Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid20 Final Chapter

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Final Chapter - Kembali Ke Akademi[edit]

Bagian 1[edit]

Setelah melakukan pertempuran akhir di Astral Zero–


Kamito dan rekan-rekannya tinggal di kuil Divine Ritual Institute selama seminggu. Setelah meminjam pemandian air panas tempat itu untuk memulihkan diri sepenuhnya dari rasa lelah, mereka kembali ke alam manusia.


Seluruh siswi Akademi dikerahkan untuk menyambut kembalinya Tim Scarlet.


Dibandingkan dengan sambutan setengah tahun lalu saat mereka lolos untuk ikut serta Blade Dance, sikapnya betul-betul berbeda.


Claire dan Rinslet, yang dulunya anak bermasalah dari Kelas Gagak.


Ellis, yang selalu dibanding-bandingkan dengan kakak angkatnya sebagai kapten Sylphid Knight.


Fianna, yang dicemooh sebagai Ratu Hilang setelah kehilangan kekuatan roh terkontrak miliknya.


Gak seorangpun yang akan memandang cewek-cewek ini dengan mata penuh prasangka masa lalu lagi.


Bahkan Kamito, yang dijauhi karena merupakan satu-satunya elementalis laki-laki–


"Oh, itu Kazehaya Kamito!"
"Sungguh luar biasa. Raja Iblis Malam Hari betul-betul menyelamatkan dunia..."
"Tunggu, itu sangat gak sopan, kau harusnya memanggil dia Baginda Raja Bejat!"
"Ya, itu benar, Baginda Raja Bejat...."
"Luar biasa, Baginda Raja Bejat."
"Kalau begitu, Baginda Raja Bejat, aku–"


(....K-Kenapa cuma reputasiku saja yang gak berubah!?)


Sambil berjalan menuruni tangga kapal terbang, Kamito tertunduk lesu dan menggerutu dalam benaknya.


...Kayaknya semuanya jauh lebih buruk daripada sebelumnya.


"Ayolah, Kamito, busungkan dadamu dan tegapkan posturmu."


Melihat Kamito seperti itu, Claire mendorong dia dari belakang.


"Gimanapun juga, kau harusnya bangga."


"Malam ini, sepertinya rekan-rekan dari Sylphid Knight mengadakan pesta besar untuk perayaan."


"Itu sesuatu yang bisa dinantikan."


"Tapi kayaknya aku nggak ikut deh. Mereka sepertinya akan melanjutkan pelajaran besok."


Claire berbicara serius.


"Eh, beneran.... Kita kan sudah ketinggalan pelajaran jauh sekali...."


"H-Hmm, kita harus segera menyusul pelajaran yang tertinggal...."


"Biar kuberitahu kalian bahwa aku sudah belajar serius. Aku akan mengajari sisanya pada kalian nanti."


"Oh, makasih."


"Ya, itu akan sangat membantu..."


Segera setelah Kamito dan rekan-rekannya turun dari kapal terbang, kerumunan besar siswi mengerumi mereka.


Ditengah gelombang manusia, Kamito menengadah menatap langit biru yang cerah.


(Kembali ke kehidupan sekolah lagi, huh...?)


Melalui pengaturan Greyworth, dia datang ke Akademi, dan ikut serta dalam Blade Dance hanya karena dia ingin mencari Restia. Sekarang dia gak punya alasan lagi untuk tetap berada di Akademi.


Akan tetapi–


(....Lulus dari sekolah ini gak buruk-buruk amat kurasa.)


Berdiri dibawah langit biru adalah bangunan sekolah yang sedang direkonstruksi. Asrama Kelas Gagak.


Ini adalah tempat dimana dia dan rekan-rekannya pulang, tempat yang dia lindungi.


–Malam itu, saat pesta perayaan dan perkumpulan para roh, Kamito mabuk untuk yang pertama kalinya dalam hidupnya.

Bagian 2[edit]

"...Mmm... Ughhh... Ooh..."


Keesokan harinya, dibawah sinar matahari, Kamito membuka matanya.


...Puyeng banget. Kayaknya dia ketiduran sambil masih memakai seragamnya tadi malam.


Karena permohonan yang keras kepala dari Ellis bersama Rakka dan Reishia, Kamito meminjam pakaian princess maiden dari Fianna untuk menampilkan tarian pedang. Itulah hal terakhir yang dia ingat.


Meskipun para roh di pesta itu kelihatan cukup senang–


....Kamito yakin dia gak akan melakukannya kalau dia nggak mabuk.


Dibesarkan oleh Sekolah Instruksional, Kamito gak pernah mabuk sebelumnya. Dengan mengedarkan divine power melalui saluran-saluran di seluruh tubuhnya, dia bisa menghilangkan alkohol.


Tapi teknik ini gak mempan terhadap Dragon Wine yang dibawa Leonora. Ini adalah anggur yang dipersiapkan untuk para roh.


Pesta itu bahkan menyambut kedatangan agung dari sang Raja Naga, yang mendesak Kamito untuk meminum Dragon Wine. Gak bisa menolak sang raja Dracunia, Kamito minum sepuas hatinya, dan beginilah ujung-ujungnya.


Tanpa ingat apapun, dia berhasil kembali ke kamarnya di asrama Kelas Gagak dan jatuh tertidur.


(Apa-apaan sih yang kulakukan...)


