Shinigami wo Tabeta Shoujo Indo:Bab 24

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 24 - Makan Siang Bersama Panglima Sangatlah Ribut tapi Enak[edit]

Satu bulan setelah Pasukan Kerajaan dan Pasukan Kekaisaran bertempur di Madros.
Di ruang pertemuan Kastl Madros, panguasa kastil dan komandan Pasukan Kelima, Kerry, dan seorang tamu tak diundang duduk saling berseberangan di meja bulat.
Dibelakang Kerry ada pengawal yang mengenakan zirah berat, dan kalau pria yang ada didepan mereka menunjukkan perilaku aneh, mereka akan langsung bersiap bertempur.
Hanya dengan satu perwira muda yang mendampingi tamu itu, senyum pria itu gak berubah meski kelilingi hawa permusuhan dari sekitar.
Kerry berdeham, dan kemudian bicara pada pria itu dengan nada biasa.


"Yo. Aku mau bilang bagus kau datang, tapi maaf, kau dan aku sekarang adalah musuh. Apa gak apa-apa kau datang ke kastil ini meski tau hal itu?"


`Jangan mengeluh kalau aku memenggal kepalamh tanpa bicara padamu.` ucap Kerry sambil meminum minumannya.
Pria itu, Diener, menjawab dengan nada tenang.


"Dingin sekali. Aku datang ke kastil ini sebagai seseorang yang cinta damai. Kuharap jenderal bisa mengerti."


"Gak usah sok pura-pura. Jangan main-main denganku, paham? Unit intelijenku sudah mengendus apa yang kau rencanakan. Kau itu manusia yang sangat rendah, menebar kekacauan dimana-mana. Kau itu sudah setingkat binatang rendahan."


Kerry berkata tak senang. Unit intelijen Madros gak cuma memata-matai Kekaisaran, tapi juga Kerajaan dan Pasukan Pembebasan. Tentunya dengan tujuan mengendus adanya bahaya krisis. Gak ada bukti positif, tapi laporan-laporan mengatakan kalau ada kemungkinan yang sangat tinggi bahwa Kekejian Tenang didalangi oleh Pasukan Pembebasan.
Negara dan pasukan selalu memiliki sisi busuk yang gak akan diungkapkan. Mereka gak akan bisa menggerakkan atau membunuh orang kalau mereka berusaha tetap murni.


"Hanya hal-hal yang mereka anggap bagus yang diyakini masyarakat. Tak peduli apakah Kerajaan berdiri diatas keadilan, setelah semua ini, tak seorangpun yang akan mempercayainya, dan tak seorangpun yang akan mencemooh tindakan Pasukan Pembebasan yang menyamar sebagai Pasukan Kerajaan dan melakukan penjarahan."


Ucap Diener, ekspresinya lembut, tapi matanya gak tersenyum. Kalau dia membuat satu saja kesalahan, maka kelapanya terlepas dari badannya.
Bersiap untuk itu, Diener datang kr Madros.


"Seperti yang kau bilang. Gak peduli bagaimana Kerajaan membantah sesuatu, itu hanyalah alasan saja. Namun, kalau hanya memfitnah Kerajaan, aku bisa melakukannya kapanpun aku mau. Maaf, aku sibuk. Aku gak punya waktu meladeni leluconmu dan kenaifan wanita bodoh yang gak bisa membedakan realitas dan mimpinya. Kalau kau memang punya urusan, cepat katakan."


Kerry menaruh gelasnya pada meja dengan keras dan melotot pada Diener dengan tatapan yang penuh niat membunuh.
Diener sedikit mengangkat bahu dan mulai bicara.


"Hanya masalah sederhana. Sampai kami menguasai Ibukota, aku ingin kau tidak menggerakkan Pasukan Kelima dari Madros."


"Apa kau sadar dengan ucapanmu? Apa yang sudah terucap gak bisa ditarik lagi."


Saat Kerry mengangkat tangan kanannya, para pengawal menghunus pedang mereka. Kemungkinan besar akan ada dua mayat di ruangan ini saat tangan yang terangkat itu diayunkan kebawah.


"Tentu saja. Saat ini, kekuatan tempur Pasukan Pembebasan kurang lebih 150.000. Meski moral kami tinggi, kalau diserang dari tiga arah, utara, selatan dan wilayah Canaan, sudah pasti itu akan sangat berat. Aku percaya kau tak akan bergerak, mengingat seberapa bijaksananya kau, tapi kau mengabaikan Madros dan menggerakkan semua pasukanmu kearah kami, sudah pasti tak terbendung, meski itu kami."


