Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 15 Bab 15

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
The printable version is no longer supported and may have rendering errors. Please update your browser bookmarks and please use the default browser print function instead.

Bab 15 - Daerah Kerajaan Utara (Bulan ke-10 Kalender Dunia Manusia 380)

Bagian 1

Menaruh piring yang dia selesai cuci pada mesin pengering piring, Alice Synthesis Thirty mengusap tangannya pada kerah dari apronnya saat dia mengangkat wajahnya ke atas.

Puncak pohon yang terlihat dibalik jendela kaca kecil yang telah kehilangan sebagian besar daunnya, berwarna merah dan kuning, dengan hawa dingin yang terasa beberapa hari ini. Kedatangan musim dingin memang lebih cepat dibandingkan dengan ibu kota Centoria Pusat.

Meskipun begitu, cahaya Solus yang bersinar ke bawah dari langit biru untuk pertama kalinya baru terlihat untuk sesaat, yang terasa hangat. Sepasang Kelinci Pemanjat Pohon berkumpul bersama di batang tebal pada pohon lurus di kejauhan, kelihatannya menikmati berjemur di matahari.

Alice tersenyum saat dia menatapnya untuk sesaat sebelum dia berbalik dan berbicara.

"Hei, kita sepertinya memiliki cuaca yang sangat bagus hari ini, jadi bagaimana kalau kita menunggu waktu makan siang dengan berjalan di sepanjang bukit timur?"

Tidak ada seorangpun menjawabnya.

Kabin kayu itu hanya memiliki dua ruangan, dan ruangan ini berperan sebagai ruang tamu, ruang makan, dan dapur dengan meja kayu polos tepat di bagian tengahnya.

Duduk di salah satu kursi, yang sama polosnya, adalah anak laki-laki berambut hitam. Bahkan tidak mengangkat kepalanya pada panggilan Alice, tatapan kosongnya hanya terus menatap pada salah satu tempat di atas meja.

Dia tidak pernah memiliki banyak daging pada tubuhnya, namun meskipun begitu, dia sudah jelas jauh lebih kurus bahkan jika dibandingkan dengan Alice yang sekarang. Sosok kurusnya bahkan terlihat dengan jubah longgar yang dia kenakan. Lengan baju kanan yang kosong yang tergantung ke bawah dengan lemah dari ujung bahunya hanya membuat dia jauh lebih tragis.

Cahaya sama sekali tidak ada di matanya, berwarna hitam legam seperti rambutnya. Kedua mata itu tidak lebih dari mengambarkan hatinya yang tertutup. Menahan rasa sakit yang ada di dadanya dia bahkan tidak dapat terbiasa dengan itu, Alice melanjutkan perkataannya dengan suara gembira.

"Ini mungkin sedikit berangin, jadi itu mungkin akan lebih baik untuk memakai pakaian tebal. Tunggu sebentar, aku akan mempersiapkannya dengan segera."

Setelah melepaskan apronnya dan menggantungnya di gantungan yang ada di samping tempat mencuci tangan, dia berbalik menuju kamar tidur di sebelah kamar tersebut.

Mengikat rambut panjang, pirangnya di belakang, dia membungkus syal kapas di sekitar dirinya. Bersamaan dengan penutup mata berwarna hitam kusam di sekitar mata kanannya yang masih belum memiliki cahaya. Dia pertama menaruh salah satu mantel wol dengan teratur di dinding, lalu kembali menuju ruang tamu dengan mantel lainnya di bawah tangannya.

Anak laki-laki berambut hitam itu sama sekali tidak membuat gerakan. Setelah mendorong dia dengan menaruh tangannya di punggung kurusnya, dia pada akhirnya berdiri dari kursi dengan gerakan canggung.

Tetapi, itu semua yang hanya dapat dilakukan oleh anak laki-laki itu, dia bahkan tidak dapat berjalan bahkan satu mel. Memakaikan mantel dari belakangnya, dia berputar menuju ke depan dan mengikat tali kulit di dekat kerah dari bagian leher di bajunya.

"Kau dapat melakukannya, teruslah seperti itu untuk beberapa saat."

Mengatakan seperti itu, dia berlari menuju sudut ruangan.

Kursi kuat yang dibuat dari kayu coklat muda yang terang berada di sana. Daripada memiliki empat kaki, itu memiliki dua pasang roda besi yang terpasang, salah satu pasang roda berukuran kecil dan lainnya berukuran besar. Itu dibuat oleh orang tua yang bernama Garitta yang tinggal di hutan dengan menyendiri.

Menggenggam pada gagang yang terpasang pada bagian belakang kursi roda itu, dia mendorong menuju belakang Kirito. Mendudukkan dirinya pada kursi kulit saat tubuhnya semakin bergoyang, dia kemudian dengan rapat menutupi kedua kakinya dengan selimut tebal di pangkuannya.

"Sudah! Apakah kita dapat pergi, kalau begitu?"

Dia menepuk bahu dari anak laki-laki itu, menggenggam gagang, dan hendak menggerakkan kursi roda itu menuju pintu yang berada pada sisi selatan dari ruangan itu.

Anak laki-laki itu tiba-tiba menggerakkan wajahnya dan mengulurkan tangan kirinya menuju dinding di sisi timur.

"Aah...aah."

Suara dalam, dan serak itu tidak dapat dipahami. Tetapi, Alice dengan segera menebak apa yang anak laki-laki itu inginkan.

"Ah, aku minta maaf. Aku akan mengambilnya dengan segera."

Tiga pedang terpasang pada peralatan penahan dari metal yang terpasang pada dinding ke arah dimana anak laki-laki itu mengulurkan tangannya.

Di sisi kanan adalah «Fragrant Olive Sword» Alice.

Di sisi kiri adalah pedang panjang berwarna hitam legam yang pernah sekali dibawa oleh anak laki-laki di pinggangnya, «Night Sky Sword».

Dan di sisi tengah adalah pedang panjang berwarna putih yang sama sekali tidak memiliki pemiliknya untuk menggunakan benda tersebut, «Blue Rose Sword».

Alice pertama melepaskan Night Sky Sword, yang beratnya hampir sama seperti Fragrant Olive Sword, dari dinding dan menggenggam pada tangan kirinya.

Kemudian, dia mengangkat Blue Rose Sword juga. Beratnya hanya mencapai setengah atau kurang dari pedang hitam itu. Setelah semua, Pedang tersebut telah kehilangan lebih dari setengah bilah pedangnya dari sarungnya.

Dan pemilik dari pedang ini, anak laki-laki berambut kuning muda yang merupakan sahabat terbaik dari anak laki-laki ini, sudah tidak ada lagi...

Dia menutup matanya untuk sesaat dan menggenggam kedua pedang itu saat dia kembali menuju kursi roda itu. Pada saat menaruh itu secara perlahan pada pangkuannya, anak laki-laki itu meletakkan tangan kirinya pada itu sebelum wajahnya tertunduk sekali lagi. Dia dapat memperlihatkan keinginannya sendiri hanya melalui suara dan gerakan ketika mencari pedang hitam dan putih itu.

"Pastikan untuk terus memegang itu dengan erat atau itu akan terjatuh."

Alice memberitahu dia sementara menahan rasa sakit di dadanya yang sama sekali belum berkurang meskipun beberapa bulan telah berlalu. Mendorong kursi roda yang sekarang jauh lebih berat, mereka keluar melalui pintu.

Papan tebal terbentang di sepanjang jalan dari teras menuju jalan sebagai tempat untuk melangkah. Pada saat turun menuju taman dari tempat tersebut, angin lembut, dingin dan sinar matahari yang lembut menyelimuti mereka berdua.

Kabin kayu yang dibangun jauh di dalam hutan lebat, di padang rumput yang luas. Alice secara pribadi memotong, mengupas, dan menyusun kayu yang digunakan pada itu. Itu sama sekali tidak memiliki banyak hal untuk dilihat, tapi strukturnya sangat kuat karena hanya pohon dengan prioritas tinggi yang digunakan. Dia harus mengatakan dengan tidak terhitung komentar dari kakek Garitta, yang mengajarinya metode dari awal, tentang bagaimana dia tidak pernah meliha gadis dengan kekuatan seperti itu, bagaimanapun juga.

Padang rumput ini kelihatannya merupakan tempat dimana Alice dan Eugeo menjadikannya tempat bermain rahasia mereka ketika mereka masih anak-anak. Sayangnya, dia tidak memiliki ingatan waktu mengenai itu bagaimanapun juga. Semua ingatan dari sebelum dia menjadi Integrity Knight telah diambil melalui «Synthesis Ritual».

Dia telah memberitahu kakek Garitta dan penduduk desa bahwa dia telah kehilangan semua ingatan masa lalunya, tapi tidak memberitahu alasannya. Tapi kenyataannya, dirinya yang sekarang—Integrity Knight Alice Synthesis Thirty—tidak lebih dari kepribadian sementara yang menempati tubuh dari seseorang yang lahir dan dibesarkan di dunia ini, Alice Schuberg. Dia merasa harus mengembalikan ini jika dia bisa, tapi ingatan Alice asli telah pergi dari dunia ini bersama dengan Eugeo.

"...Sekarang, mari kita pergi."

Alice mengeluarkan suaranya untuk menyingkirkan pemikiran tersebut dan menggerakan kursi roda itu, keluar dari depan rumah tersebut.

Hampir semua padang rumput, berbentuk lingkarang dengan diameter tiga puluh mel, ditutupi dengan semak yang lembut, tapi sebagian besar rumput yang telah layu terkumpul hingga menumpuk di bagian timur. Itu terlihat seperti sarang dari monster raksasa—atau lebih tepatnya, itu memang benar—tapi pemilik dari sarang itu masih belum ada. Dia memperlihatkan tatapannya dan memikirkan dimana monster itu pergi bermain hari ini sementara keluar dari jalan kecil menuju barat laut dari padang rumput menuju hutan.

Jalan itu terpisah menuju barat dan timur lima mel ke depan. Desa bernama Rulid berada di barat, tapi dia sama sekali tidak memiliki keinginan untuk mengunjunginya tanpa tujuan. Memasuki jalan timur, dia pergi sementara berjalan melalui tanah yang berkilauan melalui sinar matahari yang tersebar. Dia perlahan melanjutkan perjalanan melalui hutan yang merupakan hasil dari musim gugur dimana daunnya berjatuhan dengan bulan kesepuluh akan segera mencapai akhir dari harinya.

"Apa kau kedinginan?"

Dia memanggil anak laki-laki itu tetapi tidak ada jawaban. Dia tidak akan mengatakan apapun bahkan jika memasuki badai salju yang sangat dingin. Dia melihat pada bahunya dan memastikan kerah dari mantel itu tertutup dengan rapat.

Tentu saja, menghangatkan diri mereka akan lebih mudah jika dia menciptakan satu atau dua thermal element. Tetapi, terdapat penduduk desa yang melihat mereka dengan curiga, jadi dia lebih baik menahan diri dari untuk tidak mendapatkan rumor tentang penyalahgunaan sacred artsnya tersebar.

Setelah berjalan sekitar lima belas menit sementara menciptakan alur baru pada jalanan yang kasar, jalan yang di depan terlihat lebih cerah. Sedikit bukit yang menanjak terlihat di depan setelah meninggalkan hutan penuh dengan pepohonan. Jalan itu perlahan menjadi menanjak, tapi meskipun begitu, Alice mendorong kursi roda itu tanpa kesulitan.

Pemandangan dalam sekejap terbuka setelah mencapai puncak dari bukit itu.

Lurus ke arah timur terlihat permukaan biru dari Danau Ruhr. Dan rawa-rawa terbentang jauh di dalam itu. Hutan itu terus berlanjut menuju ke selatan. Pemandangan di arah utara memperlihatkan «Puncak Barisan Pegunungan», ditutupi salju putih murni, menjulang seolah-olah menembus menuju langit. Hari-hari dimana dia terbang di atas puncak itu menaiki naga terbangnya kelihatannya seperti mimpi yang jauh untuk sekarang.

Dia membutuhkan waktu lama untuk melihat pada pemandangan indah itu dengan kedua matanya. Energi yang berlimpah dari bumi dan matahari di tempat ini seharusnya mampu menyembuhkan mata kanannya yang telah hancur di dinding luar Katedral Pusat. Tetapi, dia tidak memiliki keinginan untuk menghapuskan satu-satunya lukanya melalui sacred arts.

Setelah semua, tatapan kosong anak laki-laki itu hanya terus melanjutkan tatapan kosongnya menuju tengah udara bahkan dengan pemandangan akhir musim gugur tanpa akhir terbentang dihadapannya.

Duduk di samping kursi roda itu, Alice bersandar pada roda besar itu.

"Sungguh indah. Lebih indah dibandingkan dengan bagian seni yang tergantung di dinding katedral."

Dia memanggil nama anak laki-laki itu dengan senyuman.

"...Ini adalah dunia yang kau lindungi, Kirito."

Seekor burung putih membuat riak di permukaan danau saat itu meluncur dan terbang menjauh.


Berapa lama waktu telah berlalu semenjak dia duduk?

Naiknya Solus telah sedikit lebih maju ketika dia akhirnya menyadarinya. Ini sudah waktunya untuk kembali ke kabin dan mempersiapkan makan siang. Dengan keadaannya sekarang, Kirito jarang untuk memakan apapun setiap waktu, jadi bahkan satu waktu makan yang terlewat akan menyebabkan menurunnya kapasitas maksimum Lifenya.

"Ini sudah telat. Mari kita segera kembali."

Itu adalah ketika dia berdiri dan menggenggam gagang kursi roda saat mengatakan seperti itu.

Menyadari langkah kaki ringan menginjak di atas rumput dan mendaki bukit, Alice segera berbalik.

Seseorang yang mendekat adalah gadis muda yang berpakaian pakaian sister berwarna hitam. Wajah cantiknya yang masih memiliki sisa dari sifat kekanakan memperlihatkan senyuman indah sementara dia dengan bersemangat mengayunkan tangan kanannya.

"Nee-samaa[1]!"

Angin lembut yang membawa suara indahnya dan Alice tersenyum juga sementara dia memperlihatkan sedikit ayunan tangannya.

Secara langsung melompat lebih dari sepuluh mel ke atas, gadis itu membutuhkan beberapa detik untuk memperbaiki nafasnya setelah langkahnya terhenti, dan sekali laigi berbicara dengan suara cerah.

"Selamat pagi, Alice-neesama!"

Melompat ke samping, dia memberikan salam dengan suara jelas pada Kirito yang duduk di kursi roda juga.

"Selamat pagi untukmu juga, Kirito!"

Senyuman lebarnya sama sekali tidak menunjukkan kekhawatiran terhadap kurangnya jawaban dari dirinya tergabung dengan kesedihan yang samar-samar pada saat dia mengarahkan pandangannya menuju dua pedang di pangkuan Kirito.

"...Selamat pagi, Eugeo."

Mengulurkan tangan kanannya saat dia membisikkan itu, dia perlahan menyentuh sarung Blue Rose Sword dengan ujung jarinya. Jika seseorang yang tidak dikenal melakukan itu, Kirito entah bagaimana akan menunjukkan respon bertahan, tapi dia sekarang membiarkannya seperti yang dia inginkan.

Setelah memberi salam pada kedua temannya, gadis itu menegakkan tubuhnya dan berbalik menuju Alice lagi.

Alice menjawab sementara menyadari kelembutan misterius di dalam hatinya.

"Selamat pagi, Selka. Bagaimana kau mengetahui lokasi kita berada?"

Itu membutuhkan satu bulan untuknya agar dapat berhenti memanggilnya Selka-san.

Dia benar-benar ingin untuk bertemu saudara perempuannya bahkan semenjak mengetahui keberadaannya melalui perkataan Kirito di Katedral Pusat setengah tahun yang lalu. Tetapi, sekarang keinginannya telah terkabul dan saat mengetahui jauh lebih berharganya Selka, jauh lebih kuat pertanyaan ini muncul di dalam dirinya, jika—seorang mantan Integrity Kngith dengan nama Alice Synthesis Thirty, dibandingkan dengan Alice Schuberg—memiliki hak untuk menjadi saudara perempuannya.

Selka mungkin, atau tidak mungkin menyadari masalah Alice yang tidak pernah selesai, tapi meskipun begitu, dia berbicara dengan senyuman yang terbebas dari mempedulikan terhadap masalah tersebut.

"Aku tidak mencari dengan sacred arts atau sesuatu seperti itu. Kalian sedang keluar pada saat aku berkunjung, jadi aku berpikir kalian akan datang ke tempat ini karena cuacanya sangat bagis. Aku meninggalkan susu segar serta pie apel dan keju yang baru saja aku panggang di pagi ini di meja, jadi pastikan memakan itu di saat makan siang."

"Terima kasih, itu sangat membantu. Aku sedang kebingungan dalam memikirkan apa yang ingin aku buat."

"Sebenarnya, Kirito mungkin akan berakhir berlari di suatu hari nanti karena makanan yang kau buat, setelah semua, nee-sama!"

Selka tertawa dan Alice menjawab sementara tersenyum juga.

"Sekarang kau mengatakan itu! Kau tahu, aku mampu memasak sebuah pancakes[2] tanpa membakarnya sekarang, setidaknya seperti itu!"

"Aku ingin tahu jika itu memang benar, kau pernah merubahnya menjadi abu ketika kau mencoba memasaknya dengan thermal elements untuk pertama kali setelah semua."

Alice mencoba menyelanya dengan sentilan menuju dahinya dengan jarinya, tapi Selka dengan cepat menghindari itu dan melompat menuju dada Alice. Dia perlahan memeluk saudara perempuannya hingga lebih mendekat saat dia menempelkan wajahnya pada dadanya.

Sword Art Online Vol 15 - 045.jpg

Itu hanya pada saat waktu seperti ini ketika dia sangat berharap bahwa dia dapat terbebas dari tekanan yang sangat kuat di dalam hatinya.

Sungguh sangat melegakan jika dia dapat melupakan rasa bersalah dari membalikkan punggungnya pada tugas sebagai Integrity Knight dan menghabiskan harinya, dengan tenang, di dalam hutan terpencil. Meski begitu, Alice mengetahui di saat yang sama bahwa dia tidak dapat melupakan itu. Akhir dari dunia mendekat dari balik Puncak Barisan Pegunungan, sedikit demi sedikit, bahkan sementara dia memeluk saudara perempuannya.


Pada akhir dari pertarungan hebat di Katedral Pusat Gereja Axiom—

Mendapati dirinya menderita luka yang cukup untuk menghabiskan Lifenya, Alice terbaring di lantai marbel, tidak dapat bergerak, samar-samar menyadari aliran dari pertarungan tersebut.

Pertarungan hingga mati diantara pemimpin tertinggi Administrator dan Kirito yang menggunakan dua pedang.

Kematian pemimpin tertinggi, terbakar dengan api yang dibuat Kepala Pemimpin Chudelkin yang terpikat dengan ilusinya.

Kematian sahabat terbaik Kirito, Eugeo, yang tubuhnya terbelah menjadi dua bersamaan dengan pedang kesayangannya.

Kirito yang terus merawat Eugeo secara keras berteriak pada layar kristal misterius itu yang terlihat di bagian ujung sisi utara dari aula tersebut. Pada akhir dari percakapan yang sangat sulit dimengerti oleh Alice, seluruh tubuh Kirito tiba-tiba menjadi kaku dan pada saat dia berpikir seperti itu, dia terjatuh ke lantai—dengan itu, dunia itu tenggelam dalam keheningan.

Tepat saat Alice memulihkan hanya, sedikit dari seluruh Lifenya dan menjadi mampu untuk bergerak, Solus yang telah tebit bersinar dari jendela timur. Dengan cahaya itu sebagai sumber dari sacred energy, Alice pertama menyembuhkan luka Kirito yang terbaring. Tetapi, kesadarannya masih menghilang dan dia dengan berat hati membaringkannya di bawah, dan lalu merawat dirinya dengan art penyembuh sebelum memeriksa layar kristal yang berbicara dengannya.

Tetapi, permukaan yang bersinar berwarna ungu pucat itu kehilangan hampir semua cahayanya dan tidak ada jawaban tidak peduli berapa banyak dia menyentuh atau berbicara pada itu.

Dengan kebingungan, Alice duduk di bawah.

