Seirei Tsukai no Blade Dance:Extra 1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Festival Roh Agung di Ibukota Kekaisaran[edit]

STnBD BR Extra.1.jpg

Bagian 1[edit]

"Hah—!"

Dengan serangan tebasan berwarna perak yanv merobek kegelapan.

Bulu-bulu berwarna hitam legam langsung berhamburan, menghilang di udara sebagai partikel cahaya.

—Hanya itu saja.

Tak ada sensasi dari mendaratkan serangan kritikal.

"....!"

"Fufu, sungguh memalukan, Kamito. Perjalanannu masih panjang—"

Lambaian rambut indah yang berwarna seperti gelapnya malam.

Disertai dengan lambaian jari-jari pucat dalam kegelapan, petir menyambar sesaat setelahnya.

Dengan retakan yang memekakan telinga, belati ditangan anak laki-laki itu hancur berkeping-keping hanya dengan satu serangan petir. Ini adalah sebuah elemental waffe yang terbentuk dari roh baja yang mana telah dia kontak dengan kontrak sederhana.

Sambil mendecak lidahnya, anak laki-laki itu mundur. Mencabut senjata cadangannya—sebuah belati muthril—dia mencari kehadiran musuh yang mengintai dalam kegelapan.

(Dimana kau, roh kegelapan—?)

Sambil menuangkan kekuatan suci untuk membuat bilah belati tersebut bersinar dan mengkonfirmasi langkahnya, anak laki-laki itu bergerak secara waspada.

Arena pertarungan di Sekolah Instruksional ini, dengan bidangnya yang rumit, merupakan sebuah tempat kematian. Satu saja salah langkah akan berujung pada nasib yang sama seperti mayat-mayat yang tak terhitung jumlahnya yang berserakan di dasar jurang tersebut.

Meskipun para tetua dari Sekolah Instruksional dengan tegas percaya bahwa anak laki-laki ini adalah reinkarnasi dari Raja Iblis seribu tahun yang lalu, mereka tak punya niat memanjakan dia karena hal itu.

Misalkan dia mati disini, maka itu artinya kemampuannya tidaklah mencukupi untuk menjadi penerus Raja Iblis. Itu saja.

Tiba-tiba, anak itu menyadaro pergerakan kecil didalam kegelapan.

(Disana huh—)

Hanya melalui naluri saja, anak itu melemparkan belati yang diimbuhi dengan kekuatan suci.

—Akan tetapi, hawa kehadiran tersebut sudah lenyap. Bukan yang berkilauan dengan warna perak tersebut terbang melintasi ruang kosong.

"....!?"

"Masih terlalu awal bagimu untuk membunuhku—"

—Sebelum dia mengetahuinya.

Hawa kehadiran tersebut telah berpindah ke belakangnya.

Jari pucat, lembut dan halus membelai leher anak itu.

Seketika, petir menyambar seluruh tubuhnya membuat dia kehilangan kesadaran.

Bagian 2[edit]

"...mito, hei, Kamito... Apa kau baik-baik saja?"

"...Ooh, hmm..."

Dia merasakan sentuhan dingin dari tangan pada keningnya.

Perasaan jeli dari rambut terasa di pipinya.

Dari tidur ringan yang nyaman, dia membuka sedikit matanya—

Yang terlihat adalah mata berwarna menatap dia dengan ekspresi khawatir.

"......!"

Anak itu— Kamito—segera berusaha bangun, tetapi gadis itu menahan kepalanya.

"Kamu akan merasa pusing kalau kamu bangun secara tiba-tiba."

"....Jangan perlakukan aku.... seperti anak kecil, roh kegelapan..."

"Kamu memang anak kecil. Sungguh memalukan, kamu yang sekarang tak bisa membunuhku."

Terus membiarkan kepala Kamito tetap di pangkuannya, gadis itu terkikih.

Dia adalah roh kegelapan berperingkat tertinggi— Restia Ashdoll

Dikirim untuk mendidik penerus Raja Iblis, dia adalah lawan Kamito yang terakhir dan yang paling kuat.

Meskipun telah mengalahkan banyak petarung untuk mendapatkan kursi nomer satu di Sekolah Instruksional diusia sembilan tahun, Kamito belum bisa menaklukkan roh kegelapan ini.

".....L-Lepaskan aku...."

"Tubuhmu pasti masih mati rasa. Istirahat saja dulu dipangkuanku."

Jari-jari ramping itu dengan lembut membelai rambut Kamito.

Merasa seperti kekuatannya terkuras secara tiba-tiba, Kamito mau tak mau merilekskan tubuhnya.

"Ya, ini baru benar. Sampai rasa lumpuhmu meresa, aku akan menceritakan cerita pengantar tidur."

"......"

Mendengar itu, Kamito menyerah untuk berontak, memejamkan matanya.

Ini karena cerita pengantar tidur yang dia ceritakan adalah satu-satunya kesempatan bagi Kamito untuk memperlajari dunia luar, dan itu merupakan informasi yang sangat menarik.

"....Lakukan saja kalau kau mau."

"Sungguh sangat tidak jujur."

Roh kegelapan itu sedikit mengangkat bahu.

"....Hmm, kalau begitu, mari berbicara mengenai ibukota kekaisaran hari ini."

"Ibukota kekaisaran?"

"Ya. Ibukota kekaisaran Ordesia, Ostdakia. Pernahkah kamu mendengar nama itu?"

"Sesuatu seperti kota yang paling megah dibenua, kan...."

Menatap ke langit, Kamito bergumam.

"Memang. Itu adalah kota benteng yang dibangun oleh holy maiden Areishia yang melenyapkan Raja Iblis seribu tahun yang lalu. Dinding luarnya sangat kokoh dan banyak roh penjaga yang melindunginya. Kotanya ada ditengah dimana Istana Nefescal berada, dikelilingi oleh taman yang luas dan perumahan bangsawan disekitarnya—"

Cewek roh kegelapan itu berbicara mengenai satu per satu rincian ibukota kekaisaran.

