Tate no Yuusha Jilid 2 Bab 18 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 43 : Rangkaian Kutukan[edit]

Bagian 1[edit]

Pengaruh dari gunung itu, mengubah dataran di sekitarnya menjadi tanah bebatuan yang gersang. Perlahan kami terus berjalan, menyusuri sebuah jalan gunung di wilayah timur negeri.

Sudah 30 menit berlalu sejak kami mulai mendaki, di mana Filo masih berlari dan menendang seekor monster dalam perjalanan kami. Sekarang kami membawa bekal obat pemulihan dan penawar racun, karena udara di gunung yang menyatu dengan racun.

Ngomong-ngomong, kami titipkan kereta kami di desa, dan kami hanya membawa sebuah gerobak sebelum berangkat ke gunung ini.


“Tidak~! Kenangan Filo banyak tersimpan dalamnya~!”


Filo ini, jelas dia memang ingin menarik semua gerobaknya. Lama-lama kau juga yang akan kutinggal di sini...! Kau baru lahir bulan kemarin, dan sekarang sok berbicara tentang kehidupan?

Yah, aku mengerti kenapa dia sampai memiliki ikatan sedalam itu, karena 90% waktu hidupnya saja dihabiskan dengan menarik kereta tersebut...

Ada banyak monster dengan tipe Racun, seperti Poison Tree dan Poison Frog. Dengan giat kukumpulkan bagian badan semua monster yang kami kalahkan itu, untuk diserap oleh perisaiku.

Perisai Pohon Beracun telah Terbuka.
Perisai Kodok Beracun telah Terbuka.
Perisai Lebah Beracun telah Terbuka.
Perisai Lalat Beracun telah Terbuka.

Semua bonus pemakaian Pertahanan terhadap Racun telah diganti menjadi bonus atribut status, kecuali perubahan dari bentuk Perisai Lebah Beracun.

Perisai Jarum Tawon II 
Bonus Pemakaian : Kekuatan Serangan 1
Kemampuan Khusus : Perisai Duri (Kecil) , Racun Tawon (Racun)


Poin pertahanannya masih belum berubah dari bentuk Perisai Jarum Tawon yang sebelumnya, tapi racun pelumpuhannya sekarang diganti dengan damage racun per detik.

Yah, cukup sampai di situ penjelasannya, sepertinya kami semakin sering dihadang musuh. Bahkan setelah kami mengalahkan mereka, monster yang lain segera datang menggantikan kawannya yang gugur.

Tentu saja, angin di sini mengandung racun yang menyebarkan wabah penyakit, dan racun ini terlalu berat untuk dihadapi seorang petualang biasa.


“Tidak ada gunanya membunuh mereka semua! Filo, terobos saja mereka!”


Aku dan Raphtalia yang menaiki gerobak, terus memberi arahan pada Filo.


“Baik~!”


Filo pun menarik gerobaknya, dan berlari dengan kekuatan penuh. Terkadang beberapa poin EXP, kami dapat dari melindas musuh yang menghalangi jalan kami.

Di sepanjang perjalanan, Filo melindas seekor monster-mirip-lumpur, tapi tidak sempat kuserap karena sekarang kami terus berlomba dengan waktu. Beberapa menit kemudian...


“Apa tempat ini tujuan kita?”


Aku melihat bangkai seekor naga, yang melepaskan miasma[1] beracun dan bau tidak sedap ke udara. Makhluk itu berukuran sekitar 10 meter, dan wujudnya mirip gambaran sosok naga dari Barat...

Meski begitu, wujudnya sendiri sudah tidak utuh. Tingkat pembusukannya membuat warna asal naga ini tidak lagi terlihat, yang tersisa hanyalah kulit mirip-miasma yang berwarna hitam.

Sepertinya naga ini terkena satu tebasan di perutnya. Ada satu luka besar pada perutnya, yang menampakkan organ dalam sekaligus mengeluarkan bau yang busuk darinya. Banyak lalat beracun berkumpul pada daging naga yang membusuk itu. Ini terlihat menjijikan...


“Aku lapar~”

“Apa napsu makanmu sebesar itu, sampai tidak merasa mual setelah melihat bangkai ini?”


Filo pun mulai memakan makanan di dalam gerobak.


“Raphtalia, kau baik-baik saja?”

“I-Iya.”


Aku harus memastikan Raphtalia baik-baik saja, karena sistem pernapasannya itu lemah, dan miasma ini akan lebih memperlemahnya.


“Istirahatlah kalau kau mulai merasa lelah.”

“Baik.”


Aku periksa sisi lain dari bangkai itu, sembari menepak lalat beracun yang berdatangan.

