Omae wo Onii-chan ni Shite Yarouka (Indonesia): Jilid 1 Bab 4

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Rabu, 10 April.


Adik perempuan ketiga. Makanan lezat. Pelajar teladan?[edit]

Hari ini saat makan siang, aku pergi ke kantin. Kantin milik Akademi Shichiyou mirip kafe berkelas dan menunya berpusat pada masakan barat.

Aku kangen masakan jepang buatan nenek... saat aku mengatakannya, Mariko mengatakan dia akan menerima tantangannya dan membuatkan bento dengan hidangan ala jepang. Sebenarnya tidak apa-apa juga dia tidak begitu perhatian kepadaku. Tetap saja, aku menghargainya. Teman masa kecil memang seharusnya seperti ini.

Pukul empat sore aku berdiri di depan ruang 501 di kediaman Taishido.

Perlahan kutarik nafas dan menderingkan bel.

Tidak peduli apa yang akan muncul nanti, tak ada lagi yang bisa menakutiku. Dalam hal keeksentrikan dan keanehan, mungkin... tidak, tak ada satu pun yang bisa mengungguli Selene dan Tomomi.

Sudah pasti tidak ada adik perempuan yang bisa lebih aneh dari mereka. Aku akan menunggu balasan, namun jika memang tidak ada yang menanggapi terpaksa aku menyusup lagi... dan ketika aku memikirkan itu, pintu ruangan 501 terbuka.

“Selamat datang, Onii-sama.”

Kandidat adik perempuan datang ke depan pintu untuk menyambutku.

Dia gadis berambut pendek. Bajunnya sederhana, dia mengenakan pakaian yang normal, pakaian yang feminim.

Walaupun kesan pertama menggambarkan gadis pandai dan rasional, dia tidak memiliki aura dingin seperti Murasaki-san.

“Tidak apa-apa jika aku masuk?”

“Iya, tentu saja. Saya telah menunggu. Silakan masuk. Dan juga Onii-sama, menggunakan bahasa sopan ketika berbicara dengan adik perempuanmu itu terlalu kaku.”

Menggunakan bahasa sopan ketika berbicara dengan adik perempuan itu terlalu kaku? Sialan, setelah mengunjungi mereka berdua, aku dituduh ‘terlalu sopan’. Tapi bukankah dengan menjadi sopan dan ramah adalah hal yang indah?

Selagi aku berjalan menuju ruang tamu, aku mendengar panggilan dengan nada tinggi.

『"Halo! Halo!"』

Selagi aku menoleh dengan takut, seekor burung Myna yang berada di kandang besar di belakang ruangan terlihat, paruhnya menoleh kearahku.

“H-halo.”

『"............"』

Saat aku membalas, burung Myna menutup matanya lalu berpaling. Kelihatannya aku sedang diacuhkan, rasanya sedikit sepi. Kandidat adik perempuan tertawa. Dia menunjukan raut minta maaf dan beberapa air mata keluar dari matanya.

Ruangan miliknya rapi dan bersih.

Ada karpet biru yang menutupi lantai. Meja kecil yang menyerupai meja makan, dan dua bantal kecil ditaruh disampingnya. Di ujung ruangan terlihat TV LCD yang ditempatkan di atas rak TV dengan kabel putih yang menjulur sampai laci.

Gadis itu berputar kearahnya dan menunduk perlahan, aroma mint segar menyebar ketika rambutnya bergoyang.

“Nama saya Mashima Sayuri. Kelas dua SMP. Senang bertemu dengan Anda.

“Namaku Taishido Yaichi. Senang bertemu denganmu.”

Hmm, percakapan ini menjadi terlalu sopan. mungkin terasa kaku, tetapi sejauh ini cukup menyenangkan. Sayuri tersenyum dengan lembut dan mempersilakanku duduk di bantal kecil.

“Silakan duduk di sini, Onii-sama..”

“D-dengan senang hati.”

“Apakah Anda ingin minum teh hijau?”

“Iya, terima kasih.”

Setelah beberapa saat, Sayuri kembali dengan membawa poci dan cangkir. Dia menuangkan teh ke dalam cangkir.

Bahkan cara memegang poci juga gerakan jari telunjuknya terlihat elegan.

Penampilan dirinya juga merefleksikan kecantikan yang sempurna.

“Meski ini hanya teh sederhana, namun silakan dinikmati.”

