Omae wo Onii-chan ni Shite Yarouka (Indonesia): Jilid 1 Bab 5

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

.Kamis, 11 April

Adik perempua keempat. Tampan. Kewanitaannya berkurang.[edit]

Seperti yang dia katakan sebelumnya, hari ini Mariko membuatkanku makan siang. Terdiri dari nasi kepal, telur goreng; bayam rebus dan tomat cherry.

Mariko sedikit khawatir kalau telurnya sedikit gosong, tapi rasanya sangat enak. Meski begitu, makan siang buatan gadis memang sangat kecil. Mariko bertanya “Ingin makan sebagian milikku? Gadis mudah menjadi gemuk, itu membuatku iri kepada para lelaki.” Atau sesuatu seperti itu.

Dia tidak terlihat memiliki lemak berlebih, tapi para gadis cukup sensitif ketika menyangkut masalah kelebihan berat badan.

Apa mungkin Mariko menginginkan bentuk tubuh yang langsing dan keren seperti model? Kupikir dia cukup imut dengan tubuh kecilnya... yah, itu juga bukan urusanku.

Sepulang sekolah, aku berdiri di depan ruang 401 di kediaman Taishido lalu mengambil nafas panjang untuk mempersiapkan diri. Setelah aku siap secara mental kemudian kuderingkan bel, pintunya langsung terbuka.

“S-senang bertemu denganmu! Namaku Tachibana Yuuki. Kelas tiga SMP.”

“Namaku Taishido Taichi. Senang bertemu denganmu.”

Kandidat adik perempuan keempat—— Tubuh Tachibana Yuuki tinggi. Seperti yang kuperkirakan, tubuhnya tidaklah terlalu tinggi hingga membuatku menoleh ke atas saat menatapnya, tetapi kelihatannya dia akan menguungguli tinggi badanku dalam waktu cepat.

Tingginya sekitar 170 sentimeter. Rambut panjang miliknya dikuncir.

Pakaian milik Yuuki sangat tomboy, penampilannya acak-acakan, mengenakan jeans dan sebuah kaus. Kaki dan pinggangnya cukup panjang, wajahnya kecil. Dia berbicara dengan senyuman di wajahnya.

“Sekarang! Masuklah, Nii-san.”

Tanganku dipegang lalu ditarik ke dalam ruangan. Cara bicaranya kelaki-lakian. Dan juga, tiba-tiba menggandeng tangan... itu sedikit memalukan.

“Maaf menggang〜”

Aku masuk kemudian melepas sepatu di dekat pintu. Perabotan di dalam ruang tamu berwarna hijau dan biru, memberikan perasaan yang menyegarkan. Walaupun dalamnya cukup bersih, ruangannya terasa seperti seseorang tengah mendiaminya.

Dia berada pada spektrum yang sangat berbeda dengan Tomomi, namun mereka berdua sama-sama tomboy. Seragamnya digantung di gantungan baju.

Itu merupakan gakuran. Aku tidak mengerti. Bukankah itu seragam laki-laki?

“Yuuki. Maaf kalau tiba-tiba, tapi bolehkah aku menanyakan sesuatu?”

“Ada apa, Nii-san?”

“Seragam itu, bukan milikmu, ‘kan?”

Jika teman laki-lakinya mampir lalu meninggalkan seragamnya digantung seperti itu, aku menjadi agak khawatir sebagai kakaknya.

“Seragam itu milikku.”

Nada bicaranya begitu lembut, dia tidak kelihatan berbohong. Postur tubuhnya santai.

Walaupun aku mempunyai kesan bahwa dirinya adalah seorang gadis karena rambut panjang miliknya, kalau dia memiliki rambut pendek apakah dia akan terlihat seperti lelaki tampan. Kecantikannya memancarkan sebuah perasaan tanpa jenis kelamin.

“Bukankah memiliki gakuran sedikit aneh? Maksudku, gakuran itu seragam untuk laki-laki.”

“SMP-ku memperbolehkan datang ke sekolah mengenakan baju bebas. Tidak masalah jika aku tidak mengenakan seragam wanita.”

“Oh, kalau begitu tidak masalah... mustahil aku mengatakannya. Hanya karena kau boleh mengenakan apapun yang kau mau bukanlah alasan untuk mengenakan seragam laki-laki.”

“Begitu ya... aku mengerti. Memang benar itu aneh.”

