Ochitekita Ryuuou to Horobiyuku Majo no Kuni (Indonesia):Jilid 4 Prolog 1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Prolog 1[edit]

Yuuki, yang telah mengintai, kembali di papan udara dengan kecepatan penuh menuju Benteng Ein.

“Mereka datang, mereka datang, mereka datang! Pasukan dari Kerajaan Cassandra sedang menuju ke arah sini!”

Dengan cepat turun dari papan udara, Yuuki terbang di sekitar bagian dalam benteng dengan ketinggian rendah sambil berteriak dengan suara keras. Para penyihir, baik di dalam maupun di luar, mulai berlari setelah mendengar peringatan Yuuki. Yuuki mengenakan pakaian tipis sekali, tapi kurang-lebih ada penyihir mengenakan armor. Kendati begitu, armor mereka terbuat dari kayu atau kulit yang dibuat agar tidak mempengaruhi aliran sihir mereka. Para penyihir terus berkumpul satu demi satu di dalam ruang terbuka benteng. Naga, yang sudah tiba di sana, meminta Yuuki untuk memastikan posisi musuh.

“Berapa jumlah mereka?”

“Kalau tidak salah sekitar seribu.”

“Apa mereka membawa persenjataan berat untuk pengepungan istana?”

“Kukira itu katapel. Mereka memiliki 2, dan selain itu, 1 pelantak tubruk, kurasa.”

“Ada lagi yang menonjol?”

“Tidak juga.”

“Begitu? Terima kasih atas kerja kerasmu.”

Sambil melayang di udara, Yuuki mengalihkan pandangannya dengan wajah yang sedikit memerah.

“T….Tidak, aku belum melakukan sesuatu yang khusus, seperti biasa. Itu bukan sesuatu yang harus dipuji, terutama, bukan olehmu.”

“Melakukan apa yang harus dilakukan, bukankah itu harus dipuji?”

“Ah, benar juga. Nah, jika kau benar-benar ingin memujiku, bukankah seharusnya kau melakukannya semaksimal mungkin?”

(Bukan berarti aku melakukannya dengan iseng, tapi....)

“Selagi kita melakukannya, maukah kau pergi dan mengawasi pergerakan musuh sekali lagi?”

“Itulah yang kulakukan, jadi tak usah kau mengucapkan itu padaku.”

Angin berkumpul di sekitar papan udara Yuuki sambil menciptakan pusaran. Segera setelah itu, dia melonjak ke langit seolah memantul ke tanah dengan kekuatan yang tak kasat mata. Naga melihat ke papan udara yang menjadi lebih kecil di dalam langit yang agak berawan. Akhirnya, dengan mengalihkan pandangannya ke belakang dan mengarahkannya ke arah para penyihir saat ini, ia mengeluarkan instruksi secara berurutan.

“Eliushune akan memeriksa ulang apakah semua mantel tersedia untuk digunakan.”

“Kay, ikut dengan Eliushune.”

“Ikushina, Raibaha, bawa kuda-kuda.”

“Harrigan, kita akan mempersiapkan serangan mendadak. Perintah yang lain untuk membuka gerbang.”

“Vita juga, bisakah kau bantu aku?”

“Arurukan, pergi lepaskan hewan-hewan itu.”

“Ais, kau siap melempar batu, kan?”

“Mereka yang ditugaskan di garnisun benteng ini, ambil posisi.”

Menerima perintah Naga, para penyihir terus menyebar.

Tak lama kemudian, Raibaha membawa 2 kuda dengan kekangnya.

“Naga-sama!”

“Ohh, kerja bagus.”

Naga, yang dengan mudah menaiki kudanya sendiri, mengulurkan tangannya ke arah Vita.

“Tangkap!”

“Aku bisa sendiri.”

Mengatakan hal tersebut, Vita dengan ringan mendorong dari tanah.

Setelah tubuhnya dianggap menari tinggi di udara, dia dengan lembut menempatkan dirinya di atas pelana layaknya bulu jatuh.

“Ah, benar. Aku lupa kau bisa menjadikan dirimu ringan.”

