Tate no Yuusha Jilid 2 Bab 21 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 46 : Berangkat Keluar dengan Tendangan (Lagi)[edit]

Bagian 1[edit]

Dan kami tiba di menara Jam Pasir Naga. Seperti biasanya, suasana di dalam bangunan ini memberi kesan yang tenang.


“Tuan Pahlawan Perisai, benar?”


Seperti saat pertama kali aku datang ke sini, suster itu menatapku dengan curiga.


“Yah...”

“Untuk sekarang, ada urusan apa anda datang ke mari?”

“Aku ingin meningkatkan class.”

“Kalau begitu... Biayanya 15 koin emas per orang.”


15 koin emas!? Mau dilihat dari manapun, tetap saja biaya sebesar itu terlalu mahal!

Ekspresi wajah suster itu tidak berubah, namun pandangan matanya terlihat puas. Kau mau membuatku terlihat bodoh, karena tidak sanggup membayarnya?


“15 koin emas saja, kan?”


Dengan enggan aku rogoh kantung uangku, lalu menyerahkan 30 koin emas padanya.

Ekspresi suster itu langsung berubah, lalu dia mengeluarkan suatu berkas.


“... Peningkatan class tidak diizinkan bagi Tuan Pahlawan Perisai.”

“Apa kau bilang? Maksudmu apa!”

“Karena ini perintah langsung dari sang raja, Tuan Pahlawan Perisai tidak diperbolehkan melakukan proses peningkatan class.”


Raja bajingan itu! Aku benar-benar ingin membunuhnya!

Aku memang ingin kami menjadi lebih kuat, tapi biaya untuk meningkatkan class-nya sangat konyol. Dan di saat aku tidak tahu apa-apa tentang peraturannya, mereka jatuhkan harapanku dengan seenaknya. Kalau begini terus, kami takkan bisa menaikkan level!

Menguasai izin peningkatan class seperti ini, sama saja dengan mengendalikan para pemain di dalam game!


“Jangan bercanda!”

“Itulah peraturannya. Lagipula, sejak awal Tuan Pahlawan Perisai mustahil bisa melakukannya...”

“Harusnya kau bilang dari tadi!”


Amarahku langsung meluap, dan beberapa ksatria kerajaan mulai bermunculan dari balik ruangan resepsi.


“Tch! Baiklah! Aku paham!”


Dengan kesal aku berjalan menjauhi meja resepsi, dan menghentak-hentakkan kakiku hingga menimbulkan suara berisik. Yang benar saja, semuanya sangat memuakkan, terutama negeri ini!


“Jadi, kita harus bagaimana sekarang?”


Raphtalia bergumam dan terlihat khawatir. Situasi ini sudah jelas sangat gawat.


“Hei hei, yang tadi itu jam pasir apa? Filo ingin lihat lagi!”

“Tunggu.”


Masih merasa kesal, aku coba periksa menu Bantuan. ...Akhirnya penjelasan tentang peningkatan class bisa kutemukan.

Peningkatan Class adalah sebuah upacara yang bisa membuka banyak jalan, untuk meningkatkan kemampuan semua rekan Pahlawan.

Setelah itu, aku coba periksa penjelasan mengenai upacara yang dilaksanakan di ruangan Jam Pasir Naga.

Di dalam menu Bantuan, aku disarankan melakukan peningkatan class setelah tanda ★ muncul.

Tidak ada batas pertumbuhan level bagi seorang Pahlawan.

Sistem batasan level tidak berpengaruh pada Pahlawan...? Jadi level-ku bisa terus dinaikkan melebihi level 40?

Tapi tetap saja ini menjengkelkan! Jika Raphtalia tidak bisa melakukan peningkatan class, kami akan kesulitan nantinya.


“Kita harus bagaimana...?”

“Mau bagaimana lagi, kita akan tingkatkan class kalian di lain waktu.”


Untungnya, sementara ini kami tidak akan melakukan perjalanan sebelum gelombang ketiga nanti berakhir. Akan kupikirkan lagi solusi-nya.

Ada cara andalan yang terpikir olehku, yaitu dengan menjadikan Raphtalia seorang petualang, dengan begitu dia bisa mengambil peningkatan class-nya sendiri. Mungkin akan membutuhkan lebih banyak uang, tapi sekarang kami tidak punya waktu banyak, apalagi harus mencari uang tambahannya juga.

Itu mengingatkanku, kalau pedagang budak saja memiliki budak di atas Level 40. Dan bukannya aku akan pergi ke tempatnya untuk membelikan Filo senjata?


"Ahhhhhhhhhhhhhhhh!"


Apa itu?

Aku pun berbalik, dan melihat Motoyasu yang sedang menunjuk ke arahku.


“Kau! Maksudmu apa melakukan itu padaku, hah!”

“Apa? Jangan membuat kesan seolah aku punya urusan denganmu.”

“Sekarang kau mau berlagak bodoh, ya? Aku tahu. Pasti kau pemilik burung gendut itu.”


Burung gendut... apa yang dia maksud itu Filo?


“Kalau dipikir lagi, bagaimana kabar selangkanganmu?”

“Hampir hancur! Dan ini semua gara-gara monster itu!”

“Apa...!?”


Jadi “barang”nya belum hancur!?

Yang benar saja! Mana mungkin "barang"nya masih berfungsi setelah ditendang sekuat itu?


“Ternyata kabarmu tidak sesuai dengan harapanku.”

“Kau bajingan-”

“Bukan aku yang melakukannya! Lagipula siapa yang mau menghancurkan ‘biji’ mu?”


Setelah bertanya begitu, aku menoleh ke arah Raphtalia.

Oh, benar juga. Saat itu Raphtalia masih terkena mabuk darat, hingga tidak sempat melihat orang ini diberi tiket terbang gratis.


“Kenapa kau menatapku dengan kasihan begitu?”

“Karena kau ketinggalan atraksi yang menyegarkan mata...?”

“Aku tidak perlu tahu hal semacam itu!”


“Terserah, yang jelas cepat serahkan burung itu! Akan kubunuh dia!”

“Kau mau menemui burung itu? Apa yang terjadi? Bukannya salahmu sendiri yang nekat mendatangi kami...?”

“Jadi kau masih tidak mengaku juga? Tiap kali melihatku, burung itu selalu menendangku!”

Hm?

Dia ini bicara apa? Apa semua tendangan itu sudah menjadi takdirnya?

Bagian 2[edit]

“Apa maksudmu?”

“Sudah kubilang, tiap kali kami berpapasan dengannya, burung gendutmu itu langsung mengejar dan menendangku!”


Aku menatap ke arah Filo.


“Iya. Setiap melihat orang ini, Filo selalu menendangnya.”

“Begitu ya. Baiklah baiklah... Kerja bagus, Filo!”


Aku pun menepuk pelan kepala Filo.


“Ehehe~”

“Kenapa kau malah memujinya, Tuan Naofumi!?”


Di saat Raphtalia masih tidak setuju dengan “restu”ku itu, kuamati perlengkapan yang dikenakan Motoyasu. Terlihat ada tambahan pelindung selangkangan pada zirahnya.

Ini sangat lucu! Orang ini sampai terkena trauma begini!


"Ahahahaha!"


Tawaku langsung meledak.


“Sudah cukup, kau bajingan!”

“Itu benar! Tuan Motoyasu, jangan habiskan waktumu untuk meladeni perisai menjijikan ini!”


Kau bilang apa, pengikut murahan?

Wajah perempuan jalang itu memerah saat mengataiku begitu. Ini benar-benar “suguhan” yang menyegarkan.


“Sungguh senyum yang menyejukkan, aku belum pernah melihat Tuan Naofumi yang tersenyum sebahagia ini.”


“Kau-”


Motoyasu pun mengepalkan tangannya, dan mencengkeram kerah bajuku.

“Tuan~ Filo lapar!”


Burung yang tak bisa membaca situasi ini kembali bersuara. Lalu pandangan Motoyasu beralih padanya.

*tringg*

Setelah saling memandang dengan Filo, badan Motoyasu langsung menjadi kaku.

...Dia ini sebenarnya kenapa?


"Deryaaaaaaaaaaaaaaa!"


Lalu dia kembali menatapku dan meninju wajahku dengan keras, tapi bisa kugagalkan pukulannya itu.


“Apa-apaan ini? Kalau mau bertarung, gunakan tombakmu itu.”

“Nona! Cepat pergi dari sini! Orang ini sangat berbahaya!”


Motoyasu berteriak pada Filo, dan kembali berlagak sok jagoan. Padahal dia itu burung yang ingin kau bunuh tadi.

Oh pantas saja, sekarang Filo sedang memakai wujud manusianya. Apa karena dia ini cantik? Kesukaan Motoyasu akan perempuan kelihatannya tidak ada batasnya.


“Eh? Bukannya Tuanku itu tidak berbahaya, iya kan~?”

“Dia itu tuanmu!?”


Wajah Motoyasu langsung memerah karena marah.


“Kenapa kau membeli budak lagi!”

“Kau ini kenapa... Kau tidak terima kalau budakku ini perempuan...?”


Biar kubuat dia semakin kesal.


“Bukan begitu!”

...

“Luar biasa... Ini pertama kalinya aku bertemu dengan seorang gadis yang sempurna...”

“... Hah?”

“Aku tidak menyangka bisa bertemu seorang gadis yang mirip dengan Flonne[1] di dunia ini!”


Siapa yang dia maksud itu?

Aku baru ingat, penampilan Filo memang mirip karakter seorang ‘gadis malaikat’ dalam sebuah game di dunia asalku.

Bagian 3[edit]

“Sungguh seorang malaikat yang imut...”

“Diamlah! Aku tidak mau tahu kecenderungan seksual-mu itu!”

“Dunia paralel memang yang terbaik!”


Semangat Motoyasu segera mencapai puncaknya. Tapi semua rekan petualangnya merasakan hal yang sebaliknya.

Ke mana perginya orang yang hampir mengamuk tadi? Meski begitu, aku menatap Filo dengan seksama, hingga Motoyasu bertanya.


“Nona, boleh kutahu siapa namamu?”

“Uhmm... Namaku Filo.”


“Jangan kau jawab sepolos itu!”


Kemudian Motoyasu menggenggam tangan Filo dengan penuh perasaan.


“Orang itu mungkin akan memanfaatkanmu, seperti yang akan dilakukan seorang pelatih binatang pada kudanya. Aku akan menyelamatkanmu.”

“Tapi cara Filo menarik kereta, tidak sama dengan seekor kuda.”


Kau harusnya bisa menerima kenyataan, Motoyasu. Dia ini memang termasuk ras penarik kereta kuda.


“Bahkan selama satu bulan lebih, setiap hari Filo sudah biasa menarik kereta yang berat!”


Menjengkelkan, keadaannya jadi makin memburuk.


“Kau bajingan----!”


Motoyasu mulai membuat keributan lagi.

Aku tidak punya banyak waktu, harusnya aku sudah pergi dari tadi.


“Lepaskan Filo!”


Motoyasu berseru dengan lantang, dan menodongkan tombaknya padaku.


“Kau berbuat begini lagi!?”


Setelah “modus”nya ini tidak mempan pada Raphtalia, sekarang dia gunakan lagi pada Filo? Kenapa kau sangat menginginkan rekanku sampai sebegitunya?

Kemudian...


“Apa yang kau lakukan pada Tuan!”


Filo mengernyitkan keningnya saat berkata begitu pada Motoyasu.


“Jangan takut, Filo. Aku akan menyelamatkanmu!”


Kau benar-benar belum paham juga! Dan kau terus saja hanyut dalam khayalanmu itu...


“Ngomong-ngomong, burung gendut yang kau cari itu ada di sini. Burung itu adalah Filo.”

“Naofumi! Kau bajingan! Apa kau tidak punya hati, sampai mengolok-olok seorang gadis imut seperti dia!”

“Bukannya kau juga menyebutnya begitu, bahkan tadi kau sampai bilang ingin membunuh Filo.”

“Haah?”


Orang itu menatapku, seakan aku sudah mengatakan hal yang tidak masuk akal. Walau aku juga memang memanggil Filo ini ‘burung gendut’.


“Selain itu, jangan kau teruskan ocehanmu-”

“Takkan Filo biarkan siapapun yang mengancam Tuan~!”

*Wush*

Filo pun berubah ke wujud aslinya.


“Eh? Apa?”


Filo angkat kakinya, lalu dia tendang Motoyasu yang masih kebingungan itu, di selangkangannya.


“AAAAAAAAAAAH!-”


Itu terjadi tepat di depan mataku.

Dalam kebingungannya, Motoyasu terpental dengan terputar-putar sejauh 10 meter. Ditambah lagi, pelindung selangkangannya langsung hancur berkeping-keping.


“Ugh!”


Apa kali ini “barang”nya sudah hancur?

Tidak, mungkin dia akan baik-baik saja, karena sudah memakai pelindung selangkangan.


“Baiklah, abaikan saja orang bodoh itu, kita harus pergi.”

“Awawawa...”


Wajah Raphtalia terlihat pucat setelah melihat “atraksi” itu. Tapi, semua rekan Motoyasu tetap tidak menolong Pahlawan idola mereka.

Yah... dengan begini semua rasa kesalku akhirnya bisa ikut terbuang jauh. Aku harus memberi Filo hadiah.


“Baiklah, apa sekarang kita bisa pergi ke tempat pedagang budak?”


Filo kembali ke wujud manusianya, dan dia terlihat ketakutan.


“Apa Filo akan dijual...?”

“Jangan khawatir, aku tidak akan menjualmu. Justru kau akan kubelikan hadiah.”


Itu karena dia sudah mematuhi perintahku dengan baik, dan kapanpun kami bertemu dengan Motoyasu, Filo akan langsung menendangnya. Seperti yang baru saja terjadi.

Karena sudah menjadi seorang gadis yang penurut, Filo pantas mendapatkan hadiah.


“Aku akan membelikan perlengkapan yang kau inginkan.”

“Yey! Filo juga ingin makanan!”

“Yah, itu sudah pasti.”

“Terus... Filo ingin makanan yang dimasak oleh Tuan~”

“Iya iya. Pokoknya ini akan menjadi hadiah yang spesial.”

“Yeey~!”


Filo pun mulai melompat-lompat dengan gembira.

Referensi :[edit]

  1. Flonne adalah karakter heroine dalam video game Disgaea : Hour of Darkness.