Tate no Yuusha Jilid 2 Bab 22 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 47 : Selamat Datang[edit]

Bagian 1[edit]

“Wah, wah... Siapa lagi kalau bukan Tuan Pahlawan. Selamat datang.”

“Aku tidak menyangka akan berkunjung ke tempatmu lagi.”


Setelah berpapasan dengan Motoyasu, selanjutnya kami mengunjungi si pedagang budak.


“Ada yang bisa saya bantu hari ini?”

“Sebelum membicarakan itu...”


Terasa ada yang mengganjal saat kulihat cara berpakaian pedagang budak ini. Bahkan semua asisten-nya... Mereka memakai perhiasan mewah yang bentuk polanya mirip dengan sayap.


“Pola sayap yang kau pakai bagus juga.”

“Semua ini berkat Tuan Pahlawan. Ya.”

“Hah?”

“Semua keuntungan kami ini, bisa didapat berkat perjalanan berdagang Tuan Pahlawan.”

“Apa maksudmu?”


Walau ada beberapa alasan yang bisa kupikirkan, tetap saja tidak ada satupun yang cukup masuk akal.


“Alasan yang pertama, yaitu kabar tentang Ratu Filolial yang terkenal dengan ‘teror’ yang dibuatnya. Banyak bangsawan mengincar Filolial langka tersebut, untuk dijadikan koleksi monster mereka. Ya.”


Ah, jadi alasan terkenalnya pedagang budak ini, disebabkan oleh Filo yang menarik kereta kami. Yah, dia ini memang seekor monster yang langka. Kalau ada yang ingin membeli monster serupa, pasti mereka akan datang ke tempat pedagang budak. Dan kapanpun ada bangsawan yang mengunjunginya, pedagang budak ini akan mengarahkan mereka agar menemuiku.

Walau begitu, aku takkan menjual Filo karena dia bisa mengamuk nanti.


“Jadi setelah saya sarankan agar mereka menemui anda, akhirnya mereka menyerah dan membeli monster yang lain. Ya.”

“Aku tahu sifatmu memang begitu.”


Kalau saja syarat perubahan menjadi Ratu Filolial sudah bisa dipastikan, pasti pedagang budak bisa meraup untung lebih besar. Apa monster Filolial biasa, bisa berubah jika dibesarkan oleh seorang Pahlawan?

Membeli seekor Filolial tambahan bukanlah ide yang bagus... Satu Filo saja sudah cukup membuatku kerepotan.

“Dan yang kedua, karena kedua budak Pahlawan telah dilihat oleh banyak orang, hingga tersebar rumor bahwa budak yang dijual di toko saya ini berkualitas tinggi. Itu pun menjadi keuntungan tambahan bagi saya. Ya.”


Selanjutnya berkat Raphtalia, ya...

Raphtalia ini memang seorang gadis yang cantik, dengan penampilannya yang menawan. Kalau mereka tahu dari mana Raphtalia kudapatkan, mereka pasti akan mencari tenda pedagang budak ini.

Apa semua yang kulakukan akan menaikkan pamor si pedagang budak?


“Jadi, apa yang anda butuhkan sekarang? Budak lainnya? Atau anda akhirnya mau bekerjasama dengan eksperimen Filolial kami?”


Pedagang budak itu menggosokkan kedua tangan dengan ekspresi senangnya.


“Tidak, kali ini ada urusan tentang monster yang harus kubicarakan denganmu.”

“Kalau begitu, berarti anda mau membantu eksperimen Filolial kami.”

“Bukan begitu.”


Apa hanya ada 2 pilihan itu saja yang orang ini pikirkan?


“Jadi, apa yang anda butuhkan?”

“Ah, aku ingin tahu... Apa aku bisa membeli perlengkapan untuk Filo?”

“Perlengkapan...? Tentu kami bisa menyediakannya.”


Pedagang budak itu menoleh dan mengamati Filo. Lalu dia bersenandung dengan gembira, saat melihat Filo yang segera bersembunyi di belakangku.