“Betul. Kalaupun kuda itu tingginya hampir tiga meter, aku masih bisa menunggangnya dengan mudah.”

“Bahkan aku pun akan punya masalah menunggangi kuda setinggi itu!”

Naga membalikkan kuda itu setelah membalasnya.

“Bagus sekali. Mereka yang siap, ikuti aku!”

Begitu Naga menendang sisi kuda dan menarik kekangnya, dia berlari menuju gerbang.

Raibaha mengikuti kuda Naga.

“Ah~, Naga-san, tolong tunggu”

Ikushina, yang berangkat agak tertunda, mengejar mereka berdua sambil mengguncang rambut panjangnya yang diikat di punggungnya.

Belajar tentang gerakan Kerajaan Cassandra dari Yuuki, Naga menunda penyelidikannya ke dalam keadaan musuh dan mulai melakukan serangan balik. Seperti yang diperkirakan Naga, Kerajaan Cassandra akan cepat atau lambat datang untuk merebut kembali benteng mereka, akan tetapi, jumlah mereka kurang dari apa yang telah diantisipasi. Orang mungkin bisa mengatakan itu adalah Cassandra terbaik yang bisa dikirimkan sekarang, karena tampaknya mereka tidak memiliki kekuatan lain. Dengan kata lain – mereka melemah. Naga, yang berlari ke luar benteng, tahu ada sekitar seribu pasukan musuh mendekat.

(Kita bisa mengusir mereka kalau sebanyak itu. Setelah kita berhasil menangani Kerajaan Caesandra, mereka seharusnya tidak punya kekuatan cadangan yang tersisa untuk menyerang kita. Mereka mencoba untuk mengulur waktu, agar tidak membiarkan kita memperkuat pertahanan benteng ini dan membangun negara penyihir.)

Namun, Naga masih belum menyadari pasukan paling elite milik Ordo Ksatria Suci Gereja Lama, Brigade 88, dimasukkan.


Jalan utama yang membentang dari ibukota Kerajaan Cassandra ke Benteng Ein persis seperti jalan yang menghubungkan daerah pegunungan dan daerah berbukit. Hanya dengan hutan pegunungan dan tanah kosong yang ada di sekitarnya, tak ada kota atau desa, atau bahkan lahan yang dibudidayakan untuk dilihat. Rupanya, jalan itu konon awalnya digunakan oleh pedagang yang melakukan perjalanan di sepanjang Sungai Schwein dari Kota Lancel, yang terletak di dekat muara sungai. Bahkan Benteng Ein dibangun untuk melindunginya, dan belakangan ini, itu telah menjadi basis garis depan untuk melawan para penyihir. Di atas bukit yang sedikit lebih tinggi yang terletak di dekat jalan, ada sebuah pondok kecil yang didirikan di tempat penggalian. Pondok itu kemungkinan besar dibangun dengan terburu-buru, karena itu kira-kira selesai dan memiliki banyak retakan. Bahkan satu tanda kehidupan pun tak dapat dirasakan dari interiornya. Di dalam ruang kosong dan terkurung itu, hanya satu, mantel tipis tersebar di atas lantai. Namun, mantel itu mulai perlahan naik. Akhirnya, kepala Eliushune menjulur keluar dari dalamnya. Terlebih lagi, ketika mantel terus naik, tubuh Elysione sepenuhnya terwujud.

“Umm…. apakah kita sudah sampai?”

Sebuah suara dari dalam mantel terdengar.

“Ya.”

Kulit telanjang Eliushune menjadi terbuka saat dia menggulung mantel. Dia tak mengenakan apa-apa selain mantel, tapi itu hanya karena sifat keterampilannya, yang hanya memungkinkan dia untuk membawa makhluk hidup. Meskipun jelas bahwa logam menghalangi sihir, bahkan sepotong kain saja mampu menghalangi keterampilan seseorang. Itu sebabnya Eliushune takkan memakai seutas kapanpun dia menggunakan sihirnya. Di kakinya, Kay merangkak keluar dengan sikap menggeliat, tapi, dia juga sepenuhnya telanjang. Selama Eliushune menggendong seseorang, mereka akan bisa melakukan teleportasi juga, akan tetapi kondisinya adalah mereka harus telanjang.

“Bisakah aku memakai sesuatu?”

“Tidak ada apapun di sini.”

“Eh......?”

“Itu karena kita harus teleport ke mantel selanjutnya, cepat atau lambat. Mengenakan pakaian di setiap pemberhentian itu buang-buang waktu.”

Kay memandang Eliushune, yang mengenakan mantelnya, dengan wajah sedih.

“Tidak…. Apa maksudmu mengatakan aku harus tetap telanjang, sedangkan, tidak masalah bagimu untuk menutupi tubuhmu dengan mantel itu?”

“Bukankah kau selalu terlihat telanjang? Dan sekarang, kau merasa malu?”

“T, Tidak. Yah, itu mungkin benar, tapi..... tapi, kendati cuma tali saja, mengenakan sesuatu terasa berbeda dari tidak memakai apa-apa?”

“Berhenti mengeluh. Aku akan meninggalkanmu seperti itu di sini.”

Melihat bagaimana kepala Eliushune mulai tenggelam, Kay panik sambil membuat keributan. Bingung tentang fakta ditinggalkan seperti itu, Kay melompat ke Eliushune.

“Ah, hei, jangan gulung mantelnya!”

Sebagai hasil dari mantel yang digulung oleh Kay, setengah bagian bawah Eliushune menjadi terbuka.

“Biarkan aku masuk, biarkan aku masuk, biarkan aku masuk.”

Kay terkapar melalui bagian mantel yang digulung.

“Hei, tempat itu, ah, jangan memaksakan wajahmu di sana!”

“Mufun. Eliushune, aku tak tahu kau menggunakan rambut ini–”

  • Bang!*

“Ah, sakit tahu!”

“Sudah kubilang jangan memaksakan wajahmu di sana!”

Kay, yang menarik kepalanya dari mantel, dengan lembut mengusap bagian belakang kepalanya yang tertekuk.

“Jujur deh, jangan pukul aku yang kuat ini ketika aku tidak mengeras....”

“Diam. Aku beneran bakal meninggalkanmu kalau kau tidak patuh. Kutebak, kau akan menikmati berjalan-jalan seperti ini.”

“Uwaaa, tolong lepaskan aku dari itu.”

Kay membungkuk dengan sikap jinak ke arah Eliushune.

“Kalau kau tidak mau itu terjadi, maka patuhlah.”

“Baik.”

Kay merangkak di bawah mantel dengan tergesa-gesa, saat Eliushune menjulurkan ujungnya.

“Baiklah, mari kita teleport ke mantel selanjutnya.”

Beberapa mantel yang mengandung sihir Eliushune ditempatkan di sepanjang jalan utama, dalam keadaan darurat. Dengan mereka, bisa saja bagi Eliushune (dan satu orang lagi) untuk bergerak di sekitar jalan utama dalam sekejap waktu. Baru saja, Eliushune sedang memeriksa fungsi mantel, sedangkan, Kay ikut serta sebagai pengawalnya. Itu adalah pemeriksaan terakhir mereka.

“Ah, omong-omong,”

Kay mengangkat suaranya dari dalam mantel.

“Eliushune, jika Naga-san bertekad untuk melakukan penyusupan dan penyelidikan, akankah kau mengikutinya?”

“Tidak, aku penasaran soal itu. Itu belum diputuskan, tapi...”

“Jika sesuatu terjadi pada Naga-san, maukah kau melarikan diri bersamanya?”

“Kukira…. begitu.”

“Dengan kata lain, kau akan melakukannya meskipun itu berarti bagimu untuk menteleportasi Naga-san yang telanjang, kan?”

“Uuuuuuh……..”

Eliushune mengerutkan wajahnya sambil sedikit mengerang. Tentu saja, Kay, yang bersembunyi di dalam mantel dan menempel di pinggang Eliushune tidak bisa melihatnya, tapi,

“Apakah itu berarti kau akan bersedia untuk membawanya ketika berteleportasi? Terlepas dari telanjang bulat dan saling menempel?!”

“Aku, aku tidak mau memikirkannya, jadi jangan sentuh topik itu lebih jauh!”

“Eh? Kau tidak suka? Kau tidak mau melakukan hal-hal itu?”

“Mana mungkin aku mau?!”

“Eh~, kau benar-benar tidak tertarik melakukan itu? Meskipun aku iri padamu.”

Eliushune mengerutkan wajahnya lagi dan bertanya balik.

“I, iri padaku? Maksudmu berpelukan dengan seorang pria sambil telanjang?”

“Bukan, ini bukan soal seorang pria, tapi Naga-san, tahu. Bahkan aku benci memiliki seorang pria sebagai partnerku.”

“Jadi kau tidak keberatan selama itu Naga-dono?”

“Kau tahu, ketika Naga-san memberiku tumpangan, entah mengapa, aku merasa sedikit nostalgia setelah menempel di punggungnya. Kau bisa mengatakan bahwa ingatan ayahku kembali kepadaku?”

Eliushune membuat wajah tercengang kali ini.

“Kau, bisa mengingat hal-hal tentang ayahmu?”

“Haruskah kau menggambarkannya sebagai mengingat? Itu hanya sekedar fragmen dari ingatanku, tapi kau tahu….”

“Begitukah?”

“Itu sebabnya aku bertanya-tanya apakah aku bisa mengingat lebih banyak tentang ayahku, apakah aku harus memeluk Naga-san?”

“Saat telanjang?”

Kay menjawab dengan acuh tak acuh.

“Ya, saat sedang telanjang.”

Eliushune melihat ke bawah kakinya dengan ekspresi tercengang.

“Kalau begitu, aku bertanya-tanya apakah kau tidak seharusnya menaruh kepercayaanmu pada Naga-dono dan berkata ‘Mohon memelukku saat telanjang’, atau mungkin, akan lebih baik untuk telanjang dan menyusup ke kamar tidur pria itu?”

“Uhyaaa” – suara histeris dibangkitkan dari dalam mantel.

“Memang benar, itu memalukan. Itu terlalu memalukan, jadi ogaaaaah.”

“Hei, jangan berontak!”

Eliushune memarahi Kay, yang menempel padanya sambil menggoyangkan tubuhnya sendiri. Saat dia melakukannya, Eliushune menghela napas.

“Senang mengetahui bahwa kau punya rasa malu.”

“Uwaaa, aku baru saja diberitahu sesuatu yang kasar.”

“Ini bukan saat yang tepat untuk berbicara omong kosong, jadi mari kita pergi ke tujuan kita selanjutnya.”

“Ya, tolong lakukan itu~”

Mereka berdua menghilang dari pondok segera setelah kepala Eliushune tenggelam, dan satu-satunya yang tersisa adalah mantel yang tersebar di lantai.


Pada saat Eliushune dan Kay menyelesaikan pekerjaan mereka dan kembali, hanya satu kelompok yang bertanggung jawab atas menjaga rumah di sana. Mereka berdua teleport ke mantel yang telah ditempatkan paling dekat dengan tempat serangan balik yang diantisipasi. Di sana, kelompok Naga tengah bersiap-siap untuk melawan. Eliushune meninggalkan Kay yang telanjang di belakang dan berjalan menuju rekan-rekannya, setelah itu dia menerima pakaian ganti dan membawanya kembali kepada Kay. Meskipun pakaian pengganti, itu pakaian yang sama, biasa, ultra tipis. Tetap saja, bagi Kay, yang bisa menggunakan sihir yang mengeras, tidak perlu mempersiapkan armor, bahkan untuk pertempuran. Memakai pakaian dalam jumlah minimum, Kay mencapai Naga dan yang lainnya.

“Ooh, apa itu kau, Kay? Terima kasih atas kerja kerasmu.”

“Ahhhh, ya, kau juga.”

Ditatap di depan, Kay mengalihkan pandangannya seolah-olah merasakan sesuatu yang buruk.

“Apa? Apa ada masalah?”

Melihat Eliushune mendekat dari belakang Kay, Naga mengalihkan pandangannya ke arahnya dan bertanya.

“Apakah sesuatu yang buruk terjadi ketika kalian berteleportasi?”

“Tidak, aku tidak berpikir begitu.”

Eliushune menjawab sambil tersenyum lebar.

“Gadis itu, Kay, dia mungkin datang ke kamar tidur Naga-dono dengan permintaan, kurasa.”

“Ha? Apa maksudmu?”

Di depan Naga yang berkedip karena terkejut, Kay melompat ke Eliushune.

“Jangan katakan ituuuuuuuu!”

“KhKhey, jangan tutup mulut olang!”

Naga04 Illus-01.jpg

Kay menutup mulut Eliushune dengan tangan kanannya seolah mencoba meregangkan tubuhnya. Dia perlahan pingsan saat mengikuti gerakan Eliushune.

“Haruskah kau menyebutkan sesuatu tentang itu, aku akan menanggalkan mantelmu itu, oke? Dan jika itu terjadi, itu akan berada di depan Naga-san, tahu?”

“Itu bakaran masarah.”

“Dengan itu, payudara besar dan selangkangan tebal Eliushune akan benar-benar terlih——”

“Uwaaaaaaaa!”

Kali ini, giliran Eliushune untuk menutup mulut Kay.

“Kaw bakar mati karau menyatakan itu.”

“Karian dua.”

Eliushune dan Kay memblokir mulut lawan mereka sambil melotot satu sama lain.

Akhirnya, mereka berdua tersenyum pada wajah mereka yang tertarik dan mengangguk.

“Aku takkan menyentuh masalah itu lagi.”

“Aku pikir kita telah mencapai kesepakatan bersama.”

“Apaan sih? Sepertinya kalian berdua sudah saling akrab. Benar juga, apa Kay akhirnya membuka dirinya untuk orang lain?”

Ais, yang sedang menonton mereka bertiga dari tempat yang agak terpisah, sedikit menekuk lehernya.

“Sepertinya agak berbeda dari akrab, tapi, yah, kurasa itu hal yang baik bagi para penyihir dari kedua klan untuk menjadi dekat satu sama lain.”

Ais bisa merasakan ini adalah hasil dari mengantarkan Naga. Bukankah penting bagi seseorang untuk bergaul dengan orang yang berbeda pandangan dan martabat? Hidup dalam satu klan dan berpegang pada keyakinan seseorang, bukankah itu berubah menjadi kelemahannya sendiri? Menerima orang luar, mengadakan percakapan dan berpikiran terbuka terhadap orang itu, baru-baru ini, Ais bertanya-tanya apakah poin-poin itu tidak penting.

(Kemudian, bukankah kita harus membentuk hubungan kekerabatan dengan orang-orang dari luar? Jika itu anakku dan Naga-san, itu pasti akan terlahir sebagai penyihir superior..... Apa, uwaaa?! Ya ampun, apa yang aku pikirkan?!)

Ais mengalihkan pandangannya dengan paksa ke tumpukan batu di dalam kandang.

(S, S, S, Sekarang kita harus memprioritaskan dan fokus pada serangan balik kita melawan Kerajaan Cassandra. Tidak ada waktu untuk memikirkan hal lain. Tidak ada waktu sama sekali. Tenang, aku.)

Dia menghirup napas dalam-dalam. Ais telah berulang kali melakukan latihan lemparannya selama berhari-hari seperti ini. Dia telah mampu melempar batu besar pada jarak lebih jauh dari 270 meter. Belum lagi, tujuannya telah membaik juga. Tapi, Ais tidak bisa mengenakan armor karena dia harus meningkatkan tubuhnya dengan sihirnya. Karena itu, dia harus mengenakan pakaian tipisnya yang biasa dan menyuruh seseorang berdiri di sampingnya untuk menghalau anak panah. Namun sisi baiknya, Ais memiliki kemampuan ofensif yang hebat.

Kali ini, orang yang bertugas mengawasinya adalah Nonoeru. Selama dia dekat dengan air, Nonoeru bisa menjauhkan anak panah terbang dengan perisai yang dibuat dari membran air. Memegang seember air di tangannya, Nonoeru bersiaga di samping Ais. Dia juga mengenakan pakaian ultra tipis karena sifat sihirnya.

(Ketika aku mengamati penampilan mereka, entah mengapa, rasanya aku akan kehilangan minatku dalam pertempuran ini, yang merepotkan. Kendati begitu, ini adalah pemandangan yang bagus)

“Naga, kenapa lihat-lihat?”

Harrigan, yang telah selesai menyiapkan boneka-boneka kayu, mendekatinya.

“Meskipun itu sama seperti biasanya, aku masih tidak bisa setuju dengan penampilanmu, yang tidak tepat untuk pertempuran.”

Bagi Harrigan memindahkan boneka menggunakan sihirnya, dia juga harus mengenakan pakaian yang sangat tipis.

“Logam membatalkan sihir kami, jadi tidak dapat dihindari bahwa kami tidak bisa mengenakan armor sama sekali. Omong-omong, bukankah itu alasan yang membuatmu makin senang?”

“Yah, seperti yang kaubilang.”

“Aku sadar akhirnya kau menjadi jujur, bukan?”

Rambut hitam-kebiruan Harrigan yang melimpah melayang di udara.

“B, bukan, bukan hanya aku? Secara umum, semua pria akan senang dengan fakta itu? Benar, Raibaha?”

Raibaha, yang bersiaga di belakang Naga, menangkap sekilas Harrigan dan memalingkan pandangannya dengan tergesa-gesa.

“T...... Tolong jangan tanya aku untuk persetujuan.”

“Yah, kurasa aku akan membiarkanmu.”

Karena rambut Harrigan jatuh mengendur, mereka berdua mendesah lega.

“Omong-omong, tidak apa-apa bagi kita untuk sepenuhnya mengikuti sesuai rencana, kan, Naga?”

“Dengan situasi saat ini, kita mesti bisa menang tanpa masalah.”

(Tanpa masalah, katamu? Seperti biasa, pria ini luar biasa percaya diri.)

“Aku akan mengubah rencana dan memberi kalian instruksi baru jika terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, tapi untuk saat ini, kita akan menyergap mereka sebagaimana diatur. Harrigan, tolong tetapkan semua orang ke pos mereka.”

Harrigan kembali untuk menyampaikan instruksi Naga kepada para penyihir lainnya.

“Ais, kau harus bersiap-siap juga jadi…. Hei apa yang kaulakukan?”

Ais, yang menjadi bingung, menghentikan napasnya yang dalam dan mengayunkan tangan kanannya yang terbuka.

“Eh? Tidak, aku tidak melakukan apa-apa?”

“Aku mengerti kau mungkin gugup, tapi, jangan cemas. Kali ini, kita mesti bisa menang tanpa mengerahkan diri terlalu banyak.”

“A…. ya itu betul.”

Ais tidak terlalu gugup sebelum pertempuran, akan tetapi, karena sulit dan berat untuk menjelaskan alasan mengapa dia bingung, Ais tersenyum samar dan mengangguk.

“Kalau begitu, kukira aku akan pergi dan mempersiapkan posisiku juga.”

“Aku mengandalkanmu. Vita juga, tolong bersiaplah segera.”

“Umu, mengerti. Lalu, haruskah kita membuat pengaturan terakhir kita? Hei, Eliushu, ayo pergi.”

“Ya ibu.”

Melihat Vita dan Eliushune yang meninggalkan sisinya, Naga menghadap ke arah Kay.

“Kay, bersiaplah bersama boneka kayu.”

“Ah, ya, mengerti.”

Kay pergi segera setelah itu juga.

“Baiklah kalau begitu.”

Naga melihat dengan pandangan jauh di jalan utama berjalan dari utara ke selatan. Dia tidak bisa melihat dengan baik, karena jalan itu berliku-liku di antara perbukitan, tapi, Naga segera menyadari pasukan Kerajaan Cassandra muncul dalam pandangannya. Ada sekitar seribu. Di sisi lain, kelompok Naga memiliki kurang dari 20 penyihir, tapi, dia yakin dengan apa yang dia katakan sebelumnya.

(Betul. Seharusnya tidak ada masalah selama sebanyak itu. Kita harus khawatir tentang…… setelahnya.)

Pikiran Naga sudah terfokus pada pertempuran berikutnya.