Overlord (Indonesia):Volume 4 Chapter 2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Part 1[edit]

Ini sudah separuh hari mengendarai Rororo menyusuri tanah basah. Matahari juga sudah tinggi, namun Zaryusu tidak menemui musuh apapun yang dia khawatirkan, dan tiba dengan selamat di tempat tujuannya.

Di tanah basah itu, ada beberapa permukiman dengan rumah yang dibangun dengan gaya yang sama dengan suku Green Claw, dikelilingi oleh tonggak-tonggak runcing menghadap ke luar di semua sisi. Meskipun ada celah yang lebar di antara tonggak-tonggak tersebut, cukup efektif dalam menghalangi makhluk-makhluk besar seperti Rororo dari penyerangan. Meskipun jumlah rumah-rumah itu kurang dari rumah di suku Green Claw, secara individu, masing-masing rumah tersebut ukurannya lebih besar.

Jadi tidak jelas yang mana yang memiliki populasi yang lebih besar.

Setiap peduduk memiliki bendera yang ditempelkan dan berkibar tertiup angin. Bendera-bendera tersebut seluruh memiliki simbol lizardmen suku Red Eye.

Benar, ini adalah tujuan pertama dari Zaryusu - pemukiman suku Red Eye.

Setelah mengawasi sekitarnya, Zaryusu bernafas dengan lega.

Ini karena, untungnya bagi Zaryusu, tempat habitat mereka berada dalam jalan tanah basah yang sama, tetap seperti sebelumnya. Pada dasarnya dia teringat bahwa mereka bisa saja pindah akibat dari peperangan terakhir, sehingga Zaryusu harus mulai mencari lagi suku mereka.

Zaryusu melihat ke belakang jalan tempat dia datang, dan meskipun dia tidak bisa melihat dengan jelas, sedikit di luar pandangan matanya adalah desanya sendiri. Sekarang ini, desanya sudah bersemangat membuat berbagai macam persiapan. Meskipun dia pergi dengan perasaan gugup, dia bisa yakin bahwa desanya akan aman dari serangan untuk sesaat.

Fakta bahwa Zaryusu bisa tiba dengan selamat disini adalah buktinya.

Dia tidak bisa memutuskan apakah ini adalah celah dari rencana Yang Mulia (Ainz) atau apakah tindakan Zaryusu juga berada dalam perhitungannya, tapi dalam kesempatan apapun musuh saat ini tidak berniat menelan ucapannya sendiri, dan tidak mencoba untuk menghalangi persiapan pertempuran.

Tentu saja, meskipun jika yang disebut Yang Mulia ini menggerakkan tangannya untuk ikut campur, Zaryusu hanya bisa bertindak melakukan apa yang dipercayainya.

Zaryusu melompat turun dari Rororo dan meregangkan tubuhnya. Meskipun mengendarai Rororo melewati jarak yang panjang membuat ototnya kaku, meregangkan punggungnya membuat rasa lelah itu hilang dan membuatnya terasa nyaman.

Selanjutnya, Zaryusu memerintahkan kepada Rororo untuk tetap pada posisinya dan menunggu dirinya, lalu mengeluarkan beberapa ikan kering dari tasnya untuk Rororo, sebagai sarapan dan makan siang.

Sejujurnya, dia ingin Rororo mencari makan sendiri dari sekitar sini, tapi menahan diri untuk tidak memberikan perintah itu karena kemungkinan akan mengganggu tempat perburuan suku Red Eye.

Setelah mengusap kepala Rororo beberapa kali, Zaryusu persi sendiri dan terus melaju.

Jika dia membawa Rororo dengannya, pihak lain bisa merasa takut dengan hydra tersebut dan tidak bersedia untuk keluar. Zaryusu kemari untuk membentuk aliansi, dan tidak ingin muncul dengan senjata besar.

Dia maju sambil membuat suara percikan air.

Di sudut pandangnya, Zaryusu bisa melihat suku Red Eye yang sedang berjalan dalam satu barisan di bagian dalam pinggiran tonggak-tonggak itu. Equipment mereka sama denga dengan yang dimiliki suku Green Claw, tidak memakai armor dan menggenggam tombak kayu yang terbuat dari tulang yang diruncingkan dan menempel di ujung tombak kayu tersebut. Ada juga orang-orang yang membawa tali untuk melempar batu, tapi karena yang ini tidak ada batunya, mengindikasikan bahwa mereka tidak berniat menyerang langsung.

Zaryusu mencoba sebaik mungkin untuk menghindari menstimulasi pihak lain, jadi dia pelan-pelan mendekat hingga kedua pihak tiba sebelum pintu masuk. Dia mengarahkan tatapannya kepada lizardmen yang sedang berjaga dan mengeluarkan suara.

"Aku adalah Zaryusu Shasha dari suku Green Claw. Ada masalah yang ingin aku diskusikan dengan kepala suku kalian!"

Setelah beberapa saat, seorang lizardmen terhormat yang memegang tongkat untuk berjalan muncul, dengan lima lizardmen kekar mengikuti di belakangnya. seluruh tubuh lizardmen tua dari atas hingga bawah memiliki simbol-simbol yang dilukiskan dengan lukisan tubuh warna putih.

Apakah dia adalah tetua Druid?

Zaryusu mempertahankan sikap siaganya.

Orang yang ada di depannya ini adalah orang yang memiliki posisi yang setara, oleh karena itu dia tidak bisa menunjukkan tampang lemah. Meskipun tetua druid mengamati simbol di dadanya, Zaryusu tidak mundur.

"Zaryusu Shasha, suku Green Claw. Aku kemari untuk mendiskusikan sebuah masalah."

"..Meskipun aku tidak bisa bilang kalau kamu disambut disini, pemimpin suku kami bersedia bertemu denganmu. Datanglah bersama kami."

Retorika aneh ini membuat Zaryusu bingung.

Apa yang membuat dia bingung adalah mengapa individu lain yang tidak disebut kepala suku, dan mengapa mereka tidak memintanya untuk menunjukkan sebuah item untuk membuktikan identitasnya. Namun mengatakan apapun saat ini bisa membuat marah pihak lain, dan itu akan menimbulkan masalah. Meskipun dia merasa agak aneh, Zaryusu perlahan mengikut di belakang barisan lizardmen.


Dia dibawa ke dalam gubuk kecil yang indah.

Lebih luas daripada milik kakak Zaryusu. Dinding ini dicat dengan corak langka, menunjukkan bahwa pemiliknya adalah dari kalangan bangsawan.

Apa yang menyita perhatiannya adalah gubuk itu tidak memiliki jendela, hanya sebuah celah untuk ventilasi. lizardmen bisa melihat obyek dengan jelas di kegelapan, tapi bukan berarti mereka menikmati kegelapan.

Lalu mengapa ada orang yang ingin tinggal di gubuk yang gelap?

Zaryusu memiliki banyak keraguan tapi tak bisa menanyakan jawabannya kepada siapapun.

Melihat di belakangnya, druid dan warrior yang memimpin tadi sudah pergi.

Ketika mereka yang memimpin jalan tadi bilang kepadanya bahwa mereka pergi, dia merasakan bahwa mereka terlalu ceroboh. Dia hampir kelepasan hal itu.

Tetapi ketika Zaryusu mendengar bahwa ini adalah permintaan pemimpin dari suku, Pendapatnya terhadap orang yang menunggu di dalam gubuk meningkat.

Meskipun dia bersumpah kepada kakaknya bahwa dia akan kembali dengan selamat, Zaryusu sudah siap jika ada kemungkin bahwa dia tidak bisa memenuhi janji itu. Oleh karena itu, mengelilinginya dengan pasukan bersenjata hanya akan membuatnya kecewa pada kenyataan bahwa hanya ini yang bisa mereka lakukan.

Namun, jika pihak lain sudah tahu maksudnya dan masih menunjukkan kebaikan...

Mungkin dia adalah negosiator ulung, musuh yang menjengkelkan...

Mengabaikan mata yang mengintip dari kejauhan, Zaryusu langsung masuk ke pintu dan mengumumkan dengan suara keras:

"Aku adalah Zaryusu Shasha dari suku Green Claw, dan aku kemari untuk bertemu dengan pemimpin suku."

Sebuah suara kecil dari dalam merespon dengan baik, suara seorang wanita. Memperbolehkannya masuk.

Zaryusu membuka pintu tanpa ragu.

Interior gubuk itu segelap yang dia bayangkan.

Karena perbedaan kecerahan, meskipun dia memiliki penglihatan malam, Zaryusupun harus berkedip berkali-kali.

Udara di dalam sini beraroma mirip dengan obat-obatan, bercampur dengan aroma tanaman obat yang menusuk hidung. Zaryusu membayangkan lizardmen wanita yang tua, tapi ini jauh dari kenyataannya.

"Selamat Datang."

Sebuah suara keluar dari dalam kegelapan. Dia telah salah menganggap suara itu adalah suara wanita tua. Tapi setelah mendengarnya dari dekat, suara itu mengandung energi masa muda.

Akhirnya terbiasa dengan perubah cahaya, seorang lizardmen muncul di depan matanya.

Putih.

Itu adalah kesan pertama Zaryusu.

Sisik seputih salju, murni tak ada noda. Mata merah yang cerah dan bulat seperti ruby, dan tubuh yang langsing bukan tubuh seorang pria, tapi seorang wanita.

Seluruh tubuhnya ditutupi oleh corak merah dan hitam, artinya dia adalah lizardmen dewasa, bisa menggunakan berbagai macam magic dan ... belum menikah.

Zaryusu pernah sekali ditusuk oleh tombak di masa lalu.

Saat itu, Zaryusu merasa tubuhnya dibakar api yang menggelora seakan ditusuk oleh besi panas dan jantungnya juga diikuti dengan detak yang cepat, keduanya digabungkan menghasilkan perasaan luka yang menjalar ke seluruh tubuh.

Tidak ada rasa perih, tapi...

Zaryusu kehilangan kata-kata dan berdiri tak bergerak.

Setelah mengartikan keheningan Zaryusu dengan caranya sendiri, Kepala suku tersebut hanya memberinya senyum rendah hati.

"Kelihatannya aku adalah pemandangan aneh meskipun bagi pembawa salah satu dari empat harta, Frost Pain."

Albino di alam memang langka, sebagian karena mereka terlalu mencurigakan. Membuatnya sulit bagi mereka untuk selamat.

lizardmen yang beradab entah bagaimana memiliki tendensi lemah terhadap cahaya matahari, penglihatan yang buruk, mereka tidak sampai pada level peradaban dimana individu tersebut bisa selamat. Oleh karena itu sangat langka untuk bertemu dengan albino dewasa. Ada banyak kasus dimana mereka dibunuh ketika lahir.

Seharusnya termasuk beruntung jika seorang albino terlihat sebagai existensi yang tercela bagi lizardmen biasa. Bahkan ada beberapa yang melihat mereka sebagai monster, itulah kenapa dia memiliki sikap mencela dirinya sendiri.

Namun Zaryusu tidak melihatnya seperti itu.

"...Ada apa?"

lizardmen wanita yang ada di dalam menanyakan pertanyaan yang mengejutkan terhadap Zaryusu yang tidak bergeming di pintu. Tak bereaksi terhadap pertanyaannya, Zaryusu mengeluarkan tangisan yang bergetar.

Mendengar suara ini, lizardmen wanita itu membuka lebar-lebar matanya dan membuka mulutnya, terkejut, bingung dan malu.

Itu adalah suara tidak lain adalah teriakan ingin bercumbu.

Zaryusu mengembalikan kesadarannya dan menyadari apa yang telah dia lakukan. Sama seperti telinga manusia yang memerah, dia menjentikkan ekornya berkali-kali karena gugup.

"Ah, tidak, salah, tunggu tidak salah, bukan itu, ini bukan apa yang aku..."

Gerakan gugup Zaryusu membuat lizardmen wanita itu tenang, dan dia tersenyum, membuat Zaryusu bingung.

"Tolong tenang. Menyusahkan jika anda bergerak terlalu semangat."

"Ah! Maaf."

Zaryusu menggantungkan kepalanya, membuat permintaan maaf dan masuk ke dalam ruangan. Di waktu yang sama ekor lizardmen wanita itu jatuh seakan dia akhirnya tenang. Namun ujung dari ekornya masih sedikit bergetar, mengindikasikan bahwa dia tidak sepenuhnya tenang.

"Tolong kemarilah."

"...Terima kasih banyak."

Masuk ke dalam rumah, Zaryusu melihat area dimana disitu ada bantal empuk dari tanaman yang tidak diketahui. Dia duduk di atasnya, dan duduk di seberang wanita itu.

Overlord vol 04 ch 2 01.jpg


"Ini pertama kalinya kita bertemu, aku adalah traveler dari suku Green Claw, Zaryusu Shasha."

"Terima kasih atas perkenalan anda. Saya adalah pemimpin suku Red Eye, Crusch Lulu."

Setelah perkenalan selesai, keduanya saling memandang satu sama lain seakan menebak maksud masing-masing.

Gubuk itu hening sejenak, tapi ini tidak bisa dibiarkan terjadi. Zaryusu adalah tamu, oleh karena itu sebagai tuan rumah Crusch yang seharusnya berkata terlebih dahulu.

"Pertama, Tuan pembawa pesan, aku yakin kita tidak perlu terlalu formal. Aku ingin kita bicara dengan bebas, jadi silahkan buat diri anda senyaman mungkin."

Menerima penawaran untuk bicara tanpa hambatan, Zaryusu mengangguk.

"Saya sangat berterima kasih untuk itu, karena saya tidak terbiasa berbicara dengan nada serius dan formal."

"Kalau begitu maukah anda memberitahuka alasan kunjungan anda?"

Meskipun dia bertanya, Crusch sudah memiliki ide kasarnya.

Undead misterius yang muncul di tengah desa. Magic untuk mengendalikan udara, magic tingkat 4 [Control Cloud]. dan sekarang lizardmen pria dari suku lain, seseorang yang bisa disebut pahlawan.

Mulai sini, hanya ada satu jawaban. Saat Crusch memikirkan bagaimana menjawab Zaryusu - Dia merasakan seluruh ekspektasinya pecah.

"...Tolong menikahlah dengan saya."

..... .....? .....?! "....Ha?!"

Dalam sekejap, Crusch meragukan telinganya.

"Sebenarnya, ini bukan tujuan saya yang sebenarnya kemari. Aku tahu benar bahwa ini harus menunggu hingga tujuan saya selesai. Tapi saya tidak bisa bohong dengan hati saya. Anda mungkin akan menertawakan pria bodoh ini."

"A...a...ah...ha."

Ini adalah kalimat yang tak pernah dia dengar sejak lahir, dan berpikir bahwa mungkin tidak ada kaitan apapun dengannya. Pikirannya kacau karena badai yang bergolak, tersebar ke seluruh tempat dan sepertinya wanita itu tidak bisa mengatur mereka.

Terhadap Crusch yang kebingungan, Zaryusu mengungkapkan senyum yang memaksa dan melanjutkan pembicaraannya:

"Maafkan saya, saya tidak tahu apa yang harus saya katakan, kami sekarang menghadapi keadaan yang tidak menentu. Jawaban anda bisa menunggu hingga ini selesai."

"Uh, ha...haha."

Akhirnya mampu menata kembali pikirannya dan berhasil melanjutkan, Crusch mendapatkan kembali ketenangan. Namun ketika teringat ucapan Zaryusu sesaat yang lalu, pemikirannya kembali kacau.

Crusch mencoba untuk diam-diam mengintip wajah pria di depannya yang sangat tenang.

Mengatakan hal seperti itu kepadaku, tapi dia masih sangat tenang.... Mungkin dia terus-terusan melamar orang lain?! Atau mungkin dia sudah terbiasa dengan lamaran yang sering? ... Meskipun dia agak terburu-buru...Ah, apa yang sedang kupikirkan, pasti, dia ingin mengendalikanku, membuat lamaran kepadaku dan mengambil cintaku. Me...Melamar orang sepertiku...