"......Dan apa alasanmu secara terang-terangan mengatakan hal ini padaku? Kau berniat mengancamku?"


"Disaat kau menggerakkan pasukanmu dari Madros, Pasukan Kekaisaran akan melancarkan serangan besar-besaran pada wilayah ini. Ini merupakan informasi solid yang kudapatkan dari Pangeran Alan. Aku juga tak mau intervensi lebih jauh lagi dari Kekaisaran. Oleh karena itu, aku datang untuk membuat mereka tak bergerak. Aku tak bisa membiarkan pasukanmu bergerak dari sini."


Tegas Diener seraya mengetukkan jarinya pada meja.


"Kami punya pangeran pertama Alexander disini sebagai tawanan. Kalau mereka datang menginvasi lagi, Alexander akan tewas."


"Kaisar Alf tidaklah setengah hati untuk memprioritaskan nyawa seorang pangeran diatas perluasan wilayah kekuasaannya. Menerima negosiasi hanyalah untuk mengulur waktu untuk melakukan persiapan militer."


ucap Diener mencampurkan fakta dan kebenaran. Diener saat ini memperhatikan apakah Kaisar akan memprioritaskan nyawa Alexander.
Dia paham kalau Kekaisaran gak sekedar bilang iya dalam negosiasi karena saat mereka menerima satu usulan, tuntutannya akan semakin banyak. Tentunya, sandera gak akan dilepaskan.


".....Jadi begitu. Aku paham maksudmu. Tapi, tuntutanmu ditolak. Pergilah. Kau merusak pemandangan."


"Sungguh disayangkan. Namun, aku senang bisa berbicara langsung denganmu. Jika ada umur panjang, boleh kita jumpa lagi. Aku yakin itu tak lama lagi akan terjadi."


"Hmph, aku gak punya niat berjumpa denganmu. Hei, tamu kita mau pulang. Tunjukkan jalan keluarnya pada dia!"


"Siap-!"


Kerry berdiri, mengindikasikan bahwa gak ada lagi yang perlu dibicarakan, dan meninggalkan ruangan itu.
Diener dan perwira yang mendampingi dia, Vander, didorong oleh para prajurit dan dipaksa keluar dari ruangan.


"......Tuan Diener. Itu cukup tak menyenangkan."


Vander berbicara pada atasannya sambil menunggangi kudanya. Menurut dia, negosiasinya telah gagal dengan hasil terburuk.


"Aku bingung dengan apa yang kau maksud tak menyenangkan. Bukankah negosiasinya berhasil? Sejak awal, aku sudah mencapai tujuanku untuk bertemu dengan Tuan Kerry diwaktu ini."


"T-Tetap saja."


"Pria itu sudah pasti tak akan bergerak dari sini. Lebih dari kesetiaannya terhadap Kerajaan, dia hanya berpikir tentang bagaimana melindungi wilayah Madros. Itulah yang membuat pria itu tersinggung. Meskipun dia mengakhiri negosiasiku, hal itu tak berubah."


"Jika anda memahami hal itu, lalu kenapa datang kesini secara langsung, Tuan Diener?"


"Persiapan untuk pasca pembebasan Ibukota. Aku butuh dia untuk bertahan terhadap perluasan Kekaisaran kedepannya juga. Madros merupakan sebuah wilayah terdepan dalam menghadapi Kekaisaran, dan orang-orang yang bisa menjalankan tugas itu hanyalah orang Madros. Untuk alasan itulah, negosiasi kali ini mengharuskan kita untuk bertatap muka secara langsung. Setelah membebaskan Ibukota, aku tak mau berada dibawah rezim boneka, meskipun itu artinya kita harus berdiri sendiri."


Diener mengatakan pemikirannya sendiri dengan nada datar. Dalam pikirannya, penguasa saat ini sudah jatuh. Kelanjutannya lah yang lebih penting. Gak diragukan lagi Kekaisaran akan ikut campur dalam kekuasaan politik yang baru. Itulah tujuan Kaisar Alf. Bagi Diener. Dia harus meminimalisir campur tangan Kekaisaran.
Sejak awal, Kekaisaran yang tersandung kali ini merupakan sebuah kejadian yang diluar perkiraannya. Kerajaan memiliki momentum balasan merupakan hal yang gak bisa diterima, tapi itu merupakan berkah tersendiri bahwa kekuatan Kekaisaran tertahan untuk sementara waktu. Yang lebih penting, tersanderanya pangeran mahkota merupakan sebuah anugerah.
Itu sama halnya dengan memiliki kartu negosiasi terkuat terhadap Kekaisaran. Dengan ini pasukan Pasukan Kekaisaran gak bisa bergerak.


Di saat yang sama, kemenangan Kerajaan mengundang keresahan di antara para penguasa feodal yang saat ini berada di ujung tanduk, yang membuat proyek-proyek aktif Diener semakin bergejolak. Para penguasa feodal gak menduga Kerajaan bisa bertahan seperti ini, tapi juga sulit mempercayai bahwa Pasukan Pembebasan akan mendapatkan kemenangan tanpa masalah. Mereka kembali bersembunyi, menganggap bahwa tindakan terbaik adalah menunggu.
Di perbatasan dengan Union di wilayah tenggara, Pasukan Kerajaan, Pasukan Pembebasan, dan Union saling berhadapan, dan mereka telah terjebak dalam situasi buntu dimana tak ada yang bisa bergerak.
Untuk saat ini, satu-satunya hal yang bisa dikejar oleh Pasukan Pembebasan adalah menghancurkan pasukan utama Tentara Kerajaan, menguasai Canaan, dan menerobos masuk ke Ibukota Kerajaan. Itulah satu-satunya pilihan.
Jika arus pertempuran menguntungkan mereka pada saat ini, semua orang yang saat ini berdiam diri akan ikut di bawah payung Pasukan Pembebasan.
Kunci dari Perang Pembebasan ini adalah pertempuran berikutnya. Kemungkinan, perang itu akan terjadi di lokasi diantara Canaan dan Belta, pertempuran yang akan menentukan segalanya.


".....Vander. Pertempuran berikutnya kita tak boleh kalah. Layani dengan segenap kekuatanmu. Keberhasilan yang kau dapatkan akan dihadiahi."


Diener membeli kemampuan Vander. Diener lah penyebab Panglima Sharov ditarik, dan dia adalah orang yang menyarankan upaya kudeta. Sudah jelas, semua itu adalah tipu muslihat. Sharov gak punya niat memberontak. Mereka sudah menabur perselisihan pada Perdana Menteri Farzam, dan secara paksa mengubah asap menjadi kobaran api ganas.


"–Siap, aku tau tugasku!"


"Aku akan kembali ke Belta dan memulai persiapan pertempuran. Kau bawalah dana dan sediakan sapi-sapi Cologne seperti yang sudah direncanakan. Mereka akan jadi kartu as kita pada pertempuran berikutnya. Kumpulan sebanyak yang kau bisa. Minimal 1.000. Soal kualitas tak jadi masalah."


"Dimengerti. ....Namun, bagaimana cara anda memanfaatkan daging sapinya?"


"Aku akan memberi para prajurit daging sapi kualitas tinggi. Abaikan dulu masalah itu untuk saat ini. Tak lama lagi, kau akan paham."


Jawab Diener, sudut bibirnya naik, dan mulai memacu kudanya. Para pengawalnya juga segera mengikutinya.
Sapi Cologne merupakan sapi besar yang memiliki tanduk tajam dan hanya ada di bagian utara benua. Sapi itu mungkin sekilas tampak seperti binatang jinak, tapi saat merasakan bahaya, sapi itu memiliki sifat ganas yang akan terus mengejar musuhnya kemanapun perginya.
Dagingnya lezat, dan sepadan dengan tingkat kesulitan untuk menangkapnya, harganya sangat mahal di pasar. Para pemburu sering pergi memburu sapi Cologne, tapi banyak kejadian dimana situasinya berbalik dan mereka terbunuh.


* * *


Setelah dipromosikan menjadi Kolonel dan diberi tugas, Schera bergerak dengan santai, membawa 100 kavaleri–sambil mengisap wortel panjang dimulutnya.
Terkadang, dia melemparkan wortel ke depan kudanya, memberi kuda itu sesuatu untuk dimakan. Gimanapun, ada lebih dari cukup sayuran di kantong yang ada dipinggangnya. Memberi kuda itu beberapa biji gak jadi masalah.


