Tate no Yuusha Jilid 2 Bab 23 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 48 : Tuduhan atas Pemalsuan Identitas[edit]

Bagian 1[edit]

Kami pun tiba di gereja megah di dalam tembok ibukota.


“P-Pahlawan Perisai!?”


Kedatanganku disambut dengan tidak menyenangkan oleh suster di sana. Sebenarnya sejijik apa kesan yang kau percaya tentangku, hingga ekspresi wajahmu jadi seperti itu?

Apa karena aku dituduh melakukan pemerkosaan, jadi aku juga tidak diizinkan memasuki gereja?


“Tenang dirimu, suster.”


Seorang pendeta[1] datang dari ruangan gereja, dan menegur suster itu yang menanggapi kami dengan tidak bersahabat.

... Terasa ada yang aneh di sini, tapi tidak ada yang bisa kuperbuat untuk mengatasinya.


“Apa anda membutuhkan sesuatu dari gereja kami?”

“Ah, rekanku ini terkena suatu kutukan yang kuat, jadi aku ingin membeli air suci untuk menyembuhkannya.”


Pendeta ini tidak terlihat akan menyinggungku, jadi bisa dibilang posisi-nya itu netral.

Selembar daftar harga tergantung di dinding gereja.


“Kalau begitu, silahkan anda siapkan uang persembahannya.”


Apa kau menganggapku bisa membaca daftar harga itu, makanya kau langsung meminta uang persembahannya?


“Berapa banyak uang untuk persembahannya?”

“Untuk pengaruh air suci yang termurah hingga yang terkuat, persembahannya sebanyak 5 koin perak, 10 koin perak, 50 koin perak, dan 1 koin emas.”


Hmm... Sepertinya mereka tidak meminta uang lebih. Aku pikir mereka akan menambahkan uang denda, tapi...


“Sepertinya tidak pantas kalau meminta potongan harga dalam urusan Ketuhanan, jadi akan kubeli air suci terkuat yang kau punya.”

“Tuan Naofumi, kau tidak perlu mengeluarkan biaya sebesar itu untukku.”

“Tidak apa-apa. Aku sudah bilang, kalau aku ini sangat membanggakanmu. Dibandingkan sosok Raphtalia yang selalu mendampingiku, 1 koin emas hanyalah hal yang sepele.”


“T-terima kasih banyak!”


Aku berikan 1 koin emas pada pendeta itu, sembari Raphtalia mengucapkan terima kasih padanya.


“Saya mengerti.”


Pendeta itu menyuruh suster mengambilkan sebotol air suci.

...Kemudian aku periksa kualitas air suci itu dengan keterampilan Penilaian-ku.

Air Suci
Kualitas : Buruk

Aku langsung memelototi pendeta, yang menjadi kebingungan setelah melihat respon-ku ini. Kemudian pendeta itu memeriksa air suci tersebut, dan ekspresi wajahnya juga berubah.


“Kenapa kau membawakan air suci dengan kualitas rendah seperti ini?”

“Tapi, dia ‘kan...”

“Tuhan itu Maha Pengasih. Segeralah meminta ampunan pada Tuhan atas sikap barbar yang kau perbuat, karena lebih mementingkan kepuasan pribadimu yang sesat itu.”

“S-saya minta maaf!”


“Saya sungguh minta maaf. Petugas gereja kami telah bersikap tidak pantas pada anda.”

“Aku tidak keberatan selama kau tidak menipuku.”

“Saya hargai sikap murah hati anda.”


Setelah kejadian itu, pendeta tersebut membawakan sendiri air sucinya untukku. Lalu aku periksa lagi air suci tersebut.

Air Suci
Kualitas : Tinggi
Air suci untuk menghapuskan kutukan.


“Yah, memang inilah yang kami cari.”


Aku terima botol air suci yang diberikan pendeta itu.


“Apa air itu enak? Filo ingin mencicipinya juga!”

“Air ini untuk pengobatan Raphtalia. Memangnya kau terkena kutukan juga sampai menginginkan air ini?”

“Iya. Karena Filo selalu bersemangat!”

“Berarti kau tidak membutuhkannya.”

“Huh~?”


Saat Filo masih kebingungan, aku mengalihkan pandanganku ke arah pendeta tersebut.


“Terima kasih. Lain kali, tolong katakan hal yang sama pada suster di menara Jam Pasir Naga. Orang itu mencoba mengolok-olokku.”

“Saya mengerti. Sikap seperti itu memang tidak pantas dilakukan seseorang yang beriman.”

“...Baiklah. Kalau begitu, sampai jumpa.”

“Semoga kita selalu mendapat bimbingan dari Tuhan.”