Saat Kamito mencengekeram kepalanya, tenggelam dalam kebencian terhadap dirinya sendiri...


Boing. Boing.


Dia merasakan sesuatu yang lembut pada perutnya, seperti sebuah kantong air.


"...!?"


Kamito segera mengangkat selimutnya. Tepat seperti yang dia duga, didalamnya–


"...E-Est!?"


Roh pedang telanjang cuma memakai kaos kaki selutut telah menyelinap diam-diam ke tempat tidurnya.


"Est, bukankah sudah kubilang kamu jangan menyelinap ke tempat tidur...?"


Kamito mengelus rambut putih peraknya dan mengingatkan dia lagi.


Dia tau dia selalu memanjakan Est, tapi dia harus lebih ketat soal ini.


"Tidak, Kamito–"


Akan tetapi, Est menggeleng tanpa ekspresi.


"Tadi malam, kamu lah yang membawaku ke tempat tidur."


"....Apa benar begitu....?"


Wajah Kamito berkedut.


...Dia sama sekali gak tau. Meski ingatannya sangat kabur, setelah menampilkan tarian pedang seraya memakai pakaian princess maiden, dia sepertinya tidur sambil memegang Est dalam wujud pedang tanpa melepaskannya.


"M-Maaf...."


Kamito meminta maaf.


"Bukan cuma itu."


"Huh?"


Mendengar Est bergumam pelan tanpa ekspresi diwajahnya, Kamito mau tak mau bertanya.


"Saat kamu tidur, Kamito, kamu terus menarik-narik kaos kakiku saat aku kembali ke wujud manusia."


"...A-Aku melakukan itu!?"


...Sial. Dia sama sekali gak punya ingatan soal itu.


(....Tidak, kurasa aku mimpi main tarik-tarikan sama Est.)


Mata ungunya yang jernih menatap erat Kamito.


"Kamito... Kamu punya banyak rasa frustasi, kan?"


"...Ohhhhhhhh, Est, aku lah yang salah!"


Kamito segera bersujud di kasur untuk meminta maaf.


Meskipun itu terjadi tanpa niat secara sadar, dia gak pernah menduga kalau dirinya sampai melakukan sesuatu seperti itu–


....Gak heran kalau Est marah.


"Tidak, Kamito. Aku adalah pedangmu, jika itu adalah keinginanmu... Lakukanlah."


Est mengibaskan rambut putih-peraknya yang panjang dan berdiri.


Kulit pucatnya, seputih salju, terpampang jelas didepan mata Kamito.


Pipinya begitu merah sampai-sampai seseorang gak akan bisa mempercayainya bahwa itu adalah pipi dari roh pedang dengan afinitas baja.


"...E-Est!?"


Kamito hanya bisa menahan nafasnya.


Dia memperhatikan saat Est memegang kaos kakinya dan mulai menurunkannya.


Saat sampai di mata kaki, Est berhenti sejenak, menatap Kamito.


"....Apa kamu yakin melepas kaos kakimu, Est?"


Dihadapkan dengan keraguan Kamito, Est mengangguk.


"Ya, Kamito. Perhatikanlah diriku seutuhnya–"


Dia mengangkat kakinya dan melepaskan kaos kakinya.


Jari-jari kaki sehalus mutiara.


Kaki telanjangnya yang menggemaskan, putih dan selembut susu, sepenuhnya terlihat kali ini.


"....Bagaimana...., Kamito?"


Masih dalam postur kakinya terangkat, Est malu-malu memalingkan tatapannya.


Mungkin karena rasa malu yang teramat sangat, pundaknya gemetaran.


"U-Uh, sangat manis.... Begitu cantik."


Kamito menatap dengan seksama dan menjawab. Est langsung menarik kakinya kedalam selimut.


STnBD V20 BW09.jpg


"Uwah, jangan menatapnya seperti itu."


"G-Gak boleh?"


"....Bukannya gak boleh."


Takut-takut, Est mengeluarkan lagi kaki telanjangnya dari selimut... Manis sekali.


"A-Aku nggak keberatan, kalau kamu menyentuhnya sedikit."


"Eh—"


"Ijin khusus. Bagaimanapun juga, aku adalah roh terkontrakmu–"


Est memalingkan kepalanya ke samping dan dengan lembut mengulurkan kaki mungilnya.


"Est..."


Kamito menahan nafasnya dan membelai jari-jari kaki Est.


Sebuah sensasi lembut. Dingin saat disentuh.


"Uwah... Geli, Kamito."


Est menjerit pelan.


...Kenapa? Est yang biasanya saja sudah menggemaskan, tapi dia tampak lebih menggemaskan sekarang.


Mungkin masih ada efek yang tersisa dari Dragon Wine yang diminum semalam.


Kepalanya masih berkabut, Kamito mencoba meraih telapak kaki Est.


"K-Kamito, jangan... Uwahhhh!"


Est memejamkan matanya erat-erat dan mencengkeram sudut selimut.


Lalu–


"Fufu, sepertinya kamu sedang bersenang-senang."


"Uwah..."


Tiba-tiba, bulu hitam legam memblokir pandangan Kamito.


Dia menoleh ke belakang, dan melihat Restia berdiri disana seraya sayap hitamnya direntangkan.


"R-Restia!?"


"Roh kegelapan—!"


Est buru-buru bersembunyi dibelakang Kamito, menyembunyikan kaki telanjangnya.