Dia mempercayai perkataan Kirito dan bertarung melawan penguasa mutlak, Administrator, demi melindungi penduduk Dunia Manusia dan saudara perempuannya yang tinggal di suatu daerah terpencil, tapi dia sejujurnya meragukan bahwa dia dapat selamat.

Ketika tentara pedang aneh yang dipanggil pemimpin tertinggi «Sword Golem» menusuk ke dalam tubuhnya.

Ketika dia menggunakan tubuhnya sendiri sebagai perisai pada serangan petir tersebut.

Dan ketika dia melemparkan semua kekhawatirannya pada angin dan melompat pada saat hidup Kirito akan diambil oleh pedang yang terayun ke bawah—

Alice telah mempersiapkan diri untuk kematian tidak terhitung jumlahnya. Tetapi, pengorbanan penyihir Cardinal, laba-laba misterius Charlotte, dan Eugeo, bersamaan dengan pertarungan hebat Kirito telah menyelamatkan hidupnya.

—Kau menyelamatkanku, jadi bertanggung jawablah untuk itu!

Dia tanpa henti meneriakkan itu pada Kirito yang terbaring di sampingnya. Tapi anak laki-laki berambut hitam itu terus tertutup. Pikirkan jalan yang seharusnya kau ambil dari sekarang dan pilihlah itu untuk dirimu... kelihatannya bagi Alice dia seolah-olah mengatakan hal tersebut.

Setelah memeluk lututnya selama sepuluh menit, Alice akhirnya berdiri.

Mungkin disebabkan kematian dari pemilik ruangan tersebut, disk elevator itu berhenti bergerak seperti layar kristal, jadi dia menghancurkan itu dengan pedangnya dan melompat ke bawah menuju lantai kesembilan puluh sembilan dengan Kirito di punggungnya.

Pergi ke bawah dengan tangga yang panajng dari tempat itu, dia pergi melewati tetua yang melanjutkan mengucapkan arts, dan mencapai tangga besar dimana dia secara lurus pergi menuju masternya dalam ilmu pedang yang dia tinggalkan di pemandian besar—menuju dimana Komandan Integrity Knight Bercouli Synthesis One berada.

Sejumlah besar air panas yang dibekukan oleh armament full control art Eugeo sebagian besar telah mencair dan tubuh Bercouli terbaring, mengapung di pemandian, untungnya terbebas dari art pembeku Chudelkin.

Pada saat menarik sosok besarnya menuju lorong dan menampar pipinya sementara meneriakkan "oji-sama", laki-laki besar itu mengeluarkan bersin keras sebelum dia membuka matanya.

Alice entah bagaimana mendapati dirinya harus menjelaskan situasi pada masternya yang pergi dan mengucapkan suatu kata-kata tanpa memperlihatkan ketegangan di wajahnya, "Oh, apakah ini sudah pagi?" Seperti yang telah diperkirakan, perkataannya mengubah ekspresi Bercouli menjadi serius dan dia mengatakan satu kalimat dengan suara tegas setelah mendengar itu semua.

Kerja yang bagus, nona kecil.

Perbuatan selanjutnya dari Komandan Integrity Knight sangatlah cepat. Mereka mengumpulkan Integrity Knight di «Grand Cloister of Spiritual Light» di lantai kelima puluh, dimulai dari Wakil Komandan Integrity Knight Fanation yang entah bagaimana sepenuhnya pulih dan tertidur di tengah taman mawar meskipun kalah melawan Kirito dan Eugeo, dan dilanjutkan dengan Integrity Knight lainnya yang kelihatannya terikat dengan art pembatu, seperti Deusolbert dan Eldrie, lalu menyebarkan fakta yang mereka bisa katakan.

Setelah pertarungan dengan dua orang swordsman-in-training dari Akademi Master Pedang Centoria Pusat, pemimpin tertinggi, Administrator, telah dikalahkan dan meninggal.

Bahwa pemimpin tertinggi mengerjakan suatu rencana mengerikan untuk mengubah setengah penduduk Dunia Manusia menjadi persenjataan dengan tulang yang dibuat dari pedang.

Bahwa Ruangan Para Tetua, yang jauh lebih tinggi dari Integrity Knight Order, pada dasarnya terdiri dari Kepala Pemimpin Chudelkin saja, dan dia, juga, mati bersama dengan pemimpin tertinggi.

Semua yang mereka masih sembunyikan adalah asal dari Integrity Knights—tidak, «jati diri» mereka. Bercouli menahan dampak dari kebenaran itu, membawa keraguan pada perkataan pemimpin tertinggi yang biasa katakan tentang dipanggil dari Celestial World dari awal, tapi memutuskan bahwa itu seharusnya hanya dapat dikomunikasikan dengan knight lainnya secara bertahap.

Meskipun begitu, Eldrie, Fanatio, dan knight lainnya terlihat terguncang. Itu adalah hal yang normal. Pemimpin tertinggi dengan kekuatan yang sebanding dengan dewi, penguasa mutlak yang memerintah selama ratusahn tahun, telah mati, itu seharusnya bukanlah tugas yang mudah untuk menerima kenyataan.

Pada akhir dari diskusi yang dipenuhi dengan kekacauan, knight itu memiih untuk mengikuti perintah Komandan Integrity Kngiht untuk sementara waktu, berkat ketenaran dan kemampuan Bercouli, dan juga mungkin operasi yang belum rusak dari «piety module». Tidak peduli dengan perubahan apapun, mereka masih knight yang setia Gereja Axiom dan sekarang Administrator dan Chudelkin telah meninggalkan Dunia Manusia, itu tidak dapat terbantahkan bahwa Komandan Integrity Knight Bercouli berada pada posisi teratas dari rantai komando gereja.

Dalam sekejap dia dipercayakan dengan hak untuk memerintah, Bercouli memfokuskan semua usaha mereka pada tugas asli mereka, untuk «melindungi Dunia Manusia». Dia pasti merasa bersalah dan menyalahkan dirinya. Dia mengetahui bahwa ingatan dari seseorang yang dia sayangi, diambil dari dirinya, sekarang berada di jangkauan tangannya setelah semua.

Meskipun begitu, dia memutuskan untuk menyegel secara aman tiga puluh pedang yang membentuk sword golem dan lebih dari tiga ratus prisma kristal di lantai keseratus dari katedral, dan untuk sementara menyembunyikan kematian pemimpin tertinggi dari semua orang kecuali Integrity Knight Order. Agar dapat memprioritaskan invasi besar yang akan datang dari Dark Territory daripada pemulihan ingatan Integrity Knight, termasuk dirinya.

Bercouli entah bagaimana mengumpulkan sebagian Integrity Knights Order yang telah hancur, dan lalu mengatur tugas besar dari mengatur dan melatih kembali Penjaga Empat Kerajaan dari Dunia Manusia yang sebelumnya tidak lebih dari tentara dengan nama, normalnya, Alice membantu juga. Dengan penutup mata darurat yang dibuat oleh Kirito menutupi disekitar mata kanannya, dia terbang menju bagian utara dan selatan Centoria.

Tetapi, waktunya di katedral sangatlah terbatas. Pengkhianat yang mengarahkan pedangnya pada Gereja Axiom—Kirito yang tidak sadarkan diri, dengan kata lain—dia harus dieksekusi, pemikiran seperti itu disampaikan oleh sebagian besar Integrity Knight dan bahkan beberapa bangsawan yang tidak menyadari kematian pemimpin tertinggi.

Di suatu fajar, ketika pekerjaan yang dibutuhkan telah sedikit berkurang untuk mereka untuk beristirahat, Alice pergi bersama dengan Kirito menaiki naga terbang. Itu sekitar dua minggu setelah pertempuran hebat, dan menegangkan itu.

Tapi bahkan keadaan sulit masih mengikuti mereka. Mata Kirito terus tertutup bahkan selama berkemah di malam hari yang dia sama sekali tidak terbiasa dan dia merasa bahwa dia membutuhkan atap yang pantas dengan tempat tidur hangat, tapi kurangnya dana untuk bahkan tinggal di penginapan kota, namun secara tegas menolak untuk menggunakan kekuasaannya sebagai Integrity Knight demi hal seperti itu.

Apa yang terlintas dipikiran adalah Rulid, nama dari desa yang diberitahu oleh Kirito pada dirinya di dinding luar dari katedral.

Memegang suatu harapan bahwa penduduknya menyambut mereka meskipun dia kehilangan ingatannya karena Eugeo dan dia lahir di tempat itu, Alice mengarahkan kekang naga terbangnya menuju utara. Dia terbang sementara merawat tubuh Kirito, jadi perjalanan dari Kerajaan Norlangarth menuju desa kecil yang berada di dasar dari Puncak Barisan Pegunungan membutuhkan tiga hari penuh.

Dia turun di hutan yang berjarak pendek dari desa agar menghindari menakutkan penduduk desa dan memerintah naga terbang untuk menjaga barang-barang mereka, sebelum pergi menuju desa dengan berjalan kaki dengan Kirito berada di punggungnya.

Pada saat mencapai jalan setelah melewati hutan dan ladang gandum, dia terlihat oleh beberapa penduduk desa. Tetapi, semua orang melihat mereka dengan terkejut dan curiga, dengan tidak ada seorangpun yang memanggil mereka.

Itu adalah ketika mereka sampai di Desa Rulid, dibangun di tempat tinggi, dan pada saat mencoba untuk melewati gerbang kayunya yang dibangun cukup besar dan anak muda melompat keluar dari tempat jaga yang dibangun di sampingnya. Darah mengalir pada wajahnya yang masih memperlihatkan sisa noda dan dia mengalangi jalan Alice, memasuki—

—Tunggu, orang luar tidak dapat memasuki desa tanpa izin!

Penjaga muda yang meneriakkan perkataan itu dengan tangannya berada pada pedang di pinggangnya seolah-olah memperlihatkan itu, sebelum keraguan terlihat pada ekspresinya pada saat melihat wajah Kirito sementara dia berada di punggung Alice. Dia berguman, "Huh, bukankah anak laki-laki ini." Sebelum menatap pada Alice lagi, mata dan mulutnya perlahan terbuka lebar.

—Kau...mungkinkah kau.

Alice merasakan sedikit kelegaan pada perkataan tersebut. Dia berbicara pada penjaga yang kelihatannya mengingatnya meskipun delapan tahun telah berlalu, berhati-hati dengan kata-kata yang dia ingin katakan.

—Aku adalah Alice. Tolong panggilkan kepala desa, Gasupht Schuberg.

Itu mungkin akan lebih baik untuk menamai dirinya sebagai Alice Schuberg, tapi dia tidak dapat mendapati dirinya untuk melakukan itu. Untungnya, nama itu sudah cukup saat wajah penjaga itu dalam sekejap berubah menjadi biru dari merah sementara mulutnya terbuka dan tertutup berulang kali sebelum berlari menuju ke dalam desa. Dia tidak mengatakan apapun mengenai menunggu, jadi Alice melewati gerbang itu dan berjalan mengikuti penjaga itu.

Desa itu dengan segera berubah menjadi ramai, seperti sarang lebah yang terusik, di siang hari. Puluhan penduduk desa memenuhi sisi jalan yang tidak terlalu lebar, meneriakkan keterkejutannya pada saat melihat Alice saat dia melewatinya.

Hampir tidak ada wajah mengekspresikan kelegaan pada kepulanganya, meskipun begitu. Sebaliknya, mereka bahkan dapat dikatakan penuh dengan keraguan, waspada, dan takut pada Alice, berpakaian armor metal yang tidak feminim dan Kirito, yang masih tertidur di punggungnya.

Jalan landai itu pada akhirnya tergabung dengan plaza lingkatan.

Air mancur dan sumur yang berada di tengahnya dengan gereja kecil, bersama salib dengan lingkaran berada di atapnya, yang berada di sisi utara. Ketika Alice segera berhenti di jalan masuk dari plaza itu dan penduduk desa mulai bertukar bisikan dengan ekspresi kekhawatiran dari kejauhan.

Beberapa menit kemudian, seorang laki-laki melangkah dengan langkah kuat, melewati kerumunan itu melalui sisi timur. Alice dengan segera mengenal laki-laki di waktu puncak dari hidupnya dengan kumis abu-abu, yang rapi sebagai Gasupht Schuberg, kepala desa dari Desa Rulid, dan pernah sekali menjadi ayah Alice.

Gasupht menghentikan langkahnya di kejauhan, kemudian menatap Alice dan Kirito secara bergantian tanpa ada perubahan ekspesi sama sekali.

Kira-kira sepuluh detik berlalu sebelum dia mengeluarkan suara yang dalam dan bergema.

—Apakah kau Alice?

Alice menjawab pertanyaan dengan tidak lebih dari "Ya", namun kepala desa itu tidak berjalan maupun mengulurkan tangannya, melainkan menanyakan lebih jauh dengan suara yang lebih keras dibandinkan dengan sebelumnya.

—Kenapa kau berada di sini? Apakah kejahatanmu telah dimaafkan?

Dia tidak dapat menjawab secara langsung untuk kali ini. Dia sendiri tidak mengetahui kejahatan apa yang dia lakukan atau apakah itu sudah dimaafkan.

Kirito mengatakan alasan tegas kenapa Integrity Knight Deusolbert mengambil Alice Schuberg menuju ibu kota adalah «Melewati batas dari Dark Territory». Itu sudah jelas merupakan pelanggaran terhadap Taboo Index. Tetapi, sebagai Integrity Knight, Alice tidak lagi terikat oleh taboo. Perintah pemimpin tertinggi adalah satu-satunya hukum bagi knight tersebut. Tapi pemimpin tertinggi sudah tidak ada lagi. Dia sama sekali tidak memiliki pilihan lain selain memutuskan kejahatan apa dan bagaimana itu dapat dimaaflan, apa yang jahat dan apa yang baik untuk dirinya...

Alice menatap kembali dengan lurus pada mata kepala desa itu saat dia menjawab dengan pemikiran seperti itu di pikirannya.

—Aku telah kehilangan semua ingatan dari dimana aku tinggal di desa ini sebagai hukuman untuk kejahatanku. Aku tidak tahu jika aku dapat dimaafkan dengan itu. Tetapi, aku sekarang dapat pergi ke berbagai tempat termasuk ke desa ini.

Itu adalah perasaan Alice yang sebenarnya, yang sangat tulus.

Kelopak mata Gasupht tertutup saat kerutan terbentuk dengan sendirinya pada mulut dan dahinya. Tetapi, kepala desa itu mengangkat wajahnya tidak lama kemudian dan apa yang dia umumkan dengan cahaya tajam di matanya adalah kata-kata yang sangat menyakitkan.

—Pergilah. Desa ini sama sekali bukan tempat bagi seseorang yang melanggar taboo.


Wajah Selka terangkat, mungkin merasakan dalam sekejap bahwa tubuh Alice menjadi kaku, dan sedikit memiringkan lehernya.

"Nee-sama...?"

Alice memperlihatkan senyuman saat dia merespon pada bisikan khawatir dari saudara perempuannya.

"Itu tidak apa-apa, sungguh. Sekarang, ini waktunya untuk kita segera kembali."

"...Okay."

Setelah mengangguk dan melepaskan dirinya dari pelukan, Selka menghabiskan waktu sesaat untuk melihat ke arah Alice, tapi senyuman cerahnya segera kembali lagi.

"Aku akan mendorongnya sampai kita sampai di persimpangan!"

Dia mengatakan seperti itu dan dengan segera berdiri di belakang kursi roda yang Kirito duduki dan menggenggam gagangnya dengan tangan kecilnya. Kursi roda itu sendiri sudah cukup berat, tidak perlu dibilang bagaimana seorang anak laki-laki, meskipun kurus, bersama dengan satu dan setengah bagian pedang dengan rangking sacred tools membebani itu. Beban itu jauh terlalu besar untuk seseorang yang hanya berumur empat belas tahun dan berlatih sebagai murid sister yang tidak pernah terlibat dengan pekerjaan fisik—atau seperti itu yang Alice pikirkan untuk pertama kali pada saat Selka mencobanya—tapi dia mencondongkan tubuhnya ke depan dengan kakinya berdiri dengan kuat, kursi roda itu mulai bergerak, meskipun hanya perlahan.

"Berhati-hatilah, kita akan menuruni bukit."

Selka tidak pernah membiarkan kursi roda itu terlepas, tapi dia masih tidak dapa melakukan apapun selain memanggil dengan nada yang sedikit gugup yang membuat Selka menjawab dengan, "Itu tidak apa-apa, kau orang yang sangat khawatir, nee-sama". Itu kelihatannya ketika Alice masih tinggal di Rulid, dia menunjukkan sedikit terlalu banyak perhatian terhadap saudara perempuannya meskipun telah melalui semua petualangan dan percobaan dengan Eugeo.

Apakah kepribadian dasarnya dipertahankan bahkan dengan ingatannya yang hilang, atau ini hanya kebetulan? Dia berpikir sementara berjalan di samping Selka yang mendorong kursi roda dengan ekspresi serius.

Pada saat mencapai kaki bukit, lereng halus itu berubah menjadi jalan datar. Selka dengan sungguh-sungguh melanjutkan meskipun beban di kursi roda itu bertambah. Sementara melihat ekspresi dari saudara perempuannya, pikiran Alice beralih ke masa lalu sekali lagi.

Itu adalah Selka yang memanggilnya, dari bawah rimbun bayangan pohon, agar Alice berhenti setelah dia meninggalkan Desa Rulid, dengan sedih dan kecewa, pada hari dimana dia ditolak dari kembali ke desanya. Jika itu bukan karena keberanian Selka, bertindak seperti yang dia ingin lakukan meskipun menyadari perbuatannya bertentangan dengan pemikiran ayahnya, kepala desa, dan keinginan baik dari kakek Garitta yang dia kenalkan pada Alice, Alice mungkin masih akan berkelana tanpa tujuan bahkan sampai sekarang.

Itu pasti bukan cerita yang sangat mudah untuk diterima oleh Selka juga.

Saudara perempuannya yang akhirnya kembali ke kampung halamannya telah kehilangan ingatan masa lalunya.

Kirito yang meninggalkan kesan dalam padanya melalui percakapan mereka hanya selama dua tahun lalu telah terbaring koma.

Dan Eugeo yang seperti saudara laki-lakinya telah mati—

Tetapi, Selka hanya memperlihatkan air matanya ketika dia mengetahui Eugeo tidak akan kembali lagi, dengan senyumannya yang tidak menghilang bahkan sekali di depan Alice setelah itu. Dia tidak dapat melakukan apapun selain lega dan memikirkan bagaimana dalam ketahanan mentalnya dan perhatiannya dengan setiap hari yang berlalu. Dia merasa bahwa kekuatan seperti itu yang jauh lebih berharga dan lebih kuat dari sacred arts bangsawan, atau bahkan pedang knight.

Dan di saat yang sama, dia setiap hari diingatkan bagaimana tidak berdaya dirinya, tanpa Gereja Axiom.

Setelah membangun kabin kecil namun kuat yang hanya berada dua kilolu dari desa, jauh di dalam hutan, dengan bantuan dari kakek Garitta, apa yang Alice segera lakukan adalah art penyembuhhebat pada Kirito yang masih belum sadar.

Di dalam hutan luas dimana berkah Terraria sangat berlimpah, dia memilih hari tanpa ada satupun awan di langit yang menghalangi cahaya Solus dan menyatukan sepuluh luminous elements dengan sacred energy yang sangat banyak yang diberikan dewi bumi dan matahari pada tempat itu, mengubah itu menjadi energi peneyembuh dan mengalirkan itu pada tubuh Kirito.

Art peyembuh Alice yang semuanya ditujukan pada dirinya sendiri untuk digunakan memiliki potensi untuk menyembuhkan luka secara sepenuhnya bahkan sejumlah besar Life dari naga terbang, lupakan luka dari manusia. Dia sangat yakin tidak peduli bagaimana buruknya luka Kirito, dia akan segera pulih bersama dengan tangan kanannya yang terpotong dan membuka matanya seolah-olah tidak ada apapun yang terjadi.

Namun—

Tepat setelah cahaya spritual yang menyilaukan itu menghilang, mata Kirito memang terbuka namun mata berwarna hitam legam itu sama sekali tidak memiliki cahaya untuk suatu alasan. Meskipun Alice berulang kali memanggil namanya, menggoyangkan bahunya, dan bahkan berteriak padanya sambil memeluknya, dia hanya melihat ke atas langit dengan tatapan kosong. Alice bahkan gagal untuk memulihkan tangan kanannya.