Dia, yang tak pernah merasa diperlakukan sebagai seorang wanita, tidak mampun tenang dan gagal mengetahui ujung ekor Zaryusu yang juga sedikit bergetar. Pria di depannya juga menggunakan kekuatan untuk mengendalikan emosinya agar tidak tampak.

Itulah kenapa sebuah keheningan pun muncul. Kedua individu tersebut membutuhkan waktu hening untuk membiarkan kegembiraan di hati menjadi reda.

Hampir sepuluh menit kemudian, kelihatannya sudah bisa kembali ke topik semula.

Crusch berniat menanyakan kepada Zaryusu lagi alasan kunjungannya, tapi teringat ucapan sebelumnya.

...Bagaimana cara mengatakannya!

Dengan sebuah tepukan, ekor Crusch memukul papan lantai. Pria di depannya terkejut, seakan dialah yang terkena tamparan itu.

Tindakah ini terlalu tidak sopan, dan merasa panik.

Meskipun dia hanya seorang traveler, selain itu juga seorang wakil suku.... dan terlebih lagi bukan lizardmen biasa, tapi seorang pahlawan yang memegang Frost Pain. Ketidaksopanan terhadap seseorang seperti itu tidak bisa dimaafkan.

Tapi ini adalah salahmu juga! Terlebih lagi, katakanlah sesuatu!

Zaryusu kenyataannya merasa malu dengan tindakannya yang terburu-buru, dan memilih untuk tetap diam. Namun Crusch, yang sedang bingung dengan emosinya seakan menutup gunung api aktif, tidak mengetahui ini sama sekali.

"karena kamu bukan orang yang ketakutan dengan tubuhku, mungkin tidak aneh jika kamu adalah seorang pahlawan?"

Terhadap ucapan Crusch yang menusuk, Zaryusu terlihat bingung dan tidak tahu apa yang harus dikatakan.

Crusch juga penasaran sebenarnya apa yang dia pikirkan.

"Tidak takut dengan tubuh albinok, maksudnya."

"...Itu seperti salju putih yang menutupi puncak pegunungan."

"...Eh?"

"...Warna yang cantik."

Tentu saja, dia tak pernah mendengar baris kalimat ini sekalipun di hidupnya.

A.. Apa yang pria ini katakan!

Tekanan di dalam tubuh memuncak hingga membuat Crusch sampai pada titik dimana dia tidak bisa lagi dibendung, dan tutup yang menahan tersebut akhirnya terlepas dengan sebuah frase. Sementara Crusch tenggelam dalam bayangannya, Zaryusu dengan lembut meraih dan mengusap sisiknya. Warna yang cerah itu polesan kecantikan...dan sedikit pada sisik-sisik yang keren itu tangan Zaryusu bergerak ke bawah seperti air pada sungai yang mengalir.

Hiss! Itu adalah suara peringatan, tapi ada hal lain yang tercampur di nafasnya pula.

Memberikan keduanya peluang untuk memperoleh ketenangan mereka yang hilang.

Keduanya menyadari apa yang dia lakukan padanya dan apa yang dia lakukan secara tidak sadar. Seluruh tubuh mereka gemetar. Mengapa aku melakukan hal itu? Mengapa aku membiarkannya? Keraguan menjadi kegugupan, dan kegugupan menjadi kebingungan.

Sebagai hasilnya, dua ekor menepuk lantai, cukup keras sehingga menggetarkan gubuk.

Lalu keduanya saling melihat masing-masing, dan memastikan status ekor masing-masing. Seakan waktu berhenti, kedua ekor itu berhenti bergerak.

"..."

"..."

Suasananya berat, atau mungkin lebih baik dijelaskan sebagai gugup. Keheningan terhadap kedua individu tersebut, diikuti dengan keduanya yang saling mencuri pandang satu sama lain. Crusch akhirnya bisa menata pikirannya, dia bertanya pada Zaryusu dengan tatapan beku, bertekad untuk mendeteksi kebohongan apapun dalam ucapannya.

"...Mengapa kamu...tiba-tiba sekali?"

Meskipun Crusch bermasalah dalam mengungkapkan pemikirannya menjadi kalimat, Zaryusu mengerti lalu membalas dengan jujur dan tanpa ragu.

"Itu adalah cinta pada pandangan pertama. Disamping itu, kematian mungkin akan dihasilkan dari perang kali ini, dan aku tidak ingin meninggalkan penyesalan di belakang."

Kejujuran yang sederhana, kalimatnya yang tidak menyembunyikan emosi apapun membuat Crusch sesaat kehilangan kata-kata. Namun, ada bagian yang dia tidak bisa memahaminya.

"...Bahkan seorang pemegang Frost Pain yang terkenal sudah bersiap untuk mati di medan pertempuran?"

"Benar sekali. Musuh kali ini adalah musuh yang kuat, yang tidak bisa dianggap remeh...Apakah anda pernah melihat monster yang bertindak sebagai pembawa pesan? yang datang ke desa kami memiliki penampilan itu.."

Crusch menerima ilustrasi yang diberikan Zaryusu, dan mengangguk setelah memberikan tatapan sepintas.

"Ya, Itu adalah monster yang sama."

"Apakah kamu tahu monster macam apa itu?"

"Tidak. Termasuk saya, tak ada yang tahu di suku kami."

"Begitukah...sebenarnya aku pernah menemui monster semacam itu sekali sebelumnya.." Zaryusu berbicara hingga titik ini dan terdiam sebentar mengawasi respon Crusch saat dia melanjutkan "..dan aku kabur."

"..Eh?"

"Tidak mungkin dikalahkan. Tidak, jika dikatakan baik-baik, itu adalah peluang berbanding lima puluh - lima puluh tersebut adalah Kematian."

Crusch lalu mengerti bahwa monster itu adalah undead yang menakutkan, dan menghela nafas lega bahwa keputusannya untuk menghentikan warrior kemarin adalah keputusan yang benar.

"Dia bisa mengeluarkan teriakan dan membuat bingung mental lawannya. Tidak hanya itu, dia memiliki tubuh transparan oleh karena itu hampir seluruhnya kebal dengan serangan senjata yang tidak diberi magic. Menggunakan jumlah juga tidak berhasil."

"Diantara magic yang dipakai oleh para druid kami, ada semacam magic yang bisa menambah magic ke dalam pedang sementara..."

"..Apakah bisa digunakan untuk melawan serangan mental?"

"Bisa digunakan untuk menguatkan perlawanan, tapi melindungi keadaan mental setiap orang adalah hal yang terlalu banyak dan kekuatan kami tidak akan cukup."

"Jadi seperti itu...apakah semua druid mampu menggunakan magic itu?"

"Jika untuk menguatkan terhadap pertahanan, hampir seluruh druid mampu melakukannya. Tapi aku hanyalah satu-satunya di suku ini yang bisa berlindung dari kebingungan pikiran."

Crusch melihat nafas Zaryusu yang sedikit berubah. Kelihatannya dia sudah mengetahui posisi Crusch dan bukan hanya titel kosong.

Benar sekali. lizardmen Crusch Lulu adalah druid hutan yang sangat ahli. Mungkin bahkan diatas beberapa druid lain dari lizardmen.

"..Nomer berapa giliran suku Red Eye diserang?"

"Musuh bilang kami nomer empat."

"Ternyata begitu, apa rencanamu?"

Waktu berlalu.

Crusch merenung apakah dengan mengeluarkan rencana tersebut akan menguntungkan. Suku Green Claw pasti memilih perang, dan tujuan Zaryusu dengan datang kemari seharusnya adalah membentuk aliansi, meminta untuk menuju medan perang bersama-sama. Dengan hal tersebut di otaknya, apa yang harus dilakukan agar menguntungkan suku Red Eye?

Suku Red Eye pada dasarnya tidak ingin membentuk aliansi. Pendapat mereka adalah untuk memilih mengungsi. Pergi ke medan perang melawan orang-orang yang bisa melakukan magic tingkat 4 adalah ide yang sangat buruk. Terlebih lagi, mengetahui bahwa undead yang dikirimkan oleh musuh memiliki kemampuan mengertikan seperti itu membuatnya jelas sekali bahwa tidak ada lagi keputusan lain.

Namun, sejujurnya membuka pemikiran tersebut apakan benar-benar ide yang terbaik?

Kepada Crusch yang terjebak dalam pemikirannya sendiri, Zaryusu memicingkan matanya, dan membuka mulut untuk bicara:

"Biar kuberitahu sesuatu apa yang sebenarnya aku pikirkan."

Tidak tahu apa yang akan Zaryusu katakan, Crusch melihatnya dengan mata yang tak berkedip.

"Apa yang aku khawatirkan adalah apa yang terjadi setelah mengungsi."

Bagi Crusch yang tidak bisa memahami arti kalimat ini, Zaryusu dengan tenang melanjutkan.

"Apakah anda mengira setelah bergerak menjauh dari lingkungan yang familiar yang terbiasa kalian tempati, apakah kalian bisa mempertahankan gaya hidup yang sama dengan yang sekarang?"

"Tidak mungkin...bukan, itu akan sulit."

Jika mereka meninggalkan tempat ini dan membuat tempat habitat baru, mereka harus bertarung mempertaruhkan nyawa -- mereka harus memenangkan pertarungan untuk selamat. Kenyataannya adalah bahwa lizardmen sebenarnya bukan penghuni satu-satunya danau ini, dan mereka memperoleh sebagian tanah basah ini setelah melakukan peperangan bertahun-tahun yang melelahkan. Bagi spesias macam ini, tidak mudah bagi mereka untuk membuat habitat baru di lingkungan yang tidak diketahui.

"Ada juga cukup banyak peluang akan kekurangan makanan."

"Mungkin juga."

Crusch, yang tidak mampu memahami apa maksud yang ingin disampaikan oleh lizardmen pria di depannya ini, membalas dengan nada curiga yang tajam.

"Kalau begitu, jika lima suku terdekat mengungsi sama-sama, apa kira-kira yang akan terjadi?"

"Itu...!"

Crusch terdiam, karena dia sudah tahu maksud sebenarnya dibalik ucapan Zaryusu.

Meskipun ukuran danau sangat luas, ketika sebuah suku memilih area tertentu untuk menjadi tempat pengungsian, area itu juga akan menjadi perebutan bagi suku lain yang menginginkannya. Oleh karena itu, hanya pindah ke tempat baru bisa memicu peperangan lain untuk bertahan hidup, mereka juga akan memiliki musuh yang akan bertarung untuk ikan sebagai bahan makanan pokok. Jika seperti ini, situasi macam apa yang akan terjadi selanjutnya? Akhirnya tidak ada jaminan bahwa hasil yang paling ditakuti akan muncul, menjadi peperangan seperti masa lalu.

"Jangan-jangan... alasan kamu ingin berperang meksipun mungkin tidak akan menang..."

"...Benar sekali. Dengan gabungan suku-suku lain, aku mempertimbangkan berapa banyak sisa mulut yang bisa kita beri makan."

"Untuk hal semacam itu!"

Itulah kenapa dia ingin membentuk sebuah pasukan. Jadi meskipun jika mereka kalah dalam peperangan, lizardmen yang butuh makanan akan berkurang.

Dalam peperangan untuk selamat, adalah hal yang ekstrim tetapi bisa dimengerti jika berpikir bahwa semua orang selain warrior yang bisa bertarung, hunter dan druid adalah bisa digantikan. Tidak, dalam jangka panjang mungkin sebaiknya sisanya cukup mati saja.

Dengan lebih sedikit mulut yang diberi makan artinya semakin sedikit kebutuhan makanan untuk bisa selamat. Untuk itu, bahkan hidup berdampingan juga bisa terjadi.

Crusch dengan penuh kebinungan mencari alasan untuk menolak ide ini.

"Kamu bahkan tidak tahu seberapa bahaya lokasi baru itu nantinya, namun kamu ingin memulai dari awal dengan mengurangi jumlah?"

"Kalau begitu aku akan bertanya padamu tentang ini. Kita bilang saja bisa memenangkan pertempuran untuk bertahan selamat dengan mudah, lalu apa? jika ikan kita berkurang, apakah kelima suku akan saling bertarung satu sama lain lagi?"

"Kita mungkin bisa menangkap ikan lebih banyak!"

"Dan bagaimana jika tidak?"

Crusch tidak bisa menjawab rentetan pertanyaan dingin dari Zaryusu di hadapannya.

Zaryusu bertindak dengan apa yang paling dekat dengan skenario terburuk di otaknya. Crusch berpikir dengan harapan sebagai fondasinya. Jika situasi buruk muncul, pilihan Crusch akan mengarahkannya ke dalam bencana, sementara Zaryusu tidak.

Dan meskipun jika mereka dikalahkan dan jumlah lizardmen dewasa berkurang, mereka akan tewas dalam kematian mulia di dalam peperangan.

"...Jika kamu menolak, kami harus menyerang Red Eyes."

Nada gelap dari suaranya membuat Crusch tersentak.

Itu adalah sebuah deklarasi bahwa mereka tidak akan membiarkan hanya Red Eyes saja yang kabur ke tanah baru dengan anggotanya yang masih utuh.

Itu adalah penilaian yang benar dan beralasan.

Jika sebuah suku dengan jumlah yang berkurang kabur untuk mengungsi ke tempat Red Eyes, dengan kekuatan penuh mereka yang tidak berkurang, tenang, satu-satunya hal yang menunggu mereka adalah malapetaka. Mempertimbangkan bahayanya, tindakan satu-satunya adalah serangan pencegahan. Itu adalah pilihan yang jelas bagi seseorang yang bertanggung jawab kepada seluruh suku. Jika Crusch sendiri berada pada posisi itu, dia akan membuat keputusan yang sama.

"Meskipun jika kita kalah dalam berperang, aku yakin bahwa bergabung dengan kami akan menurunkan peluang akan adanya pertumpahan darah diantara suku kita pada habitat baru."

Crusch yang tak mampu mengerti apa yang Zaryusu maksud, menunjukkan ekspresi bingung yang tulus di wajahnya. Zaryusu menjelaskannya agar maksud dia yang sebenarnya akan menjadi jelas.

"Perang ini akan menanamkan rasa persahabatan. Daripada sebagai suku-suku yang berbeda, kita akan bisa saling mengenal satu sama lain sebagai seorang sekutu yang bertarung bersama-sama."

Benar sekali.

Crusch mengunyah ucapan Zaryusu di dalam mulutnya.

Dia menyatakan sebuah kemungkin bahwa suku-suku yang menumpahkan darah bersama-sama tidak akan cepat bertarung satu sama lain jika makan menjadi langka. Tapi ide Crusch sendiri dan pengalaman membuatnya ragu. Dengan wajah yang sedikit menunduk, saat dia akan jatuh ke dalam pemikiran yang dalam, Zaryusu memberikan sebuah pertanyaan.

"Ngomong-ngomong, bagaimana Red Eyes bisa melewati periode peperangan sebelumnyn?"

Rasanya seperti ditusuk oleh jarum. Sebelum Crusch menyadarinya, Crusch terkejut. Melihat wajah Zaryusu langsung, dia bisa melihat keterkejutan di wajah Zaryusu, yang mengajukan pertanyaan.

Ah, dia bertanya karena dia benar-benar tidak tahu.

Meskipun Crusch mengenalnya hanya sebentar, dia sudah menggenggam dasar kepribadian dari seorang pria yang bernama Zaryusu. Crusch secara intuitif sadar bahwa itu bukan pertanyaan untuk mengancam mereka.

Crusch menyipitkan matanya dan menatap Zaryusu. Tatapannya sangat tajam seakan ingin membuat sebuah lubang padanya. Tidak mampu mengerti alasan dari tatapan Crusch, dia melihat tatapan itu membuat Zaryusu merasa tidak berdaya. Tapi meskipun begitu, Crusch tidak bisa menggendalikan dirinya sendiri.

"--Apakah ada alasan yang harus kukatakan padamu?"

Crusch mengeluarkan kalimatnya, nada yang dibawanya dipenuhi dengan kebencian. Perubahan yang dibuat oleh Crusch membuat Zaryusu ragu apakah dia sedang berbicara dengan orang yang sama.

Tapi Zaryusu tidak bisa mundur. Mungkin ini akan mengandung jawaban yang bisa membuat semua orang selamat.

"Aku ingin mendengarnya. Apakah itu adalah kekuatan Druid? Ataukah memang ada metode lain? Mungkin itu bisa jadi penyelamat kami..."

Setelah berhenti sejenak, Crusch menyunggingkan senyum lelah dan melanjutkan.

"Apa yang kami lakukan adalah membunuh saudara kami - kami memakan saudara kami yang telah tewas."

Zaryusu tidak bisa membuka mulutnya karena terkejut. Membunuh yang lemah - mengurangi mulut yang harus diberi makan bukanlah hal tabu. Tapi memakan saudaramu adalah tindakan salah dan tabu diantara hal-hal tabu.

Mengapa dia mau mengatakan ini? Ini adalah sesuatu yang seharusnya disimpan rapat-rapat hingga ke liang lahat. Mengapa dia membuka jawabatan itu kepada orang luar, seorang utusan? Apakah dia berniat untuk tidak membiarkanku pergi hidup-hidup? Tidak, ini bukan suasana seperti itu.

Crusch sendiri tidak mengerti mengapa dia mengatakannya kepada Zaryusu.

Dia tahu betul seberapa banyak hinaan yang akan datang dari suku lain. Jadi mengapa -

Mulutnya bergerak dengan lembut, seakan itu bukan miliknya sendiri.

"Hari itu, ketika suku-suku yang berbeda mulai berperang, suku kami juga mengalami kelangkaan makanan yang serius dan berada dalam situasi yang berbahaya. Tapi alasan suku kami tidak ikut dalam pertarungan adalah karena kami terdiri dari banyak druid dan yang sedikit warrior. Druid kami mampu membuat makanan melalui magic."

Mulut Crusch tidak menunjukkan tanda berhenti, seakan dikendalikan oleh kesadaran yang lain.

"Tapi makanan yang dibuat oleh druid kami tidaklah cukup. tidak jika kamu membandingkannya dengan ukuran seluruh suku secara keseluruhan. Satu-satunya pilihan yang tersisa bagi kami adalah berjalan ke jalan kehancuran perlahan-lahan. Lalu pada suatu hari, kepala suku kami membawa banyak makanan. Daging merah yang cerah."

--Mungkin aku memang ingin dia mendengarkannya... mendengarkan dosaku.

Crusch menggeretakkan gigi-giginya. Pria di depannya mendengarkan dengan jelas. Meksipun jika dia akan merasa jijik, dia menyembunyikannya dan mendengarkan.

Untuk itu, Crusch sangat bersyukur.

"Setiap orang samar-samar tahu daging apa itu. Untuk sesaat kami membuat hukum yang ketat dan siapapun yang melanggarnya akan diusir. Satu-satunya waktu ketika kepala suku kami membawa daging adalah setelah seseorang diusir. Meskipun begitu, kami semua menutup mata dan memakannya untuk selamat. Tapi suatu hal seperti tak pernah bisa bertahan. Kesedihan yang menumpuk tiba-tiba meledak semua dan suatu hari berubah menjadi tindakan pemberontakan."

Dengan mata tertutup, dia teringat kepala suku mereka.

"Kami makan...kami tahu dan masih tetap makan. Itu membuat kami tetap bertahan hidup... namun... melihat ke belakang, itu sangat lucu."

Crusch akhirnya menghentikan doanya dan menatap lurus kepada wajah Zaryusu. Dia melihat ke arah matanya yang terdiam dan melihat bahwa mereka tidak memiliki rasa jijik. Dia merasa terkejut karena kegembiraan yang muncul dari suatu tempat di hatinya.

Mengapa dia merasa senang?

Crusch juga, samar-samar tahu jawaban dari pertanyaan itu.

"..Lihat aku. Suatu ketika, seseorang sepertiku lahir di suku Red Eye. Sejak dahulu, mereka akan menunjukkan sebuah kekuatan. Dalam kasusku, itu adalah kekuatan druid. Ini membuat kami memiliki otoritas yang hampir menyamai kepala suku... Dan aku berada di tengah pemberontakan yang membelah suku menjadi separu. Kami menang karena kami memiliki jumlah yang lebih besar."

"Dan pada akhirnya, makanan dibagi dengan rata diantara mereka yang tersisa?"

"Ya..sebagai hasilnya suku kami berhasil selamat. Ketika pemberontakan -- waktu itu, kepala suku tak pernah menyerah. Dia mati dengan luka yang begitu banyak. Dan ketika dia menerima pukulan terakhir, dia tersenyum kepadaku."

Seakan dia sedang memuntahkan darah, Crusch melanjutkan ceritanya.

Itu adalah rasa bersalah yang perlahan-laha berkumpul di hatinya, sejak dia membunuh kepala suku.

Rasa bersalah yang tidak bisa dia buka kepada anggota suku yang percaya kepadanya dan bertarung melawan kepala suku mereka, Crusch hampir tidak bisa menceritakan hal itu kepada Zaryusu. Itulah kenapa mengapa ucapannya tidak berhenti, seperti air yang sedang dihabiskan.

"Itu bukan mata seseorang yang menatap pembunuhnya. Tidak ada kebencian, iri hati, permusuhan, kutukan, tak ada satupun. Itu adalah senyum yang indah! Kepala suku selalu menghadapi realita secara langsung dan bergerak. Dan kami...kami bertindak berdasarkan idealis kami dan kebencian. Mungkin satu-satunya yang benar adalah kepala suku kami! Itulah apa yang selalu aku pikirkan! Karena kepala suku kami telah tiada - yang dianggap sebagai akar seluruh kejahatan, suku kami mampu bersatu sekali lagi. Dan yang lebih parah, karena jumlah kami lebih sedikit, kami bahkan memperoleh kedamaian tidak lagi ada masalah makanan!"

Itu adalah batasnya.

Sebagai seseorang yang bertindak sebagai kepala, sebagai seseorang yang memikul dosa, mati-matian menahan semua itu, tenaga ketika dia jatuh sekuat ketika dia berusaha. Aliran sungai keruh yang mengalir menelan semuanya. Pemikiran yang telah robek, sulit sekali merubah mereka menjadi kata-kata.

Dengan suara lirih, meskipun air matanya tidak jatuh, secara mental, dia menangis.

Itu adalah tubuh yang kecil.

Alam telah sepakat, bahwa kelemahan adalah dosa, anak-anak yang dilindungi, tapi meksipun, baik lizardmen pria dan wanita menekankan kekuatan kebaikan. Pada titik itu, wanita di depannya hanya bisa terlihat sebagai obyek cemoohan. Seseorang yang mengumpulkan satu suku, bagaimana bsa dia menunjukkan kelemahan di depan orang asing, meskipun seseorang dari suku yang berbeda?

Namun, apa yang Zaryusu rasakan di hatinya benar-benar emosi yang berbeda.

Itu bisa dikarenakan dia adalah wanita yang cantik. Tapi semakin dia memikirkan, dia percaya bahwa yang berada di depannya adalah seorang warrior. Terluka, mengerang, kesakitan, tapi masih tetap mencoba berjalan lurus. Pemikirannya adalah bahwa seorang warrior sekaliber itu hanya bisa menunjukkan kelemahan sejenak.

Seseorang yang mencoba berdiri dan berjalan ke depan, orang itu tidak lemah.

Zaryusu mendekatinya dan memeluk Crusch di bahunya.

"-Kami juga bukan mahatahu dan mahakuasa. Kami hanya bisa memilih jalan kami saat ini. Aku mungkin akan bertindak sama jika aku berada di posisi itu. Tapi aku tidak ingin menenangkanmu. Dimana seseorang bisa menemukan jawaban yang sepenuhnya benar di dunia ini. Kami hanya berjalan ke depan, telapak kaki kami mengandung banyak luka dari rasa sesal dan penderitaan kami. Kamu juga, pilihanmu hanyalah bergerak maju. Itulah yang aku percayai."

Saat suhu tubuh mereka mengalir satu sama lain, sesaat mereka bisa merasakan detakan jantung masing-masing melalui tubuh mereka. Mereka terperangkap dalam ilusi dari dua detak jantung yang berirama sama dan pelan-pelan menjadi satu.

Itu adalah sensasi misterius.

Zaryusu merasakan kehangatan yang tak pernah dia dapatkan sebelumnya sejak dia lahir. Itu bukan karena dia sedang memeluk seorang lizardmen.

Apakah itu karena aku sedang memegang wanita ini, Crusch Lulu?

Setelah sesaat, Crusch melepaskan diri dari tubuh Zaryusu.

Kehangatan yang meninggalkannya sangat disesalkan, tapi dia tidak bisa menyebutkan ini keras-keras karena malu.

"Aku sudah menunjukkan hal memalukan kepadamu...Apakah kamu merasa jijik denganku?"

"Bagian mana yang memalukan? Dan apakah kamu melihatku sebagai pria bodoh yang menganggap seseorang jijik hanya karena bangkit dan berjalan maju melewati luka dan penderitaan? Kamu itu cantik."

"--! --!!"

Ekor yang putih berkali-kali ditepukkan ke lantai.

"Apa yang harus kulakukan."

Tanpa mampu bertanya Crusch yang sedang bergumam apa maksudnya, Zaryusu bertanya pertanyaan lain.

"Bagaimanapun juga, apakah suku Red Eye mengolah ikan?"

"Mengolah?"

"Benar, merawat dan membesarkan ikan yang akan menjadi makanan."

"Kami tidak melakukannya. Lagipula ikan adalah pemberian alam."

Mengolah yang dikatakan oleh Zaryusu adalah sebuah teknik yang dikenal oleh suku lizardmen manapun. Ide bahwa mereka bisa membesarkan mangsa mereka dengan tangan sendiri adalah sebuah ide yang pada dasarnya berbeda dari cara mereka berpikir.

"Itu kelihatannya adalah cara berpikir druid. Apakah kamu mau berkompromi? Membesarkan ikan dengan satu tujuan untuk memakan mereka. Druid di suku kami setuju."

Crusch menganggukkan kepala.

"Kalau begitu aku akan mengajarimu bagaimana cara mengolah ikan. Bagian terpenting adalah apa yang bisa kamu berikan pada mereka untuk dimakan. Kamu bisa memberi mereka makanan buatan yang dibuat dari magic druid. Itu akan meningkatkan pertumbuhan mereka dengan cepat."

"Apakah tidak apa bagimu untuk membagikannya?"

"Tentu saja. Tidak perlu menyimpannya sendiri. Lebih penting jika banyak suku bisa selamat dengan menggunakan metode ini.

Crusch membungkuk dalam-dalam dan mengangkat ekornya tinggi-tinggi."

"Terima kasih."

"Rasa terima kasihmu... itu tidak perlu. Sebagai imbalannya, aku akan bertanya padamu lagi."

Rasa terima kasih itu hilang dari wajah Crusch. Melihat sikapnya, Zaryusu menenangkan hatinya.

Pertanyaan yang benar-benar tidak bisa dihindari. Baik Zaryusu dan Crusch menghirup nafas dalam-dalam.

Dan dia bertanya.

"Apa tindakan suku Red Eye mengenai peperangan yang akan datang?"

"...Dari kesimpulan rapat kemarin, kami akan kabur."

"Kalau begitu aku akan bertanya pada Crusch Lulu, sebagai kepala suku. Dan hari ini, apakah keputusannya tidak berubah?"

Crusch tidak menjawab.

Jawabannya akan memutuskan nasib dari suku Red Eye. Jelas sekali dia ragu.

Namun, tidak ada yang bisa dilakukan oleh Zaryusu disini. Yang bisa dia lakukan hanya tersenyum canggung.

"...Itu adalah keputusanmu. Alasan dari kepala suku sebelumnya yang tersenyum padamu mungkin karena dia menyerahkan masa depan suku ini di tanganmu. Kalau begitu sekarang adalah waktunya bagimu untuk membawa misi itu. Aku sudah katakan semua yang aku katakan. Yang tersisa bagimu adalah memilih."

Mata Crusch berkeliling mencari di dalam gubuk. Dia bukan mencari jalan kabur, atau bantuan. Tapi hanya ingin mencari jawaban yang tepat dari dirinya sendiri.

Apapun yang dia putuskan, Zaryusu akan menerimanya.

"Aku akan bertanya sebagai kepala suku. Berapa banyak pengungsi yang ingin kamu evakuasi?"

"Untuk masing-masing suku aku mempertimbangkan sepuluh warrior, dua puluh hunter, tiga druid, tujuh puluh pria, seratus wanita, dan beberapa anak-anak."

"Dan sisanya?"

"Tergantung situasi, mereka akan mati."

Crusch tidak bisa berkata apapun dan memandang ruang kosong, lalu tiba-tiba bergumam.

"Begitu.."

"kalau begitu katakan padaku keputusanmu, kepala suku Red Eye, Crusch Lulu."

Crusch membuat ide dalam jumlah yang tak terhitung.

Tentu saja, membunuh Zaryusu adalah salah satu pilihan. Dia pribadi tidak ingin membunuhnya. Tapi bertindak sebagai kepala suku beda lagi. Bagaimana jika seluruh suku kabur setelah membunuhnya?

Dia menolak ide itu, masa depan terlalu bahaya. Dan juga, tidak ada jaminan bahwa dia akan benar-benar datang sendirian.

Lalu bagaimana jika menjanjikannya dulu sebelum kabur.

Ini juga bisa menjadi masalah. Jika keadaan bertambah gawat, hanya akan membuat perang diantara mereka dan suku Red Eye. Mereka akan menjadi target pengurangan populasi. Keinginan pihak lain adalah mengurangi populasi, bukan masalah siapapun targetnya.

Pada akhirnya, dia membayangkan jawaban seharusnya adalah tidak membentuk aliansi, Zaryusu mungkin akan kembali ke desanya dan memimpin pasukan untuk menghabisi suku Red Eye.

Namun, tidak tahu apakah Zaryusu menyadari, ada satu celah. Pada akhirnya, masalah makanan tidak akan terselesaikan.

Crusch tiba-tiba tersenyum. Dari awal tidak ada jalan keluar. Saat Zaryusu menyerangkan baginya untuk membentuk aliansi; Dari awal ketika fase tindakan suku Green Claw dimulai--

Hanya ada satu jalan selamat bagi suku Red Eye, itu adalah membentuk sebuah aliansi dengan yang lainnya dan ikut bersama-sama dalam peperangan. demikian juga, Zaryusu seharusnya memahami alasan ini.

Meskipun begitu, dia harus menunggu jawaban Crusch secara pribadi. Dia mungkin ingin membedakan apakah Crusch yang sedang memimpin suku lizardmen, memiliki kualifikasi untuk menjadi partner aliansi.

Yang tersisa adalah apakah dia ingin mengeluarkan keputusannya.

Kecuali, setelah memutuskan, maka akan banyak individu yang kehilangan nyawa mereka. Namun--

"Biar kubuat satu hal yang jelas. Kami tidak akan pergi berperang untuk mengorbankan nyawa, tapi memperoleh kemenangan. Mungkin aku sudah mengatakan banyak hal yang membuatmu tidak tenang. Namun, kami ingin menjadi yang berdiri dan tertawa menang. Tolong jangan salah dalam hal itu."

Crusch mengangguk menyatakan pemahamannya.

Lizardmen pria ini benar-benar baik. Dengan pemikiran seperti itu, Crusch mengeluarkan keputusannya.

"...Kami, suku Red Eye akan bekerja sama denganmu, karena kami tidak ingin melihat senyum kepala suku menjadi tidak ada artinya, dan juga karena itu bisa membuat anggota suku Red Eye memiliki kesempatan selamat."

Crusch membungkukkan kepalanya; ekornya lurus dan terangkat.

"Aku sangat bererima kasih."