"Ya ampun, aku juga ingin melihat kaki Nona Roh Pedang...."


Restia tertawa kecil dan menggendalikan sayapnya dengan lincah, berusaha mengangkat selimutnya.


"....! Roh kegelapan, apa kau ingin dimusnahkan dari muka bumi ini?"


"Lihat sedikit saja."


"Gak boleh."


Dengan Restia berusaha menangkap dia, Est yang telanjang bulat memeluk Kamito, gak mau melepaskan dia.


"H-Hei...!"


Saat mereka bertiga bergulat di kasur...


"Sheesh, kenapa pagi-pagi begini sudah berisik sekali kah... Tunggu–Huaah, a-apa, a-apa yang kalian lakukan?"


Datang untuk membangunkan Kamito, Claire membeku.


Bulu-bulu hitam berhamburan. Est yang telanjang bulat. Kamito, yang dipeluk erat oleh dia. Bahkan Restia, karena pergumulan di kasur, pakaiannya sudah melorot sampai bahunya.


"K-Kalian, kalian......"


Suaranya bergetar.


Kobaran api langsung muncul pada kuncirnya.


"T-Tunggu, ada alasan untuk ini–"


Kamito tergagap.


...Meski dia ingin menjelaskan, dia gak bisa mendapatkan apapun yang meyakinkan untuk menjelaskan situasi saat ini.


"D-Dasar mahluk bejat, jadilah arang!"


Untuk yang pertama kalinya setelah sekian lama, suara ledakan Fireball kembali terdengar di kamar itu.

Bagian 3[edit]

"....Serius deh, pagi-pagi gini udah bikin ribut aja."


Rinslet, mengenakan apron, berbicara jengkel saat dia menatap lubang di dinding yang hangus.


Karena ledakan di asrama, Kamito dan rekan-rekannya pergi ke kamar sebelah untuk sarapan di kamar Rinslet.


....Oh yah, ini cukup melegakan mengingat mereka kembali ke kehidupan keseharian mereka.


Bisa dikatakan, ada sesuatu yang salah soal kembali ke kehidupan sehari-hari dengan mengalami ledakan ruangan.


"Ya, bener-bener deh. Mau berapa kali kau mengubah kamar asrama menjadi arang sampai kau puas?"


Di kamar yang sama, Fianna melotot pada Claire.


"....~! I-Itu salah Kamito, melakukan sandwich roh!"


"Kamito-san, apa maksudnya ini?"


Rinslet cemberut setelah mendengar apa yang dikatakan Claire dan melotot pada Kamito.


"S-Seperti yang kubilang, dia salah sangka!"


"Kamito-kun, astaga, energik sekali kamu di pagi hari. Itu bagus."


Fianna tampak riang, disertai senyum nakal di wajahnya.


Est dan Restia sudah kembali ke wujud pedang.


Kesampingkan Restia, Est biasanya berubah ke wujud manusia di saat sarapan. Mungkin karena dia masih malu dari menunjukkan kaki telanjangnya tadi, bahkan aroma lezat dari roti nggak bisa menggoda dia.


"....Uwah, semuanya, selamat pagi~"


Masih memakai piyamanya, Carol mengucek matanya dan bangun.


Melihat Rinslet menyiapkan piring-piring di meja makan....


"N-Nyonya, ijinkan saya membantu!"


Kata dia buru-buru. Akan tetapi, Rinslet menggeleng.


"Nggak usah, duduk saja disana."


Berkata begitu, Rinslet memberi isyarat pada Carol untuk duduk di kursi disamping kursinya... Masih memanjakan dia seperti biasanya.


"Aku membuat hidangan sarapan yang mudah dicerna perut karena pesta minum semalam. Karena itulah aku mengumpulkan sayur-sayuran berkualitas tinggi dari Hutan Roh."


"Wow, itu kelihatan begitu lezat!"


Melihat makanan di meja makan, mata Claire berkilauan.


Jamur liar dengan salad sayuran. Roti buah kenari yang baru matang. Teh hitam hangat. Susu segar dan mentega buatan sendiri. Dan juga yogurt buah.


Meskipun hidangannya cukup sederhana, setiap bahannya dipilih dengan hati-hati.


"Silahkan nikmati."


"Ya, terimakasih untuk makanannya–"


Kamito dengan sopan menepukkan telapak tangannya lalu mengambil roti.


Roti itu masih panas, mengeluarkan aroma lezat yang memenuhi lubang hidung.


"Meow—"


Scarlet berada di kaki Kamito, menatap dia dengan penampilan melas. Sekarang ini, Scarlet bisa bangkit sebagai Ortlinde, tapi roh kucing neraka itu sepertinya menikmati kehidupan kucing yang bebas tanpa kekangan.


"Scarlet, itu gak sopan. Tirulah Fenrir."


Melihat itu, Claire memarahi dia.


Fenrir duduk tenang di lantai, terengah-engah dan meneteskan air liur.


"Waduh ♪♪ Menteganya netes ke dadaku."


"...!?"


Fianna menampilkan ekspresi kebingungan dan menatap Kamito yang ada disampingnya.


Kamito mau gak mau melirik, dan melihat sepotong mentega cair di belahan payudaranya.


"Kamito-kun, bisakah kamu membantuku membersihkannya?"


"Ah, tidak, itu..."


Dihadapkan pada sang putri yang meminta dia penuh kasih, Kamito tergagap dan ragi-ragu. Lalu....