"Kolonel, sepertinya kau sedang dalam suasana hati yang bagus."


"Mmnn, karena aku dapat kantong sayuran ini sebelum kita berangkat. Sebagai ucapan selamat karena dipromosikan menjadi Kolonel. Aku senang dipromosikan."


Beberapa anak kecil mendatangi sang pahlawan, Schera, dan menanyai dia apa yang dia inginkan sebagai hadiah. Karena itulah saat dia menanggapi kalau apapun gak masalah asalkan dia bisa memakannya, dia mendapatkan kantong sayuran ini keesokan harinya. Schera menerimanya, jauh lebih senang daripada saat dia mendapatkan medali atau surat rekomendasi dengan bahasanya yang beribet.


"Turut senang untukmu. Ijinkan kami memberi hadiah sebagai ucapan selamat atas promosimu setelah ini."


"Gak usah maksain diri. Kesampingkan itu, kau mau juga?"


"Terimakasih banyak, aku terima dengan senang hati!"


Schera melemparkan sayuran pada dia, dan si penunggang itu menangkapnya, gembira. Schera mulai mengunyah sayur lain, sambil berpikir bahwa prajurit itu kayak seekor anjing yang terlatih.
Secara kebetulan, Katarina, yang dipromosikan menjadi Lettu, saat ini sedang diberi tugas yang berbeda. Dia bertugas dalam melatih para prajurit rekrutan baru yang akan menggantikan para penunggang yang telah tewas dalam pertempuran. Kavaleri Schera berjumlah 3.000 penunggang. Yalder sesumbar bahwa kalau mereka memberi Schera 10.000 kavaleri, kepala dari pimpinan pasukan pemberontak sudah pasti akan jadi milik mereka, tapi karena masih ada keraguan terhadap Schera dalam hal kemampuan memimpin, meski kekuatan individualnya sudah diakui, dia gak diijinkan menambah jumlah pasukannya. Gak berniat untuk memberi lebih banyak tanggung jawab pada Schera, yang tampat asalnya meragukan, pendapat Perdana Menteri Farzam juga berperan besar.


Yalder telah dikembalikan menjadi Jenderal, tapi disaat yang sama, Barbora juga dipromosikan dari Letjen menjadi Jenderal.
Karena otoritas Barbora menjadi lebih besar karena dia memiliki komando atas pertahanan Canaan, Yalder gak bisa memaksakan pendapatnya pada dia.
Mereka berdua terkenal kayak tom and jerry, tapi karena keinginannya atas promosi sudah terkabul, Barbora kurang lebih sudah kembali rasional, dan bahkan saat ketemu Yalder, dia gak menunjukkan permusuhan yang dia miliki kayak sebelumnya. Yalder juga sudah melewati cobaan keras dan kayaknya sudah matang sebagai seorang manusia, mendapatkan kendali diri dan kesabaran yang tinggi.
Bisa dikatakan, itu hanyalah sebuah kisah tentang kedua Jenderal. Kritik dan tekanan terhadap Schera, Kolonel termuda dalam sejarah Kerajaan, sangatlah besar, dan dia sekarang ini menjadi pusat dari perhatian, penuh dengan kecemburuan, kedengkian, rasa takut, dan kebencian.


Yang lebih parah lagi berasal dari para Mayor Jenderal, karena saat Schera dipromosikan berikutnya, mereka akan berpangkat sama. Mereka ketakutan tersusul dan dilampaui oleh orang jelata yang naik dengan kecepatan diluar nalar. Bagi mereka, posisi mereka digantikan oleh orang seperti dia yang betul-betul mereka remehkan merupakan hal yang tak tertahankan.
Orang-orang kepercayaan Barbora selama bertahun-tahun, Mayjen Octavio, dan Mayjen Borbon. Mereka berulang kali memfitnah Schera setiap kali ada suatu kejadian, dan mereka juga sering dimaki oleh Yalder yang emosi. Barbora berpura-pura seolah itu gak ada hubungannya dengan dirinya, namun ujung-ujungnya dia menampilkan ekspresi yang menyatakan kalau dia muak dengan semua itu.
Manusia yang gak tertarik terhadap promosi seperti Mayjen Larus sangatlah langka di Kerajaan.


Oleh karena itu, setelah terbebas dari tatapan-tatapan rekan-rekannya yang busuk, Schera sangat riang, dan di sore hari yang cerah, dia berjalan-jalan dengan kudanya sambil bersenandung.


