Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid15 Bab 1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 1 - Senja Hari di Ibukota Kekaisaran[edit]

Bagian 1[edit]

Hujan yang turun seperti kabut di ibukota kekaisaran. Dilokasi ini, terkuhur dibawah puing-puing dari kehancuran yang disebabkan roh gravitasi milik Leschkir Hirschkilt dari Numbers—

Dia berdiri disana seperti bayangan.

"...mito-kun... Kamito-kun!"

Suara Fianna terdengar seperti berasal dari kejauhan.

Ouch, apa yang terjadi? Untuk sesaat, pikiran Kamito tak bisa memahaminya.

Tidak, akan lebih baik untuk mengatakan bahwa dia sudah memahaminya, namun otaknya menolak untuk mengakui kebenaran yang ada dihadapan matanya.

Sembari tangannya ditekankan pada luka robek di perutnya, darah merembes keluar diantara jari-jarinya dan menetes. Kekuatan Ren Ashdoll yang sebelumnya memenuhi seluruh tubuhnya telah sepenuhnya menghilang. Suhu tubuhnya juga menurun.

(Aku benar-benar gagal melihatnya....)

Jangankan tebasan pedang itu, dia bahkan tak bisa melihat gerakannya sama sekali.

Namun, Kamito mengetahui teknik pedang itu, sebuah serangan pedang secepat kilat.

Absolute Blade Arts, Bentuk Pertama—Purple Lightning.

....Tak terbayangkan.

Selain Kamito, seharusnya tak ada lagi yang mewarisi teknik pedang miliknya.

Namun, kecepatan itu, akurasi itu, semuanya lebih unggul dari Kamito.

Sembari merenungkan pertanyaan mengenai identitasnya, dia sudah menyadari fakta ini.

Justru karena dia mengetahuinya, dia menolak untuk mengakuinya.

Tapi—

"Yah, yah, meskipun aku menahannya, menghindari teknik ini masih diluar kemampuanmu—"

"...!"

Ditengah-tengah hujan yang seperti kabut, suara tenang menarik akal sehat Kamito kembali ke realitas.

Gadis muda mengibaskan pedangnya untuk membersihkan darah yang menempel dan tanpa kenal ampun menatap Kamito yang berlutut di tanah.

"Greyworth..."

Kamito mengerang dan memaksakan nama itu keluar dari mulutnya.

Greyworth Ciel Mais—Sang Penyihir Senja..

"Kenapa... Kenapa kau ada disini!?"

Kamito berteriak dengan serak.

Menurut penyelidik dari ksatria operasi khusus, Virrey, yang berperan sebagai pemandu untuk Kamito dan yang lainnya, Greyworth dipenjara di menara penyiksaan Guas Gibai setelah jatuh ke tangan Arneus.

Jika itu memang benar, dia tak mungkin ada disini.

Tidak, sebelum mempertimbangkan hal itu, penampilannya yang ini adalah—

"Kenapa... Gah...!"

"Kamito-kun!"

Fianna dengan panik menangkap tubuh Kamito yang goyah.

"Apa yang terjadi? Tentang gadis itu yang mirip kepala sekolah Akademi..."

Fianna pasti telah teringat bisikan yang dia dengar sebelumnya.

Pertanyaannya tidak tak logis, karena gadis itu saat ini berdiri didepan mata mereka—

Penampilannya adalah seorang gadis manis, seusia dengan Fianna.

Julukan dari Penyihir Senja dikenal luas di seluruh benua. Tak peduli apa, saat ketika dia aktif di medan perang sudah beberapa dekade lalu.

Fianna tak mungkin tau seperti apa penampilannya saat itu.

Disisi lain, Kamito sudah menyaksikan sebelumnya penampilan masa keemasan penyihir itu dua kali.

Yang pertama adalah dipermulaan ketika dia membawa Kamito ke rumahnya. Yang kedua adalah saat di hutan perbatasan ibukota kekaisaran ketika mempelajari Purple Lightning, gerakan pertama dari Absolute Blade Arts.

Greyworth telah menyebutkan sebelumnya bahwa kekuatan suci akan meningkat sampai ketinggian yang ekstrim ketika kekuatan Elemental Lord mempengaruhi alam manusia.

Selama kesempatan seperti itu, tubuhnya akan mendapatkan kembali masa mudanua, memungkinkan dia untuk memulihkan kekuatan terbesarnya selama durasi yang pendek—

Tubuh indah gadis manis itu basah kuyup karena hujan gerimis.

Wajah muda itu bisa dengan mudah disalahpahami dengan wajah gadis kecil.

Namun, yang dipegang ditangannya adalah sebuah pedang iblis bernodakan darah. Seseorang bisa merasakan kecantikan yang menimbulkan rasa merinding dari sosoknya, berdiri disana dalam diam.

"—Itu benar, dia adalah Greyworth."

Kamito memberitahu Fianna.

Tentu saja, itu mungkin saja untuk mengubah penampilan seseorang menggunakan kekuatan roh peniru. Namun, mengingat tebasan pedangnya dengan kecepatan dewa yang sebelumnya, tak diragukan lagi itu adalah Absolute Blade Arts. Dibandingkan dengan seorang peniru seperti Sjora Kahn, itu berada ditingkat yang benar-benar berbeda.

"Greyworth..."

Merasa putus asa, Kamito menyebut nama itu lagi.

Darah mengalir keluar dari lukanya melumuri jari-jarinya.

Sesuatu pasti telah terjadi di menara Guas Gibai dimana dia dipenjara, Kamito memperkirakan. Kendali pikiran melalui sihir, pencucian otak dengan menggunakan obat, atau mungkin sesuatu yang lebih mengerikan— Apa yang harus dia lakukan? Itu tidak tampak seperti dia bisa membuat Greyworth kembali normal hanya dengan memanggil namanya.

Namun, meskipun begitu—

Mengingat dia adalah penyihir itu, Kamito berteriak, berpegang pada setitik harapan.

"Apa kau lupa tentang aku, muridmu? Jangan bilang bahwa seorang wanita setingkat dirimu, Penyihir Senja yang menakutkan, telah dicuci otak?"

Kamito berteriak. Namun, mata gadis muda itu hanya menatap dia tanpa emosi.

"Ku..."

Kamito menancapkan Demon Slayer pada tanah dan berdiri perlahan-lahan. Darah mengucur dari lukanya membentuk genangan di kakinya.

"Kamito-kun, lukamu masih—!"

"Jangan khawatir... tentang hal itu."

Jika kata-kata tidak bisa mencapai dia, maka hanya ada satu bahasa untuk berkomunikasi.

Menyiapkan Demon Slayer, Kamito menatap tajam pada penyihir yang ada dihadapannya.

"Oh? Kau berdiri seperti itu—"

Si penyihir yang tampak seorang gadis muda berbisik seolah terkesan, lalu mengangkat pedang iblisnya yang berwarna crimson.

Dibandingkan dengan pedang iblis hitam legam yang merupakan senjata pribadinya, pedang itu berbeda dalam hal bentuk dan warna. Namun, perasaan aneh dan mengerikan tak diragukan bahwa itu milik suatu roh iblis.

—Dibandingkan dengan saat itu....

"Fufu, kau terluka berat, Onii-chan."

Suara seorang gadis muda, semanis suara lonceng, bergema di langit redup ibukota kekaisaran.

"...!?"

Kamito mendongak.

Ditengah-tengah hujan—

Seorang gadis melayang diudara, tersenyum polos.