Yuuki duduk pada sofa di ruang tamu. Walaupun dia akan terlihat feminim saat duduk dengan menyilangkan kaki, justru dia melebarkan kaki memperlihatkan selangkangannya.

Jika dipikir, saat Tomomi berbicara seperti laki-laki, bentuk tubuh dan cara duduknya terlihat feminim. Aku merasakan apa yang tak dimiliki oleh Yuuki. Dia menatapku selagi aku duduk di bangku sebelah meja.

“Apa yang terlintas di pikiran Nii-san ketika melihatku? Aku ingin kau mengatakan dengan jujur kesan pertamamu.”

“Kalau begitu... aku tidak akan menahan diri. Kesan pertamaku adalah... kau tidak mengetahui jenis kelaminmu sendiri.”

“Tidak mengetahui jenis kelamin... yep, itu cukup akurat.”

Dia mengangguk yakin.

“Kau perempuan, ‘kan?”

“Secara biologis, aku perempuan.”

Mempertimbangkan cara dirinya mengatakan itu, dia tidak terlihat seperti perempuan secara kejiwaan.

“Jadi dirimu yang di dalam berbeda?”

“K-kau salah. Aku ingin... menjadi... perempuan seutuhnya.”

Pikiranku menjadi sedikit bingung.

“Kau bilang ingin jadi perempuan, tapi bukankah kau itu perempuan?”

Yuuki memalingkan pandangannya ke bawah lalu terdiam. Setelah melihat ekspresi kesepiannya, kelihatannya aku terlalu berlebihan.

“Maaf, itu salahku. Cara bertanyaku salah. Tolong ceritakan secara bertahap.”

“Nii-san... maukah kau mendengarkan ceritaku dengan sungguh-sungguh?”

“Tentu saja.”

“Terima kasih! Nii-san adalah orang baik yang membuat diriku bahagia. Umm.. ah, maaf Nii-san!”

Yuuki berdiri dari sofa seolah memantul.

“Aku lupa. Aku segera menyiapkan kopi. Aku kurang baik dalam hal ini.”

Dia bergumam memarahi dirinya sendiri. Kelihatannya dia depresi dan kurang percaya diri. Aku menanggapi agar dia senang.

“Kalau begitu, jangan pelit dengan gula dan susunya.”

“B-baik! Tunggu sebentar.”

Yuuki bergegas pergi ke dapur dan setelah mendidihkan air di ceret, dia membuat kopi instan sesuai pesananku.

Aku tidak terlalu suka dengan kopi instan, tetapi gula dan susu bisa menutupi rasanya.

Aku menarik nafas panjang menyeruput kopi susu yang kupesan. Ngomong-ngomong, susu buatan Yuuki warnanya hitam.

Meminum kopi hitam instan adalah sesuatu yang tidak bisa kupercaya. Tentu saja, ada kopi instan mahal yang mungkin rasanya cukup enak.

Setelah menaruh cangkir ke atas meja Yuuki mulai berbicara.

“Ketika aku kelas dua SD, seorang anak laki-laki di kelasku berkata 『"Pakaian wanita tidak cocok untukmu! 『"Perempuan jantan"』... sewaktu kecil aku lebih tinggi dari anak-anak seumuranku.”

“Kau dirundung?”

“Itu, umm... daripada perundungan... aku menggapnya sebagai saran. Karena kepribadianku yang positif, aku menjadi diriku seperti sekarang ini.”

“Saran... seberapa positif sih dirimu.”

Dia tertawa malu saat aku membalasnya dengan ketus. Meski malu, dia memiliki senyuman yang cerah dan bahagia. Entah kenapa terlihat keren.

“Ibuku tidak begitu peduli dengan perbedaan jenis kelamain, setiap kali aku berpakaian seperti anak laki-laki dia senang.”

Jadi seperti itu, Yuuki juga sudah berpisah dengan ibunya.

“Apa yang terjadi dengan ibumu?”

“Empat tahun lalu sebuah surat terkirim dari Brazil. Sepertinya dia menemukan istri di sana.”

“Dia meninggalkan anak perempuannya dan menikah lagi di luar negeri... Apa? Istri?”

“Benar. Sepertinya ibuku sudah menjadi ayah tanpa kusadari.”

Ketika dia mengatakan itu dengan senyuman yang menyegarkan, aku mencoba memahami perkataanya dalam pikiranku.

“B-begitu ya. Pasti sulit.”