Seperti yang kukira, Filo masih ketakutan dengan si pedagang budak.


“Bagaimana kalau senjata yang berbentuk sepatu kuda? Ada juga zirah khusus untuk Filolial...”


Kalau zirah rasanya tidak mungkin. Cukup aneh kalau kami harus minta dijahitkan pakaian, untuk Filo pakai dalam wujud aslinya.


“Apa kau punya perlengkapan untuk menerobos musuh?”

“Monster anda bisa memakai sebuah helm untuk dukungan serangannya.”

“Hmm...”


Mungkin sepatu kuda akan cocok untuk Filo.


“Bagaimana kalau sepasang cakar?”

“Filo, perlengkapan apa yang kau mau?”


“Eh?”


Apa dari tadi kau tidak menyimak, karena terlalu takut pada pedagang budak?


“Kau bisa memilih sebuah helm, atau sepatu untuk dipakai di kakimu.”

“Umm... Filo tidak mau yang nantinya menusuk ke kulit~”


Ah, ternyata dia masih trauma dengan kelakuan penjahit di ibukota, ya?

Perlengkapan tersebut memang cocok dipakai dalam wujud monster-nya, tapi dalam wujud manusia, Filo akan kesulitan mengangkatnya. Perlengkapan sepatu kuda akan menusuk ke dalam kaki, dan ukuran zirahnya nanti bisa saja tidak sesuai.

Kalau kami pergi ke toko sihir, mungkin masih bisa dipasangkan benang sihir pada lempengan logamnya, tapi biayanya cukup mahal. Poin pertahanan Filo pun takkan bertambah banyak.


“Bagaimana dengan cakar yang bisa dilepas-pasang? Ya.”

“Filo, kau mau cakar itu?”

“Iya.”


“Kami harus mengukurnya, jadi tolong berubahlah ke wujud monster-mu. Ya.”

“Oh, benar juga.”

“Baik~”

*Wush*

Filo pun kembali ke wujud monster-nya, lalu dia rentangkan kakinya. Kemudian seorang asisten pedagang budak mulai mengukur kaki Filo.


“Hmm... Ukurannya ini lebih besar dari Filolial biasa.”

“Apa ada perlengkapan yang bisa kau siapkan secepatnya?”

“Kalau tidak salah, kami masih punya perlengkapan yang ukurannya sesuai dengan monster anda. Tidak apa-apa kalau bahannya dari besi?”

Bagian 2[edit]

Aku penasaran, akan jadi sebesar apa kekuatan serangan Filo nanti. Haruskah aku pilih perlengkapan yang daya tahannya tinggi? Kalau masalah ketajaman...


“Tidak apa-apa, nanti aku bisa membelikannya perlengkapan lain.”

“Saya mengerti. Untuk sekarang, perlengkapan terbaik yang bisa saya siapkan, terbuat dari besi dengan beberapa fitur sihir tambahan.”

“Ngomong-ngomong, berapa harganya?”

“Karena Tuan Pahlawan sudah membantu saya, saya akan tawarkan separuh harga pasar pada Tuan, yaitu 5 koin emas.”

“Bisa kau turunkan lagi?”

“Keserakahan Tuan Pahlawan sungguh membuat saya merinding. Baiklah, saya turunkan jadi 4 koin emas.”

“Bagus. Dan tambahkan juga tali kekang untuk bonus-nya.”

“Terjual!”


Pedagang budak itu terlihat bersemangat lagi. Meski kelihatannya dia mudah diajak kompromi, tapi aku tetap merasa dimanfaatkan olehnya. Intuisi berbisnis-nya ini sangat menakutkan.

Kemudian sepasang senjata cakar dikeluarkan dari ruangan belakang tenda. Ukuran cakar besi ini kelihatannya pas untuk kaki Filo. Baguslah.


“Cakar ini besar juga.”

“Ini adalah cakar untuk dipakaikan pada Wyvern[1]. Ada juga cakar dengan ukurannya lebih besar, akan kami siapkan kalau anda mau.”


