Omae wo Onii-chan ni Shite Yarouka (Indonesia): Jilid 1 Bab 3

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Selasa, 9 April.

Adik Perempuan Kedua. Gamer. Kompetisi-Gila.[edit]

Penawaran bergabung ke dalam klub makin ramai, aku harus berlari mengitari sekolah selama jam istirahat. Setelah berhasil kabur dari klub model dan klub bertahan hidup, aku didatangi anggota inti klub budaya salah satunya klub permainan papan.

Kelihatannya gosip tentang identitas asliku telah menyebar ke seluruh sekolah.

Untuk klub yang akan segera dibubarkan, nama Taishido sangatlah menggiurkan.

Seseorang yang menyelamatkan diriku dari kesulitan adalah teman masa kecilku, Mariko. Ketika kami makan siang bersama, penawaran klub tiba-tiba berhenti.

Meski aku tidak berpacaran dengan Mariko, tetapi para perekrut menganggap kami begitu. Kupikir bersembunyi dibaliknya adalah hal yang buruk, tapi hingga penawarannya berakhir, aku memutuskan untuk terus berada di dekatnya.

Ngomong-ngomong, sepertinya Mariko suka memasak. Seketika kami memasuki ruangan klub penelitian makanan, perbincangan ‘buatkan aku makan siang’ terjadi.

Kemudian dia mengatakan ‘cicipi masakanku.’ Dan begitulah... aku menjadi pencicip masakan Mariko.

Sambil mengingat kejadian yang terjadi di sekolah, aku kembali ke kediaman Taishido dan berdiri di depan pintu ruangan 601. Koridor begitu sunyi. Aku penasaran apakah tidak ada orang lain di kediaman ini, dan mulai merasa cemas.

Aku mencoba membunyikan bel, tapi tidak ada yang menjawab. Seperti dugaanku. Kunci pintar merespon dan kunci terbuka. Aku tidak punya pilihan lain selain masuk.

Setelah masuk, terdengar sebuah teriakan.

RADADADADADADADADADADADADADADADADDADASHooShooDA——!!

Aku masih bisa mendengarnya meski sudah menutup telinga. Mungkin dia sedang menonton film aksi.

Meski begitu, suara itu benar-benar keras, kututup pintu dan masuk ke dalam. Suara tembakan api dan ledakan kehilangan jalan keluar dan terserap dalam ruangan.

Suaranya begitu riuh, namun tidak ada yang bisa terdengar dari lorong hingga pintunya dibuka. Seperti yang dikatakan Selene, ‘sistem kedap suara di apartemen sangat baik’, sepertinya benar.

Tampilan ruangan 601 sama seperti milik Selene, ruangan tipe 2LDK. Saat aku berjalan menuju ruang keluarga, aku melihat TV layar datar yang ditempel pada dinding.

Mengitari ruangan, pengeras suara berjejer.

Pada sofa di depan TV, terdapat seorang gadis yang mengenakan kaus dan celana pendek. Dia memakai headset dan menatap layar selagi memegang contoller di kedua tangannya. Tubuhnya condong ke depan seperti terhisap.

"Oraoraoraora! Hentikan noob camping kalian!”

Kelihatannya itu sebuah gim perang. Dia tengah berada dalam baku tembak.

Tidak menyadari kalau aku berada di belakangnya, gadis itu terus bermain. Sulit untuk memanggilnya sekarang... saat aku memikirkan itu.

“Ah! Aku akan segera membereskannya jadi tunggu sebentar.”

Dia sadar aku di belakangnya di tengah keributan ini karena aku didekatnya?

“Oh, iya. Baiklah.”

“Kau bertanya-tanya mengapa aku bisa menyadarimu, bukan? Merasakan keberadaan dirimu. Jangan dipikir, rasakan... seperti itulah caranya!”

Dia bahkan tidak menatapku saat berbicara. Sepertinya kandidat adik perempuan yang satu ini ingin menyelesaikan gim-nya terlebih dahulu.

“Bagus! Sekarang waktunya serangan udara!”

Pengeboman udara meledakan medan pertempuran secara bersamaaan mengikuti perintahnya. Lima musuh terjebak dalam pengeboman dan meledak berkeping-keping, gim berakhir. Saat kembali ke layar utama, para musuh mundur satu per satu dan ketika tidak ada cukup pemain untuk melanjutkan gim menu utama menutup.

“Sialan, itulah kenapa para pecundang...”

Dia melempar controller lalu mengistirahatkan punggung dan kepalanya pada sofa yang lembut.

Setelah memutar lehernya dia menatapku dengan menengadah. Postur itu secara alami membuat dadanya menonjol, juga membuat dada miliknya terlihat sangat besar. Tatapan mataku tertuju pada dua bukit itu, alhasil kualihkan pandangan kemudian menatap wajahnya.