“Tidak sama sekali. Jika ibuku menjadi ayahku, itu artinya dia telah melakukan sesuatu di kehidupan barunya. Selain itu aku ingin terus membuat ibuku—— ayahku bahagia.”

Orang tua kandungnya bahkan lebih aneh dari karakter fiksi. Yah, bukannya aku juga pantas mengatakannya.

“Kembali ke cerita. Apa yang terjadi di SD setelah kejadian itu?”

“Kemudian, ketika anak yang mengatakan 『”Perempuan jantan”』melihatku dengan pakaian wanita, dia tidak mengatakan apa pun... rasanya cukup sedih.”

Anak itu hanya ingin mendapatkan perhatian Yuuki, dia mungkin tidak akan percaya kalau Yuuki kembali berpakaian seperti anak laki-laki karena perkataanya.

“Itu juga pasti sulit.”

“Benar. Guru SD juga berkata『”Mereka menghormati kebebasan individu”』, alhasil aku terus berpakaian seperti anak laki-laki... tanpa kusadari, aku terlalu malu dan sungguh mustahil untukku mengenakan rok...”

“Ah, begitu ya... dan itu terus berlanjut sampai gakuran.”

Yuuki mengangguk dan mengarahkan pandangannya ke seragam di gantungan baju.

“SMP-ku memperbolehkan datang ke sekolah mengenakan baju bebas, aku juga berusaha dalam belajar. Karena aku rutin mengenakan seragam itu, banyak pelajar yang menyangka kalau aku ini laki-laki... namun seperti yang diduga, teman kelasku tahu kalau aku adalah seorang perempuan.”

“Bagaimana dengan toilet?”

“Saat ramai aku bisa masuk toilet laki-laki, tidak ada masalah untuk itu.”

Dia mengatakan sesuatu yang luar biasa tanpa ada sedikit pun keraguan.

“Kalau begitu, apa ada suatu hambatan?”

Wajah Yuuki langsung *kshh* kemudian menjadi lebih merah daripada tomat.

“K-kalau itu, umm, bukannya menyombongkan diri namun aku menjadi populer di kalangan para gadis... aku juga ditembak oleh dua gadis di saat yang bersamaan.”

“Hohoo. Tidak menyombongkan diri, populer yah.”

Selagi Yuuki menggerakan tangannya, dia terlihat seperti model, bentuk tubuhnya cukup feminim atau malah kekanak-kanakan.

“Jangan menggodaku Nii-san. Keperjakaankeperjakaanku hampir direbut... um, lupakan. Dilihat dari mana pun, mereka berdua terlihat sangat mencintaiku dan karena aku tidak tahu apa yang harus dilakukan, aku meminta nasihat pada seorang guru. Setelah itu, mereka berdua dilarang mendekatiku.”

Kupikir kata keperjakaankeperjakaan tadi terdengar aneh, namun jangan singgung tentang hal ini.

“Jadi kau menolak mereka berdua?”

“Y-yep. Entah seberapa tomboy-nya diriku, tidak mungkin aku jatuh cinta pada perempuan... daripada itu, aku sunguh mengerti kalau aku harus memaksa diriku menjadi perempuan. Kenyataanya aku memanglah seorang perempuan.

Tentu saja. Yuuki adalah perempuan. Dua gadis itu jatuh cinta padanya ketika dia berada dalam pakaian laki-laki, jika saja dia kembali berperilaku layaknya perempuan mereka tidak akan mempunyai pilihan selain menyerah.

“A-apa kau kesal karena itu?”

“Sejujurnya aku terkejut... namun aku mengerti keadaanmu sekarang ini.”

Dia tersenyum, itu senyuman yang menyegarkan. Walaupun jenis kelamin kita sama... tidak tunggu, aku hampir terkecoh. Yuuki adalah seorang perempuan.

Senyuman miliknya yang memikat orang lain. Tidak ada kaitannya dengan jenis kelamin.

“Terima kasih, Nii-san! Aku ingin menjadi perempuan. Namun aku tidak tahu apa yang harus dilakukan, dan juga tidak ada orang yang bisa aku andalkan...”

“Jadi intinya kau ingin aku membantumu?”

“Benar sekali. Aku ingin menjadi adik perempuan (sementara) Nii-san!”

“Aku belum memutuskannya. Ditambah, apa yang kau maksud dengan (sementara)...”

“M-maaf Nii-san! Tentu saja aku ingin menjadi adik perempuanmu. Selain itu, kau juga orang yang hebat.”