Penampilannya seperti seorang gadis muda berusia 12 atau 13.

Dibawah rambut pirangnya yang berkibar adalah mata ungu yang misterius. Mengenakan pakaian sakral berwarna putih polos, dia memegang sebuah tongkat uskup perak yang bertindak sebagai bukti dari seorang kardinal berperingkat tinggi dari Kerajaan Suci.

Dan juga, mata kirinya ditutupi oleh menutup mata.

"Kau....!"

Millennia Sanctus—gadis yang memiliki Kegelapan Dunia Lain yang bersemayam dimata kirinya.

Dia adalah dalang yang menyebabkan roh-roh mengamuk dan membuat Akademi Roh Areishia ke ambang kehancuran.

Gadis muda itu tertawa dan turun dalam diam ke puing-puing.

".....Tsk, aku mengerti sekarang. Kau pasti orang yang bersekongkol dengan Arneus."

Fianna menatap gadis itu dan berkata.

"Astaga, jangan membuatnya kedengaran begitu buruk. Akan lebih baik untuk mengatakan itu adalah yang diinginkan kakakmu. Kami hanya menyediakan sedikit bantuan."

Gadis itu mengangkat bahu dengan cara yang manis.

"Mungkin memang begitu, sejak awal dia adalah seorang pria tak kompeten, bahkan tak bisa mengurung seekor burung yang ditangkap kedalam sebuah sangkar. Jika demikian, mungkin akan lebih melegakan dengan memilikimu sebagai boneka, mengingat seberapa mumpuninya dirimu. Hei, Fianna-chan, ini masih belum terlambat. Kenapa kamu tidak menjadi teman kami saja?"

"Maaf. Aku menolak. Apakah ada bagusnya dalam menjadi teman?"

"Aku mengerti, sungguh disayangkan—"

Millennia memalingkan kepalanya untuk menatap Kamito yang berdiri di kolam darah. . "Fufu, penari pedang terkuat—Ren Ashbell—Bahkan bagi seseorang sepertimu, dihadapan sang penyihir, kau tak ada bedanya dengan seorang bayi."

"Apa kau yang mencuci otak Greyworth?"

Kamito menggeram dengan niat membunuh yang besar.

Namun, Millennia mendengus tak takut sama sekali.

"Kami tidak melakukan sesuatu yang tak berguna seperti pencucian otak. Kami hanya membebaskan Penyihir yang memang sudah ada dalam dirinya sejak awal. Ah, namun, aku paham.... Onii-chan, kau mungkin tidak tau hal ini. 24 tahun yang lalu, harapan seperti apa yang dia minta dari para Elemental Lord—"

"Apa?"

—Harapan yang diinginkan Greyworth.

Kamito tidak tau apa persisnya yang dia maksudkan.

Apakah dia hanya mencoba membingungkan mereka? Atau mungkin—

(....Tidak. Apa yang hatus aku pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya keluar dari sini.)

Kamito melirik Fianna yang ada disebelahnya.

Efek dari Save the Queen telah lenyap dan Fianna tampak sangat kelelahan.

Ini wajar saja— Dikurung di lingkungan yang seperti penjara, kondisi fisiknya pastinya sangat lemah. Lebih tepatnya, itu sudah bisa dikatan sebuah keajaiban bahwa dia bisa melarikan sampai sini dengan kakinya sendiri.

(...Sudah pasti tidak mungkin untuk bertarung sambil melindungi Fianna.)

Kamito dengan tenang merenungkan strategi untuk keluar dari keadaan yang sulit ini. Dia saat ini menghadapi tantangan yang besar yang mana dia tidak tau apakah dia bisa mengatasinya meskipun dengan mengerahkan kekuatan penuhnya—

"Fianna, apa kamu tau rute lari dari ibukota kekaisaran?"

Kamito berbicara.

Fianna harusnya tau tentang rute pelarian yang ekslusif untuk keluarga kerajaan— Rubia bilang begitu sebagai orang yang menyusun operasi penyelamatan ini.

Tanpa bantuan Virrey, tak mungkin melarikan diri melalui reruntuhan bawah tanah yang merupakan tempat yang biasa mereka kunjungi. Menerobos secara paksa lebih mustahil lagi karena ada Imperial Knight sebagai musuh.

"Ya, aku memang tau tentang lorong ekslusif untuk keluarga kerajaan."

Karena dia telah mempertimbangkan rute itu selama tahap kabur dari penjata, dia bisa menjawab dengan cepat.

"Apa ada peluang bahwa itu sudah disegel?"

Kamito bertanya. Karena Arneus juga seorang anggota keluarga kerajaan seperti Fianna, wajar saja sia tau keberadaan rute melarikan diri. Jadi, bukanlah hal yang aneh bagi dia jika sudah mengirim orang kesana.

Namun, Fianna menggeleng ringan.

"Tidak, aku yakin tak ada masalah disana. Lorong itu benar-benar tidak tersedia untuk dia. Oleh karena itu, keberadaannya kemungkinan besar tidak diketahui oleh dia."

"....bukan untuk dia?"

Kamito merasa bingung, tapi tak ada waktu untuk bertanya.

"Fianna, kembalilah ke tempat yang sebelumnya untuk bertemu dengan Claire dan Ellis."

"Bagaimana denganmu, Kamito-kun?"

"Aku akan menahan mereka disini."

"Apa—"

"Cepat, untuk kebaikan kita. Aku tak bisa melindungimu ketika aku bertarung."

Kamito secara paksa mendorong dia menjauh.

"....."

Mendengar kata-katanya, Fianna—

Menggigit bibirnya dan berdiri terhuyung-huyung.

Ragu-ragu disini akan membuat dirinya menjadi beban Kamito, Fianna mengambil kesimpulan.

"Kalau begitu aku akan pergi duluan. Aku akan menunggumu."

"Ya, makasih."

Fianna mendekat ke telinga Kamito dan berbisik.

"Dibawah menara lonceng terbesar di distrik bangsawan, kuil kecil Michaela."

"Dimengerti. Aku akan segera kesana."

Kamito mengangguk. Fianna pergi kearah jalanan sambil menyeret satu kaki.

"Fufu, apa sudah selesai bicaranya?"

Millennia berbicara.

"Maaf, apa aku membuatmu menunggu?"

"Ya. Kau adalah satu-satunya lawannya yang mempelajari teknik pedang yang sama seperti wanita ini. Subjek tes yang sempurna. Dengan menghilangnya beban itu, kau akan bisa bertarung dengan sungguh-sungguh kan?"

"....Kalau begitu, bagaimana kalau menunggu sampai lukaku sembuh?"

Kamito berbicara sambil menekan luka yang ada di perutnya.

"Percobaan yang bagus, tapi bukannya luka itu sudah sembuh?"

"....Jadi kau memperhatikannya."

Kamito memaksakan sebuah senyum. Bocor, racun kegelapan telah mempercepat penyembuhan dari luka itu. Tidak, daripada mempercepat penyembuhan, itu lebih seperti regenerasi.

(....Sepertinya tubuhku sudah menjadi monster sejati....)

Dia memgejek dirinya sendiri.

Namun, sekarang adalah waktunya dia harus mengandalkan kekuatan mengerikan ini.

Kamito melihat kebelakangnya sekilas dan bergerak.

Fianna sudah menghilang dari pandangan menuju ke sisi lain jalan tersebut.

Sekarang ini, dia harus mengulur waktu agar Fianna bisa melarikan diri, bahkan jika hanya sebentar saja—

Ketika Kamito berpikir tentang hal itu, Millennia tertawa.

"Ya ampun, siapa yang bilang burung kecil itu diijinkan melarikan diri?"

".....Apa!?"

"Jika dia kabur, raja bodoh itu akan membuat keributan yang besar."

Mellennia menatap reruntuhan yang ada dibawah kakinya. Menemukan Leschkir Hirschkilt yang telah dikalahkan oleh Kamito, dia menyeringai.

"Ah ya, biar aku kirim sampah tak berguna ini."

"Apa—"

"Bangkitlah, bonekaku."

Mengatakan itu, Millennia menginjak kepala dari ksatria Number yang terkapar—

Perlahan-lahan, dia melepas penutup mata kirinya.

Mata kiri ini disemayami Kegelapan Dunia Lain yang bahkan mampu merusak para Elemental Lord.

(.....apa?)

Dari mata kirinya, kegelapan yang pekat meleleh dan menetes lalu menutupi wajah si ksatria Numbers.

Tiba-tiba, tubuh Leschkir Hirschkilt kejang-kejang sembari erangan aneh keluar dari mulutnya.

"...Ah... Gaga... Ga-ah, gagagaga..."

Bermandikan Kegelapan Dunia Lain, Leschkir perlahan-lahan bangkit layaknya hantu dan bergerak kaku seperti sebuah boneka yang patah.

(....Apa-apaan itu?)

Menyaksikan fenomena mengerikan tersebut di hadapan matanya, Kamito menahan nafasnya secara reflek.

"Kejar Putri Kedua, boneka. Gak masalah meskipun kau membunuh dia."

Millennia menunjuk ke arah yang dilewati Fianna.

Lalu...

"...Ah... Fiannaaaaaaaaa.... Sang Putri..... Kedua!"

Dua bola hitam muncul diatas kepala Leschkir.

Roh gravitasi yang dibelah oleh Kamito sebelumnya masih belum sepenuhnya hancur.

(Sial—!)

Dengan pedang ditangannya, Kamito bergegas mendekat, tapi sudah terlambat. Membalikkan medan gravitasi disekitarnya, roh gravitasi itu membuat Leschkir mengambang di udara sambil tertawa gila. Lalu tubuhnya terbang disepanjang rute diarah Fianna melarikan diri.

Meskipun Kamito ingin mengejar dia—

"Lawanmu adalah aku—"

Berdiri didepannya sambil memegang pedang iblis crimson ditangannya adalah Greyworth.

Bagian 2[edit]

"Huff, huff, huff, huff—"

Fianna berlari mati-matian sembari diguyur hujan deras di jalan.

Suara benturan pedang yang sengit terdengar dibelakangnya. Fianna tak bisa menghilangkan rasa khawatirnya pada Kamito, tetapi dia masih melakuan segala yang dia bialsa untuk mempercayai Kamito dan menekan pemikiran ini. Bertujuan ke kuil dimana lorong pelarian berada, dia berlari sembari tersandung-sandung.

Namun, dia sudah hampir mencapai batasnya.

Rasa sakit yang tajam berputar-putar pada pergelangan kakinya seolah-olah terbakar.

Tak mampu mempertahankan keseimbangan, Fianna jatuh di genangan air. Gaun putihnya yang robek dan compang-camping belepotan dengan warna lumpur.

"...Guh..."

Dia mencoba sebisa mungkin untuk menekan suara erangannya. Kalau dia membiarkan jeritan keluar disini, para Imperial Knight akan segera menemukan dia.

Beruntungnya, tak ada warga dari distrik bangsawan yang terlihat, berkat perintah evakuasi.

(Sungguh mengerikan—)

Pergelangannya memerah dan membengkak.

Dia pasti telah terkilir ketika roh gravitasi menyerang. Menahan rasa sakitnya, dia berlari kesini, tetapi dia tak bisa berdiri sekarang.

"O cahaya suci penyembuhan, sembuhkan luka ini—"

Fianna menekan pergelangan kakinya secara ringan dengan jarinya dan merapalkan sihir roh penyembuhan.

Namun, cahaya redup yang dihasilkan di ujung jarinya dengan cepat menghilang.

Karena kesuciannya yang telah habis, mustahil untuk mengunakan secara penuh meskipun itu hanyalah sihir setingkat ini.

(....Kalau begitu, pemanggilan Georgios sudah pasti tak bisa dilakukan.)

Dia mendesah ringan. Kekuatan suci yang telah bergejolak didalan dirinya seperti badai yang sebelumnya telah sepenuhnya menghilang.

(Sebenarnya kekuatan suci apa yang aku terima dari Kamito-kun...?)

Sembari mengingat pelukan erat Kamito yang disertai ciuman itu, dia menyentuh bibirnya dengan lembut dengan ujung jarinya.

Rasa panas dari ciuman itu terasa seolah-olah masih tertinggal samar-samar disana....

Ciuman pertamanya dengan seseorang yang dia cintai. Namun, ciuman itu sepenuhnya dipaksa oleh keadaan. Pastinya Kamito sendiri tak memikirkan apa-apa tentang hal itu...

(A-Apa yang kupikirkan disaat seperti itu?)

Fianna tersipu dan menggelengkan kepalanya.

Kalau dia mendengarkan dengan cermat, suara benturan pedang yang intens masih bisa terdengar dari kejauhan.

(Kamito-kun...)

Perasaan khawatirnya hampir merobek dadanya.

Tentunya dia tau kekuatan besar milik Kamito.

Namun, lawannya adalah si Penyihir Senja.

Selain itu, entah bagaimana caranya, Greyworth telah mengembalikan kekuatan puncaknya—

(Itu mungkin juga Kamito tak bisa menang....)

Saat ini, masih memungkinkan untuk kembali ke sisinya, meskipun yang bisa dia lakukan hanyalah sedikit membantu—Godaan ini berulang kali muncul di pikirannya.

Namun, jika dia kembali sekarang, itu akan menghianati kepercayaan Kamito.

Dia memahami prinsip ini.

(...Oleh karena itu, sekarang ini, yang bisa aku lakukan adalah membuka jalan berdarah bagi kami untuk melarikan diri.)

Mendukung dirinya sendiri pada dinding, Fianna perlahan-lahan berdiri.

Karena menerima sihir penyembuhan yang tak sempurna, setidaknya rasa sakitnya tak bisa dirasakan untuk beberapa saat.

Menyeret satu kaki, dia mulai bergerak maju lagi. Lalu...

Dia tiba-tiba merasakan rasa dingin pada tulang punggungnya.

Itu ada naluri seorang princess maiden.

Dia menggunakan kakinya yang baik-baik saja untuk menendang tanah dengan keras, melompat kedepan.

Tepat dibelajangnya, vmmmmm—Ruang dibelakangnya terdistorsi disertai suara yang keras.

Suatu penekanan muncul pada jalan itu, disebabkan oleh suatu kekuatan yang tak terlihat.

"...!?"

Setelah lolos dari kematian dengan jarak yang tipis, Fianna tiba-tiba mendongak.

Disana—

"Ah, hahahaha... Ketemu kau.... Ketemu kau...."

Dengan ekspresi menghina, itu adalah wajah mencemooh dari Leschkir Hirschkilt anggota Numbers.

"Dame Leschkir!? Bukankah dia seharusnya sudah dikalahkan oleh Kamito-kun?"

Jatuh ke tanah, Fianna mengerang. Dia ingin segera bangun, tetapi—

Sesaat setelahnya, seluruh tubuhnya terasa sangat berat, tertekan pada tanah.

"...Aguh... Urgh...!"

Fianna merasakan rasa sakit yang tajam diseluruh tubuhnya seolah semua tulangnya remuk. Melayang diatas kepala Leschkir adalah bola roh gravitasi, menghasilkan mesan gravitasi yang kuat disekitanya.

"Ahah, ahahahahaha...!"

Menatap Fianna yang kesakitan, Leschkir tertawa tak menyenangkan. Meskipun kehilangan pikiran rasionalnya, kendalinya atas roh terkontraknya tidaklah menurun.

—Matanya ternoda oleh warna dari kehampaan kegelapan.

(Itulah yang merasuki para Elemental Lord....)

Kegelapan Dunia Lain. Mungkinkan dia telah memasukkannya kedalam tubuhnya—?

"Mati, mati, mati, matilaaaaaaaaaaah!"

Roh gravitasi yang mengamuk menghancurkan ruang disekitar, termasiku Fianna.

(...Kamito... -kun...!)

Dibawah medan gravitasi yang kuat, dia mengeluarkan jeritan buruk. Lalu kemudian—

Tiba-tiba, medan gravitasi tersebut lenyap.

(...?)

Dia mendongak. Kenapa sosok Leschkir menghilang dari sana—?

"Yang Mulia, apa kamu baik-baik saja!?"

"Ellis!?"

Memegang Ray Hawk, Ellis mendarat didepan Fianna.

"Syukurlah aku menemukanmi... Sungguh luka yang mengerikan."

Ellis berlutut dan mengangkat Fianna di lengannya.

"Bagaimana dengan Kamito? Apa kamu datang kesini sendirian?"

"Untuk membuatku bisa melarikan diri, Kamito-kun saat ini sedang bertarung...."

"Aku mengerti...."

Ekspresi menyakitkan muncul di wajah Ellis. Dia mungkin ingin membantu Kamito juga, tetapi memahami bahwa keputusan tersebut adalah keputusan yang tepat. Fakta bawar dia telah memaksa Fianna melarikan diri sendirian menyiratkan seberapa sulitnya lawan yang dia hadapi.

"Yang Mulia, apa kamu tau bagaimana caranya melarikan diri dari ibukota kekaisaran?"

Ellis bertanya.

"Ya, di kuil Michaela didepan. Ada sebuah lorong pelarian."

"Kuil Michaela? Tempat seperti itu.... Oh yah, dimengerti. Mari bergegas kesana."

Ellis mengangguk, memindahkan posisi Fianna menjadi gendong belakang dan merapalkan sihir roh angin.

Dia mengambang.

Untuk menghindari ditemukan oleh para Imperial Knight, dia tidak terbang terlalu tinggi, tetapi kecepatan pergerakannya akan jauh lebih cepat daripada berlari ditanah.

Kemudian, puing-puing dibelakang mereka meledak.

Ellis dan Fianna melihat kebelakang secara tiba-tiba.

"Agaga, gi... Agigigigigi..."

Dihempaskan oleh Ellis, Leschkir melambaikan tangannya secara aneh sambil tertawa dengan suara yang dipenuhi dengan kegilaan.

".....Mustahil. Bom Angin itu seharusnya telah menimbulkan pukulan langsung."

Segera setelah Ellis berseru terkejut...

Leschkir Hirschkilt melepaskam bola-bola gravitasi yang tak terhitung jumlahnya dari tangannya.

Bagian 3[edit]

Banyak tebasan pedang menghasilkan percikan api sembari suara dari pedang yang bertabrakan terus bergema—

Suatu tarian yang kacau-balau antara pedanv iblis berwarna crimson dengan Demon Slayer, saling menebas dalam derasnya hujan.

Suatu tarian pedang yang indah, seperti menyaksikan para princess maiden menari.

Namun, ini bukanlah tarian yang dipersembahkan pada para roh.

Murni—Suatu pertarungan sampai mati.

"...Tsk, sadarlah, Greyworth!"

Sembari kedua pedang itu saling berhantaman dengan intens, Kamito menatap mata abu-abu itu, memanggil dia mati-matian.

Namun, gadis muda itu sama sekali tidak menjawab. Seolah disarankan bahwa mengangkat pedang sama halnya dengan berbicara, Greyworth melepaskan tebasan tajam pada Kamito. Tekanan yang mencengangkan dari pedang tersebut tak sesuai dengan sosoknya yang mungil.

(....Cih, dan ini hanya pada output 30%—)

Kamito menggertakkan giginya keras-keras.

Seorang pengamat mungkin melihat ini sebagai pertarungan yang seimbang.

Namun, Kamito mengetahuinya lebih baik. Tingkatan sebenarnya dari penyihir itu jauh diatas ini.

Apakah dia menekan kekuatannya secara sengaja, atau mungkin dia masih belum bisa mengendalikan secara penuh tubuh ini? Jika memang dia belum bisa mengendalikan tubuhnya, maka Kamito masih memiliki harapan.

(....Kalahkan dia sebekim dia bangkit sepenuhnya!)

Tetapi, setelah si Penyihir Senja sepenuhnya bangkit, dia bahkan tak memiliki sepersepuluhribu dari peluang kemenangan.

"Absolute Blade Arts, Bentuk Pertama—Purple Lightning."

Kamito melangkah maju, menutup jarak dalam selejap untuk melepaskan gerakan mematikan dari Absolute Blade Arts.

Dengan Greyworth sebagai lawannya, menahan diri sama artinya dengan cari mati.

Namun, Greyworth membaca serangannya yang berkekuatan penuh.

Tebasan berkecepatan dewa dihindari dengan jarak setipis kertas—

"Absolute Blade Arts, Bentuk Alternatif—Ice Storm Rakshasa!"

Seolah mencoba untuk menggali lantai batu, Greyworth mengayunkan bilah pedang iblis kebawah.

Seketika, tanah dipenuhi dengan tangkai es yang memiliki duri tajam yang tak terhitung jumlahnya untuk menembus Kamito.

Teknik pedang ini tidak diketahui oleh Kamito.

Itu mustahil bagi Kamito untuk mewarisi seluruh Absolute Blade Arts. Absolute Blade Arts adalah serangkaian teknik yang menggabungkan ilmu pedang dengan kekuatan suci. Diantaranya termasuk pemakaian sihir roh yang tidak diwarisi Kamito karena kurangnya bakat miliknya dalam bidang itu.

Lalu, Kamito menusukkan bilah Demon Slayer ke tanah.

(....Aku mengandalkan kamu, Est, bertahanlah.)

Dia menuangkan seluruh kekuatan sihir yang ada ditubuhnya pada pedang tersebut.

Tangkai-tangkai es tersebut langsung lenyap ketika membuat kontak dengan cahaya terang yang dilepaskan oleh Demon Slayer.

Bertindak berdasarkan naluri bahwa dia bisa mengandalkan kekuatan resistensi sihir milik Est yang tak tertandingi untuk menetralisir sihir roh dari Absolute Blade Arts, Kamito bertaruh.

Sekali lagi, Greyworth menutup jarak dalam sekejap.

Sebuah tebasan kebawah dari posisi atas, Kamito memblokirnya menggunakan pegangan dua tangan dari Demon Slayer.

Begitu berat.

