Seri Monogatari:Jilid1/Kepiting Hitagi 003

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

003[edit]

Aku melangkah keluar ruangan kelas, menutup pintu dengan satu tangan, dan ketika mengambil langkah pertama, tiba-tiba, dari belakangku,

"Apa yang kamu bicarakan dengan Hanekawa-san?"

Sebuah suara bertanya.

Aku membalikkan badan.

Ketika aku membalikkan badan, aku masih belum bisa memastikan identitas dari orang yang berada dibelakangku - suaranya jarang terdengar olehku. Walaupun aku pernah mendengar suara itu sebelumnya... Benar, ketika belajar, itu adalah suara lemah yang selalu menjawab "Aku tidak tahu"-

"Jangan bergerak."

Dari kedua kata itu saja, aku sadar bahwa itu adalah Senjougahara.

Sesaat setelah aku berhadapan dengannya, aku juga sadar kalau dia telah memasukkan pisau cutter kedalam mulutku, seolah-olah dia telah berencana untuk melakukan hal itu, seolah-olah dia telah melompati ruang dan waktu.

Mata pisau dari cutter itu.

Menyentuh bagian dalam dari pipi kiriku.

"!"

"Ah, perkenankan aku untuk membetulkan kalimatku yang tadi. 'Kamu bisa bergerak jika kamu mau, tapi itu berbahaya' mungkin lebih tepat untuk situasi seperti ini."

Walupun begitu dia tidak memberikanku kebebasan untuk bergerak, ini belum termasuk tindak kekerasan, tapi di ambang itu - mata pisau menyentuh bagian dalam pipiku.

Aku berdiri, seperti orang bodoh, mulut terbuka lebar, gemetaran, tapi diam membeku.

Kupikir, aku ketakutan.

Bukan oleh pisau cutter.

Tapi oleh Senjoughara, yang, sambil mengancamku dengan pisau cutter, menatapku dengan pandangan yang dingin, tanpa ada gerakan. Pernahkah dia -

Pernahkah aku melihat dia menampakkan ekspresi yang berbahaya?

Aku yaki sekarang.

Dari mata Senjougahara, aku yakin bahwa, walupun dia tidak melukaiku, bagian dari pisau cutter yang menempel bagian dalam dari pipi kiriku bukanlah bagian tumpul dari pisau itu.

"Keingintahuanmu itu seperti kecoak - menggali rahasia orang lain terus menerus. Itu sangat menjengkelkan. Kamu sudah membuatku marah, dasar serangga tak berguna."

"H-hey."

"Ada apa? Apakah pipi kananmu merasa kesepian? Kamu seharusnya mengatakan itu sejak awal."

Senjougahara mengangkat tabgan kirinya.

Kecepatan dari gerakannya, seolah-olah dia akan menamparku. Aku mempersiapkan diri, tapi tidak terjadi apa-apa. Tidak, bukan begitu.

Dia memegang stapler di tangan kirinya.

Sebelum aku dapat memastikan benda itu, dia sudah menyelipkan benda itu kedalam mulutku. Tentu saja dia tidak memasukkan seluruh stapler kedalam mulutku, tetapi dia dia memegangnya dengan cara yang menunjukkan kalau dia akan mengokot pipi kananku - solah-olah dia akan menyatukan sesuatu, dia memasukkan stapler itu kedalam mulutku.

Dan, secara perlahan, dia menekan staplernya.

Seolah-olah dia akan mengokot sesuatu.

"...ah."

Bagian stapler yang lebih besar dan lebih berat, ya benar, ujung runcing dari isi stapler, bagian stapler yang terisi penuh, dimasukkan kedalam mulutku, dan tentu saja, mengakibatkan ketidakmampuanku untuk berbicara. Hanya dengan pisau cutter saja aku tidak bisa bergerak, tapi aku masih bisa bicara - tapi sekarang aku bahkan tidak berani mencoba untuk berbicara. Aku tidak perlu memikirkan hal itu.

Pertama, dia membuatku membuka mulutku dengan menggunakan pisau cutter, dan diikuti dengan stapler - tingkat kesengajaan dalam rencananya itu menakutkan.

Sial, terakhir kali ada benda yang menempel dalam mulutku adalah ketika aku menjalani pengobatan untuk infeksi gigi. Supaya hal itu tidak terulang lagi, aku menggosok gigiku setiap hari, aku mengunyah permen yang bisa membunuh kuman - Tapi sekarang, aku menghadapi situasi yang sama bahayanya.. tapi kali ini, aku tidak punya permen yang bisa menyingkirkan sebuah stapler. Ataupun pisau.

Sungguh cara yang bagus untuk membuat seseorang mengakui kesalahannya.

Dalam sekejap, aku sudah benar-benar terperangkap.

Di koridor sebuah SMA swasta, aku berada dalam situasi yang sangat tidak masuk akal, tidak terbayangkan kalau di balik dinding, Hanekawa sedang memutuskan aktivitas kelas untuk Festival Budaya.

Hanekawa...

Apa maksudmu," Nama keluarganya memang terdengar agak berbahaya?"

Dia sebenarnya benar-benar berbahaya.

Sungguh tidak terduga kalau Hanekawa salah menilai dirinya.

"Setelah kamu bertanya kepada Hanekawa tentang kehidupanku sewaktu SMP, apa kamu bermaksud untuk bertanya kepada wali kelasku Hoshina-sensei? Atau kamu berniat untuk melewatkan wali kelas dan langsung bertanya ke dokter sekolah, Harukami-sensei?".[1]

"..."Aku tidak bisa bicara.

Aku tidak tahu apa yang Senjougahara pikirkan tentang aku yang tidak bisa bicara ini, tapi dia menghela nafas dengan dalam.

"Sungguh ceroboh. Walupun aku sudah berhati-hati karena aku 'menaiki tangga', hal itu tetap terjadi. Mungkin ini yang orang lain sebut dengan 'Kesalahan kecil bisa merusak kerja keras selama 100 tahun'.

"..."

Mungkin aku bisa dikatakan sebagai orang yang baik karena tidak mengomentari perkataannya tentang 'kentut', yang sebagian besar perempuan akan merasa malu jika mengatakannya.[2]

"Aku tidak pernah berfikir kalau akan ada kulit pisang diatas tangga."

"..."

Nyawaku berada di tangan seorang perempuan yang terpeleset kulit pisang. Yang lebih penting, kenapa ada kulit pisang di tangga sekolah?

"Kamu menyadarinya kan?" tanya Senjougahara, dengan tatapan yang tajam dari matanya.

Dia pasti anak perempuan dari keluarga yang kaya.

"Ya. Aku tidak mempunyai berat."

Tanpa berat.

"Yah, walaupun aku mengatakannya, mustahil bagiku untuk tidak mempunyai berat. Dari tinggi dan struktur tubuhku, seharusnya berat badanku sekitar 40-an."

Mungkin berat badannya mencapai 50 kg.

Pipi kiriku ditarik keluar secara paksa dan menekan pipi kananku.

"...!"

"Aku tidak akan memaafkanmu jika kamu membayangkan hal yang aneh. Kamu pasti membayangkan aku telanjang kan?"

Dia membicarakan hal yang berbeda, tapi yang dia pikirkan itu memang benar.

"Seharusnya berat badanku sekitar 40-an," dia menegaskan. Dia mengukuhkan pernyataannya.

"Tapi, berat badanku sekarang adalah 5 kilogram."

5 kilogram.

Itu tidak jauh berbeda dari bayi yang baru saja lahir.

Bayangan sebuah halter muncul dalam pikiran, dan dilihat darimanapun hal itu tidak sama dengan nol. Tapi kalau 5 kilogram disebarkan dalam volume seorang manusia, kerapatannya - baginya, pasti terasa seperti tidak mempunyai berat.

Akan mudah untuk menangkapnya ketika dia terjatuh.

"Yah, walaupun timbangan berat badan menunjukkan kalau beratku 5 kilogram, aku tidak merasakannya. Aku tidak merasa adanya perbedaan dengan ketika berat badanku masih sekitar 40-an."

Apakah itu -

Apakah itu berarti gravitasi tidak berpengaruh untuknya? Bukan berat, melainkan volume - berat jenis air adalah 1, karena manusia sebagian besarnya terdiri dari air, berat jenis, dengan asumsi bahwa kerapatan itu merupakan satu kesatuan - secara sederhana, Senjougahara hanya sepersepuluh dari kerapatan itu.

Kalau kerapatan tulang adalah sepersepuluh dari berat badan yang sesungguhnya, dia pasti sudah terkena osteoporosis sejak dulu. Organ tubuh dan otaknya tidak akan berfungsi dengan baik.

Itulah mengapa, hal itu sangatlah mustahil.

Ini bukanlah mengenai angka.