“Jadi kau adalah Nii-chan ya? Aku Himura Tomomi. Murid baru tahun ini. Jika ulang tahunku duluan daripada Nii-chan, mungkin akulah yang menjadi Nee-chan... pokoknya, senang bertemu denganmu.”

Dia memberiku kesan gadis tomboy. Meski begitu, dia memiliki rambut agak pendek, dari tengkuk hingga garis leher menuju ke tulang leher lalu belahan dada, dia termasuk gadis cantik dan montok... hey, kenapa aku malah memeriksanya hingga detil?

Dilihat dari manapun, Himura Tomomi adalah gadis yang aktif dengan wajah yang sangat cantik.

“Namaku Taishido Yoichi. Senang bertemu denganmu.”

Selesai memperkenalkan diri, aku kembali melihat seisi ruangan.

Ruangan ini tidak begitu berantakan seperti ruangan milik Selene, ada banyak sekali barang, namun semuanya ditata dengan rapi.

Di ujung ruangan, beberapa senjata api ditata hinga membentuk seperti payung. Pada lemari buku di sebelahnya, ada banyak wadah gim yang berjejer.

Di bawah TV, dalam lemari kaca terdapat model plastik robot dengan pose yang menarik perhatian dan diletakan dengan susunan yang teratur.

“Gimana, Nii-chan! Koleksiku!”

“Senjata api itu hanya tiruan, ‘kan?”

“Hentikaaan hentikan nada sopan itu! Aku mohon, seperti biasa saja. Juga, bukankah aku akan ditangkap jika senjata api itu asli?”

“Kau benar juga. Apakah Himura-san menyukai gim yang menggunakan senjata api?”

“Daripada memanggilku dengan nama belakang, lebih baik panggil aku dengan nama depan.”

Gadis bernama Tomomi ini sepertinya kebingungan dengan sikap sopanku.

Jadi, seperti yang dia katakan aku akan berbicara dengannya seakan dia adalah teman laki-lakiku.

“Tomomi, kau suka gim?”

“Daripada suka itu lebih seperti... aku tidak dapat hidup kecuali aku bermain.”

Dia bermain untuk hidup? Seorang manusia yang membutuhkan gim untuk tetap hidup?

“Itulah kenapa hobiku mengoleksi model plastik. Lebih tepatnya, model itu hanyalah satu dari beberapa yang masih bisa berdiri dengan dua kaki. Aku benci setengah-setengah, jika sudah memutuskan sesuatu aku akan melakukannya hingga ke tingkatan yang ekstrim.”

Semua model plastiknya memiliki warna yang indah.

Jadi dia serius dengan bermain dan mengoleksi, berkeinginan menjadi seorang gamer... itulah yang dia maksud. Tomomi dengan sigap berdiri dan menatapnya.

“Antara gim dan model plastik, mana yang lebih kau suka, Nii-chan?”

“Sejujurnya, aku tidak begitu mengerti dengan dua hal itu.”

“Meski kau ini seorang laki-laki, itu cukup memprihatinkan.”

Tomomi menurunkan bahunya, di ujung TV tanda pesan berkedip.

“Sepetinya kau dapat pesan.”

“Tenang saja tenang saja, itu hanya pembakaran rutin.”

“Pembakaran?”

“Nii-chan pasti setidaknya tahu apa itu FPS, bukan?”

“Itu merupakan gim dimana kau berjibaku dengan senjata api, ‘kan?”

“Yup! Tapi kau tidak menembak dari depan, melainkan membaca aliran pergerakan musuh dan mendekat dari belakang garis lawan untuk melakukan pembersihan. Itu adalah cara mengalahkan para camper yang bersembunyi di dalam bangunan! Ditambah, membunuh lawan yang sedang menyerang juga menyenangkan.”

Aku sama sekali tidak mengerti apa yang Tomomi bicarakan.

“Apa benar tidak apa-apa membiarkanya begitu saja?”

“Itu bukan berarti mereka ingin aku segera membalas... Ehm, jika kau ingin tahu lebih banyak aku bisa menunjukannya padamu.”

Tomomi mengambil controller dan berbalik kearah TV, dia membuka pesan yang barusan diterima. Dalam pesan isinya ‘cheater brengsek, keluar, atau ‘berhenti membunuh pemain yang sedang lag, ‘sampah, dan baca suasananya, sialan’, kata-kata hinaan menumpuk.

Cheater?! Lag? Aku benar-benar tidak mengerti.

Ada beberapa kata yang bahkan aku sendiri bisa mengerti, seperti ‘mati’ dan kata-kata intimidasi ‘kubunuh kau’ juga terkirim. Meski itu hanya gim, kupikir melontarkan kata- kata itu pada orang asing adalah hal yang tidak pantas.

“Kehilangan kata-kata, Nii-chan?”

“Banyak sekali kata yang tidak aku mengerti... seperti cheater, apa yang mereka maksud itu hewan?”

“Kalo itu cheetah. Yang benar cheater. Dua kata itu diucapkan dengan cara yang berbeda. Penekanan ‘ta’ dalam cheater lebih kuat. Singkatnya, cheater adalah orang yang melakukan kecurangan.”

“Curang?”

“Itu artinya menggunakan kode atau menggunakan berbagai tool.”

“Tolong gunakan kata-kata yang mudah dipahami.”

“Mereka adalah orang yang melanggar hukum.”

“Oh, aku mengerti. Jadi apa kau melakukannya, Tomomi.”

“Mustahil aku melakukannya. itu tidak asyik.”

  • puu*, Tomomi menggembungkan pipinya. Meski dia tomboy, dia kelihatan imut saat menunjukan eksperesi marahnya.

“Itu berarti Tomomi cukup handal hingga dituduh melakukan kecurangan. Meski begitu, hanya karena gim seseorang mengatakan padamu untuk mati saja, itu keterlaluan.”

Tomomi mengangkat jari telunjuk dan menggoyangkannya.

"Che che che! Itulah gim, Nii-chan. Kalau kau serius, kau tidak akan menikmatinya... oh iya, Nii-chan tidak bermain.”

Setelah dia selesai mengatakan itu, Tomomi memperlihatkan ekspresi sedih di wajahnya.

“Be-begitulah... erm, pesannya sungguh buruk, ‘kan?”

“Yah, melihat hal seperti ini juga cukup menghibur. Itu seperti tangisan para pecundang.”

“Bukankah itu berlebihan?”

Dia membusungkan dadanya dengan bangga kemudian tersenyum. Dadanya... sungguh menonjol.

“Ahh, tidak! Itu bukanlah hal yang harus dikhawtirkan. Lagipula pesan seperti ini akan muncul lagi di lain hari, jadi akan lebih baik jika aku menikmatinya, bukan? Meski begitu, aku tidak bisa menahan diriku sendiri untuk membunuh para kill trader, itu terjadi dalam pertempuran deathmatch antar tim kemudian mereka mengirim pesan hinaan dan membunuh tim mereka sendiri... bahkan itu dilakukan saat pertempuran perebutan rangking, mereka sungguh bodoh.”

Berbagai film dan gim-nya mahal, sudah jelas bahwa barang-barang ini tidak diperuntukan untuk kalangan bawah. Tomomi mengambil konsol gim yang berada dari bawah meja, dan menggunakannya sebagai kipas.

“Aku memang yang terbaik! Dengan hasil ini, mereka pasti akan paham. Sialan, tempat ini semakin panas saja. TV besar itu membuat panas ruangan ini.”

Tomomi menarik kerah baju kemudian mengipaskannya untuk mendinginkan dadanya.

Yah, sebenarnya aku tahu untuk tidak melihat itu, tapi tatapanku terjerumus begitu saja... eh, apa yang terjadi?

Karena tatapan mataku terjerumus pada dua bukit miliknya tanpa sadar, terlihat liontin yang bersinar menggantung di lehernya. Aku pernah melihat itu sebelumnya di film... itu sudah pasti adalah dog tag yang dikenakan tentara. Bisa jadi, itu adalah sebuah benda yang ada kaitannya dengan seragam militer.

Tomomi mengeluarkan banyak keringat, dan bra berwarna pink terlihat di balik kaus tipis miliknya. Ketika mengalihkan mataku, konsol gim yang dia pegang masuk dalam jarak pandangku.

“Ngomong-ngomong, bukankah gim itu memiliki larangan 18+ tahun ke atas?”

Aku melihat huruf Z pada penutup konsol.[1]

“Aku sudah tahu itu. Meski benda ini tidak bisa dibeli oleh seseorang di bawah delapan belas tahun, tidak ada masalah bagiku untuk memainkannya.”

Apa itu benar? Tidak, tapi apa yang dia maksud dari dia ‘sudah tahu itu’?

“Hadiah dari seseorang?”

Dari pacar yang lebih tua contohnya... jika memang begitu, apa yang harus kulakukan?

“ ...Aku mendapatkan itu sendiri... juga, semua barang-barang yang ada di sini. TV, AV; amplifier; pengeras suara; gim ; model plastik dan air gun. Aku tidak menggunakan uang milik Taishido untuk mendapatkannya.”

Tomomi kembali membusungkan dadanya sambil membual. Membubung dengan indahnya, itu merupakan kekuatan dada yang cukup besar.

Namun, agar tidak kelihatan menyedihkan seperti Mariko yang belum banyak berubah pada tinggi badannya, aku harus tetap tenang dan tidak terganngu oleh kekuatan tempur Tomomi!... hey, kenapa aku tiba-tiba melakukan sugesti seperti ini. Tomomi adalah adik perempuanku(kandidat). Aku harus bisa mengendalikan diriku sendiri.

“Ada apa? Nii-chan?”

Dia menatap pada wajahku dengan tajam.

“"W-woaaa! Tidak ada apa-apa. Ngomong-ngomong, aku penasaran bagaimana kau bisa mendapatkan uang itu?”

“Umm, aku mendapatkan hadiah dari turnamen yang disponsori berbagai toko gim, dan karena menjadi orang terkenal di banyak web streaming. Dan juga berkat memenangkan pertandingan-pertandingan dan mengalahkan para penantang, oleh karena itu aku diberi hadiah. Setelah menandatangani kontrak masuk tim profesional, perusahaan memberiku PC, gaming mouse, headset, keyboard... aku tidak bohong! Jangan menatapku seperti itu.”

“Be-begitu ya. Tomomi memang hebat.”

Ketika aku mengatakan isi pikiranku, ekspresi Tomomi menegang kemudian meleleh seperti keju.

“P-Puji aku lagi. Dipuji Nii-chan membuatku sangat bahagia.”

“Hey hey, kau baik-baik saja?”

“Puji aku! Nii-chan puji aku lagi!”

“B-baiklah. Kau hebat, Tomomi.”

"Ahaa〜〜♪"

OOSY v01 002.jpg


Wajahnya memerah lalu Tomomi menopang pipi dengan kedua tangan, setelah itu dia mulai berputar dan menggeliat. Dia melakukannya dengan berlebihan.

“Oke!! Terima kasih untuk pujian yang Nii-chan berikan sekarang aku benar-benar senang! Nii-chan, ini adalah pertandingan!”

Aku bertanya-tanya selagi dia bergerak kesana-kemari, tiba-tiba dia mengacungkan jarinya ke arahku.

“Sebuah pertandingan?”

“Benar benar! Jika Nii-chan menang, aku akan melakukan apapun yang kau minta. Sebaliknya, jika aku menang, Nii-chan harus memilihku sebagai adik perempuanmu.”

“Aku tidak berpikir akan menang jika bermain gim. Kita tidak akan bertanding jika tidak adil.”

“Kalo begituuu, kita lakukan dengan hal yang Nii-chan kuasai!”

“Asal kau tahu saja, aku sangat buruk jika harus bertanding dengan orang lain.”

“Hanya kita saja yang bertanding, mengeratkan hubungan dengan pertandingan yang bersahabat〜. Ayo kita mulai!”

Dia seperti akan memanggil roh api, saat dia mengatakan itu dengan semangat, aku hampir mengangguk.

“Jangan coba-coba menipu dan mengancamku dengan cara bicara yang positif seperti itu.”

“M-mengatakan itu adalah ancaman adalah hal yang sangat buruk. Aku hanya ingin bersikap sportif.”

“Dari mana sportif-nya?”

“Kalo begitu, aku akan memberimu pilihan. Jika kau menjadikanku adik perempuanmu, kau bisa memenangkan semua gim di internet tanpa pengecualian? Hal yang luar biasa, bukan? Jika Nii-chan mati aku akan membuat musuhnya membayar dua kali lipat.”

Meski hanya gim, tolong jangan bunuh aku begitu saja.

“Itu artinya Tomomi hanya memaksa, ‘kan? Dan juga, masih ada tiga adik perempuan lagi yang belum aku temui. Aku tidak boleh buru-buru dalam membuat keputusan.”

“Sudah pasti aku tidak akan kalah dengan kandidat adik perempuan yang lain!”

Dia bukanlah seorang hikikomori dan mungkin lebih baik dari Selene, namun mengatakan tidak akan kalah dengan kandidat adik perempuan yang lain, seberapa kompetitif sih dia ini.

“Jangan hanya diam saja dan putuskan sekarang. Cepat putuskan. Hey Nii-chan, pengambilan keputusan yang cepat sangat diperlukan dalam manajemen.”

“...jadi pada akhirnya kau hanya mengincar warisan Taishido.”

Itu adalah pertanyaan yang tidak ingin kutanyakan. Namun aku tidak bisa memikirkan alasan lain demi membuat para gadis berperilaku sopan kepadaku.”

“Mengatakan bahwa aku mengincar hartanya itu tidak sopan. Perlu kau ketahui, aku dapat membiayai hidupku sendiri... dengan menjadi gamer profesional.”

Tomomi pernah mengatakan tentang menandatangani kontrak dengan perusahaan sebelumnya.

Gamer profesional. Mereka mendapatkan uang dengan bermain gim, itu hal yang luar biasa.

“Barusan, kau berpikir ‘memangnya ada pekerjaan semacam itu’, iya, ‘kan? Bahkan juga ada orang yang singgah untuk melakukan scouting.”

“A-aku mengerti, aku mengerti. Maaf karena sudah mencurigaimu.”

“Seorang wanita cantik berprofesi sebagai gamer profesional yang terkenal di seluruh dunia. Ah! Aku bahkan tidak berpikir akan menjadi seperti itu. Aku sangat payah dalam gim tertentu. Gim simulasi dan pertanian sangat lambat itu benar-benar membuat frustasi. Melakukan kontes tatap mata dengan tumpukan data sangatlah membosakan!”

Dia tersenyum dengan sedikit malu. Ekspresi imut itu membuat dirinya lebih muda dari umur aslinya.

“Jadi, aku sudah siap menjadi gamer profesional kapanpun. Tapi entah kenapa rasanya... sepi?”

“Sepi...?”

“Aku butuh seseorang yang dapat mengakui dan berada terus di sampingku. Dalam hal ini, Nii-chan sangat cocok. Pujianmu terasa begitu tulus, walau aku sedikit memaksa, kau tetap berkata ‘kau sudah melakukan yang terbaik’. Aku merasakannya, lagipula kau akan menjadi pemimpin perusahaan Taishido. Jika aku diakui oleh orang seperti itu, orang-orang pasti akan memperhatikanku.”

“Jadi seperti itu ya.”

Selagi aku mendengarkan Tomomi, kelihatannya dia memikirkan hal seperti ‘aku ingin dikenal’ atau aku ingin diperhatikan’. Jika dikaitkan dengan pesan ancaman yang dia terima dalam gim, dan perasaan yang Tomomi rasakan, seakan-akan dia mengerti apa yang dipikirkan orang lain terhadapnya.

“Benar juga! Mau minum sesuatu, Nii-chan? Banyak minuman botol di dalam kulkas. Saat kau ke sana, aku titip cola!”

"Hey hey."

Dia mengepalkan tangannya seolah sedang berdoa. Dengan enggan aku berjalan menuju dapur. Tidak terasa kalau dia biasa memasak sendiri.

“Apa yang biasanya kau makan?”

“Aku biasanya makan makanan bungkus atau makan di luar, meski begitu aku sudah membuat makan siang karena kedatangan Nii-chan.”

Ketika aku melihat sekeliling, aku melihat panci berwarna emas di atas kompor.

Tidak masalah jika itu bisa dimakan... tapi aku sedikit khawatir.

“Yah, aku menantikannya. Nii-chan cepat bawa cola-nya!”

Tomomi mengatakan itu dengan suara yang manis dan lembut. Lagipula, dia juga sudah berumur lima belas tahun. Adik perempuan dengan umur yang sama denganku.

“Ngomong-ngomong, ulang tahun Tomomi kapan?”

“Tangal 3 Agustus, kenapa? Apa Nii-chan akan merayakannya?”

Ibu mengandung diriku dengan Taishido Jinya dan bahkan tidak sampai tiga bulan berlalu sebelum Tomomi dikandung. Pada kala itu, ibuku masih hidup. Orang itu, aku berharap dia mati saja. Tidak, sebenarnya dia sudah mati. Yah, aku tidak bisa merendahkan Tomomi karena hal ini. Aku juga bisa mengeluarkan kata seperti ‘mati’. Ditambah, menyalahkan ibu Tomomi juga hal yang buruk.

“Jadi zodiak Tomomi Leo. Simbol keberanian. Sangat cocok untukmu.”

“Hoo! Sang Raja hutan! Kalau zodiak Nii-chan?”

“Karena aku lahir tanggal 10 mei zodiak-ku Taurus.”

“Kalau begitu aku akan membuat steak dari dagingmu dan memakannya.”

“Jika memang begitu apa yang akan kau lakukan dengan Aries?”

“Domba panggang.”

“Cancer?”

“Hamayu!”

“Gemini?”

“Singa juga makan manusia.”

Hmm, bukankah Tomomi sudah membaca biodataku? Murasaki-san seharusanya sudah memberikan buklet pada setiap kandidat adik perempuan yang berisi ringkasan data tentangku.

“Dan kupikir kau sudah tahu tentangku.”

Aku mengambil dua setengah liter minuman dari kulkas dan kembali ke ruang tamu.

“A-apa yang kau katakan. Jika memang ada benda seperti itu, pasti sudah kuambil. Aku tidak pernah melihat benda seperti itu.”

Suaranya bergetar saat dia menerima botol cola. Dia menjadi sungguh kesal. Pandangan Tomomi mengarah pada rak senjata. Di sampingnya, terdapat beberapa buku yang disusun bersentuhan dengan tembok. Di tengahnya, aku melihat sebuah buku dengan sampul putih.

Teknik serupa yang digunakan ketika menyembunyikan majalah porno diantara buku lainnya.

“Ngomong-ngomong, aku minta maaf tiba-tiba menanyakan ini, tapi untuk apa buku sebanyak itu?”

“I-itu semua majalah tentang air gun dan panduan strategi. Aku sudah bosan dengan mereka, jadi aku akan segera membuangnya. Kupikir mereka hanya akan menghalangi jika dibiarkan. Biar aku yang membersihkanya sekarang!”

Suaranya bergetar, lalu dengan cepat memindahkan tumpuka buku itu ke ruang belakang. Dia gadis yang mudah dimengerti. Saat dia kembali, dia bertanya dengan senyum yang manis.

“Hey, Nii-chan, kau pasti sudah lapar, bukan?”

Aku menjadi sangat khawatir mengingat bahan yang ada dalam panci itu.

“Benar juga. Apa kau akan mentraktirku makan malam?”

“Tentu saja! Pertandingan oden pedas yang membara dimulai!”

Kenapa gadis ini tidak mengatakannya secara normal saja.

Sebelum aku bisa membalas, Tomomi perlahan kembali ke dapur.

Setelah selesai meyiapkan kompor gas portable, oden pedas yang mendidih ditaruh di atasnya.

“Bukankah apinya terlalu besar?”

“Lagipula ini pertandingan pedas yang membara, sudah seharusnya seperti ini.”

Di dalam panci terdapat hanpen, tahu goreng isi ganmadoki; ikan lumat; lobak; telur dan kroket ikan. Mie Shirataki dan mochi kinchaku di atasnya. Varian bahan dimasak bersama.

“U-untuk sekarang, silakan dicoba. Perlu piring?”

“Tidak usah, jika aku menggunakannya, akan jadi cepat dingin. Lebih panas makanannya lebih enak rasanya! Nii-chan mau yang mana?”

“Kau ingin kita saling suap?”

“Karena kita saudara, melakukan hal mesra seperti ini adalah sebuah keharusan! Cinta antar saudara termasuk bahan pada kuah pedas yang membara ini, ayo kita saling menyuapi satu sama lain.”

Oh, jadi ini yang dia maksud dengan ‘pertandingan’ oden pedas yang membara. Bukan hanya aku sendiri yang memakannya, tapi juga menyuapi dirinya dengan kuah yang mendidih.”

“Ayo tentukan siapa yang maju pertama dengan batu-gunting-kertas.”

“Tidak masalah, jika terlambat, kau kalah. Batu-gunting-kertas!”

Tomomi melancarkan serangan dadakan. Oleh karena itu, aku memilih gunting dengan tergersa-gesa.

“Karena Nii-chan terlambat, itu artinya aku yang menang. Aku maju pertama.”

“Tidak adil!”

“Sebuah serangan dadakan adalah strategi yang bagus. Ayo kita lihat... bagaimana dengan chikuwabu, Nii-chan?”

“Udon-mu akan tercemar.”

“Eh! Aku tidak akan memaafkanmu jika berani menghina chikuwabu! Rasa kuah disekitarnya dan kuah yang keluar dari dalam, sungguh lezat. Emm, aaa.

Dia mengambil chikuwabu dengan sumpit dan mengarahkannya tepat didepanku. Uap yang keluar begitu banyak. Tapi tetap saja, aku menyerah dan membuka mulutku. Tanpa ada sedikitpun rasa kasihan dan keraguan, chikuwabu dimasukan ke dalam mulutku.

“HUAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!”

“Enak? Hey, Nii-chan, enak, bukan?”

Aku harus mempertahankan harga diriku sebagai kakak, dan jangan sampai memuntahkannya. Meski begitu, ini sangat pedas. Jika ini adalah acara TV, pasti akan muncul tulisan “Jangan ditiru.”

Gumpalan tepung semakin tidak enak selagi aku mengunyah, kenapa makanan ini mempunyai nama yang sama dengan bintang di dunia oden, chikuwa-sama? Siapa pelakunya! Aku mengutuk dirinya. Kemudian dengan paksa kutelan chikuwabu ke dalam mulut dengan meminum cola.

"Haa... haa... baiklah, Tomomi. Buka mulutmu.”

