwa dia menghubungkan "pakaian terkuat"=Gakuran.

Dan terlepas dari keinginan Izayoi untuk menyangkal anggapan itu, Yō bergerak lebih dulu ketika membahas topik itu.

"Kalau dipikir-pikir, di buku tua yang ayah tinggalkan. . . Selalu remaja lelaki dan perempuan yang memakai gakuran yang menyelamatkan dunia di dalam ceritanya."

“YES! Ada juga penampilan Pahlawan di Dunia Taman Mini yang memakai Gakuran dan pada tiga kesempatan juga! Dan mereka menyebut diri mereka sebagai "Bancho"!"

“Oh, benarkah? Kalau begitu buku-buku itu pasti ditulis dari kejadian nyata."

Mana mungkin? Izayoi membalasnya dalam hati.

Izayoi tidak tahu kesalahan tafsir atau apapun dalam sejarah yang telah memanggil orang-orang itu, tapi kemungkinan juga itu adalah ulah dari pemanggil tidak diketahui yang telah memanggil mereja dengan niatan jahil.

Izayoi tersenyum masam ketika mulai membenahi kesalahpahaman mereka.

"Biar kujelasin sejak awal. Gakuran itu seragam yang dipakai di abad 20 Jepang. Seragamnya nggak punya kekuatan besar apapun."

“Aie? Benarkah?”

"Aah dan itu sudah kuno di generasiku. Satu-satunya alasan buatku pakai gakuren ini gegara orang yang keras kepala itu—Hmm, kita sudahi topiknya. . . Dan Kasukabe, yang kamu baca itu hanya cerita fiksi dan manga. Nggak nyata."

“. . .? Aku mengerti."

Walaupun Yō terlihat sedikit ragu ketika memiringkan kepalanya, dia tidak mengekspresikan penyangkalan dan memasukkan kue terakhir ke mulutnya.

Asuka yang melihat dari samping, bergumam dalam nada rendah ketika sampai dalam kesimpulan.

"Aku mengerti. Seperti dugaanku, pakaiannya sangat berbeda ketika di garis waktu kebudayaan berbeda."

"YES! Terutama pakaian luar yang Shiroyasha sukai sebagai bagian dari ketertarikannya. Pada akhirnya, Kuro Usagi dibuat untuk memakai banyak pakaian."

“Itu terdengar seperti gaya Shiroyasha."

“Ngomong-ngomong, jenis pakaian apa yang dia ingin kamu pakai?"

“Ada banyak sampai-sampai tidak terhitung oleh Kuro Usagi! Kombinasi Barat dan Jepang tidak perlu disebutkan, ada juga seragam hukum spesifik, pakaian renang, bahkan setelan pria."

“Kuro Usagi jadi mannequin? Hobi yang sudah jelas sih itu."

Mata Kuro Usagi menatap jauh kali ini dan Izayoi tertawa gelak karena itu bukan masalah baginya.

". . . Tapi pakaian-pakaian itu tidak akan digunakan untuk sementara. Lagi pula, Putri Shiroyasha telah pergi."

Bergumam dengan suara kesepian, dia pun membuka almari.

Pakaian yang Shiroyasha kirimkan padanya tidak hanya kumpulan berbagai COSPLAY. Ada juga gaun yang terlihat indah dan pakaian yang akan membuat Kuro Usagi gembira.

Namun dalam situasi saat ini ketika dia tidak perlu melakukan tugasnya sebagai wasit, pada dasarnya itu berarti jika dia tidak punya kesempatan untuk memakai pakaian-pakaian itu lagi.

Yō yang terdiam setelah mengunyah kue terakhir, mendadak menengok ke dalam almari seolah memikirkan sesuatu.

". . . Almari itu, juga ada setelan untuk pria?"

“YES! Ada. . .?"

“Aku mengerti—Kalau begitu, mari ambil kesempatan ini untuk bermain-main, ya?"

Yō tersenyum simpul saat menatap ke arah Izayoi.

Izayoi menghapus senyumnya dan bergegas berdiri. Namun, dia terlambat.

Asuka lebih cepat menangkap maksud tatapan itu,

"Ara, itu saran yang hebat. Aku juga penasaran tentang mannequin besar ini," Asuka bergabung dengan tatapan penuh maksud pada Izayoi.

Kemudian tersadarlah Kuro Usagi.

"Dipikir-pikir, Kuro Usagi masih punya satu kewenangan untuk memerintah Izayoi. . . Dan saat ini adalah saat yang tepat untuk menggunakannya."

Ufufu, Kuro Usagi mengeluarkan Kartu Hadiahnya.

Kehilangan saat-saat melarikan diri, Izayoi mendecakkan lidahnya ketika mengangkat tangannya menyerah.

". . . Aku paham. Kuanggap ini sebagai perayaan pengunduran diri pekerjaan Kuro Usagi, lakukan saja semau kalian."

Izayoi duduk ketika memberi mereka izin.

Begitulah kemudian ketiga gadis tertawa bahagia ketika mengumumkan,

"Kalau begitu, ayo ganti nama pesta teh ini menjadi—Permainan berganti pakaian untuk Izayoi! Dan langsung saja, ayo mulai!"

*Plok plok plok plok plok*, para wanita mulai menggeledah almari setelah tepuk tangan meriah.

Melirik ke arah kelompok wanita yang senang sendiri, Izayoi mendongakkan kepalanya untuk melihat ke arah bulan sambil berpikir jauh di lubuk hatinya.

Ketika Shiroyasha kembali—Aku akan balas dendam.


Kembali Ke Halaman Utama