Jadi, sekarang Filo tidak lagi dianggap sebagai seekor Filolial?


“Filo akan memakai ini?”

“Yah, ini akan jadi senjatamu.”


Filo pun mengambil cakar itu dan memakainya.


“Ukurannya pas~”

“Sepertinya begitu.”


Sekarang tinggal mengikatkan cakar itu ke kakinya. Filo pun mengangkat kakinya, untuk memastikan cakarnya sudah benar-benar terpasang.


“Rasanya aneh~”

“Ini akan membuat seranganmu lebih kuat dari sebelumnya, nanti juga kau akan terbiasa.”


Kekuatan serangan kaki Filo saja sudah cukup besar. Apalagi setelah diberi senjata seperti ini...

Adegan saat Filo menendang Motoyasu langsung terbersit di benakku. Kali ini, tendangan Filo pasti bisa menghancurkan selangkangannya.


“Filo, jangan pakai cakarnya saat kau akan menendang pria tombak itu.”

“Kenapa~?”

“Karena ‘biji’nya bisa benar-benar hancur.”


Walaupun sifatnya begitu, Motoyasu tetaplah seorang Pahlawan. Kalau aku membunuhnya, aku tidak tahu hukuman apa yang akan menantiku. Aku rasa renunganku ini sudah terlambat.

Tujuan orang itu dalam hidupnya adalah menjadi populer di kalangan para wanita. Akan sangat memalukan baginya, saat selangkangannya ditendang oleh rekanku ini. Kalau itu terjadi, siapa lagi yang bisa menjadi kebanggaan si raja sampah itu?


"Hmm..."


Dengan serius, Filo terus memandangi cakar yang baru kami beli. Apa dia mendengar yang kukatakan barusan?

Oh, terserah... Apapun yang terjadi pada Motoyasu, itu bukan urusanku. Aku pun memberikan 4 koin emas pada si pedagang budak.


“Sepertinya Filo tidak butuh zirahnya~”


Kelihatannya Filo merasa tidak perlu memakai zirah. Yah, tidak masalah kalau memang itu yang dia mau.


“Baiklah, selanjutnya...”


Hmm, aku yakin masih ada urusan yang harus kami selesaikan di sini. Setelah melihat Motoyasu terlempar seperti tadi, aku jadi melupakan hal ini. Pasti Raphtalia dan Filo... Ah, aku ingat.


“Hei. Apa kau menyediakan jasa peningkatan class di sini?”

“Peningkatan class, ya?”

“Yah, aku sedikit kesulitan karena si raja sampah tidak mengizinkan peningkatan class untuk kedua rekanku ini. Dan sebelumnya, aku pernah melihat beberapa budak yang kau jual di atas Level 40.”


Setelah kukatakan itu, pedagang budak tersebut berpikir sembari memegangi dagunya.


“Tuan Pahlawan. Dengan menyesal harus saya katakan, kalau saya tidak bisa membantu anda. Saya tidak punya surat pengenalan untuk melakukan itu.”

“Begitu ya...”


Aku pikir pedagang budak ini bisa melakukan peningkatan level...?


“Kalau anda sudah mendapat kepercayaan dari negeri tetangga, anda bisa melakukan peningkatan class di menara Jam Pasir Naga di negeri mereka.”

“Apa?”


Tunggu, jadi negeri ini bukan satu-satunya yang mempunyai menara Jam Pasir Naga?

Bagian 3[edit]

“Menara itu ada juga di negeri lain?”

“Ya, walau akan butuh waktu sampai anda mendapatkan kepercayaan mereka...”


Saat ini, waktu menjadi hal yang sangat berharga. Aku tidak boleh menyia-nyiakannya.

Apa reputasi Pahlawan Perisai di negeri lain, sama buruknya dengan di sini? Mungkin aku akan menemui hambatan yang lain.


“Anda bisa melakukannya di negeri prajurit bayaran ZeltBul, negeri Demi-human Silt Welt, dan negeri Shirudo Furiden. Ya.”