Kalau dia memang seringan ini, dia harusnya sudah meninggal.

"Aku tahu apa yang sedang kamu pikirkan."

"..."

"Hanya menatap dadaku, kamu menjijikan."

"...!"

Aku bersumpah, aku tidak menatap dadanya!

Sepertinya Senjougahara adalah perempuan yang agak menjaga diri. Ini sungguh tidak terduga, dengan penampilan dan kecantikannya - aku hanya berharap bahwa Senjougahara mempunyai walau hanya seperseribu dari kebaikan Hanekawa.

"Inilah mengapa aku tidak suka orang yang berpikiran dangkal."

Sepertinya mustahil untuk meluruskan ksalahpahaman antara kami - tapi yang lebih penting, aku beranggapan bahwa Senjougahara tidak benar-benar sakit, itu hanya bagian luarnya saja. Denag berat badan 50 kilogram, dia tidaklah sakit. Kalau kamu mengatakan kalau dia itu kuat, dia pasti alien dariplanet dengan gravitasi 10 kali dari bumi, dan sangat hebat dalam olahraga. Terutama karena dia masuk dalam klub atletik. Walupun dia tampaknya tidak cocok untuk berkelahi...

"Hal ini terjadi setelah aku lulus SMP, dan sebelum aku masuk SMA," kata Senjougahara. "Dalam periode waktu yang ganjil itu ketika aku bukanlah siswa SMP ataupun siswa SMA, walaupun waktu itu bukanlah waktu liburan musim semi, aku menjadi seperti ini."

"..."

"Aku bertemu, seekor kepiting."

Ke-kepiting?

Apa dia berkata kepiting? Kepiting seperti di - kepitin yang kau makan ketika musim dingin?

Dengan sebuah cangkang dan 10 kaki - seekor anthropoda?

"Dia mencuri berat-ku."

"..."

"Yah, kamu tidak harus benar-benar mengerti. Akan menyusahkan bagiku kalau kamu terus bertanya, jadi aku memberitahumu sekarang. Araragi-kun. Araragi-kun, hey, Araragi-kun."

Senjougahara memanggil namaku, berulang-ulang.

"Aku tidak mempunyai berat - aku tidak mempunyai massa. Tidak satupun yang berhubungan dengan yang namanya berat. Hal ini bukan masalah bagiku sama sekali. Ini seperti dalam 'Dunia Misterius Yousuke'. Apa kamu suka Takahashi Shousuke?"

"..."

"Satu-satunya orang di sekolah ini yang tahu mengenai hal ini adalah Harukami-sensei, dokter sekolah. Untuk saat ini, hanaya Harukami-sensei. Tidak kepala sekolah Yoshiki-sensei, tidak pula guru senior Shima-sensei, dan bahkan guru yang berkepala dingin Irinaka-sensei. Hanay Harukami-sensei - dan kamu, Araragi-kun."

"..."

"Jadi sekarang, apa yang harus kulakukan sehingga kamu akan menyimpan rahasiaku? Deni aku, apa yang harus aku lakukan? Selain dari 'menghancurkan mulutmu' sehingga kamu tidak bisa bicara, apa yang harus kulakukan sehingga kamu akan berjanji untuk 'menutup mulutmu'"?

Pisau-cutter

Stapler

Apakah dia baik-baik saja? Sungguh cara pendekatan yang memaksa untuk ukuran teman sekelas. Apakah baik-baik saja kalau orang seperti dia ada? Ketika aku mengingat kembali bahwa aku sudah duduk di dalam ruang yang sama, disamaping orang yang mengerikan selama lebih dari 2 tahun ini, aku menggigil karena rasa takut.

"Menurut dokter yang ada di rumah sakit, penyebabnya tidak diketahui - atau sebetulnya, harusnya tidak ada alasan. Setelah melakukan apa yang mereka mau terhadap tubuhku, sungguh jawaban yang melecehkan. Ini pasti sudah seperti itu sejak awal, bahwa itu adalah satu-satunya yang bisa mereka katakan," kata Senjougahara dengan cara yang seolah-olah meremehkan dirinya sendiri.

"Tidakkah kamu berfikir kalau itu tidak masuk akal? walaupun aku benar-benar normal, benar-benar perempuan yang manis samapi SMP."

"..."

Mari kita hiraukan bagian ketika dia menyebut dirinya manis.

Dia telah benar-benar pernah pergi ke rumah sakut.

Keterlambatan, pulang lebih awal, ketidakhadiran.

Dan - dokter sekolah.

Aku ingin tahu apa yang dia pikirkan tentang hal ini.

Sepertiku, sama sepertiku, hanya saja tidak dalam waktu yang pendek ketika libur musim semi, tapi selalu.

Apa yang telah dia lepaskan?

Apa yang telah dia tinggalkan?

Sudah cukup banyak waktu yang berlalu.

"Apa kamu akan mengasihaniku? Sunguh baik."

Seolah-olah dia telah masuk dalam pikiranku, dia berbicara dengan nada menghina. Seolah-olah segala suseatu itu menjijikan.

"Tapi aku tidak menginginkan belas kasihanmu."

"..."

"Yang aku inginkan adalah adalah diam dan ketidakpedulianmu. Apa kamu sanggup melalkukannya? Kamu ingin melindungi pipimu yang mulus ini, kan?"

Senjougahara tersenyum.

"Araragi-kun, jika kamu bisa berjanji padaku untuk diam dan tidak memedulikan hal ini, mengangguk dua kali. Aku akan menganggap tindakan yang lain sebagai gerakan yang berbahaya dan akan menyerang sesuai dengan tindakanmu."

Sungguh pembicaraan yang satu arah.

Tidak ada pilihan lain, aku menganguk dua kali.

"Aku mengerti."

Senjougahara sepertinya merasa lega dengan tindakanku, Walupun aku tidak diberikan pilihan lain, walaupun hanya dia yang melakukan penawaran,walaupun permintannya itu adalah satu hal yang tidak bisa ditolak - ddia terlihat lega melihat aku menyetujuinya.

"Terimakasih." Sambil berkata demikian, dia menarik keluar pisau-cutter dari mulutku, tidak dengan hati-hati, tapi dengan cara yang menyakitkan, perlahan. Dia menyimpan pisau-cutter.

Selanjutnya stapler-

"...Ugh!"

Ckrek

Tak bisa dipercaya.

Senjougahara menekan stapler secara paksa.

Dan sebelum aku bisa merespon terhadap rasa sakit, dia menarik staplernya.

Aku terjatuh keatas lantai.

Menggenggam sisi mulutku yang dalam kesakitan.

"A...aduh"

"Kamu tidak berteriak. Sungguh mengagumkan," kata Senjougahara, melihat kebawah dengan wajah tidak peduli.

"Aku akan membiarkanmu pergi dengan ini. Jika kamu membenci ketidakmampuanmu sendiri, kamu bisa menyimpan penawaranmu tanpa ketulusan sedikitkun."

"..K-Kamu."

Ckrek.

Ketika aku akan mengatakan sesuatu, Senjougahara menekan stapler, seolah-olah dia akan membundel sesuatu.

Staple jatuh persis dihadapan mataku.

Aku menggigil dengan sendirinya.

Refleks yang terkondisi - condotioned reflex.

Dengan satu percobaan - dia bisa menciptakan conditioned reflex.

"Baiklah, dengan begini, Araragi-kun, mulai besok dan seterusnya, pastikan untuk mengabaikan aku. Aku bergantung padamu."

Setelah mengatakan itu, tanpa menunggu jawaban dariku, dia pergi menuju tangga. Sebelum aku bisa berdiri dari posisiku, dia sudah berbelok dan menghilang dari pandangan.

"Ah, benar-benar perempuan yang seperti iblis."

Otak kita pasti diciptakan berbeda.

Walaupun semua itu telah terjadi, meskipun begitu, di beberapa bagian dari otak-ku, aku pikir dia tidak akan melakukannya. Fakta kalau dia memilih stapler daripada pisau cutter telah memberiku harapan.

Aku membelai pipiku, bukan untuk meredakan rasa sakit, tapi untuk memastikan keadaannya.

"..."

Baiklah.

Dia tidak menembus pipiku.

Kemudian, aku memasukkan jariku kedalam mulut. Jari tangan kiriku, karena staple itu berada di pipi kananku. Aku merasakan jariku masuk kedalam mulut.

Rasa sakit itu tidak hilang, juga tidak begitu lemah sehingga aku tidak bisa menemukan staple itu - tapi karena hanya ada satu. Sudah kuduga, hal itu hanay dimaksudkan sebagai ancaman, dan itu masih bisa dianggap sebagai upaya damai.... walaupun sejujurnya, aku sudah berharap akan hal itu.

Ya, tak apalah.

Fakta bahwa ini belum menembus pipiku berarti staple ini belum membengkok... benda ini masih dalam bentuk awalnya, dengan bagian yang tajam mengarah keluar. Itu berarti dia tidak menggunakan tenaga penuhnya.

Dengan ibu jari dan telunjukku, aku menariknya sekaligus.

Rasa sakit yang tajam bercampur dengan rasa besi dari darah.

Sepertinya, darah mengalir keluar.

"Ow..."

Ya, baik-baik saja.

Kalau hanya begini, aku akan baik-baik saja.

Saat aku menjilat dua buah lubang dalam pipiku, aku melipat kedua ujung dari staple dan memasukannya kedalam saku jaketku. Aku mengambil stpale yang Senjougahara jatuhkan dan memasukannya pula kedalam saku jaketku. Akan berbahaya jika ada orang yang bertelanjang kaki menginjaknya. Aku hanya bisa memperlakukan staple ini sebagai senjata yang berbahaya seperti peluru Magnum.

"Eh? Kenapa kamu masih disini, Araragi-kun?" kata Hanekawa saat dia keluar dari kelas.

Sepertinya dia sudah menyelesaikan tugasnya.

Hal tadi menghabiskan cukup banyak waktu.

Atau aku bisa berkata, kamu datang pada waktu yang tepat.

"Buakannya kamu harus segera pergi ke tampat Oshino-san?" tanya Hanekawa.

Sepertinya dia tidak menyadari apa-apa.

Tadi Hanekawa berada di balik tembok. Tembok yang sangat tipis. Meskipun demikian, tanpa membiarkan Hanekawa sadar akan apapun yang terjadi, dia berhasil melakukan ancaman yang seperti itu. Senjougahara Hitagi adalah orang yang benar-benar harus ditakuti.

"Hanekawa... Apa kamu suka pisang?"

"Eh? Yah, aku bukannya tidak suka. Pisang itu bernutrisi, dan kalau aku harus memilih, kurasa aku suka."

"Sesuka apapun kamu terhadap pisang, jangan pernah memakannya di sekolah!"

"A-apa?"

"Yah, tidak apa-apa jika kamu memakannya di sekolah, tapi jika kamu meninggalkan kulitnya di tangga, aku tidak akan pernah memaafkanmu!"

"Apa yang sedang kamu bicarakan, Araragi-kun?" kata Hanekawa, tampak jengkel.

Hal itu sudah bisa diduga.

"Yang lebih penting, Araragi-kun, bagaimana dengan Oshino-san -"

"Aku akan pergi kesana sekarang." kataku

Sambil mengatakan hal itu, aku meninggalkan Hanekawa dan berlari. "Ah, hey, Araragi-kun! Jangan berlari di koridor! Aku akan melaporkannya ke guru!" aku mendengar Hanekawa berteriak dibelakangku, tapi aku menghiraukannya.

Aku berlari.

Apapun yang terjadi, aku berlari.

Berbelok menuju tangga.

Disini adalah lantai empat.

Dia pasti belum pergi terlalu jauh.

Meloncat, melangkah, melompat. Aku berlari menuruni tangga, mendarat dengan lembut seolah-olah aku sedang menari.

Kejutan dari dampak benturan di kakiku.

Dampak benturan dari gravitasi.

Bahkan dampak benturan yang sepeti inipun -

Senjougahara tidak bisa merasakannya.

Tidak mempunyai berat.

Tidak mempunyai massa.

Langkah kakinya yang ragu-ragu.

Seekor kepiting.

Dia berbicara tentang seekor kepiting.

"Lewat sini - tidak, lewat sini."

Dia tidak akan mencoba untuk sembunyi. Dia tidak akan berfikir kalau aku akan mengejarnya, jadi dia pasti akan langsung pergi menuju gerbang sekolah. Dia tidak ikut klub apapun, jadi dia pasti salah seorang dari siswa yang langsung pulang ke rumah setelah sekolah. Walaupun dia punya sesuatu untuk dikerjakan, itu tidak akan dimulai saat ini. Setelah aku bisa menyimpulkan hal itu, aku pergi menuruni tangga, melewati lantai ketiga dan kedua tanpa ragu. Melompat kebawah.

Dan dari lantai kedua menuju lantai pertama.

Senjougahara ada disana.

Dari suara yang aku buat, dia pasti sudah tahu kalau aku akan datang, dan walaupun aku mendekatinya dari belakang, dia sudah berbalik ke arahku.

Denagn tatapan yang dingin.

"Hebat," kata dia.

"Tidak, aku seharusnya benar-benar terkejut. Kamu adalah orang pertama yang bisa bangkit lagi dengan cepat setelah hal yang tadi, Araragi-kun."

"Yang pertma..."

Itu berarti sudah ada orang lain yang mengalami hal ini.

Meski begitu, dia benar-benar khawatir akan hal ini.

Tapi, itu benar, ketika aku berfikir akan hal itu, rahasianya tentang "tidak mempunyai berat" adalah rahasia yang bisa bocor kalau terjadi kontak. Kalau kita berbicara realistis, hal itu sangat tidak mungkin.

Kalau dipikir-pikir, tadi dia mengatakan "untuk saat ini".

Mungkin dia adalah benar-benar iblis.

"Bagaimanapun, aku tidak pernah menyangka kamu bisa sembuh dari rasa sakit di pipimu. Biasanya, kamu tidak akan bisa bergerak dari tempatmu barusan."

Cerita tentang pengalaman.

Terlalu mengerikan.

"Baiklah, aku mengerti. Sekarang aku mengerti Araragi-kun. Sikapmu itu yang ingin "membalas mata dengan mata" tidak begitu cocok denganku. Kuharap kamu sudah siap untuk ini," kata Senjougahara, sambil merentangkan tangannya ke sampingnya.

"Ayo kita bertarung."

Dimulai dari serutan pensil dan stapler, segala macam alat tulis mucul di kedua tangannya. Pensil HB yang tajam, kompas, pulpen multiwarna, pensil mekanik, lem super,karet gelang, penjepit kertas, gachuck[3], spidol marker, peniti, pena, setip, gunting, selotip, peralatan menjahit, penggaris segitiga, penggaris 30 sentimeter, busur derajat, lem, alat memahat, alat menggambar, pemberat kertas, wadah tinta.

...

Aku punya firasat bahwa aku akan dianiaya di masa depan tidak lain karena aku berada di kelas yang sama dengan orang seperti ini.

Secara pribadi, aku merasa kalau perekat instan adalah yang paling berbahaya.

"...kamu salah. Aku disini bukan untuk berkelahi."

"Bukan?" dia tampak kecewa.

Tapi dia tidak mengendurkan tangannya.

Bermacam persenjataan itu berkilau.

"Lalu, kamu punya urusan apa denganku?"

"Ini hanya kemungkinan, tapi," kataku. "Mungkin aku bisa membantumu."

"Membantuku?" aku tahu dari nada bicaranya kalau dia menertawakanku.

Tidak, mungkin dia geram.

"Jangan bercanda. Aku yakin kalau akau sudah memberitahumu kalau aku benci orang yang mengasihaniku. Kamu pikir kamu bisa apa? Akan lebih baik jika kamu menutup mulutmu itu dan pergi yang jauh."

"..."

"Aku akan menganggap kebaikanmu itu sebagai tindak permusuhan," katanya, samabil melangkah mendekatiku.

Ketidak ragu-raguannya adalah satu-satunya hal yang sangat aku tahu tentang dirinya, dari pertempuran sebelumnya. Satu hal yang sebenarnya tidak ingin aku ketahui.

Itulah mengapa.

Itulah mengapa, tanpa mengatakan apapun, aku menarik bibirku dan menunjukkan pipiku.

Dengan jari tangan kananku, aku menunjukkan pipi kananku.

Memperlihatkan bagian dalam pipiku.

"Eh?"

Sudah kuduga, Senjougahara terkejut.

Dengan suara yang berisik, senjata di tangannya jatuh keatas lantai.

"Kamu - Bagaimana itu _" dia tidak meneruskan pertanyaannya.

Ya benar.

Tidak ada sama sekali bau darah.

Luka yang Senjougahara buat dengan staplernya telah sembuh tanpa bekas.


  1. Belum tau apakah Hoshina-sensei dan Harukami-sensei itu laki-laki atau perempuan jadi tidak diganti dengan "Pak" atau "Bu"
  2. Disini yang Senjougahara katakan adalah 百日の説法屁一つ, yang artinya kesalahan kecil bisa merusak kerja keras selama 100 tahun. Merupakan peribahasa di Jepang [1]
    Sepertinya Araragi tidak begitu faham dengan apa yang diucapkan Senjougahara dan hanya faham bagian 屁 saja yang artinya kentut
  3. Semacam penjepit kertas
Balik ke 002 Kembali ke Halaman Utama Lanjut ke 004