Selanjutnya, Greyworh melepaskan kekuatan suci yang dikonsentrasikan pada kakinya sekaligus ketika dia menendang tanah. Ini adalah keterampilan paling dasar yang Kamito pelajari pertama kalinya. Namun, potensi penggunaan keterampilan itu dari Kamito masih kauh lebih lemah dibandingkan penggunaan dari si Penyihir Senja yang berkelanjutan, didukung oleh kekuatan sucinya dalam jumlah yang besar.

Hanya sekedar langkah maju.

Namun itu meningkat pada kecepatan dewa, Purple Lightning mungkin mustahil untuk dilihat dengan jelas.

Hanya dengan sepersekian detik yang tersisa, untuk berhasil menghindari Purple Lightning ini—

(Tak bisa dipercaya bahwa ini benar-benar sekedar sapaan...!?)

Tanpa bergerak mundur, Kamito menyerang balik pedang yang memdekat.

Sudah pasti bahwa mundur bukanlah pilihan. Tanpa melihat jalur tusukan dari kecepatan dewa, akan sangat berbahaya jika musuh berhasil memanfaatkan celah. Dia tak punya pilihan selain terlibat dalam pertarungan jarak dekat.

Untungnya, ini juga merupakan apa yang diinginkan pihak lain. Kegembiraan muncul dimata gadis itu.

(...Cih, sifat sadistiknya tidak berubah sama sekali!)

Ketika Kamito membuat komentar sinis secara mental....

Dia mendengar ledakan samar dari kejauhan.

Itu berasal dari arah Fianna berada.

Meskipun dia tidak memalinhkam kepalanya unyukr melihat, sekilas, konsentrasinya terpecah.

"Jangan gelisah selama pertempuran—"

Gadis depannya berbicara dingin, lalu—

"Kaha—!"

Dia menendang Kamito dengan ganas pada perut.

Kamito jatuh ke tanah dan berhenti bernafas selama sesaat.

"Apa cuma ini yang bisa kau lakukan, Raja Iblis—?"

Gadis itu bertanya dengan dingin.

Bilah pedang iblis miliknya bersinar didepan matanya—

(....Cih, apakah tak ada yang berubah dibandingkan dengan tiga tahun yang lalu?)

Saat Kamito mempersiapkan dirinya untuk kematian, lalu pada saat itu...

Sebuah kilatan berwarna crimson terbang mendekat.

(Apa!?)

Greyworth mengayunkan pedang iblisnya secara horisontal didepannya, menepis kilatan tersebut.

CLAAAAAAAAAAAAANG!

Kilatan tersebut terpantul ke arah lain, menyebabkan sebuah ledakan besar saat menghantam sebuah bangunan.

Puing-puing berjatuhan, menghasilkan awan debu dan tanah.

Greyworth melompat menjauh. Kilatan cahaya crimson itu jatuh seperti hujan badai ke posisinya yang sebelumnya.

(...Ap...a?)

Kamito memalingkan tatapannya ketempat kilatan cahaya itu berasal.

Lalu—

"—Haruskah aku menawarkan bantuan, Kazehaya Kamito?"

Sebuah suara tegas sekeras kaca bergema diudara.

Di langit ibukota kekaisaran yang gerimis, ada seorang gadis berpakaian seragam militer—

"Leonora?"

Kamito melebarkan matanya.

Memang, orang yang menyelamatkan Kamito adalah Leonora Lancaster.

Dia adalah ksatria putri dari Dragon Duchy of Dracunia yang pernah Kamito lawan dalam pertandingan mematikan di festival Blade Dance.

"Sungguh memalukan, Kazehaya Kamito. Tak terpikir bahwa orang yang mengalahkan aku akan jatuh begitu rendah."

Mengatakan itu, Leonora melompat dengan gagah dari punggung naganya untuk mendarat disamping Kamito.

".....Leonora, apa yang kau lakukan disini?"

Melupakan situasinya, Kamito yang tercengang bertanya.

Leonora tiba-tiba tersenyum nakal.

"Tak peduli bagaimana aku terlihat, aku adalah seorang putri dari Dragon Duchy of Dracunia, lho? Sebagai perwakilan Negara Naga, aku berpartisipasi dalam Konferensi Semua Negara di Ordesia."

"...Aku mengerti. Memang benar, kau adalah seorang putri seperti itu."

Seperti tidak mengenakan pakaian dalam pada suatu waktu, otaknya secara tak sengaja melupakan rincian ini, tapi—

Leonora Lancaster memang seorang putri dari Dragon Duchy of Dracunia.

"Hmm, apa yang kau maksud dengan 'sepertu itu'? Lancang sekali."

"M-Maaf...! Ngomong-ngomong, terimakasih banyak, Leonora."

Menyadari dia telah cukup kasar barusan, Kamito meminta maaf dengan panik.

"Tapi situasi yang cukup menarik tampaknya telah terjadi."

Leonora menatap Millennia yang melayang diudara.

"Cardinal dari Kerajaan Suci, apa yang kau rencanakan secara sembunyi-sembunyi? Kalau kau terlibay dalam upaya gagal yang sebelumnya dalam pembunuhan kaisar, maka sesuai prinsip, Negara Naga tak bisa mengabaikan masalah ini."

Millennia tertawa mengejek dan berkata:

"Ya ampun, Nona Naga, Kerajaan Suci menanggapi permintaan Yang Mulia Arneus untuk menangkap sang Putri Kedua, dalang dari upaya pembunuhan kaisar. Mengetahui bahwa jika kau menyebabkan masalah, Kerajaan Suci secara alami akan menganggap ini sebagai konflik internasional diantara Ordesia dan Dracunia."

Sebagai tanggapan, Leonora tersenyum tanpa kenal takut.

"Itu bukan masalah buatku. Aku sudah mendapatkan ijin dari negaraku sendiri."

"....Apa maksudmu?"

"Delegasi Negara Naga akan pulang hari ini dengan niat mewaspadai keterlibatan secara sepihak dalam perang sipil Theocracy. Tak ada lagi alasan untuk menggabungkan kekuatan dengan Ordwsiat yang telah menjadi boneka Kerajaan Suci."

"Jika demikian, Raja Naga dari Dracunia berniat untuk bermusuhan dengan seseorang tertentu yang memiliki wewenang...."

Mata ungu Millennia menyala dengan cahaya yang tajam.

"Pihakmu pasti akan menyesali pilihan ini, Nona Naga—"

Greyworth menyiapkan pedang iblisnya dan mulai menghadapi Kamito dan Leonora.

"Ijinkan aku membantumu. Ini bukanlah seorang lawan yang bisa kau kalahkan sendirian, kan?"

Mengatakan , Leonora berdiri disamping Kamito.

"Leonora.... Tidak, itu—"

Kamito menggeleng.

Meskipun dia sangat bersyukur atas tawarannya, mengingat lawannya, dia sudah pasti tidak boleh membuat Leonora terlibat.

"Tidak, aku melakukan ini secara suka rela. Jangan menolak."

Leonora mengangkat tangannya dan melantunkan suatu bahasa roh untuk pemanggilan.

Pada saat yang sama, naga sihir berwarna hitam legam berubah menjadi sebuah pedang raksasa ditangan Leonora.

Pedang suci pembunuh naga, Balmung—sebuah elemental waffe yang menyembunyikan kekuatan penghancur yang mencengangkan.