Kuku, sisik, kulit, dan sayapnya telah hilang. Bahkan lidahnya juga telah dibawa pergi. Nampaknya, semua itu telah dicabut oleh Ren dan semua rekan petualangnya. Tidak berlebihan kalau kusebut “hanya daging dan tulangnya yang tersisa”, meski ada sedikit kulit yang tidak terkuliti.

Baunya sangat memuakkan. Ini benar-benar buruk. Aku bisa lebih menahannya dibanding Raphtalia karena aku punya keterampilan Pertahanan terhadap Racun. Tapi aku tidak tahu bagaimana Filo menahan bau dan racun ini.


“Raphtalia, basmi semua lalat beracunnya. Filo, bantu aku membongkar bangkainya. Dagingnya terlalu besar untuk bisa diserap perisaiku.”


Aku harus membuat perisaiku menyerap semuanya. Terlalu beresiko kalau bangkai naga ini kukubur begitu saja, karena bisa meracuni tanahnya juga.


“Baik.”


Filo mengangguk setelah menghabiskan makanannya, dan membuat perutnya buncit.


“Rasanya Filo mau muntah.”

“Itu karena kau kebanyakan makan.”


Aku hampiri bangkai naga itu untuk membongkarnya.


*HMMSH...*


“...... Apa barusan bangkai ini bernapas?”

“Ummm......”


Seolah-olah bangkai naga ini mulai bergerak.

Tidak mungkin, pasti sekilas saja terlihat begitu, karena banyak lalat beracun yang menghinggapi bangkainya.


*HRRR......*


Ya. Pasti hanya perasaanku saja.



Bangkai naga itu mulai bergerak dan merangkak, seakan sedang mengambil ancang-ancang untuk menyerang.


"HRAOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO!" 


Naga itu mengangkat kepalanya, dan meneriakkan auman dengan mulut tanpa-taringnya.


“Kenapa makhluk ini bisa bergerak!”

“Tuan Naofumi, tenangkan dirimu!”

Tate no Yuusha Volume 2 Image 7.jpg

Bangkai naga itu...... Tidak, naga zombie itu terus bergerak selagi aku berteriak.

Apa-apaan ini. Monster ini terlalu sulit untuk bisa kami hadapi. Level dan kemampuannya saja tidak diketahui. Lelucon macam apa yang dunia paralel ini tunjukkan padaku!

Naga zombie itu berbalik ke arah kami, sembari memulihkan setiap organnya yang rusak. Sebagian dari sayap dan ekornya telah pulih kembali. Aku tidak tahu, apa taring dan cakarnya bisa kembali pulih juga. Kelihatannya, monster ini “mencairkan” dagingnya yang membusuk, dan mengubahnya untuk menggantikan sayap dan ekornya. Luka parah pada perutnya telah menutup, dan organ dalamnya juga terus memulihkan diri.

Tidak mungkin aku bisa melawan makhluk ini!

Bagian 2[edit]

“Kita harus lari!”

“Tapi, Filo sudah menyerang--”


Raphtalia menunjuk ke arah naga zombie itu.


“Hiyaa!!”


Di saat itu, Filo melompat ke arah naga zombie dan menendang kepalanya. Serangannya itu cukup kuat, hingga membuat naga zombie agak terdorong ke belakang.


“Tidak kusangka Filo sanggup menyerangnya...... Apa kita mampu menghadapinya?”


Kekuatan serangan Filo yang tinggi, ditambah naga zombie ini tidak mempunyai cakar dan taring. Mungkin kita bisa menang, tapi lawan kita ini tidak mengenal rasa lelah......

Walau begitu, kalau kami melarikan diri sekarang, bisa-bisa naga zombie ini akan mendatangi desa. Tentu masih ada kemungkinan naga ini akan kembali ke wilayahnya. Tapi di lain waktu, bisa saja naga ini pulih sepenuhnya, jadi harus dibunuh sekarang juga.


“Jangan gegabah!”

“Baik~!”

“Baiklah, kita akan hentikan naga ini sekarang.”


“Baik!”


Naga itu mengaum seolah mengancam kami, lalu mulai menyerang.

Kuubah bentuk perisaiku menjadi Perisai Ular Chimera yang memiliki poin pertahanan tertinggi, agar aku bisa menahan serangan naga itu. Tapi......

"HRAOOOOOOOOOOOOOOO!" 

Mulut naga zombie itu menembakkan gas berwarna ungu pada kami. Aku siapkan perisaiku untuk menahan serangannya.


“Ueh...... Apa ini!”

“ *Uhuk, uhuk* ...”


Serangan ini ternyata gas beracun yang sangat pekat. Bahkan aku merasa sesak dan pusing, meskipun dampak serangan itu telah dikurangi oleh Pertahanan terhadap Racun-ku. Aku terbatuk sedangkan Raphtalia yang berada di belakangku, hampir tidak bisa bernapas.