Empat bulan telah berlalu semenjak hari itu, tapi tidak ada tanda-tanda pikiran Kirito akan kembali.

Selka terus mendukungnya dengan menegaskan bahwa Kirito pasti akan pulih menjadi dirinya yang dulu suatu hari nanti karena dia menaruh semua yang dimiliki untuk merawatnya. Meskipun begitu, Alice secara tersembunyi merasa takut bahwa itu mustahil untuk dirinya.

Setelah semua, dia tidak lebih dari suatu keberadaan yang diciptakan oleh pemimpin tertinggi, Administrator.

Selka yang dengan tenang mendorong kursi roda hingga sejauh ini menjadi terhenti sambil berkata, "Mari kita...Beristirahat.", membangunkan Alice dari pemikirannya sekali lagi.

Tangan kirinya perlahan menyentuh punggung saudara perempuannya sementara dia menghela nafas dengan keringat berkilauan ada di dahinya.

"Terima kasih, Selka, Aku akan mendorong mulai dari sini."

"Aku ingin mendorongnya, sepanjang perjalanan, sampai persimpangan..."

"Kau sudah mendorong lebih dari seratus mel dibandingkan dengan sebelumnya, bukan? Itu sudah sangat membantu."

Dia mengetahui dari desa bahwa situasi seperti ini akan menjadi dimana saudara perempuan, yang jauh lebih tua beberapa tahun, memberikan saudara perempuannya yang lebih muda sedikit uang, tapi sayangnya, dia sama sekali tidak memiliki sedikitpun uang perunggu di sakunya. Bahkan kehilangan sedikit bagian akan menjadi sangat buruk untuk situas keuangannya sekarang, jadi dia hanya akan membawa uang ketika pergi berbelanja.

Untuk mengganti hal itu, dia mengelus rambut coklat muda Selka. Saudara perempuannya tersenyum dengan nafasnya menjadi sedikit lebih tenang, tapi Alice menyadari kesedihan yang samar-samar pada ekspresinya dan memiringkan kepalanya.

"Ada apa, Selka? Apakah ada sesuatu yang menganggumu?"

Dia bertanya sementara memegang gagang kursi roda itu dan Selka membuka mulutnya setelah sedikit keraguan.

"...Erm...Terdapat permintaan lainnya untuk memotong pohon untuk mengosongkan lahan dari paman Barbossa untukmu, kakak..."

"Apakah, hanya itu saja? Tidak ada yang perlu kau khawatirkan, terima kasih untuk memberitahu pesan ini."

Alice menjawab dengan senyuman, namun ekspresi kecewa saudara perempuannya terlihat dengan ekspresi cemberut yang merasa tidak puas.

"Tapi...Orang-orang itu hanya mempedulikan diri mereka saja. Bukankah kau juga berpikir seperti itu, Kirito?"

Dia bertanya pada Kirito, yang duduk di kursi roda, tapi anak laki-laki itu hanya melihat ke bawah tanpa memberikan respon. Meski begitu, nada bicara Selka berubah menjadi lebih kuat seolah-olah dia setuju.

"Baik Barbossa-san maupun Redack-san tidak berusaha untuk membuatmu tinggal di desa, jadi bagaimana mereka masih dapat membuatmu membantu mereka ketika mereka memiliki masalah? Aku tahu bahwa aku adalah seseorang yang mengantarkan pesan ini, tapi kau tidak perlu menerimanya jika kau tidak ingin melakukannya, kakak. Aku pasti akan membawakan makanan dari rumah untukmu."

Setelah mengeluarkan tawa yang terlepas dari perkataan itu, Alice menenangkan saudara perempuannya yang cemberut.

"Meskipun perasaanmu membuatku senang, ini benar-benar tidak perlu untuk terganggu dengan itu, Selka. Aku menyukai kabin itu dan aku merasa cukup bahagia, tinggal cukup dekat dengan desa....Aku akan segera pergi setelah Kirito selesai dengan makan siangnya. Dimana tempatnya?"

"...Tanah kosong di selatan, dia bilang."

Selka perlahan menjawab dan menghabiskan waktu beberapa saat dengan berjalan tenang di samping kursi roda itu.

Dengan hanya tinggal sedikit lagi ke persimpangan yang mengarah menuju kabin kayu itu, dia tiba-tiba berbicara dengan nada tegas.

"Kakak, waktu sebagai murid sister akan berakhir tahun depan dan aku akan mendapatkan sedikit gaji, bahkan jika itu tidak banyak. Ketika waktu itu telah tiba, kau dapat berhenti menolong orang tersebut, bukan? Jika itu untuk, kakak, dan Kirito, aku...Aku akan selalu..."

Alice perlahan memeluk Selka yang suaranya menjadi terhenti di situ.

Dia merasakan rambut coklatnya di pipinya, sensasi yang hampir sama meskipun sudah jelas berbeda warna, dan berbisik.

"Terima kasih...Tapi aku sudah merasa cukup bahagia hanya dengan kau berada di dekatku, Selka..."


Melepaskan kepergian Selka, yang mengayunkan tangannya tanpa henti karena tidak rela untuk berpisah, Alice kembali menuju kabin kayu dengan Kirito dan dengan cepat mempersiapkan makan siang.

Meskipun dia entah bagaimana menjadi mampu mengerjakan pekerjaan rumah akhir-akhir ini, kemampuannya dalam memasak saja yang masih tetap saja kurang. Dibandingkan dengan Fragrant Olive Sword, pisau dapur yang dibeli dari toko peralatan di desa kelihatannya tidak dapat diandalkan seperti mainan dan dua puluh atau tiga puluh menit akan berlalu dalam sekejap mata saat dia dengan hati-hati mengiris bahan-bahan tersebut.

Untungnya, Selka telah mengantarkan pie yang baru saja dipanggang hari ini, jadi dia memotongnya menjadi bagian kecil dan menyuapi Kirito. Dengan membawa pie itu ke mulutnya dengan garpu dan dengan sabar menunggu, mulutnya pada akhirnya akan sedikit terbuka, menerima itu ke dalam mulutnya. Dengan itu, Kirito akan perlahan, perlahan mengunyah itu seolah-olah mengulang kembali ingatannya tentang bagaimana dia terbiasa untuk makan.

Sementara mulut Kirito bergerak, dia akan memakan pie yang berisikan dengan apel dan keju kepada dirinya, menikmati rasanya. kelihatannya buatan Sadina Schuberg, istri kepala desa. Ibu dari Selka, dan Alice.

Ketika dia masih tinggal di Katedral Pusat, dia dapat dengan bebas memakan makanan langka di seluruh Dunia Manusia yang terkumpul di meja dari aula makan yang besar. Pie buatan Sadina baik penampilan dan rasanya cukup biasa jika dibandingkan, tapi tampaknya beberapa kali lebih lezat. Alice merasakan sedikit kesal bahwa kelihatannya membuat lebih banyak reaksi keluar dari Kirito dibandingkan dengan masakannya, sayangnya.

Pada saat selesai makan dan membersihkan semuanya, dia mendudukkan Kirito di kursi roda sekali lagi dan menaruh dua pedang di pangkuannya.

Taman di depan bersinar emas karena cahaya matahari di siang hari saat mereka meninggalkan kabin. Hari-hari berlalu terlalu cepat belakangan ini dan itu akan dengan cepat berubah menjadi cepat pada saat pikirannya berkeliaran. Mencapai persimpangan selatan dengan gerakan cepat, dia mengarahkan kakinya menuju barat untuk kali ini.

Hutan itu menjadi menghilang beberapa saat setelah dia berjalan lurus ke depan, dengan ladang gandum yang siap dipanen terbentang di depan. Desa Rulid yang terbangun rapat dapat dilihat dibalik pucuk gandum itu, terus terayun dengan menahan bebannya. Menara yang menjulang tinggi hingga dapat disadari di tengah atap merah tua, dibangun secara terbaris, adalah gereja dimana Selka tinggal.

Baik Selka maupun Azariya, sister yang dipercayakan oleh gereja, mengetahui Katedral Pusat yang mengatur organisasi Gereja Axiom di empat kerajaan yang ada di Dunia Manusia sekarang tidak lebih dari ilusi ajaib tanpa ada masternya. Meskipun begitu, gereja kecil yang berperan sebagai panti asuhan juga terus beroperasi tanpa ada masalah.

Bahkan dengan katedral berubah menjadi kekacauan dengan kematian pemimpin tertinggi, tidak memiliki dampak yang sangat besar pada penduduk manusia. Taboo Index berfungsi seperti biasanya, masih membatasi kesadaran dari penduduknya. Apakah mereka benar-benar dapat mengangkat senjata dan bertarung untuk melindungi Dunia Manusia?

Mereka kelihatannya akan patuh jika diperintah oleh Gereja Axiom atau raja. Tetapi, itu saja tidak akan dapat membawa mereka pada kemenangan melawan tentara kegelapan. Komandan Integrity Knight Bercouli pasti menyadari kenyataan menyedihkan itu setidaknya.

Apa yang akan menentukan arus dari pertarungan pada akhirnya bukanlah tingkat prioritas dari senjata maupun penggunaan kemampuan art, tapi kekuatan dari tekad seseorang. Perjuangan Kirito saat dia marah pada perbedaan potensi pertarungan yang tidak ada harapan, mengalahkan tidak terhitung Integrity Knight, Kepala Pemimpin Chudelkin, dan bahkan pemimpin tertinggi Administrator, berperan sebagai bukti untuk itu.

Mengambil pandangan sekilas pada penduduk desa yang bekerja di ladang gandum, dipenuhi dengan kewaspadaan dan kecemasan, dengan membusungkan dadanya, Alice membisikkan sesuatu pada masternya dalam ilmu pedang di dalam hatinya.

—Oji-sama, untuk penduduk manusia yang tinggal di Dunia Manusia, kedamaian mungkin bukanlah sesuatu untuk dilindungi namun sesuatu yang diberikan untuk semua orang selama-lamanya.

—Dan seseorang yang mengemukakan ide itu pasti...Gereja Axiom, Taboo Index, dan kita, Integrity Knights Order.

Bahkan sampai saat ini, Komandan Integrity Knight Bercouli seharusnya bekerja keras, melatih tentara dari empat kerajaan ibu kota Centoria Pusat dan menciptakan peralatan mereka. Atau mungkin dia sudah menggerakkan tentara menuju «Gerbang Besar Timur» perbatasan Kerajaan Eastabarieth dimana pertarungan akan menjadi sangat keras. Dia pasti bahkan menginginkan knight tambahan, baik sebagai asisten dengan pengalaman tempur dan kemampuan militer setelah perang itu dimulai.

—Dapat dikatakan, aku yang sekarang...

Melewati ladang gandum sementara tenggelam dalam pemikirannya, dia pergi menuju tanah kosong yang terbentang menuju sisi selatan dari desa. Menghentikan kursi rodanya tepat sebelum tanah hitam yang tergali, dia memeriksa di sekitar tanah kosong yang luas itu.

Itu dapat dikatakan hutan luas yang jauh lebih besar dibandingkan dengan di timur, dimana Alice dan Kirito tinggal, berada di tempat ini hanya sampai dua tahun lalu.

Tetapi, berkat Kirito dan Eugeo yang menebang Gigas Cedar, «pohon iblis» menjulang di atas itu semua saat itu menguasai semua hutannya dan tanpa henti sacred power, penduduk desa sekarang dapat menyibukkan diri mereka memperluas tanah mereka, atau seperti itu yang Selka katakan dengan ekspresi marah.

Sebuah batang kayu raksasa berwarna hitam legam di tengah tanah kosong dan di sisi selatan, suara memotong yang kuat terdengar dari kapak yang dimiliki sepuluh penduduk desa. Laki-laki berperut gemuk yang berdiri di ujung, memberikan perintah dengan suara keras pada semua orang tanpa kapak di tangannya, pemilik peternakan terbesar di desa, Nygr Barbossa.

Meskipun entah bagaimana merasa enggan melakukannya, Alice masih mendorong kursi roda pada jalan sempit, tidak rata ini. Kirito benar-benar tidak membuat reaksi bahkan saat dia melewati sisa-sisa, batang pohon yang pernah dia tumbangkan itu, kepalanya terus menunduk ke bawah saat dia memegang dua pedang itu.

Seseorang yang menyadari dua orang itu adalah laki-laki muda dari keluarga Barbossa, beristirahat di atas batang pohon yang baru saja tertebang. Tiga orang, kelihatannya berumur lima belas atau enam belas tahun, melihat Alice, yang memiliki syal yang menutupi rambut pirangnya, tanpa halangan sebelum mengalihkan pandangan mereka pada Kirito yang berada di kursi roda. Cemohan kasar dapat terdengar saat mereka saling bertukar dengan nada pelan. Pada saat menghiraukan mereka dan melewati mereka, salah satu anak muda itu berteriak dengan lambat.

"Pamaaan, dia ada di sini."

Nygr Barbossa, yang berteriak di segala tempat dengan tangannya di pinggang, dengan cepat berputar ke belakang dan menunjukkan senyuman pada wajah lingkarannya, yang berminyak. Mulut besar dan mata sipitnya mengingatkannya pada Kepala Pemimpin Chudelkin yang sangat gemuk.

Meski begitu, Alice kembali dengan senyuman terbaik yang dapai dia kerahkan dan memperlihatkan sedikit anggukan.

"Selamat siang, Barbossa-san. Aku mendengar kau memiliki pekerjaan untukku, jadi..."

"Oooh, ooh, jika ini bukanlah Alice, aku senang kau berada di tempat ini."

Keduanya terbuka lebar, mendekat perlahan, saat kaki bulatnya bergemetar, Alice sangat yakin bahwa dia menginginkan sebuah pelukan, tapi setelah melihat kursi roda yang ada di depannya, dia untungnya menyerah tentang itu.

Sebagai gantinya, Nygr hanya berdiri lima puluh cen di sisi kanannya sebelum memutar sosok besarnya dan menunjuk ke arah, pohon besar yang menjulang diantara hutan dan tanah kosong tersebut.

"Lihat, kau dapat melihatnya, bukan? Kita menghabiskan semua usaha kita pada pohon oak platina yang menyebalkan ini semenjak kemarin pagi, tapi hasil yang menyedihkan ini adalah bagaimana kemajuan yang berhasil dibuat bahkan dengan sepuluh laki-laki mengayunkan kapaknya pada itu."

Jari telunjuk dan jempol di tangan kanannya membentuk setengah lingkaran berukuran kecil.

Pohon besar berwarna putih dan coklat dengan batang berdiameter satu setengah mel telah menyebarkan akarnya ke dalam tanah, bersikeras menahan usaha pekerja itu. Dua laki-laki mengayunkan kapak besar mereka secara bergantian sampai sekarang, tapi lekukan yang terukir di batangnya cukup dangkal, bahkan kurang dari sepuluh cen.

Keringat mengalir ke bawah dari bagian atas tubuh laki-laki itu seperti air terjun. Dada dan otot tangan mereka cukup terbentuk dengan baik, tapi genggaman mereka sedikit kaku, mungkin dikarenakan kurangnya mengayun kapak dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Salah satu dari laki-laki itu mendapati kaki kanannya terpeleset saat dia melihatnya dan menebas tempat yang salah dari sudut itu. Kapak itu menghantam bagian tengah dari penggunanya dan tawa yang tidak dapat ditahan dari teman kerjanya keluar dari dirinya saat dia terjatuh dengan keras pada punggungnya.

"Ya ampun, apa yang orang bodoh itu lakukan..."

Nygr mengeluh dan melihat Alice sekali lagi.

"Jika seperti ini, aku sama sekali tidak tahu berapa banyak hari yang akan dibutuhkan untuk satu pohon itu. Dan sementara kita tertahan dengan itu, orang-orang Redack sudah memperluas tanahnya sebanyak dua puluh mel ke segala arah!"

Setelah mengucapkan nama seseorang yang paling berpengaruh dalam usaha pertanian setelah Barbossas, Nygr menendang batu kerikil dengan kakinya. Nafasnya menjadi terputus-putus, tapi secara tiba-tiba, senyuman terlihat di wajahnya saat dia mengeluarkan suara membujuk.

"Dan seperti itu keadaannya, aku mengetahui bahwa perjanjian kita hanya sekali dalam sebulan, tapi dapatkah kau menganggap itu sebagai pengecualian untuk kali ini dan meminjamkan kekuatanmu, Alice? Kau mungkin tidak mengingatnya, tapi aku menghindari...Tidak, memberikanmu permen dari waktu ke waktu ketika kau masih anak-anak. Kau adalah anak perempuan yang sangat lucu pada saat itu, kau tahu, tidak, tidak, tentu saja, itu bukan berarti aku mengatakan bahwa ada perbedaannya sekarang..."

Alice memotong perkataan Nygr sementara menahan desahannya.

"Aku mengerti, Barbossa-san. Aku akan menganggap waktu yang sekarang sebagai pengecualian."

Menyingkirkan batu dan pohon, seperti pohon oak platinum dihadapannya, menahan untuk mengosongkan tanah tersebut adalah sacred task Alice yang sekarang—tidak, sumber pendapatan sementaranya.

Normalnya, itu bukanlah tugas resmi yang diberikan padanya. Terdapat insiden sekitar satu bulan setelah dia menikmati kehidupan damainya di pinggiran desa dimana batu raksasa yang terjatuh menyegel jalan menuju tanah kosong di barat. Kejadian dimana Alice menggelindikan batu itu dengan kekuatannya sendiri ketika dia menjumpai itu tersebar menuju desa sebagai rumor dan sebelum dia mengetahu itu, mereka bergantung pada bantuannya untuk tugas seperti ini.

Itu merupakan fakta bahwa uang dibutuhkan jika dia ingin untuk terus tinggal dengan Kirito, jadi dia berterima kasih terhadap permintaan itu. Meski begitu, saat Selka mengkhawatirkan orang-orang itu akan menganggunya dengan permintaan yang tidak ada habisnya jika dia mengerjakan pekerjaan fisik tanpa keluhan, dia memutuskan untuk membatasi bantuannya setiap satu bulan sekali untuk setiap usaha pertanian.

Nygr seharusnya terikat dengan setiap peraturan yang terbentang pada Taboo Index, hukum dasar Kerajaan Norlangarth, dan peraturan di desa, tapi itu sama sekali tidak mengejutkan untuknya bahwa dia akan mengirimkan dua permintaan dalam waktu satu bulan meskipun itu menjadi pelanggaran dari perjanjian. Meskipun dia belum memecahkan «segel di mata kanan»—apa yang merupakan «Code 871» berdasarkan perkataan pemimpin tertinggi—seperti Alice atau Eugeo, itu kelihatannya dia hanya merasa Alice berada di bawah dirinya. Dia pasti merasa tidak perlu dengan mudah mematuhi beberapa perjanjian yang dibuat dengan mantan tahanan yang tinggal di sebuah gubuk di pinggiran desa.

Bahkan dengan pemikiran seperti itu di pikirannya, Alice mengangguk pada Nygr sekali lagi sebelum berpisah dari kursi roda. Dia memeriksa keadaan Kirito, tapi dia sepertinya tidak mempedulikan keributan yang ada di sekitarnya. Setelah memberitahu bahwa dia akan kembali dengan segera di dalam hatinya, dia berjalan menuju pohon oak besar platinum tersebut.

Orang yang menyadari Alice menunjukkan senyuman sinis atau secara terang-terangan mendecakkan lidah mereka. Tetapi, sekarang terdapat beberapa orang yang menyadari kekuatan Alice, jadi mereka menjauhkan diri mereka dari pohon tanpa banyak kata-kata.

Mengambil tempat mereka dihadapan pohon tersebut, Alice dengan cepat menarik segel dari sacred letters dengan jari di tangan kanannya dan membawa keluar «Stacia Window». Jumlah Lifenya cukup banyak, seperti yang diduga dari pohon yang membuat repot sepuluh orang laki-laki untuk menebangnya. Menggunakan kapak yang biasanya akan membuktikan ketidakefektifan pada tingkat prioritasnya.

