Silver Cross and Draculea (Indonesia):Jilid01 Bab3

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 3 - Salib Tanpa Respon[edit]

Ketika Hisui melangkah keluar dari gerbang sekolah, matahari telah terbenam.

Dia harusnya gembira dengan datangnya hari sabtu, liburan, besok, tetapi langkah kakinya terasa sangat terbebani.

Vampir itu telah melemparkan sebuah ledakan amarah yang tak bisa dijelaskan dan berlari — jelas itu semua telah terjadi.

"Sungguh lelah..."

Hisui dengan lesu bergumam, berjalan tanpa tujuan.

Di tangannya adalah tas sekolahnya dan payung yang Rushella tinggalkan.

Meskipun itu sudah melewati matahari terbenam dan Rushella tidak membutuhkan payung tersebut — ini adalah barang pribadinya bagaimanapun juga.

Meninggalkannya di belakang seharusnya baik-baik saja, tetapi untuk beberapa alasan, Hisui mengambilnya ketika meninggalkan ruang kelas tersebut.

bukannya pemikiran mengembalikannya pada pemiliknya tak terpikirkan olehnya. Namun, dia tidak tahu lokasi si pemilik saat ini.

Jika seseorang harus menebak, dia kemungkinan berada di rumah Hisui.

Kerena mereka berpisah karena sengketa konyol belaka, Hisui tidak mengharapkan dia untuk terus bersikeras tinggal dirumahnya. Tapi karena peti matinya masih disana, dia akan kembali setidaknya sekali.

Meskipun para vampir tidak harus tidur di peti mati, itu menyediakan penutup dari cahaya matahari dan membantu memulihkan kelelahan dan kekuatan spiritual, maka dari itu peti mati adalah item yang diperlukan. Terutama vampir "kelas tinggi" yang sangat memperhatikan tentang peti mati mereka dan senang memilikinya sebagai perlengkapan. Peti mati milik Rushella kemungkinan sama.

Jika dia benar-benar meninggalkan Hisui, dia pasti akan membawanya bersamanya.

Disamping itu, Rushella mungkin selesai dengan tindakannya. Pada saat dia sampai dirumah, kemungkinan Rushella sudah pergi.

Untuk berpikir hari dimana mereka akan berpisah akan tiba begitu sederhana, Hisui hanya bisa membuat sebuah ekspresi masam.

Selain itu, kenapa dia harus menyia-nyiakan sel-sel otaknya untuk seorang gadis berisik dan sombong?

Tiba-tiba menggigit dia, menyebut dirinya sendiri sebagai tuannya, seorang vampir keras kepala.

Mengejar dia sampai rumahnya, mengejar dia ke sekolah... sungguh luar biasa merepotkan.

Bahkan dalam meminum darah, dia sangat ceroboh... yang paling menyebalkan, dia sekali lagi membuat Hisui menyadari konstitusi tak biasa miliknya.

Dia awalnya ingin melupakan itu sepenuhnya.

Dia awalnya ingin melupakan tentang konstitusinya dan hidup seperti seorang manusia pada umumnya.

"Rasa sakit seperti itu..."

Hisui bergumam pada dirinya sendiri. Pada saat ini, dia merasakan air dingin menetes di wajahnya.

"Hujan huh..."

Hisui menatap langit. Tetesan hujan seketika memenuhi langit dan tertuang dengan kasar.

Laporan cuaca tidak memprediksi hujan ini. Para pejalan kaki di sekitarnya semua terjebak dalam bencana yang tiba-tiba ini.

Hujan yang mencengangkan, menyebabkan orang-orang dijalanan untuk mengangkat tas atau majalah sebagai pengganti payung saat mereka bergegas melewati hujan.

Melihat mereka, Hisui tiba-tiba teringat payung yang ada ditangannya.

Rushella telah menyebutkan — ini bisa digunakan sebagai payung biasa, bisa menangani hujan yang tak terduga dengan mudah, sebuah harta yang bagus. Dengan kata lain, itu digunakan oleh para vampir untuk melindungi terhadap air mengalir yang mereka takuti.

Tapi saat ini, itu tidak berada ditangan Rushella.

Hujan tiba-tiba yang tak peduli siapa yang dihujaninya, terus berlanjut tanpa henti.

Berpikir serius, kekhawatiran semacam ini mungkin bagian dari emosinya yang terlalu aktif.

Apakah Rushella berada di luar — dia tidak tahu.

Apakah Rushella telah kembali ke rumahnya — dia tidak tahu.

Apakah Rushella sedang dalam masalah karena dia melupakan payungnya — dia tidak tahu.

Bahkan jika dia memberikan payung tersebut padanya, pastilah, sudah pasti — Rushella tidak memiliki kata-kata menyenangkan untuk dia.

Jelas-jelas hasil dari ini dengan mudah bisa ditebak, tetapi Hisui tidak memperlambat sama sekali.

Jalanan telah basah dan dia hampir terpeleset berkali-kali. Pandangannya berkabut. Staminanya juga terkuras secara bertahap sebagai akibat basah kuyup.

Namun Hisui masih tidak beristirahat dan berlari lurus ke rumah.

Akhirnya, ketika pintu masuk depan memasuki pandangan, Hisui sudah terengah-engah. Menggunakan kekuatan terakhirnya, dia membuka gerbang dan melangkah ke taman di depan jalan masuk.

"Kamu....!"

Jelas-jelas dia berharap dia hanya terlalu khawatir, tetapi Rushella muncul didepan matanya dalam keadaan yang paling buruk.

Air mengalir : kelemahan seorang vampir. Dan salah satu kondisi khasnya — seorang gadis basah kuyup dalam air hujan tengah bergetar hebat, runtuh didepan pintu masuk.

"Hei, apa kamu baik-baik saja!?"

Hisui memegang dia dilengannya dan mengguncangkan dia tetapi tak mendapat tanggapan apapun.

Mata Rushella dengan rapat tertutup, bibirnya biru, seluruh tubuhnya gemetar, tubuhnya kaku, suhunya rendah. Bahkan kulit putih murninya berubah menjadi pucat pasi.

Air mengalir adalah kelemahan tetapi bukan yang fatal. Tetapi karena berdiri dalam hujan badai dalam jangka waktu yang lama, kerusakan itu tetaplah parah.

Tubuh Rushella hampir seperti mayat sekarang ini. Detak jantungnya sangat lemah, seluruh metabolisme tubuhnya melambat.

"Apa yang kamu lakukan disini!?"

Karena hujan yang tiba-tiba melemahkan dia, tanpa payung di tangan untuk melindungi dari hujan, basah kuyup dengan cara seperti ini, dia akhirnya pingsan — prosesnya begitu mudah untuk dibayangkan.

Namun, bicara secara normal, seorang vampir tidak mungkin terjebak hujan tanpa perlindungan seperti ini.

Bagaimanapun juga, para vampir sendiri adalah yang paling sensitif dan waspada pada kelemahan ini.

Hisui mendecak lidahnya, membawa Rushella dalam pelukannya dan memasuki rumah.

Meskipun dia sendiri basah kuyup juga, dia bisa merasakan dari tangannya bahwa temperatur tubuh Rushella lebih dingin daripada dia, hampir seperti itu telah jatuh pada titik beku air.

Ini benar-benar terasa seperti — memeluk mayat.

"Jangan mati, oke.....!!"

Teriakan ini membuat tangan Rushella bergerak sedikit tetapi Hisui sepenuhnya melewatkannya.

Dia bahkan tidak menyadari bahwa dia menggunakan kata "mati" bukannya "hancur".

※※

"......?"

Terbangun, dia mendapati sekelilingnya hangat.

Jelas-jelas itu dingin yang tak tertahankan barusan, sangat dingin cukup untuk mematahkan tulang dari sudut pandang seorang vampir, tetapi sekarang cukup hangat.

"Tempat ini.... adalah....?"

"Kamu bangun?"

"Kamu......."

Kesadarannya masih kabur, Rushella bangun dari sofa.

Segera setelah dia bangun, Hisui, duduk disampingnya, dengan panik memalingkan wajahnya ke sisi lain.

Saat dia mendapati itu aneh, dia segera menyadari penampilannya.

"Ah—!!"

Melihat kebawah, dia mendapati dirinya sendiri sepenuhnya telanjang. Meskipun dia tidur dibawah sebuah selimut, kerena berdiri, payudaranya yang menggairahkan langsung melompat keluar.

"J-Jangan....!"

"Aku—tidak—melihat."

Hisui berbicara sambil terus memalingkan wajahnya. Dia telah memperkirakan reaksi Rushella.

Rushella mengangkat tinju terhenti ditengah udara, kemudian memerah, dia menarik selimut tersebut untuk menutupi dirinya sendiri.

'Tidak apa-apa sekarang... kamu bisa melihat seperti ini."

Dipanggil oleh Rushella, Hisui menghadap dia lagi.

Dia sudah mengenakan pakaian tidurnya yang biasanya, sebuah T-shirt dan celana pendek. Dia juga telah mandi, dengan demikian menghangatkan tubuhnya yang telah basah kuyub dalam hujan.

Rushella mengamati ruangan tersebut untuk mengkonfirmasi situasinya.

Ini adalah ruang tengah rumah Hisui. AC-nya meniupkan udara hangat. Suhu sebenarnya seperti musim dingin, tetapi sekarang ruangan tersebut sangat nyaman dan hangat. Selimut sebelumnya juga telah membantu dia untuk tetap hangat.

"Kenapa... aku telanjang?"

Dengan kata kunci itu dikatakan, Hisui menghindari kontak mata dan menjawab.

"...jika kamu tetap dalam pakaian basah, kamu akan kedinginan, kan? Ngomong-ngomong, aku terus menjaga mataku tetap tertutup ketika melepas pakaianmu. Lalu yang aku lakukan hanya membantu mengeringkan kamu. Karena ada handuk, aku tidak merasakan apapun sama sekali."

"...sungguh?"

"Aku tidak sebegitu bejatnya bahwa aku mengambil kesempatan pada seorang gadis yang tak sadarkan diri."

"Hanya kali ini... aku akan percaya kamu."

"Terimakasih."

Keduanya tampaknya mengalami sejenis cacat dialog.

Seolah-olah untuk menemukan satu sama lain, mencari lokasi masing-masing... Keduanya berusaha keras untuk membentuk kata-kata.

"Kamu membantu menghangatkan aku? Untuk aku..."

"...ya. Tetapi tidak seperti di film-film dimana dua orang telanjang saling berpelukan. Jika aku benar-benar melakukan itu, kamu pasti akan membunuhku. Selain itu, aku tak sehangat itu juga, aku hanya akan membuatmu semakin dingin."

"Aku mengerti....."

Normalnya, tak peduli bagaimana Hisui menjelaskankannya, Rushella masih akan menyerang... tapi kali ini, dia tampaknya jujur tak seperti biasanya.

Bagaimanapun juga, dia tampak begitu rapuh, dikombinasikan dengan putih murni tubuhnya, seseorang hanya akan berpikir dia seorang gadis cantik yang lemah dan rentan.

"Ini, kamu melupakannya."

Hisui dengan santai menyerahkan payung tersebut pada Rushella.

Pemiliknya menerima itemnya yang hilang dan hanya menatapnya dengan kosong.

"Bukankah ini suatu yang penting milik seorang vampir? Kenapa kamu meninggalkannya tergeletak?"

"Karena......."

Rushella cemberut.

Karena dia tidak memiliki alasan yang tepat. Dia hanya melontarkan kemarahan seperti seorang anak kecil dan terjebak dalam suasana hati, dia melemparkan payung tersebut.

"Kenapa kamu berdiri dalam hujan itu? Bahkan jika kamu tak memiliki sebuah payung, kamu bisa mencari tempat perlindungan, kan?"

"Itu tiba-tiba hujan ketika aku berada di pintu masukmu. Aku tak punya waktu untuk mencari tempat berlindung...."

"Lalu kamu bisa memecahkan kunci di pintu dan masuk, kan? Bahkan jika hujan melemahkan kamu, itu masih dalam kemampuanmu, bukan?"

Hisui menunjukan sebuah bayangan solusi dengan mudah. Rushella hanya menjawab dengan lembut.

"...aku takut, kamu akan marah...."

"...."

Sepertinya dia pingsan dalam hujan kerena dia tergantung pada masalah semacam itu.

Sementara dia ragu-ragu, hujan turun semakin deras, pada akhirnya, dia bahkan tak punya waktu untuk memikirkan rencana lain — itu mungkin bagaimana itu terjadi.

"...ngomong-ngomong, mari kita kesampingkan itu. Kesinilah."

Hisui menujuk lehernya sendiri.

Melihat Rushella memiringkan kepalanya dengan bingung, Hisui menambahkan dengan enggan.

"Cepat dan minumlah."

"...kenapa? Bukankah kamu selalu tak bersedia membiarkan aku menghisap darahmu?"

"Bagaimanapun juga, ketika gadis itu menekan aku... kamu menyelamatkan aku."

Hisui memperlakukan ini sebagai balas jasa. Namun, dia tidak melihat mata Rushella.

"Bahkan seorang vampir akan pulih sangat lambat jika mereka terluka karena area lemah mereka. Basah kuyup oleh hujan seperti itu, meminum darah adalah cara terbaik untuk pulih lebih cepat. Kamu seharusnya mengetahui itu lebih baik daripada aku, kan?"

Kata-kata Hisui memang sangat berisi dan obyektif, tapi Rushella tidak mengambil tindakan.

Jelas-jelas dia tidak pernah menganggap perasaan Hisui sebelumnya ketika menghisap darahnya — cemberut, dia menghindari kontak mata.

"Apa, kamu tidak puas dengan darahku sekarang?"

"....bagaimanapun juga, aku menghisap darah sangat ceroboh, kan?"

Rushella menutupi wajahnya dengan selimut dan berbicara dengan putus asa.

Meskipun Hisui tak bisa melihat wajahnya, dia tampaknya menangis.

"Katakanlah......."

Hisui menunjukan ekspresi jengkel.

Sepertinya, pendapat jujurnya telah melukai harga diri wanita ini.

"....sekarang bukan saatnya untuk memikirkan itu, kan?"

"......."

Rushella tetap diam, menatap Hisui dengan kesal.

Itu tampak seperti komentar tersebut telah memukul ditempat yang sakit.

"....ceroboh, yah... Itu karena itu. Kamu masih belum terbiasa, kan? Bagaimanapun juga, kamu kehilangan ingatanmu. Kamu harus bisa mendapatkan kembali perasaan itu, karena kamu adalah seorang 'Leluhur Sejati' bagaimanapun juga."

".... Kamu benar-benar percaya itu? Bahwa aku seorang 'Leluhur Sejati'?"

"......."

"Bahkan jika aku menyebut diriku sendiri seorang 'Leluhur Sejati'.... aku tak punya cara untuk membuktikannya. Jika aku memiliki pelayan atau keluarga, mereka bisa membantu aku membuktikan itu, tapi aku sendirian.... Aku tak bisa membuktikan apapun."

Rushella berbicara dengan mengejek diri sendiri.

Dia tak memiliki tempat didunia ini. Hanya seorang vampir yang kesepian.

Setelah bangkit tadi malam, dia bahkan belum melihat siapapun dari jenisnya sendiri.

Yang dia ketahui hanya bahwa dia adalah seorang vampir kelas 'Leluhur Sejati'.

Meski demikian, fakta yang satu ini tidak bisa dibuktikan.

"Ngomong-ngomong — apa tepatnya 'Leluhur Sejati' itu? Aku hanya tahu arti harfiah dari kata tersebut, tetapi tidak benar-benar mengerti istilah itu sebagai sebuah eksistensi..."

"Sama untukku sebagai seorang manusia. Bahkan diantara para vampir, mereka yang benar-benar mengerti istilah itu kemungkinan bisa dihitung dengan satu tangan — tidak, bahkan mungkin tidak. Satu-satunya yang bisa memahaminya adalah 'Leluhur Sejati' sendiri."

Memang, berbicara tentang rahasia terbesar dalam legenda vampir, tak ada yang melampaui 'Leluhur Sejati' tersebut.

Bagi seorang vampir, satu-satunya yang telah menghisap darah mereka adalah 'tuan' mereka. Dan tuan tersebut memiliki tuan mereka sendiri.

Menelusuri lingkaran ini kebelakang, entitas yang dikenal sebagai sang 'Leluhur Sejati' adalah titik terakhir.

Juga, disana ada keturunan diantara para vampir. Mereka disebut "murni" dan menelusuri kembali silsilah "murni" tersebut sampai pada sumbernya, eksistensi nenek moyang tersebut dikenal sebagai 'Leluhur Sejati'.

Penghisapan darah dan perkawinan adalah dua metode yang mana kelahiran vampir baru bisa dicapai.

Vampir tidak eksis dalam isolasi, melainkan memiliki garis keturunan keluarga yang besar dan rumit melalui dua metode prokreasi ini.

Dan menduduki tempat yang paling primitif dipuncak silsilah ini, berkuasa dari puncak adalah eksistensi sang 'Leluhur Sejati'.

Mengingat begitu banyak pelayan dan keturunan, maka eksistensi dari "tuan" pertama atau "nenek moyang" itu wajar saja.

Jadi —— darimana 'Leluhur Sejati' ini berasal?

Tak ada jawaban yang jelas untuk pertanyaan yang paling wajar ini.

"Siapa sebenarnya... aku!? Kenapa..."

Mata Rushella berkilauan karena tanda samar-samar dari air mata. Hisui acuh tak acuh berkata padanya,

"Itu adalah darah."

"....?"

Mendengar kata-kata Hisui yang tak bisa dipahami, Rushella akhirnya mendongak untuk menghadap dia.

"Bagaimana untuk mengidentifikasi seorang 'Leluhur Sejati' — itu adalah dengan darah. Para vampir mendapati darah itu manis dan lezat tetapi manusia tak mengalami perasaan yang sama. Itu hanya sebuah cairan biasa. Tetapi darah dari seorang 'Leluhur Sejati' berbeda. Bahkan manusia atau vampir milik klan yang berbeda akan terpesona oleh darah dari 'Leluhur Sejati'. Bahwa darah tipe itu memberikan aroma mawar, orang-orang tertarik untuk merasakannya... Dikatakan bahwa rasanya cukup manis cukup untuk melelehkan hati dan jiwamu. Aku tidak tertarik memimumnya."

"Kamu....."

"Juga, ketika darah ditumpahkan, tetesan darah tersebut akan menghasilkan noda, membentuk pola tertentu. Benar-benar menentang hukum fisika. Juga dikatakan bahwa ada perbedaan dalam warna, tapi itulah semua yang aku tahu."

"........"

Hisui berbicara dengan keren sementara Rushella mendengarkan dengan ekspresi tenang.

Setelah mendengarkan hal ini, seolah-olah dipandu oleh suarannya, dia meraih pedang pendek miliknya di meja.

Hisui segera menyuruhnya berhenti dengan suara bernada tajam.

"Jangan melakukan apapun yang sembrono."

"Tapi...."

"Apakah kamu seorang 'Leluhur Sejati' atau bukan, itu tidak masalah bagiku. Kamu adalah kamu, itu saja. Jika kamu ingin melakukan itu, aku tidak peduli tetapi simpan itu sampai tubuhmu telah pulih."

"......"

"Oke, cepat minum. Jika kamu menundanya terlalu lama, aku mungkin akan berubah pikiran."

Didesak, Rushella mendekati Hisui takut-takut.

Awalnya disebut "ciuman", tindakan meminum darah sebenarnya dilakukan seperti sebuah ciuman sekarang ini.

Untuk menstabilkan tubuhnya yang masih goyah, Rushella perlahan-lahan memeluk leher Hisui. Payudaranya menekan dada Hisui dan detak jantung mereka manjadi satu.

Kemudian tak seperti upaya sebelumnya yang kasar dan memaksa, bibir Rushella menyentuh leher Hisui dengan kelembutan hati.

Cium.

Daripada menusukan taringnya dengan insting, dia menggigit secara ringan dengan cara hewan peliharaan yang menggigit main-main pada tuannya.

Saat darah merembes dari luka tersebut, Rushella tidak menghisapnya dengan keras, malahan dia menjilati dengan ringan. Bahkan tetesan darah segar tumpah dari sudut mulutnya, dia menjilat bersih dengan ujung lidahnya. Mencegah darah dari mewarnai area sekitar leher, dia menggunakan lidah merahnya untuk dengan hati-hati menjilati kulit Hisui secara menyeluruh.

"Mmmm......"

Perasaan geli tersebut menyebabkan Hisui bergerak.

Kali ini, itu tidak sakit sama sekali.

Dia bahkan bisa mengatakan itu sangat nyaman. Jika sebuah analogi dibutuhkan, itu akan mirip dengan perasaan menghisap jarimu yang terluka.

Durasi penghisapan darah cukuplah singkat. Rushella berhenti dengan segera dan meninggalkan tubuh Hisui.

Sebuah benang perak air liur menghubungkan mereka berdua.

"...apa itu cukup, kamu hanya minum sesedikit ini?"

"Ya....."

Rushella mengangguk dan malu-malu menarik selimut, kembali ke sofa.

Melihat dia pulih sampai batas tertentu, Hisui berdiri.

"Karena kamu bisa bergerak, mandilah, itu akan terasa lebih hangat."

"Eh...."

"Bajumu yang basah masih belum kering. Jika kamu mau, gunakan punyaku untuk sekarang. Di lantai kedua, kamar sebelah kanan, pakaiannya ada di lemari."

Mengatakan itu, Hisui berjalan ke dapur disamping ruang tengah.

Rushella menatap dengan bingung pada punggung Hisui. Setelah menatap sebentar, dia berdiri dengan cara tersandung.

Kira-kira satu jam kemudian, Hisui meletakkan makan malam di meja rendah di ruang tengah.

Kerena dia bahkan belum makan secara tepat sejak malam sebelumnya, Hisui memutuskan untuk pesta mewah malam ini.

Ditempatkan diatas meja adalah sepiring pasta carbonara, semangkuk besar salad dan sup sayur-sayuran.

Ada juga piring untuk makan — meja tersebut diatur untuk dua orang.

Tepat setelah dia menyelesaikan persiapan, Hisui mendengar seseorang memasuki ruang tengah.

Rushella baru saja keluar dari kamar mandi.

"Oh, kamu sudah selesai mandi.... Hei, kenapa kamu memilih yang satu itu untuk dipakai!?"

Kecantikan yang keluar dari kamar mandi — Rushella — tak mengenakan apapun selain kemeja putih.

Tak ada apa-apa dibawahnya dan dibagian atas kemeja itu terbuka lebar. Payudaranya beresiko keluar setiap saat. Bahkan bentuk tonjolan ujungnya, menekan pada kemeja itu, sepenuhnya terlihat meskipun itu kain.

Orang bisa menangkap sekilas tanpa sengaja dari dasar pahanya yang ramping jika tidak berhati-hati... Hisui berusaha untuk menggeser pandangannya menjauh dari zona berbahaya tersebut.

"Bukankah itu seragamku....? Aku bermaksud mengenakan itu di hari senin, itu sebabnya aku menggantungnya di rak pakaian....."

"Kamu memintaku untuk mencari pakaian untuk dikenakan. Yang satu ini bisa menutupi bagian bawah juga. Itu juga terasa nyaman."

Rushella berbicara dengan puas, sepenuhnya tak tahu malu.

"Baiklah, terserah kamu... duduklah. Aku membuat lebih dari cukup. Meskipun aku sangat lapar, aku tidak berpikir aku bisa menghabiskan semuanya."

Hanya setelah Hisui menunjuk pada meja rendah yang penuh dengan makanan, Rushella menyadari situasinya.

Dengan ekspresi waspada, dia menatap Hisui untuk mengkonfirmasi.

"Bolehkah aku.....?"

"Bukankah sudah aku katakan aku membuat tambahan? Tenang, aku tidak menaruh bawang putih. Dalam kenyataannya, aku tidak pernah makan bawang putih seumur hidup. Bahkan cabai, aku tidak memakan itu baru-baru ini."

"...dalam hal ini, bagaimana kamu mendapatkan barang-barang itu untuk dilemparkan padaku kemarin?"

"Aku kebetulan membelinya karena dijual. Bagaimanapun juga... orang menyebalkan itu tak lagi di rumah ini."

".....?"

Rushella bisa merasakan pesan tersembunyi pada kata-kata Hisui, tetapi dia hanya duduk berlawanan dengan dia bukannya bertanya tentang itu.

Melihat Hisui menepukkan tangannya bersama-sama dan "Itadakimasu", Rushella hanya bisa menirunya.

"Itadaki, masu......"

Selanjutnya, makan dimulai.

Rushella menggunakan garpunya untuk mengambil pasta dan mengamati sejenak, lalu akhirnya mendorongnya ke mulutnya dengan tekad.

"....lezat."

"Terimakasih."

Hisui berkata tanpa emosi.

Rushella tersenyum dan mulai makan dengan harmonis.

Ketika makanan di meja hampir habis oleh mereka berdua, Rushella berbicara seolah dia teringat sesuatu.

"....hei."

"Hmmm?"

"Tentang dirimu sendiri, ceritakan padaku juga...."

"Huh?"

Hisui sedang meminum supnya dan memiringkan kepalanya, tak bisa mengerti apa yang Rushella maksudkan.

"Setelah melihat dunia selama siang hari ini... Aku mengerti sekarang. Mirip seperti, rasku telah menyusut menjadi sedikit yang bertahan di dunia saat ini. Bahkan jika ada yang selamat. Mereka bersembunyi dan menghabiskan hari-hari mereka dalam bayangan. Oleh karena itu, manusia tidak tau tentang eksistensi kami. Tapi kamu berbeda. Kamu sangat mengerti, khususnya tentang 'Leluhur Sejati'... orang biasa tidak akan tau sebanyak itu, kan?"

"...."

"Kamu bilang kamu terbiasa untuk mengetahui seseorang adalah seorang vampir, kan? Kamu mendengar dari... orang itu?"

Rushella menatap tajam pada dia.

Hisui hanya ingin menganggapnya secara santai, tetapi pada akhirnya tidak bisa menang melawan tatapan seriusnya. Mengangkat bahu, dia menaruh kembali cangkirnya ke meja.

"Daripada seseorang yang aku kenal... Aku rasa keluarga akan lebih akurat?"

"Kenapa kamu berbohong padaku!?"

"Aku tidak berbohong. Itu masih terhitung sebagai seseorang yang aku kenal, kan? Jika aku memberitahu kamu seperti itu, kamu akan menekan masalah tersebut jadi aku hanya mengungkapkan secara ambigu."

"Sungguh cara yang licik dengan kata-kata itu... tapi ada apa dengan keluarga yang di bicarakan ini? Apa kamu benar-benar......"

"Kami bukan darah yang terkait. Mungkin, kamu bisa menganggap orang itu sebagai orang tua asuh yang membesarkan aku? Sebanyak aku membenci untuk mengakui itu."

Seketika, ekspresi Hisui dipenuhi dengan suasana mengenang.

Itu seperti — suasana yang sangat menyedihkan.

"Seseorang di usiamu biasanya tinggal bersama ayah dan ibumu, kan? Orang tuamu—"

"Telah meninggal. Aku bahkan tidak mengingat wajah mereka. Lalu dari yang aku dengar, aku di adopsi oleh seorang vampir sebelum aku berusia yang cukup untuk mengetahui hal itu."

"Orang itu.... seorang wanita?"

"...kenapa jenis kelamin adalah hal yang paling penting yang kamu pedulikan?"

Hisui mengatakan dengan terkejut.

Rushella tampaknya sedikit jengkel dan terus menekan masalah ini.

"Hentikan omong kosong itu!!! Dia adalah seorang wanita, kan!?"

"Baiklah, iya...."

"Wanita macam apa dia!? Lebih cantik dari aku!?"

"Ini pertanyaan subyektif bervariasi dari orang ke orang, kan? Dia terlihat lebih tua dari kamu. Siapa yang tau seberapa tua dia sebenarnya."

"Beberapa tahun didepan!? Maka itu adalah kemenanganku!"

".... Siapa yang tau. Disamping itu, apa vampir memiliki konsep menjadi tua? Meskipun aku tidak tau mengenai apa kamu menipu dirimu sendiri, seorang vampir mengadopsi seorang manusia mungkin hanya iseng belaka. Setelah gemuk dan matang, dia berencana menghisap darahku?"

Pada akhirnya, hanya seorang vampir dan makanannya — itu adalah kesimpulan Hisui.

Rushella tetap skeptis dan menatap tajam pada Hisui saat dia bertanya,

"Wanita itu...apa yang terjadi pada dia?"

"Dia mati."

Tanpa kesedihan apapun, sepenuhnya jawaban yang monoton.

Rushella tampak menyesal dan tidak tahu apa yang harus dikatakan. Hisui melanjutkan makan, tak terpengaruh.

Meskipun Hisui tidak depresi ataupun dia terserang nostalgia sedih, Rushella masih menyadari sesuatu yang aneh tentang kata-katanya.

Mati — ini adalah sebuah istilah yang hanya bisa diterapkan pada kehidupan, bagi mereka dengan kehidupan terbatas.

Oleh karena itu, 'kematian' bukanlah sebuah konsep yang digunakan untuk para vampir.

Takdir mereka berakhir bukan dalam 'kematian' tapi 'kehancuran'.

Kenapa seperti itu, itu karena mereka sudah mati.

Setidaknya. Berdasarkan pada konsep 'kehidupan' manusia, mereka berada diluar eksistensi.

Namun — dia baru saja menggunakan 'mati' untuk menjelaskan vampir yang membesarkan dia.

Pada dasarnya memperlakukan dia sebagai manusia.

"Seperti apa dia... seperti seorang vampir?"

"Seorang wanita aneh. Meskipun Jepang terhitung sebagai basisnya, dia masih berkeliling dunia. Karena aku mendampingi dia, aku tak pernah pergi kesekolah dengan benar sampai SMP. Rumah ini juga miliknya. Benar, satu hal lagi...."

"Apa?"

"Dia adalah seorang 'Leluhur Sejati'."

"APAAAAAA!?"

Wajah Rushella penuh dengan keterkejutan.

Pada pertemuan pertama mereka, dia menemukan bahwa Hisui tak terpengaruh oleh pandangan vampir, tenang pada gelar mencurigakan — dikombinasikan dengan konstitusinya, Rushella bertanya-tanya apakah dia telah menghisap darah dari seseorang bertubuh luar biasa!?

"Itulah yang dia katakan. Aku tidak tau spesifiknya. Karena aku tinggal dengan dia, aku tidak bisa berbuat apa-apa selain mempelajari banyak pengetahuan tentang vampir. Tetapi secara pribadi, aku masih seorang siswa SMA biasa."

"Kamu baik-baik saja meski mendapati darahmu dihisap olehku. Itu tidaklah terdengar sangat biasa bagiku."

"Ya, tetapi hanya ketika darahku dihisap. Ketika aku tidak kehilangan darah, aku tidak ada bedanya dari orang biasa. Konstitusiku bertindak hanya ketika seorang vampir menggigitku. Aku tidak mau berbicara tentang itu. Setelah melihat masyarakat manusia hari ini, apa kamu mengingat sesuatu?"

"Tidak......"

Rushella menggelengkan kepalanya dengan sedih. Inti ingatannya tentang dirinya sendiri masih sangat tidak pasti.

"Namun, aku mendapatkan beberapa hasil. Pertama, aku telah memutuskan aku perlu lebih memahami tentang dunia manusia. Ini pasti memiliki hubungan mendalam dengan asal-usulku."

"Aku paham.... oke."

"Jadi.... Aku akan pergi kesekolah juga!"

Rushella bertindak anggun seperti biasanya dan menyatakan dengan keras.

"EHHHHHHHHHH!?"

Mungkin masalah akan lebih baik jika dia belum pulih.

Melihat penampilan sombong Rushella, wajah Hisui mulai berkedut.

"Eh, apa-apaan ini, kamu akan pergi ke SMA ku di hari senin juga?"

"Tentu saja! Selain itu, kamu adalah pelayanku, itu adalah tugasmu untuk melayani di sampingku!!"

"Aku menolak!! Kamu pikir seberapa penting dirimu!?"

"Aku adalah 'Leluhur Sejati' yang agung dari para vampir!!"

Rushella dengan bangga membusungkan dadanya yang besar.

Hisui diam-diam menyesali menyelamatkan dia dan melihat dari sudut matanya saat Rushella berdiri dan meninggalkan ruang tengah.

Kemudian dia segera kembali dengan sebuah karung di tangannya, cukup besar untuk menampung kepala manusia.

"Apa itu?"

"Aku menyimpannya di peti mati."

Rushella tidak menjawab pertanyaan tersebut tetapi menuangkan isinya ke lantai.

Keluar dari karung tersebut, muncullah kecemerlangan emas bekilau.

Didampingi suara gemerisik metalik, mereka tersebar diseluruh lantai.

"Ini......"

Hisui mengambil satu untuk melihat lebih dekat. Sulit dipercaya, itu adalah koin emas, kira-kira seukuran koin 500 yen, dengan pola seperti wajah seseorang diatasnya, tetapi siapa yang tau periode apa dan negara mana koin itu berasal. Jelas-jelas itu tidak hanya disepuh tetapi ditempa dari emas murni.

Kira-kira ada 500 koin emas bergulir dilantai, seketika memenuhi rumah ini dengan balutan keindahan emas.

Adegan di ruangan tersebut seperti pembukaan sebuah peti harta karun dalam sebuah dongeng.

"Apa ini, akumulasi kekayaanmu karena berhibernasi?"

"Meskipun aku tidak tau berapa nilai tepatnya, itu seharusnya cukup banyak, kan?"

"Tentu saja, ini adalah emas sebenarnya bagaimanapun juga... tetapi itu perlu dikonversikan menjadi uang tunai terlebih dulu."

"Aku paham. Jadi, umm... pada dasarnya, ya, umm itu...."

Rushella berbicara dalam nada arogan saat dia menyelinap melirik reaksi Hisui.

"Ini bisa dihitung sebagai 'sewa', kan?"

"Huh?"

Hisui semakin bingung oleh kata-katanya.

Rushella dengan canggung memain-mainkan jari-jarinya dan menatap Hisui.

"Umm... Jika aku pergi kesekolah, aku butuh alamat. Itu terlalu merepotkan untuk mencari yang baru.... selain itu, kamu adalah pelayanku, sehingga tinggal disampingku adalah kewajibanmu tanpa dipertanyakan!! Memang, kamu seharusnya menjadi orang yang berlutut dan memohon padaku!! Cepat dan bersujud untuk memohon padaku untuk mengijinkan kamu di sisiku!!"

"Huh——!?"

Wajah Hisui berputar.

Dia seharusnya benar-benar tidak menyelamatkan dia. Dia seharusnya hanya mengesampingkan dia.

Dia mulai menyesali dalam-dalam segala sesuatu yang telah dia lakukan untuknya. Rushella kemudian mulai mengambil koin-koin yang berserakan itu. Kemudian memegang setumpuk penuh ditangannya, dia menyajikan pada Hisui.

"Kamu tidak mau...ini? Ini, tidak cukup.....?"

"Kamu....."

"Tinggal disini..... Aku tidak bisa.....?"

Sama seperti saat ketika dia mengaku kehilangan ingatannya, suara Rushella tak berdaya dan seperti mimpi.

Sama seperti warna kulitnya, keberadaannya sangat rapuh yang tampaknya seolah-olah pemandangan sekitar akan menjadi putih.

Hisui menggaruk kepalanya dan mengambil satu koin emas dari tangan Rushella.

"Aku akan menggunakannya sebagai persona keberuntungan."

Mengatakan itu, Hisui berdiri, membersihkan meja dan membawa peralatan kembali ke dapur.

"Tunggu, kamu...."

"Bagaimanapun juga, awalnya ini bukanlah rumahku. Ini rumah kerabatmu."

"...."

"Jadi pada dasarnya... bahkan jika beberapa vampir yang tak diketahui asal-usulnya tinggal disini, aku tidak akan punya keberatan apapun."

Hisui berbicara dengan punggungnya menghadap Rushella. Rushella langsung tersenyum.

Kegelisahannya menghilang, dia langsung memulihkan ekspresi yang sesuai dengan wajah remajanya.

Perubahan ini bisa dirasakan bahkan dengan punggungnya menghadap kearahnya. Hisui kemudian berkata acuh tak acuh.

"Kamar bagian dalam di lantai kedua.... seharusnya yang paling nyaman untuk kamu gunakan. Ada tirai tebal untuk memblokir cahaya sehingga kamu tidak perlu khawatir di pagi hari. Juga, itu adalah kamar tidur yang paling luas."

"Ya!"

Seolah-olah ingin melihat kamar tidurnya dengan segera, Rushella berlari ke lantai dua.

Hisui tersenyum masam dan mulai mencuci piring.

Dalam sekejap mata, itu sudah larut malam — Hisui pergi ke ruang bawah tanah.

Tata letak ruang bawah tanah tersebut sangat luas, pada dasarnya area terbuka seukuran seluruh lantai.

Ruangan itu dibangun dengan batuan padat dengan sebuah perpustakaan, gudang anggur, penyimpanan makanan dan menggunakan lilin antik untuk penerangan, memberikan suasana abad pertengahan — dengan kata lain, sangat penuh dengan gaya vampir.

Rushella sudah tidur di kamar yang dia berikan padanya. Awalnya, Hisui berpikir tentang memberikan ruang bawah tanah pada dia yang tidak menyukai sinar matahari.

Tetapi Hisui tidak melakukan itu.

Karena benda didepan matanya tidak mengijinkan adanya vampir diruang bawah tanah.

Tertancap dilantai, benda ini adalah kelemahan seorang vampir menyaingi sinar matahari.

Yaitu, sebuah salib.

Berdiri miring, menancap di tanah, ukurannya cukup besar untuk menyalib manusia diatasnya.

Kilau permukaan menyerupai perak murni. Sebuah eksterior murni dan tanpa cacat.

Tepi salib tersebut dipoles menjadi setajam pisau, dengan empat ujung berbentuk seperti "kait" yang menyerupai kepala anak panah atau tombak.

Persimpangan pusatnya ada dekorasi batu permata crimson. Melilit diatasnya adalah rantai yang menyimbolkan dogma.

Meskipun gaya desainnya berbeda dari yang biasanya ditemukan di gereja-gereja, ini tidak mempengaruhi kesan suci yang dipancarkan salib tersebut.

Salib biasa digunakan sebagai tanda atau dekorasi yang tidak menimbulkan ancaman bagi vampir.

Tetapi salib yang disini adalah hal yang nyata.

Ini adalah salib untuk membasmi iblis dan membersihkan dunia.

Lebih jauh lagi, itu adalah batu nisan dari mantan tuan dari rumah ini dan tempat ini.

Hisui menatap salib tersebut, matanya bergetar dengan kesedihan yang tak terlukiskan.

Menghadap salib tersebut untuk waktu yang lama, Hisui berkata pelan dalam cara menggerutu.

"Hei.... Apakah rumah ini kebetulan dikutuk? Seorang vampir aneh telah berpindah kesini, kau tau? Apa kau merencanakan sesuatu? Dia tidur dikamarmu sekarang."

Salib perak itu tetap tak merespon.

Itu tak bisa menjawab bagaimanapun juga.

"Kau sudah mati tetapi yang lain datang. Jelas-jelas aku tidak mau terlibat dengan jenismu lagi, tetapi disini aku menjalaninya lagi."

Salib tersebut tetap diam.

Tak responsif.

Hisui membungkuk dan menatap batu permata crimson pada salib perak itu.

"Ayolah, katakan sesuatu...... Miraluka."

Salib tersebut tidak merespon.

Batu nisan tersebut hanya memilih untuk menolak hidup melalui keheningan.

Orang mati tak bisa dibangkitkan.

Tak peduli bagaimana dia menanyai, pertanyaannya hanya bergema melalui ruang kosong.

Meskipun Hisui mengetahui itu sia-sia bahkan sebelum datang kesini, pada akhirnya, tak ada yang berubah.

Dengan lesu, dia meninggalkan ruang bawah tanah.

※※

"Ow ow ow!!"

Pagi berikutnya, bahkan tanpa jam alarm yang menyebalkan, Hisui masih tak bisa menikmati bangun dengan cara yang alami dan nyaman.

Setelah hari pertama di sekolah yang menggelora, ini adalah hari sabtu.

Saat dia berencana mempersiapkan awal resmi dari kehidupan SMA minggu depan dengan mendapatkan istirahat yang cukup, dia tiba-tiba merasakan sebuah rasa sakit tajam di lehernya.

Membuka matanya..... ada seorang vampir meneguk darahnya dalam postur yang sama seperti kemarin.

"Apa yang kamu lakukan..... Rushella-san!?"

"Apa yang aku lakukan? Darah pertama di pagi hari. Setelah mandi, ini adalah rasa yang sempurna."

Rushella menyatakan secara terbuka. Tubuhnya terasa hangat dan masih memiliki beberapa kelembaban.

Tubuh putih pucatnya hanya terbungkus sebuah handuk mandi.

Menikmati meminum darah setelah mandi seperti kemarin.

"Siapa yang memintamu untuk mandi begitu saja!? Bukankah kamu sudah mandi tadi malam!? Apa kamu Shizuka!?" [1]

"Diam, aku mandi terlebih dulu agar darah itu akan terasa lebih baik!"

"Kenapa kamu harus mandi untuk membuat darah orang lain menjadi lebih lezat ketika kamu menghisapnya!? Bukankah itu membalikkan arti dan tujuan!? Juga, menjauhlah, itu sakit!"

"Apa yang kamu katakan pada tuanmu!? Aku sudah membayar!"

"Jepang tidak memiliki sistem penjualan darah! Selain itu, kamu salah jika kamu berpikir kamu bisa membeli darahku dengan sebuah koin emas, itu tidak semurah itu!!"

"Kamu benar-benar berisik, lagipula, siapa yang peduli!?"

Rushella menekan kebawah dari atas sementara Hisui meronta dibawah.

Sambil meronta, Hisui tak sengaja menyentuh payudara Rushella yang besar — handuk mandi tersebut meluncur dan jatuh.

"Ja-Jangan lihat ——!!"

"Katakanlah, ini adalah kesalahanmu sendiri.......!!"

Adegan ini, akrab untuk mereka berdua, itu terulang sekali lagi saat rumah tersebut bergema dengan teriakan dan erangan.

Vampir dan manusia, tuan dan pelayan.

Dengan demikian tirai telah naik untuk drama kehidupan Hisui dan Rushella bersama-sama.

Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. Shizuka : karakter Doraemon yang memiliki gairah untuk mandi.


Sebelumnya Bab 2 Kembali Ke Halaman Utama Selanjutnya Bab 4