“Mata Nii-chan menakutkan... karena aku adik perempuanmu, lembutlah padaku.”

“Tenang saja... makan ini!”

Aku mengambil ganmadoki dari panci, lalu memasukannya ke dalam mulut Tomomi. Ganmadoki mengeluarkan banyak uap dalam kuah yang mendidih.

"Hafuu...haffu...ha...haaaaaAaaAAAAaAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"

Air mata keluar dari mata Tomomi, di saat ganmadoki masuk ke dalam mulutnya dia mengambil mochi kinchaku dari panci dan menjejalkan itu ke dalam mulutku.

"NghhhhhhHHHHOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO!"

Dari dalam mochi, keluar cairan putih, lengket, dan panas. Ini buruk... jika terus seperti ini... aku akan tamat! Aku mengambil telur. Di saat yang bersamaan, Tomomi pasti sudah memikirkan hal yang sama.

Seperti yang diharapkan dari ikatan saudara. Kami memikirkan hal yang sama. Kami memasukan telur pada saat yang bersamaan. Sama seperti pukulan menyilang, kami memasukan telur ke dalam mulut lawan.

"NNGGyaaAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!" "MUHOoooOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO.”

Serius, apa sih yang sedang kita lakukan.

Karena pertandingan yang kita lakukan tidak ada untungnya, kami setuju untuk melakukan gencatan senjata. Kemudian, kami mengambil piring untuk makan. Rasanya konstan juga enak, saat aku bertanya apa makanan ini dia siapkan sendiri dia mengatakan ‘oden-nya sudah disiapkan terlebih dahulu’. Kelihatannya dia hanya mengupas dan mengiris lobak, bisa dibilang itu bukan masakan buatannya sendiri.

“Makanannya pedas, kan. Nii-chan?”

“Yah, sudah jelas karena itu makanan yang biasa dimakan di musim dingin.”

Tomomi berjalan ke ruang tamu dan mengambil remote yang berada di atas meja.

“Kau mau menyalakan AC malam-malam begini?”

“Aku memiliki metabolisme yang bagus dan sedikit kepanasan. Ditambah, benda-benda seperti konsol gim, AV; amplifier; PC; and layar TV mengeluarkan banyak panas.”

Itu benar-benar tidak ekonomis. Udara dingin dari AC mulai bertiup dan meluas ke seluruh ruangan.

“Haaaaa. aku sungguh berkeringat, rasanya enak sekali.”

Tomomi merentangkan tubuhnya sambil berdiri di depan AC.

“Berapa temperatur yang kau pilih?

“16°C, ‘kan? Bukankah memang ini yang paling rendah?”

“S-sepertinya itu terlalu dingin.”

Setelah tubuhku memanas karena oden, sekarang mendingin dengan cepat.

“Nii-chan kurang olahraga.”

“Bisakah kau hentikan itu.”

"Cheehh. Kalau begitu.. eh? Ehhhh?”

Entah sudah berapa kali Tomomi menekan tombol remote, AC-nya tetap tidak merespon.”

“Remote-nya tidak mau mendengarkanku Nii-chan.”

“Kau melakukan itu dengan sengaja, ‘kan?”

“Tidak. Lihat!”

Aku mengambil remote dari tangannya lalu mulai memeriksa. Sepertinya bukan karena kehabisan baterai.”

“Sensornya mungkin rusak. Aku tidak bisa memperbaiki ini sendiri.”

Di saat yang seperti ini setiap kali aku menemukan masalah, sejujurnya aku hanya bergantung pada Murasaki-san. Ketika aku mengirimkan pesan kepadanya, balasan masuk. Kelihatannya dia akan mengirim orang secepatnya.

“Aku dengar tukang service itu akan datang dalam satu jam.”

Yah, kami tidak boleh membiarkannya menyala seperti itu dan harus mematikannya langsung dengan menekan tombol mati di AC-nya.

“Kau punya tangga atau kursi?”

“Apa yang akan kau lakukan, Nii-chan?”

“Kita tidak boleh membiarkan AC-nya menyala seperti itu hingga tukang service datang, kan?”

“Nii-chan, ayo lakukan pertandingan dingin ekstrim.”

“Haa?”

“Sampai tukang service datang, ayo kita bertanding menentukan siapa yang paling baik bertahan dari hawa dingin!”

Seketika kupikir dia pergi ke ruangan yang ada di belakang, dia kembali dan membawa selimut. Kelihatannya itu selimut yang ada di kamar tidur.

“Mungkin kita harus pindah ke kamar tidur.”

“Nii-chan, memaksa masuk ke kamar tidur seorang gadis muda adalah hal yang biasa dilakukan oleh orang mesum.”

“Aku tidak memaksa untuk ingin masuk ke sana!”