“Aku sungguh berterima kasih.”

“Oh Onii-sama, mohon santailah sedikit.”

Karena senyuman dewasa yang muncul di wajah Sayuri, aku menjadi sedikit santai.

‘Tidak, aku hanya sedikit gugup.”

“Anda pasti telah bertemu dengan kandidat adik perempuan yang lain. Jika benar Anda pasti sudah terbiasa dengan hal seperti ini, benar ‘kan?”

Alasan kegugupanku adalah Sayuri yang terlalu sopan... sulit menyampaikan ini kepadanya.

“Ngomong-ngomong, bukankah Sayuri juga sedikit kaku?”

“Seperti inilah diriku...”

Sayuri mengarahkan pandanganya ke bawah. Sikapnya yang malu-malu juga terasa asli.

Tak ada unsur pemaksaan, sungguh rendah hati.

“B-bukan seperti itu, aku tak menyalahkanmu karena sesuatu! Maaf, itu salahku.”

“Saya minta maaf karena membuat Onii-sama cemas. Anda sangat baik... Onii-sama.”

Seraya dia menatapku dengan malu, mata Sayuri terlihat sedikit lembab. Matanya begitu indah dan jelas, aku membayangkan seolah aku terhisap masuk ke dalamnya.

“L-lembut... aku tidak seperti itu... t-terima kasih untuk tehnya.”

Aku meneguk teh ke dalam mulutku. Mengatakan kalau ini teh yang biasa saja itu berlebihan. Aku mengecap sedikit manis dari teh yang elegan. Entah mengapa mengingatkanku pada teh yang biasa nenek buat.

“Teh ini... sungguh enak.”

“Terima kasih banyak.”

“........”

Dengan kuat kupegang cangkir tehnya.

Yuup, aku tidak bisa menemukan topik untuk dibicarakan. Karena dirinya tidak memberikan balasan, aku tidak tahu harus membicarakan apa. ... Ah benar! Untuk sekarang ayo buat Sayuri membicarakan sesuatu tentang dirinya.

“Jadi Sayuri, apa kau benar-benar tingaal sendirian?”

“Benar.”

“Bagaimana dengan ibumu?”

“Saya tidak dapat menghubunginya, sudah empat tahun dari sekarang.”

Kelihatannya tiba-tiba bertanya adalah sebuah kesalahan. Namun Sayuri tidak keberatan. Dia terlihat sangat tenang.

“Jika aku tidak salah kau tinggal di mansion ini mulai awal tahun ini, ‘kan?”

“Saya pindah ke sini pada bulan Februari. Sebelumnya, saya berpindah dari satu apartemen ke apartemen lain di kota. Saya sangat bersyukur tinggal di kediaman Taishido.”

Ketika Sayuri perlahan menunduk, aku merasakan sebuah perasaaan yang kompleks.

“Aku tidak melakukan apapun, jadi jika kau menundukan kepalamu seperti itu aku merasa tidak enak.”

“Jangan seperti itu. Onii-sama adalah penerus perusahaan Taishido.”

Salah satu langkah dan kalimat itu bisa berubah menjadi ironi, tetapi karena pribadi Sayuri yang fleksibel, tidaklah terasa begitu.

Ini topik yang sulit, tetapi karena aku sudah terlanjur mendengarnya dari mereka berdua, aku mencoba mengatakan hal ini dengannya.

“Sayuri, maukah kau mengatakan padaku alasanmu ingin menjadi adik perempanku?”

OOSY v01 003.jpg

“Saya belum memikirkan alasan mengapa ingin menjadi adik perempuan. Dengan alasan yang sama, saya tidak bermaksud membuat Anda memilih saya. Saya akan menghormati keputusan Onii-sama. Itulah mengapa saya mempersiapkan untuk tinggal seorang diri.”

“Mempersiapkan... Apa?”

Dia mungkin saja sudah menabung jauh-jauh hari.

“Saya berkeinginan masuk Akademi Shichyou dan mencari beasiswa di sana, setelah itu saya ingin masuk ke unversitas jurusan ekonomi. Saya telah mempersiapkan segala sesuatunya dan juga menabung sejumlah uang yang diberikan sebagai bantuan, jadi Onii-sama tidak perlu merasa khawatir atau tidak enak.”

Sayuri mengatakan itu dengan tenang selagi menatapku. Sungguh adik perempuan yang mandiri (kandidat).

“Itu luar biasa. Berkeinginan menjadi pelajar penerima beasiswa.”

“Dilihat dari try out ujian nasional, seharusnya nilai saya sudah cukup untuk dapat lolos.”

Dia memiliki aura yang menandakan bahwa dia mampu untuk hidup sendiri. Apa dia mempersiapkan semuanya sendiri agar aku tidak khawatir? Kemudian dia kembali berbicara.

“Saya tidak ingin bergantung pada Onii-sama atau perusahaan Tashido lagi.”

Aku yang hanya melaju di atas rel buatan ayahku sangat malu mendengar kata-katanya.

“Itu luar biasa, Sayuri.”

“Tidak. Dibandingkan dengan beban yang Onii-sama pikul... aku hanyalah merawat diriku sendiri.”

Aku sama sekali tidak tahu bagaimana membalas perkataanya. Aku berpikir bahwa aku harus membalas Sayuri yang menunjukan begitu besar rasa kemandirian agar tidak membebaniku.

“Umm... jika kau ingin, kau bisa sedikit manja padaku, loh?”

“Saya tidak dapat melakukan itu. Saya masih kandidat adik perempuan dan belum... menjadi bagian keluarga Onii-sama.”

Pipi Sayuri memerah. Saat itu juga, burung Myna membuka matanya lalu melebarkan sayapnya bersamaan.

『"Saya dapat memiliki Onii-sama! Saya dapat memiliki keluarga! Senangnya! Senangnya!"』

Selagi burung Myna mengatakan itu dengan nada tinggi, Sayuri menjadi gelagapan.

『"Saya akan sangat bahagia jika memiliki Onii-sama! Senangnya!"』

“Hentikan! Kyuu-chan tenanglah. Onii-sama ini bukan apa-apa, hanya salah paham.”

Burung Myna hanya mengulang kata-kata manusia. Mereka menirunya. Apakah mungkin Sayuri berbicara pada burungnya? Seperti mendengarkan sesuatu yang ada dalam lubuk hatinya.

“Kyuu-chan hanya sedang meniru kalimat dari drama TV.”

『"Saya tak akan membiarkan simbol keluarga ini terlihat!"』

Oh, kalimat ini...

“Benar Kyuu-chan, teruskan.”

『"Saya tak akan membiarkan Onii-sama melihatnya!"』

Kata-katanya campur aduk. Meski begitu, Myna adalah burung yang hebat.

“Burung Myna benar-benar bisa meniru perkataan manusia, bukan?”

“B-benar. Pada mulanya adalah dia dirawat oleh induk Kyuu-chan, namun sejak induknya menghilang dia selalu... umm, me-menjadi keluargaku.”

Wajah Sayuri memerah karena malu, Kyuu-chan menggelengkan kepalanya dan berbicara.

『"Jika kita memiliki keluarga, akankah Kyuu-chan bahagia?"』

Ketika semuanya semakin memburuk, Sayuri menunduk dan mengaku.

“Saya minta maaf. Saya sangat bahagia saat mendengar bahwa memiliki kakak... lalu saya berbicara pada Kyuu-chan tentang itu, sepertinya dia masih mengingatnya.”

“Kau tidak perlu minta maaf. Aku juga bahagia bisa bertemu Sayuri.”

“Terima kasih banyak.”

Air mata keluar dari mata Sayuri yang masih menunduk dan di saat yang bersamaan Kyuu-chan berteriak.

『"Ayo kita putuskan ini untuk sekarang dan selamanya!"』

Sungguh mengejutkan mengetahui bahwa Kyuu-chan cukup pandai memilih kalimat dari drama sejarah.

Sayuri melipat tangannya seakan sedang berdoa, lalu dia bergumam dengan ragu dan malu-malu.

“Onii-sama, meski sekarang masih terlalu cepat, maukah membantu saya menyiapkan makan malam?”

“Membantumu? Aku ragu bisa melakukan itu. Sejujurnya, keahlianku hanyalah makan.”

“Tidak apa-apa. Lewat sini...”

Selesai mengatakan itu, Sayuri menuntunku ke beranda.

Mengatakan ini beranda rasanya kurang tepat. Tempat ini cukup luas seperti taman kecil. Banyak sekali tumbuhan yang ditanam di sini. Itu adalah taman dapur.