"Scarlet, jilati dia sampai bersih."


"Meow—!"


"Kyah!?"


Scarlet melompat ke dada Fianna dan menjilat mentega itu dengan marah.


"Tunggu, geli... Ahhh, aku benci kau, Claire!"


Sambil menggeliat, Fianna melotot marah pada Claire.

Bagian 4[edit]

Sambil sarapan di meja makan, Kamito dan rekan-rekannya mulai membahas masa depan.


"Situasi di benua, ahmm... kurasa akan ada banyak perubahan."


"...Ya."


Mendengar Claire yang berbicara sambil makan roti, Kamito sependapat.


Para Elemental Lord, yang rusak karena Kegelapan Dunia Lain, semuanya telah dibebaskan oleh Kamito.


Karena hancurnya Gerbang secara menyeluruh, Astral Zero seharusnya gak akan membuat kontak lagi dengan dunia origin. Demikian juga dengan para Malaikat dari Cahaya Dunia Lain kemungkinan gak akan turun lagi.


Dengan lenyapnya Holy Lord dan Elemental Lord Kegelapan, hanya empat Elemental Lord yang tersisa.


Meskipun Belphal dan Lode Gear kembali normal, terbebas dari kendali Holy Lord, kekuatan mereka sebagai Elemental Lord menurun drastis. Saat ini, mereka hanyalah roh individual yang kuat.


Mungkin, tugas dari Elemental Lord sebagai penguasa dunia juga berakhir.


Jika demikian, mungkin hubungan antara Astral Zero dan alam manusia akan berubah drastis.


Dipindahkan ke Ragna Ys, Ibukota Suci lenyap dari alam manusia. Setelah menimbulkan kekacauan di seluruh benua, Kerajaan Suci Lugia akan diawasi oleh negara-negara lain mulai dari sekarang. Catatan berbagai pelanggaran kesepakatan militer, konspirasi di Ordesia dan operasi rahasia Des Esseinte, dan sebagainya, kemungkinan akan dipublikasikan. Kebetulan, pemimpin dari tim pengawas kabarnya adalah Virrey Branford, ksatria operasi khusus dari Number.


"....Ngomong-ngomong, gimana dengan catatan pelajarannya?"


Lalu, topiknya berganti dari situasi benua saat ini kembali ke Akademi.


Sejujurnya, masalah yang ada didepan mata oni jauh lebih penting bagi Kamito dan teman-temannya.


"Kita sudah memenangkan Blade Dance, aku nggak percaya itu nggak dihitung sebagai nilai akademik, itu kejam sekali."


"Pastinya begitu."


Claire berkomentar gak berdaya.


"Kita harus mencari cara untuk menyusul."


"Ya, Mireille dan Milla akan daftar di sekolah dasar tahun depan. Aku gak punya niat tahan kelas setahun dan mempermalukan diriku didepan adik-adikku."


Mireille dan Milla Bassett sepertinya masuk Akademi Dasar Eluor di ibukota kekaisaran tahun ini.


Sebuah sekolah bergengsi untuk para bangsawan, disana juga tempat Claire dan Rinslet belajar saat masih kecil.


Seperti Carol, Milla sepertinya masuk sebagai seorang maid pendamping. Gak seperti Carol, Milla sangat bisa diandalkan, jadi dengan adanya dia disana, sepertinya gak ada yang perlu dikuatirkan.


"Betul juga, Mireille akan jadi adik kelas kita."


"Ya. Setelah mata Judia sembuh, aku menduga dia akan sekolah di Akademi juga."


Rinslet menangguk senang.


"Aku senang Judia akan pulih."


"Itu semua berkat kamu, Kamito-san."


Mata Judia yang buta kabarnya pulih dengan cepat. Kemungkinan besar, itu karena tubuh utama dari Elememtal Lord Air, yang memberi dia kutukan es, sudah menghilang.


"Ngomong-ngomong, apa yang akan terjadi pada wilayah Laurenfrost?" tanya Fianna.


"Aku akan mewarisinya setelah lulus dari Akademi."


Rinslet mengangkat bahu dan menjawab.


"Sejujurnya, aku ingin membuka restoran di ibukota kekaisaran, menyerahkan wilayah itu pada Judia atau Mireille untuk mengelolanya. Ya, aku sudah memutuskan namanya, White Wolf Pavilion."


Dibawah meja makan, Fenrir menggonggong.


"Sebuah restoran yang kau buka, Rinslet, pasti akan sangat populer."


"Ya, kami semua akan makan disana."


Berkata begitu, Claire mengangguk sungguh-sungguh.


"Hei, Fianna, apa kau betul-betul gak berencana untuk jadi ratu?"


Melihat topik percakapannya beralih pada dia, Fianna menggeleng pelan.


"Kesehatan Kaisar sudah membaik. Selain itu, aku juga gak cocok jadi ratu."


"Benarkah? Kurasa kau bisa jadi ratu yang hebat–"


"Makasih. Pikiran-pikiran baik ini saja sudah cukup untukku."


Fianna tersenyum masam.


Memurut dia, otoritas dewan kekaisaran di Kekaisaran Ordesia telah meningkat saat ini. Banyak anggota Number juga akan diganti dengan personil baru. Saat dia memulihkan diri di Ragna Ys, Virrey menanyai Kamito lagi apakah dia mau bergabung menjadi anggota Number, tapi tentu saja, Kamito menolak.


"Gimana denganmu, Claire, kau nggak kembali ke Elstein?"


"Aku sudah memutuskan arah karirku."


Mendengar pertanyaan Fianna, Claire menjawab tegas.


"Aku ingat kau bilang kau ingin menjadi guru di Akademi, kan?"


"Tepat."


"Seorang guru, huh? Aku paham."


Memang, selain kepribadian yang serius dan nilai yang menakjubkan, Claire juga handal dalam mengajari teman-temannya.


...Jadi seorang guru mungkin sangat cocok buat dia.


"Awalnya, aku ingin mempercayakan masalah Elstein pada Nee-sama–"


Berkata begitu, wajah Claire menampilkan sedikit rasa muram.


Setelah pertempuran akhir di Ibukota Suci, Kamito dan rekan-rekannya menginap di pemandian air panas Ragna Ys. Akan tetapi, Rubia menghilang.


"Gimanapun juga, Rubia-sama memang senang menyendiri–"


Lalu, Fenrir berdiri dan menggonggong.


"Oh, sudah hampir waktunya."


"Terlambat di hari pertama akan buruk, ayo bergegas."


Menghabiskan teh hitam didalam cangkirnya, Kamito berdiri.

Bagian 5[edit]

Setelah bersiap-siap dengan cepat, Kamito dan rekan-rekannya melewati taman yang indah saat mereka menuju ke bangunan sekolah.


"Bangunan sekolah yang rusak sudah diperbaiki."


"Ya, kudengar Akademi menerima donasi yang besar dari Ordesia."


"Tamannya bahkan lebih besar dari yang sebelumnya."


Melewati gereja yang bertindak sebagai markas operasi Sylphid Knight, mereka secara kebetulan bertemu roh batu milik Rakka membersihkan drum-drum kosong dari minuman beralkohol yang dihabiskan saat pesta semalam.


"Halo, Tuan Pahlawan–"


Rakka menyapa tanpa menahan diri.


"Kau menampilkan banyak hal bagus pada semua orang tadi malam."


Disampingnya, Reishia tertawa kecil.


"Maaf, aku gak ingat banyak soal itu..."


...Apaan sih yang kulakukan?


"M-Met pagi, Kamito–"


Ellis muncul dengan seragamnya.


Mungkin karena dia baru selesai mandi, ujung kuncirnya masih lembab.


"Ellis, kau langsung latihan pagi dihari pertama kembali?"


"Ya, dengan mbakyu. Kami berlatih tombak."


Berkata begitu, Ellis tersenyum masam.


"Gak bisa kupercaya...."


Claire gak bisa berkata apa-apa.


"Rakka, maaf sudah menyerahkan pekerjaan bersih-bersih padamu."


"Nggak apa-apa. Kau baru kembali, Kapten, jadi bersantai saja dan beristirahatlah."


Rakka tersenyum dan melambaikan tangannya.


"Ngomong-ngomong, Kapten, apa kau menyimpan "itu" dengan baik dari yang semalam?"


"...Ah, ya, tentu saja."


Mendengar Reishia, Ellis mengangguk kelihatan agak malu.


"Menyimpan apaan?"


Sebagai tanggapan pada pertanyaan Kamito...


"Tarian pedang crossdress-mu di pesta semalam. Kapten bekerja sangat keras untuk merekamnya."


“R-Rakka!?”


Rakka menjawab tanpa berpikir, membuat Ellis langsung tersipu merah padam.


"T-Tunggu bentar, apa yang terjadi disini!?"


“Uh, umm... Itu, uh...”


Ellis menghindari kontak mata sambil menggaruk pipinya.


"Bukankah ada sebuah kristal roh yang bisa menyimpan gambar yang kau lihat? Itu mungkin yang digunakan untuk merekam tarian pedang crossdress Kamito, kan?"


"A-Apa?"


“Reishia!?”


Ellis panik, rahasianya terbongkar.


....Kamito sama sekali nggak ingat. Jadi Ellis bahkan melakukan sesuatu seperti ini.


“Ellis...”


Kamito memelototi dia.


"....U-Uh, aku cuma ingin menyimpan, sebagai kenangan berharga, pemandangan dari Ren Ashbell-sama menari didepan mataku. Itu sebabnya aku...."


Memutar-mutar jarinya, dia menjelaskan dengan canggung. Meskipun dia terlihat cukup menggemaskan, Kamito memutuskan bahwa rekaman hidup dari sejarah kelamnya gak diijinkan ada didunia ini.


"Hancurkan kristal roh itu. Sekarang."


"G-Gak mau!"


Ellis menggeleng berulang kali.


"Aku sungguh sangat sakit hati bahwa kau menyembunyikan identitasmu sebagai Ren Ashbell-sama. G-Gak boleh kah aku menyimpan sedikit saja rekaman dari pujaanku!?"


“Hmm...”


....Dia ada betulnya. Kamito merasa bersalah karena menyembunyikan hal itu dari dia begitu lama.


Ellis adalah fan berat Ren Ashbell dan bahkan bergabung dalam fan club di Akademi. Melihat dia berlinang air mata, Kamito menghela nafas.


"....Jangan biarkan siapapun melihatnya, terutama Greyworth."


"Ya, tentu saja! Aku akan menyimpannya sebagai kenangan pribadiku."