Zaryusu sedikit mengangguk. Lalu mengangkat ekornya menyatakan pemikiran yang rumit, lebih kuat daripada ucapannya.


Pagi harinya.

Zaryusu berdiri di depan Rororo, melihat ke arah pintu masuk utama suku Red Eye.

Dia tidak bisa menahan diri membuka mulut dan menguap. Tadi malam dia adalah tamu pada konferensi Red Eye, oleh karena itu dia saat ini sedikit lelah. Namun tidak ada banyak waktu yang tersisa, dan perlu untuk mengunjungi suku lain dalam hari ini.

Zaryusu mati-matian melawan kantuknya, tapi sejenak tidak bisa menahannya dan kembali menguap lagi, tapi kali ini lebih besar daripada sebelumnya.

Meskipun duduk di Rororo tidak cukup nyaman untuk tidur, dia merasa mampu untuk melakukannya.

Setelah memandang matahari kuning sesaat yang baru saja terbit, Zaryusu memutar tatapannya kembali ke pintu masuk utama, dan merasa sedikit bingung. Ini karena obyek rasa penasarannya baru berlari keluar gerbang utama.

Itu adalah satu ikat rumput.

Ada rumput yang tumbuh di atas baju yang dijahit dari banyak bilah-bilah kain dan benang-benang baju. Jika seseorang merebahkan diri di tanah basah dan mengamatinya dari jauh, maka itu akan terlihat seperti seikat rumput.

Ah, aku yakin aku pernah melihat monster yang mirip sebelumnya entah dimana..

Zaryusu mengingat pemandangan yang pernah dia lihat ketika bepergian sebagai seorang traveler ketika Rororo yang di belakangnya mengeluarkan geraman lirih untuk memperingatkan.

Tentu saja Zaryusu mengerti apa sebenarnya ikatan rumput itu, dan tidak mungkin salah karena ekor putihnya sedikit kelihatan.

Saat dia menatap kosong pada ekor yang bergoyang kegirangan itu sementara dalam waktu yang sama menenangkan Rororo, ikatan rumput itu sudah tiba disamping Zaryusu.

"Selamat pagi."

"Un, selamat pagi...kelihatannya kamu telah mempersatukan seluruh suku tanpa halangan."

Zaryusu menolehkan tatapannya kepada permukiman suku Red Eye. Sejak pagi, area berkumpul sudah dipenuhi dengan nafsu membunuh. Banyak lizardmen yang gugup berlarian. Crusch juga berdiri pada sisi yang menghadap arah yang sama dan membalas:

"Ya, tak ada masalah yang muncul. Hari ini kami seharusnya kita bisa tiba di pemukiman suku Razor Tail, dan mereka yang ingin kabur juga sudah bersiap."

Druid yang ada di dalam desa menggunakan magic untuk menyampaikan situasi terbaru. Suku Razor Tail juga sudah diberitahu bahwa mereka akan menjadi suku pertama yang dihancurkan. Suku pertama yang akan dibinasakan bukanlah suku Dragon Tusk, oleh karena itu ini lebih menguntungkan dalam hal waktu.

"kalau begitu Crusch, mengapa kamu ingin berada di pihak kami?"

"Jawabannya sederhana, Zaryusu, tapi sebelum aku menjawab, pertama katakan padaku satu hal. Apa rencanamu?"

Setelah rapat kemari yang bertempat dari sore hingga pagi, kedua individu ini tidak segan bahkan memanggil nama satu sama lain. Alasannya karena mereka sudah menjadi cukup familiar bahkan sikap mereka ketika berbicara satu sama lain telah berubah.

"Selanjutnya, aku berencana untuk mengunjungi suku lain...suku Dragon Tusk."

"Mereka adalah suku yang kekuatannya adalah segalanya ya kan? Aku dengar bahwa kekuatan tempur mereka merupakan yang terkuat di seluruh suku."

"Erm, kamu benar. melihat pihak lain adalah suku yang tak pernah kita saling tukar sebelumnya, kita harus mempersiapkan diri kita secara mental."

Seluruh informasi pihak lain masih terselimuti dengan misteri. Oleh karena itu menuju markas pihak lain adalah masalah yang berbahaya. Terlebih lagi, mereka juga menampung yang selamat dari dua suku yang dihancurkan di perang yang lalu. Fakta ini membuat bahaya yang akan datang menjadi lebih besar.

Bagi kedua suku yang dikalahkan, Zaryusu, yang memainkan peran aktif di perang sebelumnya adalah musuh yang benar-benar dibenci, hingga ke tulang-tulang mereka.

Meskipun begitu, mereka adalah bantuan yang sangat diperlukan oleh seluruh suku untuk perang ini.

"Jika begitu...maka, masih lebih baik bagiku untuk pergi denganmu."

"--Apa?"

"Apakah itu aneh?"

Tumpukan rumput membuat gerakan kecil, dan mengeluarkan suara bisik yang samar-samar. Karena dia tidak bisa melihat wajahnya, dia tidak tahu apa niatnya.

"Aku tidak bermaksud mengatakannya aneh...tapi ini akan sangat berbahaya."

"Apakah ada tempat yang lebih aman sekarang?"

Zaryusu terdiam. Dia sedang berpikir dengan tenang, membawa Crusch bersamanya akan banyak bermanfaat. Namun sebagai seorang lizardmen pria, dia masih keberatan membawa lizardmen wanita, yang dia sayangi, menuju tempat yang diketahui bahaya.

"Aku benar-benar tidak cukup tenang."

Meskipun Crusch tersembunyi dibalik rerumputan, dan ekspresinya tidak bisa terlihat, dia hampir terasa sedikit tersenyum.

"...Kalau begitu, biar kutanya pertanyaan lain. Ada apa dengan penampilanmu?"

"Apakah tidak terlihat bagus?"

Pertanyaannya adalah apakah itu terlihat bagus atau tidak adalah hal yang aneh. Namun, bukankah sebaiknya memberikan sedikit pujian? Zaryusu tidak tahu bagaimana meresponnya dan setelah beberapa saat berpikir, menyimpulkan ekspresi tak terlihat lawan bicaranya dan membalas:

"...Aku seharusnya bilang itu terlihat bagus...ya kan?"

"Bagaimana bisa seperti itu."

Crusch cepat-cepat menolaknya. Zaryusu merasa kekuatannya diserap habis darinya, mau bagaimana lagi.

"Ini semata-mata karena aku lemah terhadap cahaya matahari, oleh karena itu ketika aku keluar, Aku hampir selalu berpakaian seperti ini."

"Jadi itu alasannya..."

"Ah, kamu belum memberikan jawabanmu. Maukah kamu membiarkanku bepergian denganmu?"

Berdiskusi lebih jauh lagi dari ini mungkin hanya akan menggoyangkan pikirannya. Dari sudut pandang bentuk aliansi, membawanya seharusnya merupakan keuntungan untuk memperoleh tujuannya. Dia juga berpikir demikian, itulah kenapa dia mungkin membuat tawaran ini. Dengan begitu, tidak alasan untuk menolaknya untuk menemani.

"..Aku mengerti, kalau begitu aku harapkan bantuanmu, Crusch."

Crusch gembira dari lubuk hatinya dan menjawab:

"--Aku mengerti, Zaryusu, Serahkan padaku."

"Apakah kamu sudah siap untuk berangkat?"

"Tentu saja. Tas punggungku sudah penuh dengan berbagai macam item yang diperlukan."

Setelah mendengar ini, Zaryusu dengan halus memperkirakan area punggungnya dan menemukan bahwa ada sedikit gundukan yang muncul dari rumput. Sebuah rumput segar tercium dari sekitarnya, begitu juga dengan aroma yang terkumpul. Karena dia adalah druid hutan, oleh karena itu seharusnya ada beberapa tanaman obat yang berhubungan dengan kemampuannya disana, itulah kenapa isi di dalamnya pasti dipenuhi dengan barang-barang semacam itu.

"Zaryusu, kamu kelihatannya lelah."

"Ah, ya, aku sedikit lelah. Selama dua hari ini aku sibuk sekali, aku kurang tidur."

Saat ini, sebuah tangan dengan sisik putih terulur dari dalam konsum rumput.

"Untukmu. Ini adalah buah untuk menggantikan kekuatan. Kamu makan saja dengan kulitnya."

Itu adalah buah ungu. Ragu-ragu, Zaryusu meletakkannya di mulut dan mencoba menggigitnya.

Mulutnya dipenuhi dengan rasa yang tajam dan pahit tiba-tiba, menyingkirkan sedikit kelelahan. Pastinya meningkatkan kewaspadaan, efek ini hampir cukup baik, tapi setelah terus mengunyahnya berkali-kali, tiba-tiba pancaran rasa meledak dari ujung lidahnya. Bukan hanya itu, bahkan nafas yang dia keluarkan memiliki rasa yang sama.

"Muu, sensasi dingin apa ini yang bahkan meresap hingga ke rongga hidung?"

Zaryusu secara tidak sadar meneriakkan kalimat yang sering diucapkan oleh kakaknya. Melihat reaksinya, Crusch tidak tahan untuk tertawa kecil.

"Apakah kamu merasa rasa kantukmu perlahan-lahan hilang? Kenyataannya rasa kantuk itu masih belum hilang, tolong jangan terlalu terbiasa dengan sensasi ini. Masih lebih baik bagimu untuk beristirahat."

Zaryusu merasa otaknya terang dan segar karena nafas yang dia hirup dan keluarkan, dan karena seluruh tubuhnya dipenuhi dengan sensasi dingin. Merasa puas, Zaryusu mengangguk dan membalas:

"Kalau begitu mari kita segera cari Rororo dan tidur cepat."

Setelah berkata demikian, Zaryusu langsung menaiki punggung Rororo, diikuti oleh Crusch yang juga menaikinya. Perasaan tidak enak karena ada satu ikat rumput yang berada di tubuhnya membuat Rororo tidak senang menatap Zaryusu, tapi akhirnya terpikirkan sebuah metode untuk membuatnya nyaman.

"Kalau begitu mari kita pergi. Karena perjalanannya akan sedikit bergejolak, berpeganglah padaku."

"Mengerti."

Crusch memeluk pinggang Zaryusu - perasaan rumput yang menusuk membuat Zaryusu sedikit gatal.

"...."

Perbedaan sebenarnya dari rasa yang dia bayangkan dan kenyataannya membuat bibir Zaryusu mengerut.

"Ada apa?"

"Tidak, bukan apa-apa. Rororo, ayo berangkat."

Apa yang membuat Crusch begitu gembira sekali? Tawa riang Crusch dari belakangnya, membuat Zaryusu tidak tahan untuk tidak mengeluarkan senyuman lebar di atas punggung Rororo.

Part 2[edit]

Hutan Tove yang baru saja dikuasai, setiap makhluk hidup ketakutan terhadap tatapan raja dan menahan nafas mereka.

Tapi, hanya tempat ini yang berbeda.

Suara pepohonan yang dipotong dan suara-suara tersebut menyebar ke sekelilingnya.

Golem-golem disini akan menjadi mesin konstruksi berat - Peralatan mesin berat, sedang mengangkut batang-batang kayu ke area konstruksi bangunan besar. Bangunan ini masih jauh dari kata selesai, pondasinya besar, dan bagian kecil sudah selesai.

Yang bekerja di dalam area ini adalah sekelompok golem dan undead.

Diantara undead yang bekerja disini, kebanyakan dari mereka adalah Elder Liches, yang memakai jubah merah mencolok.

Diatas masing-masing bahu ada demon dengan panjang tiga puluh sentimeter, mengepakkan sayap kelawar yang panjang dan kulit yang berwarna tembaga merah - demon yang dikenal dengan nama Imp. Imp itu mengangkat ekor beracun mereka tinggi-tinggi agar tidak membuat ekor itu meneteskan racun dan menghalangi Elder Liche.

Satu Elder Lich tertentu yang bekerja keras membuka perencanaan di tangannya, dan memberikan perintah kepada golem-golem yang sedang bekerja.

Melihat golem-golem yang berhenti dan mematuhi perintahnya, dia membandingkan area pembangunan dan perencanaan di tangannya. Setelah sedikit mempertimbangkan, dia bicara dengan imp yang duduk di bahunya.

Setelah mendengarkan, imp tersebut menunjukkan pemahamannya, mengepakkan sayap dan terbang ke langit.

Dengan cara terbang yang tidak termasuk elegan, imp tersebut mengawasi area dengan mata terbuka lebar. Tidak lama setelahnya, imp tersebut menemukan targetnya dan cepat-cepat terbang turun.

Orang itu adalah Guardian Floor lantai Enam Great Tomb of Nazarick, Aura Bella Fiore, dan juga salah satu dari raja baru di hutan ini.

Gadis Dark Elf yang menggunakan gulungan keras sebagai megaphone, membuat suaranya bisa terbawa jauh. Imp yang terbang turun dan berdiri hormat di depannya, Aura lalu mengeluarkan nada yang familiar.

"Bagus~ sekarang dari kelompok mana kamu datang?"

"Aura-sama, kelompok U, nomer 3."

"Kelompok U, bagus bagus, mengerti. Apa lagi masalahnya?"

Yang bekerja disini dibagi ke dalam kelompok dengan nama abjad, dari A hingga U, setiap kelompok dikirim ke area berbeda untuk melakukan pekerjaan berbeda. Dari ingatan Aura dia ingat kelompok U bertugas pada konstruksi gudang penyimpanan, yang mana progres pembangunannya adalah yang tercepat kedua. TL Note : A hingga U artinya adalah sistem hiragana bahasa Jepang, yang mana adalah A, E, I, O dan U. Bukan bahasa Inggris!

"Ada masalah dengan lebar dari batang kayu yang digunakan untuk membangung, apakah kita bisa minta sedikit tambahan wa.."

Saat itu, suara imp tiba-tiba berhenti, ini karena suara yang berasal dari sebuah benda yang menggantung di pergelangan tangan Aura.

"Waktunya istirahat."

Mendengar suara wanita yang penuh gelembung, warna wajah Aura tiba-tiba berubah, telinganya turun, dan berubah menjadi ekspresi memalukan.

"Ya, saya mengerti, Bukubukuchagama-sama!"

Aura dengan riang menjawab suara dari pergelangan tangannya.

"Jadi, karea sudah waktu makan, pekerjaan pagi ini berakhir sekarang."

Dari seluruh monster yang bekerja di area ini, hampir semuanya tidak butuh makanan. Karena itu, Aura sendiri juga mengenakan Cincin 'Ring of Sustenance' (cincin nutrisi), dan tidak butuh baik makanan atau tidur. Tapi karena tuannya khawatir dengan kesehatan semua orang dan selalu berkata "Selalu istirahat yang cukup", dia mengikuti instruksi itu dengan gembira.

"Meskipun ini tidak sopan padamu, tapi ini adalah waktunya istirahat, jadi tolong kembalilah setelah satu jam."

"Mengerti, kalau begitu bawahan ini dan pergilah."

Imp tersebut cepat-cepat pergi dan terbang ke udara, meninggalkan hanya suara kepakkan sayapnya.

Melihat Imp yang pergi ke tempat pembangunan gudang yang sedang terjadi, Aura menggetarkan bahunya, lalu melihat ke ikatan di pergelangan tangannya.

Kali ini dia menunjukkan ekspresi yang penuh dengan kegembiraan.

Ini adalah hadiah yang diberikan oleh tuannya karena seluruh kerja kerasnya. Tentu saja, terhadap tugas utamanya sebagai Guardian Floor, bekerja sekeras-kerasnya adalah anugerah, dan tidak menginginkan hadiah. Kenyataannya, seharusnya jelas untuk memberikan semua yang dia miliki untuk tuannya.

Namun, dia tidak bisa menolak jam tangan yang diberikan kepadanya.

"Hohoho, aku benar-benar ingin mendengarkan suara Bukubukuchagama-sama lebih banyak."

Aura dengan hangat menyentuh ikatan di pergelangannya. Tindakannya saat ini bisa dibandingkan lebih hangat dari ketika dia menyentuh binatang peliharaannya sendiri.

Seluruh suara yang datang dari instrumen ini adalah suara dari salah satu Supleme Being yang menciptakan Aura. (Supleme being adalah 41 aggota petinggi guild Ainz Ooal Gown)

Meskipun suara itu hanya diguakan untuk memberitahukan waktu, ini masih memberikan Aura kepuasan yang sangat.

Ketika dia mendengar adiknya menerima cincin Ainz Ooal Gown, dia merasa sedikit iri, tapi jujur saja, sekarang ini dia merasa bahwa obyek yang dia dapatkan jauh lebih baik.

"Hohohohohoho."

Telinga Aura menurun, dan dia melihat malu-malu ke arah ikatan di pergelangannya itu, dan menganggukkan kepala dengan puas.

"Mengapa Ainz-sama mengatur beberapa waktu yang tidak bisa digunakan?"

Ainz-sama memerintahkan bahwa waktu 7:21 dan 19:19 tidak bisa diatur sebagai alarm.

"Eh..mengapa kita tidak tanya padanya? Ah, ini gawat!"

Aura melihat angka pada jam tangannya dan cepat-cepat berlari.

Di depan tempat tujuannya ada seorang maid.

Salah satu dari 41 maid di dalam Great Tomb of Nazarick, seorang homunculus yang tampilan luarnya adalah seorang wanita cantik, tapi dia merupakan pengecualian.

Kepalanya adalah seekor anjing, dengan garis vertikal yang menurun di tengah wajahnya seperti sebuah luka dengan tanda jahitan. seakan wajahnya dibelah dua lalu dijahit lagi.

Namanya adalah Pestunia S Wanko.

Dia adalah salah satu kepala maid di Great Tomb of Nazarick dan juga merupakan High Priest.

"Seperti permintaan Aura-sama, saya membawa hamburger, dan juga dua acar, kentang goreng dengan kulitnya, minumannya adalah cola...Woof."

Overlord vol 04 ch 2 02.jpg


Setelah berhenti sejenak, dia mengeluarkan suara "woof", membuat Aura berpikir mungkin dia lupa untuk menambahkannya pada kalimat akhir. Tapi Aura tidak mengatakan apapun yang spesial tentang ini, karena ada hal lain yang menjadi perhatiannya. Itu adalah aroma yang akan membuat perut berbunyi. Meskipun Ring of Sustenance membuatnya dia tidak perlu lagi mengkonsumsi makanan, bukan berarti dia tidak bisa memakannya. Dan juga makan seharusnya adalah hal yang beruntung, terutama jika itu adalah makanan yang enak.

"Berbicara tentang efek keseluruhan dari memakan ini.."

"Ah, tidak perlu, tidak perlu, aku tidak makan karena efek menguntungkan."

"Mengerti woof."

Aura berjalan ke sisi Pestunia, dimana kereta makanan mengeluarkan aroma yang harum.

"Waktunya makan, waktunya makan."

Pestunia, ketika mendengar nyanyian makan yang diciptakan sendiri oleh Aura, membuka tutup perak dari piring di kereta makanan.

"Aah~"

Aura tidak bisa menahan tatapannya yang sangat intens kepada makanan yang dibuka di depannya, di waktu yang sama dia berbicara kalimat yang langsung muncul di otaknya.

"Meskipun A7 daging sapi juga bagus, tapi aku lebih memilih campuran antara daging sapi dan daging babi. Jika saja aku bisa menggunakan kombinasi itu untuk membuat pie daging 3 lapis."

"kalau begitu, pelayan ini akan menyampaikannya kepada chef woof."

"Ah maaf sudah merepotkanmu!"

Aura lalu mengambil piring itu dan dengan gembira berjalan menjauh.

Part 3[edit]

Zaryusu mengamati pemukiman suku Dragon Tusk di depannya. Di waktu yang sama, seikat tumbuhan muncul dari samping dia. Tidak perlu dikatakan, ikatan tumbuhan itu sebenarnya adalah Crusch. Dia mengulurkan tangan dari balik rerumputan, menunjukkan apa yang menurut Zaryusu adalah wajah yang cantik.

"Apakah kamu ingin langsung masuk ke dalam? Apakah kamu ingin bentrok dengan mereka langsung?"

"Salah, namun sebaliknya. Suku Dragon Tusk sangat menghargai kekuatan. Jika kita dengan santai berpisah dengan Rororo dan masuk ke dalam tempat tersebut, besar kemungkinan kita akan bertemu dengan orang-orang yang akan mengajak bertengkar bahkan sebelum kita bertemu dengan kepala suku, dan itu menyusahkan. Melangkah maju sambil mengendarai Rororo akan menyingkirkan situasi yang muncul seperti itu."

Setelah mengendarai Rororo maju dalam beberapa jarak, berbagai macam warrior di seluruh penjuru desa melihat mereka. Masing-masing warrior itu membawa senjata, dan melihat kelompok Zaryusu dengan tatapan yang tak ada gentarnya.

Merasakan niat memusuhi, Rororo mengeluarkan suara geram lirih. Zaryusu mendengarkan peringatan Rororo dan menyuruhnya untuk terus maju.

Terus maju pasti akan memicu pertengkaran. Namun mereka tetap maju hingga sampai di pinggiran, sebuah tepian dimana apapun bisa terjadi setiap saat; sebelum Zaryusu akhirnya membiarkan Rororo berhenti dan turun. Crusch juga mengikutinya dan turun dalam sekejap.

Beberapa tatapan warrior diarahkan kepada dua individu itu. Tatapan itu membawa tekanan yang mana bukan hanya permusuhan tapi niat membunuh sekaligus.

Crusch sedikit terintimidasi oleh tatapan mereka yang membuatnya menghentikan langkah. Meskipun dia adalah seorang individu yang ahli, dia kurang pengalaman dalam menjadi baris depan.

Sebaliknya, Zaryusu mengambil satu langkah ke depan. Dengan menggunakan separuh tubuh untuk melindungi Crusch, dia berteriak keras:

"Aku adalah wakil dari suku Green Claw, Zaryusu Shasha, dan kunjunganku kesini adalah untuk mendiskusikan sebuah masalah dengan kepala suku!"

Suara teriakannya yang kuat seakan hampir menghancurkan nafsu membunuh di sekeliling mereka. Warrior suku Dragon Tusk semuanya tersentak dan mereka terlihat hampir terintimidasi.

Selanjutnya, Crusch juga berbicara, mengumumkan dirinya:

"Aku adalah kepala suku Red Eye, Crusch Lulu, dan sama sepertinya aku juga kemari untuk mengunjungi kepala suku."

Meskipun suaranya tidak keras, namun membawa harga diri dan kewaspadaan diri dari seorang pemimpin suku. Lizardmen wanita yang kurus dan masih muda sebelumnya telah hilang dengan semangat dari suara percaya diri si pria.

"Sekali lagi, kami kemari untuk bertemu kepala suku! Dimana dia!"

Saat ini, suasana disekitar mereka berteriak. Sepertinya mood dari pemandangan tersebut tiba-tiba berubah menjadi kekuatan menyerang yang sebenarnya langsung diarahkan kepada mereka berdua.

Masing-masing dari empat kepala Rororo melakukan jungkir balik. Membuka rahangnya, mengeluarkan teriakan mengancam ke empat arah saat dia menggoyangkan kepalanya dan menatap marah. Saat Raungan tajam dari hydra raksasa keluar, ketakutan rupanya terserap ke sekeliling ketika suasana kembali memanas.

"...Tidak perlu melindungiku dari hal-hal yang remeh."

"Aku tidak bermaksud melindungimu, karena kamu datang atas kemauan sendiri. Namun, aku adalah yang membiarkan seluruh suku mereka, oleh karena itu  seharusnya akulah yang harus menanggung tatapan bermusuhan dari mereka."

Para warrior mulai berkumpul di bagian dalam dari permukiman suku. Seluruhnya adalah lizardmen yang memiliki tubuh berotot dan besar dengan luka ringan di sisik mereka, menunjukkan bahwa mereka adalah para veteran dalam banyak pertempuran. Namun Zaryusu merasa bahwa kepala suku mereka tidak di antaranya.

Masing-masing lizardmen hanyalah warrior. Tidak ada dari mereka yang membawa wibawa sepeti kakaknya, ataupun penampilan aneh dengan udara penuh keyakinan seperti yang dibawa oleh Crusch.

Selama periode ini hanya Rororo yang mengeluarkan suara intimidasi, masing-masing individu dari lizardmen mempertahankan kewaspadaan level tinggi. Saat ini --

"Haah!"

Crusch mengeluarkan nafas, membuat suara lirih. Namun, Zaryusu yang memprediksi bahwa akan ada satu orang lizardmen yang akan masuk, tetap tidak bergeming. Ini karena sebelum musuh menunjukkan diri, dia bisa merasakan bahwa ada kekuatan raksasa yang semakin mendekat.

Tapi dia pun akhirnya menatap dengan tampang bengong terhadap lizardmen yang muncul di depannya.

Sederhananya, penampilan lizardmen tersebut cukup aneh.

Musuh adalah individu yang memiliki tubuh besar lebih dari dua ratus tiga puluh sentimeter tingginya. Wujud ini saja sudah cukup bisa menilainya ganjil, oleh karena itu tak ada alasan lain untuk menjelaskan penampilan seperti itu.

Pertama, bahu kanannya memiliki penampilan luar yang cukup tebal dari yang kiri, sama seperti kepiting dengan satu capit yang besar dari yang lainnya. Tidak, bahu kirinya tidak kurus sama sekali, dengan ketebalan yang kurang lebih sama dengan bahu Zaryusu. hanya saja bahu kanannya yang memang tebalnya abnormal, dan ini bukan dikarenakan penyakit atau cacat bawaan, tapi otot yang sebenarnya.

Jari manis kiri dan kelingkingnya tidak ada.

Mulutnya jauh terbuka ke belakang, mungkin itu adalah hasil dari luka sayatan, dan ekornya sangat pipih, tidak seperti lizardmen tapi lebih tepat mirip buaya.

Namun, meskipun dibandingkan dengan ini, wujud yang paling mengena adalah simbol yang tergambar di dadanya. Meskipun gambar itu berbeda dengan yang ada di dada Zaryusu, artinya juga sama, menandakan bahwa lizardmen ini juga adalah seorang 'traveller'.

Lizardmen dengan penampilan aneh itu menaksir Zaryusu, dan mengeluarkan tawa mengerikan saat gigi-giginya saling bertatapan, terdengar seperti benturan antara kayu mati.

"Selamat datang pemilik Frost Pain."

Suaranya yang dalam sangat cocok dengan penampilannya, kecuali suara itu memiliki efek membuat ucapan datar terdengar mengancam.

"Ini adalah pertama kalinya kita bertemu. Aku adalah wakil dari suku Green Claw, Zaryu--"

Lizardmen itu melambaikan tangannya menandakan bahwa perkenalan itu tidak perlu.

"Nama saja sudah cukup."

"...Aku adalah Zaryusu Sasha dan ini adalah Crusch Lulu."

"Orang itu jangan-jangan adalah... monster tanaman? Namun, karena kamu sudah membawa hydra kemari, membawa serta monster yang makanannya tidak terlalu mengagetkan."

"...Bukan itu masalahnya."

Kepada Crusch yang akan melepaskan kostum rumputnya, lizardmen yang bertampang aneh sekali lagi melambaikan tangan menunjukkan itu tidak perlu.

"Jangan menganggap leluconku menjadi beneran, Merepotkan saja."

"--!"

Merasa tidak tertarik, lizardmen yang bertampang aneh memberikan tatapan sesaat kepada rerumputan tersebut sebelum sekali lagi menoleh ke arah Zaryusu.

"lalu, mengapa kalian kemari?"

"Sebelum itu, maukah memberitahukan nama anda?"

"Ah, aku adalah kepala suku Dragon Tusk, Zenberu Gugu, Silahkan saja memanggilku Zenberu."

Zenberu menunjukkan gigi-giginya ketika dia tersenyum. Meskipun itu sudah diduga, fakta bahwa seorang traveler juga seorang kepala suku masih merupakan berita yang mengejutkan.

Tapi sebaliknya, ini juga adalah jawaban yang paling bisa diterima. Tidak mungkin lizardmen pria sekuat itu hanyalah seorang traveler. Sebenarnya, ketika dia muncul, niat memusuhi di sekelilingnya langsung hilang seperti asap. Lizardmen pria ini memiliki wibawa yang besar begitu juga kekuatan tempurnya dan itu merupakan perpaduan yang luar biasa.

"Anda juga cukup memanggilku Zaryusu. Kalau begitu, Zenberu, mohon beritahukan kepada kami jika ada monster tidak wajar yang telah mengunjungi desamu baru-baru ini."

"Un, orang yang disebut Yang Mulia itu."

"Karena musuh baru saja kesini, permasalahan diskusi akan lebih sederhana."

Zenberu mengangkat tangan, menyela ucapan Zaryusu.

"Aku bisa menerka secara kasar apa yang ingin kamu katakan. Namun, kami hanya percaya dengan kekuatan. Keluarkan pedangmu."

lizardmen yang besar dan tegap berdiri di depan Zaryusu - kepala suku Dragon Tusk, Zenberu Gugu - tersenyum menunjukkan mulut penuh gigi.

"Apa!"

Hanya Crusch yang terkejut. Zaryusu dan warrior-warrior di sekeliling mereka menunjukkan ekspresi setuju.

"...Metode ini sangat sederhana, kepala suku Dragon Tusk. Ini membuat penilaiannya sebentar, dan tidak membuang waktu sama sekali."

"Kamu memang utusan yang luar biasa. Tidak, karena kamu adalah tuan dari Frost Pain, itu seharusnya adalah berkah, ya kan?"


Memilih yang terkuat sebagai kepala suku -- bagi lizardmen ini adalah hal yang alami dan masalah yang biasa.

Namun, untuk masalah dimana kehidupan suku berada dalam bahaya, apakah metode sesimpel itu akan memberikan jawaban yang sesuai? Bukankah masalah ini seharusnya didiskusikan dan dievaluasi oleh semua orang, mengambil analisa detail dari sudut pandang berbeda sebelum tiba pada sebuah kesimpulan?

Crusch berpikir seperti itu, lalu menyadari bagaimana ide seperti ini meragukan.

Pada kenyataannya, seluruh warrior penonton yang ada di sekeliling, tidak perduli jika mereka adalah pria atau wanita, semuanya setuju dengan penilaian kepala suku. Jika Crusch yang sebelumnya, dia sendiri juga akan merasa keputusan ini adalah salah satu pilihan.

Lalu mengapa aku yang sekarang meragukan ini?

Dari mana asalnya keraguan ini?

Apakah dia berpikir seperti ini karena dia telah mengalami serangan magic dari orang asing? Tidak mungkin. Ketika masalahnya adalah magic, dia percaya diri bahwa dia tidak akan kalah dengan sembarang orang.

Crusch menoleh kepada kedua individu tersebut.

Zaryusu dan Zenberu.

Keduanya sama-sama berdiri terlihat seperti seorang anak kecil melawan orang dewasa.

Tentu saja, fisik tubuh tidak menentukan segalanya, dan sebagai seorang magic caster dia mengerti poin ini sepenuhnya. Namun setelah melihat perbedaan bentuk tubuh yang mana seperti langit dan bumi, dia tidak bisa menahan diri berteriak di dalam hati berharap dia tidak ingin berakhir seperti ini.

Tidak berharap? Aku harap mereka tidak... - bukan, bukankah aku menginginkan mereka bertarung?

Crusch ingin memahami mengapa perasaan ajaib itu membengkak di dalam dirinya. Mengapa dia tidak ingin ini terjadi? Mengapa dia tidak ingin mereka untuk saling bertarung?

Hanya ada satu jawaban yang jelas.

Crusch mengeluarkan senyum tipis. Senyum tersebut adalah menyengir dan juga senyum mengejek diri sendiri.

Kamu hanya bisa mengakui dengan sejujurnya sekarang, Crusch. Kamu tidak ingin Zaryusu bertarung karena kamu takut jika dia terluka...takut jika dia mungkin saja tewas.

Sederhananya, itulah masalahnya.

Dalam pertarungan seperti ini, jarang sekali akan berakhir dengan kematian salah satu pihak. Namun, arti 'jarang' adalah masih ada kemungkinan itu terjadi. Jika pertarungan meningkat hingga salah satunya kehilangan akal sehat, sebuah nyawa bisa dengan mudah diambil. Terlahir sebagai lizardmen wanita, dia tidak ingin partnernya kehilangan nyawa karena ikut dalam pertarungan ini.

Ini juga berarti bisa dikatakan faktanya, secara tidak langsung, Crusch telah lama menerima pernyataan cinta Zaryusu.

Itu karena tidak ada pria di masa lalu yang memperlakukannya seperti Zaryusu...itulah kenapa aku sesederhana itu... jika seperti ini, apakah itu artinya aku mudah jatuh cinta?Eh, setidaknya yang aku rasakan saat ini adalah..sedikit bahagia dan juga sedikit kesedihan...ah, yang benar saja, sudah cukup!

Jujur menerima perasaannya, Crusch berjalan ke samping Zaryusu yang bersiap bertarung, dan dengan lembut menepuk bahunya.

"Apakah kamu melupakan sesuatu dalam persiapanmu?"

"Tak ada. tak ada masalah sama sekali."

Sekali lagi Crusch menepuk bahunya.

Bahunya yang kekar.

Dari ketika masih muda, Crusch telah menjalani jalan seorang druid, dan telah melakukan kontak fisik dengan tubuh lizardmen pria ketika berdoa, memberikan obat, dan ketika merapalkan mantra. Namun, kelihatannya kali ini waktu yang diperlukan untuk menyentuh tubuh Zaryusu lebih lama daripada waktu dulu.

Jadi ini tubuh Zaryusu...ah.

Ketika menghadapi pertarungan, darah panas mengalir di tubuh dan mengembangkan otot-ototnya membuat orang lain bisa merasakan maskulinitasnya.

"...Ada apa?"

Karena Crusch masih belum melepaskannya, Zaryusu sejenak merasa bahwa ini aneh.

"-Eh?Ah, itu...ini adalah berkah druid."

"Ini...akankah arwah leluhurmu masih tetap membantuku meskipun aku berada di suku yang berbeda darimu Crusch?"

"Leluhur suku milikku tidak sepicik itu. Semoga beruntung."

Crusch menarik tangannya dari bahu Zaryusu, dan berdoa di hati untuk meminta maaf leluhurnya. Ini karena dia telah berbohong karena berharap kemenangan bagi pria yang dikehendakinya.

Di waktu yang sama, Zenberu melakukan persiapan yang mirip. Di pergelangan tangan kanan dia memegang tombak yang besar - tombak logam dengan panjang hampir tiga meter, yang mana lizardmen biasa akan membutuhkan kedua tangannya untuk menggunakan tombak tersebut.

Lalu dia dengan santai mengayunkan tombak itu.

Gerakan ayunan ke samping menghasilkan hembusan angin yang kuat, Crusch, yang berada jauh darinya merasakan gerakan ayunan itu.

"Mungkinkah untuk me...tidak, apakah semuanya baik-baik saja?"

"Tentang ini.. aku akan beradaptasi jika situasinya memerlukan."

Crusch pada dasarnya bermaksud untuk bertanya apakah mungkin baginya untuk menang, tapi dia tidak jadi menanyakannya. Zaryusu tahu dia sedang menghadapi pertarungan dimana kekalahan bukanlah pilihan.

Lizardmen pria ini memang layak dikagumi oleh Crusch.

"kalau begitu, apakah persiapanmu sudah selesai? Pengguna Frost Pain...ah, Zaryusu"

"Sudah selesai, dan kita bisa mulai kapanpun."

Zaryusu dengan santai berputar sehingga punggungnya menghadap Crusch, dan berjalan ke dalam perimeter dari zona pertarungan.

Crusch menghembuskan sebuah nafas. Alasannya adalah bahwa dia tidak tahan menatap bentuk punggung Zaryusu.

Tangan Crusch telah menyentuhnya dalam waktu yang lama - sebenarnya tidak selama itu - dan kehangatan yang tersisa di bahunya pelan-pelan menghilang.

Pertarungan yang akan terjadi cukup sederhana, mirip dengan yang biasanya digunakan ketika memutuskan seorang kepala suku. Karena ini adalah pertarungan satu lawan satu, oleh karena itu keikutsertaan pihak ketiga dengan menambahkan mantra magic adalah pelanggaran.

Dengan kehangatan yang masih tersisa di bahunya, angan-angan Zaryusu menjadi kacau. Sementara tangan Crusch telah meninggalkan bahunya, Zaryusu hampir mengira bahwa dia telah merapalkan mantra pelindung pada dirinya, tapi sebagai seorang kepala suku tentunya dia tidak akan melanggar peraturan yang jelas seperti itu.

Kalau begitu, meskipun ketika pihak lain jelas-jelas tidak menggunakan magic, mengapa saat ini dia merasa sangat bersemangat di dalam diri?

Apakah itu karena dia adalah seorang pria, dan ingin menunjukkan pertunjukan yang bagus di depan wanita? Kakaknya pernah berkata bahwa dia terlalu kaku...tapi kalimat ini kelihatannya tidak benar sekarang.

Lizardmen di sekeliling telah meledak dengan suara gemuruh.

Mereka tahu pengguna sebelumnya dari Frost Pain, dan juga merupakan orang yang selamat dari suku Sharp Edge, oleh karena itu secara pribadi mengakui kekuatan dari Frost Pain.

Melihat kemampuan yang hanya bisa dikeluarkan oleh pengguna Frost Pain, wajah mengerikan Zenberu berubah menjadi gembira, menunjukkan gigi-giginya ketika dia menggeram dalam-dalam, seperti seekor binatang buas.

Terhadap lizardmen di depannya yang terang-terangan ingin segera bertarung, Zaryusu dengan dingin melemparkan sebuah kalimat :

"Aku tidak ingin dirimu terkena luka serius."

Ucapan provokasi itu meninggikan antipati lizardmen di sekeliling menjadi maksimum, namun percikan air berikutnya dan suara bentura dengan permukaan air yang terbang karena momentum yang luar biasa membisukan mereka.

Itu adalah hasil dari Zenberu yang menusuk tanah basah tersebut dengan halberd miliknya.

"Oh...kalau begitu biarkan aku merasakan kekalahan yang memuaskan! Dengarkan aku baik-baik! Jika aku mati dalam pertarungan ini, dia akan menjadi kepala suku kalian! Tidak boleh ada yang protes denganini!"

Warrior di sekeliling seharusnya tidak setuju, tapi tak ada yang protes. Sebenarnya, jika Zaryusu benar-benar membunuh Zenberu, semua orang akan patuh meskipun mereka harus menggigit bibir dalam melakukannya.

"Baiklah, bawalah tekad membunuh dalam dirimu di pertarungan ini, Seharusnya aku adalah musuh yang paling tanggung yang pernah kamu ajak bertarung."

"Memang benar... aku mengerti. Kalau begitu, jika aku mati di tanganmu--"

Tatapan Zaryusu sedikit terarah kepada Crusch.

"Tentu saja, aku akan biarkan wanita milikmu kembali dengan selamat."

"...bukan 'milik' cuman belum."

"Ho, kelihatannya kamu memang benar-benar ingin mengejar monser rerumputan itu. Apakah lizardmen wanita itu sebagus itu?"

"Sangat."

Zaryusu mengabaikan lizardmen wanita yang jongkok dengan kedua mata menutupi wajah.

"Itu aku benar-benar ingin melihatnya sendiri. Jika aku menang, sebelum aku biarkan dia pergi, mengapa aku tidak membukanya dulu."

Hingga sekarang, Zaryusu memiliki kemauan seorang warrior untuk bertarung. Sekarang ini motivasi lain telah muncul.

"...Kelihatannya sekarang aku memiliki alasan untuk tidak boleh kalah sama sekali. Aku tidak akan membiarkan seseorang sepertimu melihat wajah Crusch."

"Kamu benar-benar menyukainya hingga titik tak ada obat yang akan bisa menyembuhkanmu."

"Ya, sebanyak itulah aku menyukainya."

Ada beberapa lizardmen wanita yang mengucapkan beberapa kata kepada Crusch yang berlutut, dan dia langsung memberikan respon penolakan dengan menggelengkan kepalanya tanda bahwa mereka seharusnya mengabaikan mereka berdua.

"Ha!"

Zenberu Tertawa sekeras-kerasnya.

"Kalau begitu kalahkan aku! Jika kamu lewat, semua itu akan percuma!"

"Itu niatku selama ini."

Zaryusu dan Zenberu bertukar kata sampai sini dan mereka saling melihat satu sama lain.

"Aku akan bergerak."

"Silahkan saja."

Kedua lizardmen itu bertukar kata sejenak, tapi tak ada yang membuat gerakan apapun.

Saat lizardmen yang menonton di sekitar mulai gelisah, Zaryusu mulai perlahan-lahan semakin maju. Mereka sedang berada di tanah basah yang dipenuhi dengan air, namun tak ada percikan yang terdengar.

Zenberu tetap tak bergeming dan menunggu.

Sesaat kemudian, ketika Zaryusu semakin dekat -- Sesuatu berkelebat dengan suara keras di depan matanya lalu melompat ke samping. Itu adalah suara yang dibuat oleh halberd Zenberu.

Tak ada teknik di dalamnya; hanya ayunan sederhana.

Tapi itulah kenapa sangat mengejutkan.

Zenberu mengambil sikap dengan halberdnya dan bersiap menyerang Zaryusu lagi. Dengan hanya tangan kanan saja, Zenberu mampu memegang halberd raksasa tersebut. Setelah tiap-tiap gerakan ayunan yang seperti tornado, dia bisa langsung melanjutkan sikap asalnya.

Zaryusu bingun.

Oleh karena itu, untuk memastikan maksud dari tindakan ini, dia sekali lagi melompat ke dalam jangkauan serangan musuh - dan sekali lagi disambut dengan ayunan horizonta yang sengit dan identik lainnya. Zaryusu menahan dengan Frost Pain dan sebuah benturan hebat mendarat di tangan pemegang Frost Pain, lalu tubuhnya terpukul mundur.

Untuk mengirim lizardmen dewasa terbang dengan satu lengan, kekuatan lengannya memang luar biasa.

- Darah mendidih karena gembira.

Ketika para warrior melihat kepala sukunya menunjukkan kekuatan lengan yang tak ada tandingannya, mereka meraung dengan keras.

Zaryusu menggoyangkan ekornya untuk memperoleh keseimbangan saat dia mundur.

Dia menggetarkan tangannya yang mati rasa ketika dia memicingkan mata.

Apa..ini?

Zaryusu memfokuskan pada tubuh raksasa di depan matanya.

Apa ini? Dia...terlalu lemah.

Zenberu memang secepat kilat, dan akan mengirimkan Zaryusu terbang jika dia menahannya dengan pedang. Tapi bukan hanya itu, ada hal menakutkan yang lain mengenai hal itu.

Gerakan Zenberu mirip dengan anak-anak yang bermain dengan tongkat: tidak ada teknik sama sekali, hanya ayunan yang kuat dengan tenaga kasar. Tapi apakah hanya itu? Dengan lengan sebesar miliknya, Zenberu seharusnya mampu menggenggamnya dengan lebih ahli dari ini.

Apakah dia sedang menahan diri untuk membuatku lengah?

Zaryusu merasa bukan itu.

Menjadi waspada karena perasaan aneh yang tidak diketahui, Zaryusu memikirkan kembali strateginya. Zenberu yang belum mengambil langkah dengan senyum:

"Bagaimana? kamu tak akan menggunakan kemampuan Frost Pain?"

Seringai itu mungkin untuk memprovokasi dan Zaryusu tidak bereaksi dengannya.

"Aku dikalahkan oleh pengguna Frost Pain di masa lalu."

Zaryusu teringat, dia tahu siapa yang dimaksud oleh Zenberu. Orang itu adalah kepala suku Razor Edge, yang terbunuh oleh Zaryusu.

Zaryusu menenangkan fokusnya pada Zenberu sedikit dan mengawasi sekeliling.

Diantara rasa kebencian yang dia rasakan di sekelilingnya, yang paling kuat niat membunuhnya seharusnya adalah sisa-sisa Razor Edge.

"Dua jariku seperti ini adalah pertarungan itu."

Zenberu menunjukkan tangan kirinya yang kehilangan dua jari kepada Zaryusu.

"Jika kamu menggunakan kekuatan yang bisa dikeluarkan oleh orang tersebut untuk mengalahkanku, kamu mungkin bisa menang."

"Begitukah."

Zaryusu menjawab dengan tenang.

Memang benar, kemampuan itu memang kuat.

Dan karena kemampuan itu hanya bisa digunakan tiga kali dalam sehari, dia memiliki peluang besar untuk menang jika dia menggunakan kemampuan tersebut. Zaryusu hanya mengalahkan pemilik sebelumnya dari Frost Pain karena kemampuannya sudah habis. Jika dia menggunakan kemampuan itu, Zaryusu mungkin akan tewas.

Tapi tidak mungkin bagi seseorang yang tahu kemampuan Frost Pain untuk memprovokasinya agar menggunakannya lagi.

Zaryusu memperkuat pegangannya.

Aku tidak mengerti...Lagipula, keadaan takkan selesai jika terus diseret seperti ini, aku harus menyerang.

Zaryusu memantapkan otaknya dan berlari kencang dengan kecepatan dua kali lipat.

Zenberu mengayunkan halberd miliknya kepada Zaryusu dengan kecepatan yang menakjubkan.

Zaryusu tidakmenghindarinya dan menghadangnya dengan Frost Pain. Semua orang yang melihat ini mengira Zaryusu akan terpental mundur lagi.

Pedang dan halberd berbenturan - dan serangan itu sama-sama kuat.

Tidak perlu menggunakan kemampuannya. Zenberu hanya memegang halberd seperti bocah, dan bisa disamai tak perduli seberapa keras dia mengayunkannya.

Zenberu membuka matanya karena kaget - tidak, itu adalah kekaguman.

Di waktu yang sama, Zaryusu merangsek menuju Zenberu - tidak memberinya waktu untuk menarik halberd untuk bertahan. Meskipun jika dia memiliki otot semacam itu, perlu waktu baginya untuk menarik dan mementalkan halberd tersebut kembali. Itu adalah waktu yang cukup bagi Zaryusu untuk mendekatinya.

Selanjutnya, Frost Pain menebas tubuh Zenberu.

Darah mengalir keluar.

Sorakan keras menggema dan tangisan lirih bisa terdengar.

Yang mengalami pendarahan dan mundur bukanlah Zenberu. Itu adalah Zaryusu yang berdarah dari dua sabetan di wajahnya.

Beda dari taktiknya sejauh ini, Zenberu mengambil langkah besar ke arah Zaryusu untuk menyerang dengan senjatanya, tidak membiarkannya lolos.

Senjata itu adalah - cakar.

Frost Pain dan cakar saling berbenturan menghasilkan dering logam yang nyaring. Setelah itu, suara halberd yang jatuh ke air bisa terdengar.

"Wargghh-!"

Zenberu menghembuskan nafas dalam-dalam, dan menyerang secara beruntun dengan lengan yang besar saat dia maju ke depan.

Bukan seperti anak-anak yang bermain halberd sebelumnya, serangan Zenberu dengan cakar berada pada level master. Zaryusu akhirnya mengerti setelah informasi yang terpenting keluar.

Zenberu bukan seorang warrior, tapi seorang monk yang menggunakan tubuhnya sendiri sebagai senjata dengan mengatur energi khusus yang disebut Qi.

Zaryusu menahan tebasan dengan Frost Pain.

Cakar lizardmen memang lebih keras dari manusia, tapi tidak terlalu kuat sehingga bisa mengeluarkan suara seperti logam. Benar sekali, ini adalah hasil dari mengeraskan bagian tubuh - seperti cakar dan taring. Sebuah kemampuan yang dikenal dengan 'Natural Steel Weapon' (Senjata Baja Alami), kemampuan dari seorang monk.

Dikatakan bahwa pukulan seorang monk yang telah sampai pada level tertinggi bisa mengancurkan material terkuat adamantium. Tapi menilai dari rasa ketika beradu, Zenberu masih belum berada pada level itu, dia paling tinggi berada pada level baja. Meskipun begitu, dia setara dengan salah satu dari empat harta lizardmen, Frost Pain, dan itu bukanlah hal yang bisa diremehkan.

Kedua orang itu beradu pukulan.

Zenberu menyerang dengan cakarnya sementara Zaryusu menebas dengan Frost Pain. Mereka saling menghindari serangan satu sama lain dan melompat mundur, menjauh dari masing-masing.

"-Hahah, kamu masih hidup!"

Zenberu menjilat darah dan daging di jarinya.

Zaryusu menggunakan lidahnya yang panjang untuk menjilat cairan merah di wajahnya.

Zaryusu merasa beruntung, karena bisa menghindari cakar di matanya. Dia memang terluka, tapi itu hanya goresan, dia masih bisa bertarung. Dia bersyukur kepada perlindungan leluhur dan --

Mungkin aku menghindari itu karena leluhur Crusch.

Zaryusu berterima kasih sementara Zenberu protes tak senang.

"Ngomong-ngomong, kelihatannya kamu menahan diri menolak memakai kemampuan itu."

Zenberu mempererat kedua tinjunya dan memukul dadanya berkali-kali.

"Maafkan aku, tapi aku tak berniat menggunakan jurus itu."

"eh? Kalau begitu jangan protes setelah kamu kalah karena tidak menggunakan kekuatan penuh."

"Setelah beradu pukulan denganku, kamu masih berpikir aku adalah orang yang akan mengatakan hal semacam itu?"

"..Tidak, kurasa tidak. Maaf, aku sudah banyak bicara. Namun - jika kamu tidak mau menggunakan jurus itu, maka sekarang adalah giliranku!"

Dengan suara menusuk angin, Zenberu meluncurkan sebuah tendangan terhadap Zaryusu dengan kakinya yang setebal batang pohon.

Gerakan tersebut dibuat tanpa ragu sedikitpun.

Ketika Zaryusu menghindari tusukan kaki tersebut, dia mengayunkan Frost Pain untuk menebas Zenberu. Namun dering suara logam yang keluar dan pedang itu dipentalkan.

Zaryusu membuka matanya lebar-lebar karena terkejut.

Jika seseorang menggunakan pedang untuk menahan serangan dengan tubuh, pihak yang menyerang seharusnya adalah pihak yang terluka, ini adalah hal yang umum. Namun, dengan menggunakan energi Qi dari Monk membalikkan logika ini.

Ini adalah efek dari 'Steel Skin' (Kulit Baja). Saat ini serangan itu menyentuh dengan kulit penggunanya, kemampuan spesial akan menggunakan Qi untuk menyelimuti tubuh, merubah kulit menjadi sekeras baja. Kemampuan ini sama dengan 'Natural Steel Weapon', dimana kemiripannya adalah jumlah latihan yang dilakukan untuk menempa teknik yang dimaksudkan untuk kekerasa tubuh yang lebih hebat dan bisa diraih.

Kulit musuh telah mementalkan pedang magic. Itu artinya bahwa musuh telah menguasai kemampuan monk hingga tingkat yang hebat. Namun Zaryusu tetap percaya diri bahwa kemenangan masih dalam genggamannya.

Bukan karena perbedaan teknik bertarung pada masing-masing pihak yang amat tinggi, tapi lebih karena keadaan Zenberu yang memang relatif tidak menguntungkan.

Membuat dirinya diungguli oleh serangan beruntun.

Tendangan, sapuan ekor, pukulan, sabetan, serangan bermacam-macam.

Zenberu mengandalkan kemampuan tubuhnya dalam tiap serangan, yang mana bukan hanya cepat tapi juga berat. Menghadapi musuh seperti itu, bahkan Zaryusu harus melepaskan serangannya untuk mempertahankan pertahanannya.

Serangan beruntung diikuti dengan serangan beruntung yang lebih banyak lagi.

Jika dia harus bertahan melawan serangan menghancurkan musuh, Zaryusu tidak diragukan lagi akan kalah. Lizardmen di sekeliling percaya bahwa kepala suku yang meluncurkan serangan beruntung tanpa berhenti memiliki kemenangan dalam gennggamannya dan bersorak menyemangati.

Cakar Zenberu kadang menyerempet Zaryusu, dengan mudah menghancurkan sisik keras yang melindungi tubuhnya menjadi berkeping-keping, membuat darah segar mengalir. Lukanya sama sekali tidak ringan.

Tubuh Zaryusu penuh dengan luka ini. Nyawanya seperti lilin di tengah tiupan angin, dan tidak aneh jika dia menyerah setiap saat. Buktinya adalah wajah seluruh lizardmen yang penuh senyum bahagia karena kemenangan kepala suku mereka.

Namun, Zenberu tidak merasakan sentimen yang sama.

Setiap kali serangan beruntun ditahan, Zenberu merasa kemenangannya semakin jauh dan jauh lagi, yang mana membuatnya sangat tertekan.

Pedang Frost Pain menyembunyikan es dingin yang membuat luka dingin pada setiap tebasannya pada musuh. Ditambah lagi, memiliki efek dimana musuh apapun yang terkena senjata tersebut akan menderita beberapa luka dingin. Dengan kata lain, hanya dengan beradu kontak antara pedang dan daging, Zenberu perlahan terkikis oleh dingin.

Dengan kedua tangan beku dan kedua kaki mati rasa, gerakannya menjadi semakin lamban.

Sayang sekali...karena pertarungan sebelumnya adalah kekalahan yang sangat cepat...aku bahkan tidak tahu bahwa pada dasarnya senjata tersebut memiliki kemampuan seperti itu! kelihatannya bukan hanya memiliki satu kemampuan itu! Tidak heran jika pedang tersebut adalah salah satu dari empat harta!

Karena Zaryusu tahu bahwa item ini memiliki efek seperti itu makanya dia memilih untuk bertahan - namun, itu adalah alasannya dia memilih metode ini untuk menjamin musuhnya tidak terluka. Karena inilah dia tidak menghindari serangan Zenberu dan menghadapinya langsung.

Pilihan ini adalah yang paling berhati-hati dan juga jalan yang rumit kepada kemenangan.

Tanpa celah. Bagi Zenberu saat ini, itu adalah musuh yang paling hebat.

Kepada Zaryusu yang melompat, Zenberu melepaskan pukulan yang kuat. Jika ini ditahan, peluang Zenberu untuk menang akan pupus.

Zenberu merasa seakan dia mengajak bertarung sendirian sebuah benteng yang tak bisa ditembus.

Ah, ah, sayang sekali, apakah aku tidak bisa mengalahkannya... Namun, aku telah menunggu saat-saat ini sejak lama!

Dia teringat ketika dulu mengajak bertarung lizardmen pria tersebut. Sejak itu, dia telah menjadi jauh lebih kuat, dan telah melewati latihan yang melelahkan dan tak pernah berakhir untuk bisa memperoleh kemenangan. Ketika dia mendengar berita bahwa orang itu telah dikalahkan dan terbunuh, dia merasakan penyesalan yang tak terukur, namun dia tidak berhenti berlatih.

Semuanya untuk mempersiapkan agar hari ini datang.

Sebagai kepala suku, dia tidak bisa menyingkirkan semuanya hanya untuk menantang bertarung, oleh karena itu ketika dia mendengar bahwa pengguna Frost Pain telah tiba di desanya, dia menekan dalam-dalam kegembiraannya.

Dia tidak bisa membiarkan pertarungan ini, yang telah dia tunggu-tunggu selama ini, berakhir dengan mudah.

Zenberu memukul dan menendang, namun indera perasanya mulai hilang, dan energi Qi miliknya juga semakin tidak efektif dalam meraih tangan dan kakinya. Meskipun begitu, dia masih menyerang tanpa ampun.

Sangat kuat, bahkan lebih kuat dari orang itu!

Melihat dirinya yang telah berlatih tanpa lelah, lizardmen pria di depannya ini pasti telah mengalami latihan berkelanjutan tanpa disadari hingga titik ini.

Sejak awal, kedua lizardmen itu tidak ada yang dekat dengan akhir pertandingan, dan tentu saja dia bisa saja mencari alasan dengan berkata bahwa dia telah kehilangan kemampuan dari Frost Pain, tapi dia tidak ingin menggunakan kalimat pengecut semacam itu.

Menakjubkan! Tidak heran dia adalah master dari Frost Pain! Lizardmen pria terkuat diantara seluruh lizardmen!

Di luar, Zenberu tidak menghentikan serangan beruntunnya, namun di dalam dia dengan lembut memuji Zaryusu yang menggunakan Frost Pain untuk menghentikan gerakannya.

Luka, aliran darah,dan lebih banyak luka.

Crusch, yang menatap tanpa bergeming kepada pertandingan sengit ini, sudah melihat hasilnya melalui kemampuan druid yang menakjubkan.

Wawasan yang benar-benar luar biasa...Zaryusu sudah tahu pertarungannya kira-kira setelah dimulai.

Crusch pun terkejut lagi akan kemampuan luar biasa dari Zaryusu sebagai seorang warrior.

Di sekeliling tak henti-hentinya mengeluarkan suara dorongan semangat.

Dorongan semangat itu mengarahkannya kepada penyerang yang tak ada hentinya, kepada Zenberu yang tampil benar-benar lebih kuat dari lawannya. Lizardmen di sekelling tampaknya tidak menyadari fakta bahwa anggota badan Zenberu sudah semakin melambat gerakannya.

Zaryusu memang kuat. Crusch percaya diri dengan kesimpulan ini.

Hampir seluruh lizardmen bersandar kepada tubuh yang kuat dan tegap, menggunakan tenaga kasar untuk bertarung, tapi Zaryusu...tidak, bahkan Zenberu juga... mengandalkan teknik untuk bertarung, dan Frost Pain hanyalah aset untuk mendukungnya.

Dengan demikian, situasi saat ini... jarak antara dua individu dan Frost Pain sebagian besar terkait, tapi Crusch memahami dengan jelas bahwa Frost Pain itu bukan satu-satunya waktu dalam mewujudkan hasil ini.

Secara hipotetis, jika seseorang memberikan Frost Pain untuk digunakan oleh orang biasa, akankah orang tersebut bisa menghadapi Zenberu sepeti ini?

Jawabannya mungkin saja tidak. Zenberu bukanlah musuh yang mudah.

Senjata itu memang kuat, tapi Zaryusu yang mampu dengan indahnya menggunakan kemampuan senjata tersebut termasuk juga seorang warrior kelas satu.

Tapi yang lebih terpuji dari itu adalah pikirannya yang tajam dan berwawasan luas.

Zaryusu telah mampu menghindari serangan musuh ketika dia telah menjatuhkan halberd, karena dia selalu berhati-hati dan terus mengamati situasi. Pertama dia mengamati kartu as musuhnya, dan menyadari bahwa halberd itu hanyalah tipuan.

Setelah menghadapi keputusan sulit dicap sebagai seorang traveler, namun setelah bertekad memikul konsekuensinya, lalu apa lagi dan seberapa banyak pengetahuan yang telah dia bawa kembali setelah melakukan travel selain merawat ikan dan taktik pertarungan ini?

Tanpa sadar, Crusch yang telah menjadi sangat percaya bahwa Zaryusu telah menggenggam kemenangannya. Sekarang ini, hatinya berdetak kencang bukan karena mengkhawatirkan Zaryusu, tapi karena alasan lain saat dia menatap diam-diam pada wajah lizardmen pria tersebut.

"Dia benar-benar lizardmen pria yang lain daripada yang lain."

Pertarungan sengit membuat setiap orang lupa akan waktu dengan mudah, tapi bagi mereka berdua yang sedang bertarung, rasanya sangat lama. Mereka sudah kehabisan nafas dan kelelahan fisik dan mental lebih hebat daripada waktu yang dihabiskan.

Zaryusu yang telah mendapatkan kembali semangat bertarungnya meskipun darah sudah mengucur dari seluruh tubuhnya memiliki keberanian yang patut dipuji. Dia menerima pujian yang tinggi dari lizardmen yang menonton karena dapat bertahan dari kepala suku mereka jauh lebih lama dari siapapun.

Tiba-tiba saja, Zenberu yang kelihatannya hanya satu inchi lagi dari kemenangan menjatuhkan sikap siap tempurnya.

lizardmen yang ada di sekeliling menunggu menunggu dengan nafas tertahan agar Zenberu mengumumkan kemenangannya ketika dia meneriakkan.

Tapi isi dari teriakannya berlawanan dengan apa yang mereka kira.

"Ini adalah kekalahanku!"

Kepala suku mereka seharusnya hanya tinggal selangkah lagi dari kemenangan.

Jadi mengapa kepala desa mendeklarasikan kekalahannya? Hanya Crusch yang tahu ini akan terjadi. Dia berlari dengan cepat ke tengah-tengah formasi lingkaran.

"Apakah kamu baik-baik saja?"

Zaryusu bernafas dalam-dalam ketika dia mendengar pertanyaan itu. Dia menurunkan pedang di tangannya dan menjawab dengan kelelahan:

"Tidak ada luka yang fatal... Ini tidak akan berakibat pada pertarungan masa depan."

"...Bagus, aku akan mengobatimu dengan mantra."

Crusch membuat suara gemerisik dengan pakaian rumput itu dan menunjukkan wajahnya.

Zaryusu merasakan kehangatan yang menenangkan dari lukanya, berbeda dengan luka bakar yang dia alami sebelumnya. Zaryusu membenamkan diri ke dalam sensasi energi yang mengalir ke dalam tubuhnya lalu menolehkan wajah menghadap lizardmen raksasa yang bertarung mati-matian dengannya.

Zenberu dikelilingi oleh anggota sukunya saat dia menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dan apa taktik Zaryusu sebenarnya.

"Seharusnya ini sudah cukup."

Setelah merapalkan mantra dua kali, Crusch memberitahukan perawatannya sudah selesai. Zaryusu melihat ke arah tubuhnya.

Masih ada darah yang mengering di kulitnya, tapi luka yang dialami telah sembuh sama sekali. Zaryusu masih terasa kaku ketika melenturkan lukanya, tapi kelihatannya luka ini tidak akan terbuka.

"Terima kasih."

"Sama-sama."

Crusch tersenyum cerah, dia terlihat cantik ketika menunjukkan gigi-gigi putihnya yang seperti mutiara.

" Cantiknya."

"Ah..!"

Ekor Crusch menghentak dengan keras permukaan air.

Kedua orang itu terdiam.

Crusch yang terdiam karena dia bingung dengan lizardmen pria ini yang dengan santainya mengatakan kalimat itu. Bagi Crusch yang tidak terbiasa dipuji, itu tidak bagi jantungnya jika mendengar Zaryusu terlalu sering mengatakannya.

Di lain pihak, Zaryusu tidak mengerti mengapa Crusch tidak merespon. Jangan-jangan dia membuat kesalahan-- Perasaan tidak tenang itu berkelebat di otaknya. Sebenarnya, Zaryusu selalu merasa hidupnya tidak akan ada hubungan dengan lizardmen wanita, jadi dia tidak tahu reaksi macam apa seharusnya, Tanpa disangka Zaryusu akhirnya tidak bisa berkata apapun.

Saat kedua orang itu bingung dan penasaran apa yang harus dilakukan, sebuah suara menyelamatkan mereka.

"Hey hey hey, kalian terlalu membuat iri dasar brengsek."

Kedua orang itu melihat ke arah sumber suara -- Zenberu.

Zenberu bengong sesaat ketika kedua orang itu bereaksi sama.

"Eh! Putih, bisakah kamu menyembuhkanku?"

Zenberu tidak tergerak meskipun dia telah melihat wajah albino Crusch. Ketika Crusch teringat kesan ketika dia pertama kali melihat penampilan Zenberu, dia mengerti kurangnya reaksi dari Zenberu.

"Baiklah..Tapi bukankah itu masalah tidak membiarkan druid desamu menyembuhkanmu."

"Yeah, tidak masalah. Jangan banyak bicara, aku sedang sakit, bahkan tulangku beku semua, bisakah kamu cepat-cepat?"

"Kamu yang memintaku melakukan ini, ingatlah untuk menjelaskannya kepada druidmu."

"ya, aku yang memaksamu, jadi tolong."

Crusch menghela nafas dan memulai perawatannya.

Zaryusu merasakan banyak tatapan memusuhi yang telah reda, dan tampang-tampang baik telah mulai bermunculan.

"Okay, aku selesai."

Crusch merapalkan lebih banyak mantra kepada Zenberu dibandingkan Zaryusu. Itu artinya bahwa lukanya sangat dalam, meskipun tidak tampak.

"Oh, kemampuanmu lebih baik daripada druid-druid di desaku."

"Terima kasih, tapi aku jarang melakukan ini untuk suku lain...Tidak, terima kasih atas pujianmu."

"Luka kami sudah selesai dirawat, ayo kita menuju topik utama untuk hari ini okay? Apakah ini terlalu terburu-buru bagimu?"

"Oh! Mari kita dengar apa yang ingin kamu katakan -- Meskipun aku ingin bilang padamu bahwa.." Zenberu berhenti sebentar ketika tiba di titik ini, lalu berkata sambil tersenyum : "Mari kita minum dahulu!"

Zaryusu dan Crusch - kedua orang itu terlihat bingung, seakan mereka tidak mengerti apa yang Zenberu katakan.

"Urusan formal menyusahkan akan dibicarakan di perjamuan, kamu mengerti?"

Membiarkan pihak lain mengetahui kekuatanmu akan membuatmu unggul dalam negosiasi. Zaryusu mengerti bahwa dia harus mempertaruhkan nyawanya untuk ini karena begitulah bagaimana lizardmen melakukan sesuatu. Tapi dia tidak bisa mengerti sikap mengadakan pesta karena 'Green Claw' tidak memiliki tradisi seperti itu.

Kelihatannya buruk sekali jika harus pesta setelah bertempur mati-matian.

"Aku tidak mengerti..."

Sebuah perasaan ragu terbersit pada Zaryusu, membuatnya menunjukkan rasa terkejut yang sejujurnya saat dia menjawabnya dengan lembut. Tapi gelombang penyesalan langsung muncul di hatinya, karena dia telah memunculkan sikap seperti anak-anak kepada kepala suku yang belum dia jadikan sekutu. Zaryusu juga bisa merasakan Crusch melihatnya dengan tatapan aneh.

Bagi Zaryusu yang tidak memiliki pengalaman dalam cinta, tidak mungkin baginya untuk bisa merasakan bahwa Crusch yang sedang melihatnya itu dikarenakan orang yang dia suka telah menunjukkan sisi baru. Itu adalah tampang penasaran yang mengagumi hal yang lucu.

"Tidak, apa yang aku maksudkan adalah minum terlalu banyak akan membuat tumpul otak dan itu akan menjadi masalah buatku."

Zaryusu mengubah kalimatnya karena panik, tapi Zenberu kelihatannya tidak mempermasalahkannya dan membalas:

"hey hey hey, kamu seorang traveler ya kan? Jika kamu ingin belajar sesuatu di sekitar sini, pastinya adalah Dwarves ya kan?"

"Tidak, aku tidak belajar dari dwarves, tapi dari orang-orang yang hidup di hutan."

"Begitukah? kalau begitu ingat ini, teman yang minum bersama akan menjadi teman dekat, itulah ajaran dari dwarves. Mungkin tidak banyak waktu tersisa, tapi kita seharusnya segera memulai pembicaraan. Benar kan, Zaryusu Shasha?"

"oh begitu... aku mengerti sekarang, Zenberu Gugu."

"Bagus! Semuanya, kita akan pesta! Bawa itu kemari! Mulai persiapannya!"


Lubang api dengan lebar hampir dua meter terpasang di tanah, api tersebut hampir membakar langit. Kilauan merahnya menyingkirkan kegelapan langit malam.

Di dekat lubang api tersebut ada panci raksasa dengan tinggi lebih dari satu meter dan diameter hampir 80 cm, bau alkohol menggantung di udara.

Banyak lizardmen yang bergantian menyendok cairan di dalamnya. Tapi anggur dari panci wine tersebut kelihatannya tidak ada habisnya.

Seperti Frost Pain dari Zaryusu, ini adalah salah satu dari empat harta, 'Panci Wine Raksasa'.

Rasa wine yang tak pernah habis sangat datar dan akan membuat siapapun yang menghargai alkohol akan mengerutkan dahi. Tapi bagi lizardmen, ini adalah wine yang enak.

Itulah kenapa mereka terus kembali untuk minta lagi.

Tidak jauh dari panci itu ada tempat yang sangat sepi. Sebabnya kenapa, itu dikarenakan lizardmen yang mabuk tidur tak bergerak disini.

Lizardmen yang pingsan karena alkohol semuanya dilempar kemari.

Crusch telah melepaskan pakaian rumputnya melangkah di tanah dengan hati-hati - meskipun dia menginjak ekor lizardmen tanpa sengaja -- saat dia bergerak maju. Langkahnya sangat stabil dan kelihatannya tidak mabuk, tapi dia tidak benar-benar baik-baik saja pula.

Ekornya terlihat bergerak sendiri, mengamuk kesana kemari, terkadang melengkung, selanjutnya menjadi lurus. Saat ini tegang dan terjatuh kemudian, gembira seperti anak-anak.

Faktanya, Crusch merasa seakan angin yang menyegarkan bertiup ke arah hatinya. Sebagian alasan adalah karena alkohol, tapi perasaan bebas juga menambahi ini.

Ini adalah pertama kalinya dia menunjukkan tubuh albinonya ke sekelompok besar orang-orang. Banyak yang terkejut, tapi karena kepala mereka seperti mutant, dia bisa bercampur dengan lainnya tidak lama.

Crusch membawa makanan dengan kedua tangan dan berjalan dengan langkah yang cepat.

Dia datang ke tempat dimana Zaryusu dan Zenberu sedang duduk bersila dan minum bersama-sama.

Keduanya menggunakan sesuatu seperti kelapa sebagai gelas. Di dalamnya terlihat cairan yang transparan, tapi bau alkohol sangat kuat.

Ikan mentah ditempatkan tepat di depan mereka sebagai teman bagi wine itu. Zenberu menyambut Crusch yang berjalan dengan tersenyum.

"Ah, monster tanaman."

"...Bisakah kamu merubah caramu memanggilku?"

Dia telah melepaskan pakaiannya, tapi lizardmen pria ini tetap memanggilnya seperti itu. Dia mungkin berencana untuk menggodanya seperti itu selamanya. Crusch yang menyadari kenyataan ini memutuskan untuk menghentikan usahanya yang sia-sia.

"Apakah kamu sudah menyelesaikan diskusi kalian?"

Zaryusu dan Zenberu saling memandang satu sama lain dan mengangguk.

"Sebagian besarnya."

Mereka ingin berbicara dari pria ke pria, jadi mereka meminta Crusch untuk memberikan beberapa waktu sendirian. Mereka sudah membuatnya sangat jelas, jadi dia tidak punya pilihan lain selain meninggalkan mereka dan mencari makanan, meskipun ingin bergabung dengan pembicaraan mereka. Jika mereka ingin mendiskusikan pertempuran yang akan datang, dia juga harus terlibat.

Dia ingin tahu esensinya sambil menghindari detil-detil yang canggung --

"Ini adalah pembicaraan antar pria."

Tapi Zenberu menutup topik dengan dingin menggunakan kalimat ini. Crusch menunjukkan rasa tidak senang di wajahnya, dan tidak punya pilihan lain selain merubah topik.

"Jadi apa rencanamu? Membentuk aliansi dan bertarung sama-sama?"

"Huh? Oh, tentu saja kami akan bertempur. Meskipun kalian berdua tidak datang, kami masih akan bertempur."

Suara papan kayu yang saling bersentuhan datang dari mulut Zenberu.

"Kamu benar-benar maniak bertarung."

"Jangan memujiku seperti itu, aku jadi malu."

Zenberu mengabaikan Crusch yang terdiam dan meminta sesuatu darinya.

"Oh ya, monster tanaman, bisakah kamu membantuku meyakinkannya? Tak perduli bagaimanapun aku memohon kepadanya, Zaryusu masih tidak ingin menjadi kepala suku kami."

Zaryusu juga menunjukkan ekspresi menolak dan lelah. Crusch bisa tahu dari tampang yang lelah ketika Crusch tidak ada disekitarnya, pertanyaan ini diulang berkali-kali.

"Tidak mungkin baginya untuk menerima pekerjaan ini. Dia dari suku yang berbeda dan seorang .." Crusch ingin berkata traveler, tapi dia teringat bahwa Zenberu juga seorang traveler, jadi dia mengubah topiknya: "Mengapa kamu menjadi seorang traveler?"

"Huh? Oh, kalah dari pemilik Frost Pain adalah pukulan yang telak bagiku, jadi wajar saja aku ingin pergi dan mengunjungi tempat berbeda dan menjadi lebih kuat ya kan? Jadi aku menjadi seorang traveler."

Zaryusu yang berada di sampingnya menurunkan bahu karena lelah. Crusch teringat Zaryusu yang membicarakan tentang perjalanannya juga.

Ketika Zaryusu menjadi seorang traveler, dia sangat termotivasi dengan tekadnya, ketetapan hati dan rasa tangungg jawab terhadap sukunya. Zenberu yang seorang traveler pasti memiliki pemikiran yang sama...Tapi kelihatannya itu tidak terlihat dari caranya bersikap.

Crusch meletakkan tangannya dengan lembut pada bahu Zaryusu untuk menenangkannya, menyampaikan pesan kepadanya bahwa dia adalah dia, kamu adalah kamu.

Bagi orang lain, tindakan Crusch terlihat seperti seorang kekasih. Ketika dia tahu akan hal itu, ekor Crusch mulai panik. Ekor Zaryusu juga ribut tidak karuan.

Kedua orang itu saling melihat satu sama lain mata masing-masing dan tersenyum malu-malu.

Zenberu pura-pura tidak melihat semua itu dan melanjutkan bicaranya dengan gembira:

"Aku kira pasti ada orang kuat di gunung itu karena kelihatannya besar sekali, belajar banyak dari dwarve yang aku temui dalam perjalananku dan mendapatkan war scythe itu. Pertama aku tidak menginginkannya, tapi karena dia bilang itu adalah kenang-kenangan pertemuan kami, aku tidak ada pilihan selain menerimanya."

"...Jadi itu yang terjadi, bagus sekali."

Crusch menjawab dengan dingin.

"Yeah, terima kasih."

--Sarkasme tidak berhasil.

Dengan suasana indah yang buyar, Crusch mengambil cangkir dan meminumnya semua. Dia merasa tenggorokannya panas, sebuah kehangatan menyebar dari anggur di dalam perutnya ke seluruh tubuh. Zaryusu juga melakukan hal yang sama.

Saat ini, suara lembut datang. Rasanya benar-benar berbeda daripada sebelumnya, membuatnya sulit dibedakan siapa yang langsung bertanya.

"Jadi, kira-kira kita bisa menang?"

Zaryusu menjawab dengan lirih.

"..Aku tidak tahu."

"Yeah, aku juga begitu, tidak ada jaminan dalam peperangan. Jika seseorang menjamin kemenangan tanpa tahu kekuatan dari musuhnya, aku ingin menghajarnya dan memintanya untuk tidak berkata omong kosong."

Crusch tidak mengatakan apapun lagi kepada Zenberu yang tertawa lirih.

"Tapi...musuh kita ceroboh, ini mungkin akan berakibat terhadap kemenangan kita."

Crusch menjelaskan kepada Zenberu yang bingung daripada Zaryusu.

"Apakah kamu ingat apa yang dikatakan monster itu?"

"Maaf, aku saat itu sedang tidur."

"..Seseorang pasti mendengarnya ya kan?"

"Hmmp, aku lupa karena menjengkelkan. Lagipula yang penting mereka ingin menyerang kita, kita serang balik, ya kan?"

Orang ini tidak punya harapan -- Crusch menyerah menjelaskannya dengan wajah seperti itu sementara Zaryusu menjelaskannya dengan senyum masam.

"..Mereka berkata, 'Melawanlah dengan dengan keras kepala, makhluk mortal'."

Ekspresi bahaya muncul di wajah Zenberu, wajahnya merengut lalu menyeringai.

"Benar-benar membuat marah, meremehkan kita dari awal."

Zenberu mengaum marah.

Itu menunjukkan kemarahan yang kuat dan tidak senang.

"Benar sekali, mereka meremehkan kita. Sangat percaya diri seperti itu...artinya mereka memiliki kekuatan untuk unggul dari kita dengan mudah... Tapi kita akan hancurkan arogansi musuh kita. Kita akan mempersatukan lima suku dan menunjukkan kepada mereka kekuatan terbesar yang bisa dikumpulkan. Kita akan menyerang mereka langsung, dan mengatakannya kepada mereka bahwa kita bukanlah orang lemah yang tak berdaya."

"Hmmp, tidak buruk, itu adalah cara sederhana untuk merangkumnya. Aku suka itu."

Saat dua orang pria lizardmen itu mendiskusikan dengan semangat bagaimana cara melawan, Crusch menuangkan air dingin ke dalam rencana mereka.

"Tidak baik terlalu banyak melukai harga diri mereka. Kita hanya perlu menunjukkan pada mereka nilai kita, ya kan? Jika mereka tahu kita berguna, mereka mungkin akan menahan diri untuk tidak membasmi kita."

"Hey hey, kamu ingin kami membungkukkan kepala kepada orang-orang mengjengkelkan itu?"

"Zaryusu... Aku mengerti bahaya dalam evakuasi, tapi kurasa menyelamatkan diri lebih penting daripada kehilangan kebebasan."

Crusch mengatakan pendapatnya dengan lembut.

Dua orang lainnya tidak menolak atau mengejek pemikirannya tentang ini.

Tak ada yang ingin dikuasai, tapi menjadi budak lebih memiliki masa depan daripada kehilangan nyawa. Jika mereka memiliki masa depan, akan ada banyak kemungkinan yang tak terhingga.

Sebagai congoh, jika mereka mengajarkan teknik beternak ikan kepada setiap orang, mereka mungkin bisa membuang rumah mereka saat ini dan kabur.

Jika seseorang menyerah terhadap kemungkinan ini dan memerintahkan yang lainnya untuk mati, dia tidak berhak menjadi pemimpin.

"Dengar ini."

Setelah mendengar apa yang Zaryusu katakan dengan lembut, ketiga orang itu memasang telinga dan mendengar tawa dari pesta yang terbawa angin.

"Kita mungkin tidak akan bisa bersenang-senang seperti ini setelah dikuasai."

"Mungkin kita bisa, ya kan?"

"Benarkah? Kurasa tidak. Sebuah wujud yang senang dengan kematian kita tidak mungkin sangat dermawan. Jika merak memiliki belas kasihan, mereka tidak akan mencoba untuk menghabisi kita dengan sikap main-main seperti itu."

Crusch mengangguk setuju.

Namun begitu-

"Apa yang ingin aku katakan adalah... tolong jangan sampai tewas."

"--!"

Crusch dan Zaryusu saling menatap mata satu sama lain di bawah langit malam yang dingin.

Dan membuat janji.

-Mengabaikan sama sekali Zenberu yang bersunguh-sunguh.