Saat naga zombie itu menembakkan napas beracunnya, Filo yang tidak kelihatan terpengaruh, menendangnya hingga serangan naga itu berhenti.


“Ra-Raphtalia, kau baik-baik saja!?”

“ *Uhuk uhuk uhuk* -”


Raphtalia ingin menjawabku walau kelihatan berlinang air mata, tapi dia terus terbatuk tanpa henti.

...... Keadaan ini sangat buruk. Filo dan aku masih bisa bertarung, tapi Raphtalia terlihat takkan sanggup lagi bertarung.


“Raphtalia, cepat ambil penawar racun di gerobak. Minum dan istirahatlah.”

“ *Uhuk uhuk* ...”


Dengan susah payah, Raphtalia menunjuk ke arah naga zombie itu. Aku pun menoleh, dan melihat apa yang terjadi di sana.

Dalam sekejap, naga zombie itu membuka mulutnya, dan melahap Filo yang melompat di atasnya.


"A---"

GERSH !

Suatu suara yang keras terdengar menggema, dan lelehan cairan merah terlihat keluar dari mulut naga zombie itu.


"FILOOOOOOOOOOOOOOO!"


Pikiranku langsung terasa hampa, dan aku tidak mengerti apa yang Raphtalia coba lakukan.

Burung yang sejak lahir bulan lalu... Bertingkah seperti gadis kecil yang manja, yang selalu melekat padaku, yang selalu memelukku......

Kenapa ini bisa terjadi? Tidak mungkin......

Mulut naga zombie itu terus mengunyah beberapa kali, hingga sesuatu yang merah meleleh keluar darinya, kemudian naga zombie itu menelan Filo bulat-bulat.

Bagian 3[edit]

“ *Uhuk*! ”


PLAK!!!


Raphtalia menampar pipiku dengan keras.

Air mataku terus mengalir.

Selagi aku tenggelam dalam pikiranku, situasi-nya dalam pertarungan kami semakin memburuk. Meski begitu, hanya kemarahan yang kurasakan, setelah kehilangan rekanku yang berharga, tepat di depan mataku.


---Kekuatan... Apa kau menginginkannya?--- 


Seakan aku mendengar suara seseorang dari perisaiku.

Hampir tanpa sadar aku langsung menatap ke arah perisaiku, dan mendengarkan suara itu lagi.


---Demi semuanya... Apa kau menginginkan kekuatan?---


*DEG DEG*

Jantungku berdegup lebih kuat. Aku ingat perasaan yang tercipta dari perisai kegelapan ini. Ini... Rasa yang sama saat aku bertarung dengan Motoyasu......

Kemudian tampilan Skill Tree tiba-tiba muncul. Segalanya dalam tampilan Skill Tree-ini terlihat terbalik, dan muncul lagi Skill Tree lain, dari latar belakang yang warnanya bukan hitam maupun merah.


Rangkaian Kutukan


Kalimat ini terus terngiang dalam benakku. Kemudian perisaiku bersinar dengan terang.

Rangkaian Kutukan
Perisai Amarah
Bonus Pemakaian : Keterampilan bertarung [Change Shield (Serangan) ] , [Iron Maiden]
Kemampuan Khusus : Peningkatan Kekuatan Fisik dalam “Kutukan yang Membakar Diri”.
Perisai Pembunuh, Perisai yang terlahir dari dalam jiwa.

Ada penjelasan tertentu mengenai bentuk perisai ini......

Apa aku masih sadarkan diri? Dengan amarah yang bergejolak, kucengkeram wujud perisai ini.

Perisai Amarah 


Tate no Yuusha Volume 2 Image 8.jpg

Semua perasaan yang berkecamuk, menyebar keluar dari dalam perisaiku, dan bentuk perisaiku berubah seiring munculnya sinar berwana merah dan hitam.

Terlihat sebuah bentuk perisai merah gelap, berhiaskan ukiran berbentuk pola api, dengan kesan yang sarat akan kutukan.

DEG DEG...... DEG DEG......

Kesadaranku telah ditelan oleh amarah.

Aku benci semua yang ada di dunia ini.

Semuanya di dunia ini terlihat hitam, yang tersisa hanyalah sekumpulan sosok bayangan yang mengolok-olokku.

Sekarang, aku telah dikuasai oleh perasaan ini saja.

"HRAOOOOOOOOOOOOOOO" 

Sesosok bayangan hitam yang besar, merentangkan lengannya ke arahku.


"HUAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAH!!!!!!"

Referensi :[edit]

  1. Miasma adalah udara/ kabut yang membawakan racun/kutukan.