Akan tetapi, ini sangat singkat untuk disebut cerita pengantar tidur. Nada suaranya seperti menceritakan fakta yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Berbaring dipangkuan cewek itu, Kamito menguap. Cerita pengantar tidur dari cewek itu dimasa lalu jauh lebih menarik, cukup untuk menarik rasa ingin tau Kamito muda.

"Kurasa sudah cukup tentang ibukota kekaisaran. Sebaliknya, aku lebih ingin mendengar tentang gugusan pegunungan dimana banyak naga tinggal di dalam Kekaisaran Dracunia—"

"Haha, ibukota kekaisaran itu sangat membosankan, huh?"

Restia tersenyum masam dan mengangkat bahu.

"Tapi ini adalah informasi yang diperkukan, lho?"

".....Apa maksudmu?"

Tepat saat Kamito bertanya balik....

"Jangan memberi informasi tak berguna pada penerus Raja Iblis, roh kegelapan—"

Sosok-sosok berbalut jubah abu-abu muncul secara diam-diam dari kegelapan.

Mereka adalah penguasa mutlak dari fasilitas ini— para instruktur dari Sekolah Instruksional.

"Aku hanya menyediakan informasi yang diperlukan untuk misi."

Restia menatap dingin pada pria tua itu.

Suaranya sangat dingin, sepenuhnya berbeda dengan saat berbicara pada Kamito.

"Jangan seenakmu sendiri, roh kegelapan."

"Jangan pernah lupa bahwa kami bisa menyegelmu kapanpun."

".....Tentu saja aku tau itu."

Restia berbisik. Suaranya bergetar.

Kamito bangun dari pangkuannya.

"Misi untukku?"

Dia menanyai pria tua itu.

"Ya, berikutnya, kami akan mengirimmu ke ibukota kekaisaran."

"Ibukota kekaisaran...."

Melihat kebelakang secara tiba-tiba, Kamito melihat Restia mengangguk setuju.

"Kau akan mencuri roh militer yang digunakan pada Festival Roh Agung di ibukota kekaisaran."

Suara menyeramkan dari pria tua itu bergema dalam kegelapan.

Bagian 3[edit]

—Itu terjadi empat hari yang lalu.

Menyusup pada rombongan pedagang dalam perdagangan kristal roh selundupan, mereka sampai di ibukota kekaisaran dua hari lebih awal melewati sebuah kota perdagangan di gurun. Setelah menyelinap kedalam kota, mereka bersembunyi di suatu tempat persembunyian yang telah dipersiapkan oleh Sekolah Instruksional sambil mengumpulkan informasi.

Ini adalah sebuah ruangan tanpa jendela di sebuah penginapan murah.

Dari luar ruangan pengap tersebut, sorakan dari kerumunan orang bisa terdengar.

(Akhirnya, tiba juga hari ini....?)

Festival Roh Agung adalah suatu perayaan yang diadakan setahun sekali di ibukota kekaisaran. Misi Kamito adalah untuk mencuri roh militer yang dijadwalkan akan diperkenalkan selama festival.

Setelah penuesuao, roh-roh militer terebut bisa dijual dengan harga yang sangat tinggi di pasar gelap, meskipun mereka berasal dari generasi kuno. Pembeli utamanya adalag negara-negara kecil yang tak mampu mengembangkan kemampuan militer mereka sendiri.

Tetapi kali ini, roh-roh militer yang akan dicuri bukanlah roh-roh biasa.

Menurut sumber, roh-roh militer yang akan diperkenalkan mulanya berasal dari tujuh puluh dua roh yang digunakan oleh Raja Iblis Solomon sebelum menjalani penyesuaian. Menganggap bahwa informasi ini benar, itu sangatlah mengejutkan para orang tua dari Sekolah Instruksional, yang menyembah Raja Iblis, bersedia mengambil resiko untuk mendapatkan roh-roh itu.

(....Mereka berdua belum tertangkap oleh para ksatria roh, kan?)

Berkelompok dengan Kamito dalam misi ini adalah petarung peringkat kedua dan ketujuh.

Nomer tujuh, Lily Flame, bertugas mengumpulkan informasi di ibukota kekaisaran dan mengamankan jalan kabur. Nomer dua, Muir Alenstarl sang Monster, mengunakan kemampuan khususnya untuk membuat roh-roh mengamuk dan menyerang alun-alun dimana para princess maiden akan menari sebagai persembahan pada para roh. Adapun untuk Kamito, tugasnya adalah memanfaatkan kekacauan selama serangan tersebut untuk mengambil katalis dimana roh-roh militer tersebut disegel. Ini adalah poin utama dari operasi ini.

Mereka berdua pasti bersembunyi disuatu tempat di ibukota kekaisaran, tetapi Kamito tidak diberitahu secara spesifik. Komunikasi reguler adalah tanggung jawab dari beberapa mata-mata di kota.

—Thud.

Lalu, suara samar dari sebuah cangkir diletakkan bisa terdengar dari sudut ruangan.

"Kamito, berapa lama kamu akan tinggal di ruangan remang-remang ini?"

Masih duduk di lantai, Kamito membuka satu matanya.

Dia melihat cewek roh kegelapan itu duduk di sebuah kursi. Menatap dia dengan ekspresi jengkel diwajahnya.

"Misinya dimulai setelah sang princess maiden memulai tariannya. Tak ada perlunya pergi keluar."

Menjawab singkat dengan dua kalimat ini, Kamito menutup matanya lagi.

Duduk dilantai dengan tangannya dalam pose meditasi, dia berkonsentrasi. Meningkatkan fokusnya dengan cara ini sebelum mengerjakan misi penting adalah kebiasaannya.

"Kamu salah. Meskipun agak aneh kalau aku yang merupakan seorang roh kegelapan ini mengatakan ini, tapi ketahuilah bahwa sangat nikmat untuk berada dibawah matahari sesekali waktu. Pada kunjungan langka ke ibukota kekaisaran, bagaimana bisa kamu tetap meringkuk sepanjang waktu didalam sebuah ruangan?"

"Keluar hanyalah akan meningkatkan resiko yang tak diperlukan."

"Sigh, apa yang harus aku lakukan padamu..."

Menghela nafas, Restia berdiri dari kursinya.

Hawa kehadiran yang perlahan-lahan mendekat memaksa Kamito membuka matanya.

"....A-Apa yang kau lakukan?"

"Dengarkan baik-baik."

Tersenyum lembut, Restia menarik telinga Kamito.

"....R-Restia... A-Apa yang kamu lakukan!?"

"Tak peduli seberapa tolerannya aku, ada saat-saat dimana aku akan marah. Mengerti, Kamito?"

Rumble rumble rumble rumble rumble rumble rumble rumble...!

Restia memancarkan aura kegelapan dari seluruh tubuhnya.

Dihadapkan dengan tekanan mencengangkan milik roh kegelapan peringkat tertinggi ini, Kamito merasa ketakutan.

"Aku, sejak kemarin, merasa sangat bosan."

Mendekatkan wajah tersenyumnya pada Kamito, Restia tak menunjukkan senyuman dimatanya.

"Baiklah, kita harus pergi keluar—"

"Nggak bisakah kamu keluar sendirian?"

Walaupun Kamito terus menolak, Restia memegang dia dilehernya.

"Kamito, ini adalah pelajaran."

"Pelajaran?"

"Ya. Aku akan mengajarimu teknik membaur kedalam kerumunan orang dengan mulus ketika menyusup kedalam kota."

Tersenyum, Restia memaksa Kamito keluar.

Bagian 4[edit]

—Sementara itu diwaktu yang sama....

Didalam kediaman cadangan milik keluarga Elstein didalam Istana Nefescal, seorang princess maiden yang memimpin Festival Roh Agung tahun ini saat ini sedang mempersiapkan pertunjukan tari.

"Wow, Nee-sama, kamu sungguh cantik!"

Melihat princess maiden mengenakan pakaian upacara, gadis berambut merah berseru.

Rambutnya dikuncir twintail. Berputar cepat, matanya yang seperti ruby tampak sangat manis.

Nama gadis itu adalah Claire Elstein.

Dia berusia sembilan tahun dan merupakan putri kedua dari Duke Elstein.

"Terimakasih, Claire—"

Mendengar itu, sang princess maiden tersenyum lembut dan membalas.

Dia adalah Rubia Elstein, kakak kandung Claire serta princess maiden utama dari Divine Ritual Institute, kandidat untuk Ratu selanjutnya dari Elemental Lord Api.

Ditugaskan untuk memimpin upacara terakhir dalam Festival Roh Agung, dia memikul misi yang paling penting.

"Area dada dari pakaian upacara ini agak longgar...."

Menatap pada celah didepan dadanya, Rubia mendesah. Fakta bahwa payudaranya sedikit lebih kecil daripada cewek-cewek lain diusia yang sama menyebabkan princess maiden ini, yang bisa disebut sempurna di semua hal, sedikit merasa rendah diri.

"Masukan saja sesuatu kedalamnya. Itu nggak akan apa-apa."

"....K-Kurasa kamu benar. Claire, bisakah kamu membantu menyisir rambutku?"

"Tentu, Nee-sama—"

Claire mengangguk dan perlahan-lahan menyisir rambut crimson yang panjang itu dengan cara yang canggung.

Rambut indah yang menyerupai kobaran api ini, bahkan mempesona Claire yang merupakan adiknya.

"Kuharap tarian pemanggilannya akan selesai dengan damai tanpa adanya insiden, Nee-sama."

"Rumor mengatakan bahwa Lindwyrm yang diundang sebagai tamu utama cujup sulit untuk disenangkan diantara roh-roh naga yang menjengkelkan. Tarian tak berpengalaman tidak akan memuaskan dia."

"Harap jangan terlalu memakasakan diri. Bagaimanapun juga, tubuhmu agak rentan, Nee-sama."

"Juniorku di Divine Ritual Institute mengatakan hal yang sama padaku."

Rubia tersenyum.

"Jangan khawatir, aku tidak akan memaksakan diri."

Dia berdiri.

Perilakunya yang elegan dan mulia membuat Claire berseru "wow", benar-benar terkesan.

Bersulam desain seekor naga api, pakaian upacara berwarna putih tersebut adalah buatan khusus untuk Festival Roh Agung ini. Mahkota kecil yang menghiasi rambut crimsonnya didekorasi dengan kristal-kristal roh dengan berbagai ukuran, bertindak untuk memperkuat kecantikan princess maiden ini.

Woof, woof!

—Lalu, gonggongan bisa terdengar dari halaman kediaman tersebut.

"Astaga, berapa lama lagi kau akan membuat seorang nona sepertiku menunggu?"

Claire melihat keluar jendela untuk melihat seorang cewek berambut pirang yang marah disertai seekor serigala putih.

"Oh tidak! Aku janji pada Rinslet-chan untuk berjalan-jalan saat festival dengan dia!"

Menutupi mulutnya, Claire mulai menjadi cemas.

"Sudah tidak usah pikirkan aku, pergilah nikmati feativalnya."

Melihat itu, Ruhia meletakkan tangannya pada kepala Claire.

"B-Baiklah! Aku menantikan pertunjukan tarianmu, Nee-sama!"

Mengangguk, Claire dengan panik bergegas keluar.

Bagian 5[edit]

Pasarnya berlokasi didekat gerbang timur ibukota kekaisaran dimana para pedagang berkumpul dari seluruh benua. Selama Festival Roh Agung, ini adalah tempat dimana massa dalam jumlah yang besar seringkali membuka toko terbuka.

"Princess maiden tahun ini sepertinya adalah putri teetua Duke Elstein—"

"Dia adalah seorang anak ajaib yang memasuki Divine Ritual Institute di usia termuda. Festival Roh Agung tahun ini pasti akan sukses!"