Yuuki menatapku. Rasa hormat yang ditunjukan lewat matanya menghilangkan segala keraguan.

Tidak seperti aku mempunyai sesuatu yang pantas dihormati.

“Itulah mengapa, Nii-san! Tidak peduli seberapa buruk caranya, jika aku dilihat sebagai adik perempuan seseorang, kewanitaanku akan tumbuh dengan sendirinya.”

“Aku mengerti...hey, apa memang kata “kewanitaan” digunakan seperti itu?!”

“Aku hanya bisa bergantung padamu... dan juga, aku sudah menekan beberapa perubahanku sebagai perempuan.”

Yuuki mencoba melepaskan bajunya. Perutnya terlihat dari bawah.

“Tunggu! Hentikan! Aku mengerti! Aku mengerti jadi jangan dilepas!”

“M-maaf! Kita belum jadi saudara ya. Aku meminta maaf membuatmu melihat hal seperti itu.”

Tidak peduli itu (sementara) atau saudara, itu adalah sesuatu yang tidak boleh kau tunjukan.

Kelihatannya dia tidak memiliki kepercayaan diri sebagai seorang perempuan. Lalu, apa yang harus kita lakukan.

“Jika kau ingin lebih feminim, kenapa kau tidak mencoba berkonsultasi dengan teman perempuan?”

"Ka-ka-kalau itu...."

Yuuki memucat.

“Apa kau tidak punya teman? Jadi seperti itu, teman.”

“Be-benar. Mereka semua baik. Namun mereka menjaga jarak... setelah dua gadis itu mendekatiku. Gadis-gadis lain menatap sambil mengatakan sesuatu seperti 『satu gadis saja sudah cukup』. Aku tidak bisa menjelaskan dengan baik kalau mereka salah tapi... dan juga, karena dua gadis itu mengancam mereka, aku jadi kesulitan ketika berurusan dengan para gadis.”

Kelompok gadis memang merepotkan ya. Sebelum Yuuki menyadirinya, situasi menjadi rumit.

“Sampai mana masalahmu saat berurusan dengan para gadis?”

“Hanya dengan saling menatap itu sudah membuatku resah... juga sulit bagiku untuk berbicara dengan pegawai kasir wanita.”

Itu cukup parah. Daripada dengan diriku, dia seharusnya berkonsultasi dengan spesialis.

“Meski kau ingin menjadi perempuan, kau tidak boleh terlalu bergantung pada gadis SMP. Ditambah ibumu yang menjadi ayahmu sekarang sedang berada di tempat yang jauh... benar, ‘kan?”

Selagi aku mengatakannya, Yuuki menganggukan kepalanya beberapa kali. Gerakannya yang seperti itu mengingatkan pada seekor anak anjing.

“Kau tidak berbohong, ‘kan?”

“Kau bisa memastikannya sendiri jika kau mau.”

Mengingat dia memiliki banyak sekali situasi khusus yang saling tumpang tindih, aku pikir adalah hal yang bodoh jika tidak mencurigainya.

Jika aku membahas tentang ini dengan Murasaki-san, aku akan mengetahui apakah cerita Yuuki dan situasinya itu hanyalah karangan atau bukan.

“Aku mengerti. Aku percaya padamu. Maaf sudah curiga.”

“Bahkan aku sendiri menganggap itu aneh. Aku memang seperti ini tapi... mohon bimbing aku. Nii-san.”

Jika rasa takutnya dengan wanita hilang dan dia mendapatkan kepercayaan diri layaknya perempuan normal, Yuuki mungkin akan menjadi manusia super, terbuka, dan gadis cantik yang sempurna. Meski membimbingnya itu berlebihan, akan aku coba...

“Aku tidak berpikir bisa berbuat banyak untuk membantumu. Kewanitaan... apa arti kewanitaan itu?”

Saat aku memiringkan leherku dalam kebingungan, Yuuki melakukan hal yang sama, menirukan gerak tubuhku.

“Aku ingin tahu... artinya”

“Kau mengincar sesuatu yang tidak kau ketahui!”

“Maaf. Kata itu populer di internet, jadi secara tidak sadar...aku menggunakannya.”

  • tehepero*, Yuuki menjulurkan lidah kemudian mengedipkan matanya. Barusan, kewanitaanya cukup tinggi. Aku tidak terlalu mengerti apa itu kewanitaan, tetapi aku merasa itu sama seperti yang dilakukannya tadi.