Mendengar jawaban Kamito, Ellis langsung tersenyum cerah, mengangguk lagi dan lagi.


....Melihat senyum bahagia seperti itu diwajahnya, Kamito merasa terdorong untuk menjaga ucapannya dan gak mencabut ijin yang sudah dia berikan.


"Aku ikut senang untukmu, Kapten."


Rakka menepuk pundak Ellis.


"Maaf semuanya, kita hampir terlambat."


Rinslet mengernyit dan mengingatkan mereka.

Bagian 6[edit]

"Oke Ellis, sampai jumpa lagi."


"Ya."


Berpisah di koridor dengan Ellis yang merupakan murid dari Kelas Musang, Kamito dan rekan-rekannya masuk ke ruangan Kelas Gagak.


Sudah beberapa bulan sejak terakhir mereka mengikuti pelajaran disini.


Setelah mengalahkan Velsaria pada penyisihan untuk perwakilan Akademi di Blade Dance, Tim Scarlet menghabiskan sebagian besar waktunya pada latihan. Diwaktu berikutnya mereka kembali ke Akademi, Kamito kehilangan ingatannya karena syok kehilangan Restia. Setelah itu, ada ekspedisi ke Laurenfrost lalu menyelamatkan Fianna, oh yah, itu memang cerita yang panjang–


"Duduk disana yuk."


Kamito dan rekan-rekanya duduk di barisan belakang dan membuka buku pelajaran bahasa roh.


"Kayaknya buku pelajarannya akan butuh perombakan besar."


"...Ya."


Membaca buku pelajaran tersebut, Claire bergumam dan Kamito sependapat.


Gimanapun juga, Holy Lord, pemimpin dari para Elemental Lord, sudah tiada. Sedangkan para Elemental Lord lainnya juga telah kehilangan kekuatan besar yang dulunya mereka miliki.


Dan juga, Kamito telah menyampaikan banyak kebenaran pada Divine Ritual Institute, termasuk Kegelapan Dunia Lain, para Malaikat, Perang Roh 6.000 tahun lalu, eksistensi dari Ren Ashdoll sang Elemental Lord Kegelapan, kisah Raja Iblis Solomon 1.000 tahun lalu, serta roh Iris dan Sacred Maiden Areishia, dan sebagainya–


Meskipun mereka gak tau seberapa banyak yang akan dibeberkan oleh Divine Ritual Institute, penelitian spiritologi sudah pasti akan mengalami perubahan yang sangat besar.


"Saya mendengar bahwa Divine Ritual Institute berniat menambahkan resep kue milik nyonya pada kurikulum mereka."


"Aku gak kaget. Gimanapun juga, kue-kue itu yang memikat seorang Elemental Lord."


Mendengar Carol berbicara dengan gembira, Fianna sependapat.


"Padahal itu cuma kue biasa...."


Kelihatan sedikit gelisah, Rinslet memiringkan kepalanya.


"Ngomong-ngomong, kita perlu melaporkan api milikku dan milik kakak."


Api Dunia Lain yang dicuri oleh para Elemental Lord di zaman purba dan diwariskan pada ras manusia.


Claire sepertinya berniat meneliti api-api itu secara menyeluruh sebelum dia lulus.


"Dan juga, ada saudara-saudara Scarlet dan rincian dari Perang Roh, ada banyak hal yang ingin aku teliti–"


Dikakinya, Scarlet mengeong.


"–Kalian, cepat duduk."


Lalu, Bu Freya masuk kelas.


Berdiri di podium, dia menaruh materi pembelajaran miliknya diatas mimbar.


"Ah, ijinkan aku memperkenalkan seorang guru honorer hari ini."


Dia berdeham dan berbicara.


"Guru honorer?"


Claire dan Rinslet bertukar tatap.


"Mungkin saat ini ada kekurangan guru yang tersedia."


Fianna bertanya-tanya.


...Dia betul. Insiden penyerangan Millennia Sanctus pada Akademi dan pemanggilan roh iblis yang disebabkan oleh Astral Shift pasti melukai banyak guru. Selain itu, rekonstruksi ibukota kekaisaran juga mewajibkan banyak elementalis handal untuk datang, oleh karena itu kekurangan orang terjadi dimana-mana.


–Lalu, seorang wanita mengenakan setelan datang ke mimbar.


"–Mulai hari ini, aku, Ren Ashbell, akan bekerja disini sebagai seorang guru. Senang berjumpa kalian."


Itu adalah seorang wanita berambut merah panjang. Dia memakai sebuah topeng berwarna merah–


"Ehhhhhhhhhhhhhhhh!?"


Suara Claire menggema di ruang kelas.

Bagian 7[edit]

Di kantin diluar bangunan sekolah.


Karena persediaan tak terbatas dari roti gratis disediakan untuk para siswi, ini merupakan sebuah tempat yang populer untuk nongkrong.


Setelah menunggu dan bertemu Ellis setelah pelajaran spiritologi dasar, kelompok Kamito berada di kantin, menanyai si guru bertopeng.


"...! Kenapa kau ada disini, Nee-sama!?"


"Itu karena permintaan Dame Greyworth. Claire, dasi pitamu berantakan."


Namun, Rubia sama sekali gak terpengaruh dan bahkan cukup santai sampai-sampai merapikan pita milik Claire.


"Kau pergi kemana? Kau membuat Claire begitu kuatir."