“Menaranya ada sebanyak itu?”

“Ya. Untuk Tuan Pahlawan, saya sarankan anda meningkatkan class di Silt Welt atau Shirudo Furiden. Di kedua negeri itu, anda tidak akan dikenakan biaya masuk.”

“Hmm... Berapa lama waktu perjalanan untuk sampai ke sana?”

“Kira-kira... Satu bulan dengan menaiki kereta kuda, dan dua minggu dengan menaiki perahu.”


Pedagang budak itu mengambil sebuah peta, dan menunjukkan padaku rute perjalanannya.

Tentu saja, jaraknya cukup jauh dari Melromarc. Mungkin butuh waktu tiga minggu untuk sampai ke sana, atau dua minggu kalau Filo berlari dengan kecepatan tinggi.

Dua minggu perjalanan dengan perahu sepertinya ide yang bagus, tapi aku takkan bisa melakukan apa-apa nanti.


“Kalau ada seekor Wyvern di sini, Tuan Pahlawan bisa sampai ke salah satu negeri itu dengan cepat.”

“Jauh juga...”


Meski begitu, dengan keadaan kami yang sekarang, peningkatan class akan sangat dibutuhkan. Ditambah lagi, aku bisa mendapatkan bahan mentah dan monster baru yang bisa kuserap di tempat lain.

Akan sia-sia bagi Raphtalia dan Filo, kalau mereka tidak bisa bertambah kuat di negeri ini. Haruskah kami pergi ke negeri Demi-human?


“Kurasa kita bisa pergi setelah gelombang ketiga berakhir.”


Bukan main, raja sampah itu sangat ingin melakukan semua hal yang membuatku kesal.


“Aku sudah banyak terbantu olehmu.”

“Kalau anda berpikir begitu, berarti...”

“Aku tolak. Oh, iya. Apa kau menjual manusia di sini?”


Aku pikir lebih baik menjual para bandit ke tempat ini, daripada harus membunuh mereka.


“Perdagangan manusia mustahil dilakukan di negeri ini. Bukan berarti tidak ada yang mau membeli budak manusia, tapi resiko-nya terlalu besar. Apalagi harus memperhatikan kualitas budaknya juga.”


Dan sudah jelas, perdagangan Demi-human memang diperbolehkan di kerajaan ini. Kupikir negeri ini memang didominasi oleh ras manusia.


“Baiklah. Kalau begitu, sampai jumpa.”


Kami pun meninggalkan tenda si pedagang budak. Dengan wujud manusianya, Filo menenteng sepasang cakar yang dia ikat dengan tali. Meski begitu, Raphtalia tetap terdiam selama perbincanganku dengan pedagang budak tadi.

Yah, aku salut dia tidak menyela dalam pembicaraan bisnis kami, dan tidak membuat suasananya menjadi canggung.


“Sekarang giliranmu, Raphtalia.”

“Giliran apa?”

“Tentang air sucinya. Aku yakin gereja di kota ini pasti menjualnya.”

“Ah, iya.”

“Kau ini perempuan, Raphtalia. Tidak baik kalau kau punya bekas luka hitam seperti ini.”

“Yah... Kalau Tuan Naofumi sampai sekhawatir itu padaku...”


Raphtalia menggumamkan itu dengan wajahnya yang tersipu.


“Tidak, aku sendiri tidak keberatan. Setidaknya aku harus menyelesaikan masalah yang kuperbuat.”

“Jadi itu maksudmu... Padahal tidak apa-apa.”


Kadang-kadang aku tidak paham dengan apa yang Raphtalia pikirkan.

Yah, masih ada yang harus kita lakukan.

Referensi :[edit]

  1. Wyvern adalah seekor makhluk legenda dengan kepala naga, tubuh binatang reptil, dua kaki, dan satu ekor. Wyvern biasanya (walau tidak semuanya) dihubungkan dengan es dan cuaca dingin, kadang-kadang bisa menyemburkan api atau mempunyai gigitan yang beracun. (dikutip dari Wikipedia)