“Komatsuna-nya sudah dapat dimakan.”

Aku mengumpulkan itu sesuai yang diajarkan Sayuri. Sejujurnya, berkebun adalah hobi yang tidak biasa. Begitu indah dan damai, sebuah tambahan yang mengejutkan untuk pribadi miliknya yang kuat dan anggun.

Ditambah dia sangat ingin berdiri di sampingku. Meski dia sedikit formal, mengingat ini pertemuan pertama kami kurasa tidak ada yang aneh.

Dia serius dan bagus dalam belajar. Cara dirinya mengekspresikan perasaan ke burung Myna miliknya, Kyuu-chan dan bagaimana dia mengaku tentang itu memberi kesan kepribadiaan yang berbeda.

Sempurna. Dia terlalu sempurna... entah kenapa itu membuatku takjub.

Sayuri memasak semuanya seorang diri.

Suara dari air yang mendidih dan aroma ikan bakar sungguh membuat kangen. Figur Sayuri yang berapron saat bebalik ke arahku memancarkan aura seorang ibu yang tidak begitu kuingat.

“Kau memerlukan bantuan?”

“Tidak perlu. Saya telah menyiapkan semuanya sebelum Onii-sama tiba.”

Uap putih keluar dari penanak nasi, aroma yang enak menyebar ke seluruh ruangan.

Makan malam selesai setelah sepuluh menit. Menunya adalah sup miso dengan tahu dan rumput laut, ikan bakar dan salmon asin, nikujaga disiapkan di akhir dan komatsuna rebus yang barusan aku kumpulkan.

Ini adalah menu yang sangat cocok dengan seleraku. Hidangan ala jepang. Aku sangat berterima kasih padanya.

“Kukatakan sekali lagi, ini luar biasa. Kau terus membuatku kagum. Ngomong-ngomong, kau pandai dalam menyiapkan hidangan jepang ya?”

“I-ya. Silakan dinimati selagi masih hangat.”

“Kalau begitu, selamat makan.”

Dengan segera aku mengambil favoritku yaitu nikujaga dengan sumpit. Kentang manis di dalam nikujaga yang dibuat Sayuri masih hangat dan memiliki rasa saus yang lezat.

Sayuri menatapku dengan cemas.

“Apakah rasanya cocok dengan selera Anda?”

“Sangat enak. Sayuri pasti akan menjadi istri yang baik kelak.”

“Terima kasih banyak.”

Sayuri mengalihkan pandanganya ke bawah dan pipinya memerah, dia bahagia dan juga malu. Imut. Jika dia bukan adik perempuanku (kandidat), aku pasti sudah jatuh cinta padanya.

“Ngomong-ngomong, kenapa nikujaga?”

“Uhhh, ummm... karena nikujaga... senada dengan masakan rumah.”

Seketika, Sayuri kehilangan kata-kata.

“Begitu ya. Yup. Kau benar.”

Pada buklet yang berisi data tentang diriku, tertulis bahwa makanan kesukaanku adalah hidangan ala jepang dan favoritku adalah nikujaga. Aku akhirnya mengerti alasan kenapa aku bisa takjub setelah menikmati nikujaga.

Sayuri terlalu hebat.

Jika Selene tidak memberi tahu keberadaan buklet itu, aku akan merasa terlena dengan makan malam ini dan menganggap pertemuanku dengan Sayuri adalah takdir.

Aku menikmati makan malam selagi memikirkan itu. Komatsuna yang aku kumpulkan juga enak.

Ketika aku berdiri untuk membersihkan piring setelah selesai makan, Sayuri berkata “Duduk saja, Onii-sama.” Kemudian aku kembali duduk.

Setelah dengan cepat membersihkan piringnya, Sayuri menyiapkan teh.

“Tadi benar-benar lezat.”

“Terima kasih atas pujiannya.”

Waktu menunjukan pukul tujuh petang. Masih ada waktu sekitar lima jam lagi.

“Baiklah, apa yang akan kita lakukan selanjutnya.”

Mungkin sesuatu seperti mengamati dirinya yang sedang belajar, aku ingin melakukan sesuatu yang biasa dilakukan kakak pada adiknya, tetapi aku takut akan menjadi guru yang payah.

“Bagaimana kalau menonton TV?”