"Kolonel, sebuah kelompok kavaleri dan kereta mendekat dari depan. Mereka memasang bendera Pasukan Pertama."


"Baiklah, semua anggota bentuk barisan-! Kita akan menyambut Jenderal, Panglima Sharov!! Jangan bertindak gak sopan-!"


"Siap ndan-!"


Dengan komando Schera, para kavaleri terbagi menjadi dua barisan dan bersiap menyambut kavaleri dari Panglima.
Schera berdiri ditengah mereka dan menyambut rombongan itu dari depan.
Penunggang yang memimpin kelompok itu berkata dengan keras.


"Bendera hitam dengan lambang gagak putih, Kolonel Schera kan! Kami kavaleri dari Pasukan Pertama yang berafiliasi dengan Canaan! Kami serahkan tugas mengawal Yang Terhormat Panglima Sharov!"


"Dimengerti! Aku bersumpah dengan lambang ini bahwa kami akan mengawal Panglima ke Ibukota!"


Schera memberi hormat, berusaha terlihat bermartabat sebisa mungkin. Staf Perwira Sidamo betul-betul sudah menggembleng dia sebelumnya. "Sebagai seorang komandan, kau harus bermartabat." katanya.
Schera sendiri gak tau bagaimana caranya terlihat bermartabat, tapi semuanya akan baik-baik aja kalau dia tampak tegas, pikirnya.


"Dipahami-! Kami harus segera kembali ke pertahanan Canaan! Baiklah kalau begitu, kami pamit!"


Setelah melaporkan yang diperlukan, dia memutar kudanya, dan unit kavaleri itu mulai melesat menjauh. Tugasnya sangatlah sederhana: kawal Panglima Sharov, yang telah kehilangan wewenang militernya, ke Ibukota Kerajaan. Alasan kenapa sampai butuh satu bulan sampai pengawalannya dilakukan adalah karena sebagai pelayanan terakhirnya, Sharov telah memutuskan untuk menertibkan kegelisahan di Canaan. Ada kemungkinan bahwa para prajurit yang bersumpah setia pada Sharov akan mengamuk, jadi mereka gak bisa segera memberangkatkan dia. Ada peluang yang sangat tinggi bahwa Mayjen Larus dan yang lainnya secara terang-terangan menyatakan bahwa mereka akan mengikuti Sharov jika dia memberontak. Berpikiran kalau dia harus menghentikan mereka, Sharov secara pribadi membujuk mereka, dan entah bagaimana berhasil membuat mereka paham. Karena Sharov, yang begitu setia pada Kerajaan, telah membujuk para prajurit yang marah dengan kebajikan, gelar bangsawan dan pangkatnya dicopot, dan sepertinya dia juga akan dieksekusi.


Gak memahami logika dunia, Schera memiringkan kepalanya. Katarina sudah menjelaskan padanya, tapi tetap saja dia gak paham. Kalau mereka mau memusnahkan pasukan pemberontak, dia menganggap akan lebih efesien kalau mempertahankan Sharov. Namun, dia gak terlalu tertarik dalam masalah itu sih, jadi dia gak menunjukkan oposisi sama sekali. Mau gimana lagi coba, karena dia akan merasa lapar saat dia memikirkan soal sesuatu yang gak dia pedulikan. Makan, tidur, dan bertarung. Dia gak terlalu tertarik dalam hal lain.


Dari kereta itu Sharov yang kedua tangannya diborgol dibawa keluar oleh para pengawal, dan dia memberi hormat dengan gerakan lambat.


"Kerja bagus mengerjakan tugasmu. Ini akan menjadi cerita yang bagus, dikawal oleh Kolonel Schera yang heroik dan gagah berani."


"Suatu kehormatan bagi saya! Schera yang tak layak ini diberi hak istimewa untuk mengabdikan jiwa dan raga untuk mengawal Panglima ke Ibukota Blanca!"


Schera dengan cekatan turun dari kudanya, meluruskan punggungnya, dan memberi hormat. Karena ini merupakan sebuah postur yang gak biasa, bahunya kaku. Perutnya juga keroncongan.
Kebetulan, "tak layak" merupakan sesuatu yang dia dengar bagus untuk ditambahkan didepan nama seseorang saat berbicara pada seseorang yang bermartabat. Kalau dia melakukannya, itu memberi kesan "martabat". Itu merupakan salah satu kata yang diajarkan Staf Perwira Sidamo padanya. Dia juga diberitahu agar gak menggunakannya terlalu sering.


"Hahahaha-, selain kamu, mungkin tak ada perwira yang lebih tak cocok dengan bahasa sopan. Itu benar-benar tidak cocok. Sangat disayangkan kita tak punya kesempatan untuk bertempur bersama. Bahkan aku sendiri ingin melihat kekuatan yang setara dengan 'Dewa Kematian' dengan mata ini."


"–Siap–, perwira ini juga berpikir itu sangat disayangkan!"


"Baiklah kalau begitu, aku mengandalkanmu dalam perjalanan ini, Kolonel Schera."


"86-!"


Sambil mengusap jenggotnya, Sharov tersenyum lembut. Schera mau menawarkan sayuran yang ada dikantong di pinggangnya, tapi kuda kuda menatap rakus pada dia, jadi dia memasukkan sayur itu ke mulutnya sendiri.


Dalam perjalanan menuju Ibukota.
–Sebuah kelompok muncul, dipimpin oleh putri termuda keluarga Basarov, tapi gak ada masalah sedikitpun, dan tugas pengawalan berlanjut.
Karena Schera memutuskan untuk beristirahat makan, dia memberi Sharov kesempatan untuk bicara dengan cucunya. Beberapa orang menyangka kalau itu merupakan sikap baik Schera, namun yang sebenarnya adalah karena dia lapar.


"....Anna... jangan gegabah. Jika Kolonel lurus pada "tugasnya", kamu pasti sudah kehilangan kepalamu. Syukurlah, dia masih punya belas kasih."


"Kakek, Tuan Sharov. Ikutlah melarikan diri bersama kami. Jika anda ke Ibukota sekarang, anda akan terbunuh. Orang-orang itu tak punya niat mendengarkanmu. Mereka berniat mengeksekusimu tanpa pengadilan. Bahkan Ayah, Bunda, semua orang sudah dibawa kesana!"


Cucu Sharov, Anna Basarov, mengeraskan suaranya. Schera bersikap seolah dia gak mendengar, dan mulai melahap makan siangnya. Hanya saat dia makan dia memiliki perhatian yang utuh gak terbagi. Para kavaleri lainnya juga mulai makan dengan semangat, ribut sendiri.


"Kakek sendiri tidak melakukan hal yang buruk, jadi kenapa kakek harus melarikan diri? Dengan melarikan diri maka akan dianggap memiliki suatu kesalahan. Bahkan jika memang ada kesalahan, bagi kakek sendiri, Panglima, melakukan tindakan sepengecut itu merupakan hal yang tak bisa diterima. Kakek harus bertemu dengan Yang Mulia secara langsung dan membuktikan ketidakbersalahan kakek."


"Tetapi!"


"Dengar baik-baik, Anna. Kamu lanjutkanlah seperti dirimu sebagaimana adanya, dan pergilah ke Union. Rinciannya sudah tertulis disurat ini. Ada banyak teman kakek disana. Mereka pasti akan memperlakukanmu dengan baik."


"Jika Kakek tidak ikut, maka aku juga akan pergi ke Ibukota!"


"Kamu tak boleh ikut serta dalam keegoisan kakek. Kakek ingin melakukan hal yang sama untuk orang lain sebaik mungkin, tapi... yang kakek takutkan semua keluarga kakek sudah ditangkap."


"Kenapa, kenapa Kakek, yang bekerja dengan tulus, diperlakukan seperti seorang penjahat-!?"


Anna menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Air mata merembes dari celah tangannya.


"Di dunia ini, ada banyak hal yang tak memiliki penjelasan yang jelas. Bahkan kakek sendiri, di usia ini, kakek belajar. .....Meskipun sepertinya harga yang kakek bayar cukup tinggi...."


Sharov menghela nafas dengan ekspresi lelah.


"Tetapi–! Ini tidak masuk akal! Aku tak bisa menerimanya-!"


"Pembicaraan ini sudah selesai, Anna. Kamu tak bisa menganggap kebaikan hati Kolonel tak ada habisnya. Tetaplah hidup dengan sehat. Kami selalu mendoakan kebahagiaanmu."


Sharov memberi sinyal dengan matanya, dan para prajurit yang datang bersama Anna memegang kedua tangannya dan menjauhkan dia.
Mereka adalah para prajurit yang bersumpah setia pada keluarga Basarov, dan mereka memiliki kesetiaan yang lebih besar daripada siapapun. Mereka akan bekerja untuk keluarga Basarov sampai akhir hayat. Sungguh memalukan dia gak bisa memberi hadiah atas kesetiaan mereka, pikir Sharov.


Memang ada perlawanan dari Anna, tapi mungkin dia segera menyerah, dia mulai menangis terisak. Apa yang akan terjadi pada dia mulai sekarang, Schera gak dalam posisi untuk mengetahuinya. Mungkin dia akan tertangkap diperjalanan dan mati. Mungkin dia akan sampai ke Union dengan selamat. Atau mungkin, dia akan bergabung dengan Pasukan Pembebasan, tapi jika itu yang terjadi, maka hanya masalah waktu saka sampai dia terbunuh ditangan Schera.
Schera memasukkan potongan daging terakhir ke mulutnya, membersihkan sisa-sisa makanan pada mulutnya, dan menghela nafas puas.


Sharov meminta maaf pada Schera.


"Maaf, Kolonel. Atas sikap keluargaku yang tak sedap dipandang–"


"Perwira rendahan ini sedang makan, dan tidak melihat apa-apa. Jika Panglima sudah siap, apakah Panglima ingin segera berangkat?"


".....mmm, kuserahkan padamu."


"Kavaleri Schera akan berangkat-! Mulai bergerak!! Tujuan, Ibukota Blanca!"


"Mulai bergerak-! Angkat bendera-!"


Schera mulai melesat bersama kudanya sambil memanggul sabitnya di pundaknya. Sambil membawa seorang yang difitnah sebagai penjahat, pasukan Dewa Kematian bergerak menuju Ibukota.


Setelah sampai di Ibukota, Schera segera diperintahkan untuk menuju ke Canaan, dan langsung berangkat tanpa diberi waktu untuk istirahat. Schera, yang menantikan makanan Ibukota, mengeluh dengan ekspresi masam, setelah mendecakkan lidahnya. Kayaknya dia gak pernah beruntung di Ibukota, dan dia menghela nafas sepanjang waktu.
Saat mereka mau berpisah, Sharov memegang tangan Schera dan berkata pelan namun bermakna "Kuserahkan Kerajaan padamu". Saat Schera mengangguk, Sharov juga mengangguk berulang kali, tubuhnya gemetar karena penyesalan. Pada akhirnya, Sharov digiring secara kasar oleh para prajurit Ibukota yang sudah lelah menunggu.
Schera cuma memperhatikan saja, tanpa ekspresi. Dia gak punya emosi yang kuat terhadap Sharov.
Gak lama setelah itu, dia mengeluarkan sayuran dari kantong, memasukkannya ke dalam mulutnya, dan berjalan menuju rekan-rekannya.


Wilayah, jabatan, dan kebangsawanan Sharov dicabut seluruhnya, dan yang lebih parah lagi, dia dituduh atas kejahatan upaya pemberontakan, dan dipenjara. Kerajaan sama sekali gak memberi dia kesempatan untuk membela diri.
Setelah satu minggu, Sharov tewas di penjara. Dia secara pribadi memilih kematian yang gak sesuai untuk orang militer, begitulah rumor yang menyebar, namun ada gosip diantara masyarakat Kerajaan bahwa dia diracuni oleh Farzam. Orang-orang lebih percaya Sharov mati diracuni merupakan sebuah indikasi rendahnya kepercayaan terhadap Perdana Menteri Farzam.


Yang dulunya disebut sebagai sebuah simbol dari Keluarga Kerajaan Yuze, garis keturunan Bazarov dihapuskan. Adapun untuk para anggota keluarganya, orang-orang yang udah cukup umur dijatuhi hukuman, yang dibawah umur dan perempuan statusnya diturunkan menjadi rakyat jelata, dan masalah pemberontakan ini untuk sementara waktu terselesaikan.
Namun, upaya kudeta ini berujung pada menanamkan kecurigaan di kalangan para perwira militer terhadap Kerajaan dan Perdana Menteri, dan keterpaduan diantara mereka semakin senjang seiring berjalannya waktu. Dan juga, itu bisa disebut ironis bahwa pemberontakan internal yang ditekan oleh ketenaran militer Sharov mulai bergerak lagi.


Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya