Tate no Yuusha Jilid 2 Bab 20 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 45 : Hasil dari Berdagang[edit]

Bagian 1[edit]

Luka ini... berasal dari kutukan, benar ‘kan?

Setelah kembali ke desa, aku membawa Raphtalia untuk menemui Tabib Ahli, dan menanyakan luka bakarnya yang telah disebabkan olehku.


“Meski begitu, kutukan ini sangat kuat. Apa bangkai naga di gunung itu melepaskan kutukan sekuat ini?”

“Eh... Tidak... Itu...”


Bingung bagaimana harus menjawabnya, ucapanku jadi tergagap.


“Ya, dalam pertarungan aku sudah bertindak ceroboh, dan aku terkena serangan api dari naga itu.”


Raphtalia menatapku dan tersenyum, seakan berkata, kami harus merahasiakan kejadian yang sebenarnya.


“Bisakah kau melakukan sesuatu untuk menyembuhkannya? Kalau masalah uang, akan kubayar berapapun yang kau minta.”


Lagipula Raphtalia adalah seorang gadis. Kalau di badannya terdapat tanda hitam seperti ini, dia bisa menjadi bahan cemoohan, dan bisa mendatangkan masalah lain baginya.


“Bukan berarti luka ini mustahil disembuhkan, tapi...”


Setelah melakukan persiapan, Tabib Ahli itu membawa sebotol cairan bening ke dalam ruang pengobatan.


“Ini harusnya cukup kuat, dan bisa segera menyembuhkannya...”

“Apa itu?”

“Ini adalah air suci. Untuk menyembuhkan kutukan, penyembuhan terbaik untuk itu adalah melawannya dengan kekuatan suci...”

“Aku mengerti.”


Sepertinya luka Raphtalia akan sembuh lebih lama karena pengaruh dari bentuk perisai terkutuk, hingga bisa sembuh sepenuhnya. Ini cukup membahayakan.

Tidak terlihat perbedaan jelas antara kawan dan lawan. Sebagai tambahannya, ada sebuah pengaruh balasan terhadap kawan. Bahkan aku tidak terpikir untuk mengetes pengaruh tersebut. Dan juga, setelah melihat Skill Tree-nya, bentuk perisai itu tidak terbuka secara permanen.

Bentuk perisai itu terbuka hanya sementara saja, dan tidak bisa kubuka seperti bentuk perisai yang lain. Aku pernah merasakan firasat, kalau bentuk perisai itu akan aktif hanya saat keadaanku terdesak saja.


“Rendam perbannya dengan air suci...”


Tabib Ahli itu mengambil perban yang sudah direndam air suci, untuk membalut luka di badan Raphtalia yang menghitam.


“Maaf pengaruh pemulihannya tidak terlalu banyak. Kalau bisa, mohon gunakan air suci yang kuat, dari gereja di sebuah kota besar.”

“Jadi butuh berapa banyak air suci untuk menyembuhkannya?”

“Sejujurnya... ini adalah kutukan yang cukup kuat. Tentang kutukan ini bisa disembuhkan atau tidak... kalau kutukannya disebabkan oleh serangan naga...”


Kenyatannya, akulah yang telah melukai Raphtalia. Tapi kalau kutukan ini sampai dibandingkan dengan kutukan dari seekor naga...


“Oh, benar juga. Berapa banyak obat yang dibutuhkan untuk-...”

“Hanya ini yang bisa saya lakukan sekarang. Tuan Pendeta, tolong bantu para penduduk desa yang masih terkena wabah penyakit.”

“Baiklah.”


Aku tinggalkan Raphtalia bersama Tabib Ahli itu di ruang pengobatan, dan pergi menuju bangunan tempat pasien biasa dikumpulkan.

Inilah perbedaan obat yang diramu oleh seorang ahli. Penyakit yang tidak bisa disembuhkan dengan obat penyembuhanku, obat yang diramu Tabib Ahli bisa menyembuhkannya dengan mudah. Lega rasanya setelah melihat para warga desa yang sakit, bisa tidur dengan nyenyak.

... Aku menginginkan kekuatan, tapi bukan dari mengandalkan bentuk perisai itu.

Menyelamatkan para penduduk desa ini dari wabah penyakit adalah hal yang penting, tapi aku tetap mengutuki kelemahanku sendiri. Mungkin nanti akan tiba waktu di mana Filo juga bisa terluka. Syukurlah, kali ini dia baik-baik saja.

Pikiranku seakan menjadi kosong saat kupikir Filo telah mati. Aku sudah berulang kali memikirkan hal ini. Bahwa dunia ini bukanlah dunia game, dan takkan ada seorangpun yang bisa kembali hidup dari kematian.

Sembari menatap ke arah pekuburan di belakang bangunan karantina, aku tenggelam dalam lamunanku itu. Aku telah ditipu dan dikhianati---Tapi apapun yang terjadi, aku ingin melindungi semua orang yang mempercayaiku.

Aku pun kembali ke ruang pengobatan, dan berbicara pada Raphtalia yang badannya telah dibalut beberapa perban.


“Maafkan aku.”

“Tidak apa-apa.”

“Tapi...”

“Aku takut. Aku takut Tuan Naofumi akan pergi ke tempat yang jauh.”

“Eh?”

“Kekuatan itu, seakan terus mencoba menyeret Tuan Naofumi ke suatu tempat. Itulah yang kurasakan. Karena itu, luka seperti ini hanya pengorbanan kecil demi bisa menghentikan Tuan Naofumi.”


Suara tawa Raphtalia seolah menusuk hatiku. Aku pasti akan melindunginya. Dengan tekad itu, aku bersumpah takkan terpengaruh lagi oleh bentuk perisai itu.


“Raphtalia, apa penyakitmu sudah sembuh?”

“Untuk sekarang, seharusnya sudah lebih baikan...”

“Lain kali saat aku menggunakan obat pada pasien, tetap mendekat padaku. Setidaknya efek obat nanti bisa mencegah penyakitmu kambuh.”

“Baik.”


Dengan begitu, hari itu kami pun tidur di desa tersebut.



Di hari berikutnya, kami terus berusaha keras untuk melenyapkan wabah penyakitnya. Aku meminta Tabib Ahli agar aku boleh membantunya meramu obat, hingga pekerjaannya bisa selesai lebih cepat. Aku ingin terus belajar, tapi khawatir nantinya akan mengganggu hal yang harus kuprioritaskan.

Akhirnya semua pasien yang terserang penyakit bisa disembuhkan, dan keadaan desanya menjadi damai kembali.


“Selanjutnya kita akan berdagang di mana? Apa kau sudah meminta Tabib Ahli, mengajarimu peramuan obat yang lebih kuat?”


Hal yang harus didahulukan sekarang adalah menyiapkan persediaan air suci untuk Raphtalia, tapi aku juga ingin mempelajari cara meramu obat Tingkat Tinggi.


“Tuan Naofumi? Bukannya gelombang selanjutnya akan segera tiba?”


Eh!?


Aku baru ingat. Ucapan Raphtalia itu membuyarkan lamunanku. Aku pun segera membuka tampilan waktu munculnya bencana.

Tinggal 3 setengah hari lagi!

Bagian 2[edit]

“Ini gawat! Waktu kita tinggal 3 hari dan beberapa jam lagi!”


Persiapan kami takkan cukup.


“Filo, kita harus kembali ke ibukota secepatnya!”

“Baik~”


“Uhmm, Tuan Pendeta... ini...”


Kepala desa itu memberiku sekantung penuh uang.


“Tuan Pendeta, ini semua adalah uang yang anda minta. Saya mohon terimalah.”


Setelah kupikir lagi, ternyata identitas-ku yang sebenarnya masih belum mereka ketahui.


“Yah...”


Aku terima kantung uang itu, dan kuhitung berapa jumlah semua uangnya. Lalu aku taruh setengahnya ke dalam kantung lain, dan mengembalikan sisanya.


“Eh?”

“Wabah di desa ini tidak ditangani olehku seorang. Semua ini juga berkat kerja keras Tabib Ahli yang datang ke desa ini. Berikan separuh uang ini padanya.”

“B-baik...”


Yah, akan sangat berbahaya kalau Tabib Ahli tidak datang ke desa ini, karena aku hanya bisa meringankan gejala penyakit mereka saja. Pria itu telah banyak membantu para penduduk desa.


“Sampai jumpa.”

“Ah, terima kasih banyak!”


Beberapa penduduk desa mengantarkan keberangkatan kami.

Saat mereka tahu identitas-ku yang sebenarnya, apa mereka akan memandang rendah padaku? Ini adalah perasaan yang rumit.

Aku buang pikiran itu jauh-jauh, karena masih ada banyak hal yang harus kusiapkan. Bahkan di saat seperti ini, aku hampir lupa, kalau kereta kami sudah harus diganti!

Kami pun segera berangkat menuju ibukota. Di hari itu, muncul rumor tentang kereta kuda yang melesat di jalanan, dengan kecepatan tingginya yang mengerikan. Lalu dalam perjalanan...


“Tuan~ ada makhluk yang-”

“Hm?”


Aku pun mengintip dari dalam kereta.

Filolial Liar A telah muncul! 
Filolial Liar B telah muncul!
Filolial Liar C telah muncul!
"Gua!?"

Filo tercengang saat memandangi ketiga Filolial itu. Filolial A, B, dan C pun juga memandangi Filo dengan cara yang sama, dan langsung melarikan diri.


“Apa-apaan itu tadi?”


Langsung kabur setelah saling berpapasan begitu...

Itu adalah pola perilaku dari banyak monster langka, yang “mengandung” banyak uang dan poin EXP. Walau aku sendiri tidak mengharap banyak EXP, dari mengalahkan Filolial di tempat seperti ini.

Mungkin mereka terkejut setelah melihat ratu mereka, lalu segera lari.


“Burung yang sangat menggiurkan. Setiap kita berpapasan dengan seseorang, mereka pasti membawa burung itu.”

“Semua burung itu jenisnya sama denganmu.”


Aku lihat Filo sedang menjilat paruhnya sendiri. Apa dia menganggap semua yang dilihatnya itu makanan? Mengerikan juga kalau dia sampai menjadi kanibal.


“Tuan, kalau kita kejar sekarang, kita masih bisa membunuh mereka~”

“... Sudah hentikan.”


Bukannya sekarang mereka sudah tidak terkejar? Sepertinya Filo memang tidak mengenal rasa lelah.

Aku baru ingat. Setelah pertarungan melawan naga zombie, aku belum memeriksa level kami.

Aku : Level 38 
Raphtalia : Level 40 ★ 
Firo : Level 40 ★

★...Tanda bintang?

“Hei, apa kalian tahu arti tanda bintang, di dekat tampilan level kalian?”


Perasaanku tidak enak. Apa maksudnya ini?


“Tidak...”

“Filo tidak tahu~”


Hmm... Biar kita lihat menu Bantuan.

... Aku tidak mengerti. Aku tidak bisa menemukan penjelasan tentang tanda ★.



Setelah perjalanan panjang, akhirnya kami sampai di ibukota.


“Ayo kita pergi ke toko Paman dan membeli beberapa senjata dan zirah baru, untuk persiapan melawan gelombang nanti.”


Setelah kepergian kami yang cukup lama, paman pemilik toko senjata hanya memandangi kami, sembari meletakkan tangan di keningnya. Sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu.


“Hei, nak. jangan tiba-tiba muncul begini.”

“Bukannya kau sudah tahu, kalau kejadian tiba-tiba sering membawa keberuntungan dalam berbisnis?”

“Yah, benar juga. Jadi, kau bawa uang berapa sekarang?”

“Biar kuambil dulu.”


Aku taruh pendapatan satu bulanku, di meja kasir di depan paman pemilik toko. Empat kantung besar uang inilah hasil yang kudapatkan.


“Semua koin peraknya ada di dalam.”

“Hitung baik-baik, nak! Bagaimana bisa kau mendapat uang sebanyak ini!?”

“Hahaha, inilah hasil dari perjalanan berdagangku.”

“Yang benar saja... Hobi-mu ini mengejutkan juga.”

“Setidaknya ini adalah hobi yang menguntungkan.”

“Yah, sudah kau hitung berapa semuanya?”

“Uhh...”

Bagian 3[edit]

Isi semua kantung itu dihitung olehku, Raphtalia, dan Paman pemilik toko.


“Jadi, kenapa nona ini bisa terluka begini?”


Sembari kami menghitung uangnya, Paman menunjuk ke arah Raphtalia.


“Uhh... Waktu itu aku terkena serangan kutukan dari monster yang kuat.”


Aku berhenti menghitung uangnya, dan menatap Raphtalia yang menjawab pertanyaan Paman.

Kenapa kau berbohong lagi...? Apa karena kutukan itu kau dapat dariku?


“Ah, yaah serangan kutukan memang merepotkan. Apa dia sudah mendapat perawatan?”

“Yah, setelah urusan di sini selesai, kami akan membeli air suci di gereja.”

“Aku mengerti.”

“Setelah membeli perlengkapan, apa Paman bias membuatkanku kereta kuda dari bahan besi?”

“Jangan memesan segalanya padaku, nak.”

“Apa kau tidak bisa membuatnya?”

“Yah.... Tentang itu, memang aku biasa berurusan dengan bahan logam...”


Mungkin terlihat banyak, tapi semua koin perak itu menjadi sangat sedikit setelah ditukar...


“Semuanya setara dengan 70 koin emas! Nak, pendapatanmu ini banyak sekali.”

“Aku tahu kalau aku ini punya bakat berdagang.”


Aku menyombongkan diri walau belum pasti, apa benar aku mempunyai bakat itu. Rasanya aku telah melakukan beberapa hal, yang mirip dengan perilaku pemasok senjata militer di duniaku.


“Oh, benar juga, kami juga mengangkut berbagai perlengkapan bandit yang telah kami rampas.”


Filo yang tidak bisa diam di dalam toko, kusuruh membawakan semua zirah di dalam kereta.


“Ini untuk tukar-tambahnya.”

“Nak, ini semua terlalu banyak.”

“Perlengkapan apa saja, yang bisa kudapat dengan semua uang ini?”

“Biar kulihat... Nona ini bisa mendapatkan sebuah senjata baru, dan beberapa pelindung tangan untukmu.”


Saat kupikir Paman ini begitu mengesankan, dia berkata.


“Aku senang kau sudah menjadi langganan di tokoku, tapi pergilah ke toko lain kalau mau melakukan tukar-tambah.”

“Maksudmu?”

“Baru-baru ini, aku belum melihat para Pahlawan yang lain. Jadi, cobalah kunjungi toko senjata yang lainnya.”

“Hmmm...”


Aku belum mempertimbangkan hal itu.

Karena para Pahlawan yang lain mempunyai pengalaman dari bermain game, kemungkinan mereka mendapat perlengkapan lebih baik dari yang ada di toko Paman, cukup tinggi. Anggap saja toko perlengkapan terbaik di kota ini adalah toko Paman... Apa di negeri lain, ada toko yang serupa?


“Apa kau bisa mengusulkan salah satu tempatnya?”

“Mungkin ada beberapa toko di negeri tetangga.”

“Tokomu saja sudah cukup buatku, aku tidak mau membuang waktu, hanya untuk menebak-nebak lokasi toko yang lain.”

“Nak...”

“Bahkan senjata dan zirah jelek buatanmu, masih cukup bagus untuk digunakan. Apa ada sistem keterampilan yang mempengaruhinya?”

“Kau ini bicara apa! Saat masih muda, aku ini sudah belajar pada seorang ahli pandai besi terkenal dari timur.”

“Tepat sekali. Karena aku percaya akan kehebatan Paman, aku akan sering berbelanja di sini.”

“Nak. Aku mengerti. Kalau begitu, aku tidak akan mengecewakanmu!”


Paman pemilik toko meninggalkan meja kasirnya, dan mulai mencari perlengkapan di tokonya.


“Kira-kira... Untuk nona muda ini, kusarankan kau membelikannya sebilah pedang sihir tingkat tinggi. Tentu itu sudah termasuk pemasangan lapisan BloodClean-nya.”


Harga senjata itu sebesar 10 koin emas. Tentu saja 10 koin emas itu, harga setelah pengurangan dari tukar-tambah.


“Selanjutnya sebuah zirah perak, yang memberikan Pelindung Sihir dengan jarak nilai tertentu.”

“Pelindung Sihir?”

“Itu adalah proses penggunaan energi sihir si pemakai, untuk meningkatkan pertahanan pada zirahnya.”

“Aku mengerti.”


Aku ingin meningkatkan pertahanan Raphtalia setinggi mungkin, karena bisa saja aku kembali menyakiti Raphtalia.

Paman pemilik toko kemudian mengambil 10 koin emasku. Harga senjata itu cukup mahal. Tapi...


“Hei, bukannya Paman punya perlengkapan lebih bagus dari yang kau sarankan ini?”

“Kereta berbahan logam dan perawatan untuk nona ini, akan memakan biaya yang tidak sedikit. Dan juga akan terasa janggal, kalau kau memakai perlengkapan yang tidak bisa kau gunakan dengan baik.”

“Benar juga.”

“Untuk sekarang, inilah perlengkapan yang bisa kutawarkan padamu.”

“Ah, jadi karena itu ya...”


Kalau dia bilang perlengkapan baru ini sudah cukup kuat untuk kami, aku akan mempercayai perkataan Paman.


“Mulai sekarang, perlengkapannya harus dibuat khusus. Datanglah lagi di lain waktu.”

“Maaf sudah merepotkanmu, tapi Gelombang Bencana akan datang 3 hari lagi. Apa perlengkapannya akan sempat selesai?”

“Takkan sempat kalau aku harus mencari semua bahannya sendiri.”


... memang itulah yang kubayangkan.


“Aku sudah mendapatkan beberapa bahannya, tapi masih belum cukup.”

“Yah... Apa kau bisa memakai kulit bangkai seekor naga?”

“Itu bukan masalah, lalu kau mau memilih yang mana, nak?”

“Memilih yang mana, apanya...?”

“Kalau kau mau, aku bisa meringankan berat zirah yang kusarankan untukmu, atau aku bisa buatkan zirah baru dengan bahan yang kau bawa itu.”

“Ngomong-ngomong, apa nanti zirahnya akan cukup kuat?”

“Itu bisa diatur, dan daya tahannya juga akan kubuat lebih baik.”

“Hmm... apa kemampuannya akan meningkat, kalau kau tambahkan tulang monster pada zirahnya? Seperti pada Zirah Barbarian?”

“Ah, aku baru mau mengusulkan itu. Bahan dari Chimera dan Naga itu luar biasa! Akan menjadi sempurna, jika kulit naganya dipakai untuk melindungi inti zirah itu.”


Inti zirahnya dibuat dari oleh-oleh yang Filo berikan padaku, yaitu potongan kristal ungu yang didapat dari naga zombie. Sepertinya itu akan menjadi zirah yang bagus.

Bagian 4[edit]

“Kalau begitu... bisakah kau membuatkannya?”

“Tentu saja, dan akan ada biaya tambahan untuk pembuatan dan bahan yang kusediakan.”


Setelah berkata begitu, paman pemilik toko kembali mengambil 5 koin emas, dan membawa semua bahan pembuatan zirahnya ke meja kasir.


“Aku bisa menambahkan zirah tulang itu, pada zirah yang kau pakai sekarang.”

“Baiklah.”


Aku pun pergi ke ruang ganti, dan menaruh Zirah Barbarian-ku di meja kasir.


“Tuan kelihatan seperti orang desa~”

“Diam kau.”


Mulut burung ini berbicara seenaknya saja.


“Hei hei, Filo dibelikan apa nanti?”

“Kau akan mendapat kereta baru.”


Untuk pembuatan keretanya, aku sudah membuat perjanjian dengan Paman. Dan itu jelas memakan biaya yang besar, yaitu 10 koin emas. Yah, Paman akan menambahkan beberapa bonus nanti.


“Filo ingin zirah seperti yang dipakai Kakak Raphtalia dan Tuan~”

“Tidak.”

“Belikan! Belikan! Belikaaan!”


Rengekan burung ini membuatku kesal saja.


“Jangan begitu, nak. Akan kubantu kau, dengan memberi perlengkapan untuk nona burung muda ini.”

“Sebenarnya...”


Aku memberitahu Paman tentang kekuatan serangan Filo yang bahkan sudah melampaui Raphtalia, dan itu dia lakukan dengan tangan kosong. Kupikir dia tidak memerlukan perlengkapan lagi.


“Jadi, apa Paman sudah mengerti?”

“Hmm. Apa nona burung ini biasanya bertarung dalam wujud monster-nya?”

“Yah.”

“Baiklah... Kalau begitu, itu sudah diluar kemampuanku. Walau kau masih bisa membelikannya perlengkapan di toko penjual monster.”

“Penjual monster...”


Aku jadi teringat dengan senyum menjijikan itu. Sosok pria yang pandai bicara itu muncul dalam pikiranku.


“Apa kau mau aku kenalkan pada salah satu penjualnya?”

“Tidak, kebetulan aku kenal seseorang.”


Apa kami harus menemuinya?


“Kalau begitu... Datanglah dua hari lagi untuk mengambil perlengkapannya.”

“Baiklah. Jadi... Paman?”

“Ada apa?”

“Apa kau tahu, arti tanda bintang di samping tampilan status Level?”

“Oh? Apa level-mu sudah cukup untuk melakukan peningkatan Class?”

“Peningkatan Class?”

“Kau belum tahu, nak? Peningkatan class dilakukan untuk menghilangkan batas pertumbuhan level. Saat level seseorang telah mencapai batas, lalu dia melakukan peningkatan class, maka dia bisa terus meningkatkan level-nya.”


Apa-apaan itu!? Dengan kata lain, istilah itu di dalam game adalah ritual untuk mengambil class lanjutan. Jadi kalau peningkatan class tidak dilakukan, kami takkan bisa menaikkan level?


“Biasanya, kalau kau adalah seorang ksatria yang setia pada negeri, atau seorang penyihir petualang, kau bisa mendapatkan peningkatan class. Tapi apa mereka akan membolehkan pelaksanaan ritual itu untuk seorang Pahlawan?”

Bagian 5[edit]

Saat kupikir lagi, tidak heran kenapa kelompok bandit yang pernah menghadang kami begitu lemah. Level tertinggi tanpa peningkatan class adalah Level 40. Dengan sistem seperti itu, para petualang dan penduduk desa yang dirasa tidak pantas menjadi kuat, takkan bisa melakukan peningkatan class. Jadi, penguasa pun bisa mengendalikan pertumbuhan level mereka.

Dan aturan tentang peningkatan class, takkan diizinkan kalau kau tidak dipercaya oleh penguasa...


“Ada sebagian orang yang bingung, mau mengambil class lanjutan yang mana setelah melakukan peningkatan class... Tapi kalau kau sudah mendapat tanda bintang itu, maka semua peluang akan terbuka lebar.”

“Di mana aku bisa melakukan peningkatan class?”

“Itu bisa kau lakukan di menara Jam Pasir Naga.”


Jadi, proses peningkatan class harus dilakukan di tempat itu? Tidak heran peraturannya sangat ketat.

... Lalu saat para Pahlawan berkumpul di sana, apa mereka juga akan melakukan peningkatan class? Aku penasaran mereka sudah mencapai level berapa.

Seperti yang kukira, aku langsung merasa kesal.


“Aku akan pergi ke sana.”


Kalau bisa, aku harus meningkatkan class secepat mungkin.

Kami pun meninggalkan toko senjata, dan segera pergi ke menara Jam Pasir Naga. Karena kereta kami sudah hampir rusak, jadi kami titipkan di belakang toko senjata. Filo pun sudah berubah ke wujud manusianya.


“Kita akan pergi ke mana?”

“Um...”


Setiap hari, aku selalu merasakan sesuatu yang aneh di dalam penginapan. Sepertinya sekarang ada banyak orang yang memiliki monster burung, sejenis dengan Filo. ‘Tren’ itulah yang terjadi selama aku pergi berdagang.


“Aku masih tidak mengerti, sebenarnya peningkatan class itu akan meningkatkan apa saja?”

“Aku ingin meningkatkan class-ku sesuai perintah Tuan Naofumi.”

“... Jangan begitu, Raphtalia. Kau harus memutuskan dan memilihnya sendiri.”


Dalam game lawas, peningkatan class akan memberimu pilihan ‘jalan cahaya’ atau ‘jalan kegelapan’, lalu kau harus memilih salah satunya.


“Saat Gelombang Bencana berakhir dan aku kembali ke duniaku, kau harus bisa hidup mandiri.”

“Eh... Tuan Naofumi akan pergi?”

“Yah.”


Lagipula aku tidak punya ikatan apapun di dunia ini. Memang aku ingin membalas kebaikan orang-orang yang telah membantuku, tapi akan kulakukan itu dengan menyelamatkan dunia yang mereka tinggali.

Aku tidak ingin terus tinggal di dunia yang memuakkan seperti ini.


“Apa aku boleh ikut, Tuan Naofumi?”

“Ikut kemana?”


Kalau begitu, nanti kau akan tinggal di mana? Kalau seseorang seperti Raphtalia datang ke dunia asalku, pasti akan terlihat aneh.


“Filo juga ingin ikut. Tuan mau pergi ke mana?”

“Kalau Filo, tidak mungkin bisa ikut...”

“Kenapa?”

“Oh, terserah. Ngomong-ngomong, peningkatan class apa yang akan kau pilih?”

“Yang membuat Filo bisa menyemburkan racun~!”

“...”


Seketika, aku langsung kehabisan kata-kata. Yang ingin kuucapkan adalah, sebenarnya burung ini maunya apa?

Apa karena kejadian itu? Sebelumnya, kami telah bertarung melawan banyak monster dengan kemampuan menembakkan racun, seperti Bio Plant dan Naga Zombie.


“Kau ini sudah cukup beracun.”


Maksudku ocehanmu.


“Benarkah!?”


Filo pun menarik napas, lalu meniupkannya.


“Kok racunnya tidak keluar?”

“Bukan itu yang kumaksud. Ayo, kita harus pergi.”


Kemudian kami terus berjalan menuju menara Jam Pasir Naga dengan penuh harap.

Referensi :[edit]