Sayuri menekan remote dan menyalakan TV-nya. Pada saat yang benar-benar pas, sebuah drama sejarah dimulai. Selagi lagu pembuka terdengar, Shogun yang mengendarai kuda putih sedang melintas di pantai dengan cepat.

Aku bertanya pada Sayuri.

“Kau suka drama sejarah?”

“Saya baru-baru ini menonton acara itu untuk mempelajari sejarahnya lalu akhirnya ketagihan... bukankah Onii-sama lebih paham dengan acaranya?”

Aku mulai merasa khawatir. Bukankah menonton drama sejarah dengan niat mempelajarinya terasa sedikit menyakitkan? Aku merasa sedikit bersalah, tetapi akan kucoba menjadi sedikit lebih kejam.

“Aku tidak terlalu mengerti soal drama sejarah. Acaranya seperti bau orang-orang tua.”

Sesaat, cahaya menghilang dari pupil Sayuri dan otot di tubuhnya mulai menegang.

“T-tidak mungkin. Drama sejarah seharusnya adalah favorit Onii-sama.”

“Jika memang boleh memilih, aku akan mengatakan Pretty Girls Rangers Fruity adalah acara favoritku.”

“A-aaaaaapa itu?!”

“Kau tidak tahu?”

“S-saya tahu itu. Itu ada... ada kaitannya dengan buah , ‘kan? Umm, armada... kapal-kapal, benar? Tentang seorang gadis yang mengantarkan buah dengan kapal... tu-tunggu sebentar, saya mohon, saya pasti dapat menjelaskannya sekarang juga.”

Suara milik Sayuri bergetar dan matanya melihat ke kanan dan ke kiri. Dia tidak menyembunyikan kerisauannya sedikit pun.

“Apa kau benar-benar tahu tentang itu?”

“Tentu saja Onii-sama. Sebagai kandidat adik perempuan mustahil saya tidak tahu kesukaan Onii-sama. Fakta bahwa saya berada di sisi Onii-sama saja sudah diputuskan oleh takdir.”

Mengatakan kalau ini adalah takdir adalah terdengar berlebihan. Sayuri sama sekali tidak curiga kalau yang kukatakan barusan itu aneh.

“Lalu, siapa yang paling Sayuri suka dari kelima fruity rangers?

Jeruk yang memiliki sifat ceria, Apel adalah karakter utama yang berdedikasi, Anggur dengan tipe kakak perempuan, Persik yang bertingkah seperti anak manja dan Nanas si pengubah suasana. Saat membicarakan buah-buahan, pasti merujuk ke mereka berlima. Aku sudah diberitahu tentang ini dari Selene.

“D-DDD-Durian.”

“Apa benar ada Durian di kelompok itu?”

“Eh? A- ada. Hanya Onii-sama saja yang belum tahu tentang dia.”

Barusan, bahasa hormat jepang milik Sayuri rusak. Kelihatannya itu membuat dirinya kesal. Akan berbahaya jika aku memojokannya lebih jauh lagi.

“Bercanda. Tadi hanya lelucon. Favoritku adalah drama sejarah.”

“Le- lelucon...hahahaha... benar. Tadi sangat mengejutkan.”

Tubuh Sayuri yang semula kaku menjadi santai seakan kelelahan. “Ngomong-ngomong, darimana kau kau tahu kalau kesukaanku itu drama sejarah?”

“I-I ittttttt- itu umm... ah! Ah, benar, Onii-sama. Mau mandi? Saya segera menghangatkan airnya.”

Sayuri berdiri seolah ingin melarikan diri.

Sepertinya benar. Sayuri adalah seorang pembohong. Dan juga, dia tidak bisa berimprovisasi. Kalau memang begitu, aku tidak tahu seperti apa dirinya yang sebenarnya.

Jika dia memiliki sebuah keluarga dia akan senang, itulah yang dia katakan pada burungnya, Kyuu-chan dan dengan itu dia akan mengubah dirinya untuk memuaskanku.

Kesan pertama yang dilihat dari Sayuri adalah sosok pelajar teladan, namum masih ada kemungkinan dirinya lebih bermasalah dari Selene atau Tomomi. Daripada mempermasalahkan dia yang sudah berbohong, fakta bahwa Sayuri tidaklah sempurna... membuatku lega.

Saat aku membasuh bahuku, tiba-tiba aku mendengar suara dari ruang ganti.

“OOO-Onii-sama. Apakah airnya sudah cukup panas?”

“Airnya sungguh nyaman.”

“S-saya akan membasuh punggung Anda.”

“Jangan, aku sudah membersihkan tubuhku dengan baik sebelum masuk ke bak mandi.” Ketika aku belum selesai berbicara, Sayuri sudah masuk ke kamar mandi.

Dia mengenakan handuk besar yang menutupi tubuhnya. Bahunya yang putih terlihat. Dia memiliki pinggang yang langsing. Pergelangan kakinya... hey apa yang kulakukan sih, memeriksa tubuhnya dari atas hingga bawah segala.

“O-Onii-sama. Untuk mengeratkan hubungan kita sebagai saudara, a-ayo kita berkomunikasi dengan saling menyentuhkan kulit.”

“K-kenapa jadi seperti ini... pokoknya, tidak bisa.”

“Jika kita tidak melakukan ini, benang takdir akan putus... jika Onii-sama memperbolehkan, saya akan menggunakan tubuh ini sebagai spons untuk membersihkan tubuh Onii-sama. Jika kita menjadi saudara, saya akan me-me-melayani Onii-sama setiap hari.”

Sayuri mendekatiku dengan kedua tanganya yang menyentuh dada, wajahnya sangat merah.

“Keluarlah! Kumohon!”

“Bukankah Onii-sama ingin dibasuh oleh adik perempuannya sendiri?

“Karaktermu benar-benar berbeda, tenanglah Sayuri.”

“Itu bukanlah karakter. Inilah diriku yang sebenarnya. Sebuah spons adik perempuan.”

“Ini tidaklah normal.”

“Saya mengerti, Onii-sama. Jadi handuk ini menghalangi.”

Dia menekan ujung handuk lalu mencoba membukannya dari situ.

“Pakai saja handuknya.”

“Kalau begitu, apakah saya boleh membersihkan punggungmu?”

Aku tidak tau apa yang akan dia lakukan jika menolak permintaanya.

“Aku mengerti. Tapi sebagai balasan kau membersihkan punggungku, umm... gunakan spons normal. Dan juga, tutup matamu sampai aku memperbolehkannya.”

“K-karena kita adalah saudara tidak perlu malu meski saling terlihat.”

“Melihat dan dilihat adalah hal yang memalukan! Kita baru saja bertemu beberapa jam yang lalu dan kita belum menjadi saudara. Juga, apakah kau sendiri tidak malu?”

“T-t-tidak sama sekali. Dapat terlihat seperti telanjang pasti karena uap yang keluar dari bak mandi. Saya tidak merasa malu sedikitpun.”

Hatiku mengejang lagi. Ini bohongan, ‘kan?

Aku memastikan kalau dia bersunguh-sungguh. Tapi jika itu gagal, aku akan menjadi orang mesum. Namun, aku percaya pada rasa malu yang dimiliki Sayuri. Aku percaya bahwa dia memiliki hati seorang gadis.

“Hey, jika kau memang sangat ingin... biarkan aku menunjukan cara mengatasi rasa maluku padamu.”

Dengan perlahan aku berdiri dari bak mandi. Seperti monster besar yang muncul tiba-tiba dari kedalaman laut, aku bergerak maju.

Jika Sayuri benar-benar seorang gadis, dia akan lari sebelum sesuatu terlihat.

"Kyyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!"

OOSY v01 091.jpg

Sayuri mengangkat kedua tangannya ke wajah. Kemudian, handuk yang menutupi tubuhnya jatuh ke bawah. Karena barusan dia mencoba melepaskannya, handuknya sudah hampir lepas.

Aku hanya berdiri dan terus menatap tubuh telanjang adik perempuanku.

"U-UWAAaaaaaaaaaaaaaaaa! Sayuri! Handuk! Handuk!!"

"Onii-sama BODOHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH"

Sembari menutupi wajahnya, Sayuri keluar dari kamar mandi dengan telanjang. Seolah sedang mengejarnya, aku berlari ke arah pintu keluar dan mengulurkan tangan untuk menutup pintu yang terhubung ke ruang ganti. Kejadian tadi merupakan... sebuah tumbuhan perangkap lalat.


Ketika aku keluar dari kamar mandi, Sayuri sudah berpakaian dan kini duduk di seiza. Dia menunduk.

“T-tentang sebelumnya, saya minta maaf. Saat saya memikirkan tentang menyentuh tubuh Onii-sama, um, saya lupa diri...artinya...saya kehilangan kendali.”

“I-iya. Aku juga minta maaf. Air di bak mandi masih panas, bagaimana kalau kau mandi?”

“Baiklah. Akan saya lakukan sesuai perintah Onii-sama.”

Dengan murung menurunkan bahunya, Sayuri mengambil baju tidur untuk salin dan pergi menuju ruang ganti.

Aku penasaran tentang masalah milik Sayuri. Untuk Selene adalah ‘pergi ke luar’. Kalau Tomomi adalah ‘kerja sama’. Dan Sayuri... mungkin ‘memalsukan sikapnya.’.

Membuat seseorang mengubah dirinya sendiri itu tidak sopan... itulah yang kupikirkan, namun aku tidak bisa membiarkannya. Mungkin saja, mereka bertiga bukan lagi orang asing di mataku.

Setelah Sayuri keluar dari kamar mandi, aku mencoba membuat dirinya lupa tentang apa yang terjadi dan memikirkan tentang topik yang umum. Tetapi, dia enggan untuk berbicara dan saat waktu terus berjalan aku tetap tidak bisa memahami perasaan Sayuri yang sesungguhnya.

Sekarang pukul sebelas malam. Saat dia pindah ke bantal kecil yang berada di dekatku, dia terkantuk.

Untuk Sayuri, dapat terjaga hingga waktu seperti ini bisa dikatakan begadang.

“Lebih lama lagi, tinggalah lebih lama lagi...fuaa... Onii-sama.”

“Kau yakin mau tidur di sini? Jam berapa biasanya kamu tidur?”

“Tidur...fuaa... jam sepuluh.”

“Jangan paksakan dirimu dan tidurlah.”

“Akhirnya... takdir... meski Onii-sama hanya mampir...aku ingin...lebih dekat...kuh...”

Bahu Sayuri jatuh ke arahku lalu dengan lembut kutopang.

Saat bersandar pada dadaku, dia mulai tidur dengan nyenyak. Wajah tidurnya terbebas dari ketegangan dan terlihat seperti wajah anak kecil. Ini mungkin Sayuri yang sebenarnya.

Takdir, huh. Selene juga mengatakannya. Aku... tidak, kita semua tidak berdaya dihadapan takdir.

Seperti yang kuduga, aku tidak bisa membiarkan Sayuri seperti ini. Aku menggendonggnya dengan kedua lenganku.

Ada dua pintu di ruang tamu. Kubuka salah satunya. Terlihat sebuah lemari pakaian, meja belajar, dan tempat tidur berukuran kecil, itu adalah kamar yang sederhana.

Dengan lembut kubaringkan Sayuri ke kasur dan menyelimutinya. Saat melakukan itu, aku berpikir.

Menyembunyikan buku yang tidak boleh dilihat orang lain adalah peraturan paling dasar para pria.

Aku tidak berpikir gadis seperti Sayuri melakukan itu, kuulurkan tanganku ke bawah kasur.

Bukletnya... ketemu. Ada penanda buku di dalamnya, dan hal-hal yang penting di stabilo. Sayuri telah menyiapkan dirinya tanpa ragu.

Pelan-pelan kutaruh buklet ke dalam kasur. Semua sikapnya yang dia tunjukan tadi adalah diri Sayuri yang sesungguhnya. Ketika kukatakan 'Pretty Girls Rangers Fruity’ adalah kesukaanku, bagaimana dia menunjukan ekspersi kesalnya sangatlah luar biasa.

Dia bisa melakukan semua persis seperti yang ada di buku petunjuk, namun sangat lemah saat dihadapkan dengan peristiwa yang tidak diperhitungkan... itulah Sayuri.

Setelah kembali ke ruang tamu, aku menghabisakan waktu sendirian mengerjakan PR.

Tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena pintunya terkunci otomatis, jadi saat tengah malam tiba, aku bisa keluar dari ruangannya tanpa menimbulkan suara.

Aku bertanya-tanya apa yang harus kulakukan tentang Sayuri. Meski sikapnya yang sopan dan rapi hanya di permukaan, bisa jadi dia lebih sulit ditangani dari Selene dan Tomomi.