Berbaur dengan keramaian, dua orang sedang berjalan-jalan di jalanan.

"Kamito, tatapanmu terlalu tajam."

"Berisik..."

Membantah tak senang, Kamito mempercepat langkahnya.

Mereka berdua mengenakan jubah panjang sembari kepala mereka tertutup tudung. Ini adalah pakaian khas dari pedagang gurun.

Karena banyaknya jumlah imigran dari Alpha Theocracy yang tinggal di wilayah timur Ibukota kekaisaran, berpakaian seperti ini didalam kerumunan tidaklah aneh.

"Hei, tunggu. Penyamaran kita adalah sepasang saudara!"

Mendengar itu, Kamito berhenti dan melihat kebelakang.

"....Kau dan aku bepergian bersama hanya karena sebuah misi. Jangan halangi aku."

Mengatakan itu, dia bersiap untuk mulai berjalan lagi.

"Oke, hati-hati atau kita akan terpisah."

"Jangan sentuh aku, roh kegelapan!"

Restia mengulurkan tangannya untuk memegang tangan Kamito, tetapi Kamito menepis dia dengan paksa.

Para pejalan kaki disekitar menatap mereka dengan bingung.

"Maaf, abaikan saja kami..."

Restia membuka tudungnya dan menatap sekeliling.

Matanya yang berwarna senja menghasilkan cahaya misterius. Sekejap setelahnya, orang-orang melanjutkan perjalanan mereka, mengabaikan mereka berdua seolah tak ada yang terjadi.

"Oke, ayo pergi—"

"......."

Dengan penampilan yang sangat enggan, Kamito mengikuti dibelakang dia.

Jalanan utama dipenuhi dengan musik yang meriah. Aroma buah-buahan bisa tercium dari toko-toko terbuka.

Mengikuti Restia kedalan sebuah restoran, mereka berdua memilih tempat duduk yang menghadap ke jalan.

".....Fiuh, sebuah festival sudah pasti sangat menyengkan. Seribu tahun aku nggak sebebas ini."

Duduk di kursi, cewek roh kegelapan itu merentangkan tangannya.

Sudah pasti, dia tak mewujudkan sayap hitam legam di punggungnya.

Ditempatkan di meja adalah dua buah parfait yang dia pesan. Kamito tidak menyentuhnya, hanya menatap Restia.

"Kenapa aku harus berkelompok denganmu? Aku bisa melakukannya sendiri."

"Kalau kamu sendirian, Kamito, kau pasti ditangkap oleh para Imperial Knight dalam sekejap, disiksa dan di interogasi di Penjara Balsas sekarang ini."

Sambil memakan parfait stroberi, dia menatap bangunan yang menjulang tinggi di tengah ibukota kekaisaran.

Dikatakan bahwa didalam Penjara Balsas merupakan sebuah prnjatau yang dikhususkan untuk memenjarakan para elementalist. Setelah tertangkap, bahkan petarung dari Sekolah Instruksional pun mustahil untuk melarikan diri.

"Penyiksaan tak berpengaruh padaku."

"....Bukan itu masalahnya."

Restia mendesah jengkel.

"Tampaknya memang tepat bagiku untuk mengikutimu—"

Mengatakan itu, dia meletakkan parfait satunya didepan Kamito.

"Ini, makanlah."

"Aku cukup ini saja. Ini cukup untuk tiga hari."

Kamito menggeleng dan mengeluarkan kantong kecil dari saku jubahnya.

Dia mengeluarkan dua atau tiga pil dari kantong tersebut.

Ini adalah makanan yang dibuat dengan perpaduan beberapa herbal dengan madu dan dikeringkan. Para petarung Sekolah Instruksional juga membawa makanan ini secara personal selama misi yang panjang.

"....Seperti yang aku bilang, bukan itu masalahnya. Kamu akan meningkatkan kecurigaan disekitarmu."

".....?"

Mendengar itu, Kamito mendongak dengan wajah terkejut.

Pasangan-pasangan disekitar manatap mereka dengan mata curiga.

Restia dalam diam mengulurkan tangannya dan mengambil kantong pil tersebut dari bawah meja.

"......"

Menatap parfait itu, Kamito menundukkan kepalanya tanpa bergerak.

"Ada apa?"

Melihat Kamito membeku, Restia bertanya.

"....Gimana, cara yang benar?"

"Huh?"

"....Ini, gimana memakannya."

Sambil berpaling karena malu, Kamito bertanya pelan.

Restia terkikih lalu berkata:

"Baiklah, biar aku ajari."

Menyendok satu sendok penuh es krim, dia mengarahkan kedepan Kamito.

"Buka mulutmu."

"....B-Berhenti bercanda, aku bisa makan sendiri!"

"Nggak boleh. Kita nggak akan seperti pasangan, kan?"

Restia menarap pasangan yang ada dimeja sebelah.

....Cewek itu menyuruh anak laki-laki untuk mengatakan "ah~"

"Huh!? Kupikir penyamaran kita adalah sebagai saudara—"

Berteriak panik, Kamito segera mendapati mulutnya dijejali sendok milik Restia.

"......!"

"Gimana rasanya?"

(....Apa-apaan itu!?)

Hampir lupa akan rasa manis, Kamito terpesona sesaat—

"—Tahun ini, Rubia-oneesama yang memimpin upacaranya."

Tiba-tiba, suara dari dua cewek yang berjalan dijalanan dikuar restoran bisa terdengar.

"Festival Roh Agung tahun ini pasti akan sukses. Dalam beberapa tahun, aku akan membuat ritual persembahan pada para Elemental Lord yang agung juga!"

"Selalu gugup didepan banyak orang, kamu nggak akan bisa melakukannya."

"I-Itu nggak benar, aku pasti akan menjadi seperti Nee-sama dimasa depan—"

"....Lihat itu. Lihat, sudah dimulai—"

Segera, dua cewek itu lenyap di kejauhan. Mendengar suara mereka—

Kamito kembali memasang wajah serius seperti seorang petarung.

"—Mengkonfirmasi tindakan selanjutnya."

Dia merendahkan suaranya seolah bergumam pada dirinya sendiri.

"Setelah sang Princess Maiden Api memulai upacaranya, roh militer milik Muir akan bertindak. Ketika para Imperial Knight sedang kacau balau, kita akan mencuri roh-roh tersegel yang dimaksudkan untuk digunakan dalam ritual—"

Restia tersenyum samar dan menyeka es krim yang menempel di pipi Kamito.

"...!?"

"Waktunya bergerak—"

"Masih ada banyak waktu sebelum misi dimulai."

"Apa yang kau bicarakan? Nggak setiap hari kau bisa menikmati festival, lho?"

Restia mengulurkan tangannya pada Kamito yang masih duduk di kursinya.

"Ayolah, bergegaslah."

"......"

"Penyamarannya adalah saudara, kan?"

Menundukkan kepalanya, Kamito memegang tangan Restia.

"....Hanya karena misi."

Bagian 6[edit]

Sambil berpegangan tangan dengan Restia, Kamito berjalan di sepanjang jalanan yang ramai.

Ketika matahari terbenam, kerumunan besar mulai berkumpul di alun-alun.

"Ritualnya segera dimulai...."

"Ya. Setelah matahari terbenam sepenuhnya, lonceng akan berbunyi dikota. Lalu kuil potrabel yang besar akan keluar."

"Yang berada diatasnya adalah sang Princess Maiden Api, kan?"

Menatap roh yang tak terhitung jumlahnya yang terbang di langit malam seperti bola cahaya, Kamito berbisik.

Tiba-tiba, Restia berhenti, menyebabkan Kamito hampir tersandung dan jatuh.

".....Ada apa, roh kegelapan?"

Restia menatap ornamen rambut berwarna perak di toko terbuka.

"Itu adalah ornamen rambut yang sangat manis. Boleh aku melihatnya?"

"Wow, matamu jeli sekali, nona. Ini adalah ornamen perak yang dibuat di Theocracy."

Pemilik toko itu mengeluarkan senyum ramah dan menggosokkan tangannya.

"Coba aku lihat."

Restia membuka tudungnya disertai lambaian rambut panjangnya yang berwarna hitam.

Melihat kecantikan dunia lain tersebut, pemilik toko itu terkesiap.

"Misi adalah yang utama. Jangan bertindak seenaknya sendiri, roh kegelapan."

"Jangan khawatir. .....Hmm, bukankah itu tampak bagus?"

Memasang perhiasan rambut yang diserahkan si pemilik toko padanya, Restia tampak agak malu. Itu adalah sisi dari dia yang tak pernah dilihat Kamito sebelumnya, menimbulkan suatu perasaan membara yang tak diketahui didalam hati Kamito.

".....Siapa yang tau."

Melihat Kamito berpaling, Restia tersenyum nakal.

"Kamito, maukah kamu membelikannya untukku?"

"....Kamu bisa membelinya sendiri, kan?"

"Aku nggak bawa uang."

"Kalau itu adalah kamu—"

Kamu bisa dengan mudah menggunakan kendali pikiran, kan? Sebelum Kamito bisa menyelesaikan bantahannya, dia mendapati bibirnya—

Ditekan tertutup oleh jari telunjuk.

"Beneran deh, disaat-saat seperti ini, wajar saja kalau adik membelikan untuk kakaknya."

Restia berbicara lembut dengan suara merajuk.

".....Apa memang begitu?"

Bahkan sebagai petarung terkuat dari Sekolah Instruksional, Kamito nyaris tak tau apa-apa tentang akal sehat semacam ini di dunia luar. Dia bertanya-tanya apakah si pemilik toko akan curiga jika dia mati-matian menolak kali ini.

"Baiklah, aku beli yang ini."

Kamito membayar si pemilik toko dengan satu koin perak.

"Makasih, Kamito—"

Menerima hiasan rambut itu, Restia tersenyun dan berlutut didepan Kamito.

"Baiklah, bisakah kamu membantu memasangnya?"

"....Sesuatu semudah itu, kamu bisa melakukannya sendiri, kan?"

"Seperti yang aku bilang, ini adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh seorang adik."

"....."

Kamito menelan kata-katanya dan dengan enggan menjepitkan hiasan rambut tersebut.

"Hmmmmm, entah kenapa ini terasa sedikit memalukan....."

"Jangan melakukan sesuatu yang berlebihan, roh kegelapan—"

Kamito menatap dia. Lalu.....

Suara lonceng yang keras bergema diseluruh jalanan kota.

Bagian 7[edit]

Matahari telah sepenuhnya terbenam dan malam telah turun.

Cahaya-cahaya dari roh-roh terbang berkedip-kedip dilangit malam sembari suara riuh dari musik yang meriah terdengar dimana-mana. Harusnya ini adalah suatu adegan yang mengisyaratkan kekhidmatan dari Festival Roh Agung untuk semua orang, tetapi Kamito tidak bergerak sedikitpun.

"—Para ksatria roh sebagai bodyguard, jumlahnya ada empat huh."

Agak jauh dari alun-alun dimana tarian persembahan dilakukan, Kamito berada diatas atap sebuah bangunan.

Dalam posisi tiarap, dia mengamati kuil portabel besar yang mencolok dijalan utama. Keempat sudut tandu tersebut memiliki kuil-kuil kecil untuk menyimpan peralatan sihir didalamnya.

Ini adalah keempat roh militer yang akan diperkenalkan pada masyarakat.

Diatas panggung, seorang princess maiden dengan rambut crimson yang seperti api sedang mempersiapkan ritual.

Upacara terbesar dalam Festival Roh Agung adalah tarian riual yang dipersembahkan oleh sang princess maiden.

Memasang topengnya, Kamito berdiri diatas atap.

"Ayo lakukan, roh kegelapan—"

"Fufu, dimengerti."

Menghamburkan bulu-bulu berwarna hitam legam, Restia mendarat diatas atap.

Sesaat setelahnya, sosoknya lenyap, berubah menjadi belati.

Bilah berwarna hitam legam itu seolah ditempa dari kegelapan tiada akhir.

Namanya "Stinger", Belati Kematian yang Kelamthe Dagger of Black Death, ini bukanlah sebuah elemental waffe yang terbentuk dari roh terkontrak. Ini tak lebih dari senjata yang terbentuk sesuai dengan kemauan Restia. Ini adalah sebuah cabang dari perubahan sihir roh yang hanya bisa dilakukan oleh suatu fraksi roh-roh berperingkat tertinggi.

Kamito dalam diam mencabut belati itu yang tertancap pada atap milik keluarga yang tak berdosa.

Belati itu sangat ringat dan sangat sesuai dengan kesukaannya.

Membawa Princess Maiden Api, kuil portabel itu sampai didepan alun-alun.

Musik berhenti dan kerumunan besar itu menahan nafas mereka. Lalu dalam sekejap....

Kilatan cahaya yang membutakan mata meledak di alun-alun.

Bagian 8[edit]

Tiba-tiba membelah ruang, sebuah roh raksasa yang mengamuk muncul ditengah alun-alun.

Raksasa baja, seluruh tubuhnya dipenuhi bilah-bilah tajam, umumnya dikenal Beast of Gévaudan, itu adalah roh militer yang digunakan oleh Kekaisaran Ordesia di era lama.

Kemunculan yang tiba-tiba dari roh itu menyebabkan gelombang jeritan saat kerumunan orang itu masuk kedalam kondisi panik.

Badan besar mahluk baja menyapu toko-toko, menghancurkan bangunan-bangunan yang terbuat dari batu. Awan debu naik di area sekitar. Roh-roh terbang di langit kalang kabut.

Karena kehilangan rasionalitasnya karena Jester's Vice milik Muir Alenstarl, roh itu saat ini berada dalam kondisi mengamuk. Sebelum hancur karena digunakan, kemungkinan besar roh itu akan terus mengamuk dan menghancurkan alun-alun itu.

Para ksatria roh yang menjaga kuil portabel itu langsung muncul. Mengeluarkan elemental waffe mereka, mereka menyerang roh militer yang mengamuk tersebut.

(Sekaranglah kesempatannya—)

Pada saat yang sama, Kamito melompat dalam kegelapan.

Dia dengan cepat bergerak lewat atap dengan melompat, mendekati kuil portabel yang diselimuti kegelapan.

(Roh militer milik Muir bisa mengulur waktu selama 30 detik, aku harus menyelesaikan pekerjaannya sebelum waktunya habis—)

Dalam diam turun ke tanah, dia menggunakan momentumnya untuk menyerang kuil portabel tersebut.

Karena awan debu tersebut, pandangannya hampir sepenuhnya terblokir. Akan tetapi, dia sudah mengetahui lokasi targetnya.

Kuil-kuil kecil yang ditempatkan di sudut utara, timur, selatam dan barat dari kuil potrabel, dua diantaranya membawa peralatan sihir dimana roh-roh milik Raja Iblis tersegel. Yang perlu dia lakukan adalah mengambil roh-roh milik Raja Iblis tersebut, dia bisa mengabaikan dua kuil kecil yang lainnya.

Dengan memanfaatkan kegelapan dan keributan, Kamito melompat ke tepi kuil portabel yang besar tersebut dan berlarinke kuil kecil yang ada diutara yang paling dekat dengan dia—

"Rasakan ini!"

Pedang iblis itu menusuk pintu kuil kecil itu.

Pintunya dengan mudah hancur, mengungkapkan perangkat sihir yang tersimpan didalamnya. Benda yang diabadikan adalah pedang kuno bermata satu. Tersegel didalamnya adalah roh milik Raja Iblis.

‘—Memang. Yang tersegel disini adalah roh lagu iblis, Siren!’


Suara Restia bergema didalam pikirannya.

Secara paksa membuka penghalangnya, Kamito mengambil perangkat sihir berbentuk pedang itu. Mengamankan pedang besar itu di punggungnya, dia segera bersiap untuk mencuri target berikutnya— Tapi tepat saat itu....

"....! Kau yang disana, apa yang kau lakukan disini!"

Sebuah tebasan cepat yang tak terlihat melewati pipi Kamito dari arah kegelapan. Melangkah mundur secara reflek, dia menghadap musuh.

(....Seorang ksatria roh huh.)

Berdiri didepan matanya adalah seorang ksatria perempuan menggunakan sebuah elemental waffe berbentuk clurit.

Itu membuktikan bahwa hanya tiga ksatria yang pergi untuk menghadapi roh militer milik Muir, sedangkan yang satu tepat disini untuk menjaga tempat ini.

"....Ternyata hanya seorang anak kecil!?"

Ksatria itu tak bisa mempercayai matanya selama sesaat, berbisik—

Tetapi dengan segera, dia menyadari pedang yang ada di punggung Kamito dan memancarkan niat membunuh yang tajam.

"R-Rasakan ini—"

Berteriak, dia mengayunkan celurit tersebut secara horisontal.

Bilahnya menghasilkan pisau angin yang terbang kearah Kamito, mengikis atap dari kuil portabel itu.

"...!"

Kamito menggunakan pedang iblisnya untuk menangkis pisau angin itu lalu mati-matian bersembunyi didalam kegelapan.

Misi utamanya adalah mencuri roh-roh tersegel. Tak ada untungnya melakukan pertarungan yang berlebihan.

(Roh milik Muir hanya bisa bertahan limabelas detik lagi—)

"Jangan harap kau bisa kabur dengan melompat!"

Diselimuti angin, ksatria itu mengejar dia. Ksatria itu segera berputar-putar didepan Kamito.

(...Gah, pedang ini sangat berat...!)

Pedang yang menyegel roh milik Raja Iblis bukanlah beban kecil bagi Kamito yang berpostur relatif kecil. Dibawah kondisi semacam itu, teknik pedang pembunuh yang merupakan keahliannya tak bisa digunakan.

"Menyerahlah!"

Dihadapkan dengan ayunan celurit itu, Kamito bergegas memblokir dengan Stinger.

"G-Gah...!"

Suatu benturan pedang. Akan tetapi, Kamito tak punya harapan menang dalam adu kekuatan murni. Dibandingkan dengan senjata milik ksatria itu yang mana merupakan sebuah senjata dari roh terkontrak, pedang iblis milik Kamito tak lebih dari sebuah item perubahan dari Restia yang sesuai dengan kemauan Restia sendiri. Ada perbedaan yang sangat besar diantara mereka berdua.

‘—Kamu tak berdaya, Kamito. Aku akan membantu.’

Pada saat ini, pedang iblis itu berbicara. Seketika, petir terpancar dari bilah berwarna hitam legam tersebut—!

"...Wha, ah, ahhhhhhhhhhh!"

Terhantam oleh petir hitam itu, si ksatria menjerit dan terhempas ke belakang.

Memanfaatkan celah ini, Kamito melesat maju—

"Hah!"

Dia menusukkan pedang iblis itu pada armor si ksatria.

"...Guh, ah...!"

Suara dari armor yang hancur. Mata terbelalak, si ksatria jatuh kedalam kegelapan.

"Huff, huff, huff—"

‘Kamito, kamu tidak membuhunnya, kan?’

Suara Restia terdengar cemas tak seperti dirinya yang biasanya.

"Aku tak akan melakukan sesuatu sebodoh itu—"

Sambil berbisik, Kamito berlari ke sisi selatan dari kuil portabel itu.

Sebagai penerus Raja Iblis, Kamito adalah satu-satunya orang di Sekolah Instruksional yang dilarang membunuh manusia meskipun dilatih menjadi seorang pembunuh. Ini karena para tetua mempercayai bahwa orang biasa tak layak menjadi korban pertama dari Raja Iblis. Hanya dengan membunuh seseorang yang paling berharga bagi dia akan memenuhi kondisi untuk kebangkitan Raja Iblis.

Akan tetapi, orang berharga yang paling berharga untuk dibunuh—Bagi Kamito yang emosi manusia normalnya telah diambil, sulit untuk membayangkan hari dimana dia menemukan sesuatu seperti itu—

‘Bagus. Gimanapun juga, orang yang harus kamu bunuh adalah—’

"Tunggu, ada seseorang didepan kuil itu!?"

Bisikan Restia terdominasi oleh suara Kamito.

Ditengah-tengah jeritan yang tiada hentinya—

Seorang cewek tak terguncang oleh kekacauan disekitarnya, berdiri dalam diam di kegelapan.

Dia memiliki rambut crimson yang menyerupai kobaran api. Dengan mata ruby yang membawa tekad membara, dia menatap Kamito.

"—Aku nggak tau siapa kau, tapi aku nggak akan membiarkanmu mencuri roh ini!"

Dengan kibaran dari rok pakaian upacaranya, gadis itu berbicara dengan serius.

(....M-Mungkinkah dia sang Princess Maiden Api!?)

Kamito dalam diam mengerang.

Hawa kehadiran cewek itu sepenuhnya tak terduga. Ketika roh militer milik Muir Alenstarl muncul, dia seharusnya telah dievakuasi oleh para ksatria penjaga.

(...Apa dia tetap berada berada disini, berniat menjaga roh-roh tersegel itu?)

"Rubia-sama, itu sangat berbahaya, harap kembalilah!"

Dibawah kuil portabel itu, para penjaga berteriak.

"Tidak, menjaga tempat ini merupakan tugasku sebagai seorang princess maiden. Kalian mundurlah."

Mengatakan itu, sang Princess Maiden Api membuka pintu dari kuil kecil yang ada dibelakang dia.

Dia mengeluarkan sebuah tongkat dan dalam diam memasang kuda-kuda.

Tongkat yang didalamnya tersegel roh milik Raja Iblis itu dihiasi dengan batu permata di ujungnya, mengeluarkan sinar merah terang.

‘Kamito, awas!’

"....! Tak mungkin, dia berencana melepaskan roh militer itu?"

Princess maiden sudah jelas bukan seorang elementalist yang terlatih dalam pertempuran. Akan tetapi, kekuatan suci miliknya sudah pasti melampaui kekuatan suci milik ksatria roh biasa.

Misalkan itu benar, maka mengendalikan roh militer besar seorang diri tidaklah mustahil—

(Kalau begitu, aku harus bergegas sebelum roh militer itu dilepaskan—)

Memegang pedang iblis, Kamito meluncur kedepan.

Akan tetapi, sebuah lingkaran sihir muncul dikaki princess maiden itu dalam sekejap, mengeluarkan kobaran api.

Muncul dari lingkaran sihir itu adalah anjing berkepala dua yang terselimuti api. Dia pasti telah memasang sihir aktivasi secara otomatis sebelumnya sebagai tindakan pencegahan.

"—Waktunya berburu, Lava Hound!"

Anjing api itu memukul tenggorokan Kamito.

Kamito mendecakkan lidah dan mengubah pedang iblis itu menjadi pegangan terbalik—

Lalu dia mencabut belati mithril lain dari dadanya.

"Assassination technique—Dual Snakes!"

Dua tebasan terbang melintasi kegelapan, membelah anjing berkepala dua itu menjadi dua.

Akan tetapi, sebelum menghilang, Lava Hound itu berubah menjadi api sihir, mengelilingi Kamito.

(Mengulur waktu eh—)

Kamito menghempaskan api tersebut kesamping dengan pedang iblis dan meluncur maju.

Pada saat ini, perapalan dari sang Princess Maiden Api hampir selesai.

"Salah satu dari budak Raja Iblis, menguasai kobaran api crimson, tunjukkan dirimu disini sekarang—"

‘—Kamito, ini buruk. Ayo mundur.’

Suara tajam dari Restia bergema didalam pikirannya.

WOOOOOOOOOOOOOOH!

Raungan dari seekor mahluk dari sisi lain alun-alun. Entah itu para ksatria roh telah mengalahkan roh militer milik Muir atau roh itu telah hancur karena Jester's Vice, penghancuran diri.

(...Tapi tujuan misinya adalah untuk mencuri roh-roh milik Raja Iblis.)

‘Kamu sudah mencurinya satu. Harusnya itu sudah cukup—’

Memang, setelah ketiga ksatria roh yang pergi ke alun-alun kembali, tak ada harapan untuk menang. Terlalu terobsesi pada roh kedua juga membahayakan Muit yang sedang bersembunyi di dekat sini.

(....Gah, apa peluangnya sudah sirna...?)

Tepat saat Kamito memutuskan untuk mundur dan hendak berbalik untuk melarikan diri....

(....Kakiku!?)

Saat dia menyadari, cahaya samar berkilauan dibawah kaki.

Itu adakah sihir pengikat untuk melumpuhkan seseorang.

(—Tak bisa dipercaya dia bisa menggunakan sihir roh sambil merapal mantra pelepasan!?)

Kamito mengerang terkejut... Itu hampir mustahil untuk dipercayai. Mampu mengendalikan sihir roh dengan tingkat setinggi itu pada usia yang muda, bakat ini sudah cukup untuk menyaingi princess maiden paling elit dibenua, para Ratu—

Buru-buru, Kamito menikamkan pedang iblis ketanah, menghilangkan sihir tersebut.

—Akan tetapi, itu sudah terlambat. Sang Princess Maiden Api sudah mengangkat tongkat itu kearah langit.

"Engkau akan menunjukkan ketangguhan dari keganasan yang tak terkendali—roh api neraka bernama Ifrit."

Seketika dia merapalkan kata-kata pelepasan....

Tongkat yang ada ditangannya mengeluarkan cahaya yang menyilaukan.

Muncullah seekor archdemon scarlet yang seluruh tubuhnya dikelilingi kobaran api yang ganas.

"O manusia bodoh, sesali dosamu dan berubahlah menjadi arang—"

Mengatakan itu, sang Princess Maiden Api mengayunkan tongkat itu kebawah.

Archdemon itu menarik nafas dalam dan menyemburkan api kearah Kamito.

"......!?"

Menyebar luas, semburan api itu terlalu luas untuk dihindari.

Tepat saat Kamito hendak terlahap oleh api itu—

‘—Jangan khawatir, Kamito. Aku akan melindungimu.’

Suara tenang dari Restia terdengar.

Stinger menghilang dari tangan Kamito—

Lalu muncul didepan matanya adalah sang cewek roh kegelapan, merentangkan kedua sayapnya yang berwarna hitam legam.

".....Roh kegelapan!? Kamu—"

Restia dengan ringan mengulurkan tangannya pada kobaran api crimson itu.

Dengan lambaian rambutnya yang indah, bulu-bulu hitam legam terhambur dan terbakar.

"...Hmm, sungguh... luar biasa, panas.... Seperti yang diduga, roh milik Raja Iblis, ah.... Akan tetapi—"

Restia memblokir kobaran api dari Ifrit.

Memancarkan racun hitam dari seluruh tubuhnya, dia menghempaskan kobaran api tersebut.

"Huff, huff, huff..."

"Tak bisa dipercaya, seorang roh humanoid berperingkat tinggi!?"

Princess maiden itu berseru terkejut.

"Roh kegelapan....!"

"Cepat pergi, Kamito—"

"Ahhh—"

Membawa dia dalam keadaan pingsan dipelukannya, Kamito menghilang kedalam kegelapan.

Bagian 9[edit]

—Setelah itu. Kamito dan timnya kabur dari ibukota kekaisaran ditengah-tengah kekacauan.

Meskipun pintu masuknya dijaga ketat, melalui jalur melarikan diri yang dipersiapkan oleh Lily sebelumnya, mereka bisa kabur dengan aman dengan cara membiarkan diri mereka diantara rombongan yang menuju ke Theocracy Alpha.

"—Misi gagal huh."

Pengalaman pertama itu membuat Kamito mendesah.

Dia dengan erat memegang pedang yang berisikan roh milik Raja Iblis.

"Kamu berhasil mencuri salah satu dari roh milik Raja Iblis. Dalam hal hasil, itu tidaklah buruk."

Berpegangan pada punggung Kamito sembari berada diatas kuda, Restia mengangkat bahu dan berbisik.

"Tapi menggendongku dalam pelukanmu untuk melarikan diri adalah pilihan yang buruk. Aku hanya akan kembali ke Astral Zero kalau aku hancur, jadi kamu hanya perlu kabur sendiri saat itu—"

Kontras dengan sikapnya, Restia tampaknya sedang dalam suasana hati yang bagus.

"Setelah kamu menghilang, kembali lagi tidaklah semudah itu, kan? Aku membutuhkan senjata."

Kamito menjawab dengan omelan.

"Yah, terserah kamu deh—"

Restia terkikih—Tiba-tiba dia meletakkan tangannya rambut depannya.

"Sayang sekali hiasan yang kamu belikan untukku telah meleleh karena api roh itu...."

"....Hal semacam itu bisa dibeli lagi."

"Huh?"

"......Bukan apa-apa."

Mencambuk kuda itu dengan cambuk. Kamiti meningkatkan kecepatan mereka.

"Roh kegelapan—"

"Ada apa, Kamito?"

"Aku adalah satu-satunya orang yang akan membunuhmu... Sebelum itu terjadi, jangan sampai mati ditangan siapapun juga."

"Baiklah. Aku akan menantikannya."


Kembali Ke Halaman Utama