Tate no Yuusha Jilid 1 Bab 16 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 16 : Persiapan untuk Serbuan Pertama[edit]

Bagian 1[edit]

Perisai Ikat telah Terbuka.
Perisai Pikyu Pikyu telah Terbuka.
Perisai Kayu telah Terbuka.
Perisai Batu telah Terbuka.
Perisai Kupu-Kupu telah Terbuka.
Perisai Pipa telah Terbuka.
Perisai Ikat
Bonus Pemakaian: Keterampilan Pertarungan [Air Strike Shield] <Belum Ahli>
Perisai Pikyu Pikyu
Bonus Pemakaian: Teknik Perbaikan Senjata Pemula 1 <Belum Ahli>
Perisai Kayu
Bonus Pemakaian: Teknik Menebang Kayu 1 <Belum Ahli>
Perisai Kupu-Kupu
Bonus Pemakaian: Daya Tahan terhadap Kelumpuhan (Sedikit) <Belum Ahli>
Perisai Pipa
Bonus Pemakaian: Keterampilan Pertarungan [Shield Prison] <Belum Ahli>

Dan lain-lain...

Delapan hari telah berlalu. Setelah berpamitan dengan Paman penjaga toko senjata, kami pun berangkat ke desa lain. Desa itu bernama Riyuuto. Sepertinya itu adalah desa yang cocok dijadikan tempat peristirahatan untuk para petualang. Tapi dikarenakan di sana hanya ada satu penginapan, biaya bermalam di sana menjadi 1 koin perak per malam.

Saudagar Keliling mampir ke tempat ini hanya tiap dua hari sekali. Karena di tempat ini tidak ada toko farmasi, aku terpaksa langsung menjual obat yang lebih murah kepada penduduk desa, demi mengimbangi biaya pembelian obat dari ibukota. Demi mengurangi biaya modal, obat yang kujual berkualitas lebih rendah dari biasanya.

Ngomong-ngomong, “ketenaran”ku sudah menyebar cukup luas. Saat pertama kali aku tiba di sana, aku sampai harus “menghukum” beberapa orang bodoh dengan siasat “Pelepasan Balloon”ku yang terkenal. Seperti itulah kesimpulannya.

Berkat semua monster, tanaman obat, dan kayu di sekitar desa, aku bisa menyerap semuanya dan membuka beberapa bentuk perisai. Aku juga mempelajari banyak keterampilan dan teknik baru. Ada juga bonus pemakaian yang meningkatkan status atribut, tapi tidak langsung aku naikkan keahliannya karena cukup merepotkan.[1]


“Tunggu...!”


Raphtalia mulai mengejar monster mirip-landak, yang lari karena merasa akan kalah dalam pertarungannya. Level Raphtalia pun sudah naik cukup pesat. Sekarang aku Level 20, sedangkan dia sudah Level 25. Pertumbuhannya benar-benar cepat.

... Ngomong-ngomong, aku masih bertarung dengan pakaianku yang biasa. Dan karena selama ini aku masih belum terkena damage, belum lagi semua monster yang kulawan level-nya masih terhitung rendah, insiden yang terjadi sekarang membuat kepalaku sakit saat memikirkannya. Namun itu juga adalah pengalaman berharga bagiku, walau menyakitkan.

Terlalu membanggakan pertahananku, aku mencoba bertarung menggunakan perisai yang lemah, dan saat aku terkena serangan, rasanya sangat menyakitkan. Dan yang membuatku tercengang, serangan kejutan monster Porcupine ini meninggalkan bekas luka kecil padaku.


“Ouh, agak sakit juga. Sudah lama aku tidak merasakan sakit seperti ini.”


Dengan hati-hati, kuolesi lukaku dengan sebutir “pil pemulihan” untuk mencegah terjadinya pendarahan. Serasa seperti suatu sengatan saat durinya mengenaiku. Aku sudah lupa jenis-jenis rasa sakit seperti ini, semenjak aku datang ke dunia ini, dan dilindungi oleh perisaiku.


“Seperti yang kubilang, sakit, kan? Tuan Naofumi seharusnya tidak bersikap keras kepala, dan segera membeli perlengkapan tambahan.”

“Tidak... Ini karena aku memakai perisai yang lemah saja.”


Sejak kapan Raphtalia memanggilku “Tuan Naofumi” dari yang sebelumnya “Tuanku”? Yah, terserahlah. Bukan masalah besar juga, dan panggilan yang sekarang enak didengar.

Di samping itu, perisaiku bisa melindungi seluruh badanku. Jadi rasanya tidak masuk akal, kalau aku harus mengenakan pakaian pelindung juga. Untuk jaga-jaga, aku selalu menangkis serangan dengan bagian terkeras dari perisaiku, dan sampai sekarang aku belum mendapatkan luka sedikitpun. Jadi, inilah pertama kalinya aku merasakan terkena damage. Kurang lebih seperti itu.

Aku memandangi Perisai Whetstone yang sedang “mengasah otomatis”. Ini adalah perisai yang berguna, dan salah satu bentuk perisai yang selalu kupakai. Waktu pengasahannya adalah 8 jam. Efeknya tidak akan bekerja kalau senjata yang sedang diasah, aku cabut sebelum waktunya. Kerugian satu-satunya adalah, SP-ku tidak bisa pulih karena terus dikuras selama pengasahan. Ah, aku jadi ingat, kurasa aku harus memanfaatkan kemampuan lain dalam daftar keterampilanku....


“Air Strike Shield!”


Itu adalah ‘keterampilan bertarung’ pertama yang kupelajari. Keterampilan ini memanggil sebuah perisai dalam radius sekitar 5 meter dariku. Tapi tidak akan berguna kalau aku bertarung sendirian. Sepertinya, semua Pahlawan dipaksa untuk memainkan perannya masing-masing. Aku fokuskan pikiranku, dan membayangkan posisi munculnya “Air Strike Shield”-ku; yaitu pelindung misterius yang akan menghilang setelah waktu pemanggilannya habis. Baiklah, tinggal sedikit lagi.

Ugh... Kupikir menahan musuh dari jarak 5 meter, akan cukup untuk bisa dikejar; tapi monster yang satu ini begitu cepat saat melarikan diri. Sepertinya aku harus menggunakan ini.


“Shield Prison!”


Sebuah ‘keterampilan bertarung’ yang bisa memanggil “kurungan” yang tertutup, di manapun dalam radius 6 meter. Kali ini, akan ku aktifkan tepat di posisi landak itu. Meskipun sebenarnya keterampilan ini digunakan untuk pertahanan, namun bisa juga dipakai untuk menjebak target di dalamnya. Tentu saja, ini bisa disebut keterampilan untuk bertahan dan menyerang.

Bagian 2[edit]

“Kii!”


Tidak bisa lari, Porcupine itu kemudian mengamuk di dalam “Shield Prison”. Waktu pemanggilannya adalah 15 detik. Selama itu, Raphtalia segera berlari mendekati Shield Prison. Tepat setelah waktunya habis, dia langsung menikam landak itu dengan pedangnya.


“Kii!?”

“Aku berhasil!”


Raphtalia dengan bangga menjinjing kembali Porcupine yang telah mati itu.


“Bagus!”

EXP 48

Panen yang lumayan banyak. Dengan itu kami sudah mengalahkan mangsa buruan kami, memisahkan tubuhnya, dan menyerap bagian-bagian tubuhnya, untuk membuka bentuk perisai yang lainnya. Aku baru tahu minggu lalu kalau Balloon, Mush, dan Eggy sepertinya dianggap sebagai “bahan mentah”. Yah, itu sebenarnya bukan hal yang terlalu penting juga.

Aku segera memisahkan bagian duri, daging, dan kulit Porcupine itu. Caranya cukup mudah kalau kau tahu teknik rahasianya. Semuanya ini adalah bahan yang berharga, dan harus diperlakukan dengan hati-hati. Aku serap sisa loot dari Porcupine-nya dengan perisaiku.

Bahan tulang-belulang termasuk dalam kategori tulang, yang membutuhkan beberapa bagian tulang dari monster lain, dan bahan kulit termasuk dalam kategori kulit, yang memberikan poin atribut tambahan lewat bonus pemakaian perisai. Tentu saja, ada kasus di mana level-ku kurang tinggi, atau bahannya kurang lengkap untuk membuka suatu bentuk perisai. Bahan daging termasuk dalam kategori masakan. Suatu topik yang menarik perhatianku. Aku ingin tahu apa kegunaan semua duri ini. Lagipula, duri adalah ciri khas seekor landak.

Perisai Duri Binatang telah Terbuka.

Jadi ini adalah perisai yang terbuat dari duri binatang... Aku tidak sabar melihat bonus pemakaian dari perisai ini.

Perisai Duri Binatang
Bonus Pemakaian: Kekuatan Serangan +1 <Belum Ahli>
Kemampuan Khusus: Perisai Duri (Kecil)

Yeah! Akhirnya ada penambahan untuk kekuatan serangankuuuuuuuuuuuuu!

Ya, aku tahu. Bonusnya hanyalah 1 poin, yang pastinya sangat sedikit.

Walaupun aku tidak tahu apa kegunaan dari kemampuan khusus “Perisai Duri (Kecil)”, akhirnya aku mendapatkan perisai untuk menyerang, itulah bagian terpentingnya. Ini masih permulaan saja. Mulai sekarang, aku bisa ikut menyerang juga, kalau aku terus menyerap item yang berhubungan dengan bentuk perisai ini. Poin pertahanannya sedikit lebih rendah dari perisai dalam kategori bahan mineral, tapi itu tidak jadi masalah.