"Itu akan merepotkan jika kau mati disini—"

Mengayunkan pedang raksasa itu dengan satu tangan, dia menusukkan bilahnya ke tanah.

"..."

Kamito menderita batin selama sesaat, lalu dia membalas.

"—Terimakasih."

Satu kata sederhana.

Leonora Lancaster—elementalis terkuat dari Knights of the Dragon Emperor.

Bagi Kamito sekarang ini, dia adalah sekutu terkuat.

Menganggap Greyworth masih belum memasuki keadaan bangkit sepenuhnya—

Masih ada peluanh menang jika mereka berdua bekerja sama.

"Leonora, lakukan sekuat tenaga dari awal. Kita akan terbunuh kecuali kita menyelesaikan pertarungan ini dalam satu serangan."

"Ya, aku sudah tau bahwa ini bukanlah lawan yang biasa—"

Seperti yang diduga dari Greyworth, Kamito bisa merasakan kekuatan milik Greyworth melalui kulitnya meskipun Greyworth masih belum kembali ke keadaan normal.

"—Menakjubkan. Aku merasa bahwa satu lawan akan sedikit mengecewakan."

Si Penyihir Senja menjilat bilah pedang iblisnya dan berkata sambil tersenyum.

Bagian 4[edit]

"Ahaha, ahahahahahaha!"

Tawa Leschkir Hirschkilt bergema disekitar area itu.

Terbang secara acak, bola-bola gravitasi tersebut menghancurkan bangunan-bangunan disekitar tanpa pandang bulu.

"....Cih, kacau sekali....!"

Menggendong Fianna dipunggungnya, Ellis dengan terampil mengendalikan angin yang menyelimuti kakinya untuk menghindari bola-bola gravitasi.

Tembakan-tembakan itu sangat acak, yang mana membuatnya sulit untuk memperkirakan lintasannya.

Selain itu, hantaman langsung dari tembakan sekuat itu sudah pasti akan berakhir buruk.

"Ellis, sebelah sana—"

Fianna berbisik pelan di telinga Ellis.

Diujung jalan di kejauhan, kuil tujuan bisa teelihat.

Dibandingkan dengan Istana Nefescal atau Great Shrine of Areishia, itu adalah sebuah kuil yang kecil yang cukup mencolok. Tanpa upacara dan perayaan dalam skala besar seperti Festival Roh Agung yabg diadakan disana, pada dasarnya itu adalah suatu lokasi yang terabaikan di ibukota kekaisaran.

Apakah memang benar-benar ada suatu jalur pelarian keluarga kerajaan di tempat seperti ini?

Tiba-tiba, sebuah bola gravitasi yabg dilepaskan oleh Leschkir menghantam menara lonceng diatas.

Ruang terdistorsi dan terbelah. Puing-puing berjatuhan secara bersamaan—

"Ini buruk—!"

Ellis menjadi pucat. Mengesampingkan situasinya sendiri, sembari saat ini menggendong Fianna, akan sangat sulit untuk menghindari puing-puing itu.

"Bakar semuanya, bola api pembakar yang menyala—!"

Bola api mendekat dan meledak di udara.

Dengan suara yang memekakkan telinga, ledakan tersebut menghancurkan puing-puing besar yang berada diatas Ellis, mengubahnya menjadi abu.

"Sebelah sini, Ellis!"

"Itu sangat membantu, Claire—"

Yang mendarat pelan didepan Ellis adalah Claire dengan Flametongue ditangannya.

Meskipun mereka berpencar saat mencari, setelah mendengar suara ledakan diarea ini, dia bergegas datang.

"Fianna, apa kau baik-baik saja?"

Melihat Fianna, Claire mendesah lega.

"Ya ampun, aku benar-benar minta maaf... karena membuat kalian berdua khawatir."

"Sudah gak usah dipikirkan. Sebelum menjadi Putri Kedua, kau adalah anggota penting dari Tim Scarler. Sudah wajar kan kalau kami membantumu."

"Hmm, tepat—Tapi saat ini tak punya waktu untuk ngobrol santai!"

Ellis mengayunkan Ray Hawk untuk menepis bola gravitasi yang mendekat.

"Ah, ahahahaha, jangan kabuuuuuuuuuuuuuurrrr."

"Uwah... A-Apa-apaan itu...."

Melihat Leschkir mengejar mereka sambil tertawa gila, wajah Claire berkedut.

"Leschkir Hirschkilt dari Numbers. Sekarang ini, dia telah menjadi gila karena Kegelapan Dunia Lain."

"Kegelapan Dunia Lain? Kenapa hal semacam itu—"

"Nanti aja penjelasannya. Kalau kita tidak kabur dulu..."

"B-Benar...."

Claire mengangguk.

Pada tingkat ini, kaributan akan membuat Imperial Knight datang ke TKP.

"Aku akan menghentikan dia disini. Ellis, bawa Fianna dan larilah sekarang—"

"Ya, dimengerti—"

Ellis menendang tanah. Angin yang dikonsentrasikan pada kakinya meledak, membuat dia berakselerasi seketika.

Melihat mereka pergi, Claire menyiapkan cambunya yang berkobar untuk menghadapi Leschkir si pengejar.

Meskipun dalam keadaaan gila, lawan adalah salah satu dari Numbers, yang dikenal sebagai ksatria terkuat dari Kekaisaran. Level kekuatannya jauh diatas level Claire.

(Lumayan, tapi tidaklah mustahil!)

Dia dengan terampil mengendalikan cambuknya untuk menepis sebuah bola gravitasi yang mendekat dengan liar, menghempaskan bola itu jauh-jauh—

"Huh...?"

—Lalu sesuatu yang aneh terjadi.

Tubuh Leschkir yang melayang tiba-tiba jatuh ke tanah.

Itu tampak seolah dia jatuh karena kendali gravitasinya terganggu bukannya secara sengaja.

Dengan demikian, dia tiba-tiba kehilangan kesadaran, tak bergerak sama sekali.

".....A-Apa?"

Claire berseru terkejut.

Sesaat setelahnya....

Roh gravitasi yang melayang diatas kepala Leschkir mulai membesar seolah akan meledak.

"...!?"

Bagian 5[edit]

"Ayo maju!" "Ya—"

Kamito dan Leonora mulai berlari secara bersamaan.

Didepan, Leonora mengangkat Balmung tinggi-tinggi dan melompat.

Lantai batu tersebut berhamburan karena dampaknya.

"Dracunia Style Blade Arts—Drag Slash!"

Menuangkan kekuatan suci dalam jumlah yang besar, dia mengayunkan pedang besar itu kebawah.

Mustahil untuk diblokir. Meskipun seseorang menghentikan pedang tersebut, dia masih akan hancur akibat gelombang kejutnya yang besar. Dibandingkan dengan keterampilan yang indah dari Absolute Blade Arts, ini adalah skill kasar dari keganasan yang ekstrim.

—Akibatnya, pengguna pedang normal tak mampu menanganinya.

Greyworth melompat kesamping.

Menargetkan kesana, Leonora mengayunkan pedang besar itu sekuat tenaga.

Boom—Itu seperti suara ledakan meriam. Dampaknya menghancurkan tanah, menghasilkan sebuah retakan besar.

seperi biasa, kekuatan penghancur yang mencengangkan.

Nanun, Greyworth menusukkan pedangnya ke tanah untuk bertahan terhadap dampaknya. Memutar tubuh mungilnya, dia segera mencabut pedang tersebut dan langsung meluncurkan sebuah tusukan dengan kecepatan kilat pada Leonora.

(....Cih, tak akan kubiarkan!)

Absolute Blade Arts, Bentuk Pertama—Purple Lightning.

Melepaskan kekuatan suci yang dikonsentrasikan pada kakinya dengan tendangan pada tanah, Kamito berakselerasi.

Demon Slayer dan pedang iblis crimson bersilangan, menimbulkan percikan api yang berhamburan.

"Ohhhhhhhhhhh!"

Dalam hal kekuatan dari Elemental Waffe, Est lebih unggul. Jika dia terus menekan seperti ini—

—Bibir Greyworth terbuka ringan seolah membisikkan sesuatu.

(....Sihir roh!?)

Pedang iblis itu yang berwarna semerah darah, sedikit berdengung.

Diperingatkan oleh naluri, Kamito langsung mundur untuk membuat jarak.

"O budak peminum darah yang serakah— Blood Thorn."

Tanamam rambat berwarna darah keluar, menargetkan untuk menusuk Kamito yang mundur dengan duri-duri tajam.

"Absolute Blade Arts, Bentuk Ketiga—Shadowmoon Waltz!"

Kamito terus menebas tanaman yang ditembakkan tanpa henti.

Sihir penghapus bukanlah keahlian Greyworth. Kemungkinan besar itu adalah atribut dari roh pedang iblis crimson.

Tanpa memperlambat kecepatan serangannya, Greyworth segera menyerang lagi.

Begitu cepat. Kamito menuangkan kekuatan suci kedalam pedangnya dan mengubahb Est menjadi bentuk Demon King's Sword satu tangan.

"Maju dan tembuslah, petir iblis penghukum pemusnah segalanya—Vorpal Blast!"

Petir hitam yang terpancar ditembakkan pada Greyworth. Namun, setiap serangan dihindari oleh Greyworth menggunakan pergerakan yang melampaui akal sehat manusia.

Namun, ini hanyalah pengalihan—

Dari belakang, dia bisa merasakan kekuatan suci dalam jumlah yang besar.

"Biarkan amarahki berubah menjadi raungan untuk menembus bumi— Drag Blast!"

Leonora melepaskan sihir roh dalam skala yang mengerikan, menyerang sambil meninggalkan retakan pada tanah.

Pada saat yang sama, Kamito mulai berlari juga.

(Ini adalah saatnya untuk menyelesaikan pertempuran—!)

Menggunakan pedang iblis yang diresapi kekuatan suci, Greyworth menepis tembakan naga yang besar.

Namun, bagaimanapun juga, kekuatan tembakan dari sihir itu sangatlah kuat. Dia kehilangan keseimbangan.

Kamito menyerang sekuat tenaga dan mengayunkan Demon King's Sword.

Dua serangan, tiga serangan—Dia terus mengeluarkan serangan combo untuk mencegah Greyworth mendapatkan peluang menyerang balik.

Lalu, Leonora mengayunkan pedangnya yang besar. Dibandingkan dengan Kamito yang nenggunakan serangan beruntun untuk mendesak musuh, serangan Leonora memprioritaskan satu serangan mematikan. Dihadapkan dengan dua gaya pedang yang sepenuhnya berbeda, bahkan seseorang seperti Greyworth tak punya pilihan selain bertahan terus-menerus.

"Dracunia Style Blade Arts—Drag Slash!"

Leonora mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, bersiap untuk melakukan gerakan mematikan. Tentunya, musuh tidak melewatkan celah ini. Greyworth segera melakukan serangan balik, tetapi itulah tepatnya yang ditunggu-tunggu Kamito.

Kamito membuat Est melakukan Mode Shift lagi—menciptakan dia pedang kembar untuk mode dual.

Lalu—

"Absolute Blade Arts, Bentuk Penghancur—Bursting Blossom Spiral Blade Dance - Enam Belas Serangan Beruntun!"

Dia mengeluarkan gerakan rahasia dari Absolute Blade Arts.

Bagian 6[edit]

Setelah sampai di bagian dalam kuil, Ellis dengan lembut menurunkan Fianna.

Karena penghalang isolasi yang dipasang disekitar mereka, tak ada suara yang bisa didengar dari luar.

Di bagian terdalam dari kuil tersebut, terdapat sebuah meja batu kecil yang digunakan untuk menyembah para roh.

"Yang Mulia, jadi ini rute pelariannya—"

"Ya, tunggu sebentar—"

Fianna memegang sebuah pisau kecil ditangannya, pisau yang digunakan untuk altar upacara—

dia menggunakan bilahnya untuk menyayat ibu jarinya sendiri.

Tetesan darah mengalir ke meja batu tersebut.

"Apa sebenarnya ini—"

Dengan ekspresi ningung, Ellis mengernyit.

Bagaimanapun juga, situasi saat ini sangatlah mendesak—

Lalu segera setelahnya, Ellis melebarkan matanya.

Tulisan dalam bahasa roh yang terukur pada meja batu tersebut tiba-tiba-tiba bersinar biru.

"Ini adalah....!"

"Sebuah Gerbang—hanya orang yang memiliki darah keluarga kerajaan yang bisa mengaktifkannya."

Mengatakan itu, Fianna mulai merapal mantra bahasa roh.

Lalu—

"....E-Ellis, oh tidak!"

Claire berlari mendekat, terengah-engah.

"Apa yang terjadi, Claire? Dame Leschkir—"

Dipertengahan kalimat, Ellis terdiam.

Diluar pintu masuk, sebuah bola raksasa terus berkembang, membesar tanpa henti!

Mungkinkah itu roh yang lepas kendali, dilahap oleh Kegelapan Dunia Lain?"

"Leschkir tak lagi bisa mengendalikan roh gravitasi itu. Pada tingkat ini, reaksi lepas kendali akan runtuh cepat atau lambat."

"Jika benda itu jatuh—"

"Ya, seluruh area ini akan meledak!"

Bagian 7[edit]

Gerakan rahasia Absolute Blade Arts, "Bursting Blossom Spiral Blade Dance" menghantam si Penyihir Senja—

Greyworth terlempar ke udara sebelum jatuh ke tanah dengan lintasan berputar-putar.

(....Apakah... berhasil....?)

Kamito terengah-engah sambil menusukkan Demon Slayer tegak lurus ke tanah.

Dia tak lagi memiliki tenaga yang tersisa. Kekuatan suci diseluruh tubuhnya telah dituangkan kedalam enam belas serangan beruntun yang barusan.

Jika serangan itu masih tak bisa mengalahkan musuh, mereka akan kehabisan pilihan.

(Tolong, jangan berdiri...)

Sembari menatap Greyworth yang terkapar, Kamito berdoa dalam hatinya.

Namun—

"Kau benar-benar-benar menunjukkan gerakan yang sangat bagus..."

"......!?"

Memegang pedang iblis, Greyworth perlahan-lahan bangkit.

(Jadi serangan itu gagal...!)

Dengan penampilan putus asa, Kamito mengeluarkan erangan.

Bursting Blossom Spiral Blade Dance adalah sebuah teknik pedang yang mampu melenyapkan suatu roh kelas archdemon dalam sekali serang.

Dia tidak menahan diri barusan.

Kamito telah mengeluarkan semua kekuatan suci yang dia simpan pada saat itu.

Namun, diantara enam belas serangan yang dia luncurkan, hanya ada dua serangan yang bisa dianggap serangan akurat—Tak lebih dari itu. Sisanya bisa dibaca dan dihindari.

(—Aku tak menyangka bahwa dia benar-benar bisa menghindari Bursting Blossom Spiral Blade Dance meskipun baru pertama kalinya dia melihatnya.)

Tidak, lebih tepatnya, ini tidak terhitung sebagai yang pertama dia melihatnya. Meskipun kehilangan ingatan masa kalinya, tubuhnya yang sangat akrab dengan Absolute Blade Arts, masih akan mempertahankan ingatan itu—

(Sialan.....)

Darah mengalir di pipi Greyworth.

Dia menjulurkan lidahnya dan menjilat tetesan darah tersebut.

"Ahh, ini—Jadi ini darahku?"

"...?"

Kemudian....

Kamito merasakan rasa dingin yang bergejolak.

Sesuatu yang tak menyenangkan—

Kebangkitan dari sesuatu yang benar-benar tidak boleh bangkit—

Firasat seperti itulah.

(....Apa-apaan itu?)

Kamito menahan nafasnya.

Gadis yang ada dihadapannga tiba-tiba terasa seperti orang yang berbeda—

—Lalu.

"—Tidak, masih belum saatnya."

Di udara, Millennia Sanctus perlahan-lahan mulai berbicara.

Kontras dengan ekspresinya yang tenang, ada sedikit ketidaksabaran dalam suaranya.

Lalu dia dengan cepat meraoakjanu suatu bahasa asing—bukan bahasa roh maupun High Ancient—membentuk segel dengan satu tangan.

Sesaat setelahnya, kegelapan tiba-tiba muncul di bawah kaki Greyworth—

Dalam sekejap mata, tubuh mungilnya terlahap.

"Ap...?"

....Kamito menyaksikan semua ini sambil terkejut—

Melihat reaksinya, Mellennia mengangkat bahu.

"Tampaknya itu terlalu awal untuk membiarkan dia bertemu denganmu. Itu hampir saja menghancurkan sebuah rencana yang penting...."

"Rencana....?"

Millennia tersenyum samar lalu menggeleng meminta maaf.

"Sudah cukup untuk hari ini. Mari kita bermain lagi lain kali ketika saatnya tiba, Onii-chan."

Membuat isyarat tangan yang sama seperti sebelumnya, Millennia juga dilahap oleh kegelapan, menghilang tanpa jejak.

Yang tertinggal hanyalah lantai batu yang berhamburan dan tanda bekas dari pertempuran ganas.

"Dia kabur? ....Tetapi itu sangat tidak sesuai."

"Ya."

Kamito mengangguk setuju.

Greyworth telah memojokkan mereka sepanjang waktu.

Pihak Kamito sudah menggunakan semua kartu as yang mereka miliki, namun Greyworth masih memiliki kekuatan yang belum dikeluarkan.

Kamito dan Leonora akan kalah jika pertarungan berlanjut.

Kenapa mereka kabur? Sepenuhnya tak bisa dipahami.

Leonora menurunkan pedangnya pelan-pelan dan berkata:

"Orang macam apa dia itu?"

"....."

Setelah menderita batin selama sesaat tentang bagaimana menjawabnya, Kamito berkata:

"—Mentorku."

Sebuah jawaban sederhana dan singkat padat.

"....Benarkah? Wajar saja kalau begitu."

Leonora mengangkat bahu menerima terang-terangan.

"Terimakasih, Leonora. Tampaknya aku berhutang budi padamu lagi..."

Kamito menggaruk kepalanya dan berkata.

"Yah, kuharap aku bisa menerima imbalan yang setimpal"

Leonora menggoda sambil bercanda.

"Ya, apapun yang kau mau, asalkan aku bisa."

"Apapun yang aku mau...?"

Setelah merenung dalam-dalam selama beberapa saat, Leonora tersipu.

"Ka-Kalau begitu, katika kita bertemu lagi suatu hari, kurasa aku akan memikirkannya baik-baik..."

Berdeham untuk membersihkan tenggorokannya, dia melemparkan pedangnya yang besar ke udara.

Balmung milik Leonora berubah menjadi roh naga iblis hitam legam, Nidhogg.

Setelah Leonora manaiki punggungnya, Nidhogg mengepakkan sayapnya keras-keras.

Pada saat itu, Kamito tiba-tiba teringat sesuatu.

(Kalau dipikir-pikir, aku ingat Rubia berbicara tentang mencari tempat perlindungan di Dracunia...)

"Oh, Leonora, tunggu—"

Tepat saat Kamito memanggil...

Namun, naga hitam yang membawa Leonora sudah mengepakkan sayapnya yang megah, terbang ke langit.

"—Tanpaknya aku akan bisa membalas budi pada dia dengan segera."

Tersenyum masam, Kamito bergumam.

"Baiklah—"

Kamito berbalik.

Dia ingat bahwa Fianna pergi ke arah menara lonceng terbesar, tetapi—

"....Apa itu?"

Melihat bola raksasa yang hampir menyelimuti seluruh jalanan, Kamito mengernyit.

Bagian 8[edit]

"Fianna, apa masih belum siap juga!?"

"Benda itu sudah hampir meledak—"

Sembari merapal sihir defensif dibelakang Fianna, Claire dan Ellis berteriak mati-matian.

Penghalang isolasi kuil itu sudah hancur. Ubin batu didekat pintu masuk terhempas satu persatu.

Melahap bangunan sekitar, meluas cukup luas hingga bisa mencakup sekitarnya, roh gravitasi itu tampak akan runtuh setiap saat.

Namun, Fianna berfokus berdoa didepan meja batu tersebut.

"Bisakah Kamito berhasil tepat waktu?"

Claire menggigit bibirnya dan bergumam penuh kekhawatiran.

Itu tak seperti mereka bisa meninggalkan Kamito seorang diri. Tetapi jika mereka terus menunggu, mereka mungkin akan terjebak dalam runtuhnya roh gravitasi dan berubah menjadi debu bersama dengan seluruh kuil.

—Pada saat itu.

Sebilah pedang melintas diatas mereka dan bongkahan batu berbentuk segitiga jatuh dari langit-langit.

"....Hwahhhh, a-apa-apaan itu!?"

Ditengah-tengah awan debu yang mengepul, orang yang turun adalah—

"Maaf membuat kalian menunggu...!"

Kamito disertai Demon Slayer ditangannya.

"Kamito!"

"Gak bisa dipercaya kau menghancurkan atap kuil. Karma akan menimpamu."

"Maaf, aku nggak bisa lewat pintu masuk... Btw, apa yang terjadi disana?"

"Roh gravitasi milik Leschkir lepas kendali—"

Roh gravitasi itu semakin membesar.

Hampir mencapai titik kritis—

"Cepetan dikit napa, Fianna!"

Melihat itu, Claire berteriak.

"Kita akan kembali, segel dari perjanjian kuno. Dimana itu diukir—
Penerus darah kerajaan—Sekarang juga ditempat ini, bukalah Gerbangnya—"

Gerbangnya, sebuah pusaran cahaya, muncul.

"....Apakah ini rute pelarian keluarga kerajaan?"

"Ya, cepetan masuk!"

Ketika Fianna berteriak, roh gravitasi itu tiba-tiba berkontraksi dengan cepat—

"Roh itu mau meledak...!"

Dalam detik selanjutnya, bola gravitasi itu meledak.


Sebelumnya Prolog Kembali Ke Halaman Utama Selanjutnya Bab 2