“Jika kata itu memang kau ketahui dari internet, bagaimana jika kita mencari sesuatu di sana?”

Dia mengangguk dengan senyuman.

“Hore! Nii-san adalah seseorang yang bisa diandalkan. Itu membuatku sangat, sangat bahagia!”

Walaupun dia memujiku, sejujurnya aku tidak memiliki rasa percaya diri apakah aku bisa memenuhi ekspektasinya.

Aku menggunakan browser pada smartphone miliku lalu menuliskan ‘kewanitaan’ pada kolom pencarian.

Hasilnya adalah beberapa artikel tentang kewanitaan, ringkasnya yaitu pada cara gadis berdandan, bertingkah laku, dan berbicara. Ada beberapa kategori.

“Bagaimana, Nii-san? Apakah ada suatu cara untuk meningkatkan kewanitaan milikku?”

Dia menempel padaku dan mengatakan itu sambil menatap layar smartphone. Rambutnya memiliki bau mint. Memberikan kesan pemuda yang keren.

“Shampoo milikmu, bukankah itu yang digunakan para pria?”

“Yang untuk wanita baunya terlalu manis, tetapi aku menggunakan produk wanita untuk membersihkan diriku.”

“Ayo kita mulai dari situ. Kau perlu membilas itu lalu menggantinya dengan perawatan yang cocok. Itu sia-sia mengetahui kau memiliki rambut yang indah.”

Yuuki menyentuh rambutnya dan tersipu.

“Rambutku indah ya. Baik, aku akan merawatnya.”

Aku tidak tahu apa yang akan terjadi mulai dari sekarang. Untuk saat ini, aku meringkas semua informasi yang kudapatkan dari internet.

“Sepertinya, kewanitaan itu tentang memoles diri sendiri.”

“Memoles... diri sendiri?”

Karena Yuuki memiliki peralatan yang bagus untuk berdandan, dia akan menjadi cantik dengan mudah. Coba pikirkan saja, Mariko menjadi khawatir dengan berat badannya meski sama sekali tidak gemuk.

Aah... mungkin aku sudah melihat kewanitaan di sana.

“Kau bisa saja bersinar di keadaan yang masih kasar, kupikir itu adalah hal yang bagus untuk mempercantik dirimu.”

“Memoles katamu, tapi aku masih tidak tahu harus melakukan apa?”

Dia menggulung tubuhnya. Ketika dia terlihat lebih kecil, kesan dirinya yang keren menjadi imut.

“Umm.. yah yang seperti itu. Kau tidak memiliki masalah dengan berat badan, jadi tidak harus melakukan diet. Bagaimana kalau memakai make-up?”

“Aku tidak tahu cara memakainya. N-namun aku membeli beberapa kosmetik dengan keinginan bisa menghadapinya.”

Yuuki pergi ke kamar di sebelah ruang tamu, dan kembali tidak lama kemudian. Dia memegang keranjang kecil berisi kosmetik. Aku tidak tahu harga untuk barang-barang ini, tetapi sekilas... barang-barang itu tidak terlihat mahal.

“Berapa uang yang kau bayar untuk barang-barang ini?”

“Masing-masing seratus yen. Aku pikir seorang pemula tidak seharusnya membeli yang mahal.”

Kau harus berinvestasi lebih untuk barang seperti ini, Yuuki-san. Yah meski begitu, dapat mempersiapkan dirinya saja sudah mengaggumkan, sebagai kakak aku perlu menyemangatinya.

Aku mengajarinya dengan informasi yang kutemukan.

“Menurut informasi dari internet, menggunakan lotion kulit itu baik.”

“Ah! Aku sudah membelinya! Jika aku tidak salah, itu digunakan setelah selesai membasuh wajahku. Jika aku memakainya apakah kewanitaanku akan meningkat?”

Dia mengambil botol kecil yang belum terbuka sambil menggoyangkan tubuhnya kesana kemari dengan semangat.

Lotion yang dibuat dari kedelai. Warnanya seputih susu.

“Kau belum mencobanya?”

“Kupikir tak akan ada yang berubah meski aku memakai lotion, juga aku terlalu takut memakainya. Namun jika Nii-san yang mengatakannya... aku merasa seperti bisa melakukannya.”

“Baiklah! Yuuki! Basuh wajahmu dulu.”

“Baik! Akan aku lakukan.”

Dia pergi ke kamar mandi lalu membasuh wajahnya. Kemudian dia kembali sambil mengelap tetesan air dengan handuk. Yuuki, jika kau menggantung handuk di lehermu seperti itu, kewanitaanmu akan menurun hingga level pria tua.

“Ahh menyegarkan! Rasanya enak setelah membasuh wajah.”

Itu terasa liar, seperti pria dewasa setelah membasuh wajahnya. Namun aku akan diam saja untuk sekarang.

“Bagaimana kalau kita langsung memakai lotion dan melihat hasilnya?”

“Baik, Nii-san. Umm, berapa banyak yang harus kupakai?”

“Menurut yang kudapat dari internet, daripada memakai lotion yang harganya mahal, akan lebih baik uangnya dibelanjakan untuk yang murah.”

Aku sudah mencari tahu tentang itu, tetapi aku tidak menemukan cara untuk memakainya. Tapi yang lebih penting adalah membuat kewanitaan Yuuki bertambah.

“D-dibelanjakan untuk yang murah. Kalau begitu... yang ini!”

Aku penasaran apa yang sedang dia lakukan, tapi Yuuki membuka penutup lotion dan setelah menaikan dagu lalu mengangkat wajahnya menghadap langit-langit dia mulai mengoleskan lotion ke wajahnya dengan berlebihan.

Cairan putih yang lengket dan menggumpal menutupi wajah Yuuki.

“Bagaimana, Nii-san? Apa kewanitaanku sudah naik?”

  • tes tes tes tes tes tes tes plop plop tes tes tes tes tes plop*. Wajahnya benar-benar tertutup oleh cairan yang menggumpal.

“Sangat susah untuk meningkatkan kewanitaan. Lotion-nya bahkan sampai menetes ke dadaku dan bajuku jadi lengket semua. Waahaahaha! Anehnya, aku merasa kewanitaanku perlahan meningkat! Lotion kulit memang luar biasa. ‘kan, Nii-san!”

“Tidak, kalau itu... meski sulit mengatakannya, tetapi kewanitaanmu mungkin... sudah menurun.”

Tangan Yuuki membeku.

“N-Nii-san! Kenapa kau mengatakan sesuatu yang menyakitkan?!”

“Sepertinya informasi seperti ini cuma tipuan belaka. Ayo kita coba cara lain.”

Aku mendesah setelah melihat wajahnya yang seolah akan menangis sembari masih ditutupi cairan yang menggumpal.

Salah satu informasi yang aku fokuskan adalah hipotesis lain mengenai kewanitaan.

Kewanitaan adalah kekuatan pakaian dalam. Menjadi modis pada tempat yang tak terlihat adalah kunci untuk meningkatkan kewanitaan.

Ngomong-ngomong, aku pernah berpikir kalau Tomomi itu feminim... bra berwarna merah muda miliknya bisa dilihat dari kausnya... hey, apa yang aku pikirkan sih.

“Nii-san, aku akan mengganti kaus ini.”

Yuuki kembali mengenakan kaus satin berwarna hitam dengan model open neck. Kerahnya naik... dia terlihat seperti tuan rumah. Setelah dia mengenakan kaus yang keren kelaki-lakiannya bertambah, tidak terasa ada yang janggal sedikitpun.

OOSY v01 004.jpg


Bagaimana caranya aku mengatakan kepada seorang gadis kalau kewanitaan = kekuatan pakaian dalam.

“Ngomong-ngomong, celana dalam milikmu warnanya apa? Umm, maksudku bukan dalam artian yang mesum.”

“Baiklah. Kupikir dengan melihatnya akan jelas.”

Sial. Pertanyaanku terlalu berlebihan, tetapi Yuuki adalah orang bodoh dari lahir. Ketika di deoanku, dia mengendurkan sabuk celananya.

“Tunggu tunggu tunggu! Pertanyaanku cukup aneh, tetapi bukankah lebih aneh jika kau melepaskan bahkan sampai memperlihatkannya, ‘kan?”

“Eh? Ah... k-kau benar. Meski kita adalah saudara tidaklah baik memperlihatkannya ya. Ngomong-ngomong, warna celana dalam seperti apa yang harus kukenakan untuk meningkatkan kewanitaanku?”

“Menurut yang kutemukan di internet, bukan hanya warnanya tapi desainnya juga penting. Kau tidak perlu melepaskannya, namun jenis pakaian apa yang kau kenakan? Itu merupakan pertanyaan tanpa ada motif terselubung dan hanya untuk memastikan saja, aku tidak memiliki perasaan bersalah.”