“Bagaimana dengan bentuk barunya?”

“Haha, sepertinya perisai ini meningkatkan kekuatan seranganku.”

"Akhirnya kau mendapatkannya juga, syukurlah. Tapi bagaimana dengan kemampuan pertahanannya?"


Raphtalia menunjuk lukaku dengan tatapan ragunya.


"Kurang lebih sama saja, mungkin."

"Begitu ya... Um, aku ingin minta tolong agar pedangku diasah, tapi..."

"Baiklah. Kalau begitu, sekarang kita sudahi perburuan ini, dan kembali ke hutan."

"Baik!"


Aku ganti bentuk perisaiku menjadi Perisai Whetstone, dan memasukkan pedang Raphtalia ke dalam salah satu slot-nya.

Masih mengasah...

Baiklah, level kami telah meningkat cukup pesat setelah mencari uang, yang usahanya bisa disamakan dengan satu minggu bekerja, dan jumlah keseluruhan uang yang kami dapat mencapai 230 koin perak. Selain banyaknya jumlah obat yang terjual, bisnis penjualan kayu dan hasil tambang pun cukup diminati, berkat keterampilan dari beberapa bentuk perisai baruku. Walaupun tetap ada sedikit kekhawatiran, karena tindakanku ini berdasarkan kebiasaan saat aku bermain game online. Yah, aku memang terlalu fokus memikirkan metode terbaik untuk mendapatkan uang. Dan aku juga tidak membuang-buang waktu, dengan kegiatan yang tidak membuatku lebih kuat. Mau tidak mau, semua ini harus kulakukan demi bisa bertahan hidup.


"Baiklah, kita harus pergi dan mengganti perlengkapanmu dengan yang lebih kuat, Raphtalia."

"... Tuan Naofumi?"


Entah kenapa, Raphtalia tersenyum tipis kepadaku. Namun tetap saja bisa kurasakan perasaan yang aneh, seperti hawa dingin yang tiba-tiba membuatku merinding hanya karena tatapannya saja.


"Walaupun aku sangat senang kau mau membelikanku perlengkapan yang baru, tapi kumohon, bisakah kau perhatikan pakaianmu juga?"

"Apa aku kelihatan aneh atau semacamnya?"

"Kau terlihat seperti orang desa yang membawa perisai."

"Y-...yah, padahal aku tidak terlalu butuh... tapi bukannya sedikit merubah pakaianku, tidak akan berpengaruh besar nantinya?"

*Krek krek*

Raphtalia mencengkeram bahuku, dan mengancamku dengan senyumannya.


"Bukankah barusan kau sampai terluka?"

"Sudah kubilang, itu karena aku memakai bentuk perisai yang lemah... alasanku sudah cukup masuk akal, kan? Senjatamu itu lebih penting daripada perlengkapanku, jadi kita harusnya lebih memprioritas-..."


"Tuan Naofumi? Apa kau tidak sadar, kalau terus menyepelekan masalah ini, kau bisa mati lebih cepat?"

"Mati!?"


Dengan pedang yang digenggamnya, Raphtalia memperagakan seperti hendak menusukku. Walaupun dia takkan bisa menyakitiku, dikarenakan mantra budak yang mengikatnya.


"...Lagipula, bukankah kau harusnya lebih mengkhawatirkan perlengkapanmu sendiri? Batas waktunya semakin dekat, kan?"

"...haha."


Kalau dipikir lagi, benar juga apa yang dia katakan. Tinggal beberapa hari lagi sebelum gelombang bencana muncul. Sampai saat itu tiba, aku harus menjadi lebih kuat. Meski ternyata aku juga merasa terganggu, karena disamakan dengan penduduk desa. Upaya dan tujuanku serasa sudah disalah artikan.


"Haa..."


Padahal aku ingin meningkatkan kekuatan seranganku sedikit lagi...


"Daripada untukku, lebih baik kita segera mencari perlengkapan untuk Tuan Naofumi."

"Kurasa juga begitu, untuk sementara kita akan membeli perlengkapan untukku. Tapi, sisanya akan kita belikan senjata untukmu."

"Baik."


Walaupun aku sudah terbiasa dengan sifatnya, tapi dia kelihatan lebih cerewet dari sebelumnya... Sikapnya yang menyeramkan ini semakin parah, ditambah lagi dia juga semakin keras kepala. Aku sampai bingung kenapa posisi kami bisa tertukar seperti ini. Kalau harus kubilang, dia sekarang sudah menjadi budak yang mengatur tuannya sendiri.

Referensi :[edit]

  1. (Cerita rincinya, penerjemah sisipkan di Bab 24, dikarenakan kendala sumber terjemahan yang terlalu meringkas cerita. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya.