Overlord (Indonesia):Volume 6 Chapter 11

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Part 1[edit]

Bulan Api Bawah (Bulan ke 9), Hari ke 5, 02:30

Barrier (Pembatas) api yang berkelap kelip tidak memiliki hawa panas sama sekali, membuatnya seperti sebuah ilusi. Para petualang yang berdiri di depan saling bertukar tatapan dengan kelompok mereka, lalu mengumpulkan keberanian dan terjun dengan nekat menembus dinding api tersebut.

Meskipun Priest yang mensupport dari beberapa kuil sudah memberikan mantra proteksi terhadap api kepada mereka, tetap saja mereka menahan nafas, karena takut jika paru-paru mereka akan terbakar.

..meskipun mereka sudah bilang api tersebut tidak menyebabkan luka fisik sama sekali.

Pemikiran itu mengalir di kepala Lakyus saat dia melihat dinding api dari belakang formasi.

Tetap saja, terlalu dini untuk merayakan kenyataan bahwa api tersebut tidak melukai. Jika api itu tidak diperuntukkan untuk menyebabkan luka, pasti ada alasan lain bagi Jaldabaoth yang memunculkannya. Itu adalah yang dia bingungkan.

Jika aku tidak tahu jawabannya, tidak ada gunanya menghabiskan energi memikirkannya. Siapa yang bilang jika aku seharusnya menggunakan kepalaku untuk hal-hal yang lebih baik... Evileye, ataukah Paman?

Barrier (Pembatas) api magic tersebut seperti sebuah ilusi, tidak memberikan halangan dan tidak memiliki panas, dan begitulah, Lakyus bisa melewatinya.

Lakyus melihat sekeliling ke arah wajah-wajah para petualang yang khawatir ketika sedang melangkah masuk ke dalam barrier.

Rencananya adalah membentuk formasi garis pertahanan, tapi membentuk garis yang lurus di dalam pertempuran di tengah kota seperti ini sangatlah sulit. Oleh karena itu, mereka harus menggunakan empat kelompok orichalcum sebagai sumbu formasi, menugaskan tiap-tiap petualang ke masing-masing kelompok itu. Seseorang yang melihat dari atas akan melihat sesuatu seperti seekor binatang buas dengan empat kaki yang menyebar.

Karena mereka adalah inti dari formasi, wajar saja jika para petualang dengan peringkat orichalcum tersebut menjadi pimpinan. Tapi sekarang ini, mereka dipenuhi dengan rasa tidak enak dan tekanan. Lakyus berharap mereka bisa menyembunyikan ketakutan mereka dan memberi inspirasi keberanian kepada yang lainnya.

Apakah aku harus mengambil barisan depan?

Memang benar, jika seorang petualang dengan peringkat adamantite berdiri sebagai pimpinan, moral pasti akan meningkat. Tapi sekarang ini, Lakyus tidak memiliki sekutu yang bisa diandalkan olehnya di samping. Meskipun dia adalah petualang dengan peringkat adamantite, seorang Blue Rose yang sendirian kurang efektif daripada sekelompok petualang dengan peringkat orichalcum. Oleh karena itu, dia telah menyerahkan pimpinan baris depan kepada mereka.

Meskipun mereka mempercayaiku, berlari ke dalam dan membuat keributan hanya akan membuat mereka dipenuhi rasa tidak nyaman. Tapi... ah, seharusnya aku pergi saja ke depan dan melihat apa yang terjadi.

Dengan itu, Lakyus melangkah menembus dinding api.

Sebuah dunia hening yang baru menyebar di antara mereka. Jalanannya sama dengan yang ada di ibukota, jika kamu melewatkan kenyataan bahwa tidak adanya kehidupan manusia dan banyak perumahan yang telah dihancurkan.

"Apa yang terjadi dengan rumah-rumah itu? Apakah mereka sedang bersembunyi? Tidak ada bau darah."

"Tidak mungkin. Lihat, pintu-pintu itu telah dirusak. Aku takut jika orang-orang itu mungkin saja dibawa ke sebuah tempat."

"Kita harus berhati-hati terhadap demon-demon yang sedang keluyuran di dalam rumah-rumah tersebut, apakah kita harus melakukan pencarian dari rumah ke rumah? Itu akan memakan waktu yang lama."

"Akan lebih aman untuk menghubungi Lakyus-san dan menunggu instruksi selanjutnya, ya kan?"

"Kalau begitu, mari bergegas dan-"

"Tidak perlu melakukan hal itu."

Tergerak karena reflek yang berasal dari suara tersebut, para petualang yang sedang berbicara melihat ke belakang mereka. Mereka menatap dengan mata terbelalak karena terkejut kepada Lakyus, yang baru saja tiba.

"Para petualang dengan peringkat besi dan tembaga akan tetap di belakang untuk mencari ke rumah-rumah. Satu tim mythrill akan tetap di belakang untuk mengawasi. Orang-orang di belakang akan menyebar ke dalam formasi dan maju. Ada yang keberatan?"

Kepala-kepala itu bergeleng menandakan tidak ada.

"Kalau begitu, mari kita maju."

Lakyus berjalan ke dalam barisan dengan para petualang orichalcum. Sebuah keheningan yang tidak nyaman menyeruak di antara mereka. Sulit dipercaya jika pernah ada kehidupan disini tadi sore.

"...Ngomong-ngomong, Momon-san akan baik-baik saja, ya kan?"

Lakyus mengerti betapa tidak nyamannya mereka membebankan seluruh harapan mereka kepada Momon.

"Dia akan baik-baik saja. Evileye sendiri mengakui bahwa dia lebih kuat darinya. Masalah sebenarnya adalah yang setara melawannya, pemimpin musuh, Jaldabaoth. Seberapa kuat dia, namun demikian..."

Para petualang yang ada di dekat situ yang mendengar ini jatuh dalam kegelisahan.

"Ah, maaf, jangan khawatir tentang hal itu. Kita hanya perlu melakukan apa yang ditugaskan, itu saja."

"Aye, benar sekali. Memang membuatku iri untuk mengakuinya, tapi kurasa masing-masing dari kita sudah ditugaskan untuk melakukan yang paling cocok. Kalau begitu, semuanya, maju!"

Berdiri di depan kelompok, bersama-sama dengan petualang orichalcum, Lakyus melangkah maju.

Tangannya menggenggam Demonic Sword Kilineyram. Permukaan pedang itu seperti sebuah bentangan langit malam, dihiasi dengan bintang-bintang yang berkelap kelip.

Mereka belum lama berjalan sebelum suara ledakan di kejauhan terdengar hingga kemari dengan lirih. Yang gemetaran adalah para petualang peringkat rendah. Yang bersiap untuk bertempur adalah para petualang dengan peringkat menengah. Yang memeriksa keadaan sekitar adalah para petualang dengan peringkat yang lebih tinggi. Dan yang melihat lurus ke depan adalah para petualang dengan peringkat tertinggi. Di antara lautan reaksi ini, Lakyus menatap di kejauhan dengan tatapan yang menusuk.

"Kelompok di sebelah situ telah masuk dalam pertarungan."

Mungkin bukan kelompok Tina.

"Jika mereka bergerak masuk dengan kecepatan rata-rata yang sama dengan kita, kita pasti juga akan bertemu dengan hadangan segera."

"...Bagaimana dengan yang di atas?"

"Kami sudah mengintainya, dan tak ada yang melaporkan apapun sejauh ini."

"Bagus sekali. Demon-demon memiliki banyak makhluk dengan tipe yang bisa terbang. Jika mereka menyebar di ibukota, bisa gawat. Jadi kita harus memancing perhatian mereka ke bawah tempat kita berada sekarang."

"Itu artinya rencana ini pada dasarnya tidak berubah."

"Benar sekali... hm, apa itu, apakah kalian mendengar sesuatu?"

"Aye, aku mendengarnya. Gonggongan anjing. Hey, apa itu?"

Magic Caster misterius menjawab pertanyaan tersebut.

"Aku belum memastikannya dengan mata kepalaku sendiri, tapi kurasa itu adalah hellhound. Kemampuan khususnya adalah mengeluarkan nafas api. Kurasa memiliki tingkat kesulitan 15 kurang lebihnya."

"Kesulitan.. yeah, ngomong-ngomong, berapa tingkat kesulitan Jaldabaoth dan insect maid (maid serangga)?"

Lakyus tak tahu bagaimana harus menjawabnya. Jika dia jujur, bisa memecahkan tekad mereka, tapi jika mereka masuk ke dalam pertempuran dengan kesan yang salah dari musuh karena dia berbohong kepada mereka, akan menjadi bencana. Dia berusaha memikirkannya sebentar sebelum memutuskan untuk berkata yang sebenarnya.

"...150."

"Aye?"

Semuanya yang mendengarkan suara Lakyus memiliki ekspresi yang sama.

"Tingkat kesulitan insect maid (maid serangga) setidaknya 150. Jaldabaoth sendiri sekitar 200 atau lebih."

"Hah?!"

Semuanya selain Lakyus tidak bisa berkata apapun. Memang itu bisa diduga. Meskipun petualang dengan peringkat orichalcum hanya sekitar 80 dalam tingkat kesulitannya. Meskipun seseorang masih bisa unggul terhadap musuh yang memiliki tingkat sekitar 15 poin lebih darinya, mencoba untuk melakukan hal yang sama kepada lawan yang memiliki tingkat hampir dua kali tingginya dari diri sendiri adalah bukanlah guyonan. Lalu-

"Tunggu sebentar! Apakah anda bilang Momon-san akan melawan monster dengan tingkat kesulitan 200 itu sendirian?"

"Memang benar. Itulah kenapa aku bilang kita hanya akan menghalanginya."

"Tapi itu tidak sama... anda bilang 200? Jangan bercanda? Apakah seluruh petualang dengan peringkat adamantite sekuat itu?"

"Andai saja. Bahkan kami pun memiliki tingkat sekitar 90 yang paling baik."

"Kalau begitu... bagaimana caranya kita bisa menang?"

Para petualang saling melihat satu sama lain, menahan nafas mereka.

Lakyus tidak berbohong, namun jika dia tidak berkata yang sejujurnya. Bahkan Lakyus sendiri memiliki tingkat sekitar 90, Evileye lebih dari seratus lima puluh, itulah bagaimana dia memutuskan nilai dari maid insect dan Jaldabaoth. Dan itu juga mengapa Evileye bukan bagian dari garis pertahanan.

Untuk cepat-cepat memulihkan mana yang telah habis, dia memilih untuk bermeditasi dan istirahat. Setelah itu, dia mengikuti Momon ke tempat dimana Jaldabaoth berada, untuk memberikan dukungan kepada Momon yang bisa melawan Jaldabaoth satu lawan satu. Ketakutan mereka adalah jika mereka menghadapi insect maid (maid serangga) lagi.

Sementara Lakyus yang jatuh ke dalam pemikirannya, dia merasakan suasana hati di sekitarnya yang depresif menusuk kulitnya. Moral semua orang telah hancur, dan ada gumaman ingin mengabaikan semuanya dan lari dari ibukota.

Sesuai dugaannya, semuanya merasakan moral yang turun. Lakyus tahu karena sejak pertama kali dia mendengar pertempuran yang dibicarakan oleh Evileye tentang pertarungan mereka, dia juga merasakan hal yang sama.

"Kamu dengar Evileye, ya kan? Momon-san adalah orang yang bisa bertarung setara dengan Jaldabaoth. Karena itu, kita mempercayakan semuanya kepada Momon-san, dan sebagai gantinya kita akan melakukan apa yang bisa kita lakukan."

"Ta-Tapi jika Jaldabaoth melawan Momon-san, lalu bagaimana jika insect maid muncul disini?"

"Serahkan itu pada kami, Blue Rose. Evileye memiliki item spesial yang bisa membuat langsung berpindah ke kita. Dia memiliki sebuah cara untuk menghadapi insect maid, jadi dia bisa mengatasi jarak kesulitan itu dan mengalahkannya."

Hal itu membawa aliran sorakan dari para petualang. kelihatannya semangat bertarung mereka telah kembali.

Tepat pada waktunya.

Raungan binatang buas datang dari depan, bersamaan dengan suara-suara langkah kaki.

"Mereka datang. Kita akan membangun garis pertahanan disini. Orang-orang yang ada di cakram terbang di atas akan turun di samping jalan. Serahkan jalan utama kepadaku!"

Binatang-binatang buas itu ada di jalanan utama. Meskipun mereka terlihat seperti anjing-anjing yang besar, mata mereka dipenuhi dengan kecerdasan yang bisa membuat celaka, dan sebagai ganti air liur, api yang merembes dari perut mereka.

Ada lima belas hellhound disini. Berdiri di depan mereka adalah Lakyus, yang menggenggam demonic sword Kilineyram dengan kedua tangan.

"Kalian demon yang tidak penting, jangan pernah meremehkanku."

Dengan sebuah doa kepada dewa air di bibirnya, Lakyus membelah hellhound yang melompat menjadi separuh dengan sekali tebasan. Pedang yang melayang mengelilinginya bertindak sebagai perisai, membendung serangan-serangan dari hellhound yang ada di samping. Lakyus menendang hellhound lainnya yang mencoba menggigit pergelangan kakinya.

Lakyus menangani enam hellhound sendiri, dan sisanya maju menyerang para petualang lainnya. Yang lebih lemah menangani mereka satu persatu, sementara yang lebih kuat menangani banyak hellhound sekaligus. Dengan cara seperti ini, mereka menggerus jumlah yang mereka hadapi. Saat Lakyus sudah menebas keenamnya, yang lainnya juga sudah selesai.

"Rawat yang terluka!"

"Tidak masalah, Lakyus-san!"

Tentu saja, mereka tidak melewati bukannya tanpa tersentuh, namun yang terluka tidaklah parah. Mempertimbangkan mereka harus menyimpan mana mereka, itu adalah permulaan yang sangat baik.

"Yang ada di samping, aku bilang sekali lagi! maju 50 meter dan bertahan!"

Teriakan saat maju menggema dari kedua sisi. Dengan menggenggam pedangnya, Lakyus juga maju.


Bulan Api Bawah (Bulan ke 9), Hari ke 5, 02:41

Tiga orang berlari di dalam lorong yang gelap dan sempit. Tak ada orang lain disana yang bersama mereka.

Tiga orang ini adalah Climb, Brain dan mantan petualang orichalcum yang menemani mereka dalam penyerangan terhadap markas Zero.

Para petualang yang bekerja untuk Marquis Raeven semuanya berpatroli di jalanan ibukota untuk memburu demon apapun yang berhasil menembus garis pengepungan. Climb hanya berhasil ditemani olehnya karena menurut Marquis Raeven sendiri, dia yang meminta untuk membantu Climb. Itu adalah balasan kebaikan yang ditunjukkan oleh Climb ketika menghadang serangan Zero kepadanya dan menyembuhkan dirinya. Di tambah lagi, Raeven ingin membalas budi yang dia miliki kepada Renner.

Berkat pilihan rute dari Thief itu, mereka tidak menemui satupun demon sejauh ini. Mereka mungkin tidak bisa sampai disini tanpanya.

Meskipun mereka memiliki kepercayaan diri menghadapi demon-demon yang mengandalkan sepenuhnya pada kekuatan dan kecepatan, mereka akan roboh jika ada demon yang bisa menggunakan kemampuan spesial muncul disana. Karena tim ini sebagian besar tidak perduli dengan nyawanya dan bisa mati karena tekadnya, biasanya mereka akan kesulitan menghadapi serangan yang tidak sepenuhnya mengandalkan fisik.

Pertemanan mereka memang sebentar, namun karena itu, thief tersebut mengerti jika Climb dan Brain sangat kurang dalam hal ini, itulah kenapa dia harus bergabung dengan pasangan ini yang jelas-jelas adalah orang-orang yang ingin bunuh diri.

Brain tanpa bicara berterima kasih kepadanya saat berlari, merunduk ke bawah untuk mengurangi ukuran siluet dirinya. Perlahan, gaya dari bangunan yang ada di sekitar mulai berubah; jumlah bangunan yang bukan pemukiman mulai meningkat. Kelihatannya mereka sedang mendekati tujuan mereka.

"Aku harus bertanya, mengapa kita menuju pergudangan?"

Climb menjawab thief itu, yang sedang memeriksa sekeliling.

"Renner-sama menyebutkan jika mereka akan mengumpulkan orang-orang dan memenjarakan mereka, akan membutuhkan tempat yang luas untuk bisa mengendalikan dan menahan mereka semua. Dengan begitu, akan lebih mudah untuk memisahkan keluarga-keluarga tersebut dan mengunci mereka di dalam beberapa gudang malahan."

"Ternyata begitu. Jika keluarga-keluarga itu dipisah, mereka akan berpikir jika mereka semua akan menjadi sandera dan akan semakin berkurang yang kabur. Jika itu masalahnya, kita harus cepat-cepat... yah. Meskipun kita kembali melalui jalan yang sama, kita masih harus memilih jalan yang aman."

"Trims. kami mengandalkanmu."

Ada hal lebih banyak yang harus dilakukan setelah menyelamatkan. Sambil berpikir bagaimana mereka akan bisa keluar dari sana, satu hal yang mencolok dan sangat penting adalah jalan aman untuk mundur. Pilihan rute adalah hal yang sangat penting, terutama karena mereka akan memindahkan banyak orang.

Namun berapa lama rentetan keberuntungan ini akan bertahan.

Misi ini pada dasarnya adalah menyuruh Climb untuk mati.

Climb telah memakai armor putihnya agar orang-orang tahu jika dia adalah knight milik Renner. Saat ini, dia sedang mengusap sarung tangannya... atau lebih tepatnya, cincin yang dia pakai di balik sarung tangan itu...

Gazef sendiri yang memberikan cincin itu.

Itu adalah sesuatu yang dia peroleh dari nenek kuno yang dulunya adalah anggota Blue Rose. Menurut legenda, itu adalah item yang sangat langka sekali lahir dari magic kuno, itu bisa meningkatkan kekuaan warrior melebihi batasnya.

Kamu harus kembali hidup-hidup. Brain teringat wajah Gazef saat dia berkata demikian.

Gazef tidak menunjukkan emosi tertentu waktu itu. Tidak ada rasa marah, sedih atau putus asa. Dia mengeri jika sebagai seorang warrior yang melayani sang tuan, pasti akan datang masanya ketika dia akan diperintahkan masuk ke dalam pertempuran yang hasilnya adalah kematian. Namun, untuk membantu Climb tanpa hadir secara fisik, Gazef meminjamkan cincin itu.

Brain telah mengikuti sinyal tangan dari thief itu ketika tiba-tiba dia merasakan suatu wujud. Melihat ke atas, garis pandangannya mengikuti bangunan - dalam sekejap, Brain merasakan benturan yang kelihatannya menghentikan jantungnya.

Di tepi atap di dekat gudang ada - mengukur dari tinggi dan tipe badannya - seorang gadis dengan rambut pirang yang panjang. Dia mengenakan sebuah gaun yang terbuat dari kain yang putih murni dan dihias dengan indahnya, di balik gaun itu Brain bisa melihat jika dia mengenakan sepasang sepatu bertumit tinggi yang berkilauan seperti intan. Digabungkan dengan susunan cincin, perhiasan dan kalung-kalung lainnya yang luar biasa, membuat seseorang berpikir bahwa dia adalah putri seorang bangsawan, atau pewaris orang kaya dan semacamnya.

Figurnya yang cantik, diterangi oleh dinding api, sangat berlawanan dengan topeng tulangnya yang putih, namun, kemisteriusannya tidak berkurang sedikitpun. Dan berbanding terbalik dengan penampilannya yang mencolok, wujudnya terlalu lemah, seakan dia bukanlah apa-apa melainkan hanya sebuah hantu di dunia yang jenuh.

Pakaian dan warna rambutnya benar-benar berbeda dari waktu itu. Dulu, dia mungkin bisa dikatakan seperti lahir dari langit malam, tapi kali ini, dia kelihatannya seperti turun dari bulan. Meskipun begitu, tidak diragukan lagi jika ini adalah orang yang sama. Gambaran yang terpanggang dalam jiwa Brain dari sebelumnya bertumpukan dengan orang yang sedang dilihatnya sekarang.

Dia sangat yakin itu. Dibalik topeng gadis muda di atasnya itu ada sebuah wajah seorang monster - Shalltear Bloodfallen. Kelihatannya dia belum menyadarinya, namun jika itu memang benar-benar monster yang sama dan sedang berdiri di depannya, maka tak perduli sejauh apapun mereka, mereka akan dibunuh dalam sekejap jika dia menemukannya. Apakah ada jalan agar mereka bisa kabur tanpa diketahui?

Tidak ada.

Ketika Brain menyadari ini, dia merasa seperti sedang melangkahkan kaki ke atas es yang retak. Dia tiba-tiba menyadari keringat yang berminyak dan menjijikkan yang mengali keluar dari pori-pori miliknya.

Brain memberi sinyal kepada Climb dan Thief, mengindikasikan dia ingin bicara. Merasakan bahwa dia telah mengetahui sesuatu, kedunya berhenti dan menahan nafas mereka.

Apa lagi sekarang? Apa yang bisa kulakukan agar bisa keluar dari sini? Jika kami melawannya, kita pasti akan terbunuh. Meskipun mencoba berlari, kita akan dikejar dan dibunuh juga. Dulu aku menggunakan terowongan rahasia, namun sekarang tidak ada satupun. Tapi mengapa dia ada disini? Apakah dia sedang mencariku?

Brain tersenyum pahit dengan pemikiran terakhir itu.

Jika itu memang masalahnya, maka hanya ada satu solusi untuk masalah ini.

"Climb-kun, aku akan mengulur waktu. Gunakan itu untuk kabur."

Setelah itu, Brain melihat ke arah thief tersebut, dan membungkukkan kepalanya.

"Aku akan serahkan dia padamu."

Tanpa membuang-buang waktu lagi untuk berpikir ulang, Brain langsung melompat ke bangunan dimana Shalltear berada, Bergerak naik sendiri ke atas dalam sekali gerakan. Meskipun dia tidak memiliki skill memanjat dari thief, bangunan itu hanya memiliki ketinggian dua lantai, dan sebuah kekuatan lengan warrior bisa dengan mudah mejangkaunya. Dia atap, Shalltear tetap berada di tempatnya yang pertama kali.

Jantung Brain bergetar hebat. Dia ketakutan, sangat takutnya jauh melebihi pemikiran rasional. Ingatan saat dia kabur mati-matian kembali muncul di otaknya. Meskipun begitu, dia masih bisa mengumpulkan keberanian untuk menghadapi Shalltear langsung.

"...apakah ada masalah?"

suara sedingin es dari wanita itu terdengar, hanya sedikit teredam oleh topeng yang dia pakai.

Apakah dia tidak mengenaliku? Apa ini, semacam permainan?

Tindakan terbaik sekarang seharusnya adalah berpura-pura dia tidak tahu akan dirinya dan mengamati responnya. Dengan berpikir seperti itu, Brain mengangkat suaranya dan menjawab wanita itu.

"Aku kemari karena aku melihat seorang wanita aneh di atap. Apa yang kamu lakukan di ibukota?"

"Memangnya kenapa, silahkan beritahu, apakah aku harus mnjawabmu? Mungkin kamu bisa mengatakannya padaku apa yang dilakukan seorang manusia di area ini. Apakah kamu adalah orang yang satu-satunya bisa menerobos hingga sejauh ini?"

Detak jantung Brain semakin cepat dan intensitasnya semakin meningkat. Meskipun Brain tidak tahu dimana Climb berada, dia tahu dia tidak bisa memalingkan matanya dari Shalltear. Untuk membingungkan Shalltear, dia mengangkat suaranya dan meneruskan bicaranya.

"Apakah kamu sedang mencari orang lain? Bukan aku?"

"Lalu mengapa aku harus mencarimu secara khusus?"

"Ini adalah kedua kalinya kita berpapasan. Dari awal, aku sudah tidak mampu melupakan wajah cantikmu."

Shalltear mengulurkan tangannya, dan dengan enteng mengusap topengnya.

"...Mungkin kamu salah orang?"

Brain kehabisan kata-kata. Dia ingin bertanya apakah dia memang orang yang benar, namun dia langsung mengabaikan ide tersebut. Itu memang dia. Tidak ada yang lain.

...jadi apa yang dia katakan, aku tidak bisa repot-repot mengingat semut yang lemah?

Jika dia memang tidak memancing Brain, jika Shalltear benar-benar tidak ingat, itu berarti dia bahkan tidak memiliki sedikitpun rasa ketertarikan pada Brain. Bagi makhluk yang sangat luar biasa kuatnya seperti Shalltear, itu adalah sebuah sikap arogan atau meremehkan kemampuan seseorang.

"Tidak... maaf. Mungkin... Ya, ini pertama kalinya kita bertemu."

"Benarkah? Yah, meskipun kamu sudah mengerti sekarang, tidak ada bedanya. Mungkin akan lebih aman jika aku harus membunuhmu. Apakah kamu ingin hidup? atau mati? Jika kamu bertekuk lutut di depanku dan menjilati sepatuku, mungkin saja aku bisa senang untuk merubah pemikiranku."

"Maaf, kurasa aku akan melewatkannya saja."

Brain mengambil sikap seperti akan mencabut pedangnya saat dia memelankan nafasnya. Teknik yang dia gunakan, tentu saja, 'Field'. Tidak usah dikatakan lagi, meskipun, Brain tahu itu tidak berguna bagi Shalltear.

"Haaa...."

Shalltear yang bengong menggelengkan kepalanya dengan lembut.

"Kamu tidak mengerti perbedaan kekuatan di antara kita, ya kan? Betapa menjengkelkan..."

Sebenarnya, aku mengerti, Brain berpikir saat dia melihat Shalltear.

Shalltear sangat menakutinya hingga dia ingin muntah saja. Sejauh itu dia mengerti. Namun setelah mengeatahui ini, mengapa dia tidak kabur?

Sudut mulutnya berubah saat dia memikirkan pertanyaan ini.

Jika jantungnya adalah sebuah danau, maka danau itu sangat tenang dan tak beriak. Meskipun di hadapan sebuah makhluk yang membuat ingin kabur bagaimanapun caranya, dia masih berhasil mendapatkan ketenangannya. Ketenangan ini cukup mengerikan.

Shalltear bergerak maju lagi. Itu seperti mengulangi yang lalu, dan pasti hasilnya adalah kekalahan telak dari Brain. Keseluruhan hasil pekerjaan selama hidupnya, usahanya dan dedikasinya serta mimpinya, akan hancur dengan mudahnya seperti seorang anak kecil yang merusak mainannya.

Benar sekali. Begitulah nantinya.

Dia ketakutan.

Hingga sekarang, dia telah melalui banyak pertempuran, menjadikan nyawanya sebagai taruhan di ujung pedangnya. Tiba-tiba mengakui ketakutannya akan kematian sekarang adalah hal yang memalukan. Pertarungan ini terasa seperti sedang melemparkan dirinya ke jurang. Meskipun jika dia bisa mengumpulkan tekad untuk mati dalam pertarungan, dia tidak bisa mempersiapkan dirinya untuk melakukan bunuh diri.

Masalahnya adalah, perasaan teror hina yang dia bawa, dari persembunyian bandit hingga ke ibukota, ternyata hilang secara misterius.

Brain mengingat punggung seorang pria tertentu.

Dia adalah seorang pemuda yang sejauh ini, jauh lebih lemah darinya. Yang meskipun berada di dalam raungan aliran nafsu membunuh yang kuat, berdiri dengan tegak, meskipun tubuhnya gemetar seperti jeli.

Lalu, Brain tertawa.

Pak tua itu pernah bilang jika suatu ketika manusia bisa menunjukkan kekuatan yang tak terduga, namun Brain tahu itu tidak mungkin baginya.

Dia tidak seperti pemuda itu, yang akan memberikan semua yang dia miliki untuk sang putri yang dia layani, dan dia tidak seperti Gazef yang bisa menawarkan tubuh dan nyawanya kepada sang raja dan negara. Mereka berdua bisa melakukannya, tapi tidak dengan dirinya. Brain adalah seorang pria yang egois yang hanya bisa melakukan hal yang dia inginkan.

Meskipun itu masalahnya... huh. Mungkin ini adalah bagaimana aku membayarnya, dengan mengulur waktu baginya agar bisa kabur.

Mengambil satu demi satu langkah, Shalltear mengangkat jari kelingking lengan kirinya, mendekat dengan kecepatan langkah yang lamban tidak wajar.

Apakah itu karena persepsi dirinya yang semakin meningkat membuatnya terlihat seakan waktu semakin pelan bagi semua orang kecuali dirinya, atau apakah itu karena Shalltear memang benar-benar bergerak sangat pelan, untuk memperpanjang ketakutannya? Rasanya seperti keduanya, dan Brain tersenyum tanpa menyesal.

Ya, memang begitulah dia.

Meskipun mereka hanya bertemu beberapa menit, Brain merasa seakan dia sudah memahami Shalltear jauh lebih baik dari wanita lain yang pernah dia temui.

Dua langkah lagi, huh... dua langkah lagi dia akan masuk ke dalam jangkauan pedangku...

Brain ingin lari, namun lebih dari itu, dia tidak ingin melepaskan senjata di tangannya. Seluruh hidupnya sudah dihabiskan untuk menggenggam senjata. Mungkin dia cocok berakhir seperti ini.

Brain telah menemukan jawabannya. Dengan pemikiran itu di otak, dia mengikuti siluet Shalltear dengan matanya. "Hidup dengan pedang.. mati dengan pedang?"

Dalam sekejap, Otak Brain menjadi jernih. Musuh adalah wujud yang jauh, dan pemikirannya menjadi lebih tajam seperti ujung sebuah silet.

Brain menggunakan 'Instant Flash'. Itu adalah sebuah martial art yang tidak bisa ditelah oleh lawan manusia manapun, terlebih-lebih bertahan darinya.

Meskipun begitu, dia tidak bisa menyentuh monster di depannya, bahkan setelah menumpuk skill 'Field' dan 'Instant Flash'.

Pada level itu, lawannya masih bisa menghentikan pedang Brain di antara jari-jarinya. Oleh karena itu, Brain menambahkan satu lagi teknik sebagai campuran.

Wajah Gazef Stronoff muncul di matanya.

Jika bukan karena Gazef, Aku takkan pernah bisa berakhir disini.

Dia berpikir seperti itu pada awalnya, namun setelah berkali-kali bertemu di ibukota, dia merubah pemikirannya.

Brain sekarang tidak merasakan apapun selain persahabatan dengan musuh bebuyutannya yang terbesar - bukan, rivalnya. Dia telah menerima jika dia akan mati disini dan sekarang.

Mungkin ini sudah terlambat... tapi terima kasih, musuh terbesarku... dan teman baikku.

Dengan itu, jantungnya menjadi tenang. Tanpa kebingungan, dia membiarkan dirinya terlepas. Bahkan rasa malu di masa lampau telah hilang.

"-Aaaaaaa!"

Brain berteriak seperti burung aneh. Datangnya dari dalam jiwa, membawa kekuatan penuh pada dirinya.

Dia melakukan 'Instant Flash' dengan kecepatan tinggi yang luar biasa, menyasar berdasar informasi yang dia peroleh dari 'Field'. Tapi tidak berhenti sampai disitu - dari 'Instant Flash', dia melanjutkan gerakan lain.

Gerakan itu adalah -

Empat serangan pedang beruntun.

Itu adalah teknik dari Gazef Stronoff, teknik yang sama yang mengalahkan Brain Unglaus pada turnamen beladiri dimana mereka pertama kalinya bertarung. Itu adalah jurus yang dikagumi oleh Brain, meskipun dia sudah mengatakan pada dirinya bahwa dia hanya mempelajari dan menirunya untuk bisa lebih memahami lawan. Itu adalah teknik yang dia segel dengan rasa benci dan sakit hati.

Namun sekarang, saat ini, terlepas dari semua keraguan diri dan belenggu, Brain menggunakannya tanpa ragu.

"[Fourfold Slash of Light]!"

Pada kenyataannya, Fourfold Slash of Light memiliki kelemahan besar.

Mengeksekusi empat serangan beruntung akan membuat tubuhnya menerima beban yang sangat berat, dan akan membuat serangannya terburai di arah yang berbeda. Karena akurasi teknik ini sangat rendah, bahkan sang penciptanya Gazef hanya bisa menggunakan itu ketika dikelilingi oleh banyak lawan.

Meskipun Fourfold Slash of Light tidak membuat serangan sebanyak Sixfold Slash of Light, mudah sekali mengarahkan seluruh serangna kepada lawan yang sama. Meskipun begitu, membuat semuanya tersambung masih sangat tidak mungkin.

Serangan liar ini seharusnya mampu menyerang Shalltear Bloodfallen. Brain sangat jelas dengan hal itu.

Namun Brain memiliki sebuah martial art yang tidak dimiliki Gazef. Itu adalah teknik pendukung yang menyediakan peningkatan kekuatan yang luar biasa di dalam radius - 'Field'.

Empat tebasan liar dibenahi ketika sedang berada di tengah udara oleh akurasi manusia super dari 'Field', mengikuti jalan yang Brain gambarkan. Seluruh empat serangan itu mengenai dengan akurasi sempurna dan dalam kecepatan super.

Bahkan seorang pahlawan - yang telah unggul dari seluruh manusia lain - akan kewalahan menahan serangan itu. Orang biasa, yang hanya terdiri dari daging dan tulang, tidak akan mampu mengumpulkan stamina untuk bisa menahannya. Ini adalah sebuah serangan yang naik dari ranah kemampuan orang biasa.

Namun Shalltear Bloodfallen sendiri jauh di atas manusia itu sendiri, berdiri di level sendiri yang tak pernah bisa diharapkan dicapai oleh siapapun. Bagi seseorang seperti dirinya, empat serangan beruntung itu hanya tak lebih dari seekor siput yang sedang jalan-jalan di tengah terik matahari.

"Hmph."

Shalltear mendengus padanya saat tangan kiri Brain bergerak lebih cepat dari yang bisa dilihat oleh mata. Sebuah suara benturan logam menggema di udara. Apa yang terjadi adalah pementalan berturut-turut dari empat serangan yang bergabung menjadi satu suara.

Keempat serangan itu telah dipentalkan, membiarkan Shalltear tak tersentuh.

Shalltear mengangkat bahunya, tertawa dibalik topeng. Bukan diarahkan kepada warrior bodoh yang ada di depannya, namun lebih kepada dirinya sendiri karena main-main dengan Brain sejauh ini.

Namun, berikutnya, mata Shalltear terbelalak.

Sekarang ini, jika seseorang telah mengubah kemampuan mereka menjadi data dan membandingkannya, tidak diragukan lagi sorakan akan tertuju kepada Brain. Itu adalah sebuah keajaiban, seperti matahari yang datang dari barat, sebuah pemandangan yang akan membuat orang-orang kagum dan hormat.

"...eh?"

Di depan matanya, kuku dari jari kelingking tangan kiri Shalltear menjadi pendek. Itu adalah sebuah celah yang kurang dari satu sentimeter panjangnya.

Shalltear mempertimbangkan kondisi saat ini. Tempat yang terkena tebasan adalah tempat yang sama yang dia gunakan untuk mementalkan seluruh serangan.

Setelah dipikir-pikir, keempat serangan itu dilakukan menjadi dua pasang, satu di atas dan satu di bawah. Mereka bertemu di titik dimana Shalltear menyela serangan tersebut.

"...apakah ini tujuanmu?"

"Kuh-Ahahahaha!"

Tiba-tiba saja, pria di depan Shalltear mulai tertawa. Apakah dia sudah gila? Shalltear bertanya-tanya. Tapi rasanya tidak seperti itu. Lebih tepatnya, dia tertawa tulus karena kenyataan bahwa dia berhasil memotong ujung kuku Shalltear, namun Shalltear tidak mengerti. Memangnya kenapa kalau dia berhasil melakukannya?

Kuku dan gigi Shalltear adalah senjata alami, jadi menggunakan teknik senjata penghancur spesial untuk memisahkan kuku dan gigi itu sebetulnya bisa saja. Namun, mereka hanya akan tumbuh kembali dengan mengaplikasikan magic, dan sebagai perbandingan terhadap senjata yang diproduksi dengan kelas yang sama, kuku dan gigi itu lebih kuat dalam menahan bahaya. Kuku dan gigi itu bukan berada pada level yang sama dengan senjata magic kelas divine seperti Spuit Lance.

Oleh karena itu, Shalltear tidak mengerti alasan pria ini tertawa.

Memotong sebuah bagian dari kukunya tidak akan merubah apapun. Shalltear melihat ke empat jarinya yang lain di tangan kiri. Bahkan meskipun jika kuku dari jari kelingking sedikit terpotong, itu sudah cukup bisa merobeh tubuh manusia menjadi berkeping-keping.

"...jadi, bisa memotongnya berarti kamu sudah lulus?"

Mata pria itu menjadi bulat, dan kegembiraannya semakin kuat.

"Aku sangat berterima kasih dengan pujianmu. Pedangku... hidupku tidak habis dengan sia-sia, lagipula. Pada akhirnya, aku masih bisa membuat sebuah progres untuk meraih puncak!"

Itu bukan pujian, namun Shalltear hanya mengejeknya.

Bagaimanapun juga, dia bisa tahu jika perasaan Brain memang tulus. Dengan kata lain, pria ini benar-benar gembira karena bisa memotong kuku jarinya.

Apa dia gila? Setelah dipikir-pikir, dia memang sudah mengeluarkan sekumpulan perkataan yang tidak berguna ketika mereka pertama kali bertemu. Setelah dipikir-pikir, hal itu membuatnya merasa tidak enak, jadi dia harus segera membunuhnya cepat-cepat. Dengan hal itu di otaknya, Shalltear melangkah maju dan -

- dan teriakan perang dari Demiurge pun datang.

Shalltear tahu apa maksudnya itu. Meskipun begitu, dia melihat ke arah jauh, namun dia tidak bisa merasakan sebuah kehadiran.

"Apakah itu adalah efek dari cincin Tuan?"

Salah satu cincin dari dipakai Ainz benar-benar menyembunyikannya dari segala macam magic dengan tipe divinasi. Biasanya itu diberikan kepada seluruh guardian, namun itu juga bisa menghapus kehadiran dari penguasa Great Tomb of Nazarick.

Dengan sebuah rasa penyesalan karena tidak mampu merasakan tuannya, Shalltear memutar kepalanya kembali, dan menemukan manusia yang sudah gila itu sudah hilang.

Ah! Aku benar-benar lupa dengan orang aneh itu!

Setelah melihat ke sekeliling sebentar, Shalltear menemukan pria itu sudah memalingkan tubuhnya dan sudah sibuk melompat turun ke dalam lorong. Dia pasti bergerak saat Shalltear teralihkan perhatiannya.

Tidak mungkin cuman manusia biasa bisa lepas tanpa terluka sedikitpun dariku.

Jika Shalltear menggunakan magic untuk memperlambat aliran waktu, dia bisa mengejar Brain bahkan sebelum dia menyentuh tanah. Tanpa ragu lagi, Shalltear merapalkan mantranya.

"[Time Accelerator]!"

Udara terasa tebal dan kental saat Shalltear bergerak menembusnya dengan kecepatan luar biasa, menuju tempat yang akan menjadi tempat pendaratan pria itu. Saat dia mendarat, dia mengamati postur Brain saat melompat turun dengan melambat. Meskipun Shalltear tidak bisa melukainya secara langsung ketika mantra itu masih berjalan, dia hanya bisa membuat sergapan dan membuat persiapan lain.

Kalau begitu, aku akan membuka lenganku untuk menerimanya saat dia sudah jatuh. Tentunya seorang manusia sepertinya akan gembira karena sudah dipeluk oleh seorang gadis cantik sepertiku.

Sudut mulut Shalltear naik saat dia memikirkan ekspresi yang terlihat dari wajah Brain. Saat Shalltear mendarat di tanah, tepat sebelum mantra berakhir, dia bisa merasakan kehadiran orang lain yang dekat.

-Apa ini?

Itu adalah seorang pria dengan balutan armor lempeng warna putih seluruhnya dengan rekan yang terlihat mirip rogue.

Brain mendarat di lorong dan melihat ke belakang, namun Shalltear sudah tidak ada disana.

Dia tidak mengejarku? Tidak, itu tidak benar, apa yang dia inginkan dariku adalah mengarahkannya kepada yang lain, seperti dulu?

Brain tidak berpikir kabur terlebih dahulu. Pemikirannya adalah akan lebih mudah untuk mengulur waktu bagi Climb dan yang lainnya keluar ke tanah yang lebih rendah.

Setiap tindakan Brain adalah untuk membiarkan Climb kabur. Itu karena dia harus meletakkan seluruh pertunjukan untuk kabur.

Namun saat dia berlari, dia menemukan sesuatu yang seharusnya tidak ada disana. Suatu hal itu adalah Climb dan Thief, yang sedang melambaikan tangan kepadanya.

Bagaimana ini bisa --

Otak Brain dipenuhi dengan emosi - kemarahan kuat dan frustasi.

Wajahnya berubah kerana marah, dia merangsek maju ke arah mereka berdua, menggenggam kerah baju mereka dan terus berlari. Ini jelas akan membuatnya lebih lambat daripada berlari sendirian, namun Brain tidak cukup tenang mempertimbangkan hal itu.

Setelah mereka membuat sebuah jarak, dan setelah memeriksa berkali-kali ke arah belakang untuk memastikan jika Shalltear tidak mengejar mereka, dia mendorong Climb ke dinding. Karena Brain tidak berpikir untuk menahan kekuatannya, Climb otomatis terdorong kesana.

"Mengapa? Mengapa kalian tidak lari?"

Meskipun emosinya berada pada tepian dan akan muntah, Brain masih cukup bisa berpikir untuk menahan diri tidak meneriakkannya keras-keras.

"Itu... itu karena..."

Brain memegang Climb lagi.

"Itu karena apa?! Apakah kamu khawatir denganku?! Aku jelas-jelas bilang pada kalian berdua untuk lari!"

"Tunggu, tunggu, tunggu, tunggu, aku tidak tahu apa yang terjadi. Memang benar dia tidak menjelaskan semuanya. Dia memaksa diri untuk mengambil nafas dalam-dalam."

"...maafkan aku, Climb-kun. Kelihatannya aku menjadi sedikit gila."

"Ah, tidak, anda harus memaafkanku juga, karena tidak mendengarkan perkataan anda."

"Tidak, akulah yang salah, dan aku benar-benar minta maaf. Keadaannya.... terjadi begitu saja."

"Hey, Unglaus-san, apa yang terjadi? Kita mungkin belum lama saling mengenal, tapi barusan, kamu seperti seseorang yang benar-benar berbeda, seperti seorang pemula yang baru saja mengangkat pedang."

"Berhenti disini adalah hal yang sangat berbahaya. Aku akan mengatakannya ketika kita bergerak. Bisa dibilang aku bertemu dengan monster yang bisa membuat Sebas-san kehilangan uang."

Ketiganya bergerak dengan hati-hati. Mungkin saja itu adalah keberuntungan saja mereka tidak bertemu dengan bawahan Jaldabaoth ketika mereka kabur, namun mengandalkan keberuntungan itu bisa terus akan berakhir buruk.

"Kalau begitu..kamu tidak terluka, jadi itu adalah kemenangan yang mutlak, ya kan? Atau... tidak, kamu menyelesaikannya dengan kalimat?"

"Bukan begitu. Itu adalah dengan pedang... Aku memotong kuku jarinya."

Brain dipenuhi dengan kegembiraan saat mengatakannya. Tidak salah lagi - dia, Brain Unglaus, telah memotong kuku dari monster yang bernama Shalltear Bloodfallen.

"Aku telah memotong kuku jarinya" Brain mengulangi. Dia sedang mencoba sebaik-baiknya untuk mengendalikan kegembiraan yang mengalir keluar dari dalam bagian jantungnya yang terdalam, meskipun begitu, dia sebenarnya gemetar karena emosi.

"Te.. Ternyata begitu. Memotong kuku jarinya... Kurasa melakukannya dengan sebuah pedang adalah hal yang menakjubkan..."

Thief tersebut menggelengkan kepalanya dan sedikit gemetar.

"...Kuku itu adalah miliki seseorang yang bisa setara dengan Sebas-sama. Apakah kamu tidak berpikir jika dia pasti sangat kuat?"

"Begitukah? Seperti yang kuduga dari Brain Unglaus..."

Brain berusaha menahan kegembiraannya yang seperti seorang gadis muda saat dia disirami oleh sanjungan. Dia menggelengkan kepala untuk membersihkan ide bodoh itu.

"Climb-kun, bukan, Climb. Setelah melihat Sebas-sama seharusnya kamu tahu, ya kan? Ada orang yang lebih kuat dariku dimanapun. Bahkan orang seperti Momon si hitam mungkin sudah mencapai level Sebas-sama juga. Jadi simpan ini baik-baik di otak, ketika aku bilang kepadamu untuk lari, larilah. Meskipun kamu ingin mencoba untuk membantu, kamu hanya akan menghalangi saja. Tolong berjanjilah, lain kali, jangan bertanya lagi apa yang kukatakan dan lakukan saja."

"Aku.... Aku mengerti."

"Kalau begitu bagus. Kamu melayani sang putri, ya kan? Karena itu, kamu bisa menahan nafsu membunuh dari Sebas-sama, ya kan? Maka pastikan untuk tetap meluruskan prioritasmu."

Brain menepuk bahu Climb, dan melihat ke belakang ke arah dari tempat mereka kabur.

Mengapa? Mengapa dia belum mengejarku? Apakah ada alasan tertentu? Aku benar-benar tidak mengira dia akan muncul disini. Jangan-jangan, itu karena distrik gudang penyimpanan?

Brain mengingat kalimat Renner.

Jangan-jangan Shalltear sedang mencari item yang sama dengan Jaldabaoth? Jika itu masalahnya, bukankah itu akan menjadikanya sebagai salah satu dari agen Jaldabaoth?

Karena seorang monster seperti Shalltear telah muncul, satu-satunya yang masuk akal untuk dilakukan adalah mengabaikan misi dan segera kabur, namun apakah Climb akan bisa melakukannya? Karena dia sudah mendengarkan nasehat Brain, Climb mungkin akan mendengarkannya dan kabur.

Apakah itu adalah hal yang bagus?

Itu jelas memang bagus karena mengkhawatirkan keselamatan Climb, namun seseorang suatu waktu lebih memilih meletakkan nyawa mereka dalam bahaya demi orang lain, dan dengan perintah dari Renner untuk misi bunuh diri ini adalah suatu alasan.

Brain tidak tahu kehidupan semacam apa yang dialami oleh Climb sebelum dia memperoleh namanya, atau bagaimana dia harus melayani Putri Emas setelahnya. Meskipun begitu, Brain tidak berpikir jika itu adalah hal yang bijak untuk ikut campur begitu saja dengan tekad Climb untuk melaksanakan perintah Renner.

Brain menarik si thief, lalu bicara kepadanya setelah memastikan Climb tidak bisa melihat atau mendengar mereka bicara.

"Hey, apakah kira-kira ini adalah hal yang bagus membawa Climb kemari? Bukankah akan lebih baik untuk memastikan dia pulang selamat daripada menyelesaikan misi?"

"...Kamu adalah si tua yang lembut, ya kan?"

"Cukup dengan omong kosongnya. Dan mempertimbangkan kamu adalah orang yang dengan sukarela menjadi pengganti darurat untuk misi yang bunuh diri ini, aku rasa kamulah yang lebih lembut."

Thief itu tertawa lebar, lalu dia melihat ke arah pemuda kebingungan yang sedang menatap mereka.

"Bagaimana aku harus mengatakannya... melihat seorang bocah sepertinya bertarung dengan keras membuatku teringat hari-hari dimana aku saat masih muda, meskipun hanya sebentar. Kurasa aku memahami bagaimana kamu merasakan hal ini juga. Meskipun begitu..."

Mata dari thief itu berkilauan dengan tekad yang tajam dan brilian.

"Itu adalah jalan yang dia pilih. Kita tidak punya hak untuk memaksanya."

Brain menghela nafas.

"Aku juga tertarik dengan bocah itu. Aku sangat yakin bagaimana perasaannya pada sang putri. Melihat matanya dan cara dia bereaksi ketika berada dalam bahaya. Benar-benar bocah yang luar biasa, ya kan? Dia jujur dan kurang ajar. Karena itu.. dia seperti seorang thief yang sudah menetapkan mata kepada harta karun yang paling berharga di Kingdom."

"Benar sekali. Mungkin saja dia mati, tapi setidaknya dia memilih hal itu."

Dengan itu, Brain membulatkan tekadnya.

"Kalau begitu, keita sebaiknya juga bergerak. Entah kapan Shalltear akan mengejar kita."

Part 2[edit]

Bulan Api Bawah (Bulan ke 9), Hari ke 5, 03:38

Para petualang di istana mundur melewati barikade hingga belakang. Para penjaga yang mereka lewati telah diperintahkan untuk menahan barisan tersebut hingga luka-luka para petualang bisa disembuhkan.

Ketika para petualang telah melewati celah pada barikade, barisan itu akan langsung penuh lagi dengan papan-papan dan serpihan-serpihan lain.

Tak ada orang lain yang tetap di depan barikade. Itu artinya ini adalah barisan terdepan.

Melihat ke belakang, para penjaga bisa melihat para petualang yang acak-acakan saat mereka tertatih-tatih menuju ke belakang. Bekas cakar dan luka bakar yang baru menghiasi armor mereka, demikian pula percikan darah segar.

Jauh di belakang adalah dinding api yang sedang terbakar. Mereka telah menembus sekitar 150 meter ke daerah musuh. Memang, Memperhitungkan rasa takut dari ibukota yang dulunya akrab telah merasuk ke dalam diri mereka, rasa seperti sebuah firasat, dunia alien; memang benar-benar daerah musuh.

Para petualang yang menghabiskan waktu menjarah rumah-rumah dan menghancurkan bagian-bagiannya untuk membuat barikade. Para penjaga berpikir itu akan menjadi rintangan yang berguna, tapi sekarang semuanya terlihat seperti remeh dan tidak signifikan. Rasanya rintangan itu akan ambruk saat tanda pertama dari perlawanan serius.

"Tidak apa. Para demon tidak mengejar para petualang. Musuh tidak memilih untuk menyerang, mereka hanya membuat pertahanan yang kuat. Tidak masalah. Mereka tidak akan menyerang."

Orang lain juga mengulangi kalimat itu lagi. Dimaksudkan untuk menutupi rasa gugup dan terkandung harap untuk bisa pulang dalam keadaan hidup-hidup. Dia mengulangi doanya kepada sang dewa.

Ada empat puluh lima orang dalam barikade. Mereka membawa tombak-tombak dan memakai armor kulit. Diantaranya ada seorang pria dengan helmet, Bona Ingray. Dia adalah salah satu kapten penjaga yang digerakkan malam ini.

Meskipun dia memiliki titel kapten, sebenarnya dia tidak jauh berbeda daripada para penjaga yang lainnya. Fisiknya tidak ada yang spesial, ataupun otaknya tidak terlalu tajam. Para penjaga yang lebih muda malahan lebih kuat dan lebih cepat darinya. Dia menjabat posisi ini hanya karena dia telah menjadi penjaga hingga usia empat puluh, dan karena tak ada orang lain yang bisa memenuhinya.

Wajahnya menjadi pucat, dan genggaman lengannya pada tombak itu sangat ketat hingga ujung jarinya berubah menjadi putih. Dilihat dari dekat, seseorang bisa melihat jika kakinya gemetar. Tatapannya terpaku hanya ke depan karena dia tidak ingin melihat sesuatu yang buruk. Keseluruhan posturnya yang tidak bisa diandalkan hanya menambah ketidaknyamanan penjaga itu lebih jauh.

Namun sekali lagi, memang itu sudah bisa dipastikan, mempertibangkan ini adalah pertama kalinya bagi mereka mempertaruhkan nyawa di barisan peperangan.

Kingdom yang melawan Empire setiap tahun, mengirim pasukan ke Katze Plain. Namun para penjaga yang diberi tugas melindungi kota, oleh karena itu mereka tidak dikirimkan ke barisan depan. Karena ini, posisi penjaga kota sangat didambakan oleh penduduk yang tidak ingin melawan Empire. Namun sekarang-

Mereka memiliki segudang pengalaman menangani pertikaian antara para penduduk yang mabuk, namun tidak pernah ada kasus dimana mereka harus bertempur hingga mati. Karena itu, ketakutan mereka semakin bertambah. Satu-satunya alasan mereka tidak hancur dan kabur adalah karena mereka tahu kabur adalah dosa yang tidak termaafkan.

Meskipun jika mereka nantinya dibebaskan, mereka masih bersalah karena tidak melindungi kota dengan baik. Itulah satu-satunya alasan mengapa mereka tidak dikirimkan ke depan. Jika mereka gagal melakukannya, maka mereka pastinya akan dipaksa ke dalam barisan depan ketika perang selanjutnya dengan Empire.

"Aku akan keluar dari pekerjaan sebagai penjaga jika aku berhasil melewati hal ini masih utuh."

Bona bergumam sendiri dengan lirih, dan banyak orang di sekitarnya yang setuju.

"Apakah kamu masih ingat apa yang dikatakan oleh para petualang?"

"Apakah kita sedang bicara apa yang harus dilakukan ketika menghadapi hellhound, great hellhound, gazer devil dan sekumpulan demon?"

"Benar sekali. Apakh ada yang tahu apapun caranya untuk melawan demon? Terutama titik lemah mereka. Apa yang buruk bagi mereka, semacam itu."

Tak ada yang menjawab; mereka terlalu sibuk saling melihat satu sama lain.

Ekspresi Bona memastikan betapa tidak bergunanya mereka tanpa perlu mengucapkannya. Ketika dia melihat rasa tidak puas pada wajah yang lainnya, dia memalingkan muka dan membanting pantat tombaknya ke tanah.

"Sialan! Tidak bisakah para petualang itu menjelaskannya dengan lebih baik?"

Para petualang yang berbagi pengalaman dengan para penjaga telah terluka berat dan mundur secepat yang mereka bisa. Hanya menyebutkan nama dari musuh mereka adalah yang bisa mereka lakukan, jangan menjelaskan bagaimana rupa mereka, atau cara mereka bertarung.

Namun, akan terlalu kasar jika para petualang disalahkan karena situasi ini. Tidak ada komunikasi yang benar antara para penjaga dan para petualang, dan sebagai hasilnya jumlah informasi yang dibagikan juga rendah. Kenyataannya, membentuk barisan pertahanan dari para penjaga yang tidak tahu apapun juga bisa disalahkan kepada penjaga senior pula. Dan juga, tak semua penjaga yang tidak diberitahu tentang para demon. Di bawah situasi yang berbeda, beberapa orang mungkin sudah mempelajari sesuatu tentang musuh.

Satu pasukan penjaga telah mengirimkan anggota mereka untuk membantu para petualang yang mundur melewati mereka, dan belajar banyak di dalam prosesnya.

Kelompok ini, bagaimanapun, tidak melakukan hal demikian karena pimpinan mereka terdiam kaku karena ketakutan dan bahkan tidak menoleh kepada para petualang yang sedang mundur, dan dia tentunya tidak ingin mengurangi jumlah pasukan yang sedang menjaga barikade dengan membantu para petualang.

"Mereka dibayar lebih banyak dari kita untuk melakukan pekerjaan yang sama! Mereka seharusnya melawan dengan lebih keras! Hingga mereka mati!"

Beberapa orang mengangguk saat Bona berteriak.

"Nyawa kami juga jadi taruhan! Mereka seharusnya tidak kabur dan menyerahkannya semua ini kepada kita!"

Bona memanggil penjaga yang ada di dekat. Mereka yang jauh menatap dingin kepadanya, sementara yang dekat meneriakkan ketidak senangannya kepada para petualang pula.

"Mereka disini!"

Dari arah suaranya, Bona terlihat seperti tersedak.

Mata semua orang dipenuhi dengan bentuk-bentuk para demon yang melompat ke arah mereka dari jalanan yang tertutupi bayangan.

Pada pucuk pimpinannya ada demon yang terlihat seperti persilangan antara pria dan katak. Kulitnya berwarna kuning, berkilauan dengan penutup yang bersinar dan lengket. Ditutupi benjolan-benjolan dalam jumlah besar di sekujur tubuhnya, yang terlihat seperti wajah manusia yang menekan keluar kulitnya dari dalam.

Sebuah mulut yang bisa menelan seorang manusia dalam sekali telah terbuka lebar, dan sebuah lidah yang panjangnya tidak biasa mulai merasakan udara.

Di sekitarnya, banyak hellhound yang mengikuti, seakan sedang menunggu mangsa mereka.

Setelah itu ada beberapa demon yang terlihat seperti seorang manusia yang sudah dikuliti dan ototnya terpapar jelas diwarnai dengan semacam cairan yang berwarna hitam.

Ada lima puluh hound (anjing), satu demon yang tubuhnya bengkak-bengkak di wajah, dan enam demon yang terkuliti.

"Terlalu banyak!" Bona berteriak seperti dentingan lonceng. "Kita tidak bisa menahan mereka! lari!"

"Sialan!" datanglah kemarahan yang pedas. "Diamlah!"

Mengabaikan teriakan putus asa Bona, para penjaga melihat ke arah rekan-rekannya, ketegangan mengikat wajah mereka.

"Dengarkan! yang hanya kalian lakukan adalah menusuk mereka dengan ujung yang tajam! Tugas kita bukan untuk membunuh mereka! Melainkan untuk mengulur waktu! Tidak sulit! Kita pasti akan bisa melakukannya!"

Kita akan berhasil. Beberapa orang mengulanginya, lalu disahuti oleh yang lain.

"Hell yeah! Ayo!"

Bahkan para penjaga yang ketakutan di wajahnya menggenggam tombak mereka dan kembali berbaris rapat.

"Kamu juga bergabung dengan kami!"

Seseorang memegang Bona dan menyeretnya ke tempat semula. Tidak ada waktunya bermain-main.

Binatang buas yang bersifat demon meraung-raung, dan mulai menghancurkan barikade dengan kecepatan luar biasa. Tombak-tombak penjaga menusuk mereka dari celah-celah barikade yang membesar.

Raungan kesakitan dari banyak hellhound terdengar di sekitar mereka. Binatang buas jahat yang ditusuki cepat-cepat pergi dari barikade. Mereka meraung-raung kesakitan saat mereka mengelilingi barikade, seakan mengukur situasi.

Beberapa penjaga yang tenang menusukkan tombak mereka melewati celah-celah pada hellhound terdekat, yang membuatnya kabur.

Perlahan, wajah-wajah para penjaga mulai gembira.

Seringaian para demon yang ada di belakang terlihat menjijikkan, dan para penjaga yang masih tidak tenang karena mereka tidak tau apa yang akan dilakukan oleh demon tersebut. Namun, membiarkan waktu berlalu seperti ini masih bagus. lagipula, tugas mereka bukan untuk mengalahkan para demon.

"A-Apa!?" Seorang penjaga berteriak saat dia melihat apa yang terjadi di depannya.

Musuh membentuk barisan yang rapi, jauh dari jangkauan tombak-tombak yang menusuk.

Ini sama sekali berbeda dari serangan liar yang barusan. Para penjaga menjadi semakin tidak tenang. Jika mereka tahu apa yang akan dilakukan oleh beberapa hellhound itu, mungkin mereka bisa merubah formasi mereka atau melakukan sesuatu tentangnya. Jika begini, yang hanya bisa mereka lakukan adalah menusukkan tombak mereka dari antara celah-celah.

Namun saat mereka berpikir hanya itu yang bisa mereka lakukan, binatang-binatang buas tersebut membuka rahang mereka, lebar sekali sehingga terlihat seperti akan terlepas dari sambungannya. Warna merah yang ada di dalam tenggorokan mereka bukan daging, namun api.

Pancaran api merah menembak keluar bersamaan ke arah barikade, menggulung seluruhnya di dalam api. Mata para penaga tidak bisa melihat apapun selain api.

Meskipun api tersebut sangat kuat, masih tidak bisa membakar habis barikade dalam beberapa detik. Namun hal ini tidak banyak berbeda dengan para penjaga di sisi lain.

Jeritan mengalir keluar di sekeliling. Beberapa mata mereka terbakar, yang lainnya paru-paru mereka yang terbakar dan tenggorokan yang hangus karena mereka menghirup api. Pada akhirnya, semuanya jatuh seperti lalat. Penjaga yang selamat hanyalah yang ada di samping, karena yang ada di tengah sudah tidak lagi bernafas setelah dilalap api.

"Kita akan binasa!"

Kalimat yang tidak ingin dikatakan oleh siapapun keluar dari mulut Bona. Gerakannya setelah itu sangat cepat, saat dia melempar tombaknya dan melepaskan helmetnya, semuanya agar dia bisa kabur lebih cepat.

Para penjaga yang tersisa terdiam membeku. Mereka sudah mempertimbangkan untuk mundur, tentu saja, namun tak ada dari mereka yang mendekap ide tersebut sebaik dirinya.

Bona berlari menjauh dengan kecepatan yang sulit dijelaskan oleh manusia. Para penjaga yang terlihat bengong dengan mulut menganga ke arah punggung Bona yang menghilang di kejauhan.

Namun, pelariannya dihentikan dengan tiba-tiba oleh seorang demon yang jatuh dari langit.

Demon dengan tubuh bengkak-bengkak itu terbang tanpa sayap, dan mendarat tepat di punggung Bona, membuat suara seperti katak saat melakukannya. Bona berteriak kesakitan. Meskipun demon itu bisa dengan mudah membunuhnya, demon tersebut tidak melakukannya. Namun, setelah itu, pastinya bukanlah sebuah ampunan.

Demon tersebut membuka mulutnya dan menelan Bona bulat-bulat. Perutnya yang buncit tidak banyak berubah saat dia menelan Bona - tidak, ada sebuah benjolan baru, dengan sebuah wajah manusia padanya.

Meskipun sulit dikenali, kelihatannya adalah milik Bona.

Meskipun suara barikade yang dihancurkan sampai di telinga mereka, para penjaga tidak bergerak. Jangan menjadi rintangan bagi para demon, barikade itu dianggap seperti tumpukan korek api batang.

Demon-demon yang menembus barikade mengelilingi para penjaga. Tangisan yang mencekik datang dari mereka, karena mereka tahu mereka pasti akan mati disini.

Tangisan itu disambut dengan tawa dari para demon, mengejek kebodohan para penjaga.

Salah satu penjaga melihat ke langit, berdoa agar sang dewa menyelamatkannya.

Apa yang menjadi balasan adalah hal yang sama sekali berbeda.

Dia melihat sekelompok orang yang terlihat aneh terbang menembus udara. dua orang itu mendukung orang ketiga, yang memakai armor plate hitam legam. Dia diselimuti oleh jubah merah tua dan membawa sebuah pedang raksasa pada masing-masing tangan.

"Lemparkan aku."

Meskipun terlihat jauh, suara itu jelas-jelas terdengar di kejauhan.

Dua orang yang sedang terbang menyokongnya melepaskan genggaman mereka. Dark warrior itu semakin cepat, seakan didorong ke depan oleh semacam kekuatan dari belakang, membentuk lintasan lurus ke bawah yang berakhir di tengah jalan. Dia meluncur di tanah seakan tak ada gesekan, hanya bisa mengerem setelah memenggal kepala dari seekor hellhound sambil lalu.

Kedua sisi terdiam sejenak melihat entri dramatis yang luar biasa ini. Keheningan menyeruak.

"Aku adalah petualang Momon. Mundurlah. Aku akan mengambil alih."

Pertama, para prajurit itu tidak mampu memahami apa yang warrior kegelapan itu baru saja katakan kepada mereka. Lalu, teriakan dari beberapa hellhound membuat mereka sadar. Dia adalah penyelamat yang mereka butuhkan.

"Hellhound.. semuanya? Bahkan dengan jumlah dua kali lipat sudah cukup!"

Hellhound-hellhound itu muncul dari segala sisi Momon. Dalam beberapa detik mereka sudah mengepungnya, membentuk sebuah lingkaran sehingga tidak ada celah untuk kabur.

Meskipun seseorang mencoba untuk menahan mereka dengan pedang, dia akan dirobek-robek oleh hellhound yang ada di sekitar. Bahkan jika seseorang mencoba membunuh penyerangnya secara langsung, dia akan dianiaya hingga mati oleh binatang-binatang buas lainnya. Terkena serangan dari serangan banyak hound (anjing) yang melompat akan meghancurkan keseimbangan seseorang dan membuatnya tidak mampu bertahan terhadap serangan yang akan mengikutinya.

Ini adalah strategi brutal yang mengandalkan jumlah yang lebih unggul untuk menang.

Kesedihan yang mendalam pada wajah para penjaga adalah hal yang wajar, tapi tak ada yang tahu apa kekuatan sejati itu.

Pedang-pedang raksasa menebas dan membunuh, menggeser udara saat pedang-pedang tersebut bangun.

Semua yang hadir tidak mampu berkata apapun.

Itu hanya sebuah serangan. Satu orang biasa hanya mampu menundukkan satu hound paling banyak. Bagaimanapun, karena pemegang pedang itu bukan manusia biasa, serangan itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh manusia biasa. Satu serangan itu membelah hingga empat hellhound yang kelihatannya tidak terkalahkan oleh para penjaga walaupun hanya berharap. Momon berputar dengan momentur dari ayunannya, meskipun dia sedikit kehilangan keseimbangan karena telah menggunakan seluruh kekuatannya. Masih ada hellhound lain yang tersisa, dan sekarang kelihatannya tidak mungkin Momon bisa menghindari serangan mereka.

Meskipun dia memakai satu setel plate armor yang kokoh, hellhound tersebut memiliki gigi yang tajam, dan cakar-cakar yang bisa membelah baja. Dan tidak mungkin bisa selamat tanpa terluka sedikitpun setelah diserang oleh banyak hellhound itu.

Di mata para penjaga, mereka membayangkan yang akan menjadi penyelamat itu menerima luka-luka yang tak terhitung jumlahnya di depan mereka.

Namun, itu terlalu gegabah.

Momon tidak mencoba memaksa diri kembali menyeimbangkan diri, namun berputar dengan momentum yang tepat. Jubah warna merah tua berkibar, seperti sebuah topan api. Dengan langkah yang mantap dan hampir terlihat seperti sedang menari, Momon melangkah dengan ringan di tanah, sementara pedang-pedangnya berputar secara horizontal menyapu dari kiri ke kanan, meraung-raung saat bergerak.

Hellhound-hellhound yan tersisa dibabat hingga berkeping-keping, tubuh mereka bertebaran di kejauhan akibat kekuatan ayunannya. Hellhound manapun yang masih bisa bergerak sudah habis.

"Hanya... dua kali serangan?"

Seorang penjaga yang bergumam mewakili kalimat yang ada di hati mereka. Atau lebih tepatnya, setelah melihat penampilan yang luar biasa ini, mereka tidak bisa berkata apapun lagi.

"Selanjutnya... Devourer dan Gazer Devils, huh. Membosankan."

Setelah bergumam sendiri, Momon berjalan ke arah demon-demon itu. Tak ada sikap waspada atau hati-hati di dalam langkahnya, seakan dia sedang berjalan menembus sebuah taman. Biasanya, para penjaga yang akan berteriak menyuruhnya berhenti, namun setelah melihat kekuatannya, bahkan tak ada satupun yang berpikir demikian.

Satu-satunya hal yang bisa dilakukan oleh manusia biasa hanyalah melihat dari belakang warrior hebat saat dia sedang bekerja.

Tak mampu bertahan terhadap tekanan yang datang dari pria yang sedang mendekatinya dengan santai, demon bermata merah meraung dan melompat ke arahnya.

Sebuah kilatan.

Bagian yang tercerai berai dari mayat-mayat itu beterbangan ke seluruh penjuru.

Langkah Momon tidak tersendat sedikitpun. Dia terus berjalan, seakan demon bermata merah itu tak pernah ada, dengan mudahnya seperti seakan dia sedang sendirian di hutan belantara.

"...Menakjubkan...."

Seakan bereaksi dengan kalimat para penjaga, Devourer tersebut membuka rahangnya. Seperti rahang dari ulat yang sedang terbuka dan menelan mangsanya bulat-bulat. Di kedalaman, seseorang bisa melihat api yang berkelap kelip di dalamnya. Ekspresi tersiksa yang semakin kuat di wajah-wajah itu tertekan keluar dari dalam tubuh Devourer tersebut, dan itu adalah teriakan dari jiwa-jiwa yang dikutuk untuk mendapatkan takdir yang lebih buruk dari kematian.

Devourer bisa melahap jiwa-jiwa mangsanya untuk membuat sebuah ratapan yang akan menakuti dan membunuh setiap makhluk hidup.

Namun, sebelum itu, Bona dan kepala Devourer terpenggal.

Pedang yang dilemparkan itu jatuh ke arah kepala mereka dan menancap dalam di tanah.

"Tidak ada masalah jika kalian membunuhnya sebelum mengeluarkan ratapan."

Dengan itu, Momon berjalan melewati dan menarik pedangnya dari mayat tersebut.

Hanya dalam sepuluh detik, dia telah menghabisi para demon yang dikira oleh para penjaga tidak mungkin dikalahkan.

Para penjaga menangis. Itu adalah suara gembira dari orang-orang yang telah diberi keajaiban penundaan dari kematian.

Meskipun diguyur oleh sanjungan, Momon tidak menghiraukannya dan malahan berbicara dengan lembut kepada para penjaga.

"...Setelah ini, aku akan bergerak untuk memimpin serangan balik dari para petualang. Kalian harus menahan barisan sedikit lagi. Yah, kurasa karena aku sudah menghabisi mereka, gelombang selanjutnya tidak akan segera datang. Nabe, Evileye, kalian bisa mengambilku sekarang."

Dua magic caster yang turun dari langit mengangkat Momon ke atas. Saat dia terbang ke udara, Momon berputar untuk mengatakan satu hal lagi kepada para penjaga.

"Aku akan pergi menghabisi pimpinan musuh. Sampai saat itu, tolong lindungi penduduk yang ada di belakang kalian. Aku mengandalkannya."

Saat mereka melihat Momon terbang dari situ, para penjaga menghela nafas.

Jika seorang pahlawan seperti itu telah memberikan kepercayaan pada mereka, maka tidak ada protes lagi sama sekali untuk melindungi area ini dengan nyawa mereka.

"Oi! Pasang penghalang jalannya! Kita harus bersiap untuk menghentikan musuh yang bergerak maju! Khawatirnya nanti saja ketika penghalang ini runtuh."

Bulan Api Bawah (Bulan ke 9) Hari ke 5, 03:44

Lakyus berdiri mempimpin tim penyerang yang terdiri dari petualang dengan peringkat orichalcum dan mythrill. Tina sudah ada di sampingnya, dan bersama mereka bergerak maju.

Sebelum berangkat, Lakyus sangat mempertimbangkan posisinya. Siapapun yang bisa menggunakan magic resurrection seharusnya tidak boleh ada di garis depan. Namun, ketidak hadiran Lakyus akan membuat sebuah keruntuhan besar dari kekuatan tempur. Karena prioritasnya adalah membuat Momon selamat sampai Jaldabaoth, karena itulah Lakyus tidak seharusnya berdiri di belakang.

Mereka menghindari rute yang dilalui Momon, namun memilih mengambil satu rute yang menuju lokasi yang memiliki barikade yang dijaga oleh para penjaga. Semua yang mereka saksikan di jalanan adalah jalanan yang dipenuhi dengan darah, dengan gumpalan daging yang terkoyak tersebar kemana-mana. Tentu saja, barikade tersebut telah dihancurkan dengan habis sampai tak ada tanda sedikitpun jika barikade itu ada disana pada awalnya.

Untuk tidak membuat banyak suara, para petualang membentuk sebuah kelompok dan maju dengan merayap. Namun, setelah hanya tiga puluh meter pergerakan, mereka berputar di sudut dan dikepung oleh para demon.

Di awal pertempuran, para petualang, dengan kemampuan tempur mereka yang tinggi, menikmati keuntungan besar dalam pertempuran, namun perlahan, keseimbangan kekuatan mulai berpindah. Ini karena lawan mereka memiliki keunggulan dalam hal jumlah sehingga mengungguli kekuatan tempur para petualang dalam sebuah pertempuran. Jumlah mereka sangat besar sehingga kelihatannya setiap demon di area itu berkumpul disana.

"Cepat bertahan! Terus lawan!"

lakyus berteriak sambil mengaktifkan magic pendukung kelompoknya. Tentu saja, tak ada petualang yang akan mundur. Mereka tahu betul seberapa pentingnya pertempuran ini.

Berlawanan dengan tugas Evileye, untuk mengeliminasi sampah-sampah yang mencoba menghalangi jalan Momon, tugas mereka adalah menekan para demon itu dan mencegah mereka tersebar.

Dengan begitu, melawan banyak demon secara langsung adalah, sedikit banyak, adalah dukungan terbesar bagi Momon. Semakin lama mereka bertempur, semakin tinggi peluang Momon dalam kemenangan nantinya.

Teriakan semangat bertempur dan benturan baja yang bercampur, dan suara mantra-mantra yang dirapalkan serta kemampuan spesial yang digunakan - seperti nafas api yang membakar tubuh manusia - bercampur dalam kekacauan.

Setelah Lakyus memastikan situasinya, wajahnya berubah. Kalimat dari petualang tertentu menusuk otaknya.

"Para demon menjadi lebih kuat."

Jangan-jangan mereka telah membuka pintu ke dunia demon, dan memanggil demon yang bahkan lebih kuat? Apakah dinding api adalah perbatasan antara dunia ini dan dunia selanjutnya? Apa yang akan terjadi jika mereka tetap membiarkannya seperti ini dengan berjalannya waktu? Meskipun jika mereka telah mengalahkan Jaldabaoth, apakah mereka bisa mengembalikan kedamaian di ibukota? Apakah ini semua akan menjadi percuma?

"Tidak ada gunanya memikirkan hal ini!"

Saat dia meneriakkannya, kekhawatiran Lakyus yang tak terhitung jumlahnya menjadi buyar.

Jika dia tidak melakukan apapun, dia takkan pernah mengerti. Untuk alasan itu, Lakyus menghuuskan pedangnya.

"Tembak!"

Salah satu Pedang yang mengambang di sekitar bahunya naik dan meluncur dengan perintahnya. Dengan sebuah kecepatan yang membelah udara, pedang itu menusuk hellhound yang melompat menembus tepat di mulutnya, menghancurkan hellhound itu tanpa meninggalkan jejak mayat sedikitpun.

Melihat sekeliling, Lakyus menyadari mereka sudah dikepung. Keuntungan yang baru saja mulai telah berhenti, dan karena mereka sudah dikepung oleh banyak lapisan musuh, tidak ada kesempatan untuk merasa lega. Tak ada hal lain yang bisa dilakukan selain bertarung.

Barisan terdepan membuang senjata mereka yang rusak dan menarik cadangan mereka. Para magic caster yang sudah kehabisan mana menggunakan gulungan mereka atau tongkat-tongkatnya untuk merapalkan mantra-mantra mereka malahan. Mereka hanya mengandalkan asap.

Lapisan terluar dari para petualang adalah peringkat orichalcum, sedangkan mythrill melindungi yang terluka di tengah dan para magic caster yang sudah kehabisan mana.

Ini gawat... jika terus seperti ini, kita akan kelelahan dan kalah. Apakah kita sekali lagi tidak mampu mengalahkan Jaldabaoth?

Sebuah teriakan terdengar, dan saat Lakyus memutar kepalanya, dia melihat seorang warrior yang dipukul jatuh oleh seorang demon.

"Slash!"

Sebelum Lakyus bisa bergerak, Tina maju menyerang demon tersebut, mengisi celah yang terbentuk.

Warrior yang roboh dibawa oleh petualang lainnya. Untung saa dia masih hidup, namun situasinya masih buruk. Fakta bahwa tak ada yang memberikan mantra healing adalah sebuah isyarat jelas jika mana dari para priest yang menggunakan magic divine benar-benar habis.

Kita harus mundur.

Jika barisan mereka hancur, mereka akan dialihkan dalam sekejap. Lakyus tidak bisa membiarkan mereka mati seperti ini. Dia mempertimbangkan apa yang mungkin terjadi jka Momon dikalahkan, dan menyadari bahwa dia harus berhati-hati dengan hal itu.

Mundur saat sudah kelelahan adalah hal yang sulit. Akan lebih baik mundur ketika mereka masih memiliki tenaga untuk melakukannya.

"Mun-"

Saat Lakyus akan memberikan perintah mundur, dia tersentak saat demon baru turun dari langit.

Dengan tinggi sekitar tiga meter, dan tubuhnya yang berotot ditutupi oleh sisik-sisik yang terlihat seperti serangga yang merayap, memiliki sebuah ekor yang mirip dengan ular.

Memiliki sebuah tengkorak yang terbakar, dan di matanya terdapat api putih yang terbakar dalam celah kosong hitamnya.

Pada lengannya yang kuat, dia memegang maul raksasa. (Maul : Senjata seperti palu perang)

Makhluk itu mengembangkan sayapnya yang seperti kelelawar di punggungnya. Dengan sebuah kepakan pada sayapnya, mengirimkan gelombang udara yang beku memancar ke depan, dan sebuah terror yang mencabik jiwa menambahkannya. Meskipun mereka memiliki magic untuk menahan ketakutan sehingga tidak panik, ini adalah demonstrasi yang jelas dari kekuatan yang dimiliki demon ini, yang mana lebih kuat dari demon-demon lain yang mereka temui sejauh ini.

Keringat mengalir seperti sungai.

"-Ini gawat."

Dengan banyak mana dan kelompok-kelompok petualang dengan kekuatan penuh, mereka mungkin bisa mengalahkannya. Jika mereka bisa mempelajari lebih banyak lagi tentang lawan mereka dan bertarung kemudian, mereka pasti akan unggul, namun sekarang ini, tak ada kondisi di atas yang tercapai. Evileye, yang memiliki pengetahuan besar dan bisa menggunakan magic yang kuat, tidak ada disini. Gagaran, yang bisa bertahan dari serangan musuh dan langsung menekan keunggulan untuk menyerang balik, tidak ada disini. Tia, yang bisa dengan lincahnya menghindari serangan musuh dan menyerang mereka dengan ninjutsu miliknya, juga tidak ada sini pula. Yang ada disini hanyalah dua orang yang kelelahan.

Lakyus melihat ke arah Tina, yang mengangguk menunjukkan bahwa dia siapa mati disini. Lakyus menutup kedua tangannya mengelilingi pegangan Kilineyram dan mulai berjalan ke arah demon tersebut. Saat ini, petualang dengan peringkat orichalcum yang ada di dekatnya memegang bahunya dan berteriak.

"Kami akan menahannya! Anda seharusnya kabur!"

Melihat tampang wajah terkejut Lakyus, dia lalu terus berbicara.

"Jika kamu masih hidup, kamu bisa menggunakan magic resurrection. Karena itu, kami tidak bisa membiarkan kamu melawannya, karena kami semua mengandalkan kamu untuk membangkitkan kami!"

Sebuah senyum yang dipenuhi dengan daya tarik maskulin muncul di wajah para petualang. Itu adalah sebuah senyum yang cocok dengan petualang dengan peringkat orichalcum seperti dirinya. Para petualang di sekitarnya juga mengangguk berbarengan.

Ketika dipikir dengan tenang, mereka memang benar. Daripada bersiap mati, dia seharusnya bersiap untuk hidup, jadi dia bisa mengulurkan bantuan kepada mereka yang gugur di medang perang.

"Komponen material untuk mantra resurrection sangat mahal. Kalian sebaiknya menyayangi nyawa!"

"Hey bukankah kamu ingin menjadi kebanggaan sang putri atau apalah?"

"Biarkan para bangsawan sialan itu yang membayarnya! Mereka pasti punya koin-koinnya!"

Dan seperti itulah, seakan mereka akan pergi piknik, beberapa petualang keluar dari kelompok yang tersudut tersebut. Tidak ada diskusi, bahkan tidak ada sebuah kedipan di mata yang lainnya - mereka hanya berjalan keluar dengan gerakan yang bersamaan untuk berdiri di depan demon tersebut.

Melihat sikap yang biasa dari mereka yang menuju kematian, Lakyus menggigit bibirnya dan berbalik.

"Tembuslah dengan seluruh kekuatan kalian! Selama kalian bisa bebas pada akhirnya itu tidak akan masalah!"

Dengan itu, Lakyus merangsek ke arah gerombolan demon, mengangkat Kilineyram di tangannya. Dia mempercayakan seluruh pertahanannya hanya kepada armor dan magic miliknya. Mengabaikan garis pertahanan yang hampir hancur, dia bersiap untuk mengukir jalan dengan warna merah darah dari para demon tersebut.

Rasanya seperti terkoyak-koyak, tubuhnya tertusuk oleh banyak belati, memaksanya menggeretakkan gigi-giginya melawan luka yang menyerangnya. Dari sudut pandang terpisah, dia tahu tubuhnya sudah mendekati ambang batas, jadi dia merapalkan mantra silent healing. Meskipun Lakyus memang harus selamat dari serangan ini, dia tidak bisa melakukannya tanpa harus menguras segala yang dia miliki.

"Haaaaaa!"

Lakyus mengalirkan sisa mana terbesarnya kepada Kilineyram. Bintang-bintang di tubuh pedang itu mulai bersinar dengan pancaran yang tidak wajar, dan tubuh pedang tersebut juga membengkak.

"Super Skill! [Dark Blade Mega Impact]"

Dengan sebuah ayunan horizontal, energi hitam mengalir keluar dari gelombang tebasan yang lebar. Demon-demon dengan level rendah hancur menjadi atom-atom yang tak dapat dilihat dengan sebuah ledakan besar dari energi non-elemental.

Sesungguhnya, memanggil serangan itu tidak diperlukan, namun jika berhasil, maka memang berhasil. Namun -

"Masih.... tidak..... cukup?!"

Mata Lakyus yang sudah lelah hanya bisa melihat dinding yang jelas dari demon-demon tingkat rendah. Meskipun dia baru saja membuyarkan banyak demon-demon itu dalam sekali serang, celah yang dia buat langsung tertutup kembali.

Bisakah dia menembusnya? Perasaan tidak tenang dari lakyus semakin muncul. Kilineyram harus kembali ke dimensi asalnya.

Saat ini, Lakyus melihat di belakang demon-demon tersebut - sebuah kilatan logam, raungan suara seorang pria.

"-[Sixfold Slash of Light]-"

Enam tebasan beruntun membelah gerombolan demon tersebut menjadi berkeping-keping.

"-[Sixfold Slash of Light]! [Pace of the Wind]! Hooooh!"

Sekali lagi, tujuh demon terkena tebasan seperti sebuah pisau panas membelah mentega. Ketajaman itu membuat Lakyus teringat kepada Razor Edge, pedang yang bisa membelah apapun, dan membuat para demon ketakutan.

"Habisi mereka semua!"

Bersamaan dengan teriakan kemarahan, sebuah pagar tombak berdiri di belakang Gazef.

Tidak salah kilauan logam yang salah. Tombak-tombak dengan jumlah tak terhitung menusuk dari belakang Gazef. Itu adalah para knight dari penjaga istana dan pasukannya. Sebuah pasukan dari ratusan prajurit yang terlihat seperti akan membanjiri lorong.

Melihat mereka kalah jumlah lebih dari dua banding satu, kepungan dari gerombolan demon tersebut mulai goyah.

Teriakan gembira terdengar, dan para petualang yang kelelahan mulai mundur, dilindungi oleh para prajurit.

"Mengapa - Apa yang dilakuakan oleh Stronoff-sama disini?"

Bukankah dia seharusnya tetap di belakang untuk melindungi istana dan keluarga kerajaan? Seakan merespon kalimat Lakyus, wajah Stronoff berputar ke arah lain.

Garis pandangan Lakyus mengikutinya, dan matanya melebar. Ada empat priest dan empat arcane magic caster yang melindungi seorang pak tua. Di kepalanya terdapat sebuah mahkota yang hanya boleh dipakai oleh satu orang di kerajaan ini. Tubuhnya ditutupi oleh armor yang tangguh.

Raja Ranpossa III.

Ini adalah gerakan yang luar biasa bahayanya.

Meskipun tubuhnya dilindungi oleh Armor besi, beberapa serangan demon bisa dengan mudah menembus baja. Dan juga, meskipun dia dilindungi, mantra dengan efek luas dan mengalahkan pelindungnya masih bisa melukai sang raja. Dan raja masih adalah orang biasa, jadi dia mungkin akan mati terkena suatu magic. Meskipun mantra-mantra resurrection bisa digunakan kepadanya, sang raja pastinya tidak akan mampu menahan energi kehidupan yang dikuras habis karena akibat mantra itu.

"Yang Mulia sudah menitahkan - 'Apakah kamu akan melindungi kota yang mati ini, atau aku?' Hanya ada satu jawaban untuk itu. Untuk melindungi tubuh sang raja adalah tugasku. Meskipun begitu, ini adalah medang perang dimana kita harus bertarung! Serang!"

Pasukan yang meneriakkan teriakan yang menggetarkan bumi, maju menggelegar.

Kekuatan beradu dengan kekuatan, namun saat semua orang mengira gelombang sudah berubah, tubuh petualang dengan peringkat orichalcum terbang ke atas udara, membentur dinding yang ada di dekat dan meninggalkan noda merah yang tersebar.

"OOOOOOHHHHHHHHHH!"

Seakan berkata 'Kemarilah dan terima ini', tubuh raksasa dari demon tersebut menghentikan jalur para pasukan.

Ada monster-monster yang bahkan tidak bisa dikalahkan oleh jumlah saja.

"Stronoff-sama! Bantu saya!"

"Tentu saja."

Suara yang mengikuti jawaban Gazef membuat mata Lakyus melebar.

"Tunggu sebentar. Bukankah kamu memerlukan petarung luar biasa untuk mendukungmu?"

"Dan ninja-yang-akan-menjadi istimewa juga."

"Gagaran! Tia!"

Keduanya perlahan melangkah keluar ke depan Lakyus. Mereka berpakaian lengkap dan siap untuk bertempur.

"Hey, aku merasa kaku karena tidur terus seperti itu, jadi aku meminta Stronoff-san untuk membawaku juga."

"Bersiap untuk menyerang."

Seharusnya tidak seperti ini. Lakyus sudah bilang pada mereka untuk dilarang bertarung segera setelah dibangkitkan. Biasanya, seseorang memerlukan istirahat penuh dan bahkan mereka masih terasa dikuras. Meskipun begitu, mereka tahu seberapa pentingnya pertempuran ini, yang mana itulah mengapa mereka harus bergabung dengan pertarung tersebut.

Berkumpul bersama yang lainnya adalah dorong terbesar yang bisa Lakyus terima.

Lakyus berdoa dengan seluruh hati.

Dia berdoa agar Momon bisa mengalahkan Jaldabaoth, dan menyingkirkan para demon dari ibukota.

Bulan Api Bawah (Bulan ke 9), Hari ke 5, 03:46

"Aku melihatnya."

Melihat ke depan, seseorang bisa melihat demon bertopeng yang berdiri di pusat alun-alun, tidak berusaha menyembunyikan diri. Meskipun dia tidak bisa melihat bentuk dari demon-demon yang lain, Evileye tidak sebodoh itu berpikir bahwa mereka tidak ada disana.

Setelah melihat mereka mendekat, Jaldabaoth berputar dan membungkuk dengan elegan. Hanya ada satu arti dibalik ini.

"Sebuah jebakan... Lalu apa sekarang, Momon-sama?"

"Tidak perduli apapun yang menunggu kita. Kita hanya perlu menghancurkan semuanya."

"Memang harus begitu."

Nada Momon tidak lagi memiliki keseriusan dan formalitas seperti sebelumnya, yang mana mungkin karena mereka sudah bepergian sama-sama sehingga membuat mereka lebih akrab dengan satu sama lain. Dengan pemikiran seperti ini, Evileye mulai bersikap lebih biasa dalam berkata pula. Jika dia terus menyembunyikan dirinya, ketika mereka mulai beranjak ke arah yang serius, mereka mungkin akan langsung berpisah. Jadi meskipun menunjukkan diri mungkin terlalu awal, mengambil nada biasa mungkin adalah ide yang bagus, pikir Evileye.

"Kelihatannya sudah mulai tepat pada jadwalnya."

Dari belakang, suara drum-drum dan teriakan peperangan terdengar. Untuk memastikan Momon bisa melawan Jaldabaoth satu lawan satu, para pasukan akan memulai serangan mereka. Ini adalah satu-satunya peluang yang mereka miliki. Dengan begitu, tidak ada cara lain untuk bisa menyelamatkan ibukota selain mengalahkan Jaldabaoth.

"Ahh, kelihatannya memang begitu. Memang sudah waktunya melakukan pertarungan terakhir. Momon-sama... serahkan musuh yang lain kepadaku dan Nabe. Momon-sama harus memfokuskan seluruh perhatiannya untuk melawan Jaldabaoth."

"Aku mengerti. Kalau begitu, karena sudah sejauh ini datang bersamaku, ketika aku mengalahkan Jaldabaoth dan kembali dengan kemenangan, bisakah aku berharap kepadamu untuk berdiri sama-sama? Aku mohon bekerja samalah dengan Nabe tentang hal ini, karena aku berharap kita bertiga akan kembali bersama-sama."

"Aku mengerti, Momon-san."

Tiga orang itu mendarat di depan Jaldabaoth. Evileye melihat ke sekeliling, dan dari deretan rumah di alun-alun itu, seorang maid muncul.

Dia mengenakan sebuah topeng seperti saat terakhir kali Evileye menemuinya, dengan ekspresi yang ketat. namun Evileye bisa merasakan kebencian diarahkan kepadanya.

Mungkin mereka ada lebih dari satu.

Jaldabaoth sudah tahu siap yang lebih kuat antara dirinya dan maid insect. Sekarang di pihak mereka juga ada Nabe, seorang magic caster yang mungkin setara dalam kekuatan, tidak mungkin dia akan masuk dalam pertempuran sendirian. Apakah dia berencana untuk membanjiri mereka dengan para demon, atau apakah ada bawahan lain dengan level yang setara sedang menunggu di kedua sisi? Kedua kemungkinan itu membuat Evileye berkeringat dingin.

Setelah maid itu, beberapa orang yang mirip muncul.

Mereka semua memakai seragam maid yang berbeda.

Dan mereka berjumlah..

"..Empat orang!?"

Ada total lima orang dengan kekuatan tempur yang setara dengan dirinya. Dua melawan lima terlalu besar perbedaan kekuatannya. Pertempuran itu kelihatannya tidak bisa dimenangkan sejak awal.

Jika ini terus terjadi, mereka akan dikalahkan oleh jumlah yang lebih besar, lalu para maid itu akan ikut campur dalam duel Momon dan Jaldabaoth.

Di dalam pertempuran yang hampir sama, bahkan sedikit dukungan bisa membuat perbedaan antara kemenangan dan kekalahan, seperti pertempurannya dengan maid insect.

"Kalau begitu aku serahkan lima orang itu kepadamu."

Berkata demikian, Momon menggenggam pedangnya di tangan, melangkah dengan biasa ke arah Jaldabaoth. Saat punggungnya yang agung semakin jauh darinya, hati Evileye dipenuhi dengan kesedihan. Jika saja dia bisa terbenam dalam jubah merahnya, rasa tidak enak dan frustasi dalam dirinya mungkin saja bisa hilang semua.

Evileye memarahi bagian dari dirinya yang ingin mengulurkan tangan kepada Momon.

Pada awalnya dia kemari bertekad mati. Meskipun jika lawannya lebih kuat dari yang dia duga, Evileye tidak bisa melakukan hal yang memalukan seperti meminta bantuan. Dan kalimat Momon sebelumnya jelas-jelas memberikan sebuah tanda seberapa besar dia mempercayai Evileye. Seorang pria sepertinya takkan pernah menjadi kejam atau tak punya perasaan.

Setelah dipikir-pikir, dia pasti mengatakan sesuatu di belakangnya. Jika itu adalah Evileye dan Nabe, mereka pasti mampu menahan musuh sampai aku menang, kalimat seperti  itu.

Sebuah api mulai menyala dari lubuk hati Evileye.

"Kalau begitu aku datang, De.. demon!"

Momon meraung, lalu menebas ke arah Jaldabaoth. Sebuah pertempuran sengit dimulai. Agar dua orang lainnya tidak ikut campur, Momon menekan Jaldabaoth, perlahan memaksanya menjauh.

Overlord vol 06 ch 6 01.jpg

"Kalau begitu, aku akan menghadapi tiga orang itu dan kamu yang dua, bagaimana?"

"Apakah kamu yakin? Aku tidak apa dengan tiga orang juga."

"Hmph", Nabe menyeringai.

"Kamu hadapi tiga orang, aku akan mengambil yang dua."

Evileye merasa dia sudah lebih baik menangkap kepribadian Nabe, dan tersenyum.

Lebih tepatnya, kesan Evileye dari Nabe sebagai rivalnya mulai naik, sebagai sesama mage yang berdiri di samping Momon.

Yang benar saja, jika hanya Nabe dan Momon, aku bisa melepaskan cincinku dan menunjukkan wujudku yang sebenarnya... Yah, pertama aku harus bisa kembali hidup-hidup.

"Kamu keras kepala sekali. Baiklah, aku paham. Aku akan segera menangani mereka berdua ini cepat-cepat, lalu datang membantumu. Bertarunglah seakan kamu ingin hidup - apa?"

Evileye merasakan jika semua yang hadir disini - kelima maid dan Nabe - semuanya sedang melihat ke arahnya. Seakan mereka sudah merencanakan semuanya di awal, kelihatannya ada yang tidak beres.

"Tidak, bukan apa-apa."

Setelah menjawab dengan dingin, Nabe mengambil langkah pertama ke samping.

"Kalau begitu, meskipun aku bilang aku bisa menangani ketiganya, lawan kitalah yang akan memutuskan siapa yang menuju ke arah kita."

Yang terpancing keluar adalah maid insect, maid dengan dua rambut kepang yang kembar, dan maid dengan rambut seperti bor. Yang tetap dengan Evileye adalah maid dengan sanggul serta maid berambut panjang.

"Namaku adalah Alpha. Ini adalah Delta. Kami akan menjadi lawanmu."

"Yang benar saja? Ini terlalu formal. Namaku adalah Evileye. Aku akan mengalahkan kalian berdua!"

Evileye tidak berniat memperpanjang pertarungan dengan bercakap-cakap. Jika dia berpikir demikian, lawannya mungkin akan memanfaatkannya dan langsung membunuhnya. Dia harus bersabar.

"Begitukah? Takutnya.."

Gerakan pertama Evileye adalah mengaktifkan kartu asnya. Itu adalah sebuah kemampuan spesial yang akan menyebabkan energi negatif yang mengalir di tubuhnya menjadi kelebihan muatan, lalu memompa seluruh serangan yang dia buat dengan efek status negatif.

"Aku datang!"

Dengan sebuah teriakan, Evileye memulai mantranya.

Bulan Api Bawah (Bulan ke 9), Hari ke 5, 03:59

"Jangan menganggap remeh diriku."

Kristal yang diberi energi negatif meneybar ke arah maid yang berlari, Alpha. Ini adalah serangan fisik yang menusuk dan tumpul, serta energi negatif akan menguras energi kehidupannya.

Setidaknya, seharusnya begitu. Namun, Alpha terus berlari, tanpa ada tanda-tanda dia akan terkena sama sekali.

"Kuh!"

Evileye melayang ke udara. Pertempuran jarak dekat adalah ide yang sangat buruk bagi seorang arcane magic caster. Membuat jarak di antara mereka akan meningkatkan peluang menang dirinya.

Saat dia mengambang di udara, sesuatu memantul menjauh di depan matanya. Itu pasti sebuah serangan yang dipentalkan oleh "Crystal Wall" miliknya, namun di waktu yang sama, cahaya yang berkilauan yang menyelimuti tubuhnya mulai meredup dengan cepat.

Meskipun bisa mentralkan seranga-serangan yang cukup kuat, dia beruntung jika yang mereka lemparkan ke arah 'Crystal wall' miliknya bisa hilang dengan sendirinya. 'Crystal wall' hanya berguna bagi serangan di bawah level tertentu, dan sangat tidak berguna bagi hal lainnya.

"Lagi!?"

Yang menggunakan senjata jarak jauh adalah maid di belakang, Delta. Dia terus menembaki Evileye ketika dia terbang tadi.

"hah!"

Alpha memasang kuda-kuda, lalu menerjang ke arah Evileye. Itu membuatnya berdecak lidah.

Biasanya, Evileye tidak pernah menerima siapapun yang datang kepadanya dengan tangan kosong secara serius, namun itu hanyalah sifat arogansi yang dia rasakan terhadap makhluk yang tidak seberapa dan selalu di bawahnya. Setelah bertarung dengan Alpha sebentar, dia sangat yakin hal itu. Alpha adalah lawan yang sangat menakutkan. Setiap kali dia mencoba untuk membuka jarak di antara mereka, lawannya akan datang berayun, beberapa kali lebih cepat daripada dirinya. Jika dia menerima serangan langsung tanpa dilindungi oleh pelindung miliknya, dia pasti sudah hancur.

Jika dia masih bersama dengan Gagaran dan Tia, dia tidak akan seceroboh itu. Sekarang, Evileye merasakan seakan dia sedang berjalan di tali yang tegang.

Hal yang paling menjengkelkan adalah koordinasi mereka yang tanpa celah. Kerja sama memang bisa meningkatkan kekuatan tempur dengan drastis dari para petualang. Sekarang ini, mereka berdua sedang memberinya sebuah pelajaran berharga tentang enaknya kerjasama.

"Bagaimana mungkin para demon bisa bekerja sama dengan sangat baik... apa-apaan ini!"

Aku tidak berhak berkata demikian, pikir Evileye. Anggota lain dari kelompoknya adalah manusia, namun dia sendiri adalah undead.

Sebuah suara 'gang' terdengar, dan pelindung 'Crystal Wall' semakin menipis. Satu kali kena maka dia akan tertusuk.

Evileye mengumpat, mencoba lari dari Alpha, yang sangat ingin sekali mengejar dan menghajarnya. Meskipun tubuh Evileye lebih unggul dari manusia biasa karena manfaat menjadi seorang vampir, tubuh Alpha bahkan lebih kuat lagi. Satu-satunya alasan mengapa Alpha belum menangkapnya hanyalah karena mantra flight miliknya.

Menggunakan magic membutuhkan fokus, saat tubuh tidak bisa bergerak. Sebagai hasilnya, karena terus-terusan mundur adalah hal yang sangat sulit. Sebuah gerakan akan mengganggu indera keseimbangan seseorang dan membuat konsentrasi semakin sulit. Inilah mengapa magic caster harus terus berdiri untuk merapalkan mantra mereka. Karena hal ini, Evileye harus memilih menggunakan 'Flight' untuk mempertahankan jarak tanpa mengganggu konsentrasinya, dan bertarung dengan terus-terusan bergerak. Itu memang bukan hal yang spesial; setiap magic caster yang bisa menggunakan 'flight' sudah menguasai taktik itu. Seberapa baik mereka melakukannya seluruhnya tergantung dari bakat, namun sebagai seorang vampir, Evileye memiliki kemampuan alami untuk terbang dan 250 tahun pengalaman untuk menguasainya.

Meskipun begitu, membutuhkan usaha keras untuk bisa lepas dari Alpha. Dan meskipun dia bisa melakukan kiting satu orang lawan di dalam lingkaran yang ada di alun-alun yang besar, lawannya kali ini ada dua.

Suara gang kedua kalinya terdengar, dan pelindung yang melindungi dirinya sudah hancur sama sekali.

Sulit dipercaya ada yang bisa menghancurkan 'Crystal Wall' dengan tiga kali serangan, namun mau bagaimana lagi.

"[Sand Field - All]"

Partikel-partikel pasir menyebar ke seluruh sekitar. Meskipun Delta terlalu jauh untuk dicapai, Alpha benar-benar terperangkap di dalam areanya. Karena ini bisa mempengaruhi rekan seseorang juga, mantra ini tidak berguna dalam pertarungan kelompok. Tiap lawan di dalam area tidak akan bisa bergerak, begitu juga menjadi buta, terdiam dan bingung. Selain itu, karena kartu as Evileye, pasir-pasir tersebut sudah ditambahkan dengan energi negatif yang akan menyedot energi kehidupan.

Mantra tingkat 5 ini adalah ciptaannya sendiri. Itu adalah salah satu kartu-kartu terkuat yang dimiliki oleh Evileye.

Namun, Alpha tidak semakin pelan, ataupun terlihat terluka sama sekali.

"Tapi bagaimana?!"

Apakah dia kebal dengan imobilisasi dan energi negatif?

"Kamu berhak dipuji karena itu! benar-benar satu set perlawanan yang menakjubkan!"

Jawaban Alpha lalu hilang. Seakan dia sedang melakukan teleportasi dengan jarak dekat, dia menampakkan diri di depan Evileye lalu menendangnya di wajah.

Topeng Evileye mengalami retak dengan suara 'krek' saat Evileye terlempar jauh.

Dia memantul ke lantai dengan suara dang, dang sebelum berhasil pulih, menggelengkan kepalanya karena puyeng.

"[Crystal Wall]!"

Tinju Alpha berbenturan dengan crystall wall yang tiba-tiba muncul, mengeluarkan suara yang menggelegar. Retakan menyebar dari titik yang diserang oleh Alpha, seakan terkena benturan oleh bola penghancur.

"..Hmph!"

Suara 'dang' terdengar, dan saat kaki Alpha menancap ke tanah, dia menyalurkan tenaga dalamnya ke dalam retakan di dinding Evileye, lalu dinding itu hancur di depan matanya.

"Apakah ini 'Charged Energy Release' (Pelepasan energi yang terkumpul) ?!"

Saat ini, sambil berusaha menjaga jarak, Evileye merasakan goncangan besar yang mengalir di tanah. Dia tidak tahu darimana datangnya, namun nalurinya berkata jika itu adalah efek setelah pertempuran dari mereka berdua.

"Apakah mereka masih bertarung...tidak, kelihatannya pertarungan mereka sudah mencapai puncaknya. Itu artinya.... Aku harus mengulur waktu lagi!"

Saat berkata demikian, Evileye menerjang ke arah Alpha yang sedang menyerang.

Dia perlu sedikit waktu lagi. Dia harus mengulur pertarungan ini. Dengan berpikir demikian, Evileye bersiap penuh untuk mati, dan melakukan serangan bunuh diri miliknya.

Lengan Alpha membentuk lingkaran bersiap menerima Evileye. Dia berdiri tegak, seperti benteng yang tidak dapat ditembus, meskipun sudah melihat ini, Evileye tidak berhenti-


Bulan Api Bawah (Bulan ke 9), Hari ke 5, 03:53

Ketika Ainz dan Jaldabaoth berjuang satu sama lain, mereka menabrak sebuah rumah. Pintu rumah tersebut hancur saat Ainz mendorong Jaldabaoth ke dalamnya, kepingan reruntuhan menyebar kemana-mana. Interior rumah tersebut sangat gelap dan sempit, tidak cocok dengan ayunan pdang Ainz.

Mengabaikan Jaldabaoth, Ainz berdiri dan berjalan. Jaldabaoth berdiri pula dan mengikutinya. Mereka memasuki ruangan lain, dengan sebuah meja kecil, dua kursi dan Mare.

Mare menarik sebuah kursi untuk ditempati oleh Ainz, dengan izin Ainz, Jaldabaoth membuka topengnya, menampakkan wajah Demiurge.

"Pertama, apakah ruangan ini aman?" Ainz bertanya.

"Tidak ada masalah. Kalimat yang diucapkan di dalam sini hanya untuk telinga kita sendiri."

"Begitukah... kalau begitu. Pertama, aku ingin meminta suatu hal padamu. Jangan lukai para penjaga yang aku lewati ketika kemari. Memang tempat ini cukup jauh dari E-Rantel, menolong orang-orang yang kesulitan adalah publisitas yang bagus."

"Saya mengerti. Apakah bisa diterima menyalurkan perintahnya dengan telepati?"

"Silahkan saja. Sementara itu, katakan padaku rencanamu."

Meskipun Demiurge sudah menjelaskan rencananya kepada Narberal melalui 'Message', dia belum bilang apapun kepada Ainz. Dia dipaksa diam dan tidak menunjukkan rasa tidak senangnya untuk membuat rencananya tidak berantakan, namun di hatinya dia khawatir sekali.

"Baiklah. Operasi ini adalah empat tujuan-"

"Ho... Aku hanya menghitung ada tiga. Empat, katamu?"

Demiurge tersenyum. Itu adalah sebuah senyum yang menyatakan kepuasan.

"Kurasa saya semakin memahami Ainz-sama."

Ainz dengan murah hati melambaikan tangannya. Tentu saja, dia bahkan tidak tahu apa tiga itu, namun kalimat Demiurge masih membuatnya tidak tenang sama sekali.

"Kamu selalu satu langkah di depanku. Aku masih jauh sekali."

"Apa yang anda katakan tuanku? Sebenarnya, anda terlalu rendah hati."

"Tidak, kalau begitu - lupakan saja. Lalu, katakan padaku apa saja tujuannya."

"Memang benar. Sebagai awalnya, tujuan menyerang distrik gudang adalah untuk mengamankan kekayaan dan barang-barang di dalamnya untuk dipindahkan ke Nazarick. Untuk memfasilitasi hal ini, Saya meminta Shalltear membuka banyak gerbang di depan pergudangan, dan membiarkan Pandora's Actor menangani masalah pengangkutan."

Ini memang tujuan yang sangat menguntungkan. Ainz tanpa bersuara memuju Demiurge dari lubuk hatinya.

Kehilangan banyak sekali kekayaan akan membuat hidup di ibukota nantinya semakin sulit, namun kali ini, Ainz tidak tahu hal itu. Sekarang ini, yang dia rasakan adalah suatu perasaan lega karena masalah keuangannya sudah diselesaikan dalam sekejap.

"Kedua untuk menutupi keikutsertaan kita dalam serangan ke persembunyian Eight Finger di area ini. Seperti yang anda duga, sebuah serangan langsung ke persembunyian Eight Finger akan meningkatkan kecurigaan. Jika kita tidak beruntung, mungkin saja bisa membuat Sebas dan kontak-kontaknya terbongkar. Oleh karena itu, kami memperluas area operasi untuk membuat orang lain berpikir bahwa tujuan kita ada di tempat lain."

Dengan kata lain, itu seperti melempar ranting-ranting yang patah di dalam hutan untuk menyembunyikannya.

"Namun bisakah kamu melakukan hal ini? Apa yang kamu gunakan untuk membuat mereka menjauhi bau kita?"

"Silahkan lihat yang ini, tuanku."

Demiurge mengisyaratkan, dan Mare memberikan sebuah tas, yang lalu dia buka. Di dalamnya ada sebuah patung demon. Masing-masing enam lengan demon itu menggenggam bermacam permata. Sebuah cahaya aneh dan berdenyut memancar dari dalamnya.

"Permata-pertama ini disuntikkan dengan mantra yang dikenal dengan [Armageddon Evil]."

Mantra tingkat 10 'Armageddon Evil' adalah salah satu mantra yang digunakan untuk memanggil pasukan demon. Meskipun bisa memanggil jumlah pasukan yang sangat besar, mereka tidak seberapa kuat. Dan jika angel-angel sulit dikendalikan, maka demon bahkan lebih parah, dengan kecenderungan mereka yang mengamuk di saat yang paling buruk, membuatnya menjadi sebuah mantra yang sulit digunakan. Penggunaan biasa berada pada kenyataan bahwa demon-demon yang dipanggil bukanlah sekutu pada awalnya, jadi mereka bisa difungsikan sebagai korban hidup untuk ritual-ritual tertentu dan kemampuan spesial lainnya.

Mirip dengan bagaimana Shalltear menggunakan Spuit Lance untuk membunuh bawahan-bawahannya yang dipanggil, magic ini ada untuk tujuan yang mirip.

"Meskipun item ini diciptakan oleh Ulbert-sama, saya rasa yang terbaik adalah digunakan disini."

Dari sudut pandang dunia ini, memang wajar jika sebuah item seperti ini akan memancing perhatian Jaldabaoth.

Ainz mengenang masa lalunya.

Tentang seorang teman yang bernama Ulbert, dulu ketika kekuatan Guild ada di puncaknya.

Pada awalnya, ada World Class Item yang bisa memanggil demon-demon dalam jumlah tak terbatas sehingga pada akhirnya bisa melahap seluruh dunia. Meskipun membuat sebuah kericuhan, Ulbert sangat senang ketika mendengarnya dan berjuang keras untuk membuat sebuah item yang bisa menirunya. Namun ketika akhirnya item tersebut hanya bisa mengeluarkan enam mantra berturut-turut, dia kehilangan ketertarikan padanya dan menyerah.

Jelas sekali melihat Demiurge yang keberatan melepaskan benda seperti ini. Itu karena ini adalah peninggalan dari penciptanya.

Ainz mengulurkan tangannya ke kantong dimensi, lalu menarik item tertentu.

"Demiurge, tidak perlu menggunakan itu. Ambil ini sebagai pengganti."

Alat yang diambil oleh Ainz terlihat mirip dengan patung demon yang dipersiapkan oleh Demiurge. Namun, di tangannya hanya memiliki tiga permata, dan terlihat jauh lebih kasar pada umumnya.

"Ini juga adalah sebuah alat yang diciptakan oleh Ulbert-san. Karena ini adalah prototipe atau purwarupa, dia ingin membuangnya, namun aku berpikir bahwa terlalu sayang untuk dibuang lalu menyimpannya. Bagaimana kalau digantikan dengan yang ini saja?"

"Ba-Bagaimana bisa saya membuang harta dari Ainz-sama untuk rencana saya sendiri?"

"Apakah seperti itu kamu melihatnya? Baiklah, Demiurge, ini adalah milikmu, Gunakan ketika kamu melihatnya cocok. Namun, bukankah Ulbert-san akan malu jika percobaannya yang gagal masih ada?"

"Ini adalah... bagaimana saya bisa berterima kasih kepada anda setelah memberi saya dengan item magic yang luar biasa ini?"

Demiurge berdiri dari kursinya dan berlutut di lantai. Mare, yang melihat Demiurge, buru-buru berlutut di bawah disampingnya.

"Cukup, Demiurge. Bukankah kamu ada pekerjaan lain? Pikir saja ini sebagai simbol apresiasiku terhadap loyalitasmu."

"Kami para guardian diciptakan oleh Supreme Being. Oleh karena itu, hingga saat ini sampai kepunahan kami, kami akan selalu loyal kepada mereka. Meskipun begitu, Ainz-sama bukan hanya memberikan ampunan dan kepeduliannya berlipat-lipat, malahan memberi hamba harta yang sangat bernilai itu... bagi Demiurge, meskipun sudah bersumpah setia dan tak lekang waktu kepada Ainz-sama, izinkan sekali lagi memberikan pengabdian setia kepada anda!"

"Ah...erm, yah, kalau begitu, Aku sangat mengharapkan pengabdianmu. Kalau begitu, sekarang, berdirilah. Demiurge. Kamu punya suatu hal lain untuk dikatakan, ya kan?"

"Ah, memang benar! Maafkan saya!"

Demiurge kembali duduk, dan Mare kembali ke posisi berdirinya yang semula.

"Kalau begitu, seperti yang saya bilang sebelumnya, Jaldabaoth menargetkan persembunyian Eight Finger, lalu terus mengambil alih distrik finansial Kingdom. Mengambil kekayaan dari pergudangan juga adalah sebuah tujuan. Tentu saja, alat yang diciptakan oleh Ulbert-sama ini akan ditemukan di salah satu peti-peti dari persembunyian mereka."

"Sejauh ini memang sudah jelas sekarang. Dan bagaimana dengan tujuan ketiga?"

"Ya, saya sudah mengirimkan sekitar separuh manusia di dalam dinding api ini ke Nazarick. Ada banyak manfaat yang bisa diberikan, dan kesalahan ini akan jatuh sepenuhnya kepada demon Jaldabaoth."

Jadi itu yang dia rencanakan, Ainz pikir, namun dia masih memiliki beberapa pertanyaan. Apakah ada manfaat membiarkan kejahatan Jaldabaoth semakin tumbuh? Daripada, menciptakan sebuah karakter Jaldabaoth, bukankah akan lebih baik membiarkan demon lain melakukannya?

"...jadi kamu bermaksud membangun ketenaran, setelah itu?"

"Benar sekali. Niatnya adalah menempatkan Jaldabaoth ke takhta Demon King."

"Sekarang aku tahu. Jadi menyelesaikan perintahku adalah bagian dari rencanamu, setelah itu?"

Ainz melihat ke arah Demiurge, yang sedang membungkuk rendah mengakui hal itu. Dia teringat perintah yang dia berikan. Lalu, dia sudah memberiakn beberapa diantaranya, lalu ini mungkin untuk mengangkat Demon King.

" Ini adalah awal dari tujuan keempat, yang mana untuk menggunakan Holy Kingdom sebagai tanah untuk membuktikan insiden ini."

Saat itu, Ainz mengerti. Dia menanyakan pertanyaan yang bergelayutan di otaknya.

"Setelah dipikir-pikir lagi, apakah demon-demon ini dipanggil dari Nazarick?"

"Bagaimana mungkin saya berani? Saya tidak bermimpi untuk melakukannya tanpa izin dari Ainz-sama!"

"Hm? Meskipun aku sudah memberikan tugasnya padamu, dan kamu sudah menerima izin dari Albedo, Aku kira kamu akan menggunakan pasukan dari Nazarick..."

"Tidak, tuanku. Mereka hanya pasukan yang dipanggil oleh Evil Lord saya. Setelah satu hari lewat, mereka bisa dipanggil lagi. Kekuatan Nazarick akan tetap tak tersentuh."

"Begitukah.. Ternyata itu alasannya mengapa ada banyak sekali demon tanpa ingatan di Nazarick. Bagaimanapun juga, Aku mengerti. Kalau begitu, satu pertanyaan lagi, kamu bilang mengirim setiap manusia disini ke Nazarick. Itupun tak perduli apakah mereka pria, wanita, muda atau tua, benar kan?"

Ainz samar-samar marah dengan cara Demiurge yang bisa dengan mudahnya dan santai menjawab benar.

Manusia memang tidak ada hubungannya. Mungkin saja karena Ainz yang pernah menjadi seorang manusia, namun tubuh yang dia miliki sekarang ini tidak merasakan simpati atau kedekatan pada mereka. Seakan mereka sepenuhnya spesies lain yang bisa dengan mudahnya ditendang dengan satu kaki. Dia akan membantai manusia sebanyak apapun untuk keuntungan dari Great Underground Tomb of Nazarick. Meskipun begitu, membunuh anak-anak masih membuatnya marah. Ini adalah sisa dari seorang pria yang pernah menjadi Suzuki Satoru.

Ainz mengambil nafas dalam-dalam, meskipun tidak memiliki paru-paru.

"Demiurge, jika seseorang tidak memberikan perlawanan kepada diriku ataupun Great Underground Tomb of Nazarick, mereka harus dipenggal dengan lembut dan tanpa menderita."

Demiurge membungkuk dalam-dalam, tanpa berkata sepatah katapun.

Prioritas Ainz Ooal Gown adalah memastikan stabilitas dan loyalitas dari bawahan-bawahannya.

Karena mereka sudah membawa anak-anak, melepaskan mereka ke tempat aman hanya akan melepaskan detil dari Nazarick. Memang ada kemungkinan bisa membuat mereka menjadi orang yang fanatik dan setia dan sangat merendahkan diri kepada Nazarick, ada juga sedikit keuntungan dari rencana itu. Oleh karena itu, ini adalah ampunan terbesar yang bisa dia berikan kepada mereka.

"Kalau begitu, apakah kita sudah selesai?"

"Ada dua hal yang perlu menjadi pertimbangan anda. Pertama, Mare telah memberi kami sebuah peluang yang sangat bagus."

Ainz mengalihkan pandangannya ke arah Mare, bocah yang gugup dan resah.

"Dan itu adalah?"

"Saat ini, kami masih dalam tahap pelatihan, jadi tingkat kesuksesan yang paling tepat masih diperdebatkan. Saya akan menjelaskan lebih jauh ketika kita telah kembali ke Nazarick. Yang kedua, dari pengamatan saya terhadap situasi sejauh ini, Saya bisa menyimpulkan dengan aman jika yang mencuci otak Shalltear tidak memiliki hubungan dengan Kingdom."

"Aku mengerti, kalau begitu, aku sangat menantikan bantuanmu segera."

"Itu akan diberikan dengan senang hati. Ketika pertempuran kita setelah ini, silahkan dengan leluasa mengalahkan saya. Saya akan melakukan apapun untuk Ainz-sama."

"Ternyata begitu. Kalau begitu, sebelum aku mengusirmu, bisakah kamu membuat rusak armorku? Akan lebih meyakinkan jika aku juga mendapatkan tanda-tanda pertarungan yang keras."

"Itu berarti anda akan melepasnya, lalu saya akan merusaknya? Tidak terpikirkan bagi saya untuk berani mengangkat tangan kepada Ainz-sama-"

"Bagaimana kalau aku melepasnya lalu kerusakannya sangat parah akhirnya aku tidak bisa memakainya kembali? Ketika insiden Shalltear, Aku harus memerintahkan Smith untuk menciptakan celah-celah di dalam armor sebelum memakainya. Jika aku lepas disini dan kamu membuatnya hancur tak berbentuk, Aku mungkin takkan bisa memakainya lagi."

Ainz tetawa lirih. Para guardian di depannya, tak mengerti mengapa, menunjukkan ekspresi bingung.

"Ka-Kalau begitu, Ainz-sama? Bu-Bukankah itu adalah armor ya-yang dibuat dengan ma-magic?"

"Itu tidak benar. Armor ini tidak dibuat dari magic. Aku bisa melihat mengapa kamu berpikir demikian karena aku, sebagai seorang magic caster, memakainya seperti biasa. Tapi sebenarnya, Aku merapalkan sebuah mantra transformasi warrior dan memakainya. Ketika istirahat sebelum bepergian ke arah ibukota, Aku mengirimkan sebuah 'Message' kepada Albedo untuk membuat memulai persiapan untuk masa depan. Kelihatannya itu memang pilihan yang benar."

Mempertahankan mantra transformasi dan magic lainnya akan mengurangi mana dan tingkat rata-rata recovery mana menjadi nol. Meskipun dia bisa melepaskan transformasinya jika ada keadaan darurat dan menggunakan magic, dia akan mulai dari keadaan yang sudah terkuras. Namun, untuk masalah ini itu adalah hal benar yang bisa dilakukan. Tanpa hal itu, pertarungan pertama dengan Demiurge akan lebih menyusahkan.

Mata Demiurge yang sipit semakin menyipitkan matanya ketika dia mendengar respon Ainz. "Seperti yang diduga dari Ainz-sama, semuanya sudah menarik di dalam telapak tangan anda. Saya tidak menyangka berani beradu otak dengan pribadi yang sebesar itu... Saya seharusnya menduga tak ada yang kurang dari diri anda."

Saat Demiurge tertawa kecil, punggung Ainz mengalir keringat yang bahkan tidak ada disana.

"Kalau begitu, mari kita mulai? Demiurge, aku akan serahkan luka pertempuran kepadamu."

"Tentunya. Mare, kirimkan sinyal. Gempa bumi, seperti tadi."


Bulan Api Bawah (Bulan ke 9), Hari ke 5, 03:56

"Terimalah petirku!"

Mantra petir keluar, menyerang salah satu maid.

"Guwaaaaa-su~"

Maid tersebut membuat teriakan kesakitan palsu yang hebat ketika meluncur jauh seperti sedang melompat sendiri, hingga dia hilang di kejauhan.

"Eiiii~"

Maid berambut bor melemparkan pisaunya. Pisau-pisau itu berterbangan dengan arah yang lambat dan menusuk tubuh Nabe.

"Kyaa-"

Saat Nabe mengeluarkan teriakan kesakitan yang datar, dia mengikuti maid yang terlempar jauh. Entoma mengikutinya dengan diam-diam.

Mereka mendarat di lorong, yang membentuk garis lurus. Di depan Narberal ada maid dengan dua kepang. Di belakang Entoma dan maid berambut bor. Ini adalah serangan kepungan klasik, namun tak ada tekanan sama sekali. Lalu sekali lagi, bagaimana mungkin ada? Tadi, ada sebuah pertarungan pura-pura, namun sekarang semua itu bahkan benar-benar hilang, dan muncul mood seperti sebuah kelompok gadis-gadis sekolahan yang sedang mengobrol di dalam kafe.

"Jadi bagaimana, tempat ini sudah ditangkis dari mata-mata oleh Nigredo-san. Seharusnya sudah tidak apa sekarang ~"

"Begitukah? Kalau begitu.... lama tak jumpa, Lupu~"

Maid berkepang dua - Lupusregina Beta - tertawa dari balik topengnya.

"Benar-benar sudah lama su~ ini pertama kalinya kita bertemu sejak Nar-chan mulai berkeliling dengan Ainz-sama."

"Aku memang kembali ke Nazarick setiap kali, namun waktu itu, kamu ada di desa."

"Oh ya~ tahulah, ini baru saja terjadi. Setelah dipikir-pikir, sudah lama tak melihatmu juga, Sol-can~"

"Sama juga. namun, caramu berbicara...."

"Oya? Sol-chan dan Yuri-nee-san juga merisaukan hal yang sama su~. Tapi tidak apa~ Aku akan berhati-hati. En-chan's juga sama su~"

"Bagus juga... ngomong-ngomong, mengapa Entoma terdiam?"

"Ah... En-chan tidak ingin bicara sekarang ini~"

"BocAH keCIl iTU meNGAMbiL SUaraKU!"

"Ternyata begitu."

Narberal mengangguk kepadanya. Entoma benci dengan suara aslinya, jadi dia mencoba menggunakannya sedikit mungkin.

"Aku INgiN diA meRAsaKAN baGAImaNA raSAnya!"

Meskipun wajah aslinya ditutupi oleh topeng serangga, nafsu membunuh dan kemarahannya masih meluap-luap dari situ.

"Kamu tahu itu tidak mungkin. Karena dia sedang bepergian dengan Ainz-sama, itu akan merusak reputasi Ainz-sama jika dia tidak kembali hidup-hidup dengannya."

Entoma tidak senang dengan apa yang dikatakan oleh Narberal, tapi dia tetap terdiam. jelas sekali yang mana yang harus dipilih antara nama baik tuannya dan keinginannya sendiri. Setiap battle maid tahu akan hal ini.

"Gadis cilik itu sangat kuat. Siapa namanya?"

"Aku tidak tertarik dengan nama dari nyamuk yang terlalu kebesaran. Meskipun, kurasa namanya itu Evil-atau apalah."

"Jahat sekali~ Bukankah kalian datang sama-sama sebagai rekan?"

Narberal mengerutkan dahi dengan kalimat rekannya, jadi Solution menjawabnya.

"...mungkin itu adalah Evileye dari Blue Rose. Sebas-sama menulis begitu di dalam laporannya."

"Ah, kedengarannya benar."

Narberal yakin jika Solution mengucapkan nama yang benar.

"Nar-chan, apakah kamu pura-pura jadi orang idiot? Apakah kamu baik-baik saja?"

"Bisakah kalian benar-benar mengingat nama-nama manusia?"

"Itu tidak masalah bagiku. Aku mungkin akhirnya harus tahu hal itu ketika jalannya tugasku. Aku sudah mengambil beberapa nama penting untuk diingat."

"Aku juga tidak masalah disini su~ sebenarnya, bisa dibilang aku sangat bersahabat baik dengan manusia, yanno?"

"TidaK ada MAsaLah diSINi."

Narberal sedikit terkejut ketika dia tahu jika dia sendirian diantara rekan-rekannya sesama maid. Saat dia mempertimbangkan apakah harus lebih perhatian dengan nama-nama itu, suara ledakan terdengar. Karena bangunan yang menghalangi pandangan di sudut, mereka tidak tahu apa yang menyebabkannya.

"Ah, mereka pasti sedang serius di sebelah sana."

"yah, itu adalah Yuri-nee-san dan Shizu~ mereka selalu serius. Namun jika pertarungannya belum selesai, itu artinya mereka masih belum menggunakan kekuatan mereka yang sebenarnya."

"JIka itU diSErahKAN paDAku aKU pasTI aKAn meLAWannYA samPAI mATi!"

"Evileye memang sangat kuat. Namun dari level saja, dia mungkin bukan lawan yang bisa dikalahkan oleh Yuri-nee-san atau Shizu."

Sebuah bayangan menutupi wajah dari para battle maid untuk pertama kalinya. Hanya Narberal yang berbeda. Dia sangat yakin.

"Tidak ada masalah."

Saat perhatian semua orang tertuju padanya, dia melanjutkan, "Evileye dan diriku adalah elementalist. Kami adalah arcane magic caster yang memiliki spesialisasi dalam menggunakan elemen tertentu. Meskipun ini artinya kekuatan tempur kita akan meningkat tajam, itu juga berarti di luar area yang kita dalami, kita akan sangat lemah."

"Tipe Earth, kalau begitu... seharusnya ada asam, racun atau gravitasi, ya kan? Mengapa kristal?"

"Itu pasti spesialisasi lebih jauh di dalam tipe earth elementalisme. Magic kristalnya pasti sangat kuat."

"Magic serangan fisik tumpul dan menusuk... Aku tidak mengerti..."

Jika itu adalah aku, bagaimana aku akan membunuh Evileye? Ketika empat orang itu berpikir demikian, bumi bergetar. Ini sedikit berbeda dengan yang tadi dan getaran bumi itu disebabkan oleh benturan besar.

"GEmpA buMI iNi pasTI diSEbabKAN oLEH MaRe-SaMA. KaLAu beGItu, maRI kITa berGErAk ke TaHAp seLANjutnYA?"

"Apakah itu adalah sebuah sinyal?"

"Benar sekali, Narberal. Kalau begitu, tidak apakah jika kita sedikit menyakitimu? Ini tidak akan bagus jika kita setidaknya tidak mengasarimu sedikit."

"Aku akan mencoba untuk tidak memukulmu terlalu keras, jadi maafkan aku su~"

"Mau bagaimana lagi, namanya juga pekerjaan."


Bulan Api Bawah (Bulan ke 9), Hari ke 5, 03:57

"Tenanglah! Tolong, tenanglah!"

Climb mencoba untuk mengangkat suara dengan keras saat dia memanggil orang-orang tersebut. Namun, gudang itu dipenuhi dengan banyak orang-orang yang gelisah, jadi suaranya saat ini benar-benar tidak cukup untuk membuat mereka tenang.

"Anakku-"

"Istriku diambil-"

"Mama, Papa-"

Pria, Wanita, Muda dan tua semua suara tercampur, menyapu suara Climb seperti gelombang. Dia tidak bisa lagi mengetahui apa yang mereka katakan lagi.

Climb telah menemukan tiga ratus orang disini yang berada dalam keadaan darurat sendiri, dan mereka hanyalah penduduk yang berhasil ditemukan. Orang-orang yang terkunci di dalam gudang kecil ini tidak tahu apa yang terjadi di luar, dan yang bisa mereka lakukan adalah merengek tentang bagaimana anggota keluarga mereka yang diambil ke tempat lain.

Itu adalah respon yang alami untuk situasi seperti ini, namun juga sangat bahaya.

Meskipun mereka tidak menemui demon apapun dalam perjalanan kemari, bukan berarti bahwa tidak ada demon yang hadir. Kenyataannya, mereka sudah melihat siluet dari demon-demon beberapa kali di lorong-lorong yang mereka lewati saat kemari. Jika mereka mendengar teriakan dari gudang ini, maka demon-demon akan tiba disini dalam waktu dekat.

"Anda adalah satu-satunya yang kami temukan sejauh ini-"

"Dimana istriku? Pergi temukan dia!"

"Itu-"

Mungkin saja jika dia mengangkat suaranya dia mungkin bisa berteriak untuk mendiamkan mereka. Climb, sebagai seorang warrior, jauh lebih kuat dari penjaga kota biasa. Jika dia berteriak kepada pria, dia bisa dengan mudah menguasai hati dari yang hadir disini. Namun Climb tidak melakukan ini.

Climb adalah duta dari sang putri. Dia disini karena Renner pantas meletakkan kepercayaan dalam dirinya kepada Climb. Jika dia menggunakan metode-metode yang meneror penduduk dan membuat mereka tidak menyukainya, itu mungkin akan bisa dengan mudah tertumpah kepada Renner pula. Dengan berpikir demikian, Climb akhirnya tidak mungkin bisa membuat dirinya menggunakan metode yang kasar kepada mereka.

"Hey, jawab kami-"

"Anakku masih muda-"

"Papa! Mama!"

"Diamlah, kalian semua!"

Rasanya seakan udara di dalam gudang itu tiba-tiba membuyarkan semua suara. Teriakan tak terkendali dari Brain - Kemarahan dari warrior kelas atas - telah menelan hati dari semua yang lemah disini.

"Kalian semua cuma bercuap-cuap seperti ayam hanya karena dia terus terdiam. Kita sedang ada di daerah orang-orang ini, dan tidak bisa menjamin keamanan kalian. Jika kalian tidak bergerak dengan lirih, para demon akan datang dan akan membunuh kalian semua. Jika kalian mengerti, tutup mulut kalian."

Brain mengawasi gudang yang sekarang hening, lalu melihat lurus ke arah Climb. Penduduk yang mendekat Climb menjadi layu di bawah tatapan Brain lalu mundur.

"Kalau begitu sekarang, Climb. Waktunya kamu membuat sebuah keputusan."

Climb sangat yakin apa keputusan yang harus dia buat. Namun, dia tidak memiliki rasa percaya diri jika itu adalah yang bijak.

"Sulit berkata, kalau begitu? Lupakan saja. Aku akan melakukannya dulu, kalian semua sebaiknya pikirkan ini baik-baik, ketika ada yang bicara ketika aku melakukannya, aku akan bunuh dia di tempat itu. Aku bahkan tidak yakin kalian semua adalah manusia."

Brain mengeluarkan sedikit katananya, lalu memantulkan cahaya yang terlihat menyilaukan.

"Aku yakin kalian bertanya-tanya apa yang akan kubicarakan, tapi lihat orang di samping kalian. Apakah kalian yakin orang-orang disini adalah manusia?"

Para tahanan saling melihat satu sama lain karena terkejut.

"Dengarkan. Kami melihat banyak demon saat kemari. Beberapa diantaranya memiliki sayap, beberapa juga memiliki ekor. Beberapa diantaranya bahkan terlihat seperti manusia tanpa kulit. Ada banyak seperti itu. Yang berkeliaran di luar sana mungkin saja mereka.. kalian juga seharusnya sudah melihat mereka ketika masuk, ya kan?"

Semua yang memperhatikan Brain mengangguk, wajah mereka menjadi pucat.

"Lalu, siapa yang bisa menjamin tidak ada demon di antara kalian? Apa tidak ada demon-demon tanpa kulit yang menggunakan kulit orang lain?"

Mereka tidak boleh berbicara, namun masih ada kericuhan. Mereka melihat ke arah satu sama lain dengan mata curiga, dan mulai merubah posisi mereka. Gudang itu memang kecil, namun tidak cukup kecil sehingga semuanya harus berdempetan. Ada cukup banyak ruang untuk semua orang menghindari kontak dengan yang lainnya.

"Tenang. Jika ada demon yang sampai disini, kami akan membunuh mereka. Selama kalian mengerti darimana kami, itu tidak akan apa-apa". Ketika suasana terlihat santai, Brain menggunakan kesempatan itu dan melanjutkan, "Tapi, jika demon-demon dari luar masuk ke dalam seperti longsor, maka aku tidak bisa menjamin. Jika seorang demon menyusup ke dalam sini, bukankah dia ingin berteriak sekeras-kerasnya jika ada penyusup? Apakah kalian mengerti maksudku dengan membunuh siapapun yang membuat suara? Oh tentu, beberapa dari kalian akan berpikir, 'tapi aku manusia, mengapa kamu membunuhku?' tapi kita semua tidak tahu itu. Jadi untuk melindungi yang ada disini, siapapun yang membuat suara sehingga menarik perhatian para demon akan mati".

Sekali lagi, Brain mengalirkan nafsu membunuhnya kepada setiap orang dari matanya.

"Kelihatannya kalian mengerti. Pertama, kami sudah mencari beberapa gudang yang kosong. Mengambil pertimbangan dari area yang dikelilingi dinding api, meskipun jika ini adalah distrik pergudangan, seharusnya ada puluhan ribu orang disini. Karena hanya ada tiga ratus disini, itu artinya seharusnya ada setidaknya tiga puluh tiga gudang seperti ini, ya kan?"

Brain mengambil nafas dalam-dalam.

"Jadi itu masalahnya. Mengapa kami tidak menemukan siapapun selain dari kalian? Mungkin saja hanya apes. Lagipula, kami menghindari area-area dimana para demon waspada. Tapi... apa kalian kira siapapun bisa menerima itu? Kelihatannya mereka sudah dipindahkan dari distrik pergudangan ke tempat lain. Jangan panik! Kami tidak tahu dimana mereka. Tapi dimanapun para demon itu memindahkan mereka tidak mungkin bagus."

Mereka yang mengerti mengangkat tangan mereka, dan ada juga suara isak tangis.

"Dan kalian semua dijadwalkan dibawa oleh para demon. Itu artinya sekarang, kalian telah menghindari nasib buruk. Tapi ingatlah, kita masih ada di dalam teritori demon. Jika kalian tidak berhati-hati dan tidak bergerak dengan cepat dan tanpa suara, kalian bisa terbunuh ketika kabur. Hey, kamu, kelihatannya kamu punya pertanyaan. Aku perbolehkan kamu bicara."

Pria yang ditunjuk oleh katana itu bertanya dengan suara kecil dan ketakutan.

"Bagaimana jika kami tetap disini?"

"Maka kamu akan dibawa oleh mereka. Dan itu akan dilakukan oleh mereka yang kamu tahu dengan benar adalah demon, ke tempat dimanapun neraka asal demon-demon ini datangnya."

"Aku-"

Brain menatap tajam ke arah dirinya. Dan dan wanita yang mengangkat suaranya menjadi langsung terputus.

"Aku perbolehkan kamu bicara."

"...Anakku hanya tiga tahun. Jika aku diam disini, dan pergi ke tempat yang sama dengannya..."

"Yang benar saja. Aku tidak tertarik membantu siapapun yang tidak ingin lari. Tapi dia ini berbeda. Asal tahu saja, jika anakmu dibawa ke gudang lain, ada kemungkinan dia akan diselamatkan oleh tim lain. Jika kamu ingin mengabaikan itu dan tetap tinggal, maka aku tidak akan menghentikanmu. Seorang anak tanpa mamanya bisa hidup sendiri, namun aku tak pernah melihat siapapun merawat anak mereka hingga seperti ini."

Brain bicara dengan suara dingin kepada penduduk yang berkecil hati.

"Kalau begitu aku akan mengatakannya sekali lagi. Jika kamu tetap disini, kamu akan dibawah oleh para demon. Jika kamu bisa menerima ini dan ingin tetap tinggal, aku tidak akan menghentikanmu. Lagipula ketika kalian meninggalkan gudang ini, ada peluang kalian mungkin bisa terbunuh dalam serangan demon ketika kabur."

Climb harus menyela disini. Karena Brain sudah berkata sebanyak ini, itu diperlukan.

"Namun, kami akan melindungi siapapun yang ingin kabur."

"Aku tidak suka hal-hal yang menyusahkan, namun aku melakukannya karena knight dari Renner. Jadi aku akan melindungi kalian semua. Kita akan segera bergerak keluar dalam beberapa menit. Tetap disini atau pergi adalah pilihanmu. Jika kamu ingin mendiskusikan kebebasanmu dengan lirih, itu juga pilihanmu. Lakukan sesukamu."

Tidak ada diskusi. Ini karena mereka tidak tenang karena mungkin saja tetangga mereka adalah demon namun karena banyak dari mereka yang berharap saudara mereka akan diselamatkan oleh tim lain sehingga mereka akan berkumpul.

Seharusnya tidak ada tim lain. Kami sudah memeriksa banyak gudang, dan hanya beberapa saja yang tidak kosong.

Brain memutuskan untuk tidak terlalu banyak memikirkan masalah ini, namun menggenggam pedangnya dan menatap dengan tajam kepada para tawanan, memastikan tidak ada dari mereka yang membuat terlalu banyak suara. Climb berjalan ke arah Brain, dan berbicara lirih.

"Terima kasih, Brain-san. Anda telah melakukan apa yang tidak bisa kulakukan sendiri."

"Jangan khawatir dengan hal itu, semua omong kosong ini adalah hal yang tidak bisa orang sepertimu, yang melayani Renner, katakan. Namun bagi seorang pasukan bayaran sepertiku, seharusnya tidak menyebabkan masalah apapun di masa depan. Anggap saja aku seperti cambuk."

"Meskipun begitu, aku masih berterima kasih."

"Akan menyusahkan jika kita terperangkap dalam lingkaran tanpa akhir. aku paham, aku terima rasa terima kasihmu. Hm? Orang itu kembali."

Thief tersebut masuk ke dalam pandangan Brain. Dia seharusnya sedang berjaga di luar dan tetap disana. Karena dia tidak kembali dengan tergesa-gesa, itu artinya ini bukan situasi gawat.

"Apa yang terjadi?"

"Ah, tidak, Unglaus-san. Para demon kelihatannya masih belum kembali. Namun seperti yang kamu katakan, hanya masalah waktu saja."

"Memang begitu. Siapa yang tahu, ini mungkin adalah tujuan terakhir mereka. Apakah kamu mengamati sekeliling di luar sana? Gempa bumi apa tadi barusan?"

"Aku tidak tahu. Mungkin tanahnya runtuh dan para demon datang merangkak keluar dari tanah?"

"Jangan berkata seperti itu, itu adalah skenario terburuk..."

"Maaf, maaf, Climb-kun."

"Kalau begitu, mari kita bersiap untuk bergerak."

Saat Brain akan memberikan perinta kepada para penduduk, ada sebuah suara seperti sesuatu yang mendarat di luar gudang.

Gudang tersebut langsung menjadi hening. Thief langsung menempel di dekat pintu untuk memeriksa dengan teliti keadaan di luar. Tangannya mulai bergerak memberikan tanda. Tanda itu memiliki arti yang dimengerti ketiganya dengan 'demon'. Setelah itu, dia memberi tanda lagi, 'yang kuat'.

Climb dan Brain bertukar tatapan. Lalu mereka bergerak tanpa suara ke arah thief tersebut berada.

Mereka melihat seorang demon di luar. Benar-benar berbeda dari yang sebelumnya mereka temui. Demon tersebut memberikan perasaan kekuatan yang luar biasa.

Tubuhnya memiliki tinggi hampir tiga meter, dan memiliki sayap kelelawar di punggungnya. Kepalanya tengkorak kambing, dan di tangannya menggenggam palu besar.

Demon tersebut memalingkan tatapannya ke arah gudang, dan kelompok Climb yang bersembunyi merasakan tatapannya kepada mereka. Apakah demon itu menggunakan magic yang bisa merasakan mereka? Dia pasti sedang menunggu Climb dkk menunjukkan diri.

"Dia kelihatannya benar-benar kuat...."

"Tidak diragukan lagi."

Brain bergumam, lalu thief itu menjawab. Climb menganggukkan kepalanya setuju.

Climb menatap Brain tanpa suara. Dia telah membuat marah Brain ketika bertemu dengan Shalltear. Oleh karena itu, jika Brain bilang kepada Climb untuk kabur, Climb benar-benar berniat untuk mematuhinya.

"....Climb, bertarunglah bersamaku."

"Ya!"

Climb menjawab dengan suara yang lembut namun bersungguh-sungguh.

"Apakah nantinya tidak apa?"

"Ah, lihat saja dia. Dia pasti lari dari sebuah pertarungan. Dia diselimuti oleh banyak luka. Jika dia tidak terluka, aku rasa kita semua tidak akan bisa mengalahkannya. Namun sekarang, jika kita bisa merangsek ke arahnya bergantian, kita mungkin bisa menang dalam sekali serang."

"Aku mengandalkanu," Brain berkata saat dia menepuk bahu Climb.

Climb menganggukkan kepalanya dengan semangat, lalu mengaktifkan kekuatan cincinnya. Cincin ini, dibuat oleh Dragon Lords dengan menggunakan Wild Magic, mengandung sebuah mantra yang bisa sementara meningkatkan kekuatan seorang warrior. Jika pria terkuat di Kingdom Gazef Stronoff menggunakannya, dia bisa melangkah ke ranah para pahlawan, namun Climb belum tiba di situ. Meskipun dikombinasikan dengan martial art miliknya [Limit Breaker - Mind], dia bahkan tidak bisa menyentuh bagian bawah dari kaki Brain. namun, masih bisa memberikan kekuatan yang setara dengan petualang dengan peringkat mythrill kepada Climb.

"Baiklah, ayo pergi."

Brain yang memimpin, dihentikan oleh thief tersebut.

"Unglaus-san-"

"Bukankah kamu seharusnya memanggilku Brain? Kamu lebih tua dariku, memanggilku dengan tambahan -san atau apalah membuatku tidak nyaman."

"...Kalau begitu, Brain. Apa yang harus kulakukan?"

"Tetap disini saja, Lockmeyer. Dia mungkin saja hanya umpan."

"...Aku akan datang membantuk jika kamu dalam bahaya."

"Kalau begitu aku akan mengandalkanmu. Ayo, Climb-kun. Meskipun kamu mungkin sudah tahu sekarang... jangan merasa tinggi hati."

"Yes Sir!"


Bulan Api Bawah (Bulan ke 9), Hari ke 5, 04:03

"Kuh!"

Evileye mendengus saat dia menerima serangan pada perutnya. Meskipun biasanya dia tidak sensitif dengan luka, indera perasanya dari saat dia masih menjadi manusia belum sepenuhnya hilang. Jika dia menyerang, dia pasti akan merasakannya.

Dalam sesaat jendela konsentrasinya buyar, Evileye menerima pukulan lagi dari Alpha.

Tenaga ledakan dari pukulan itu membuat Evileye memuntahkan udara, dan mengirimnya terbang.

Tujuan Evil adalah untuk mengulur pertempuran ini. Oleh karena itu, dia tidak bisa menggunakan strategi untuk mengkonversi luka fisik ke pengurangan mana. Tanpa mana, Evileye tidak akan mampu bertarung. Itu artinya dia harus mengeluarkan HP dan Mana sebanding.

Tubuhnya yang berlumuran lumpur diseret oleh mantra 'Flight' di udara.

Saat itu, Evileye melihat Nabe, yang terbang karena terpukul oleh lawannya.

Dia juga sudah terlihat seakan terluka sangat parah. Evileye melayang ke arah Nabe. Lawannya tidak mengikuti - apakah mereka sedang menunggu kami bergabung sebelum membunuh kami bersama-sama.

"Oh, kamu toh."

Evileye berencana untuk membantuk Nabe yang roboh, namun dia langsung kembali berdiri dan bicara dengan nada yang dingin.

Meskipun tubuhnya yang tertutupi oleh luka terlihat seakan dia sudah bertarung mati-matian, kelihatannya ada yang salah dengan dirinya. Tidak ada rasa takut akan mati, atau lebih tepatnya, dia percaya jika Momon bisa mengalahkan Jaldabaoth sebelum dia mati.

Aku juga sama, pikir Evileye.

"Apa kamu masih bisa bertarung?"

"Tentu saja. Tidak masalah."

Itu adalah pertanyaan yang bodoh.

Ngomong-ngomong... wanita ini juga melebihi manusia biasa. Jangan-jangan dia juga adalah keturunan dewa?

Dia mengalami berbagai macam luka dan pakaiannya juga sudah ternoda oleh darah, namun tidak ada luka yang fatal. Dari yang dia tahu, Evileye mungkin jauh lebih besar lukanya.

Dibandingkan dengan Evileye yang memiliki dua lawan, mampu melawan sebaik ini melawan tiga musuh... meskipun Evileye benci mengakuinya, dia harus mengakui jika Nabe lebih baik darinya.

"Kamu terlihat sangat berantakan."

"Tidak juga."

Evileye tertawa dengan balasan yang dia berikan, yang mana sangat cocok sekali dengan Nabe.

Meskipun topeng menutupi ekspresi Evileye, Nabe masih bisa merasakan bahwa suasananya sudah berubah, dan rasa terkejut muncul di wajahnya.

"Tidak, aku sedang berpikir bahwa balasan yang kamu berikan memang pantas sekali denganmu."

"...Benarkah, Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang?"

"Apa yang bisa kita lakukan? Bagaimana kita bisa mengulur pertarungan ini?"

Evileye memalingkan pandangan tajamnya ke arah lima lawan itu. Selain dari maid insect yang nafsu membunuhnya seperti menusuk Evileye layaknya sebuah tombak, yang lainnya tidak memancarkan sikap memusuhi sama sekali, meskipun dari sikap mereka terlihat sangat percaya diri jika bisa membunuh mereka berdua dengan mudah.

"Lawanmu juga ada disana."

"Kelihatannya kita sudah kehabisan pilihan. Jika jumlahnya sama mungkin kita bisa memiliki peluang untuk menang. Namun jika mereka memiliki level yang sama dengan kita dan jauh lebih banyak, maka kita pasti akan kalah."

"Bagaimana kalau lari? Jika kamu berputar dan kabur, mereka mungkin tidak akan mengejar."

"Jika kamu ingin melakukannya, aku akan melindungimu dari belakang."

Rasa tidak puas membuat wajah Nabe menjadi tidak karuan pertama kalinya. Meskipun dia membuat wajah sinis, tidak mengurangi kecantikannya sama sekali, Evileye terpikir rasa kagum yang terlihat bukan pada tempatnya bagi seorang rival.

Tiba-tiba, seseorang terlempar ke udara saat bangunan roboh. Dia terpantul beberapa kali di tanah, bergulung-gulung sebelum berhenti.

Evileye tidak perlu bernafas, namun dia masih menahan nafasnya.

Untuk sesaat, dia mengira mungkin itu adalah Momon yang terlempar, namun ternyata bukan. Itu adalah Jaldabaoth.

Melihat Jaldabaoth yang tidak bisa berdiri tegap di kakinya. Evileye merasa senang. Jelas sekali siapa yang sudah melukainya seburuk ini dan memukulnya hingga mundur jauh.

Pandangan Evileye terarah kepada warrior yang menjadi tempat asal tubuh yang terbang tadi.

Armor hitam legam terluka berat, membuatnya jelas sekali seberapa kuat duel mereka tadi. Meskipun begitu, pria yang berdiri di sana sedikitpun tidak goncang, menunjukkan keunggulan yang jelas dari Momon dibandingkan dengan Jaldabaoth, yang berusaha berdiri.

Tubuh Evileye dipenuhi kegembiraan, dan dia mengepalkan tangannya erat-erat.

Momon perlahan menurunkan pedangnya, dan berbicara kepada Jaldabaoth yang sedang bangkit.

"Yah, tadi memang menyenangkan. Bagaimana aku mengatakannya... rasanya nyata sekali. Aku bisa merasakan diriku benar-benar bertempur denganmu. jadi ini rasanya menjadi baris depan.. di masa lalu, aku terbiasa mengungguli seluruh lawanku dalam pertarungan jarak dekat, jadi aku tidak merasakan apapun, namun sekarang rasanya aku seperti seseorang yang mengamuk. jadi, mengeluarkan seluruh kekuatanmu seharusnya tidak masalah bagimu, ya kan?"

Berkata kepada lawan untuk menggunakan kekuatan mereka adalah hinaan yang sangat rendah. Setelah dipikir-pikir, Evileye menggelengkan kepalanya. Mungkin ini adalah hasrat sebenarnya dari Momon.

Seorang pria yang kuat seperti Momon jarang sekali memiliki kesempatan untuk habis-habisan. Kebanyakan lawannya akan dihabisi sebelum dia serius. Seorang pria sepertinya akan sangat senang jika dia memiliki peluang menghadapi seorang lawan yang membutuhkan kekuatan penuhnya.

"Kalau begitu, biarkan aku melakukannya."

Jaldabaoth mungkin mengerti hinaan itu, jadi dia membalasnya dengan sikap sopan yang kasar dan berlebihan.

Saat Evileye melihatnya, Evileye dipenuhi dengan kebanggaan jika dia memahami Momon jauh lebih baik daripada Jaldabaoth.

"Kalau begitu, aku akan datang kepadamu dengan serius."

"Keluarkan semuanya, Jaldabaoth."

Dengan kalimat itu sebagai pertanda, dua orang itu saling beradu kekuatan di tengah-tengah kota.

Baku hantam dari mereka berdua seperti sebuah ingatan yang diputar kembali saat dia pertama kalinya bertemu dengan Momon. Kecepatannya yang tinggi, serangannya yang beruntun semuanya dipentalkan dengan cakar yang memanjang. Karena cakar-cakar itu bisa menyeimbangi pedang besar, kekerasan dari cakar-cakar itu pasti jauh di luar pengertian manusia.

Momon melompat ke belakang membentuk lengkungan yang besar dan tinggi. Tenaga lompatannya membuat Evileye berpikir mungkin saja Momon menggunakan mantra 'Flight'. Saat sudut pandang Evileye terhalang oleh pedang Momon yang memutar, dia melihatnya membuat sebuah tombak entah dari mana, di sudut mata Evileye.

Itu adalah sebuah tombak merah tua dengan ujung seperti topan api. Momon melemparkannya kepada Jaldabaoth. Sangat cepat sehingga yang dia lihat hanyalah jejak merah tua yang tertinggi di matanya saat tombak itu menuju ke arah Jaldabaoth.

"[Aspect of the Demon: Hellfire Mantle]"

Saat tombak itu terkena, sebuah api yang meraung-raung terbakar dari tanah, dan sebuah shockwave yang besar mengalir dari Jaldabaoth.

"Kuh!"

Agar tidak terlempar oleh pergerakan udara raksasa, Evileye merunduk dan mencoba untuk menahan badai tersebut. Sayangnya, karena dia sedang memakai topeng, dia mampu membuat matanya tetap terbuka saat badai.

Melihat ke depan, dia melihat Momon yang mengangkat pedangnya, berdiri tegak tak tergoyahkan di dalam angin yang bertiup dengan liar. Lalu, seakan ingin membelah udara menjadi dua pula. Dia merangsek ke arah Jaldabaoth sekali lagi.

Jaldabaoth bersiap menerima serangan, tubuhnya dilingkari oleh api, dan tombak yang tadi menancap di tanah sekitar kakinya.

Saat Momon mengayunkan pedangnya ke arah Jaldabaoth, dia menangkap pedang itu dengan kedua tangan. Asap keluar dari telapak tangannya, dan logam di antara jari-jarinya mulai meleleh.

"Jadi, kamu bisa melelehkan senjata seperti ini... kemampuannya semakin kuat."

Karena itu adalah pedang yang sangat disukai oleh Momon, seorang petualang dengan kaliber tertinggi, pasti terbuat dari material yang memang menakjubkan.

Tapi itu tidak penting. Apa yang penting adalah Jaldabaoth bisa mengeluarkan ludah api yang bisa melelehkan baja, dan Momon masih bisa bicara dengan santainya kepada Jaldabaoth meskipun sudah terlalu dekat dengan api yang mematikan.

"-Mereka berdua ini memang menakjubkan."

Evileye ketakutan. Dia sudah tahu seberapa kuat mereka berdua, namun tubuhnya masih gemetar tidak karuan.

"Seperti yang kamu duga. Damage tipe api diperkuat oleh kemampuan spesial."

Dengan pengamatan yang lebih dekat, api yang melingkari Jaldabaoth memiliki kecenderungan warna hitam.

"Hellfire (Api Neraka), ya kan?"

"Tepat. Meskipun makhluk yang memiliki pelindung kebal dari api tidak akan bisa lepas tanpa terluka, bukankah begitu?"

Untuk pertama kalinya dalam pertarungan mereka, Momon mengambil selangkah mundur, namun Jaldabaoth tidak mengizinkannya.

Kali ini giliran Jaldabaoth yang mengurangi jarak, meluncurkan pukulan yang tiba-tiba ke arah Momon. Serangan itu bisa menebas manusia dalam sekejap, namun Momon menahan semuanya dengan pedang raksasa miliknya.

Sambil bertarung dalam jarak dekat yang perlahan melelehkan armornya, Momon sekali lagi mengulurkan tangan ke ruang kosong dan menarik sebuah senjata aneh.

"[Frost Pain Modified - Icy Burst]!"

Sebuah gelombang udara yang dingin bergerak mengalir keluar dari senjata tersebut, membuat suhu udara di sekitar menurun tajam. Meskipun kelihatannya hawa dingin itu bahkan bisa membekukan api, hellfire milik Jaldabaoth lebih panas dari api biasa. Tetap saja, untuk sesaat, panas itu bisa ditekan.

Rasa terkejut Jaldabaoth tiba di telinga Evileye.

"Apa itu? Seperti tombak yang tadi."

"Karena aku tidak bisa menggunakan magic, aku menutupinya dengan senjata elemental. Meskipun ini adalah sebuah copy dari Frost Pain yang dibuat dari sebuah percobaan... yah, aku seharusnya mempertimbangkan diriku beruntung ternyata lebih kuat dari yang asli. Alat ini bisa membuat menggunakan mantra tingkat tinggi hingga tiga kali sehari, namun tanpa kemampuan spesial untuk memperkuatnya, seharusnya bukan apa-apa bagimu."

Dialog antara kedunya melebihi hal yang masuk akal.

Mereka seharusnya masuk dalam baku hantam yang mati-matian, namun suasananya seperti mereka sedang saling memastikan kekuatan satu sama lain di dalam sikap yang santai dan ringan.

Evileye teringat suatu hal yang pernah dikatakan oleh Gagaran. Ketika para warrior mempertaruhkan nyawa mereka, suatu ketika mereka akan bisa memahami sepenunya pemikiran dari lawan mereka, dan itu akan menciptaan sebuah perasaan seakan mereka adalah teman dekat yang saling mengenal satu sama lain untuk sekian lama.

Saat itu, dia penasaran apa yang sedang dibicarakan Gagaran. Namun sekarang-

"Mungkin dia ada benarnya juga."

Evileye mulai iri dengan kedekatan mereka.

Pria dengan armor hitam legam, yang sudah kehilangan kilauannya karena permukaannya yang meleleh, dan demon yang memakai tuxedo yang diiris-iris oleh banyak tebasan pedang.

Dua orang yang saling berduel dan masuk dalam domain yang jauh dari genggaman manusia itu terlihat seperti teman lama bagi Evileye.

"Kekuatanmu yang besar memang tidak ada bandingannya."

"Memang benar, begitu juga denganmu, Jaldabaoth."

"Kalau begitu, bolehkah aku membuat penawaran?"

Momon mengangkat dagunya ke arah Jaldabaoth, seakan berkata kepadanya untuk meneruskan.

"Jika aku mundur dari pertempuran ini dan menyerahkan kemenangannya kepadamu, mungkin kita bisa mengambil langkah mundur dari tepi jurang? Atau lebih tepatnya, aku akan mundur sendiri dari insiden ini, dan aku harap kamu juga mau untuk mengikutinya."

"Apa kamu bercanda!"

Teriakan Evileye dipenuhi oleh emosi yang kuat. Untuk seseorang yang memenuhi ibukota dengan begitu banyak kegemparan dan kematian, sebuah permintaan ampunan dan belas kasihan tidak lebih dari hal yang memalukan.

Namun, sebuah suara tenang menerima penawaran Jaldabaoth.

"Baiklah."

Dibalik topengnya, Evileye menatap dengan mata yang melotot ke arah Momon. Dia tidak mengerti mengapa Momon, yang berada pada posisi yang lebih unggul, menerima syarat Jaldabaoth.

Merasakan kebingungan dari Evileye, Demiurge mengangkat bahunya. Sebesar apapun dia membencinya dia harus mengakui, Jaldabaoth terlihat sangat bergaya ketika melakukannya.

"Membuatku bingung mengapa Momon-san membawa serta wanita yang tak punya otak sepertimu. Dipikir sejenak seharusnya bisa tahu mengapa Momon-san menerima penawaranku."

Mengalihkan perhatiannya ke arah Evileye, Jaldabaoth lalu melanjutkan bicaranya.

"Untuk membawa Momon-san kemari, dan menjaga yang lainnya ikut campur dengan pertempuran kami, kamu membuat banyak teman dan sekutu bertarung, ya kan? Apakah kamu benar-benar berpikir mereka cukup mampu menahan para demon yang merangsek masuk ke dalam konflik?"

Evileye merasa seakan dia ditusuk tulang belakangnya dengan sebuah air beku yang tajam.

"Pasukan demon selalu menunggu peluang untuk menyerang ibukota."

Itu adalah skenario terburuk.

Meskipun Marquis Raeven sedang berpatroli di dalam ibukota dengan pasukannya, sejujurnya Evileye tidak percaya dia bisa menangani seluruh demon yang dimiliki oleh Jaldabaoth. Kesimpulan yang sama akan menunggu jika para demon mulai mengambil tawanan dari seluruh kota.

Namun jika mereka mengalahkan Jaldabaoth disini-

"Meskipun kamu membunuhku, apakah kamu kira mereka akan menghilang? Aku bisa saja memberikan sebuah perintah batin dan gerombolan bawahanku akan mulai mengamuk di seluruh penjuru kota. Memang benar, jumlah mereka akan menurun nantinya... tapi seberapa banyak korban yang mereka sebabkan saat kalian sudah berhasil membunuh mereka semua?"

"Namun, bagaimana kami bisa tahu kamu akan menepati janjimu?"

Jika Jaldabaoth terus bertarung dengan Momon, dia tidak ada jaminan menang. Oleh karena itu, mengapa tidak menarik mundur seluruh pasukannya dan memohon untuk tidak mengikuti? Jika tidak - yah, lalu jika dia mati, dia akan membawa semua orang bersamanya. Melihat hal seperti itu.

Namun, dengan populasi ibukota sebagai sandera, keadaan mereka tidaklah sama.

Itu benar-benar penawaran yang manipulatif dan licik.

Ternyata begitu, pikir Evileye, pendapatnya terhadap Momon naik lebih tinggi lagi. Dia harus menerima penawaran Jaldabaoth dengan enggan karena dia sudah melihat perkembangan semua ini ke depannya. Memang benar, dia tidak punya pilihan lain.

"Kalau begitu, karena orang luar ini juga menerimanya, Aku akan mulai menarik mundur, meskipun sayang sekali aku tidak bisa mendapatkan tujuanku. Aku berdoa kita takkan pernah bertemu lagi."

"Aku juga sama, Jaldabaoth."

Jaldabaoth tersenyum dibalik topengnya, lalu dia mengumpulkan para maid di sana sebelum mereka menghilang via 'Greater Teleport'.

"Mereka sudah hilang..."

Evileye melayang di langit, matanya melihat ke arah dimana dinding api berada. Tak ada yang bersisa; hanya ada sedikit potongan yang masih menyala di langit malam.

Kelambu kericuhan sudah ditarik. Namun apa yang dihasilkan dari persembahan hari ini?

Fakta yang tersisa bahwa Jaldabaoth masih ada, seorang demon dengan kekuatan yang melebihi Demon God sejauh ini. Dan di seberangnya berdiri Momon, seorang warrior yang memiliki peringkat tinggi. Apa jadinya dunia ini jika dua orang ketika kabar sudah tersebar, dan bagaimana dunia akan berubah setelahnya?

Evileye menggelengkan kepalanya untuk membuyarkan pemikiran yang sudah tercampur menjadi sebuah tumpukan besar di dalamnya. Dia akan mempertimbangkan ini perlahan, di masa depan.

Ada sesuatu yang lebih penting dari ini. Evileye mendarat di tanah dan membuka lengannya.

"Uwaaaaaaaaaaahh!"

Dengan teriakan gembira, Evileye akhirnya berlari. Meskipun durasi mantra 'Flight' miliknya belum berakhir, ini adalah situasi yang membutuhkan berlari.

Evileye berlari ke arah Momon. Mungkin karena terkejut, Momon mengambil sikap bersiap dengan pedangnya. Mengabaikan hal ini, Evileye melompat ke udara kearahnya. Karena Evileye berlari dengan ayunan penuh, rasanya dia seperti telah membentur sebuah dinding. Namun karena fisiologi vampirik dan ketahanannya, tak ada luka yang diterima.

Dan begitulah, Evileye memeluk dan menangkap Momon.

"Anda berhasil! Anda menang! Seperti yang kuduga dari Momon-sama!"

"Aku....uh....maukah kamu, aku minta sedikit jarak disini."

Momon bicara dengan kalem kepada Evileye, yang sedang memeluknya seperti seekor Koala. Mungkin Momon merasa malu.

Aku menang selama aku memeluknya.

Evileye membelokkan hal remeh yang dia pernah dengar di masa lalu. Beberapa orang pria akan menggunakan anggota dari lawan jenis untuk melunturkan tekanan setelah pertempuran. Dia berharap Momon adalah orang seperti itu, dan dia akan memilihnya untuk tugas itu.

Evileye melirik Nabel yang sedang menatapnya.

Gadis pertama menang.

Meskipun Evileye menempelkan tubuhnya yang lunak ke arah Momon, karena armornya dia mungkin tidak merasakan apapun, dan jika dia membenturkan luka, akan sakit.

"Ah.. maafkan aku, Nabe, pegang pedangku."

Menyadari jika ini membuang-buang kekuatannya, Evileye melepaskannya, terjatuh dari pohon yaitu Momon.

Yah, memang benar. Aku seharusnya mengawasi peluang bagus lain kali. Sekarang setelah Jaldabaoth telah melihat kekuatan Momon-sama, tidak mungkin dia akan merusak bagiannya. Meskipun begitu, masih ada pertarungan, dan orang-orang dibiarkan menunggu...ah, mengejar hasratku sendiri akan menjadi hal buruk dilihat darimanapun.

Pertempuran di ibukota juga berakhir.

Namun pertempuran dirinya sebagai seorang wanita baru saja mulai.

Evileye, yang sedang memikirkan langkah selanjutnya, berputar ke arah baja yang berdering.

Di depannya ada sebuah kelompok orang. Mereka adalah sekelompok petualang dan para prajurit dan -

"Apakah itu adalah Kapten Warrior? Dengan orang lainnya?"

Disamping Gazef Stronoff ada Lakyus dan Tina. Gagaran dan Tia juga ada disana. Semuanya diselimuti oleh debu dan kotoran, sebuah bukti ada pertempuran sengit yang telah mereka lakukan untuk bisa sampai kemari. Mereka melihat ke sekeliling daerah akibat dari pertempuran sengit yang sedang terjadi disini, lalu, dengan sebuah nafas yang terhirup, mereka semua melihat ke arah Momon.

Merasakan arti dari isyarat itu, Evileye berbisik kepadanya.

"Momon-sama, pimpin kami ke dalam teriakan kemenangan."

Namun Momon tidak melakukannya. Saat Evileye mulai curiga, dia mendengar sebuah suara yang kecil dan tegas.

"Aku merasa agak malu sekarang."

Reaksi manusia yang mengejutkan dari warrior super membuat Evileye tertawa keras.

Momon menggenggam pedangnya erat-erat dan mengacungkannya ke langit.

"UOOOOOOOOOOOOOHH!"

Selanjutnya, semua yang ada di pusat kota mengangkat tangan mereka ke langit, berteriak merayakan kemenangan mereka. Pada mulut semuanya ada nama Momon, pahlawan yang telah menyelamatkan negara.