"Aku pinjam kapal militer dari Teokrasi dan mengirim anak-anak yatim dari Sekolah Instrusional kembali ke kampung halaman mereka." Jawab Rubia.


"Gimanapun juga, perang sudah berakhir. Keberadaan Tim Inferno sudah gak diperlukan lagi."


"Aku paham...."


Senangnya punya kampung halaman untuk pulang, pikir Kamito. Sebelumnya, gak ada satupun anak yang bisa kembali pulang setelah diambil oleh Sekolah Instruksional.


Anak-anak yang gak diketahui asal-usulnya dikabarkan tinggal di sebuah fasilitas di ibukota kekaisaran untuk sementara waktu. Spesialis pengumpul informasi, Lily mencurahkan upayanya dengan sungguh-sungguh untuk menyelidiki kampung halaman cewek-cewek itu.


"Boleh aku tanya kenapa kau pakai topeng?"


Kali ini, giliran Fianna yang bertanya.


"Nggak mungkin kan aku bisa menunjukkan wajah sejati dari Ratu Bencana. Aku akan terus meminjam namamu, Kamito."


Memang sih, kesan dunia tentang dia saat dia berpatisipasi dalam Blade Dance sebagai Ren Ashbell si elementalis bertopeng, pemimpin Tim Inferno, masih melekat.


"Pelajaranku sangat ketat. Jangan berharap aku akan lunak pada adikku sendiri."


Rubia berbicara kalem pada Claire sambil mengambil sepotong roti melon.


"Y-Ya, Nee-sama...."


Claire mengangguk dengan ekspresi gugup. Lalu–


"Oh—, itu Onii-sama!"


Terdengar suara yang familiar disertai langkah kaki yang ringan.


Kamito menoleh ke belakang, dan terkejut melihat Muir Alenstarl mengenakan seragam Akademi.


"Kenapa kau disini, Muir!?"


"Dia bilang dia ingin belajar disini, jadi aku bicara pada Dame Greyworth."


"Lihat."


Muir berputar di tempat, menyebabkan rok beserta rambut abu-abunya berkibar.


"Aku paham, ah..."


Mempertimbangkan perkembangan psikologis Muir, bersekolah di Akademi mungkin merupakan hal yang bagus. Meskipun dengan usianya, dia seharusnya masih di Akademi Dasar Eluor–


(...Saat Mireille masuk Akademi, mereka bisa jadi teman akrab.)


Saat dia berpikir begitu....


"–Ketemu."


"Leonora—"


Kali ini, Leonora yang mendekati mereka dengan pedang naga yang besar miliknya menggantung di pinggangnya.


Karena pertukaran aktivitas antara Dracunia dan Akademi, Leonora nampaknya akan tinggal disini selama beberapa waktu.


Tadi malam, dia jelas-jelas minum Dragon Wine sama banyaknya dengan yang Kamito minum, tapi sekarang, dia tampak betul-betul gak terpengaruh. Mengesankan seperti biasanya, seorang princess maiden yang membuat kontrak dengan seekor roh naga, diberkahi dengan ketahanan tubuh yang luar biasa.


"Makanan di kantin ini sangat lezat. Aku menyukainya."


Leonora duduk di meja yang sama dengan kelompok Kamito.


Hal ini membuat meja-meja sekeliling bersorak cukup riuh.


Saat Akademi diserang oleh kawanan roh iblis, Knights of Dragon Emperor datang sebagai bala bantuan dan mengalahkan musuh. Berkat hal itu, Leonora sangat populer di Akademi Roh Areishia.


"Latihan paginya sudah selesai?"


"Ya. Para siswi disini lumayan hebat."


Leonora mengangguk. Dia saat ini merupakan seorang instruktur tarian pedang di Akademi.


"Kamito, aku ingin menjadi pasanganmu jika ada kesempatan kedepannya–"


Menatap lurus pada mata Kamito, Leonora tersenyum.


Karena Greyworth mengajari dia Absolute Blade Art, si ksatria naga ini sudah pasti semakin kuat.


"Kalau tarian pedang yang kau inginkan, aku siap kapanpun."


"Tarian Pedang Malam Hari?"


"....! B-Bego, tentu saja maksudku siang bolong!"


Kamito langsung tersedak.


"Melakukan Tarian Pedang Malam Hari di siang bolong, kau memang bejat, Kamito."


Leonora tersipu, memutar-mutar jarinya dan bergumam.


"T-Tunggu bentar, apa yang kalian berdua bicarakan!?"


"L-Leonora-dono, itu sangat gak bermoral!"


Claire dan Ellis menimpali.


Lalu Leonora berdehem dan memperbaiki sikapnya.


"–Ngomong-ngomong, aku punya berita bagus untuk disampaikan pada kalian semua."


"...?"


Karena Leonora tiba-tiba mengubah topik pembicaraan, Kamito dan rekan-rekannya saling bertukar tatap.


"Berita bagus apa maksudmu?"


Leonora menarik nafas ringan dan berkata:


"–Blade Dance yang selanjutnya sudah dipastikan."


"Ehhhhhhhhhhhhhhhh!?"


Claire dan yang lainnya berseru terkejut.


"....Blade Dance, apa kau serius?"


"Ya. Baginda Raja Naga memberitahuku."


Gak salah lagi. Leonora mengangguk.


"Tapi bukankah mereka baru selesai menyelenggarakannya baru-baru ini–"


"Blade Dance kali ini sepertinya berkaitan dengan pengaturan ulang Astral Zero."


"Jadi begitu."


Fianna mengangguk dengan ekspresi termenung.


Dengan lenyapnya Holy Lord, hubungan antara Astral Zero dan alam manusia mulai berubah. Melalui festival Blade Dance yang menghubungkan manusia dan roh, mereka mungkin mencoba menapaki jalur kedepan dalam pembangunan sebuah hubungan baru.


"Tarian pedang membawa kegembiraan pada semua roh di Astral Zero bukannya ritual kagura yang dipersembahkan pada para Elemental Lord huh?"


Mungkin sebuah ide yang bagus, itu mungkin membawa kembali vitalitas pada benua yang telah rusak karena perang. Kamito bertanya-tanya apakah yang menyarankan ide itu adalah Iseria Elemental Lord Air atau Volcanicus yang merupakan penggila festival.


"Waktunya setengah tahun dari sekarang."


"Mepet sekali, kita perlu mengatur taktik tim baru."


"Claire, masih belum pasti apakah itu sebuah pertempuran tim."


"Regulasinya sepertinya sama seperti yang sebelumnya. Sebagai kapten dari Knights of Dragon Emperor, aku menantikan pertandingan ulang melawan Tim Scarlet."


"Ya, kami gak akan kalah!"


Claire dan Leonora berjabatan tangan.


"Muir mau bergabung dengan Tim Scarlet!"


"Gak bisa. Satu tim maksimal lima anggota. Cari tim lain untuk bergabung."


"Eh—!"


Muir cemberut gak senang.


(....Blade Dance, huh? Itu terasa sungguh nostalgia meskipun yang sebelumnya belum terlalu lama.)


Menatap langit biru yang cerah, Kamito bergumam dalam benaknya.


Putri Linfa dan Shao Fu dari Kekaisaran Quina, Luminaris yang dia lawan di Ibukota Suci, tentunya mereka akan ikut serta lagi, kan?


"Kita gak boleh lengah meskipun kita tim pemenang sebelumnya. Kudengar seorang elementalis laki-laki yang menyebut dirinya penerus Raja Iblis muncul di Teokrasi. Mereka bilang dia lumayan hebat–"


"....Aku merasa dia bukanlah orang asing."


Ekspresi jengkel muncul di wajah Kamito.


Tapi jaman sudah berubah. Claire dan yang lainnya mungkin bisa menang dengan mudah meskipun mereka menghadapi pertempuran yang sulit dimasa lalu.


"Kamito, menggunakan divine power kegelapan dilarang. Para roh akan tidak senang."


Rubia mengingatkan dia terlebih dahulu.


"Ya, aku tau."


Sejak awal dia memang gak punya niat menggunakan kekuatan itu... Gimanapun juga, kekuatan itu memberi beban yang besar pada tubuhnya.


"Aku sungguh gak sabar."


Fenrir menggonggong.


"Sudah hampir jam pelajaran siang–"


"Ya, ayo pergi."


Berkata begitu, Claire berdiri.


Saat Kamito mau pergi mengikuti Claire.


"Kamito–"


Rubia menghentikan dia.


"Hmm?"


"Siapa diantara mereka yang kau pilih?"


".....!?"


Dia menoleh ke belakang, dan melihat tatapan nakal dari Rubia yang telah melepas topengnya.


Ini adalah pertama kalinya Kamito melihat ekspresi seperti itu diwajah Rubia.


"Meskipun kurasa kau hanya perlu memilih adikku, kalau kau betul-betul gak bisa mengambil keputusan, ingatlah bahwa aku juga masuk dalam pilihan–"


Kamito gak tau apakah Rubia bercanda atau enggak–


Dengan tawa kecil, Rubia berbalik dan pergi.

Bagian 8[edit]

"–Astaga, sudah waktunya untuk persiapan Blade Dance yang berikutnya. Aku betul-betul gak bisa pensiun dengan tenang."


Dari jendela di kantor kepsek, memperhatikan pemandangan yang ada dibawah, Greyworth mengangkat bahu ringan.


Segera setelah Blade Dance diumumkan secara resmi, Akademi harus mengatur sebuah program khusus berpusat pada tema pertandingan turnamen. Ini akan jadi Saat-saat yang sibuk.


Kesampingkan itu–


"–Sepertinya bocah itu sudah menemukan tempat pulang."


Menatap muridnya yang berjalan bersama rekan-rekannya, Greyworth menyeringai.


"Ya ampun, apa kau mau pensiun? Penyihir Senja?"


Lalu, angin berhembus seraya bulu-bulu hitam berjatuhan.


Dengan sayap hitam legamnya terentang, roh kegelapan mendarat di dekat jendela.


Mereka berdua telah menyaksikan seluruh perjalanan perkembangan Kamito.


Meskipun mereka berdua nggak selalu berada dipihak yang sama, mereka akrab layaknya kawan lama.


"....Mana mungkin. Aku masih harus memperhatikan perkembangan Akademi ini sedikit lebih lama lagi."


"Begitukah?"


Restia mengarahkan tatapannya keluar jendela, menatap lembut pada Kamito.


Anak laki-laki itu, yang dahulu hatinya tertutup rapat, telah menemukan tempat pulang–


(....Mungkin misiku adalah untuk memandu dia ke tempat ini.)


Berbisik pelan, Restia tersenyum tenang.

Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya