Overlord (Indonesia):Volume 6 Chapter 8
Part 1[edit]
Bulan Api Bawah (Bulan ke 9), Hari ke 4, 21:51
Di dalam Kingdom, adalah hal yang biasa pergi tidur ketika matahari telah tenggelam, karena membuat lampu terus menyala itu membutuhkan biaya. Di daerah pedesaan, dimana kebanyakan masyarakatnya masih miskin, kegiatan itu adalah hal yang biasa. Namun, di perkotaan malah sebaliknya dan orang-orang masih aktif seperti binatang malam. Tempat yang dituju oleh Climb sedikit berbeda. Daripada gemerlapan oleh cahaya dan hiruk pikuknya jalanan, itu adalah sebuah lorong yang ditelan oleh kegelapan.
Climb berjalan di sepanjang jalanan yang sepi tanpa lampu satupun. Alasan dia bisa berjalan di jalanan yang gelap berkat 'Helm of Dark Vision' miliknya. Jarak maksimumnya 15 meter, tapi pemandangan dari balik celah dari helm itu seperti tengah hari. Terlebih lagi, tak seperti plate mail yang terbuat dari besi, plate yang terbuat dari mithrill tidak banyak berisik. Kecuali kalau seseorang dengan pendengaran yang luar biasa bagus atau rogue yang sangat ahli mendengarkan dengan teliti, tak ada yang bisa menyadari jika Climb sedang berjalan dengan bersenjata lengkap.
Pengintaian sudah siap.
Mereka melihat target mereka ketika keluar dari lorong. Dinding-dinding yang tinggi mengelilingi lingkaran seakan ingin memisahkan apa yang ada di dalam dengan yang ada di luar. Mirip dengan sebuah benteng atau penjara. Aktifitas ilegal macam apa yang mungkin sedang terjadi disana? Dia memikirkan segala macam aktifitas gelap yang mungkin sedang terjadi di dalam. Lampu magic yang ditempatkan pada masing-masing pintu gagal mengusir kegelapan yang kelihatannya merembes keluar dari bangunan. Dia tidak bisa melihat gedung yang digambarkan di dalam rencana dari luar.
"Itu dia. Tidak salah lagi."
Climb bergumam sambil merangkak untuk menyembunyikan diri, lalu sebuah suara menjawab dari samping dirinya.
"Kelihatannya begitu, pimpinan. Suasananya juga cocok. Saya akan pergi mengintainya."
Itu adalah suara dari salah satu mantan petualang dengan peringkat orichalcum yang memiliki skill kelas rogue. Brain berbicara sebagai gantinya Climb.
"Berhati-hatilah. Ada beberapa warrior yang bisa mendeteksi invisibilitas."
"Tentu saja, lagipula mereka adalah Eight Finger. Aku berencana untuk bertindak seakan jika ada seorang rogue atau magic caster yang sama levelnya. Yah, kalian berdua doakan saja aku berhasil."
Dengan begitu, wujud di sampingnya menghilang. dia tidak bisa mendengar apapun, tapi seorang rugoe dengan kaliber yang mirip mungkin sudah mendengar langkah kaki yang menuju ke arah mansion.
Yang tertinggal hanyalah Climb dan Brain.
Alasan mereka meninggalkan yang lainnya di belakang adalah karena mereka tidak terbiasa bertindak dengan diam-diam. Armor full plate sangat berisik dan akan memberitahukan lokasi mereka. Karena pertarungan bisa terjadi kapanpun, mereka tidak bisa melepas armor itu untuk mendekat pula.
Jadi mereka berdua yang malahan datang.
Keduanya adalah warrior, jadi mereka tidak bisa meniru rogue. Namun, bagi Climb, berkat magic yang diberikan ke armornya dan Brain yang bisa menggunakan martial art di dalam kegelapan, memungkinkan untuk bertindak dalam kegelapan. Mulai dari sini, ini diserahkan kepada yang profesional. Ada sebuah alasan keduanya bisa sedekat ini meskipun berbahaya: Jika rogue itu diketahui, mereka harus memutuskan dengan cepat jika kelompok mereka akan menyerang atau mundur. Sekarang adalah waktunya bagi mereka untuk menunggu dan melihat. Tetap saja, mereka tidak tahu apa yang terjadi di dalam. Saat waktu berlalu, hanya pemikiran negatif yang menggoda mereka.
"Apakah dia akan baik-baik saja?"
Keduanya membalas kekhawatiran Climb.
"Entahlah... tapi kita hanya bisa mempercayakan kepadanya. Lagipula dia adalah mantan petualang dengan peringkat orichalcum."
"Seharusnya begitu. Kurasa dia sudah sangat berpengalaman."
Mereka kehilangan waktu sudah seberapa lama mereka menunggu. Lalu tiba-tiba, Brain menghampiri katananya. Mengikuti sikap Brain, Climb juga melakukan yang sama dengan pedangnya dan mendengar suara panik dari seorang pria di sampingnya.
"Tunggu, tunggu, Ini aku, aku kembali."
Itu adalah rogue yang pergi untuk mengintai.
"Ah, itu kamu. Kamu mendekat tapi tidak melakukan apapun... Apa kamu mau menguji apakah aku benar-benar bisa merasakanmu dengan martial art milikku atau tidak?"
"Yea, maaf tentang hal itu. Untuk menguji Brain Unglaus yang terkenal, itu salahku."
"Tidak apa. Jika situasi kita berbalik, aku mungkin akan melakukan hal yang sama. Bagaimanapun juga, bisakah kamu mengatakan kepadaku bagaimana situasi di dalam?"
Climb bisa merasakan gerakan udara dan merasakan ada yang duduk di sampingnya. Dia melihat ke arah samping dan tidak melihat siapapun, tapi dia bisa merasakan sensasi aneh dari kehadiran seseorang yang samar ada di sana.
"Kelihatannya tempat itu diatur sebagai tempat latihan. Halamannya diatur seperti itu. Aku sedikit melihat melalui bangunan-bangunan yang ada di sana terdapat banyak kamar. Kurasa kita bisa dengan aman mengatakan bahwa ini adalah bangunan yang dimiliki oleh Cabang Keamanan dari Eight Finger. Ada beberapa area dengan penjagaan yang sangat ketat sehingga aku tidak bisa mengambil resiko mendekatinya. Dan juga, ada berita buruk pula, pimpinan."
Nada dari ucapannya merubah mood menjadi suasana yang sangat tegang.
"Ini adalah poin yang terpenting. Ada sel penjara di dalam gedung dan seorang wanita dipenjarakan di sana. Dan juga, ada beberapa orang yang cocok dengan deskripsi dari Six Arm juga berada di dalam sana juga."
Meskipun wanita itu tidak diduga, mereka sudah memperhitungkan kehadiran dari Six Arm. jadi apa masalahnya? Pertanyaan Brain membersihkan rasa penasaran Climb.
"Berapa banyak? Mempertimbangkan ucapanmu yang bilang 'beberapa orang', pasti ada lebih dari satu."
"Ada lima. Karena kita sudah memiliki 'Devil of Illusion', mungkin itu artinya semuanya berkumpul disana."
Dengan kata lain, ini adalah benteng yang tidak dapat ditembus. Lokasi yang paling buruk. Tapi -
"Ini mungkin buruk bagi kita, tapi lebih baik bagi yang lainnya. Jika mereka semua berkumpul di sini, itu artinya lokasi lainnya akan jauh lebih mudah."
Itu adalah hal bagus dalam situasi yang terburuk.
"Kalau begitu apa yang akan kita lakukan pimpinan?"
"Tidak ada yang bisa kita lakukan. Tempat ini tidak mungkin dijatuhkan. Kita akan mundur."
"Apakah itu tidak apa, Climb?"
"Tidak, tidak juga, tapi apakah kita memiliki pilihan? Jika seluruh Six Arm berkumpul di sini, maka ini pasti salah satu dari dua tempat penting dan kita bahkan tidak bisa memeriksa jika itu memang benar. Tapi mempertimbangkan perbedaan dalam kekuatan, itu tidak bisa dielakkan lagi."
"Itu benar." "Kalau begitu apakah aku harus pergi lagi untuk melihat apakah aku bisa mencuri dokumen apapun sebelum mundur?"
"Tidak, itu terlalu berbahaya. Akan lebih baik untuk mundur ketika mereka masih tidak tahu kita ada disini. Bagaimana menurutmu?"
"Yea, aku setuju. Kalau begitu apa yang akan kita lakukan sekarang? Pergi ke lokasi lainnya dan membantu mereka?"
"Itu adalah pilihan yang terbaik. Bisakah kamu memberitahukan kepada yang lainnya yang sedang menunggu? Kita akan menunggu disini dan melihat jika ada siapapun yang datang mengejar kita."
"Kurasa tidak ada salahnya berhati-hati. Aku akan serahkan kepadamu kalau begitu." Rogue yang masih tidak terlihat membuat suara berjalan untuk menenangkan Climb yang menuju ke tempat sisa dari kelompok mereka yang sedang menunggu.
"...Kelihatannya tidak ada seorangpun yang mengejarnya, Climb."
"Kalau begitu mari kita bergabung dengan yang lainnya dan bergerak ke lokasi selanjutnya?"
"Yea- huh? Lihat di sebelah sana, Climb" Ketika dia berbalik, dia bisa melihat seseorang yang dia temui kemarin sedang mendekati bangunan yang mereka amati.
"Itu adalah Sebas-sama? Mengapa dia.."
"...Sulit dipikirkan jika ini adalah kebetulan... Apa yang terjadi? Apakah dia adalah salah satu dari mereka?" "Kurasa bukan itu masalahnya. Aku ragu kamu juga berpikir seperti itu."
"Itu benar. Mungkin jika dia adalah orang yang benar-benar bagus dalam berakting, tapi aku ragu dia orang seperti itu."
"Kita harus memanggilnya-"
Segera setelah berkata demikian, Sebas langsung melihat ke arah mereka berdua. Climb dan Brain yang bersembunyi di dalam bayangan yang agak jauh dari bangunan untuk mengamati bangunan. Mereka tidak mudah diketahui. Mungkin kebetulan saja dia melihat ke arah mereka, tapi Climb tidak berpikir jika itu masalahnya.
Sebas datang dengan langkah yang cepat.
Itu adalah kecepatan yang menakjubkan. Kapanpun mereka berkedip, dia telah melalui jarak yang luar biasa seakan dia berteleportasi. Meskipun dia hanya berjalan biasa saja, dia bergerak dengan kecepatan yang membuat otak menolak untuk mengakuinya. Lalu dia datang ke dalam lorong. Lebih tepatnya, dia hampir melayang di atas kepala mereka berdua yang sedang bersembunyi di pintu masuk lorong.
"Wah. Tak kukira melihat kalian berdua disini, kebetulan sekali. Jadi ada urusan apa kalian disini?"
"Tidak, itu seharusnya yang kami tanyakan kepada anda. kami berencana untuk meluncurkan sebuah serangan ke gedung itu, yang dimiliki oleh Eight Finger."
"...Apakah hanya ada kalian berdua?" "Tidak, ada lebih banak lagi di belakang kami."
Climb bertanya kepada Sebas yang bergumam.
"Apa yang anda lakukan disini, Sebas-sama? Apakah anda memiliki urusan dengan bangungan itu...?"
"Ya, sejujurnya, wanita yang kuceritakan kemarin diculik dan sedang ditawan di dalam bangunan itu. Mereka memanggilku, jadi disinilah aku."
"Begitukah?! Ngomong-ngomong, rekan kami yang mengintai lebih dulu memang bilang ada wanita di sana pula."
"... Dimana dia?"
"Dia seharusnya segera kembali.... Ah, tepat sekali."
Mantan petualang itu kembali dengan invisibilitasnya yang dimatikan. Dia mewaspadai pak tua yang memiliki aura gentleman yang tidak cocok dengan situasinya.
"Ini adalah Sebas-sama. Dia membantu kami menangkap 'Devil of Illusions' kemarin. Dia kelihatannya mengenal wanita yang kamu bicarakan tadi. Dia adalah orang yang bisa kita percayai, jangan khawatir."
Rogue tersebut menganggukkan kepala sebagai tanda paham dan bicara dengan panjang lebar tentang informasi yang dia kumpulkan, dimulai dari si wanita. Sebas bicara dengan suara yang berterima kasih setelah mendengarkan semuanya.
"Begitukah, aku mengerti. Terima kasih, akan lebih mudah menyelamatkannya sekarang."
"Jangan khawatir, pak tua. Ngomong-ngomong, semuanya sudah siap untuk mundur..."
Rogue itu menatap Sebas seakan merasa menyesal karena harus mundur dan meninggalkannya sendirian meskipun tahu ada seseorang yang dikenal Sebas sedang ditawan.
"Sebas-sama. Yang terkuat dari Eight Finger, disebut Six Arm berkumpul disini... Bisakah anda menangani mereka semua?"
Rogue itu mengerutkan dahi dengan pertanyaan Climb. Climb juga mengerti apa yang mungkin dipikirkan Rogue itu. Six Arm adalah musuh yang menyamai petualang dengan peringkat adamantium dalam hal kekuatan. Akan sangat tidak mungkin menang melawan lima orang dari mereka. Namun, mengabaikan keraguan tersebut, Sebas membalas dengan enteng.
"Jika lima orang itu seperti Succulent kemarin, seharusnya tidak ada masalah."
Rogue tersebut berkedip sesaat sebelum mengesampingkan Brain dan Climb lalu bertanya kepada mereka sambil melihat kepada Sebas dengan mata kasihan.
"...Pimpinan, apakah pria itu sudah gila?"
Siapapun yang mendengarkan Sebas tadi pasti akan setuju. Terutama jika mereka tahu kekuatan dari petualang dengan peringkat adamantium. Tapi Climb, yang menyaksikan sendiri kemampuan Sebas, tahu tidak ada hal yang berlebihan dengan statemen itu.
"Tidak, dia memang sekuat itu."
Rogue tersebut melihat ke arah Climb seakan dia sedang melihat ke arah orang gila.
"Brain juga berpikir demikian."
"Apa?! Unglaus, kamu juga?"
Brain tersenyum pahit saat dia mengangguk ke arah Rogue itu.
"Benar sekali. Meskipun jika Gazef dan aku melawannya bersamaan, kami takkan mampu menang."
"A, Apakah itu... Tidak, jika itu benar, itu luar biasa..."
Rogue tersebut masih melihat ke arah Sebas dengan rasa tidak percaya, tapi hanya bisa mempercayai apa yang mereka katakan.
"Jika kita meminta bantuan dari Sebas-sama... mungkin akan merepotkan, tapi bisakah kamu katakan kepada Sebas-sama tentang Six Arm?"
Satu-satunya saat Sebas memecahkan aura gentlemannya adalah ketika dia mendengar julukan dari salah satu Six Arm.
"Apakah kamu bilang 'Undying King' Deibanock.... Itu adalah julukan yang keterlaluan untuk makhluk yang bodoh."
Disamping gumaman itu, pertukaran informasi itu selesai tanpa ada halangan. Climb lalu bertanya.
"Jadi, Sebas-sama.... Apakah mungkin bagi anda untuk membantu kami?"
"Tentu saja. Lagipula aku kemari untuk menyelamatkan Tsuare. Aku akan menangani Six Arm."
"Kalau begitu, Sebas-sama akan merangsek masuk dari depan dan kami akan menyusup secara diam-diam untuk meneyelamatkan Tsuare-san. Maaf sudah menyerahkan seluruh pertarungan kepada anda, Sebas-sama..."
"Tidak apa, itu juga akan menguntungkan bagiku, karena kamu bisa menyelamatkannya sementara mereka teralihkan perhatiannya dan mereka tidak akan bisa menyeret dia melalui rute kabur rahasia."
"Saya mengerti. Saya akan menyelamatkan Tsuare-san tak perduli bagaimana. Kalau begitu anda ingin ditemani siapa? Kurasa bukan ide yang bagus untuk pergi ke dalam dengan semua orang seperti rencana awal..."
"Hmm... Jika kita harus menyusup, akan sebaiknya sehening mungkin. Lalu setelah kita menyelamatkannya, kita mungkin harus bertarung untuk mencari jalan keluar. Jika itu masalahnya..."
Rogue tersebut melihat ke arah Climb dan Brain.
"Jika dia bisa menggunakan magic invisibilitas tanpa batas, akan lain ceritanya... tapi kurasa pergi dengan hanya kita bertiga adalah yang terbaik."
"Apa tidak apa aku pergi bersamamu?"
"Tentu saja, pimpinan. Rekan-rekan warriorku tidak cocok dengan misi penyusupan karena mereka terlalu kaku di dalam armor mereka."
"Aku mengerti, kalau begitu kita akan menyusup dengan orang-orang yang ada disini."
"Akan lebih baik jika magic caster kita bisa memrapalkan magic membatalkan suara, juga... Yah, jika hanya 3 orang, aku akan memintanya untuk merapalkan magic invisibilitas."
"invisibilitas..."
Climb bicara dengan nada khawatir.
"Meskipun semuanya menjadi tidak terlihat, helm milikku bisa mengaktifkan pendeteksian invisibilitas hanya sekali perhari.. tapi bagaimana dengan yang lainnya? Jika semuanya tidak bisa melihat satu sama lain dan tersesat, akan jadi masalah."
"Jangan khawatir Climb, aku punya item magic yang bisa mendeteksi invisibilitas. Meskipun hanya sekali pakai, aku akan baik-baik saja."
"Tidak perlu khawatir denganku. Tidak mungkin aku bisa melewatkan langkah kaki pimpinan dan Unglaus."
"Kalau begitu kita akan baik-baik saja dalam hal komunikasi. Kami akan memberikan sedikit waktu kepada Sebas-sama sebelum menyusup."
"Aku mengandalkanmu."
Climb dan Brain menjadi gugup dengan Sebas, yang merendahkan kepalanya. Mereka tidak melakukan apapun yang layak mendapatkan kehormatan dari orang lain seperti Sebas. Mereka pada dasarnya memanfaatkan dia seperti yang mereka lakukan di rumah bordil kemarin.
"Tidak, kami yang seharusnya berterima kasih. karena kami datang menyerang tempat ini, kami sangat bersyukur anda menangani Six Arm."
"Kalau begitu kelihatannya kita sama."
Mereka tidak menemukan petunjuk negatif apapun dari senyum Sebas. Climb berdiri merasa lega.
"Kalau begitu kami akan mundur dan kembali setelah memakai magic."
Part 2[edit]
Bulan Api Bawah (Bulan ke 9), Hari ke 4, 22:15
Sebas tiba jauh lebih awal dari waktu yang ditentukan pada perkamen. Meskipun dia lebih awal, dia berdiri di depan gerbang.
Itu adalah gerbang dengan style seperti pagar jadi dia bisa melihat apa yang ada di dalam, tapi karena adanya pepohonan, garis pandangannya tak jelas.
"Hmph, kamu datang tepat waktu."
Dengan suara yang serak, seorang pria muncul dari pepohonan. Tentu saja Sebas tahu pria itu ada disana selama ini karena dia sudah mengaktifkan sebuah skill yang bisa mendeteksi seluruh makhluk hidup dengan jarak tertentu. Dia tidak bisa secara fisik melihat mereka, dan karena akan berbahaya jika hanya mengandalkan skill ini saja, dia hanya menggunakannya pada keadaan-keadaan tertentu.
"Sebelah sini. Ikuti aku." Mengikuti petunjuk dari pria itu melalui pintu, Sebas berjalan di jalan kecil menembus taman. Untuk disebut sebagai taman yang dimiliki oleh sebuah organisasi bawah tanah seperti Eight Finger, taman itu tidak memiliki perasaan yang suram. Pepohonan dipangkas dengan bersih dan dia bisa mengetahui mereka pasti memiliki tukang kebun dalam jumlah yang cukup. Mengikuti jalan kecil itu, ada lapangan yang luas yang mirip dengan tempat latihan. Ada sekitar 30 orang, kebanyakan adalah wanita dan hanya beberapa wanita, yang semuanya tersenyum. Itu adalah senyum yang dikeluarkan oleh mereka yang terbiasa dengan kekerasan yang tidak pernah membayangkan diri mereka kalah. Sebas melihat ke sekeliling tanah lapang itu. Dia tidak bisa menemukan siapapun yang bisa memberinya tantangan yang tepat tapi dia menemukan Six Arm yang pernah dia dengar dari rekan Climb.
Klik Untuk Membesarkan
Satu orang memakai jubah bertudung. Berwarna hitam dan di ujungnya dijahit dengan benang merah seakan meniru api. Dia tidak bisa melihat apa yang ada di dalam tudungnya, tapi dari aura itu kelihatannya bukan makhluk hidup. Julukan "Undying" bukanlah semacam permainan kata, tapi karena itu adalah seorang undead.
Wanita yang sendirian diantara Six Arm berpakaian sutra tipis. Dia memiliki gelang dalam jumlah banyak pada pergelangan tangan dan kaki sehingga mereka membuat suara logam setiap kali dia bergerak. Pada pinggangnya menggantung enam Scimitar. Pria di sampingnya cukup mencolok. Dia berpakaian seperti seorang matador dan memegang sebuah Rapier yang mata pedangnya terlihat seperti muncul dari sebuah mawar. Aromanya bahkan mirip dengan mawar.
Pria terakhir diselimuti oleh armor full plate yang tidak luar biasa dan memegang pedangnya di dalam sarung. Total ada empat orang - pemimpin mereka, Zero, tidak terlihat. Mungkin dia sedang menunggu gilirannya di tempat lain. Ketika empat orang itu melangkah maju, bawahan mereka bergerak mengelilingi Sebas.
"Pak tua, aku dengar kamu sangat kuat. Kamu mengalahkan mereka semua hanya dengan sekali serangan?"
"Kami harus mengamankan tempat kami di dalam Eight Finger dengan hanya skill saja. Akan sangat berbahaya bagi kami jika kalah disini. Succulent? Dia hanya seorang idiot yang kalah di depan cabang Perdagangan budak, meskipun cabang itu sekarang sudah jatuh."
"Jadi aku pertanyaan untukmu. Succulent bilang dia kalah dari Brain Unglaus, tapi apakah dia benar-benar dikalahkan olehmu dan hanya tidak mau mengakuinya?"
"Yah, aku tak pernah bertarung dengannya secara langsung. Aku hanya bertukar sapaan dengannya di dalam mansion dan dia sudah pingsan ketika aku bertemu dengannya setelah itu."
"Yah, kurasa memang wajar jika dia kalah. Jika lawannya adalah Brain Unglaus yang terkenal, tidak mungkin dia bisa menang."
"Terutama jika dia sudah menjadi lebih kuat dari sejak pertama dia duel dengan level yang setara dengan Gazef Stronoff, kekalahan Succulent adalah hal yang wajar."
"Tapi itu bukan hal yang bisa dimaafkan. Kami akan menangani Unglaus dan bawahan si putri brengsek itu nantinya. Tapi kamu pak tua, yang telah memicu seluruh hal menjengkelkan ini, kamu akan mati dulu."
"Kami akan mengancurkanmu. Jika kami tidak bisa melakukannya, kami akan berada pada titik buruk." "Lihat di sebelah sana."
Six Arm bicara satu demi satu dan menunjuk ke arah lantai tiga dari gedung itu.
"Ada beberapa orang dengan pengkat tinggi di sebelah sana. Mereka berkumpul untuk melihat kami membunuhmu pelan-pelan dan indah."
"Apakah orang yang disebut Zero ada disana pula?"
"Yah, mungkin saja."
Keempatnya tersenyum mengejek seakan mereka sedang melihat yang lemah. Sebas menunjuk ke arah gedung itu lalu menurunkan lengannya. Six Arm bertanya-tanya apa yang dia lakukan.
"Apa itu? Kamu cari perkara ya?"
"Jangan khawatir dengan itu. Jadi, dimana dia?"
"Siapa yang kamu maksud?"
Balasan yang datang dengan sebuah senyuman itu benar-benar merendahkan Sebas. Sebas membalas dengan keras.
"Dia adalah wanita yang kalian culik dari mansion, Tsuare."
"Bagaimana kalau aku bilang aku sudah membunuhnya?"
"Apakah kalian benar-benar sebaik itu?"
"Hahaha! Jawaban yang benar. Kami tidak sebaik itu. Dia akan menjadi hadiah untuk Cocco Doll. Kami akan membungkusnya dengan baik dan ketat."
"Ternyata begitu...."
Sebas merasa salah satu dari keempat orang itu tiba-tiba melihat ke arah suatu tempat di dalam gedung tersebut. Satu-satunya hal yang menjadi masalah adalah jika itu bukan tempat dimana Tsuare yang sebelumnya diberitahu oleh rekan Climb. Meskipun begitu, dia hanya perlu memastikan setelah ini.
"Karena semuanya sudah berkumpul disini, majulah kalian sekaligus. Akan membuang-buang waktu saja dan menjengkelkan jika Zero kabur."
"...Pak Tua ini tidak basa basi."
"Apakah kamu sepercaya diri itu bisa dengan mudah menangani para bawahan? Kelihatannya kamu tak pernah bertemu lawan yang benar-benar tangguh."
"Itu memang kalimat yang bijak. Aku berharap untuk mengembalikan kalimat itu kepada kalian... tapi boleh aku tanya sesuatu? Mengapa kalian berpikir jika aku lebih lemah dari Brain?"
"Pertanyaan yang bodoh. Ketika kamu sudah bisa menjadi sekuat kami, kamu akan bisa merasakan seberapa kuat lawanmu. Dan kamu, pak tua, tak ada apa-apanya bagi kami." Dengan pengecualian Deibanock, dua orang lainnya setuju.
"Begitukah..."
Sebas hanya bisa memperkirakan kekuatan musuh dari Ki milik mereka, tapi sulit memperkirakan kekuatan seseorang ketika disembunyikan oleh skill atau magic.
"Jadi kami akan memberimu peluang. Kami akan melawanmu satu demi satu, jadi-"
"-Aku sangat kuat."
Sebas memberikan isyarat kepada mereka untuk segera datang kepadanya.
"Seperti yang kubilang sebelumnya, jangan melakukan hal menjengkelkan seperti melawanku satu persatu. Jika kalian semua datang kepadaku, kalian mungkin bisa bertahan lebih dari 10 detik."
"Jangan meremehkan kami, manusia."
"Meremehkan kalian? Tidak, kalianlah yang meremehkanku. Namaku adalah Sebas. Yang memberiku nama adalah warrior terkuat. Tuan yang aku layani adalah Makhluk tertinggi yang luar biasa (Supreme Being)... tapi, aku bisa melihat percuma saja membicarakannya dengan makhluk rendahan seperti kalian. Aku sudah lelah bicara. Kita selesaikan saja ini."
Sebas mengambil satu langkah maju. Menuju makhluk yang memiliki julukan yang paling membuat tidak senang Sebas.
'Undying King' Deibanock.
Identitasnya yang sebenarnya adalah Elder Lich yang muncul secara alami. Biasanya Undead muncul secara alami di tempat dimana banyak orang mati dan mereka cenderung memiliki kebencian yang dalam kepada makhluk hidup dan fokus membunuh mereka. Namun, beberapa undead yang memiliki kemampuan berpikir menekan kebencian mereka terhadap makhluk hidup dan membentuk hubungan dengan mereka. Deibanock adalah undead semacam itu. Tujuan dari kehidupan yang tidak alami adalah untuk menguasai magic yang tidak bisa dia gunakan ketika dia pertama kali muncul dan memperoleh skill berbeda yang jauh di luar magic pula.
Jika ada yang mirip dengan undead, itu mungkin lain ceritanya. Sebenarnya ada perkumpulan rahasia yang hanya terdiri dari magic caster undead, tapi sayangnya, Deibanock tak pernah memiliki peluang bertemu salah satu dari mereka.
Dan begitulah, dia mencari kekayaan untuk belajar lebih banyak magic.
Pada awalnya, dia membunuh para traveler di jalanan dan mengambil uang mereka, tapi setelah kalah dari para petualang yang dikirim sebagai pasukan penghukum, dia menyadari kebodohan tindakan itu dan melihat cara baru untuk mendapatkan uang. Jadi dia menyembunyikan identitasnya yang sebenarnya dan bergabung dengan kumpulan tentara bayaran, tapi setelah diketahui dia bisa mengeluarkan 'Fireball' terus menerus, identitasnya sebagai undead diketahui dan dia harus kabur.
Zero lah yang mendekatinya setelah dia kehilangan jalan untuk mengumpulkan uang.
Dia memperkenalaknnya kepada seseorang yang akan mengajari Deibanock beberapa magic dan menawarkan sebuah jumlah uang yang wajar sebagai gantinya dia mau bekerja untuknya. Itu adalah bantuan yang tak pernah diduga oleh Deibanock. Jika dia terus memperkuat kekuatan magicnya, ada kemungkinan jika makhluk kekal sepertinya suatu hari akan memiliki kekuatan yang cukup untuk menghancurkan seluruh kehidupan. Zero telah mensponsori seseorang yang membuat ancaman terhadap manusia di masa depan.
Namun-
Sebas mendekatinya seperti sebuah badai, menggulung jari-jarinya menjadi sebuah tinju dan memukulnya. Tanpa memberinya waktu untuk menghindar atau bertahan, Sebas menghancurkan kepala Deibanock mejadi berkeping-keping. Kehidupannya yang tidak alami telah padam sebelum bisa dia mengerti kemarahan macam apa yang akan dia keluarkan. Sebas meludahinya dengan upaya yang keji seperti bukan dirinya.
"Hanya ada satu makhluk yang bisa menggunakan gelar itu. Yang berdiri di atas semuanya. Beraninya undead rendahan sepertimu menggunakannya."
Sementara Sebas mengibaskan tinju kanannya seperti sedang menyingkirkan kepingan-kepingan tulang yang mirip dengan debu, tubuh Deibanock tercerai berai dan banyak item magic yang dia pakai berserakan di seluruh penjuru. Diantara kumpulan yang terdiam beku karena panik, hanya Six Arm yang bergerak. Tanpa mengalami banyak pengalaman pembantaian yang layak seperti veteran sejati, mereka takkan bisa bereaksi. Ini adalah hal yang layak dipuji karena sudah membuktikan jika reputasi mereka sebagai makhluk yang bisa setara dengan petualang dengan peringkat adamantium bukan karena rumor yang tak berdasar.
Lawan Sebas selanjutnya adalah wanita itu.
'Dancing Scimitar' Edstrom.
Scimitar ditambahi magic 'Dance'. Seperti namanya, senjata itu bergerak seakan mereka sedang menari dan menyerang secara otomatis, meningkatkan jumlah serangan beberapa kali lipat. Namun karena magic itu hanya bisa membuat corak yang sederhana. Tidak cocok digunakan untuk senjata utama. Hanya berguna untuk serangan tiba-tiba dan dukungan, dan akan membuat jengkel lawannya jika dia bertarung dengan seseorang yang memiliki skill yang setara. Karena senjata hanya bisa diberi satu mantra, adalah hal yang wajar menggunakan magic yang lebih baik daripada 'Dance'. Contohnya, Gagaran dari Blue Rose hanya menggunakan magic yang bisa meningkatkan kekuatan serangan dari senjatanya.
Namun, bagi Edstrom, tidak ada magic yang lebih cocok daripada 'Dance'. Biasanya, mantra ini diaktifkan ketika si pemilik senjata menggunakan pikiran mereka untuk memberikan perintah, tapi tidak mungkin memerintahkan senjata yang mengambang untuk melakukan apapun selain gerakan sederhana jika seseorang berada di tengah-tengah pertarungan yang mempertaruhkan nyawa mereka.
Tapi dia berbeda.
Seakan ada warrior tak terlihat di sana, seseorang yang bisa mengendalikan senjata itu dengan gerakan yang alami setara dengan dirinya. Alasannya adalah cara menyambung yang aneh dari otaknya, dia memiliki dua kemampuan daripada sebuah bakat.
Salah satu kemampuannya adalah kesadaran spasial yang hampir tidak normal, dan yang lainnya adalah bisa menggunakan tangan-tangannya secara independen dari satu sama lain ketika melakukan tindakan yang berbeda di waktu yang sama. Beberapa orang bisa melakukan ini meskipun tak pernah mempelajarinya, tapi dia jauh lebih ahli dengan hal ini dan otaknya jauh lebih fleksibel sehingga hampir terlihat seakan dia memiliki dua otak. Jika dia hanya memiliki salah satu kemampuan ini, dia tidak akan bisa menangani pedangnya dengan bebas, jadi kenyataan bahwa dia memiliki keduanya hanya bisa digambarkan sebagai sebuah keajaiban.
Diantara sembilan juta penduduk di dalam Kingdom, mungkin tidak ada orang lain yang memiliki dua kemampuan ini. Membawa perintah wanita itu, pedang tersebut meninggalkan sarung mereka dan mengambang di udara. Dia hanya perlu berfokus pada bertahan. Lima pedang lainnya yang akan menjadi penyerangnya. Ini adalah penjara pedang; sebuah penjara dimana kematian sudah dipastikan.
Namun-
Bahkan sebelum Scimitar itu bisa menyerang, Sebas memperpendek jaraknya dan melayangkan pukulan seperti membelah dengan kecepatan yang luar biasa. Tangan Sebas yang ditambah Ki jauh lebih tajam dari pedang apapun dan kepala wanita itu melayang dalam sekejap. Darah mengucur dari lehernya lalu tubuh wanita itu roboh beberapa saat kemudian. Namun, lima scimitar tersebut masih melayang di udara. Tebasan tangan dari Sebas sangat jitu dan cepat, wanita itu bahkan tidak merasakan kematiannya. Mungkin juga tidak ada luka apapun. Mengikuti perintah wanita itu, lima scimitar yang sedang menari tersebut menusuk ke arah Sebas. Mengabaikan pedang-pedang itu, Sebas berdiri tegak dan bicara ke arah kepala yang sudah terpisah dari tubuhnya itu dengan nada memuji.
"Masih melawan meskipun sudah kehilangan kepala... Aku hargai semangat bertarungmu."
Bibir wanita itu terbuka lalu tertutup. Apa yang dia bicarakan? Dia tidak bisa mengerti, tapi seakan merasakan sesuatu dari kalimatnya, mata wanita itu melihat sekeliling dan menemukan mayatnya yang tanpa kepala. Itu adalah kebohongan. Itu pasti ilusi. Tidak mungkin dia bisa kalah. Aku tidak kalah. Alasan mengapa aku tidak bisa bergerak mungkin karena magic dari seseorang. Siapapun tolong katakan sesuatu. Ketika dia menerima kebenaran, wajahnya berubah menjadi putus asa. Mulutnya terbuka dan tertutup sekali lagi lalu pedang-pedang yang mengejar Sebas itu jauh ke tanah. Mereka tidak menunjukkan tanda-tanda akan bergerak lagi.
"Ayo maju bersama. Dua orang dari kita bisa mengalahkannya!"
Teriakan itu datang dari pria yang mengenakan armor full plate, yang hampir tidak bisa menekan kepanikannya. Armor tersebut tidak bisa melindunginya dari rasa takut. Dia menyadari bukan hanya dengan tubuhnya, tapi juga dengan seluruh hatinya, bahwa semua yang dikatakan Sebas adalah hal yang benar, dan itu adalah seseorang yang seharusnya tidak boleh dijadikan musuh.
"T-T-Terima 'Dimensional Slash' milikku!"
Pada dasarnya dia tahu dia akan mati. Dia tahu kalau dia tidak akan pernah menang melawan Sebas. Alasan dia tidak mencoba lari adalah karena dia tahu dia akan mati dalam beberapa langkah. Jika dia melawan, dia akan mati, dan jika dia lari, dia akan mati. Karena keduanya bukanlah sebuah pilihan, sikapnya menunjukkan jika dia adalah seorang warrior bagaimanapun juga.
Sebas memicingkan matanya. Itu adalah pertama kalinya dia berpikir dia perlu waspada dengan lawannya. Pencipta Sebas, World Champion (Juara dunia) "Touch Me", memiliki skill ultimate yang bisa merobek lembaran ruang dan waktu. Tidak mungkin musuhnya bisa menggunakan serangan semacam itu, namun meskipun tiruan murahan bisa melukai Sebas.
"Void Executioner" Peysilian.
Dia menerima gelar ini dari kemampuan magic dalam menghunus pedangnya dari satu meter sarug dan mampu menyerang musuh hingga tiga meter lebih, tapi itu bukan sebuah serangan yang benar-benar bisa memotong kehampaan.
Rahasianya ada pada pedang itu.
Ada semacam pedang yang disebut Urumi. Itu adalah pedang panjang yang terbuat dari logam lunak yang bisa melengkung dan mencambuk dengan mudah. Apa yang dia miliki adalah sebuah pedang yang diasah hingga ketipisan yang ekstrim, lebih tepat jika menyebutnya dengan "Thin Executioner". Mungkin gambaran yang lebih akurat adalah itu adalah cambuk logam yang tipis dan panjang. Dia menerima julukan ini dengan mencambukkan pedangnya dengan kecepatan tinggi lalu membantai lawannya dengan kecepatan seperti kilatan cahaya.
Dibandingkan dengan Six Arm lainnya, itu lebih mendekati sebuah trik daripada skill, tapi kenyataannya dia bisa memakai senjata yang sulit seperti itu adalah bukti bahwa dia adalah seorang warrior yang memiliki skill tinggi. Meskipun ada orang yang disebut warrior terkuat, Gazef Stronoff, dia tidak akan bisa menggunakan senjata ini semahir Peysilian. Namun, kekuatan sejatinya terletak pada kenyataan bahwa tidak masalah musuh mengetahui gerak senjatanya. Hal yang paling menakutkan tentang cambuk itu adalah kecepatannya yang sangat ekstrim. Sulit sekali atau tidak mungkin menghindarinya hanya dengan melihatnya. Sebuah serangan yang dikeluarkan dengan kecepatan yang super tinggi. Bagi seorang manusia yang tidak memiliki jawaban untuk itu, akan terlihat seperti sebuah serangan yang memotong kehampaan.
-Namun
Ujung pedang itu, serangan dengan kecepatan super tersebut dihentikan dengan hanya dua jari. Sebas melakukannya dengan gerakan yang alami, seakan dia sedang menyentuh sesuatu yang dia jatuhkan sebelumnya. Sebas melihat ke arah obyek logam diantara jari-jarinya dan mengangkat alis.
"Apa ini... Katamu tadi menebas menembus dimensi..."
"Shawk!"
Dengan suara teriakan aneh yang seperti burung, sebuah rapier melayang ke arahnya.
"Thousand Kills" Malmvist.
Senjata utamanya, "Rose Thorn" memiliki dua mantra mengerikan yang ditambahkan ke dalam senjatanya. Pertama adalah 'Grinding Flesh'. Saat rapier itu melakukan kontak dengan kulit, akan merobek daging di sekelilingnya. Jika pedang itu menusuk kulit, akan meninggalkan luka yang jauh lebih besar dengan daging yang terkoyak, kedua adalah 'Master Assassin'. Itu adalah mantra yang akan merubah goresan sekecil apapun menjadi luka yang serius.
Kemampuan ini saja sangat merusak, tapi ada lagi satu rahasia. Kali ini, bukan magic, tapi racun. Ujung dari "Rose Thorn" diselimuti dengan racun yang sangat ampuh, sebuah campuran dari racun-racun mematikan. Malmvist pada dasarnya adalah seorang assassin daripada seorang warrior, jadi dia bertarung seperti assasin pula. Itu adalah logika yang tepat jika seseorang bertarung bertaruh nyawa, hal yang terbaik adalah membunuh lawan secepat dan seefisien mungkin, tak perduli bagaimana metodenya. Hasilnya adalah sebuah senjata yang bisa membunuh lawan bahkan hanya dengan sebuah goresan.
"Jika seseorang tidak memiliki rencana, dia akan bisa dengan mudah dibunuh, tak perduli apakah itu Gazef Stronoff atau Brain Unglauss."
Tapi itu juga salah satu kelemahannya.
Karena pemikirannya yang dia akan menang hanya dengan menggores lawannya, skill Malmvist dalam memakai pedang sangat kurang. Namun, skillnya dalam menyergap memang nyata dan jika hanya penyergapan yang dinilai, maka itu memang lebih kuat daripada serangan Gazef Stronoff. Dengan kata lain, penyergapan terkuat di dalam Kingdom. Ditambah lagi, banyaknya martial art miliknya yang bahkan bisa menyamai mantan anggota Black Scripture, Clementine.
Namun- Sebas tidak menghindar. Dia tidak perlu menghindar.
"..!"
Malmvist, yang menyergapnya dengan seluruh kekuatan miliknya kehilangan kata-kata. Dia melihat ujung senjatanya yang bisa membunuh siapapun walau hanya dengan goresan, ditahan oleh jari-jari Sebas. Itu memang benar-benar kuat. Sebas telah menahan ujung dari rapier itu dengan jarinya.
"..Ba-Bagaimana kamu?"
Berkedip berkali-kali, Malmvist hanya bisa menganga setelah memastikan jika itu bukanlah ilusi ataupun mimpi. Hanya itu yang bisa dia lakukan. Pikiran yang wajar berkata bahwa itu tidak mungkin. Tidak mungkin Sebas bisa menghentikan sebuah sergapan yang cukup untuk menusuk baja. Pengalamannya berteriak jika itu tidak mungkin, tapi kenyataan mengatakan cerita yang berbeda. Meskipun dengan seluruh kekuatannya, Malmvist tidak bisa mendorong jari pak tua itu sama sekali.
'Rose Thorn' melengkung. Dia mencoba menariknya agar dia bisa menerjang tempat yang berbeda, tapi Sebas memegangnya dengan kuat di antara ibu jari dan telunjuknya. Malmvist tidak dapat menggerakkan pedangnya sama sekali. Seakan ada gunung yang tak bisa digeser berdiri disana. Ketika Malmvist melihat ke arah rekannya, dia juga menarik pedangnya dengan seluruh kekuatan pula. Di tengah-tengahnya, sebuah suara kuat terdengar.
"Kalau begitu, ini dia aku datang."
Beberapa saat kemudian, kepala Peysilian meledak berkeping-keping.
Itu adalah sebuah serangan yang sangat langka terlihat dari Sebas. Hingga saat ini dia menyerang dengan kecepatan, tapi serangan barusan adalah serangan yang tanpa siasat yang keluar dari kemarahan.
Dia memindahkan pandangannya ke lengan kanannya, yang dengan mudah menembus kepala itu, mengirimkan bagian-bagiannya melayang.
Sarung tangan putih tersebut menjadi merah karena darah dan mengeluarkan bau logam metalik yang tajam.
"Itu seperti bukan saya..."
Sebas mengambil jari-jarinya dari rapier dan melepaskan sarung tangan yang basah karena darah. Saat dia menjatuhkannya ke lantai batu, Malmvist cepat-cepat mengambil sarung tangan itu dengan rapier miliknya.
Malmvist mungkin bangga dengan gerakannya yang cepat seperti komet, tapi bagi Sebas, gerakan itu pelan dan menggelikan. Ada beberapa cara baginya untuk mengambil sarung tangan itu kembali, termasuk menghancurkan rapier tersebut dan meledakkan kepala Malmvist, tapi tak mampu memahami apa yang dilakukan lawannya, Sebas bertanya dengan rasa penasaran yang sesungguhnya.
"Sebenarnya.... Apa yang anda lakukan?"
"Ini dia!! Ini adalah item magic yang membuatmu lebih kuat ya kan?" Itu adalah sarung tangan biasa yang terbuat dari linen putih.
Suara yang terpatah-patah, busa dari sudut bibirnya dan mata yang merah. Malmvist sudah berubah menjadi gila. dia mencoba untuk merasionalkan gambaran yang tak bisa tidak dipercaya yang telah dia saksikan.
"kamu hanya perlu mengakui kalau aku lebih kuat darimu. Benar-benar orang yang menjengkelkan... Jika kamu memang menginginkannya, terus saja berpikir demikian."
Sebas mengayunkan tinjunya ke arah pria yang sdang tertawa seperti orang gila. Setelah kepala Malmvist meledak dan tubuhnya roboh, keheningan mengalir di sana. Sebas cepat-cepat meniup tinjunya seperti sedang meniup debu. Tidak ada satu goresan pun pada jarinya ketika dia menggunakan 'Iron Skin'.
"Jika aku tidak terlalu mewaspadai serangan palsu seperti 'Void Executioner', ini pasti sudah selesai dalam lima detik, tapi hingga memakan waktu dua puluh detik terhadapku, aku memuji kalian."
Sebas menunjuk gedung dimana orang-orang yang sedang menonton pemandangan mengerikan ini dan memberikan perintah kepada predator yang sedang bersembunyi.
"Solution, mereka mungkin memiliki informasi yang penting, jadi tolong tangkap mereka hidup-hidup. Sekarang..."
Dia melihat ke arah para bawahan yang mengelilinginya dengan mata yang dingin.
"Sepuluh detik untuk kalian semua."
Part 3[edit]
Bulan Api Bawah (Bulan ke 9), Hari ke 4, 22:13
Climb berjalan dengan cepat menyusuri lorong yang kosong. Meskipun mereka sedang tidak terlihat karena magic, berkat helm miliknya, dia bisa melihat dua orang yang sedang bersamanya. Karena helm miliknya, dia bahkan berpikir jika saat ini seperti tidak sedang memakai magic yang membuat tidak terlihat. Namun setelah dilihat dengan teliti, kenyataannya warna mereka sedikit kabur memastikan bahwa hal itu salah. Meskipun mereka harus hati-hati agar tidak membuat suara, mereka tidak bisa berjalan lambat.
Mereka harus menyelamatkan wanita tersebut sementara Sebas sedang mengalihkan perhatian yang lainnya. Meskipun Sebas lebih kuat dari Gazef Stronoff dan Brain Unglaus yang bergabung, lawannya adalah Six Arm, lawan yang bisa bertarung setara dengan petualang dengan peringkat adamantium. jika mereka memutuskan untuk langsung mengepung Sebas, keadaan mungkin akan menjadi gawat. Itulah kenapa mereka perlu menyelamatkan wanita tersebut cepat-cepat dan kabur dengan Sebas.
Setelah berputar di beberapa sudut dan menuruni lantai, Rogue yang ada di depan berhenti.
"Maaf sudah berhenti tiba-tiba, pimpinan. Kita sudah tiba. Di sekitar sudut itu ada penjara dan disana ada seorang wanita yang sedang ditawan."
Itu mungkin hanya kebetulan, tapi saat rogue itu berbicara, mantra yang membuat mereka tidak terlihat telah melewati batas waktunya dan garis tepi dari badan mereka bertiga menjadi lebih jelas lagi. Dengan sinyal dari rogue itu, Climb mengintip ke sekitar sudut dan melihat sebuah lorong yang gelap dengan ruangan yang luas dan kosong di masing-masing lorong itu.
"...Tak ada apapun lagi disini, seperti pengintaianku sebelumnya."
Tidak ada tahanan dan penjaga lainnya. Terlalu mencurigakan jika diartikan sebagai 'kecerobohan'. Itu hampir seperti umpan. Tapi setelah dipikir-pikir, siapa yang berani menyusup ke gedung tersebut sementara Eight Finger yang terkuat, yaitu Six Arm, sedang berkumpul disana. Tanpa faktor lainnya seperti Sebas yang mengalihkan perhatian semuanya, Climb tidak akan bisa datang kemari. Six Arm mungkin sudah berpikir demikian pula. Itu adalah faktor-faktor yang menguntungkan untuk kelompok Climb, tapi mereka harus tetap waspada.
"Mari kita segera menyelesaikan ini."
Merasakan semacam persahabatan setelah melalui bahaya bersama-sama, Brain bertanya kepada Rogue tersebut dengan sikap yang akrab.
"Bolehkan aku bertanya sesuatu? Untuk apa pintu dobel yang ada disana?"
Ketika dia mengalihkan tatapannya ke bagian yang paling dalam, ada sebuah pintu yang besar seperti yang dibilang oleh Brain.
"Ah - Dari pengalamanku, ini seperti kandang daripada sebuah penjara. Dibalik pintu itu... mungkin semacam arena pertarungan."
"Ngomong-ngomong aku bisa mencium bau binatang yang datang dari ruangan itu. Aku dengar di dalam Empire, mereka membuat monster saling bertarung satu sama lain di dalam arena pertarungan..."
Climb mencium udara mengikuti contoh Brain. Dia mencium binatang buas, karnivora, lebih tepatnya.
Brain bergumam sendiri.
"Tapi apakah mereka menggunakannya untuk tujuan latihan, ataukah untuk eksekusi publik? Jika ada penggunaan lain, aku lebih memilih untuk tidak memikirkannya. Mungkin itu juga untuk sebuah pertunjukan. Ah, Aku bicara tentang hal yang tak berguna. Mari kita pergi?"
Climb mengangguk atas saran Brain dan Rogue itu juga setuju. Dengan Rogue yang berada di depan, Climb dan Brain mengikutinya. Setelah tiba di salah satu sel penjara bagian dalam, rogue itu memeriksa pintunya. Climb mengeluarkan salah satu lonceng dari kantung sakunya, lalu membunyikannya, dan dengan kekuatan magic, suara seperti ada sesuatu yang terbuka bisa didengar. Rogue itu terlihat kecewa, tapi karena mereka tidak memiliki banyak waktu Climb berharap dia bisa mengerti.
"Apakah kamu Tsuare-san?"
Climb bertanya kepada wanita yang ada di dalam. Wanita yang sedang berbaring di lantai itu berdiri. Dia mengenakan pakaian seorang pelayan, dan penampilannya cocok dengan deskripsi Sebas. Mempertimbangkan dia tidak memiliki waktu untuk ganti pakaian sejak diculik, ini pasti dia. Climb merasa sedikit lega. Tujuan pertama mereka sudah lengkap. Sekarang ada waktunya untuk tujuan selanjutnya; kabur dengannya.
"Kami diberitahu untuk menyelamatkanmu oleh Sebas-sama. Tolong kemarilah."
Tsuare menganggukkan kepala kepada Climb. Tsuare membuat ekspresi yang tercengang ketika melihat Brain dan Rogue setelah keluar dari sel penjara. Tatapannya terutama tertuju lama kepada Brain.
"Pintu ini - yang berada di arah yang sama dengan arena pertarungan - kelihatannya tidak ada suara yang datang dari sana, tapi melewati sebuah tempat yang tak pernah dilewati sebelumnya terlalu berbahaya. Yang terbaik adalah kembali dari jalan kita masuk."
Climb dan Brain setuju. Mempertimbangkan mereka berdua yang warrior, mereka mengira yang terbaik adalah meninggalkan keputusan itu kepada yang paling ahli. Climb melihat ke arah kaki Tsuare dan memastikan bahwa dia sedang memakai sepatu. Berlari bukanlah sebuah masalah.
"Kalau begitu ayo pergi sebelum musuh datang."
"Aku mengerti. Aku akan memimpin lagi, tapi karena kita tidak memiliki magic yang bisa membuat tidak terlihat kali ini, aku akan lebih berhati-hati. Jangan melewatkan tanda dariku."
"Aku menger... ada apa, Brain?"
"Hmm?...Tidak apa-apa. Mungkin bukan apa-apa, Climb."
Brain mengerutkan dahi tapi tidak berkata apapun. Dia terus menatap Tsuare, tapi Climb tidak bisa menemukan ada yang salah dengan Tsuare. Dia hanya terlihat seperti pelayan biasa yang habis diculik.
"Siap? Kalau begitu kita akan segera keluar."
Rogue itu pergi duluan, diikuti oleh Climb, lalu Brain dan Tsuare, yang pergi terakhir. Berlari melewati pintu sel, rogue tersebut mengurangi kecepatan di dekat sudut untuk mengamati jalan di depan, tapi seseorang muncul dari sudut itu seakan seperti sedang jalan-jalan dengan santainya dan menghalangi jalan rogue tersebut. Mereka sudah mengantisipasi perlawanan semacam itu, tapi sulit untuk bereaksi terhadap sesuatu yang tiba-tiba seperti ini. Climb terdiam dengan perubahan peristiwa yang tiba-tiba, tapi rogue tersebut menunjukkan reaksi yang layak sebagai mantan petualang dengan peringkat orichalcum. Dia menghunus pisau kecil miliknya dan berlari maju dengan nafsu membunuh.
Crash!
Dengan suara yang keras, rogue tersebut melayang ke belakang. Seakan baru saja ditabrak oleh seekor banteng. Itu adalah kebetulan, tapi Climb menangkap jatuhnya. Jika Rogue itu jatuh ke lantai tanpa ada yang bantalan sebagai perantara saat mendarat, dia pasti akan menerima luka yang besar, tapi untungnya Climb dan Rogue tersebut mengenai lantai bersama-sama ketika mereka terlempar ke belakang. Pikirannya langsung terarah kepada rogue yang sedang mengerang kesakitan, tapi dia harus mengamati pria yang muncul secara tiba-tiba. Pria itu pastilah musuh. Climb tiba-tiba menyadari nama pria itu dalam sekejap dan berteriak keheranan.
"Zero!"
Pria ini merupakan bagian dari Six Arm, pimpinan dari cabang keamanan dan orang terkuat di Eight Finger.
"...Benar sekali bocah. Kamu budak si pelacur itu. Hmph, tak kusangka semut bisa merangkak hingga sampai sini. Jika kamu meninggalkan madu sebagai umpan, mereka kelihatannya akan merangkak dari manapun. Benar-benar menjijikkan."
Zero menatap ke arah Climb dan rogue tersebut yang terkapar di lantai, tapi fokus dia yang sebenarnya adalah ke arah Brain. Dia sedang mengamatinya dengan memeriksa dari atas hingga ke bawah untuk mengukur seberapa kuat seorang warrior seperti Brain itu sebenarnya. Climb bersyukur pada kenyataan jika pria kuat itu tidak memberikan perhatian kepadanya dan memeriksa kondisi dari rogue tersebut.
"Apakah kamu baik-baik saja? Apakah kamu memiliki metode penyembuhan?"
Climb berbicara dengan lirih agar Zero tidak tahu, tapi tidak ada balasan, hanya erangan yang penuh luka. Yang mengherankan, ada sebuah bentuk tinju yang melengkung ada armor di sekitar dadanya. Itu menunjukkan seberapa kuat serangan dari Zero itu sebenarnya. Rogue tersebut tersadar setelah beberapa goyangan dan tepukan Climb pada pinggangnya atas permintaan rogue itu.
"Aku ingat wajahmu. Brain Unglaus, seseorang yang bertarung setara dengan Gazef Stronoff. Tak ada kelemahan dari sikapmu. Kelihatannya kamu telah melalui beberapa latihan setelah turnamen itu? Aku bisa mengerti sekarang. Alasan mengapa Succulent kalah mungkin karena dia melawanmu secara langsung. Lawannya terlalu kuat. Aku rasa aku harus memaafkan kekalahannya. Pada awalnya, aku akan membunuh siapapun yang telah membuatku kehilangan muka, tapi aku orang yang baik hati. Aku akan membuat pengecualian untuk orang dengan skill dan ilmu berpedang sepertimu. Berlututlah kepadaku dan bersumpahlah untuk menjadi bawahanku. Jika kamu melakukannya, aku akan membantumu memperoleh apapun yang kamu inginkan."
"Apakah bayarannya menjanjikan?"
"Oh-ho...Tertarik...?" "yah, tak ada salahnya berpikir tentang itu. Karena aku sudah menang dari Succulent, aku mengharapkan perlakuan yang baik."
"Hahaha! Kamu serakah. Bicara tentang uang sebelum memohon ampun atas nyawamu. Kamu tak bisa membawa uang itu ke kuburanmu."
"Jadi, apa maksudmu? Kamu tak bisa membayarku dengan jumlah yang layak? Kelihatannya kamu memang lebih miskin daripada tampangmu. Atau apakah kamu mengantongi semuanya sendiri?"
"Apa?"
Suara retakan datang dari kepalan tangan Zero.
"Kelihatannya mulutmu itu adalah satu-satunya yang benar-benar bisa berfungsi, Unglaus. Ada banyak ahli pedang yang lebih baik dalam hal bicara daripada bertarung, apakah kamu salah satu dari mereka? Ataukah kamu terlalu percaya diri berlebihan setelah mengalahkan Succulent? Kalau begitu aku harus minta maaf pada kenyataan bahwa kamu merasa sangat puas setelah mengalahkan Six Arm yang terlemah."
Brain mengangkat bahunya seakan pamer. Dia mungkin sedang mengulur waktu untuk Climb dan Rogue yang terluka. Jadi mengapa Zero mengikuti permainannya? apakah itu karena rasa percaya dirinya yang bisa menang melawan ketiganya? Ataukah ada hal lain?
....Huh?
Ketika Climb melihat sekelilingnya, dia melihat Tsuare yang pelan-pelan merayap ke arah Brain. Jika dia ingin dilindungi, akan lebih baik untuk bergerak ke belakang Climb dan Rogue. Tidak ada alasan menjadi pemberani dengan berdiri di belakang seseorang yang sedang menghadapi Zero. Brain melihat ke belakangnya sekali. Itu adalah gerakan yang halus, tapi tatapannya yang tertuju kepada Tsuare dan itu bukanlah tatapan yang bersahabat pula. Tidak, itu seperti dia sedang menghadapi musuh.
Huh? Mengapa disana? Apakah dia melihat ke arah sini? Tidak, bukan itu.
Ada sesuatu yang terjadi. Climb berdiri dengan perasaan tidak enak.
"Hmph, kelihatannya si semut akhirnya berdiri. Sudah mengulur cukup banyak waktu? Maka mari kita dengar apa yang kamu pikir sebenarnya. Tidak, tidak perlu berkata apapun lagi. Berlututlah atau jangan, hanya ada satu pilihan. Sekarang Unglaus, buatlah keputusanmu."
Brain mendengus kepada Zero.
Hanya itu saja.
"Kalau begitu matilah!"
Dia mengarahkan lengan kirinya ke depan dan menarik lengan kanannya ke belakang untuk membuat sebuah tinju. Dia merendahkan pusat gravitasi miliknya dan berdiri tegak. Cara ototnya yang mengembang, seseorang hampir pasti akan menduga terdengar suara seperti daging yang robek. Jika seseorang harus menggambarkan Zero sekarang ini dengan gambaran sederhana, dia akan mirip dengan batu besar, tidak, sapi gila. Brain juga merendahkan kuda-kudanya. Mirip dengan Zero, tapi juga sama sekali bebeda. Jika Zero seperti sebuah aliran yang deras, maka Brain mirip dengan air yang mengalir dengan tenang dan jernih. Jika Zero adalah penyerang, Brain adalah bertahan.
"Aku bilang kepada mereka untuk tidak membunuh si pak tua, tapi mereka sangat ribut. Mereka mungkin saja terlalu berlebihan dan membunuhnya. Itu akan membuat berada dalam titik yang sulit, karena seharusnya aku yang harus membunuh pak tua itu sebagai contoh atas apa yang terjadi jika orang-orang berani melawan kami."
Wajah Zero berkerut karena marah. Wajahnya seperti membuktikan bahwa marah bisa membuat seseorang menjadi buruk rupa.
"Ungluas, kematianmu akan menjadi bukti bahwa aku adalah yang terkuat. Kuburanmu akan berfungsi sebagai pengingat untuk setiap orang yang cukup bodoh menentang Six Arm! Sedangkan untuk budak si pelacur itu, aku akan menghias kepalanya dan mengirimnya kepada si pelacur itu."
Nafsu membunuh yang cukup membanjiri lorong itu membuat tubuh Climb gemetar. Namun dibandingkan apa yang dia rasakan dari Sebas kemarin, itu bukan apa-apa. Climb berubah menjadi tajam dan Zero menunjukkan sedikit perhatian akan hal itu.
"Hanya segitukah? Baiklah. Zero, aku akan menghadapimu. Climb, hadapi yang ada di belakangku!"
Satu-satunya orang yang tidak mengerti adalah Climb. Rogue tersebut melemparkan sebuah anak panah kecil (dart) kepada Tsuare tanpa ragu, dan anak panah yang dilemparkan oleh mantan petualang dengan peringkat orichalcum tersebut sangat tajam dan cepat.
Namun Tsuare entah bagaimana mampu menghindarinya hampir tanpa usaha keras. Dari gambaran Sebas, Tsuare hanyalah pelayan biasa. Gerakannya yang barusan terlalu lincah untuk disebut sebagai kebetulan.
"Apakah aku sudah diketahui?"
Penampilan dari Tsuare, namun suaranya seperti 'Devil of Illusions' Succulent.
"Alasan mengapa kamu tidak berkata apapun kepada orang yang menyelamatkanmu adalah karena suaramu akan menunjukkan samaranmu, ya kan? Tapi jika kamu mencoba berdiri di belakang seseorang, siapapun akan curiga. Meskipun sebelum itu aku agak ragu, mempertimbangkan kemungkinan apakah dia sedang dikendalikan pikirannya atau itu adalah orang lain yang sedang menyamar sebagai dirinya."
Dengan begitu, Brain membocorkan trik dari Succulent sambil fokus kepada Zero.
"Aku juga menyadari ada sesuatu yang aneh dengan caramu berlari, tapi aku tdak bisa menemukan bukti yang solid bahkan hingga akhir... aku harus mengakui kamu benar-benar bagus. Tidak heran, meskipun aku terluka, kamu masih bisa menghindari anak panah kecilku tanpa berkata apapun."
Rogue tersebut berhenti bicara dan memberikan ekspresi terima kasih kepada Succulent.
Zero mengeluarkan klik dengan lidahnya.
"Hmph... Succulent, kelihatannya trik kecilmu sudah ketahuan. Kalau begitu waktu untuk bermain trik sudah selesai. Sekarang adalah waktunya dimana semuanya akan ditentukan dengan kekuatan!... Succulent, hadapi mereka berdua. Kamu bisa melakukannya, ya kan?"
"Te..Tentu saja, boss."
Figur Tsuare meleleh dan muncul Succulent. Dia masih mengenakan pakaian pelayan. Succulent mengerti apa yang dimaksud oleh Zero dengan sangat baik dan menatap ke arah Climb.
"Kita bertemu lagi, bocah."
Suaranya anehnya tertekan, mempertimbangkan kenyataan bahwa dia telah menang terhadap Climb kembarin. Eight Finger bukan organisasi pemaaf, dan tak ada kegagalan yang akan ditolerir. Punggung Succulent menghadap ke dinding dan dia tidak bisa memberikan ruang lagi.
"Apakah Eight Finger mampu melepaskan seseorang yang sedang dipenjara langsung di bawah perintah dari Putri Raja?"
Climb merasakan pengaruh Eight Finger saat dia menggenggam pedangnya.
"....Aku tak bisa kalah kali ini."
Kemarin, Brain mengalahkannya dengan sebuah serangan tapi karena Zero dan Succulent ada saat ini, akan sulit bagi Brain untuk menghadapi dua lawan dari Six Arm bersamaan.Climb juga tidak bisa mengandalkan Brain menang melawan Zero dan fokus hanya untuk mengulur waktu. Dia tahu Succulent lebih baik darinya dulu. Dengan tekad yang hanya setengah-setengah, dia pasti akan kalah lagi seperti kemarin.
Kali ini dia akan menang.
Climb menguatkan dirinya untuk tidak mundur dan melangkah maju ke arah Succulent.
"Jangan khawatir, jangan khawatir~. Aku akan membantu."
Rogue tersebut bicara dari belakang Climb. Nada yang ringat mungkin dimaksudkan untuk menghindarkan Climb dari tekanan yang terlalu berlebih. Dia berterima kasih dengan dukungan itu, tapi rogue tersebut telah menerima serangan dari Zero dan masih belum sembuh sepenunya meskipun setelah menggunakan sebuah potion. Dia juga tidak yakin apakah rogue tersebut nantinya bisa memberikan dukungan untuk seseorang yang tak pernah bertarung bahu membahu dengan dia sebelumnya.
Rogue tersebut tersenyum seakan telah membaca apa yang sedang dipikirkan oleh Climb.
"Jangan khawatir, aku biasanya memenuhi peran pendukung. Aku akan tunjukkan padamu cara bertarung selain dari adu pedang."
"Terima kasih."
Rogue tersebut memiliki pengalaman yang luas. Climb tidak perlu menyesuaikan dengannya, malahan rogue tersebut akan mendukung tempat dimana kekurangan Climb. Climb hanya perlu melawan Succulent dengan seluruh tenaganya. Ketika dia menguatkan tekadnya dan berputar, Succulent telah membuat tiruan dirinya seperti terakhir kalinya. Ada beberapa Succulent dan Climb tidak tahu yang mana yang asli. Sebuah rasa pahit menyebar ke seluruh mulutnya. Saat keduanya pelan-pelan menatap tajam satu sama lain, sebuah kantong yang terbuka melayang dari belakang Climb menuju ke arah Succulent.
"Beginilah cara bertarung seorang rogue!"
Kantong itu meledak di bawah kaki Succulent dan tepung tersebar kemana-mana. Succulent menutup mulutnya untuk berlindung dari racun, tapi ini bukan racun, itu adalah item magic.
"Itu adalah 'Powder of Will O' Wisp'."
Efeknya langsung terasa. Dari lima Succulent, salah satunya mengeluarkan cahaya putih seperti susu.
Succulent menyadari ini dan matanya terbuka lebar.
Powder of Will O' Wisp dimaksudkan untuk digunakan melawan musuh yang tidak terlihat seperti rogue atau seseorang yang menggunakan magic untuk tidak terlihat. Hanya bereaksi terhadap makhluk hidup.
Karena 'Multiple Vision' menggandakan tubuh utama, meskipun jika seseorang melemparkan tinta kepadanya, akan dipantulkan langsung ke semua tiruannya. Kecuali kalau ada orang yang sangat ahli dalam membedakannya, akan sangat sulit untuk memisahkan tubuh aslinya. Namun, efek dari item magic tidak dipantulkan kepada tiruannya. Itu adalah mantra kelas tinggi, mantra tersebut akan mampu menipu bahkan item magic, tapi seseorang seperti Succulent, yang terlatih menjadi illusionist dan Fencer sama-sama, tidak bisa merapalkan mantra semacam itu.
Pedang Climb datang terayun ke arah tubuh Succulent yang asli.
"Sialan."
Succulent melompat jauh, menghindari serangan. Itu adalah penghindaran yang menakjubkan, namun pakaian pelayan itu menjadi acak-acakan sebagai hasilnya.
Mereka beradu lebih dari sepuluh pukulan seperti itu.
Yang berada pada pihak penyerang adalah Climb. Ini bukan trik yang disengaja oleh Succulent, tapi perbedaan murni dari kemampuan mereka. Tidak mungkin seseorang bisa tiba-tiba menjadi sangat kuat hanya dalam sehari, jadi tak ada yang berubah dari kemarin. Namun, ada pengecualian. Climb memang hanya tambah kuat dan Succulent menjadi lebih lemah.
Pertama, tidak seperti kemarin, Climb sekarang memakai armor, perisai dan aksesoris lainnya kali ini. Stamina dan pertahanannya juga meningkat dan dia bisa menggunakan gaya bertarungnya yang seperti biasa. Di lain pihak, seluruh item magic Succulent telah diambil ketika dia ditahan, dan dia juga mengenakan pakaian pelayan yang mengganggu sekarang ini.
Karena perubahan equipment mereka, perbedaan itu menjadi semakin kecil, tapi bukan itu saja.
Salah satu alasan adalah Climb sudah tahu bagaimana Succulent bertarung. Yang lainnya adalah karena rogue yang sedang membantunya. Berkat item yang digunakan oleh rogue tersebut, magic ilusi Succulent menjadi tidak beguna. Seakan mereka sudah siap menghadapi Succulent.
Rogue tersebut sebenarnya telah mengumpulkan informasi tentang Six Arm dan sudah bersiap untuk menghadapi setiap orangnya. Fakta bahwa dia sudah bersiap bahkan hingga Succulent yang waktu itu masih dipenjara adalah hal yang menakjubkan. Hanya seseorang dengan kepribadian yang teliti yang bisa mempersiapkan semua itu.
"Sialan!"
Bahkan sebelum pertarungan benar-benar terjadi, Succulent sudah mengeluarkan teriakan frustasi.
Yang dia awasi adalah rogue tersebut, tapi Climb selalu bergerak untuk menghadang jalan Succulent kepada targetnya. Dia tidak bisa membiarkan Succulent menyerangnya, dan dengan dilindungi oleh Climb, rogue tersebut mulai mengejek Succulent.
"Oi, oi. Jangan membuat wajah semengerikan itu. Kamu seharusnya adalah anggota dari Six Arm, seseorang yang bisa setara dengan petualang dengan peringkat adamantium. Rintangan semacam ini seharusnya mudah bagimu."
Wajah Succulent berkerut karena marah. Goresan dari sebelumnya mengeluarkan darah, membuat wajahnya semakin jelek.
"Sialan!"
Dengan kutukan yang keras, Succulent bersiap untuk merapalkan mantranya. Biasanya, seorang warrior seperti Climb akan merangsek kepadanya untuk mengacaukan pengucapan mantra, tapi kali ini tidak. Sambil beradu lebih dari sepuluh pukulan dengan Succulent, dia sudah mulai mempercayai rogue tersebut untuk melakukan hal yang benar di saat yang tepat.
Sebuah botol melayang dari belakang Climb dan pecah di kaki Succulent. Dia bisa melihat sebuah asap menyebar kemanapun.
"Guh! [Batuk], [batuk]"
Succulent terbatuk-batuk.
Rogue itu telah menyela pengucapan mantranya dengan sebuah item kimia, yang efeknya langsung terlihat.
Jika dia mengkhususkan diri sebagai seorang magic caster, gangguan semacam ini bukanlah apa-apa, tapi karena dia telah berlatih sebagai seorang warrior dan juga magic caster, meskipun gangguan kecil bisa merusak konsentrasinya, menyebabkan dia membuang mana.
Climb bergerak maju ke arah Succulent yang teralihkan perhatiannya dengan seluruh tenaga. Itu bukan lanjutan dari pertarunan sejauh itu. Itu adalah semacam kemajuan yang dipenuhi dengan tekad untuk tidak mengambil satu langkah mundurpun. Tergantung dari yang mengamati, seseorang mungkin akan melihatnya sebagai gerakan prematur untuk memperoleh kemenangan yang cepat. Tapi insting warrior Climb berteriak.
Saat ini akan menentukan akhir dari duel.
Memang benar jika Climb dan Rogue itu memang melakukan serangan sejauh ini, tapi itu tidak menjamin jika mereka bisa terus mendapatkan keuntungan. Item yang dilemparkan oleh Rogue tersebut seharusnya sudah habis, jadi dia harus menyelesaikan ini ketika mereka masih unggul.
Apa yang diaktifkan oleh Climb adalah martial art asli yang dia pelajari kemarin.
Skill ini belum memiliki nama, tapi jika dia ingin memberi nama sekarang, dia akan menyebutnya 'Limit Breaker: Mind'. Efeknya adalah menghilangkan seluruh batas yang ada di tubuh oleh otak, dan sebagai hasilnya seluruh kemampuannya akan meningkat satu level, termasuk yang fisik.
Kekurangannya adalah jika dia menggunakannya dalam jangka waktu yang panjang, itu akan membuat kelelahan fisik dan otot yang robek, tapi jika dia tidak mencoba menyelesaikan pertarungan ini secepatnya, meskipun jika dia harus menggunakan metode semacam ini, dia tidak akan bisa menang melawan Succulent.
Saat martial art itu diaktifkan, dia bisa merasakan sesuatu di dalam otaknya yang klik dan berubah.
Dia meneriakkan seluruh emosi yang berputar di dalam dirinya, dan kepanikan menyebar di wajah Succulent seakan dia menyadari ada sesuatu. Mungkin dia merasakan ketakutan dan keheranan, tapi bagaimanapun, itu bukan sebuah wajah yang ditunjukkan kepada orang dengan level di bawahnya dari seseorang yang bisa setara dengan petualang berperingkat adamantium.
Climb mengayunkan pedangnya tapi ditahan. Untuk bisa menahan pedang panjang dengan hanya belatih tanpa bantuan apapun dari magic benar-benar layak dipuji. Namun, memaksa seorang fencer yang ahli seperti Succulent yang mengkhususkan terhadap penghindaran bertahan, serangan Climb juga patut dihargai.
Meskipun begitu, serangan tersebut tidak berakhir di sana. Climb mengikutinya dengan sebuah tendangan.
Saat Succulent mencoba untuk melindungi pertunya, wajahnya mengkerut.
"Arrrrggghhhhhh-!"
Wajah Succulent menjadi pucat dan dia terhuyung ke belakang sambil menarik pinggangnya.
Rogue tersebut keluar dari bayangan Climb.
Dia telah menendang di antara kaki Succulent dengan sepatu besi, dan meskipun Climb memakai bantalan pelindung, dia masih bisa merasakan luka yang dibayangkan mengalir ke kakinya.
Setelah itu, Climb mengirimkan pukulan terakhir!
Darah muncrat dan Succulent roboh di lantai. Dia tidak menurunkan kewaspadaannya dan berdiri bersiap. Dia malahan mengamati dengan teliti agar tidak ada yang mendekati rogue itu dan memastikan bahwa itu bukan ilusi.
Ini adalah kemenangan besar. Meskipun itu dua lawan satu, kemenangan ini banyak berarti. Climb melihat ke arah Brain. Dia penasaran jika dia bisa membantu, tapi cepat-cepat menarik pemikiran itu.
Pertarungan itu berada pada level yang berbeda sama sekali.
Suaranya juga berbeda. Meskipun itu adalah sebuah katana yang beradu dengan sebuah tinju, suara logam bisa terdengar. Pertarungan mereka tidak menunjukkan tanda-tanda akhir. Katana tersebut dan tinju-tinju itu saling beradu tanpa ada waktu untuk bernafas.
Yang terutama menarik perhatian adalah Zero. Serangannya tertanam di dinding dan meninggalkan bekas seakan dinding itu terbuat dari tanah liat lunak.
"Sialan... Mereka bilang monk dengan level tinggi memiliki tinju baja. tapi si brengsek ini jauh melebihi itu. Dia setidaknya berada pada level mythril, tidak orichalcum."
Rogue yang berdiri disampingnya bergumam. Saat menit-menit beradu pukulan. Di dalam pertarungan dimana Climb akan langsung terbunuh, tak ada satupun yang mendapatkan satupun goresan. Zero menunjukkan tanda-tanda hormat yang tulus dari wajahnya.
"Unglaus.. Kamu lebih baik dari yang kuduga. Kamu adalah orang pertama yang menahan seranganku seperti ini."
Brain juga memiliki rasa hormat yang sama di wajahnya.
"Kamu juga... Ini adalah kedua kalinya aku melihat seorang monk dengan kaliber ini."
"Oh-ho?"
Zero membuat wajah penasaran.
"Tidak kukira ada monk lain dengan level yang sama denganku. Tak pernah dengar. Siapa namanya? Karena aku tidak bisa mendengarnya ketika kamu sudah mati."
"Dia mungkin akan datang saat kita bicara. Setelah mengalahkan Six Arm milikmu."
Zero mengerutkan dahinya sebelum tersenyum.
"Heh, maksudmu pak tua itu? Sayang sekali, empat bawahanku yang terpercaya akan datang menyambutnya. Mereka mungkin tidak sekuat aku, tapi mereka jauh lebih kuat dari Succulent. Tidak mungkin dia bisa kemari."
"Begitukah? Aku bisa melihatnya datang kemari di sekitar sudut itu beberapa saat lagi."
"Oooh, aku takut sekali. Kurasa kalau begitu aku harus melawanmu dengan serius."
Mata Climb terbuka dengan kalimat itu. Jika Zero menahan diri ketika beradu pukulan seperti ini, bagaimana kekuatannya yang sebenarnya itu? Dia juga terkejut Brain tidak menunjukkan rasa terkejut.
Keduanya tidak bertarung dengan kekuatan penuh? Ini benar-benar pertarungan antara para pria yang setara dengan puncak manusia, petualang dengan peringkat adamantium!
"Itu adalah yang terbaik, Zero. Dua orang di sebelah sana juga sudah selesai, jadi aku tidak perlu memanjang-manjangkan hal ini. Kamu akan kalah disini, Zero."
Brain menyarungkan katananya dan pelan-pelan menurunkan kuda-kudanya. Itu adalah kuda-kuda yang sama dengan yang kemarin, dimana dia mengalahkan Succulent dengan sekali serang. Sebelum Climb bisa penasaran apakah Brain bisa mengalahkan Zero dengan sekali serang, Zero melompat mundur. Dia melompat dengan mudah pada jarak yang jauh di luar batas kekuatan manusia biasa.
"Edstorm bisa membuat sebuah batasan dengan pedangnya, tapi kamu kelihatannya memiliki batasan yang berbeda. Jika aku melangkah maju dengan ceroboh, aku pasti akan terbelah dua."
Dia tidak bisa sama sekali menebak dengan benar martial art asli dari Brain, tapi mampu menebak skill macam apa itu menunjukkan bahwa kemampuan Zero sebagai seorang warrior benar-benar tinggi.
"Tapi... Itu adalah skill yang tidak bisa kamu gunakan tanpa melakukan kuda-kuda dahulu."
Zero menusukkan tinjunya ke udara. Mungkin itu terlihat seperti gerakan yang tidak berguna, tapi tubuh Brain bergetar akibat shockwave yang dibuat oleh tinjunya.
"Aku bisa menang dengan hanya menyerangmu dari jarak jauh seperti ini. Atau apakah kamu memiliki sebuah cara untuk memotong seseorang yang jauh?"
"Tidak, aku tak punya."
Brain menjawab dengan jujur.
"Jika kamu bertarung seperti itu, maka yang kuperlukan hanya untuk tidak menghadapi kuda-kuda itu."
Zero bertanya kepada Brain dengan lirih di dalam suasana yang hampir tidak cocok dengan dirinya, di dalam suasana hati yang tenang dan dalam.
"Brain Unglaus, apakah itu adalah kartu asmu?"
"Tentu saja. Ini adalah kartu asku dan hanya pernah dikalahkan...sekali."
"Membosankan. Jika itu sudah pernah dikalahkan, kalau begitu ini akan menjadi yang kedua."
Zero pelan-pelan menarik tinjunya kembali dan mengambil kuda-kuda.
"Aku akan menghancurkanmu secara langsung. Aku akan menghancurkan skill kecil milikmu itu dan menang. Pertama aku akan menang melawanmu, Brain Unglaus dan suatu hari aku akan membuat Gazef Stronoff berlutut di hadapanku. Maka aku akan menjadi yang terkuat di Kingdom."
"Jika kamu berpikir kamu bisa mencoba menggunakan aku sebagai batu loncatan pertama atas ambisimu, kamu akan terpeleset. Kamu pasti tidak punya pekerjaan sama sekali, Zero."
"Bicara adalah satu-satunya hal yang bagus darimu... Tidak, karena kamu sudah sejauh ini. itu tidak sepenuhnya benar. Namun, sadarilah kenyataan bahwa aku lebih baik darimu di kuburanmu. Adalah hal yang bodoh menantang Zero-sama! Ini dia aku datang!"
Tubuh bagian atas Zero memiliki tato dari berbagai macam binatang, yang mengeluarkan sinar yang samar. Dibandingkan dengannya, Brain tidak bergerak. Dia hanya menunggu seperti sebuah patung. Climb bisa merasakan dia akan merasakan kekuatan dengan jumlah besar yang dikeluarkan dari kedua orang itu.
Sebuah tempat dimana tak ada satupun yang menyela dan tenaga mentah yang bergesekan dengan tenaga mentah.
Dan tiba-tiba sebuah suara yang tidak cocok dengan tempat itu terdengar:
"Jadi ini tempat dimana semuanya berkumpul."
Semuanya terkejut dan berputar untuk melihat orang yang menyusup. Bahkan Zero dan Brain, yang tidak bisa melepaskan tatapan satu sama lain, juga melakukannya. Seorang pak tua sedang berdiri di sana, itu adalah Sebas. Seseorang yang takkan pernah diduga oleh Zero ada disini telah muncul.
"Apa? Apa yang terjadi? Six Arm seharusnya sudah menanganimu... Apakah kamu melewati mereka dengan sembunyi-sembunyi?"
Sebas menggelengkan kepalanya.
"Tidak. Semua rekanmu sudah kalah."
"...Jangan bicara omong kosong. Mereka mungkin memang lebih lemah dariku, tapi mereka masih merupakan anggota Six Arm. Tidak mungkin kamu bisa kemari tanpa terluka sedikitpun setelah menghadapi mereka."
"Hal mengejutkan seringkali ditemani oleh kebenaran."
"Sebas-sama! Tsuare yang ada disini palsu! Itu adalah Succulent yang sedang menyamat dengan ilusinya. Kita harus menyelamatkannya sekarang!"
"Ah, terima kasih sudah mengkhawatirkannya, Climb, tapi itu tidak perlu lagi dikhawatirkan. Aku sudah menyelamatkannya. Dia sedang berada di bagian yang berbeda dari bangunan ini."
Sebas melihat ke arah bahunya dan Climb mengikuti tatapannya dan menemukan seorang wanita di dekat pintu masuk.
"Ah!"
Climb cepat-cepat melihat ke arah Succulent. Pakaian pelayannya robek disana dan bersimbah darah. Tidak mungkin menyerahkannya, dan pihak yang menerima juga tidak akan menginginkannya.
"Tidak perlu mengkhawatirkan hal itu, Climb. Itu hanya pakaian pelayan biasa, jadi bisa dibuang."
Climb merasa lega dan Sebas tersenyum pahit.
"Oi, oi, oi. kalian enak mengobrol dan mengacuhkanku... kalian benar-benar punya nyali."
Zero, yang tidak bisa bergerak dengan gegabah karena ada Brain di depannya sedikit bergerak dari tempatnya untuk melihat ke arah Sebas dengan ekspresi yang penuh kebencian.
"Pak Tua, aku akan tanya sekali lagi. Apa yang terjadi dengan bawahanku?"
"-Aku membunuh mereka semua."
Itu adalah nada yang biasa, seakan sedang memetik bunga, tapi juga dipenuhi dengan ekspresi dingin.
"Ti, tidak mungkin! Kamu kira aku percaya padamu?"
Sebas tersenyum dengan teriakan Zero, Sebas tertawa tanpa sedikitpun tanda-tanda memusuhi yang dirasakan hanya kebenaran.
"...Brain Unglaus. Kita akan menunda pertarungan kita sedikit lagi. Aku harus menunjukkan pak tua ini kekuatan dari Six Arm."
"Baiklah. Tapi coba untuk tidak hancur dengan cepat. Yah, lagipula bukan giliranku."
"Diam!... Pak Tua, kamu akan membayar atas kebohonganmu dengan nyawamu."
Sebas tersenyum pahit, tapi pria yang mengklaim diri sendiri sebagai yang terkuat tidak tahan dengan senyuman itu tato Zero mengeluarkan kilauan yang samar.
Kepala dari cabang keamanan dan pemimpin dari Six Arm, "Battle Demon" Zero.
Jika pria seperti Gazef Stronoff dan Brain Unglaus bertarung dengannya tanpa senjata, mereka akan tewas dalam sekejap. Meskipun mereka bersenjata, hasil dari pertarungan itu masih belum jelas.
Salah satu dari kelas yang dia peroleh adalah "Shamanic Adept". Kelas ini meminjam kekuatan dari semangat binatang dan menguatkan kemampuan fisik seseorang. Ada sebuah batas seberapa sering seseorang bisa menggunakan skill ini dalam sehari. tapi itu bisa meningkatkan kemampuan si pengguna hingga menjadi seperti seekor binatang buas. Untuk animal dengan fisik yang tinggi yang menggunakan martial art dari manusia, itu benar-benar kombinasi yang mengerikan.
Zero mengaktifkan skill miliknya. Biasanya dia hanya mengaktifkan salah satunya untuk menyimpan tenaganya, tapi dia menyadari bahwa Sebas adalah lawan yang sangat kuat.
Meskipun dia tidak benar-benar mempercayai jika Sebas mengalahkan empat anggota Six Arm itu sendiri, mempertimbangkan bahwa dia telah menembus lewat depan, seharusnya ada orang lain yang bersamanya. Kelihatannya adalah Blue Rose. Sampai dia bisa mengumpulkan informasi yang lebih detil, yang bisa dia lakukan hanyalah menghancurkan Sebas dengan seluruh tenaganya dan menunda duel dengan Brain Unglaus.
Dia harus menunjukkan kekuatan yang luar biasa kepada yang menyaksikan sebelum kabur. Dia bertekad ini adalah tindakan yang terbaik dan mempersiapkan skill miliknya yang terkuat menurutnya.
Panther di kaki, falcon di punggung, badak di lengan, banteng di dada, singa di kepala; dia mengaktifkan semuanya. Dia merasakan tenaga yang meledak mengalir ke tubuhnya. Dia hampir khawatir tubuhnya akan membengkak dan meledak.
"Gyyyyaaaaaaaaaaahhhhh!!"
Meneriakkan kekuatan yang terbangun di dalam tubuhnya, dia mengambil sebuah langkah maju.
Serangan dari yang terkuat di Six Arm, Zero. Itu adalah pukulan yang lurus. Tidak ada tipuan, tak ada trik, hanya pukulan lurus yang murni. Tapi kekuatan di belakangnya sangat besar sekali. Bukan hanya skill miliknya sebagai seorang Shamanic Adept, tapi juga ditambah dengan skill sebagai Monk, begitu juga dengan item magic yang memperkuat kekuatannya dan kehancuran dari tinjunya.
Sangat cepat bahkan Zero sendiri kesulitan mengendalikannya. Kenyataannya bahwa itu adalah sebuah pukulan lurus dengan seluruh kekuatannya membuatnya skill yang bisa digunakan. Dia tidak ragu menunjukkan serangannya yang paling kuat. Skill ini sangat sederhana, tapi tak terkalahkan.
Dia percaya diri bahwa tak ada penipuan yang bisa menghentikannya. Zero merasakan sebuah sensasi unggu di atas orang lain saat dia melangkah maju cepat sekali dengan sebuah sensai ditarik.
"Awa-"
Seseorang berteriak.
Tapi sudah terlambat.
Dalam sekejap mata, tinju itu membawa tenaga dan berat yang ekstrim yang sudah tiba di depan Sebas dan masih terus terdorong maju. Zero hanya bisa tertawa kepad Sebas yang masih berdiri kaku. Dia akan menyesal sudah melawan yang terkuat di Six Arm.
"-Hrmph."
Tinju itu menemukan targetnya di perut Sebas yang tidak terjaga. Itu adalah serangan yang sempurna.
Dengan sebuah ledakan setelahnya, tubuh Sebas akan melayang ke belakang seperti boneka lusuh. Dia akan jatuh ke lantai, tapi serangan itu cukup kuat untuk membuat tubuhnya terus terpental di lantai. Itu adalah kematian langsung. Tidak, memang wajar seperti itu.
Seluruh organ dalamnya akan berubah menjadi cairan sekarang. Hanya bagian luarnya saja yang tetap mirip dengan manusia. Ini adalah skill terkuat dari Zero. Sebuah skill demonic yang mirip dengan sebuah frase, "Satu kali pukulan membunuh".
Atau setidaknya begitulah yang seharusnya terjadi.
Sebas berdiri di atas tanah dan tidak bergeming sama sekali. Dia telah menerima tinju Zero, dengan seluruh kekuatan di dalamnya, dengan hanya otot di perutnya. Itu adalah pemandangan yang sulit dipercaya oleh siapapun; sebuah pemandangan yang menolak seluruh hal yang masuk akal.
perbedaan kekuatan antara penampilan mereka sangat mutlak, tapi hasilnya benar-benar di luar dugaan.
Yang paling tidak bisa mempercayai ini adalah Zero. Tidak ada makhluk yang menerima serangan terkuat ini dan selamat. Sejauh ini memang begitu. Namun, dengan hasil yang seperti ini, dia bahkan tidak menyadari ada sesuatu yang hitam yang lewat di depan matanya.
Kaki Sebas naik tinggi ke udara. Melewati hidung Zero dengan gerakan yang mengalir. Lalu kaki itu turun dengan deras ke bawah.
Sebuah Tendangan tumit yang menghujam ke bawah (Heel Drop Kick).
Itulah nama skill ini, tapi kecepatan dan kekuatan di belakang tendangan itu tidak normal.
"...Siapa kamu."
Zero bergumam dan bibir Sebas melengkung di tepiannya.
Suara remuk dan retak yang menakutkan terdengar kemana-mana. Kepala Zero hancur, leher dan tulang belakangnya hancur seakan diremukakn oleh sebuah obyek dengan berat lebih dari ratusan kilogram, dan tubuh Zero berlutut.
Lorong itu menjadi hening.
Suasana tersebut hanya bisa digambarkan sebagai "pingsan". Sebas menggerakkan kakinya seakan menghindari darah dari kepala Zero yang hancur dan membersihkan debu di tempat tinju Zero yang mendarat.
"Phew, itu bahaya sekali. Aku bisa mati jika tidak kamu peringati." Dia berbohong! Peringatan apa? Tiga orang itu, dan mungkin Tsuare juga, tidak bicara keras, tapi semuanya berteriak seperti itu di otaknya.
"Aku selamat, terima kasih berkatmu, Climb-kun."
"-ouh..Ah, ya..."
Climb yang hanya bisa mengeluarkan kalimat terakhir 'Awa-' menerima terima kasih Sebas dengan kaku. Dia tidak tahu harus bilang apa karena kejutan mentalnya.
"Kelihatannya aku sedikit lebih kuat."
Sebas menunjukkan bagian sedikit diantara dua jarinya. Mungkin maksudnya jarak antara jari-jari itu adalah perbedaan antara dirinya dan Zero, tapi tak ada siapapun yang setuju.
"Sedikit ndasmuu.", semuanya menjawab perkataan sebas di pikiran masing-masing
"Bagaimanapun, karena kita sudah menyelamatkannya, lebih baik untuk mundur."
"Uh, tidak, tentang Six Arm... Apakah anda benar-benar?"
"Ya, aku bunuh mereka semua. Ada terlalu banyak musuh yang kuat. Aku menyesal tidak bisa memberi mereka bagian."
"Be, Begitukah. Itu memang tidak bisa dihindari, tolong jangan terlalu memikirkannya."
Ketiga tatapan mereka berpindah ke mayat Zero. Mereka bahakan tidak bisa menyangka itu adalah kebohongan.
"Ka-Kalau begitu kita harus memanggil para ksatria masuk untuk memeriksa seluruh bangunan."
Pasukan yang pada awalnya untuk memeriksa bangunan. Fakta bahwa mereka bisa membersihkan sebuah benteng dengan Sebas adalah keberuntungan yang luar biasa. Jika kalimat Sebas benar, dan mungkin memang benar, akan ada tambahan bonus karena sudah menghancurkan Kekuatan tempur yang paling kuat dari Eight Finger.
Kekurangannya hanyalah tak bisa menangkap Zero, tapi mereka sudah memperhitungkan mereka takkan bisa mengkapnya sejak awal, jadi itu bukan kerugian yang sebenarnya. Siapapun yang berdebat tentang hasilnya adalah orang yang bodoh.
Climb bicara dengan suara gembira dan Brain juga mengangguk seakan itu adalah keputusan yang benar, tapi ada seseorang yang berdiri dengan ekspresi kaku.
"Ada apa, Sebas-sama?"
"Ti-Tidak, bukan apa-apa. Sepertinya ada yang tidak tepat denganku... Tapi sebelum itu, kelihatannya udara disini tidak baik. Bisakah kalian melangkah keluar bersamaan denganku?"
"Ya, tentu saja."
Melihat ke arah mayat Zero.dan melihat ke arah tsuare semuanya setuju dengan Sebas. Sebas mendekati Tsuare yang ada di dekat pintu sel penjara dan menggendongnya seperti seorang putri. Kakinya yang putih, yang mana tidak memiliki banyak daging di antara tulang belulang dan kulitnya, menendang-nendang di udara sedikit dan mereka bisa melihat lengan kurus Tsuare menggenggam Sebas.
Mereka bisa merasakan hubungan antara keduanya bukan seperti kepala pelayan dan pelayan.
Kamu seharusnya berhenti menggali kehidupan pribadi mereka. Itu tidak cocok denganmu Climb. Tidak masalah apapun hubungan mereka.
"Kalau begitu ayo pergi."
Climb berbicara dan pergi keluar dahulu.
Tiga orang lain mengikuti. Mereka bisa mulai menyelidiki setelah Sebas pergi dan tidak ada banyak peluang jika ada seseorang yang melompat dan menyerang Sebas, yang kedua tangannya sedang penuh. Sesaat dia tegang, tapi itu tidak perlu.
Bangunan itu, yang selalu sibuk dengan aktifitas ketika mereka menyerang pertama kalinya, tidak menunjukkan ada seorangpun disini. Secara logisnya, tidak akan ada siapapun yang berani menantang Sebas ketika dia baru saja mengalahkan Six Arm. Kemungkinan mereka semua telah kabur, dan jika ada itu adalah masalahnya dia berharap kelompok yang ada di luar akan menangkap siapapun yang mencoba lari.
Bahu Climb serasa lebih ringan dengan sensasi lega.
Namun, seseorang menepuk bahu Climb. Itu adalah si rogue. Dia sedang melihat ke arah yang sama sekali berbeda dan ekspresinya miirip dengan yang dibuat ketika Sebas mengalahkan Zero dengan sekali serang. Mengikuti tatapannya, mata Climb juga terbuka lebar ketika dia melihatnya.
"Dinding api?"
Climb mengangguk saat Brain berbisik. Jika sebuah rumah sedang terbakar, maka api itu adalah hal yang biasa, tapi itu bukan api yang biasa, Climb tidak akan seterkejut itu. Namun, sebuah dinding api dengan tinggi lebih dari 30 meter yang telah keluar dan mengeliling sebagian ibukota. Jaraknya kira-kira, lebih dari beberapa kilometer panjangnya.
"Kira-kira apa itu?"
Tiga orang tersentak ketika mereka mendengar suara Sebas yang penasaran dan santai.
"Apa yang harus kita lakukan, pimpinan? Itu kelihatannya distrik gudang. Kelompk mana yang bertugas di lokasi itu?"
"Pimpinan dari Blue Rose, Alvein-sama... Kita akan menganggap ini darurat, batalakn semua rencana dan mundur ke istana kerajaan. Kita akan mengikuti perintah dari atas setelahnya."
"Itu kelihatannya adalah tindakan yang terbai... Ah, untuk Sebas-sama..."
"Aku akan membawa Tsuare ke tempat yang aman, agar tidak ada kejadian lagi seperti ini yang bisa terjadi."
"Saya mengerti Sebas-sama. Terima kasih atas yang kemarin dan hari ini."
"Tidak perlu terlalu mengkhawatirkan hal itu. Tujuan kita kebetulan sama... Aku harus membayar hutang karena telah menyelamatkan Tsuare suatu hari. Kalau begitu, saya permisi dulu."