Kembali ke kursi roda dengan berlari untuk sesaat, dia membungkuk dan membisikkan kata-kata dengan suara pelan.

"Aku minta maaf, Kirito. Aku ingin kau meminjamkanku pedangmu untuk sebentar."

Dia perlahan menyentuh sarung pedang kulit hitam dengan tangan kirinya dan merasa tangan kirinya sedikit menengang saat itu memegang pedang.

Tetapi, setelah dengan sabar melihat pada mata kosongnya, pada akhirnya kekuatan meninggalkan tangan kirinya dan suara serak keluar dari tenggorokannya.

"...Aah..."

Ini kelihatannya merupakan bagian dari ingatannya dibandingkan dengan perasaannya benar-benar tersampaikan pada dirinya. Apa yang mengendalikan Kirito sekarang bukanlah pikirannya tetapi ingatan di hatinya.

"Terima kasih."

Membisikkan kata itu, dia perlahan mengangkat pedang hitam dari tangannya. Setelah memastikan Kirito terus terdiam, dia kembali lagi menuju pohon oak platinum itu.

Tapi meski begitu, ini adalah pohon yang hebat. Meskipun itu tidak dapat dibandingkan dengan pohon besar suci yang tumbuh di sekitar ibu kota Centoria Pusat, itu pasti berumur lebih dari seratus tahun.

Alice memberikan permintaan maafnya di dalam hatinya sebelum menstabilkan pijakannya.

Kaki kanannya ke depan dan kaki kirinya ke belakang. Dia perlahan menaruh tangan kanannya pada gagang dengan kulit hitam dari «Night Sky Sword» yang tidak rata di tangan kirinya. Dia memperhitungkan jarak pohon itu dengan mata kirinya.

"Hei, hei, kau pikir kau dapat menenbang pohon oak platinum itu dengan pedang tipis itu?"

Salah seorang laki-laki meneriakkan itu dan kerumunan orang itu mendadak menjadi ribut. Pedang itu akan patah, matahari akan terbenam sebelum itu, sementara ejekan terus keluar satu demi satu, suara khawatir Nygr Barbossa tercampur di dalam itu.

"Aah, Alice, jika mungkin, aku akan merasa lebih baik jika kau dapat melakukan pekerjaanmu dalam waktu satu jam, kau tahu?"

Dia telah menebang jatuh sepuluh pohon semenjak dia memulai pekerjaan ini, tapi itu membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit hampir di setiap waktu. Alasan dibalik keterlambatan ini adalah untuk menahan kekuatannya agar mencegah menghancurkan kapak yang dipinjamnya. Tapi dia tidak perlu mengkhawatirkan itu hari ini. Night Sky Sword adalah sacred instrument yang memiliki tingkat prioritas hampir sama seperti Fragrant Olive Sword Alice.

"Tidak, itu tidak akan membutuhkan waktu selama itu."

Menjawab dengan suara yang hampir seperti beguman, Alice menggenggam gagang pedang tersebut.

"...Haah!!"

Sebuah teriakan pendek. Awan debu berputar di bawah kakinya, menghantam dengan keras di tanah, seperti suatu jenis ledakan.

Itu sudah beberapa waktu telah berlalu semenjak dia mengayunkan pedang asli, tapi untungnya, dia belum melupakan tehniknya. Tebasan horizontal dari sisi kiri dengan gerakan yang sama seperti menarik itu dari sarungnya terhunus di udara seperti petir hitam.

Laki-laki disekitarnya kelihatannya tidak mampu mengikuti kecepatan dari tebasan itu sendiri. Bahkan saat Alice berdiri dari posisi terakhirnya, dengan pedang yang sudah diayunkan tepat di depannya, mereka hanya bisa merengut dengan kebingungan.

Itu tidak ada apa-apa selain dengan lekukan yang dibuat oleh laki-laki pada permukaan batang pohon oak platinum itu, itu sama sekali tidak mengalami kerusakan lainnya—atau seperti itu yang terlihat.

Kata "Apa, dia meleset?" pada akhirnya keluar dari seseorang dan beberapa dari mereka tertawa. Alice menatap pada seseorang yang mengatakan perkataan itu dan berbicara saat dia menyarungkan pedangnya.

"Itu akan terjatuh ke arah itu."

"Hah? Apa yang kau..."

Kedua mata laki-laki itu terbuka lebar dengan keterkejutan pada saat sampai di kata-kata itu. Dia perlahan melihat pohon oak platinum itu mulai terjatuh. Teriakan keluar dari dirinya dan beberapa orang disekitarnya saat mereka berlari ke belakang.

Pohon besar itu terjatuh dengan getaran hebat dimana laki-laki itu berada sampai tiga detik lalu.

Alice bergerak ke depan batang pohon yang tertebang saat dia menghalangi asap tebal dari debu yang terangkat itu dengan tangan kanannya. Cincin pohon yang bagus itu terlihat dengan jelas pada bagian potongan yang baru saja dibuat dan bersinar seolah-olah itu telah dipoles, tapi terdapat satu bagian di ujungnya yang sedikit tidak rata.

Mungkin kemampuannya telah berkurang, atau mungkin karena tidak ada mata kanannya untuk disalahkan—Alice berpikir seperti itu saat dia berbalik ke belakang.

Bagian atas tubuhnya tanpa sadar menjadi tegak beberapa saat kemudian. Nygr Barbossa memiliki senyuman di wajahnya dan berlari ke arahnya dengan langkah berat, tangannya terbentang keluar.

Dia secara insting mengangkat pedang di tangan kirinya dan Nygr menjadi segera berhenti pada suara dentingan yang dibuat dari pertahanan tersebut. Meski begitu, senyumannya masih tersisa dan dia menaruh tangannya yang terbuka di depan tubuhnya saat dia berteriak.

"H-He...Hebat! Sungguh kemampuan yang hebat! Jink, kepala penjaga, bahkan mungkin tidak dapat sebanding dengan itu! Itu benar-benar anugerah!"

Dia berjalan satu mel lebih dekat dan melanjutkan perkataannya dengan ekspresi dipenuhi baik dengan kekaguman dan keserakahan.

"B-B-Bagaimana dengan ini, Alice. Aku akan menggandakan pembayaranmu, jadi mari tidak membuat itu menjadi sekali dalam sebulan, bantu kami sekali dalam seminggu...tidak, sekali dalam sehari!!"

Alice perlahan menggelengkan kepalanya pada Nygr yang mengusap kedua tangannya secara bersamaan dengan cepat.

"Tidak, bayaran yang aku terima sekarang lebih dari cukup."

Jika dia hendak mengayunkan Fragrant Olive Sword dan menggunakan armament full control art, itu tidak akan menjadi skala satu pohon dalam satu hari, itu sangat mungkin untuk mengubah hutan ini menjadi tidak lebih dari tanah josong sejauh mata dapat melihatnya hanya dalam beberapa menit. Tapi jika dia melakukan itu, permintaan mereka akan meratakan tanah, menghancurkan batu, dan bahkan membuat hujan.

Nuhnhnhnhnh, Nygr mengeluh dengan suara dalam sebelum akhirnya tersentak, mengedipkan matanya, setelah "tolong, pembayaranku." dari Alice.

"O-Oh, itu benar, itu benar."

Memasukkan tangannya di saku, dia mengeluarkan pembayaran seratus Shear yang sudah disetujui, satu koin perak, dari tas kulit yang terlihat berat.

Menjatuhkan itu pada telapak tangan Alice, Nygr masih bersikeras menambahkan beberapa kata.

"Bagaimana dengan ini, Alice? Aku akan membayar satu koin perak lagi, jadi bagaimana kalau kau menolak permintaan dari Redack bulan ini jika mereka meminta bantuanmu..."

Pada saat itu, ketika dia menahan helaan nafasnya dan hendak menolak permintaannya lagi.

Suara keras mencapai telinganya. Wajahnya terangkat dan melihat kursi roda tergeletak di samping dengan Kirito terlempar ke tanah di kejauhan.

"...Kirito!"

Dia mengeluarkan teriakan serak dan dengan cepat melewati Nygr.

Dia dapat merasakan keputusasaan dari Kirito saat dia mengulurkan tangan kirinya dengan perutnya terbaring di tanah. Di depan dia terdapat anak muda yang sebelumnya beristirahat, dua orang yang sedang menahan pedang yang disarungkan di sarung pedang kulit putih di tanah saat mereka berteriak dengan gembira.

"Uohh, woah, ini sangatlah berat!!"

"Karena itu gadis itu bahkan dapat menebang jatuh pohon oak platinum itu dalam satu serangan, huh?"

"Diam dan pegang dengan benar!"

Anak ketiga itu berteriak dan menggenggam gagang Blue Rose Sword dengan kedua tangannya untuk menarik itu.

Alice mendengar suara giginya bergemeretak saat itu saling bergesekan. Apa yang dilepaskan dari tenggorokannya adalah teriakan tajam.

"Kau sialan...!!"

Mulut anak laki-laki itu terbuka lebar pada saat mereka melihat ke arah Alice.

Dia berlari dalam jarak dua puluh mel dalam sekejap dan segera berhenti dengan debu yang berterbangan. Mereka bertiga melihat wajah Alice sambil mundur dengan bergemetar.

Entah bagaimana menahan emosi kemarahan yang hendak keluar dengan nafas dalam, Alice pertama membantu Kirito yang terbaring. Sementara mendudukkannya di kursi roda, dia memerintah dengan suara serak.

"Pedang itu dimiliki oleh anak laki-laki. Kembalikan itu sekarang."

Ekspresi memberontak dengan sekejap terlihat pada wajah mereka bertiga. Mulut dari salah seseorang dengan tubuh besar dan hendak menarik Blue Rose Sword menjadi melengkung dan dia menunjuk ke arah Kirito.

"Kita telah bertanya pada laki-laki ini jika kita dapat meminjamkan pedang ini, kau tahu?"

Kembali ke kursi rodanya, tangan Kiriot masih terulur ke depan menuju pedang berwarna putih murni sementara suara lemahnya keluar.

Salah seorang anak laki-laki yang memegang sarung pedang itu membengkokkan mulutnya dengan mengejek saat dia melanjutkan.

"Dan lalu, dia dengan baik meminjamkan itu pada kita. Dengan teriakan aah, aah, kau tahu?"

Orang terakhir itu mengikuti aliran pembicaraan dan tertawa dengan kata "yep, yep".

Alice tidak dapat melakukan apapun selain mengeratkan genggaman tangan kanannya pada gagang kursi roda itu. Tangan itu tanpa kesalahan ingin untuk menarik Night Sky Sword yang dipegang di tangan kirinya.

Dia pasti akan menebas keenam tangan yang menyentuh Blue Rose Sword bahkan tanpa ada sedikitpun tanda dari keraguan setengah tahun yang lalu. Integrity knights berada di atas Taboo Index dan larangannya dalam melukai orang lain. Dan sejak awal, dengan segel di mata kanannya yang sekarang telah rusak, tidak ada lagi hukum apapun yang dapat menahan Alice dalam melakukan sesuatu.

Meski begitu—

Alice menggeretakkan giginya dengan sangat keras hingga itu terasa sakit saat dia menahan dorongan yang mengalir di dalam dirinya.

Anak laki-laki ini adalah bagian dari penduduk manusia di Dunia Manusia yang Kirito dan Eugeo megorbankan hidup mereka untuk melindunginya, Dia tidak dapat melukai mereka. Tidak ada satupun dari mereka menginginkan itu.

Alice terus terdiam tanpa bergerak satu cen sekalipun selama beberapa detik. Tapi dia kelihatannya gagal untuk menyembunyikan perasaan haus darah yang memancar dari tangan kirinya. Ketiga orang itu menghapus senyuman mereka dan mengalihkan pandangan mereka, dengan ketakutan.

"...Baiklah, tidak perlu untuk memperlihatkan ekspresi menakutkan itu."

Seseorang yang paling besar itu pada akhirnya meludah dengan marah dan melepaskan tangannya dari gagang pedang itu. Dua orang yang tersisa itu melepaskan sarungnya dengan wajah yang terlihat lega, mungkin sudah mencapai batasnya dalam menahan itu. Blue Rose Sword terjatuh dengan suara berat tepat dimana dia berada.

Mendekati itu tanpa ada perkataan tambahan, membungkuk ke depan, dan dengan tenang hanya menggunakan tiga jari di tangan kanannya untuk mengangkat sarung pedang kulit putih itu. Setelah menatap anak nakal itu tepat setelah dia berbalik ke belakang, dia kembali menuju kursi roda tersebut.

Dia membersihkan tanah yang mengotori sarung pedang itu dengan ujung syalnya, lalu menaruh baik pedang hitam maupun putih itu di pangkuan Kirito yang dia peluk dengan kuat sebelum segera berhenti.

Dia menatap Nygr Barbossa secara sekilas, melihat dia kelihatannya sama sekali tidak mempedulikan keributan itu. Alice perlahan membungkukkan badannya menuju punggungnya saat dia melanjutkan teriakannya, dan lalu mendorong kursi roda itu kembali ke sisi utara melaulu jalan sempit itu.

Kemarahan yang keluar dari dalam hatinya untuk pertama kalinya untuk beberapa saat berubah menjadi perasaan tenang yang sia-sia.

Itu bukanlah pertama kalinya berpikir seperti ini semenjak dia mulai tinggal di hutan di dekat Desa Rulid. Sebagian besar penduduk desa bahkan menghindar untuk berbicara dengan Alice dan untuk Kirito yang kehilangan kepribadiannya yang dulu, mereka bahkan tidak akan memperlakukannya sebagai manusia.

Dia tidak memiliki rencana untuk menyalahkan mereka. Alice kelihatannya masih seorang kriminal yang melanggar Taboo Index bagi mereka, setelah semua. Dia merasa cukup bersyukur pada mereka memberikan persetujuan diam mereka agar dia dapat terus tinggal di dekat desa, dan menjual makanan dan kebutuhan sehari-hari.

Meski begitu, dia masih berpikir di ujung pikirannya. —Untuk apa?

Sebenarnya apa yang membuat dia menderita sangat banyak dan bertarung melawan pemimpin tertinggi, Administrator, hingga seperti ini? Pemimpin tertinggi lainnya, Cardinal, laba-laba hitam yang cerdas Charlotte, dan Eugeo kehilangan hidup mereka, Kirito kehilangan kemampuan berbicara dan emosinya, sebenarnya apa yang dilindungi setelah itu semua?

Pikiran yang terlintas itu berakhir dengan pertanyaan yang dia tidak akan pernah dapat mengatakannya.

Apakah perlu untuk melindungi orang-orang seperti Barbossa?

Keraguan itu adalah sebagian alasan yang membuat Alice melepaskan pedangnya dan tinggal di daerah terpencil ini.

Tentara sangat hebat dari daerah kegelapan semakin mendekat, sedikit demi sedikit, dibalik «Gerbang Besar Timur» di bagian ujung dari Kerajaan Eastabarieth. Itu sangat meragukan jika kelompok «Tentara Pertahanan Dunia Manusia» yang dibimbing oleh Komandan Integrity Knight Bercouli bahkan dapat diturunkan tepat waktunya. Saat Alice masih belum terbebas dari tugasnya sebagai Integrity Knight—seseorang yang mampu melakukan itu adalah pemimpin tertinggi yang sudah meninggal—mungkin dia harus bergerak cepat menuju Gerbang Besar untuk bergabung dengan mereka secepat yang dia bisa.

Tetapi, beban dari Fragrant Olive Sword yang sekarang jauh melebihi apa yang Alice dapat tahan.

Celestial World yang dia yakini sebagai asalnya sebenarnya merupaka tipuan. Gereja Axiom yang dia telah bersumpah dengan kesetiaannya dipenuhi dengan kebohongan. Tidak perlu dibilang dia sekarang mengetahui keburukan dan ketidaksopanan dari penduduk dari Dunia Manusia jauh terlalu jelas. Waktu ketika dia dapat mengayunkan pedangnya tanpa keraguan pada keadilannya sendiri dan berdoa pada dewi hanya jauh di masa lalu.

Seseorang yang sekarang Alice benar-benar ingin untuk lindungi hanya berjumlah sedikit. Ayahnya, ibunya, Selka, kakek Garitta, dan Kirito. Jika tidak ada apapun yang terjadi pada mereka, apa akan menjadi masalah jika dia mengabaikan tugasnya sebagai knight dan melanjutkan kehidupan damainya di tempat ini—?

Meninggalkan tanah kosong itu, langkah Alice berhenti tepat pada saat mereka mencapai jalan dibalik ladang gandum itu, dan dia berbisik pada Kirito.

"Dapatkah kita pergi berbelanja di desa melihat kita berada di tempat ini? Aku tidak akan membiarkan beberapa anak-anak nakal untuk menganggumu kali ini."

Tidak ada jawaban, tapi menilai kurangnya respon sebagai persetujuan, Alice mendorong kursi roda menuju ke utara.


Langit itu diwarnai dengan warna merah karena cahaya dari matahari tenggelam pada saat mereka membeli makanan untuk waktu selama satu minggu dan membayar dengan koin perak yang bernilai ratusan Shear yang dia dapatkan dan kembali menuju kabin di hutan.

Dia baru saja sampai di teras kabin ketika dia menyadari sebuah suara angin pelan mendekat. Sedikit turun dengan mendorong kursi roda itu, dia menunggu pemilik suara tersebut di bagian tengah padang rumput itu.

Apa yang membuat kemunculannya dihadapan puncak pohon, yang panjang dan gelap adalah hewan raksasa berwarna perak dengan dua sayap, leher panjang, dan sebuah ekor—naga terbang. Naga terbang Alice yang membawa mereka berdua ke sini dari ibu kota. Dengan nama, Amayori.

Naga terbang itu memutar langit tepat di atas padang rumput itu sebanyak dua kali sebelum turun secara perlahan. Menutup sayapnya dan menegangkan lehernya, dia pertama menyentuh dada Kirito dengan ujung hidungnya sebelum mengusap kepalanya pada Alice.

Pada saat mengusap sisi yang samar-samar berwarna kebiruan di bawah leher naga itu, suara rendah kururu terdengar keluar dari tenggorokannya.

"Amayori, kau menjadi sedikit gemuk. Kau terlalu banyak makan ikan yang ada di danau."

Setelah dimarahi dengan senyuman samar-samar, itu menghela nafas melalui hidungnya seolah-olah merasa malu, membalikkan tubuhnya yang panjang, dan berjalan menuju sarang yang berada di sisi timur kabin. Itu berbaring di atas sarang yang dibuat dari rumput kering tebal yang diletakkan di situ, memutar lehernya hingga sampai ke kepala.

Setengah tahun lalu, Alice melepaskan kekang kulit yang terpasang pada kepala Amayori dan melepaskan art pengikat pada hari dimana dia memutuskan membangun kabin di padang rumput ini. Dan dia bahkan sampai memberitahu bahwa itu sudah bebas sekarang dan kembali menuju sarang naga terbang di kerajaan barat, tapi naga terbang itu sama sekali tidak berusaha untuk meninggalkan Alice.

Membuat sarang dengan rumput yang dikumpulkan sendiri, naga itu bermain di hutan dan menangkap ikan di danau pada saat siang hari, tapi akan kembali di malam hari tanpa pengecualian. Meskipun tidak adanya sacred art yang mengikat sifat sombong, dan brutal yang dimiliki naga dan membuat itu berada di bawah perintah knight, itu masih misteri bagaimana dia tidak kembali ke tempat itu berasal.

Itu dapat dikatakan, dia hanya merasa lega bahwa Amayori, yang selalu bersama dengannya semenjak dia menjadi Integrity Knight, akan terus bersamanya melalui keinginannya sendiri, jadi dia sama sekali tidak berusaha untuk mengusirnya. Penduduk desa melihat naga itu terbang di suatu waktu kelihatannya meruapakan salah satu dari penyebab reputasi buruk dari Alice diantara mereka, tapi dia merasa tidak ada gunanya untuk terganggu dengan itu sekarang.

Setelah memberitahu Amayori salam sebelum tidur saat itu mulai mendengkur dengan suara pelan di atas rumput kering, Alice mendorong kursi roda itu ke dalam kabin.

Untuk makan malam, dia membuat sup dengan kacang yang berbenuk setengah lingkaran dan bakso. Kacang itu terasa sedikit keras dan bakso itu sama sekali tidak berbentuk sama, tapi itu kelihatannya memiliki rasa yang cukup baik. Normalnya, itu tidak seperti Kirito memberikan pendapatnya melalui perkataannya. Dia hanya mengunyah dan menelannya, seperti yang berasal dari ingatannya, kapanpun sendok kecil itu memasuki mulutnya.

Dia memikirkan bagaimana itu akan terasa baik jika dia mengetahui makanan kesukaannya dan tidak disukainya setidaknya, tapi dia menyadari bahwa dia hanya memiliki percakapan yang normal dengan anak laki-laki ini bahkan tidak lebih dari satu hari setelah memikirkan tentang itu. Selka yang tinggal bersamanya di gereja hanya pada saat dua tahun lalu, tapi dia hanya mengingat dia tidak memilih-milih dan menikmati apapun yang disajikan. Dia berpikir, itu juga, itu seperti dirinya yang dulu.

Itu terjadi setelah dia menggerakkan Kirito, yang mampu untuk menghabiskan sup itu setelah beberapa saat, pada samping kompor kecil bersamaan dengan kursi dan mencuci peralatan makan di wastafel, menyusun itu semua di tempat pengering.

Amayori yang biasanya tertidur sampai fajar tiba-tiba mengeluarkan teriakan dengan suara pelan rururuu diluar jendela.

Tangannya yang tersentak berhenti bergerak dan dia menajamkan pendengarannya. Suara yang tidak cocok dengan musim ini tercampur dengan angin malam yang berhembus melalui hutan, seperti angin musim dingin. Suara, seperti sayap besar, tipis yang terbang melawan angin

"......!"

Melompat keluar dari dapur, dia memastikan bahwa Kirito masih terus terdiam di kursi sebelum membuka pintu masuk itu. Menajamkan pendengarannya lagi, dia menduga suara angin yang mendekat, dan dengan segera pergi menuju halaman yang ada di depan, dan melihat ke arah atas pada langit malam.

Sosok hitam itu turun dengan posisi spiral dengan latar langit yang dipenuhi dengan bintang tanpa kesalahan berasal dari naga terbang. Dia melihat ke arah timur padang rumput hanya untuk memastikan, tetapi normalnya, Amayori masih merangkak di sarangnya saat dia melihat ke atas langit.

"Mungkinkah itu..."

Pada saat dia hendak kembali untuk mengambil pedangnya, setelah berpikir bahwa itu mungkin adalah Darkness Knight dari Dark Territory yang melewati Puncak Barisan Pegunungan, dia melihat sisik naga terbang bersinar perak dalam cahaya bulan. Dia sedikit mengurangi ketegangan di bahunya. Integrity Knight dari Gereja Axiom adalah satu-satunya yang menaiki naga terbang dengan sisik perak bahkan jika seseorang mencarinya di seluruh dunia.

Itu dapat dikatakan, itu masih terlalu cepat untuk merasa lega. Siapa sebenarnya yang akan terbang di daerah terpencil ini, dan untuk alasan apa? Apakah perdebatan mengenai eksekusi pengkhianat Kirito, bahkan masih berlajut selama setengah tahun ini dan katedral akhirnya mengirimkan seseorang untuk melakukan eksekusi tersebut?

Mungkin merasakan ketegangan Alice, Amayori merangkak keluar dari sarangnya sebelum mengangkat kepalanya dengan tinggi dan berteriak sekali lagi. Tetapi, nada dalam, menakutkannya dengan segera menghilang, diganti dengan suara tinggi, kyuun yang merendahkan diri.

Alice, juga, mengetahui itu dengan segera.

Naga terbang yang mendarat di bagian selatan dari padang rumput setelah berputar sebanyak tiga kali memiliki warna bulu yang sama seperti Amayori yang tumbuh di sekitar lehernya. Itu tidak lain, saudara tertua dari Amayori, naga bernama Takiguri. Dengan kata lain, seseorang yang mengendarai itu adalah—

Alice memanggil dengan nada kaku pada knight yang memakai armor perak yang mendarat di tanah dengan gerakan elegan.

"...Untuk berpikir bahwa kau akan menemukan tempat ini. Ada keperluan apa sampai kau berada di tempat ini, Eldrie Synthesis Thirty-one?"

Satu-satunya Integrity Knight yang memiliki jumlah angka yang lebih banyak dibandingkan dengan Alice, yang merupakan nomor tiga puluh, tidak segera berbicara dan sebagai gantinya, pertama dia membungkuk dengan dalam dengan tangan kanannya berada di dadanya.

Meluruskan tubuhnya, dia perlahan melepaskan helmnya. Rambut ungu muda yang berkilauan terurai dengan angin malam dan penampilan tampannya dengan ciri khas perkotaan terlihat. Dengan suara tinggi, halus, yang jarang bagi seorang laki-laki—

"Ini sudah lama, masterku, Alice-sama. Kecantikanmu tidak menghilang meskipun telah berganti pakaian. Aku tidak dapat melakukan apapun selain untuk dengan segera bertemu denganmu, master, dengan botol alcohol dari koleksiku yang berharga pada saat membayangkan keindahan dari kecantikanmu di bawah sinar bulan yang mulia di malam ini."

Tangan kirinya yang berada di belakang punggungnya terulur ke depan dan itu adalah botol wine [3]!!"

Alice menghela nafas saat dia menjawab perkataan orang yang kelihatannya memandang dia sebagai masternya.

"...Aku sangat senang bahwa lukamu sudah sembuh, tapi aku melihat kepribadianmu sama seperti biasanya. Aku baru saja menyadarinya, tapi cara bicaramu sedikit sama dengan Kepala Pemimpin Chudelkin."

Membalikkan punggungnya pada Eldrie yang mengeluarkan suara pelan ugh, dia berjalan menuju kabin.

"E-Erm, Alice-sama..."

"Aku akan mendengar kata-katamu di dalam jika itu penting. Jika tidak, tuangkan winemu untuk dirimu sendiri dan kembalilah ke ibu kota."

Alice segera menatap ke arah saudara naga itu yang bertemu kembali setelah setengah tahun, Takiguri dan Amayori, yang dengan bahagia mengendus kepala satu sama lain, lalu kembali ke dalam kabin dengan cepat.

Eldrie, yang dengan patuh mengikutinya, memeriksa keadaan pada kabin sempit itu dengan pandangan yang ingin tahu sebelum pandangannya terpaku pada Kirito yang melihat ke bawah di samping kompor. Tetapi, dia sama sekali tidak mengatakan apapun mengenai pemberontak yang pernah sekali bersilangan pedang denganya dan dengan cepat berlari ke meja dan menarik kursi untuk Alice.

"......"

Itu terlihat menggelikan untuk berterima kasih padanya, jadi dia justru menghela nafas dan duduk di kursi itu. Eldrie duduk di arah berlawanan dari Alice tanpa bertanya dan menaruh botol wine itu di meja. Wajahnya menjadi muram pada saat pandangan mereka bertemu secara langsung, kelihatannya menyadari perban hitam yang masih menutupi mata kanan Alice. Ekspresi itu dengan segera menghilang, bagaimanapun juga, dengan hidung Eldrie tersentak saat dia mengangkat wajahnya.

"...Kelihatannya terdapat suatu aroma yang ada di tempat ini, Alice-sama. Di sisi lain, aku masih belum sempat memakan makanan malam dikarenakan perjalanan yang aku lakukan terlalu cepat."

"Di sisi lain? Bahkan sejak awal, apa yang mendorongmu untuk membawa wine daripada sebuah ransum ketika terbang menuju daerah terpencil ini dari bu kota pusat?"

"Aku bersumpah pada tiga dewi bahwa aku tidak akan pernah memakan makanan kering, dan tidak berarturan itu selama hidupku. Jika aku harus memuaskan perutku dengan itu, akau akan lebih baik kelaparan dan menyerahkan Lifeku..."

Alice berdiri dari kursi tanpa mendengar alasan aneh dari Eldrie hingga akhir. Berjalan menuju dapur, dia menyajikan sisa sup dari panci metal yang ada di kompor pada piring kayu dan kembali ke meja.

Eldrie menatap pada mangkuk yang ditaruh dihadapan matanya dengan campuran dari kegembiraan dan kecurigaan.

"......Maafkan aku dengan pertanyaan yang mendadak, tapi mungkinkah ini dibuat oleh tangamu, Alice-sama...?"

"Hm, ya, itu benar. Kenapa menanyakan itu?"

"......Tidak, aku hanya merasa gembira hari ini, yang dimana aku dapat ikut serta dengan masakan yang dibuat masterku, lebih banyak dibandingkan dengan berkah dengan beberapa posisi pedang yang tersembunyi."

Memegang sendok dengan ekspresi gugup, dia membawa kacang itu menuju mulutnya.

Alice bertanya sekali lagi pada Eldrie yang mulutnya bergerak saat dia mengunyah

"Dan lalu, bagaimana kau dapat menemukan tempat ini? Tidak ada art yang dapat mencapai sejauh ini dari ibu kota pusat...dan aku sangat sulit untuk mempercayai Integrity Knight Order dapat mengirimkan naga terbang di setiap area hanya untuk mencariku saja dalam situasi sekarang."

Eldrie tidak memberikan jawaban untuk saat ini, berguman dengan komentar seperti "jadi ini tidak terlalu buruk, setelah semua." saat dia bersemangat menggerakkan sendoknya, tapi pada akhirnya dia mengangkat wajahnya dari piring yang sekarang kosong, lalu mengusap mulutnya dengan sapu tangan yang dia ambil dari suatu tempat sebelum melihat lurus kearah Alice.

"Aku datang megikuti, ikatan nasib yang menghubungkan kita, Alice-sama...Atau seperti itu yang ingin aku katakan, tapi sayangnya, ini sama sekali kebetulan saja."

Tangan kanannya terbuka dengan cepat dalam gerakan yang menyombongkan diri.

"Laporan mengenai goblin dan orc yang menyelinap di malam hari datang dari knight yang telah pergi menuju Puncak Barisan Pegunungan. Gua di utara, selatan, dan barat telah dihancurkan di bawah perintah Komandan Integrity Knight, tapi masih ada kemungkinan bahwa mereka bersikeras menggali itu, aku datang untuk memastikan masalah itu."

"...Gua...?"

Alice mengerutkan alisnya.

Diantara jalan masuk yang melewati Puncak Barisan Pegunungan gua di selatan, barat, dan salah satu yang sangat dekat dengan Desa Rulid, gua utara, yang sedikit sempit, menutup jalan masuk pada orcs dan giants yang memiliki badan besar pada tentara kegelapan. Karena itu, dia memperkirakan tentara musuh akan berkumpul di «Gerbang Besar Timur», tapi Komandan Integrity Knight Bercouli telah meruntuhkan tiga gua itu dengan segera pada saat memubuat perintah itu sebagai jaminan.

Itu adalah alasan yang tepat kenapa Alice membangun rumah rahasia di daerah ini, tapi situasi akan berubah jika musuh akan menggali melalui gua itu. Desa Rulid akan berubah dari daerah pebatasan yang damai menjadi garis depan medan perang dimana pertempuran akan pertama kali terjadi.

"Dan jadi...Apakah kau memastikan pergerakan dari tentara kegelapan?"

"Meskipun aku terbang di sekitar gua itu selama sehari penuh, aku bahkan tidak melihat satupun goblin, lupakan orc."

Eldrie sedikit mengangkat bahunya dan melanjutkan.

"Mungkin mereka salah mengira sekelompok hewan sebagai kekuatan militer."

"...Apa kau mengecek di dalam gua itu?"

"Normalnya, aku melihat dari sisi Dark Territory, tapi itu telah terkubur dengan batu sampai langit-langit. Mereka mungkin akan membutuhkan tentara berjumlah besar untuk menggali itu...Lalu Takiguri dengan aneh memberontak ketika aku menarik kekang untuk kembali ke ibu kota pusat. Aku membiarkannya terbang dan itu turun tepat lurus menuju tempat ini. Sejujurnya, aku sangat terkejut. Ini merupakan sebuah kebetulan...tidak, mungkin ini adalah panduan dari nasib setelah semua."

Setelah mengatakan bahasa vulgar pada perkataan yang diucapkan beberapa saat lalu, Eldrie memperlihatkan wajah tegas seorang knight dan melanjutkan. "Aku wajib melaporkan bahwa aku mendapati kesempatan untuk bertemu denganmu dalam kesempatan yang khusus ini. Alice-sama...Tolong kembalilah pada Integrity Knight Order! Dibandingkan dengan bantuan ribuan orang, apa yang kita butuhkan adalah pedangmu!!"

Alice perlahan mengarahkan pandangannya ke bawah seolah-olah menghindari pandangan kuat knight itu.

Dia tahu.

Dia mengetahui retakan pada dinding yang melindungi Dunia Manusia mulai hancur. Dan kesulitan Komandan Integrity Knight Bercouli dan Tentara Pertahanan yang baru terbentuk akan menderita jika bersandar pada itu.

Alice tidak akan pernah dapat membayar hutangnya pada Komandan Integrity Knight untuk perlindungan dan ajarannya, dan dia masih belum kehilangan perasaan kesatuannya dengan Integrity Knight Order, termasuk Eldrie. Itu dapat dikatakan, itu tidak cukup untuk membuat dia bergabung dengan pertempuran.

Kekuatan adalah kekuatan yang berasal dari tekad seseorang. Alice menyadari kebenaran itu melalu pertarungan di katedral. Jika kekuatan tekad dapat membuat seseorang membalikkan perbedaan hebat dalam kemampuan bertarung, seperti Kirito pada saat itu, maka itu dapat diubah menjad sacred instrument terkuat juga—

"...Aku tidak dapat melakukannya."

Alice perlahan menjawab.

Suara tajam Eldrie terdengar sekali lagi.

"Kenapa."

Tanpa menunggu jawabannya, pandangannya, tajam seperti cambuk, mengarah pada anak laki-laki yang duduk di kursi di samping kompor itu.

"Apa ini untuk anak laki-laki itu? Apakah hatimu masih disesatkan, Alice-sama, oleh anak laki-laki yang melarikan diri dari penjara katedral, dan mengarahkan pedangnya yang berbahaya pada banyak knight, Kepala Pemimpin, dan bahkan pemimpin tertinggi yang suci? Jika seperti itu, aku akan menebas sumber keraguanmu tepat sekarang juga."

Satu mata Alice menatap pada Eldrie saat dia menaruh kekuatan pada tangan kanannya yang memegang ujung meja itu.

"Hentikan!"

Meskipun satu kalimat itu dikatakan dengan volume suara yang tertahan, knight itu masih menegakkan bagian atas tubuhnya pada saat mendengar itu.

"Dia, juga, hanya bertarung demi keadilan yang dia percayai. Jika tidak, bagaimana dia dapat mengalahkan Integrity Knight, yang seharusnya dikatakan sebagai seorang yang terkuat, dan bahkan Wakil Komandan Integirty Knight? Kau seharusnya mengetahui beban dibalik pedangnya, setelah saling menyilangkan pedang secara langsung."

Sword Art Online Vol 15 - 086.jpg

Bahkan saat kerutannya menyatu secara bersamaan di dekat batang hidungnya, Eldrie perlahan melepaskan kekuatan di bahunya. Dia merendahkan pandangannya ke meja sementara berguman pada dirinya.

"...Memang benar, aku, juga, mengetahui bahwa itu sulit untuk diterima bahwa rencana Administrator-sama mengubah setengah penduduk manusia menjadi tentara tidak berjiwa dengan pedang tulang. Dan tanpa anak laki-laki itu...Kirito dan partnernya, Eugeo, itu mungkin tidak akan seorangpun menghentikan rencana itu untuk diwujudkan. Tidak perlu dibilang jika itu seperti yang Bercouli-dono katakan, seseorang yang memandu dua orang itu adalah seseorang yang pernah sekali sebanding dengan Administrator-sama, sebagai pemimpin tertinggi lainnya, Cardinal-sama, aku akan sangat sulit untuk menunjukkan kejahatan Kirito. Tetapi...Jika seperti itu, aku bahkan mengetahui bahwa itu sulit untuk diterima!!"

Seolah-olah mengeluarkan apa yang selalu ditahan di dalam hatinya, Eldrie berteriak.

"Jika kemampuan pemberontak, Kirito, bahkan melebihi kita sebagai Integrity Knight seperti yang kau katakan, Alice-sama, kenapa dia tidak berdiri mengambil pedangnya dan bertarung?! Kenapa dia sampai berubah menjadi kondisi menyedihkan ini dan terus menahanmu di daerah terpencil ini?! Jika dia membunuh Administrator-sama agar dapat melindungi penduduk manusia, maka bukankah dia seharusnya berlari menuju Gerbang Besar Timur pada saat ini?!!"

Perkataan Eldrie, seolah-olah seperti memuntahkan api, tidak menunjukkan tanda-tanda mencapai hati Kirito juga. Matanya yang setengah tertutup tidak mencerminkan apapun selain dari cahaya yang bergetar dari bara api di kompor.

Keheningan berat, yang terjadi terus menerus itu akhirnya terpotong dengan suara tenang Alice.

"...Aku minta maaf, Eldrie. Aku sama sekali tidak mampu untuk pergi denganmu, setelah semua. Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan keadaan Kirito...Aku sudah kehilangan kekuatanku untuk mengayunkan pedangku. Aku bahkan ragu jik aku dapat bisa saling bersilangan pedang denganmu sekarang."

Kedua mata Eldrie terbuka dengan cepat seolah-olah dia terkejut. Wajah knight yang sombong itu berkerut seperti anak laki-laki muda.

Wajah itu menunjukkan senyuman yang menahan kepasrahan di saat itu.

"...Aku mengerti. Kalau begitu aku sama sekali tidak memiliki apapun lagi untuk dikatakan..."

Perlahan mengulurkan tangan kanannya, dia mulai mengucapkan sacred art. Pengucapan cepat yang mengikuti itu menciptakan dua crystal elements dan mengganti bentuknya menjadi gelas wine yang tipis.

Mengambil botol wine dari meja, dia menjentikkan penutup botol gabus yang keras itu hanya dengan ujung jarinya. Dia sedikit menuangkan cairan merah tua pada kedua gelas dari botol itu sebelum menaruh itu di meja.

"...Jika aku mengetahui kita akan membuat perpisahan satu sama lain dengan wine ini, aku akan membawa wine yang sudah berumur dua ratus tahun dari Kerajaan Timur dalam koleksiku."

Eldrie mengangkat salah satu gelas itu, meminumnya dengan satu tegukan, dan perlahan menaruh itu di meja. Dia segera membungkuk dan berdiri, mantel putih murninya berkibar.

"Aku mengucapkan perpisahanku di sini, master. Bimbinganmu pada ilmu pedang dan art akan selalu tidak kulupakan selama Eldrie hidup."

"...Itu semua yang terbaik. Aku akan mendoakan keselamatanmu."

Perlahan mengangguk kembali pada Alice yang mampu mengatakan perkataan itu melalui mulutnya entah bagaimana, Integrity Knight itu melangkahkan sepatu besinya pada lantai saat dia berjalan pergi. Alice tidak dapat melakukan apapun selain mengalihkan pandangannya dari punggungnya yang dipenuhi dengan harga diri yang tidak tergoyahkan.

Pintu itu terbuka dan tertutup. Sebuah teriakan keras datang dari Takiguri di halaman depan, diikuti dengan suara kepakan sayap. Suara Amayori, yang berasal dari hidungnya merasa enggan untuk berpisah dengan saudaranya, menusuk hati Alice.

Meskipun suara kepakan itu menghilang di kejauhan tidak lama kemudian, Alice terus duduk tanpa bergerak.

Tepat sebelum Life dari gelas yang terbuat dari crystal elements menghilang, dia perlahan mengangkat salah satu gelas itu ke mulutnya dengan ujung jarinya. Wine pertama yang dia rasakan selama setengah tahun ini meninggalkan rasa yang jauh lebih pahit dan asam dibandingkan dengan manis di lidahnya, Dua gelas kosong itu tersebar menjadi cahaya pudar pada saat itu hancur beberapa detik kemudian.

Dia mendorong penutup botol gabus pada botol itu, meskipun itu sudah kosong, dan berdiri. Bergerak menuju kompor, dia memanggil Kirito yang masih duduk dengan diam.

"...Aku minta maaf, kau pasti lelah. Ini sudah jauh melewati waktu tidur yang biasanya, setelah semua. Sekarang, sudah waktunya kita tidur."

Perlahan menepuk bahunya dengan tangannya untuk membuat dia berdiri, dia lalu memandunya menuju kamar tidur yang terhubung dengan ruangan itu. Dia mengganti jubah hitamnya dengan pakaian tidur yang tidak berwarna sebelum membaringkannya di tempat tidur dekat jendela.

Bahkan pada saat membawakan selimut yang terlipat di dekat kakinya dan menutupi hingga sampai lehernya dengan itu, mata Kirito hanya masih terus setengah terbuka, masih menatap ke arah langit-langit tanpa berkedip.

Ruangan itu dipenuhi dengan kegelapan biru pucat setelah dia meniup lampu[4] yang ada di dinding. Dia duduk di samping Kirito dan perlahan mengusap dadanya yang kurus dan bahunya yang hanya ada tulang selama beberapa menit, kelopak matanya hanya tertutup pada saat itu, seolah-olah suatu sumber kekuatan dari dirinya telah terputus.

Dia menunggu sampai nafas Kirito yang tertidur menjadi stabil sebelum meninggalkan tempat tidur dan mengganti pakaiannya menjadi pakaian tidur untuk dirinya. Kembali ke ruang tamu, dia memeriksa Amayori di jendela, lalu mematikan dua lampu yang ada dan kembali ke kamar tidur.

Dia mengangkat selimut yang ada di tempat tidur dan menyelinap ke samping Kirito saat kehangatan samar-samarnya menyelimuti tubuhnya.

Meskipun menutup matanya biasanya akan membiarkan dia untuk segera tertidur tanpa ada jeda, rasa kantuknya kelihatannya tidak ada untuk hari ini.

Mantel putih menyilaukan yang berkibar pada punggung Eldrie saat dia pergi masih tetap terlihat di dalam kelopak matanya, menusuk matanya.

Harga diri yang sama itu seharusnya masih memenuhi dirinya di hari-hari itu. Ketetapan hati yang tidak tergoyahkan yang keluar melalui tubuhnya sebagai energi untuk melindungi Dunia Manusia, penduduknya dan kekuasaaan Gereja Axiom dengan pedangnya.

Tetapi, setiap bagian dari energi itu telah meninggalkan dirinya.

Dia memiliki pertanyaan untuk Eldrie—untuk mantan muridnya. Sebenarnya apa yang membuatmu masih bertarung, sekarang baik gereja dan pemimpin tertinggi telah diketahui sebagai kebohongan?

Tapi dia tidak dapat menanyakan itu. Tidak ada satupun Integrity Knight yang mengetahui seluruh rencana mengerikan pemimpin tertinggi selain dari Bercouli dan dirinya. Bahkan Eldrie tidak mengetahui fakta bahwa «bagian ingatannya» dan «orang yang paling disayanginya», diubah menjadi bagian dari sword golem, terus berada di lantai tertinggi yang tersegel.

Karena itu, dia masih mempercayai konsep Gereja Axiom. Dia masih menunggu, berharap, hari dimana tiga dewi akan mengirimkan pemimpin tertinggi baru menuju katedral untuk memberikan bimbingan mutlak pada mereka.

Tapi apa yang harus dia lakukan, sebagai seseorang yang menyadari dewi dan Celestial World merupakan kebohongan besar?

Itu benar-benar dapat dimengerti, tapi Komandan Integrity Knight Bercouli harus menyembunyikan setengah kebenaran itu dari knight agar mempersiapkan diri pada perang yang akan datang. Keraguan yang ada di dalam hatinya akan tersebar pada knight lainnya jika dia ada di sana.

Tidak ada seorangpun yang mengetahui jika Tentara Pertahanan yang dibentuk dengan terburu-buru akan dapat mengusir serangan yang terkordinasi dari tentara kegelapan. Jika mereka menembus melalui Gerbang Besar Timur, monster yang haus darah akan menyerbu menuju desa terpencil ini cepat atau lambat. Apakah tidak ada cara lain untuk menghindari bencana ini—sebuah suara tertentu terlintas kembali di pikiran Alice setiap kali dia memikirkan itu.

Dua kalimat yang berasal dari layar kristal misterius setelah pertarungan melawan pemimpin tertinggi, sebelum Kirito terjatuh.

— Pergilah menuju Altar Ujung Dunia.

—Berjalanlah lurus ke depan setelah kau keluar dari Gerbang Besar Timur.

Dia sama sekali tidak memiliki ingatan dari nama ini, «Altar Ujung Dunia» dalam Pengucapan Suci. Tetapi, dia mengetahui apa yang dapat ditemukan pada saat keluar dari Gerbang Besar Timur. Hutan belantara dari Dark Territory, tanah menghitam seperti abu dan langit berwarna darah terbentang keluar. Baik berjalan maju maupun melarikan diri bukanlah tugas yang mudah pada saat seseorang melangkahkan kakinya di sana.

Bahkan jika dia menghadapi kesulitan yang sangat besar untuk mencapai altar itu, apa yang menunggunya di tempat itu? Apakah benar-benar ada seseorang—atau sesuatu—yang mampu melindungi penduduk dari Dunia Manusia dari kekuatan kegelapan...?

Alice memiringkan kepalanya di atas bantal dan menatap pada anak laki-laki yang terbaring di sisi lain dari tempat tidur itu.

Menyelinap melalui selimut itu, dia bergerak ke samping Kirito. Mengulurkan tangannya setelah sedikit keraguan, dia menempel pada dirinya seperti anak-anak yang ketakutan terhadap mimpi buruk.

Tidak peduli bagaimana kerasnya Alice menarik tubuh kurus menyedihkannya lebih dekat, anak laki-laki yang membuat hatinya bimbang dengan kuat yang setara dengan api sama sekali tidak menunjukkan reaksi. Denyut nadinya terus berdetak dengan lambat, kelopak matanya yang tertutup benar-benar tidak bergerak. Dia...tidak, itu mungkin bukanlah apapun selain dari cangkang kosong dengan jiwanya yang telah terbakar.

Jika pedangnya sekarang berada di tangan kanannya—

Dia dapat mengakhiri itu semua, menusukkan dua hati mereka yang saling bersentuhan agar menjadi satu.

Pikiran sesaat itu mengalir keluar dari mata Alice sebagai air mata dan terjatuh di leher Kirito.

"Beritahu aku, Kirito...Apa yang harus aku lakukan..."

Tidak ada jawaban yang datang untuk pertanyaannya.

"Apa...yang harus aku lakukan....."

Cahaya bulan yang bersinar dari celah tirai yang tersambung dan menghilang di dalam air mata yang terus mengalir.

Bagian 2

Keesokan harinya, di hari kedua puluh dua dari bulan kesepuluh, penurunan suhu di musim gugur telah tiba.

Membatalkan waktu jalan-jalan mereka, Alice dan Kirito menghabiskan waktu di samping perapian. Pada awalnya sebelum musim dingin yang sebenarnya telah tiba, dia ingin untuk mempersiapkan sejumlah besar kayu bakar saat kakek Garitta telah mengajarkannya untuk melakukan itu, tapi untuk sekarang itu kelihatannya tidak diperlukan lagi.

Itu membutuhkan seluruh hari penuh untuk menuliskan hanya dua buah kertas yang digunakan sebagai surat. Setelah menyelesaikannya, Alice merasakan keraguan untuk sesaat, dan menuliskan "Schuberg" dalam Pengucapan Umum, lalu menuliskan "Synthesis Thirty" dalam Pengucapan Suci.

Dia dengan hati-hati melipat surat itu, memasukkannya ke dalam dua amplop, menuliskan nama Selka pada salah satu surat itu, lalu meninggalkan surat lainnya di meja untuk kakek Garitta.

Itu adalah surat perpisahan dan permintaan maaf. Karena rumah yang ada di hutan telah ditemukan oleh Integrity Knight Eldrie, mereka tidak dapat lagi tinggal di sana. Berikutnya, itu bukan lagi Eldrie tapi Integrity Knight Bercouli yang akan datang. Alice tidak akan dapat membuat dirinya yang sekarang untuk mengatakan hal yang sama pada gurunya sendiri dalam ilmu pedang, ketika waktunya tiba.

Jadi mereka hanya dapat melarikan diri.

Setelah mengeluarkan nafas panjang, Alice mengangkat kepalanya dan melihat anak laki-laki berambut hitam yang duduk di sisi lain dari meja tersebut.

"Hei, Kirito. Dimanakah tempat yang kau ingin untuk pergi? Dataran tinggi di daerah utara sangatlah indah, kau tahu. Atau apakah hutan di daerah selatan jauh lebih baik? Bahkan aku belum pernah pergi ke tempat itu."

Meskipun dia menanyakan itu dengan suara yang lebih hidup dibandingkan dengan biasanya, Kirito benar-benar tidak merespon seperti biasanya.

Mata hitam itu dengan diam melihat ke arah meja. Fakta bahwa dia harus merawat luka dari anak laki-laki ini dengan hidup mengembara telah menyakiti hati Alice. Tapi dia tidak dapat meninggalkannya. Dia tidak dapat melepaskan keinginan tidak masuk akal dari murid sister Selka, dan Alice memiliki keinginannya sendiri juga. Sekarang, merawat Kirito adalah hampir sebagian besar alasan Alice untuk hidup.

"...Lupakan itu, mari kita biarkan tujuannya dipilih oleh Amayori. Baiklah...ini sudah telat, mari kita tidur. Kita harus bangun lebih cepat pada keesokan harinya."

Setelah mengganti pakaian Kirito dan membaringkannya ke bawah, dia mengganti pakaiannya menjadi pakaian tidur, mematikan lampu itu, dan menaiki tempat tidur itu.

Dia berbaring di dalam kegelapan dengan matanya yang tertutup selama beberapa menit, dan ketika nafas Kirito menjadi lebih dalam dan lambat di sampingnya, Alice membaringkan tubuhnya.

Dia menyandarkan kepalanya pada dada mulus dari anak laki-laki itu. Di samping telinganya terdengar detak jantung yang lambat namun stabil.

Hati Kirito sudah tidak lagi ada di sini. Detak jantung itu berdetak namun hanya bergema di masa lalu.

Dalam waktu berbulan-bulan semenjak dia terus tidur disampingnya sepanjang malam, Alice telah berpikir seperti itu, Tapi di saat yang sama, dia merasa bahwa detak jantung yang dalam dan stabil ini, masih terdapat—sesuatu yang masih tersisa.

Jika Kirito yang sekarang dalam kondisi «hati yang normal tapi tidak dapat mengekspresikan apapun», lalu cukup bagaimana dia dapat menjelaskan perbuatannya sekarang, Alice berpikir saat dia perlahan tersenyum dan mendekat, perlahan memasuki dunia mimpi.

Tiba-tiba, tubuh disampingnya sediki bergemetar.

Membuka kelopak mata beratnya dengan sulit, Alice melihat ke arah jendela timur, tapi langit yang terlihat melalui celah di gorden itu masih berwarna hitam legam. Menilai berdasarkan perasaannya, dia hanya tertidur selama dua atau tiga jam.

Kirito menegangkan tubuhnya sekali lagi dengan ketakutan.

"Ini masih malam...Mari kita tidur lagi..."

Alice mengatakan itu dengan pelan.

Dia menutup matanya sekali lagi, mengusap bahu Kirito dan bersiap untuk tidur dengannya lagi, tapi suara pelan yang dia dengar akhirnya membuat Alice mengetahui terdapat sesuatu yang salah dengan anak laki-laki ini.

"Ah...ah..."

"Kirito...?"

Kirito yang sekarang memperlihatkan keinginannya sendiri. Hawa dingin biasa, rasa lapar, atau sesuatu seperti itu seharusnya tidak akan dapat membangunkannya. Tapi anak laki-laki itu bergemetar lebih kuat, menendang selimut seolah-olah dia ingin untuk turun dari tempat tidur.

"Apa ada yang salah...?"

Ini sama sekali tidak normal, apakah dia mendapatkan kembali pemikirannya lagi? Alice berpikir seperti itu saat dia melompat ke arahnya dan secara langsung menciptakan luminous element bahkan tanpa menyalakan lampu.

Pupil di mata anak laki-laki itu yang samar-samar diterangi oleh cahaya putih sama sekali tidak memperlihatkan perubahan dari sebelumnya sama sekali dan mencerminkan kegelapan hampa yang sama, Alice merasa sedikit depresi. Tapi, apakah itu—

Pada saat itu, teriakan keras terdengar dari luar jendela.

"Guruuu, guruuu!"

Itu adalah teriakan yang berasal dari Amayori, yang seharusnya tertidur di ujung dari padang rumput itu. Teriakan tajam yang terdengar sangat keras seolah-olah itu hendak memberikan peringatan kepada masternya.

Alice melompat ke lantai, berlari dari kamar tidur menuju ruang tamu dan membuka pintu dengan keras. Angin malam yang membeku itu bertipu, tapi aroma normal dari angin hutan itu membawa sedikit aroma yang aneh. Ini adalah...Sesuatu yang terbakar...?

Dia berjalan dengan tanpa alas kaki menuju teras dan melihat ke arah langit dengan mata terbuka lebar. Dia terkejut.

Langit di sebelah barat—telah terbakar.

Sebuah cahaya merah yang menakutkan tidak dapat diragukan adalah pantulan dari api yang sangat besar. Menyipitkan matanya, dia dapat melihat beberapa bangunan di depan dipenuhi dengan asap hitam.

Kebakaran?!

Meskipun dia telah memikirkan itu dalam sekejap, Alice dengan segera menolak pemikiran itu. Melalui angin yang terbakar terdengar suara pelan dari benda metal saling berhantaman dan—teriakan.

Sebuah serangan musuh.

Tentara yang berasal dari Dark Territory telah menyerang Desa Rulid.

"...Selka..."

Teriakan serak keluar dari Alice saat dia berlari keluar dair dalam rumah. Lalu dia hanya bisa berdiri tanpa bisa bergerak.

Dia harus menyelamatkan saudara perempuannya tidak peduli apapun yang terjadi.

Tapi...Bagaimana dengan penduduk desa lainnya?

Jika dia hendak mencoba untuk menyelamatkan semua orang, dia akan secara langsung berhadapan dengan tentara kegelapan. Tapi apakah dia masih memiliki kekuatan itu sekarang?

Sumber kekuatan dari «Integrity Knight Alice» di masa lalu adalah kesetiaan mutlaknya terhadap Gereja Axiom. Kepercayaannya telah dihancurkan bersama dengan mata kanannya, dapatkah dia masih mengayunkan pedangnya dan menggunakan sacred art?

Alice yang terdiam itu mendengar—

Sebuah suara keras terdengar dari dalam rumah.

Dia berbalik ke belakang dengan terkejut dan melihat ke arah itu. Di sana terdapat kursi yang terjatuh dan anak laki-laki di samping itu, merangkak di lantai.

"...Kirito..."

Pada saat mantanya terbuka lebar, Alice dengan cepat berlari kembali ke dalam rumah itu dengan kaki yang berkeringat.

Mata Kirito masih belum memperlihatkan keinginannya. Tapi apa yang dia maksudkan dengan perbuatan pelannya sangatlah jelas.

Dia mengulurkan tangan kirinya lurus menuju tiga pedang yang tergantung di dinding.

"Kirito...kau..."

Alice merasakan gumpalan panas terangkat dari tengorokan dan dadanya. Dia mengetahui bahwa pandangannya menjadi samar-samar dan terdistorsi karena air matanya sendiri.

"...Ah...Ah..."

Mengeluarkan suara serak, Kirito bergerak tanpa henti menuju pedang itu. Alice mengusap air matanya denga kuat, berlari menuju anak laki-laki itu, dan lalu menahan tubuhnya yang lemah ke atas.

"Aku tahu...Jangan khawatir, aku akan pergi. Aku akan menyelamatkan semua orang. Kau cukup menunggu di sini dan beristirahat."

Suara menjadi lebih pelan, Alice memeluk Kirito dengan erat.

Thump, thump. Dadanya berdetak dengan sangat kuat.

Jauh di dalam hatinya tidak ada apapun yang tersisa selain tekadnya, meskipun itu hanya seperti api yang lemah, itu sudah pasti ada di sana. Sekarang, Alice dapat secara jelas menyadari hal ini.

Setelah dengan erat menekan pipinya pada anak laki-laki itu, Alice mengangkat tubuh lemah itu di atas kursi.

"Aku akan menyelamatkan mereka dan segera kembali."

Lalu dia segera mengambil armor dan sarung pedang yang tergantung di langit-langit dan memakai itu di atas pakaian tidurnya. Tanpa ada keraguan, dia segera berlari ke dinding timur dan menggenggam pedang kesayangannya.

Fragrant Olive Sword yang dia tidak pernah genggam selama setengah tahun benar-benar sangat berat, tapi Alice memasukkan itu ke dalam sarung pedangnya tanpa ada jeda dan menahannya dengan penjepit. Dia mengambil mantel dan mengenakan itu, memasukkan kaki di sepatu besinya dan berlari ke teras sekali lagi.

"Amayori!"

Dengan satu teriakan, bayangan besar bergerak cepat ke arahnya dan merendahkan kepalanya.

Alice memanjat pada leher panjangnya dan memerintah dengan suara keras.

"Pergilah!"

Whoosh! Mengepakkan sayap peraknya, naga itu segera berlari dan melayang di udara.

Setelah sampai di ketinggian tertentu, pemandanga menyedihkan dari Desa Rulid terlihat di pandangan Alice. Api hitam yang membakar itu sebagian besar berasal dari sisi utara dari desa itu. Seperti yang diduga, penyerang itu telah datang dari «Puncak Barisan Pegunungan».

Kemarin malam, Eldrie telah memastikan bahwa semua keadaan telah normal di «Gua Utara» yang telah dihancurkan di bawah perintah Bercouli, jadi mereka harus menggerakkan sejumlah besar reruntuhan itu dalam satu hari. Jika memang seperti itu, tentara yang dikerahkan setidaknya berjumlah dua puluh.

Di waktu dulu, terdapat beberapa kelompok pengintai yang memasuki gua tersebut dengan berlari di sepanjang Puncak barisan Pegunungan, merencanakan untuk menyerang Dunia Manusia. Kirito dan Eugeo telah mengatakan, sebelum mereka pergi menuju ibukota Centoria Utara, mereka telah bertarung melawan kelompok goblin di Gua Utara. Tapi dia tidak pernah mendengar dalam skala besar, lupakan pergerakan yang terlihat. Dengan melihat dari itu, seluruh Dark Territory telah bersiap untuk melancarkan serangan terhadap Dunia Manusia...

Saat Alice memikirkan itu, Amayori terbang di atas hutan dengan kecepatan penuh, mencapai langit di atas ladang gandum di perbatasan Rulid.

Tanpa ada tali kekang, Alice menggunakan tangannya untuk mengusap bagian atas leher dari naga tersebut agar dapat memberi sinyal untuk berhenti.

Alice berbaring di atas dan menatap ke bawah. Dia dapat melihat secara jelas, menyerang desa dari arah utara, bayangan dari beberapa penyerang di jalanan yang ramai itu. Tentara yang bertubuh pendek seharusnya adalah goblin yang lincah. Tidak jauh dibelakang, orc tinggi itu bergerak.

Tentara garis depan sudah sampai pada garis pertahanan sementara yang disusun dengan peralatan rumah dan kayu di sisi utara dari alun-alun pusat. Pedang putih terlihat berhantaman di sekitar penghalang itu.

Berhadapan dengan penyerang itu adalah penjaga desa. Tapi apakah itu jumlah, peralatan, atau pengalaman, mereka sama sekali tidak sebanding dengan pasukan goblin. Jika itu terus berlanjut, dengan segera teriakan seperti gempa bumi terdengar dari belakang, dinding yang perlahan mendekat dari orc raksasa akan tiba dan dalam sekejap akan menghancurkan perlawanan itu.

Alice menggeretakkan giginya dan bertarung melawan dorongan untuk segera menyerbu menuju pertarungan itu, sebaliknya memeriksa keadaan sekitar sekali lagi.

Api telah membakar jalanan timur dan barat, tapi alun-alun dan sisi selatan kelihatannya baik-baik saja. Sepertinya penduduk desa yang bukan bagian dari penjaga—tentu saja, itu akan termasuk Selka—telah mengungsi melalui gerbang selatan menuju hutan.

Alice menatap ke arah alun-alun pusat dan terguncang.

"Kenapa...?!"

Di alun-alun tepat di depan gereja terdapat ribuan orang. Dia tidak menyadari itu sebelumnya dikarenakan jumlah yang sangat besar. Itu seharusnya adalah populasi seluruhnya dari penduduk desa di Rulid.

Kenapa mereka tidak mengungsi keluar dari desa?

Pada saat kekuatan utama dari penyerang itu mencapai garis pertahanan utama, penjaga itu akan dengan segera tersebar. Itu bahakan sudah terlalu telat untuk mulai bergerak.

Melupakan keinginannya sendiri, Alice menerbangkan naganya di atas alun-alun desa dan berteriak.

"Amayori, bersiaplah sampai aku memanggilmu!"

Dengan satu nafas, dia melompat dari ketinggian sepuluh mel. Mantelnya berkibar oleh angin, dia menjatuhkan diri lurus ke bawah menahan udara malam yang dingin.

Formasi melingkar dari tiga ratus penduduk desa mungkin berencana untuk membuat posisi bertahan untuk beberapa saat, laki-laki yang memegang cangkul dan arit ditempatkan disekitar perbatasan, disamping dua orang dengan kuat memerintah mereka, Alice mendarat di tanah dengan suara yang menusuk telinga.

Batu bata di bawah sepatu besinya perlahan menjadi retak. Meskipun guncangan dari hantaman itu mengalir dari ujung kakinya menuju bagian atas kepalanya, sedikit mengurangi Lifenya, Alice menarik lebih banyak perhatian pada dirinya.

Dua laki-laki—Nigel Barbossa dan Kepala Desa Rulid Gasupht Schuberg—mengeluarkan tubuh mereka dari kerumunan untuk bereaksi pada bayangan yang turun secara tiba-tiba.

Alice melihat ke arah wajah ayahnya dan merasakan sedikit kekesalan di dalam hatinya, namun menghiraukan keheningan secara tiba-tiba itu dan berteriak.

"Tempat ini tidak dapat dipertahankan! Kumpulkan semua orang dan mengungsi melalui jalanan selatan sekarang!"

Mendengar suara dinginnya, dua laki-laki itu memperlihatkan keterkejutan yang lebih besar dan masih tetap terdiam.

Tapi beberapa detik kemudian, balasana datang dari perkataan kasar Barbossa.

"Apa yang kau katakan! Untuk kita meninggalkan rumah kita...Meninggalkan desa dan melarikan diri?!"

Kepada petani yang hidup berkecukupan itu, Alice membalas dengan mengatakan.

"Kita masih dapat pergi sebelum goblin itu mengejar kita! Hartamu atau hidupmu, diantara keduanya manakah yang jauh lebih penting?!"

Sebagai ganti dari Barbossa yang terdiam, Kepala Desa Gasupht mengatakan itu secara gugup dengan suara pelan.

"Kepala penjaga, Jink, memerintahkan kita untuk membentuk lingkaran pertahanan di alun-alun. Dalam situasi seperti ini, bahkan sebagai Kepala Desa, aku haya dapat mengikuti perintah dari kepala penjaga."

Sekarang giliran Alice yang menjadi terdiam.

Pada saat penyerangan, seseorang dengan sacred task kepala penjaga secara sementara akan mengambil kendali penuh pada semua orang, ini sudah jelas berdasarkan paragraf yang tertulis dalam Hukum Dasar Kerajaan Norlangarth Utara.

Tapi kepala penjaga yang dipanggil Jink adalah anak laki-laki muda yang mewarisi posisi itu dari ayahnya. Dalam situasi seperti in, Alice berpikir bahwa itu tidak masuk akal untuk menganggap Jink dapat dengan tenang membuat keputusan dan perintah, wajah Gasupth mempelihatkan perasaan frustasi yang dalam, tapi itu sudah dipastikan bahwa Kepala Desa memikirkan hal yang sama.

Tapi tidak peduli apapun yang terjadi, Hukum Kerajaan bersifat mutlak pada penduduk desa. Untuk dengan segera memulai evakuasi, Jink, yang mungkin masih memimpin pertarungan di garis pertahanan di utara, harus ditarik kembali dan dipaksa mengganti perintahnya. Tapi tidak peduli bagaimana Alice memikirkan itu, tidak ada waktu yang tersisa untuk itu.

Tapi apa yang seharusnya dia lakukan. Apa yang seharusnya—

Pada saat itu, Alice, yang masih berdiri tanpa bergerak, mendengar teriakan pelan namun penuh dengan tekad.

"Lakukan seperti yang nee-sama katakan, ayah!"

Dia berbalik dengan terkejut. Dalam kerumunan itu, terdapat sister muda yang lemah yang menggunakan sacred art untuk merawat penduduk desa yang kelihatannya menderita luka bakar.

"...Selka!"

Ini sangat membahagiakan, semua baik-baik saja. Sebelum Alice dapat melangkah menuju saudara perempuan kesayangannya, Selka selesai merawat semua penduduk desa, segera berdiri, dan berjalan melalui kerumunan menuju mereka bertiga.

Dia tersenyum pada Alice dan berbicara pada Gasupht, wajahnya menjadi tegang.

"Ayah, bahkan semenjak kita masih muda, apakah nee-sama pernah melakukan kesalahan? Tidak, dan bahkan aku mengetahui itu. Jika terus seperti ini, semua orang akan terbunuh."

"Tapi...tapi..."

Gasupht kehilangan kata-katanya dengan ekspresi menyedihkan. Kumisnya sedikit gemetar dan pandangannya terus berada di satu tempat.

Sebagai ganti dari Kepala Desa yang terdiam itu, Barbossa berteriak sekali lagi.

"Anak kecil seharusnya menutup mulutnya!! Kita harus melindungi desa kita!"

Mata merahnya mengarah menuju bangunan yang berdiri tidak jauh dari alun-alun, rumahnya sendiri. Lebih tepatnya, dia lebih melihat tumpukan dari simpanan gandum yang baru saja dipanen dan gudang emas yang menyimpan itu selama lebih dari satu tahun.

Melihat ke arah Alice dan Selka, Barbossa tiba-tiba berteriak dengan kata-kata yang tidak terduga.

"Sial...Jadi seperti ini, aku mengerti, aku mengerti! Seseorang yang menarik monster kegelapan dari tanah kegelapan menuju desa ini adalah kau, Alice!! Kau telah dikotori oleh kekuatan kegelapan ketika kau melewati Puncak Barisan Pegunungan, bukan!! Penyihir...Perempuan ini adalah penyihir!"

Pada saat ditunjuk dengan jari gemuknya, Alice kehilangan kata-katanya. Suara dari penduduk desa yang berbicara diantara mereka saja, suara pedang yang saling berhantaman di garis pertahanan, dan teriakan monster yang berasal dari sisi utara perlahan menjadi reda.

Ini sudah beberapa bulan semenjak Alice tinggal diluar desa, dia telah membantu Barbossa menebang jatuh pohon raksasa tidak terhitung jumlahnya. Setiap waktu, laki-laki ini berterima kasih dengan sikap melecehkan. Tapi, hanya demi melindungi kekayaannya sendiri, dia dapat mengatakan sesuatu seperti itu, apa maksud dari hal itu—

Alice mengalihkan pandangannya dari laki-laki jelek dengan ekspresi seperti setengah Orch dan berguman dengan suara pelan di dalam hatinya.

—Mungkin, kalian semua seharusnya melakukan seperti yang kalian inginkan.

—Aku tidak perlu memaksakan diriku seperti ini. Aku hanya bisa mengambil pergi Selka, kakek Garitta, orang tuaku dan Kirito dan meninggalkan desa ini untuk menemukan rumah baru yang jauh dari tempat ini.

Dia menggeretakkan giginya dengan erat dan menutup matanya.

Tapi Alice terus berpikir secara keras.

—Tapi kebodohan Nygr Barbossa dan penduduk desa lainnya yamg diperlihatkan, diciptakan oleh peraturan Gereja Axiom selama beratus-ratus tahun.

Dibawah Taboo Index, mereka menggunakan tidak terhitung hukum dan peraturan untuk membatasi orang-orang, memberikan kedamaian seperti air hangat yang sementara tanpa henti mengambil apa yang terpenting.

Itu adalah, kemampuan untuk berpikir, dan kemampuan untuk bertarung.

Dalam waktu yang terasa seperti selama-lamanya, dimana kekuatan tidak berbentuk itu tersimpan?

Itu hanya terdapat pada tiga puluh satu Integrity Knights.

Menghirup dan menghela nafas secara dalam, Alice membuka secara paksa matanya seperti tali yang terputus.

Dia melihat Barbossa terkejut saat menjatuhkan tangan kanannya, wajahnya kehilangan warnanya seolah-olah dia ketakutan terhadap sesuatu.

Itu berbalik dengan Alice, yang tubuhnya dipenuhi dengan kekuatan yang sangat besar. Api pucat yang tenang namun sangat membakar. Itu adalah apa yang dia pikir bahwa dia telah kehilangan itu dalam pertarungan di lantai tertinggi di Katedral Pusat—kekuatan yang membuat Kirito, Eugeo, dan Alice memberontak melawan Pemimpin Tertinggi dari Dunia Manusia.

Setelah mengambil nafas dalam, Alice menyatakan.

"...Aku akan menarik kembali perintah dari kepala penjaga Jink. Aku memerintahkan kalian semua, bubarkan formasi ini dengan segera, seseorang dengan senjata, pimpinlah jalan untuk mengungsi menuju hutan selatan."

Meskipun suara itu sangatlah jelas, Barbossa tersentak seolah-olah diserang dengan sesuatu. Bahkan meskipun begitu, keberaniannya dalam membantah dengan suara bergetar patut dipuji.

"Pada...Pada kekuasaan apa, kau dapat mengatakan itu, gadis kecil yang diasingkan, mengatakan seperti itu..."

"Kekuasaan knight."

"Kn...Apa maksudmu dengan knight?! Tidak ada sacred task seperti itu di desa ini! Kau hanya mengetahui bagaimana mengayunkan pedang, dan kau dengan angkuh memanggil dirimu sebagai knight, jika knight di ibu kota pusat mengetahui itu, kau tidak akan dimaafkan..."

Menatap pada Barbossa yang menjadi berguman, Alice perlahan mengenggam pelindung bahu kanannya dari armornya dengan tangan kirinya.

"Aku...Namaku Alice. Aku, Integrity Knight ketiga puluh dari Gereja Axiom, yang mengawasi seluruh Centoria, Alice Synthesis Thirty!"

Dia berteriak dengan keras, dan melemparkan mantelnya.

Saat kain berat itu terlempar keluar, armor emasnya dan Fragrant Olive Sword dalam sekejap memperlihatkan warna dari api yang terbakar, bersinar dengan cahaya menyilaukan.

"Apa...I-I-Integrity Knight...?!"

Nada suara Barbossa benar-benar berubah dan dia terjatuh ke belakang pada punggungnya. Mata Gasupht terbuka lebar.

Gelar Alice sama sekali bukan kebohongan. Ini karena, di dunia ini, tidak ada manusia yang mampu menipu sebagai seorang Integrity Knight–seperti itu, karena memiliki kekuasaan dari Gereja Axiom. Satu-satunya orang yang dapat melawannya adalah Kirito dan Eugeo, tapi bahkan jika dia melarikan diri dari ibu kota pusat menuju tempat ini, itu bukan berarti Alice akan menyerahkan pedangnya yang memastikan statusnya sebagai knight.

Penduduk desa yang ribut itu dengan segera menjadi tenang. Suara dari hantaman pedang di garis pertahanan yang ada di utara, dan teriakan dari penjaga dan goblin itu perlahan mereda.

Seseorang yang pertama kali memecah keheningan itu adalah suara pelan Selka.

"Nee...sama...?"

Mengarahkan padangannya pada saudara perempuannya, yang mendekap tangannya di depan dadanya, Alice memperlihatkan senyuman indah.

"Maaf karena aku merahasiakan ini darimu, Selka. Ini adalah hukumanku yang sebenarnya. Di saat yang sama, ini adalah—tugasku yang sebenarnya."

Air mata mengalir dan keluar dari mata Selka.

"Nee-sama...Aku...Aku selalu mempercayai itu. Nee-sama tidak akan pernah menjadi seorang kriminal. Ini...benar-benar indah..."

Seseorang yang bergerak berikutnya adalah Gasupht.

Berlutut dengan suara keras, kepala desa itu berteriak dengan suara keras.

"Aku akan mematuhi perintahmu, Integrity Knight yang terhormat!"

Berdiri dengan cepat, dia berbalik menuju penduduk desa yang berada di belakangnya dan memperbesar suaranya.

"Semua orang berdiri!! Seseorang dengan senjata, tunjukan jalan menuju gerbang selatan!! Pada saat kau keluar dari desa, berlarilah menuju perbatasan hutan selatan!"

Diantara kerumunan yang duduk itu, keributan mulai tersebar. Tapi itu hanya untuk sesaat. Tidak ada penduduk desa yang tidak akan mematuhi perintah kepala desa, yang juga berasal dari Integrity Knight.

Dengan segera, petani yang terus melindungi garis perbatasan itu berdiri secara bersamaan, dan melindungi perempuan, anak-anak dan orang tua di dalam batas itu membentuk satu barisan. Gasupht bergabung dengan kelompok pemandu, mengambil cangkul berkarat untuk dirinya. Alice menatap pada matanya dan mengatakan itu dengan suara pelan.

"Ayah, tolong jagalah semua penduduk desa...Selka, dan ibu."

Mata Gasupht yang penuh dengan tekad menjadi bimbang untuk sesaat, dan dengan ragu-ragu menjawab.

"......Tolong tetaplah selamat, Integrity Knight yang terhormat."

Ayahnya sekarang tidak akan pernah menyebut Alice sebagai anak perempuannya. Ini adalah harga untuk kekuatan yang diberikan. Saat Alice mengubur itu di dalam ingatannya, dia perlahan mendorong punggung Selka, mendesak untuk bergerak ke samping Gasupht.

"Nee-sama...Tolong jangan terlalu memaksakan diri."

Tersenyum dan mengangguk pada saudara perempuannya yang menangis. Alice berbalik dan melihat ke arah utara.

Di saat yang sama, penduduk desa mulai bergerak.

"Ah...ahhh...Rumah...Rumahku..."

Merintih dengan ekspresi menyedihkan, Nigel Barbossa terus duduk di tanah. Matanya mengarah diantara penduduk desa yang berlari dan rumahnya yang hendak diselimuti dengan api. Silahkan jika kau ingin menjaga dirimu sendiri, pikir Alice saat dia berkosentrasi pada penduduk desa lainnya.

Meskipun penduduk desa telah berhasil bergerak, terdapat setidaknya 300 orang. Itu akan membutuhkan waktu untuk semua orang untuk meninggalkan desa ini, tapi garis pertahanan itu sudah hampir runtuh, dan langkah kaki dari musuh yang bergerak dari timur dan barat mendekat.

Tiba-tiba teriakan anak laki-laki datang dari alun-alun utara.

"Tidak! Lari! Lari—!"

Suara tersebut kedengarannya berasal dari kepala penjaga Jink. Mendengar itu, Barbossa tiba-tiba merengut pada Alice dengan kekuatan yang didapatkan kembali.

"K...Kau lihat!! Kita seharusnya tetap ada di sini dan bertahan!! Kita akan mati! Semua orang akan mati!!"

Alice mengangkat bahunya dan dengan tenang membalas.

"Tenanglah, aku dapat menggunakan ruangan bebas yang baru dibuat ini untuk bertarung. Aku akan melindungi tempat ini."

"Mustahil! Bagaimana kau dapat mampu mengatakan sesuatu seperti itu?! Bahkan...Bahkan jika kau Integrity Knight sebenarnya, sisi lain memiki banyak monster, apa yang dapat dilakukan oleh satu orang?!"

Bayangan dari goblin dan orc yang menyerang dari timur dan barat sekarang terlihat dan Barbossa masih berkata kasar. Menghiraukan dia lagi, Alice berputar dan meliat ke belakangnya, bahkan meskipun barisan dari penduduk desa masih memanjang hingga alun-alun, sekarang adalah jarak yang cukup jauh darinya.

Alice menggenggam kerah Barbossa dan melemparnya ke selatan, lalu menunjuk ke arah langit malam dan dengan keras memanggil naga kesayangannya.

"Amayori!"

Dengan segera, teriakan tajam berasal dari langit. Tangan Alice terayun dari timur ke barat, dan dia berteriak.

"—Bakarlah semuanya!"

Badai angin yang disebabkan sayap tersebut turun dari langit, Barbossa dan demi-human yang tidak normal—goblins yang berlari menuju alun-alun melihat ke atas.

Bayangan sayap melesat melewati langit berwaran merah dengan api, naga raksasa turun dari arah timur dan membuka mulutnya dengan lebat. Dari dalam tenggorokannya, cahaya putih pucat bersinar—

Whoosh!

Dari jalanan barat, api panas menebas melalui alun-alun pusat di depan Alice yang berdiri dan Barbossa yang duduk, memotong di jalanan timur. Dalam sekejap.

Api mengerikan yang menyala dan meledak di langit malam. Goblin yang terselimuti dengan itu terlempar ke udara, berteriak.

Sword Art Online Vol 15 - 113.jpg

Api naga itu dalam sekejap menghancurkan setidaknya dua puluh penyerang menguapkan air di air mancur yang ada di bagian tengah alun alun itu, uap putih menyelimuti keadaan sekitar. Alice memberi sinyal pada Amayori yang melewatinya untuk bersiap lagi, dan memeriksa keadaan di belakang.

Barbossa terbaring di batu bata seolah-olah dia menjadi membatu, matanya seolah-olah hendak keluar dari lubangnya.

"Ap...Ap...seekor naga...seekor naga...?!"

Saat Alice memikirkan tentang bagaimana dia membuat ekspresi tegang dari wajah orang tua itu menghilang, seperti memisahkan uap itu, penjaga Rulid yang memakai armor kulit itu berlari dari utara. Melarikan diri lebih awal terbukti menjadi pilihan yang penting, saat penjaga yang berjumlah kira-kira sepuluh orang menderita luka, tapi kelihatannya tidak ada yang mengalami luka berat.

Anak laki-laki tinggi yang berlari di belakang, kepala penjaga Jink, melihat alun-alun kosong dan berteriak.

"Di-dimana penduduk desa itu pergi?! Bukankah aku memberitahu mereka untuk tetap di sini dan bertahan?!"

"Aku memerintahkan mereka untuk melarikan diri menuju hutan selatan."

Alice menjawab seperti itu. Jink mengedipkan mata seolah-olah dia baru saja menyadarinya dan melihat dia dari atas ke bawah sebanyak beberapa kali.

"Kau adalah...Alice...? Kenapa kau...?"

"Tidak ada waktu untuk menjelaskan. Apa semua penjaga ada di sini? Apakah masih ada seseorang yang tertinggal di belakang?"

"Ah... ahh, tidak, seharusnya tidak ada..."

"Baiklah, kalau begitu pergilah dengan orang lainnya. Ahh, tolong bawalah Barbossa-san bersama denganmu juga."

"T-tapi...mosnter itu tepat berada di belakang kita..."

Bahkan sebelum dia memiliki waktu menyelesaikan perkataannya—

"Giiiii!"

Teriakan serak memenuhi alun-alun.

"Dimanakah mereka pergi—! Dimanakah Iums putih pergi—!"

Menyerbu keluar dari uap yang ada di alun-alun adalah goblin, memakai armor metal yang berkarat, menggenggam pedang kasar yang menyerupai lembaran logam, dan memakai bulu panjang di kepala mereka. Dari penampilan mereka, mereka bukan berasal dari suku yang sama seperti kelompok yang baru saja dibakar oleh api Amayori, dan mereka jauh lebih terlatih.

Alice mengambil nafas dengan dalam dan mengenggam gagang pedangnya dengan tangan kanannya. Naga itu tidak dapat mengulangi nafas apinya. Sampai Amayori dapat mengumpulkan lagi thermal elements yang cukup, Alice harus menghadapi kekuatan utama dari tentara musuh seorang diri.

Salah satu goblin itu menyadari Alice yang mengenakan armor emas, dan warna dari perasaan haus darah dan nafsu terlihat di matanya yang bersinar emas saat dia berteriak.

"Gihii!! Gadis ium! Bunuh diaaa! Bunuh dia dan makan diaa!!"

Dengan tenang menghadapi demi-human yang menyerbu lurus ke arahnya sementara mengayunkan parangnya dengan tangannya yang benar-benar panjang, Alice berguman di dalam hatinya.

—Sungguh kekuatan mengerikan yang telah diberikan padaku. Keberadaanku benar-benar sebuah dosa.

Tubuh ini sebagai Integrity Knight.

"Gyaa——!!"

Parang berat itu terayun ke bawah saat dia melompat dan ditangkap oleh Alice yang dengan hati-hati mengulurkan tangan kirinya. Meskipun dia merasakan hantaman yang sangat kuat melalui telapak tangannya, itu tidak menghancurkan tulangnya maupun menggores kulitnya. Menggenggam pedang tumpul itu dengan lima jarinya, dia menghancurkan itu seolah-olah itu tidak lebih dari es tebal.

Bahkan sebelum bagian metal itu, rusak dan tersebar dengan jauh terlalu mudah, dan terjatuh ke tanah, Fragrant Olive Sword sudah ditarik oleh tangan kanannya dan menebas garis horizontal melalui badan goblin itu.

Cahaya emas yang menyilaukan dari pedang itu menyapu tiga goblin yang mendekat dari belakang dan menghempaskan kumpulan uap padat juga dalam waktu singkat. Bola mata emas dari empat tentara musuh itu terbuka lebar, seolah-olah tidak menyadari apa yang telah terjadi, sementara bagian atas tubuh mereka terpisah dengan bagian bawah tubuh mereka sebelum mereka dapat mengeluarkan satu kata, terjatuh secara kasar di tanah. Menghindari darah yang menyembur beberapa saat kemudian, dia berguman di dalam hatinya sekali lagi.

—Pemimpin Tertinggi Administrator. Kau salah, setelah semua.

—Kau mengumpulkan semua kekuatan ini hanya pada tiga puluh Integrity Knight dan membuat mereka menjadi boneka tanpa ada keinginan mereka sendiri.. Kau berpikir untuk menggenggam semua kekuatan yang seharusnya dibagi merata pada penduduk dari Dunia Manusia melalui itu. Tetapi, kekuatan yang sama sekali tidak dibagikan hanya berperan sebagai kebohongan dan tipuan baik pada pemiliknya dan seseorang yang ada di sekitarnya. Seperti bagaimana kau telah diberi dengan kekuatan hebat itu dan kehilangan perasaan manusiamu...

Kesalahan itu sekarang tidak dapat diperbaiki lagi dengan kematian Pemimpin Tertinggi.

Karena itu, setidaknya, dia harus mengeluarkan setiap kekuatan itu untuk penduduknya.

Tidak sebagai Integrty Knight dari Gereja Axiom, tapi sebagai satu swordswoman, dia harus berpikir dengan pemikirannya sendiri dan bertarung dengan tekadnya sendiri. Seperti bagaimana swordsman pemberani itu telah lakukan.

Mata kanannya yang tertutup selama mengayunkan pedang, Alice membuka itu dengan ketetapan hatinya.

Di saat yang bersamaan, garis pertahanan yang secara terburu-buru dibangun di bagian utara alun-alun itu dihancurkan menjadi bagian kecil dari sisi lainnya.

Unit utama dari penyerang itu menyerbu ke dalam seolah-olah memenuhi jalanan utama yang luas itu. Goblin yang berjumlah lebih dari lima puluh dan ditemani, meskipun berjumlah lebih sedikit, orcs yang bertubuh besar, dengan berbadan gemuk tertutupi dengan armor besi tebal, dengan setiap dari mereka memiliki trisula[5] di tangannya.

Pada saat melihat mereka yang mata emasnya bersinar, kemerah-merahan, dan teriakan yang dipenuhi dengan kebencian dan keinginan, rintihan keputusasaan keluar dari Jink, penjaga lainnya, dan Nygr Barbossa.

Tapi hati Alice sangat tenang.

Dia tidak mengandalkan bakat pertarungan yang dia dapatkan sebagai Integrity Knight. Bahkan tidak mungkin knight dapat terbebas dengan luka ringan jika mereka dikelilingi dengan jumlah seperti ini dan ditusukkan oleh tombak mereka.

Apa yang diberikan pada kekuatan Alice adalah kesadaran yang baru.

—Aku akan bertarung untuk apa, yang diriku, cari dari sekaraang. Aku akan bertarung untuk melindungi saudara perempuanku dan orangtuaku, bersamaan dengan penduduk Dunia Manusia yang Kirito dan Eugeo ingin lindungi.

Alice dengan jelas merasakan keraguan yang tersisa di dalam dirinya dan perasaan dari kegagalannya menghilang menjadi cahaya putih jauh di dalam hatinya. Cahaya itu keluar dari dalam dirinya, akhirnya berkumpul di mata kanannya, tertutupi oleh penutup mata berwarna hitam, dan menciptakan panas yang sangat kuat.

".........!"

Dia menggeretakkan giginya saat dia menahan rasa sakit yang sangat kuat yang menembus lubang dari matanya dari bagian belakang kepalanya. Tapi rasa sakit itu entah bagaimana terasa sangat merindukan, atau menenangkan hati. Alice menggenggam perban yang berada di kepalanya dengan tangan kirinya dan melepaskan itu secara bersamaan.

Kelopak mata kanannya yang telah tertutup semenjak hari itu yang hampir lebih dari setengah tahun yang lalu perlahan terbuka. Cahaya merah yang tersebar dari bagian pusat dari penglihatan gelapnya dan pada akhirnya berubah menjadi api menyilaukan. Pandangan rumah yang terbakar dengan api saling terpisah dan perlahan-lahan mendekat menjadi satu—akhirnya tergabung menjadi satu.

Alice melihat ke arah kain hitam yang digenggam di tangan kirinya dengan kedua matanya.

Kirito membuat penutup mata, berubah warna karena dicuci berkali-kali, dengan merobek itu dari pakaiannya. Kain yang terus melindunginya selama berbulan-bulan bahkan semenjak mata kanannya meledak bersama dengan segel itu mungkin akhirnya telah mencapai akhir dari Lifenya saat itu mulai menghilang dari ujungnya saat menghilang di udara. Alice menjadi tersadar sementara menatap pada pemandangan indah, selama sekilas.

Dia berpikir bahwa dia menjaga Kirito yang telah kehilangan tangan kanannya dan hatinya selama setengah tahun ini. Tetapi, dia sebenarnya justru seseorang yang dilindungi.

"...Terima kasih, Kirito."

Menekan kain hitam itu di mulutnya dengan segera sebelum itu benar-benar menghilang, dia berkata dengan suara pelan.

"...Aku baik-baik saja sekarang. Aku kelihatannya masih akan kebingungan, khawatir, dan menjadi putus asa di masa depan...tapi aku akan terus maju. Untuk kita berdua mencapai tujuan kita."

Kepalanya terangkat ke atas pada saat kain itu menghilang.

Kedua matanya menatap pemandangan yang jelas dari hampir ratusan goblin dan orc yang mengeluarkan berbagai macam teriakan saat mereka menyerbu ke depan. Suara langkah kaki melarikan diri dari penjaga dan Nygr Barbossa bergema dari belakang.

Tidak ada ketakutan yang ada di dalam hati Alice saat dia berhadapan dengan tentara musuh seorang diri.

Menghirup secara dalam udara dengan aroma terbakar, dia berteriak.

"—Aku adalah knight dari Dunia Manusia, Alice!! Tidak ada darah atau pembantaian yang kalian inginkan akan terjadi sementara aku berdiri di sini!! Kembalilah ke tanahmu melalui gua dimana kalian datang dalam sekejap!!"

Seolah-olah terpengaruh teriakan halus, dan jelasnya, goblin yang berlari secara langsung sedikit berkurang kecepatannya. Tetapi, orc raksasa di bagian tengah dari kelompok itu, mungkin pemimpinnya, dengan segera mengayunkan kapak dua tangan dengan teriakan mengerikan.

"Graaahh!! «Moricca Pemotong Kaki» disini akan membuat seorang gadis ium kecil akan berlutut tidak lama kemudian!!"

Suara itu memberikan kekuatan pada goblin. Alice menetapkann sebagian besar jarak diantara dia dan tentara musuh yang menyerbu seperti gelombang hitam yang sangat besar—

"Amayori!"

Bayangan raksasa dengan cepat menukik dari langit pada saat dia memanggil namanya. Meskipun thermal elements yang dikumpulkan masih belum cukup untuk menembakkan sinar panas untuk saat ini, naga terbang itu mengintimidasi demi-humans dengan tubuhnya dan teriakan kerasnya sementara dengan cepat melayang di atas kepala mereka. Kegelisahan dari tentara musuh yang terdiam jauh lebih meningkat dibandingkan dengan sebelumnya.

Tidak membiarkan kesempatan itu menjadi sia-sia, Alice mengangkat Fragrant Olive Sword yang digenggam tangan kanannya dan berteriak.

"—Enhance armament!!"

Itu sudah setengah tahun semenjak dia terakhir mengucapkan perkataan dari «armament full control art», tidak perlu dibilang bagaimana dia memendekkan pengucapan dari art itu, tapi pedang kesayangan Alice merespon pada tekadnya. Pedang emas itu terbagi menjadi kelopak kecil yang tidak terhitung jumlahnya dengan suara metal yang jelas dan melayang di langit malam sementara memantulkan cahaya api.

"Tersebarlah—bunga!"

Badai emas dari bunga itu menyerbu menuju tentara musuh dengan tidak terhitung tebasan cepat.

Monster pertama yang diselimuti dengan percikan darah adalah pemimpin orc yang memanggil dirinya Moricca. Seluruh tubuhnya tertusuk dengan banyak kelopak bunga, dalam sekejap menghabiskan Lifenya, dan dia terjatuh ke tanah dengan suara keras. Orc di sekitarnya, juga, terjatuh ke tanah dengan teriakan satu demi satu.

Fragrant Olive Sword adalah sacred instrument diantara sacred instrument dengan pohon tertua yang tumbuh di bagian tengah Dunia Manusia sebelum dunia itu dimulai sebagai sumbernya. Seperti nama lainnya, «Keabadian yang Terus ada», maksudkan, bahkan ketika terbagi menjadi ratusan kelopak bungan melalui armament full control artnya, setiap kelopak itu memiliki prioritas yang sebanding dengan pedang terkenal yang ditempa oleh pengrajin. Armor besi kasar yang tersusun tidak mungkin dapat bertahan melawan itu.

Penyerang itu menjadi gelisah karena kehilangan kekuatan utama mereka, termasuk pemimpin mereka, dalam sekejap. Gerakan menyerbu itu menjadi lebih lemah tidak lama kemudian dan menjadi berhenti pada jarak sepuluh mel dari alun-alun.

Alice dengan cepat mengayunkan tangan kanannya yang menggenggam gagang pedangnya pada goblin yang berbaris di depan, kebingungan entah untuk mengeikuti keserakahan atau ketakutan mereka. Ratusan kelopak bunga melayang di udara dengan tebasan cepat, membetuk garis vertical yang membatasi antara Alice dan tentara musuh.

Alice mengatakan pernyataan dengan suara lemah sementara menatap pada demi-humans melalui pagar yang bersinar emas.

"Ini adalah dinding yang memisahkan Dunia Manusia dan Dark Territory. Bahkan jika kalian menggali pada gua itu, kalian tidak akan dapat mengotori dunia ini selama para knight masih hidup. Pilihlah—untuk maju dan mati di tengah lautan darah, atau melarikan diri dan kembali menuju tanah kegelapan!!"

Bahkan tidak sampat lima detik berlalu sebelum tentara goblin itu berbalik kembali dengan kekuatan hebat.

Bagian 3

Sebuah gema dari palu yang dipukul terdengar di udara dan langit biru, secara jelas di musim dingin.

Alice mengangkat tangannya ke dahinya dan melihat Desa Rulid yang melingkar menjulang tinggi dibalik ladang gandum.

Hari ini bertepatan dengan satu minggu telah berlalu semenjak serangan tentara kegelapan.

Banyak rumah yang dibangun di bagian utara dari desa telah terbakar, tapi dengan pilihan kepala desa untuk menahan hampir semua sacred task setiap penduduk desa untuk bekerja pada itu, kemajuan dari pembangunan mereka sangatlah cepat. Dua puluh satu orang sayangnya terlalu lambat melarikan diri dan kehilangan hidup mereka, dan upacara pemakaman secara bersamaan diadakan untuk mereka di gereja tiga hari kemudian.

Setelah menghadiri upacara itu seperti yang diminta padanya, Alice menaiki naga terbangnya menuju gua utara untuk memastikan keadaannya.

Gua panjang yang seharusnya telah diruntuhkan berdasarkan perintah Bercouli telah digali bahkan hingga sampai sosok raksasa orc dapat dengan mudah melewati itu dan area yang paling mendekati Dark Territory menunjukkan tanda-tanda mereka berkemah selama beberapa malam.

Penyerang itu tidak menggali lubang di gua dalam satu malam. Mereka pasti berulang kali meruntuhkan pintu masuk itu setelah mengirimkan kelompok bertarung dari Dark Territory. Karena itu, seharusnya terdapat kelompok goblin yang tersembunyi di dalamnya, yang terus bekerja pada itu, ketika Integrity Knight Eldrie memeriksa pintu masuknya.

Kepedulian dan kecemasan yang tidak dapat dipercaya berasal dari goblin dan orc di waktu itu. Invasi ini hanya dapat dianggap tidak lebih dari penyelidikan, seperti yang mereka telah lakukan berkali-kali sebelumnya, dengan itu saja.

Sebagai ganti dari meruntuhkan gua itu sekali lagi, Alice menutupi sungai kecil yang mengalir dari tengah yang sebelumnya digunakan sebagai sarang naga putih di waktu dulu dan benar-benar membanjiri bagian dalam gua itu. Kemudian melepaskan cryogenic elements yang tidak terhitung jumlahnya yang dia ciptakan sebelumnya, dia menyegel gua dengan es daripada sebuah batu.

Sekarang, tidak ada seorangpun dapat melewati gua itu tanpa ada pengguna art yang kemampuannya sebanding dengan Alice dalam menciptakan thermal elements untuk melelehkan es.

Mengambil pandangan sekilas pada Desa Rulid dan Puncak Barisan Pegunungan yang menjulang dibalik itu, Alice mengikat tas terakhir dari barang bawaannya di kaki kiri Amayori.

"Erm...kakak."

Selka, yang telah membantunya dengan persiapannya untuk keberangkatan dengan senyuman indah sampai seajuh ini, membuka mulutnya sementara melihat ke bawah.

"...Ayah sebenarnya ingin untuk mengantarkan kepergianmu juga. Dia terus saja kebingungan semenjak pagi ini, kau tahu? ...Aku percaya bahwa dia seharusnya merasa bahagia di dalam hatinya bahwa kau telah kembali, kakak. Aku ingin kau mempercayai itu setidaknya."

"Aku tahu, Selka."

Alice memeluk tubuh kecil dari saudara perempuannya dan berbisik sebagai balasannya.

"Aku meninggalkan desa ini sebagai kriminal dan kembali sebagai Integrity Knight. Tapi di waktu berikutnya...Ketika aku menyelesaikan semua tugasku, aku akan kembali hanya sebagai Alice Schuberg. Itu akan menjadi hari ketika aku benar-benar dapat mengatakan ini. Aku kembali, ayah."

"...Baiklah. Hari itu pasti akan datang, bukan?"

Selka berguman dengan suara tangisan, mengangkat wajahnya, dan mengusap air mata itu dengan kerah dari pakaian sisternya.

Berpaling ke samping, dia memanggil anak laki-laki berambut hitam yang duduk di kursi roda tepat di sampingnya dengan suara gembira yang dapat dia kerahkan.

"Kau harus tetap sehat juga, Kirito. Cepatlah dan segera sembuh dan bantulah kakak perempuanku, kau mendengarku?"

Memegang kepalanya yang tertunduk dengan kedua tangannya, sister, yang lebih muda dalam hal umur, menarik jimat yang penuh dengan berkat sebelum dia mengambil beberapa langkah ke belakang.

Alice mendekati Kirito, lalu perlahan mengambil dua pedang di tangannya dan menyimpan itu di tas yang di taruh pada pelana Amayori. Mengikuti itu, dia mengangkat Kirito, yang dengan mudah tumbuh, menjadi kurus dan mendudukkan dia di bagian depan dari pelana.

Dia sempat berpikir untuk meninggalkan Kirito di desa di bawah perawatan Selka. Setelah semua, jika mereka melanjutkan pergi ke Gerbang Besar Timur yang kelihatannya akan menjadi medan pertempuran yang menentukan pertarungan melawan tentara kegelapan, Alice akan berada di situ sebagai anggota dari Tentara Pertahanan Dunia Manusia dan tidak mampu untuk merawat Kirito disepanjang hari seperti yang dia selalu lakukan.

Tapi meskipun begitu, dia memutuskan untuk terus membawanya juga.

Kirito sudah pasti mencoba untuk mengambil pedangnya dan pergi menuju desa di malam ketika penyerangan terjadi seminggu yang lalu. Tekad untuk bertarung demi orang lain masih terus tersisa di dalam Kirito. Karena itu, medan pertempuran untuk melindungi Dunia Manusia dapat menjadi tempat terbaik untuk menemukan cara untuk mendapatkan kembali semangatnnya yang lalu.

Jika itu memang diperlukan, dia akan melindunginya bahkan jika itu mengharuskannya untuk mengikatnya di punggungnya dengan tali kulit.

Alice memberikan saudara perempuan yang sangat disayanginya satu pelukan erat untuk terakhir kalinya.

"...Aku akan pergi, kalau begitu, Selka."

"Ya. Jagalah dirimu...Dan pastikan untuk kembali lagi, kakak."

"Aku janji...Tolong sampaikan rasa terima kasihku pada kakek Garitta-san juga...tetap sehat dan fokuslah pada pelajaranmu."

"Aku tahu. Aku akan menjadi sister hebat dengan pasti...dan suatu hari nanti, aku juga akan..."

Selka menjadi terdiam pada saat itu dan memperlihatkan senyuman muram, dan penuh dengan air mata.

Perlahan mengusap kepala saudara perempuannya sebelum melepaskannya, Alice menahan perasaan enggannya untuk pergi saat dia berjalan menuju naga kesayangannya dan menaiki itu dengan segera tepat di belakang dimana Kirito menduduki pelana itu.

Dia mengangguk pada saudara perempuannya di tanah dan menghadap ke arah langit biru.

Tali kekang itu perlahan tertarik dan naga itu mulai berlari di tanah diantara ladang gandum dengan kekuatan yang tidak menunjukkan tanda-tanda dua manusia dan tiga pedang membebaninya.

Dia pasti akan kembali lagi ke desa ini suatu hari nanti.

Bahkan jika dia harus memasuki medan pertempuran, semangatnya sudah pasti akan kembali, itu sudah pasti.

Alice mengusap air mata yang ada di kelopak matanya dan berteriak dengan suara keras.

"...Hah!"

Perlahan.

Sensasi melayang datang pada saat mereka meninggalkan tanah.

Setelah memahami gerakan udara di atas, Amayori bergerak melingkar saat itu melayang menuju langit.

Hutan dan ladang yang sangat luas, Desa Rulid di bagian tengah dengan atap yang baru dengan bagian tengahnya berkilauan, Selka melambaikan kedua tangannya saat dia secara sungguh-sungguh berlari, dia menyimpan pemandangan itu semua di kelopak matanya—

Alice membuat naga terbangnya mengarahkan kepalanya menuju langit timur.


Catatan Penerjemah

  1. Kakak perempuan
  2. http://en.wikipedia.org/wiki/Pancake
  3. http://en.wikipedia.org/wiki/Wine
  4. lampu di sini adalah lampu yang menggunakan api di dalamnya
  5. http://en.wikipedia.org/wiki/Trishula