“Paham paham. Sekarang Nii-chan, duduklah.”

Aroma yang samar dan melegakan dari sitrun merebak dari selimut.

“Dengar Nii-chan. Jangan berani-berani meremehkan musim dingin di pegunungan. Jika kau tertidur, kau akan mati.”

Tomomi menarik tanganku lalu memeluknya. Selagi aku merasakan dadanya yang menempel pada tanganku, otot-otot di punggungku mengejang. Tidak disangka, dia begitu lembut... dan dingin.”

Kelihatannya keringat miliknya menguap lalu mendingin, dan sekarang tubuhnya menjadi dingin seperti es.

“Hey hey, kau terlalu dingin.”

“Itulah mengapa aku memeluk Nii-chan seperti ini.”

“Ada banyak cara untuk menghangatkan tubuhmu, kau bisa pergi ke luar atau membuka jendela. pertama, jika kita matikan AC-nya, ini akan berhenti.”

“Mengaku kalah saat berhadapan dengan AC akan sangat memalukan untuk kita, sebagai bagian dari umat manusia.”

Tomomi mulai mengigil seperti chihuahua.

“Dingin, terlalu dingin Nii-chan.”

“Haa... terserah apa katamu... di-dingin!”

Tomomi membalas dengan “kalau begitu aku tidak akan mundur!” dan tanpa didiuga, dia memelukku. Dog tag yang dia kenakan di leher menempel pada tengkukku dan aku merasakan punggungku mengejang lagi.

“Kenapa, Nii-chan?”

“Berhenti memelukku. Jangan tekan dadamu ke tubuhku.”

“Tidak masalah kita ‘kan saudara dan ini hanyalah sentuhan antar kulit.”

“Tidak perlu saling menempel hanya karena kita saudara. Dan juga, dog tag ini sangat dingin.”

“Ah... maaf.”

Dia meminta maaf, lalu mengambil rantai yang terhubung dengan dog tag. Dia memindahkan itu sehingga berayun di depan mataku.

“Apa itu asli?”

“Benar. Ibuku... ia adalah tentara bayaran di negara asing, enam tahun lalu dia ditetapkan hilang dalam bertugas saat melakukan operasi.”

“Tentara bayaran kau bilang.. um, apa itu hilang dalam bertugas?”

“Artinya dirinya tidak ditemukan di tengah pertempuran. Hanya benda ini yang ia tinggalkan.”

Ibunya adalah seorang tentara bayaran, ditambah dia tidak tahu apakah ibunya masih hidup atau tidak.

“Tetapi ibu lebih kuat daripada diriku, mengingat dia sangat kuat aku yakin dia pasti selamat. Itulah kenapa, ketika dewasa aku akan mencari ibu.”

OOSY v01 073.jpg

Dia sama sekali tidak mendengar kabar darinya selama enam tahun, namun masih percaya ibunya masih hidup. Apa yang harus aku katakan... aku tidak tahu. Dengan lembut kupindahkan tangan Tomomi ke dalam selimut.

“Ah..Nii-chan.”

Tomomi menunduduk dan rona merah muncul di wajahnya.

Daripada murung, aku ingin melihat Tomomi yang tersenyum dan gembira, itulah yang kupikirkan.

“Sekarang saatnya aku yang menetapkan sebuah pertandingan.”

“Pertandingan? Nii-chan melawan diriku?”

“Benar. Karena masih bergandengan tangan... kalau begitu pertandingan menggelitik!”

Aku berhasil membuat Tomomi terkejut. aku menggelitik sisi perutnya, dia menggerakan kaki menendang-nendang selimutnya.

“Hiiiiiii! Kenapa Nii-chan tahu kelemhanku! Jangan! Jangan di situ! Tidaak!”

tidak banyak mausia yang bisa bertahan saat sisi perutnya digelitik, itu juga merupakan kelemahanku. Mengetahui bahwa tidak ada serangan balasan yang dilancarkan, aku terus menggelitik sisi perut Tomomi hingga tukang service-nya datang. Air mata muncul di kedua matanya dan dia sudah hampir menangis. Aku tidak begitu mengerti, tetapi kelihatannya ini adalah kemenanganku.

Sampai dua orang dari perbaikan AC datang, waktu mengalir dengan cepat. Kemudian, Tomomi mengatakan dia ingin mandi.

“Nii-chan, bagaimana kalau kita mandi bersama?”

“Tidak, terima kasih.”

Dan sekitar tengah malam, aku diantar keluar hingga pintu oleh Tomomi dan kembali ke kamarku. Aku sudah tidak punya tenaga lagi untuk mandi, jadi aku membaringkan tubuhku langsung ke kasur. Aku akan mandi esok hari.