“Aku mengerti, Nii-san. Umm, celana dalam yang kukenakan seperti celana dalam boxer dengan pola yang penuh warna. Memang benar, trunks kurang nyaman.”

Dia tertawa dan dengan malu memiringkan kepalanya.

“Bagaimana dengan b-bra?”

“Dadaku diikat dengan perban, tetapi sudah tidak bisa lagi digunakan. Sebenarnya, aku tidak tahu jenis pakaian dalam apa yang harus kubeli.”

Yuuki menurunkan bahunya. Sepertinya kewanitaan miliknya bertambah ketika sedang sedih. Namun karismanya meruntuhkan ketika itu terjadi. Aku ingin membantunya mendapatkan kewanitaan dengan segala kemampuanku.

Matanya bersinar, dan dia menatapku dengan penuh keyakinan. Ditambah, Yuuki sama sekali tidak terlihat memiliki tanda–tanda ironi atau niat jahat. Namun...

“Jika kau memandangku dengan penuh rasa hormat begitu, aku merasa seperti dipuji karena mengatakan sesuatu yang mesum. Aku tidak berpengetahuan luas, tetapi jika kau tidak bisa berbicara dengan pegawai kasir wanita kau masih bisa berbelanja lewat internet, ‘kan? Mari manfaatkan kelebihan teknologi informasi.”

“Benar sekali. Aku cukup sering berbelanja lewat internet. Aku bahkan berani memesan baju seperti itu.”

“Baju seperti itu, maksudmu pakaian wanita?”

Dia menekan bahunya dan menjadi semakin kecil seperti kehilangan rasa percaya diri.

“B-benar. A-aneh?”

“Tidak sama sekali. Yuuki sungguh hebat. Syukurlah masalah ini hampir sepenuhnya hilang. Sama seperti kau memesan baju lewat internet, kau juga bisa membeli bra yang imut untuk dirimu.”

“M-membeli bra yang imut untuk diriku?! Mustahil, pilih kan satu untukku Nii-san. Meski bra itu tembus pandang atau yang seksi... aku mau...”

“Kau yang memutuskan sendiri. Bukankah penting untukmu menentukan mana yang kau anggap『Imut』?

“Menemukan.... imut?

“Benar. Kau harus mengetahui mana yang menurutmu imut. Nantinya itulah yang menjadi cara mempercantik dirimu sendiri dan di saat yang bersamaan kewanitaanmu akan meingkat.”

Aku mengatakan dengan lantang pendapat yang kubaca di internet.

“Ka-kalau begitu... maukah kau mencarinya... bersama?”

Yuuki tersipu dan menatap ke arah wajahku.

“Tentu saja. sekarang mari kita cari lewat smartphone atau PC milikmu.”

“Baiklah. Aku akan mengambilnya.”

Dia kembali dari kamar dan membawa sebuah laptop. Itu merupakan tipe besar.

“Nii-san, boleh aku memeriksa Twitter dulu?”

“T-tentu. Aku tidak keberatan.”

Dia membuka situs kesukaanya. Dia memeriksa akun milik artis internet lokal “Undying Cicada.”

“Dia tidak men-tweet. Aku pensaran apakah Cicada-san baik-baik saja.”

“Apa kau penggemar orang ini?”

“Apakah Nii-san juga tahu Cicada-san?”

“Tidak, umm..”

Dalam artian luas, bisa dikatakan kita tinggal di atap yang sama... kemudian, Yuuki meneruskan.

“Karena Cicada-san tidak men-tweet sejak minggu lalu, aku jadi sedikit khawatir.”

“Kenapa orang ini menjadi begitu terkenal?”

“Cicada-san membuat banyak pakaian. Namun dia tidak membuatkan untuk sembarang orang, dia terkenal karena membuatkan pakaian untuk orang yang dia sukai saja lho?”

“Apakah itu pakaian yang dia buat?”

“B-benar. Itu merupakan kehormatan sekaligus keberuntungan bisa mendapatkannya. Sampai-sampai, baju itu dikirim ke tempatku sehari setelahnya.”

“Kenapa kau tidak mengenakannya?”

“Dengan kewanitaanku yang sekarang aku belum bisa memakainya... namun suatu saat nanti, aku berharap menjadi perempuan yang cantik lalu mengenakannya.”

Aku baru saja mengetahui suatu hubungan yang mengejutkan di tempat yang tak terduga. Tetapi, mengingat bagaimana Yuuki dan Selene terhubung, akan lebih baik kalau aku tidak membocorkannya.

Yuuki mungkin akan senang mengetahui orang yang dia kagumi adalah adik perempuannya sendiri, kalau Selene mungkin dia akan malu. Mari ubah topik pembicaraanya.

“Kalau begitu, ayo kita cari situs pakaian dalam wanita.”

“Baik! Mari berjuang Nii-san!”

Aku mengetik “Pakaian dalam wanita” pada kolom pencarian dan melihat di pencarian gambar. Hasilnya merupakan hal yang luar biasa.

“Nii-san! Seberapa banyak kewanitaan pada bintang keberuntungan yang menempel didada?”

“Saring hal seperti itu dari otakkmu.”

“Celana dalam yang dikenakan wanita ini kenapa tak ada kain lain dipinggangnya?”

“Sepertinya itu dinamakan C-string, itu sengaja dibuat agar bentuk celana dalam tidak terlihat. Mungkin akan cocok dengan yukata tapi kita lewati saja hal yang semakin nyeleneh ini.”

“Yang ini ada lubang ditengahnya.”

“Lewat lewat lewat! Kita pindah ke situs yang lain!”

“Aku penasaran apa tali juga termasuk celana dalam?”

“Bisa jadi... tidak. Jelas tidak.”

“Ah! Gambarnya imut!”

Pada akhirnya Yuuki menemukan standar ‘imutnya’, itu merupakan celana dalam seorang gadis dari Pretty Girls Rangers Fruity.

“Yuuki. Celana dalam seperti itu biasa dipakai oleh anak SD.”

“B-begitu ya. Ini sulit.”

Setelah itu, aku dan Yuuki mencari di beberapa situs dan akhirnya menemukan celana dalam dengan lingrie imut khusus remaja wanita. Setelah memebel berbagai macam pakaian kami selesai berbelanja. Selesai menutup laptop miliknya Yuuki meregangkan badan.

“Terima kasih, Nii-san. Aku merasa kewanitaanku meningkat drastis jika mengenakannya. Sudah saatnya makan malam, kau pasti lapar, ‘kan?”

“Ah, benar. Aku kelaparan.”

Makan malamnya adalah makanan beku. Meskipun jika dia memasak kewanitaannya akan meningkat, tetapi kelihatannya Yuuki tidak bisa memasak. Kami berdua memakan nasi, satu hamburger kecil dengan ayam goreng sebagai lauk yang sempurna untuk makanan kotak dan sayuran rebus di wadah kecil.

Kemudian, Yuuki bersiap mandi.

“Mau mandi bareng, Nii-san?”

“Jika kau laki-laki, aku mau-mau saja.”

“B-begitu ya. Aku tidak begitu keberatan lho... kau mandi duluan, Nii-san.”

“Kalau begitu aku tidak akan menolak. Jangan mengintip ya.”

“Tidak mungkin aku melakukannya. Nii-san aneh.”

Aku lega Yuuki menertawakannya. Berbeda dengan Sayuri yang menerobos waktu itu, aku bisa selesai mandi dengan aman.

Setelah itu hingga waktunya selesai, aku menghabiskan waktu dengan menonton TV dengan Yuuki. Saluran khusus anime sedang menyiarkan Pretty Girls Rangers Fruity. Kelihatannya itu siaran ulang.

“Mengejutkan ternyata Nii-san juga menonton anime.”

“Kau benci anime?”

“Tidak sama sekali, malah aku menyukainya. Aku cenderung bertingkah laku seperti Orange-chan, namun aku ingin seperti Grape-chan yang penuh dengan karisma dewasa.”

Untuk Yuuki anime mungkin bisa menjadi bahan meningkatkan kewanitaanya. Meski acaranya ditujukan untuk anak-anak.

Selesai menonton satu episode, waktu menunjukan hampir setengah dua belas, tengah malam.

“Sudah waktunya.”

“Ingin menginap untuk malam ini?”

“Walaupun ini kamar milik kandidat adik perempuanku, aku tetap tidak bisa. Aku harus kembali.”

“A-Aku mengerti. Sayang sekali tapi mau bagaimana lagi.”

Melihat senyuman Yuuki saat dia mengantarku ke pintu depan, dadaku sedikit sakit.

Aku bertanya-tanya apakah dia dapat merasa seperti perempuan berkat latihan kewanitaan hari ini.

Aku berharap dapat membantunya layaknya seorang kakak.