Aku rasa pendeta ini seorang pria yang baik. Negeri ini akan menjadi lebih damai, kalau banyak orang yang bersikap seperti dirinya.

Sembari merasakan kesan menenangkan dari pendeta itu, aku pun meninggalkan ruangan gereja.


“Ah! Di sini kau rupanya!”


Setelah keluar dari gereja, entah kenapa Itsuki, Ren, dan semua rekan petualang mereka langsung menghampiri kami. Kali ini apa yang mereka inginkan?

Mereka semua berkumpul di ibukota. Apa yang sebenarnya terjadi?

Sekarang, Itsuki tidak lagi mengenakan perlengkapan kualitas rendah. Dengan mengenakan perlengkapan kualitas tinggi-nya, Itsuki menatapku kesal dan mulai bicara.


“Kau pencuri! Kau merebut semua pengakuan dan imbalan dari kerja kerasku!”

“Apa!?”


Kenapa juga aku harus merebut imbalan milik Itsuki?


“Aku juga. Tugas yang harusnya dikerjakan olehku, langsung kau ambil begitu saja.”


Ren juga ikut menuduhku.

Aku tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan.

Kemudian aku mengingat kembali desa wabah yang pernah kuselamatkan, mungkin sebelumnya desa itu telah meminta bantuan pada kedua orang ini.

Bagian 2[edit]

“Aku mungkin sudah merebut tugas Ren, tapi aku tidak tahu apa-apa tentang Itsuki.”


“Kau sedang mempermainkanku, ya?”

“Tunggu dulu. Meskipun Naofumi tidak mau mengaku, biar aku yang bicara duluan.”


“Jangan langsung menganggap seolah aku sudah melakukan kejahatan.”

“Apa Tuan sudah melakukan kesalahan?”

“Aku tidak melakukan apapun! Setidaknya, aku tidak ingat pernah melakukan hal yang kedua orang ini tuduhkan.”


Di saat aku mencoba menenangkan Raphtalia dan Filo, aku pelototi Itsuki dan Ren.


“Sebelum itu, jelaskan apa yang terjadi.”

“Kejadiannya...”


Itsuki mulai menjelaskan kejadiannya padaku.

Nampaknya Itsuki telah menerima “permintaan” untuk melakukan penyelidikan, dan kalau perlu, sekaligus melenyapkan para pimpinan yang berulah di wilayah utara. Pria dengan zirah dan penampilan mirip seorang ksatria adalah salah satu rekannya, dan Itsuki menyuruhnya untuk mengambil imbalan dari pihak Serikat.

Namun, pihak Serikat mengaku telah memberikan imbalannya pada seseorang. Itsuki menyimpulkan, kalau satu-satunya orang yang akan berbuat seperti itu, adalah aku.


“Kau tahu, wahai Yang Mulia Shogun... Saat kau mengalahkan kejahatan tanpa menunjukkan identitas-mu, semua orang takkan tahu jasa yang sudah kau lakukan itu. Aku tahu kau merasa senang, saat seseorang sadar kalau kau ini seorang Pahlawan, tapi banyak juga rumor bias yang beredar tentangmu.”

“Sho-Shogun? Kau ini bicara apa!?”

“Bukannya itu julukanmu, seseorang yang berpura-pura menjadi petualang, dan membawa pedang di pinggangnya?”


Kelihatannya Itsuki mulai ingat, lalu dia mulai berteriak padaku. Ya, sikap Itsuki sendiri yang sudah mendatangkan masalah baginya.

Tidak ada yang bisa mengenalimu sebagai seorang Pahlawan Busur, kalau kau menyamar seperti seorang petualang. Karena itulah, banyak orang lebih mengakui keberadaan Pahlawan Pedang atau Pahlawan Tombak.

Kenapa aku sampai mengamati hal seperti ini? Ini tidak ada gunanya.

Menjadi seorang pahlawan yang menghukum kejahatan dari dalam bayang-bayang memang terlihat keren, tapi keberadaanmu takkan diketahui oleh dunia. Saat aku masih kuliah di duniaku, aku paham bahwa penampilan itu penting, agar masyarakat bisa mengenalimu.

Jika seseorang ingin merebut imbalan dari usaha Itsuki, dia tinggal mengakui diri sebagai orang yang telah menyelesaikan tugas Itsuki. Maksudku, pahlawan dengan sikap seperti Itsuki, harusnya melenyapkan kejahatan karena keinginan tulusnya sendiri, bukan demi imbalan atau agar namanya terkenal.

... Ini pembahasan yang tidak mengenakkan. Sama halnya denganku yang dianggap sebagai sosok Pendeta Mistik.


“Apa kau menyelesaikan tugasmu sebagai Pahlawan Busur? Saat aku berada di kota dengan pajak tinggi itu, aku baru tahu, kalau kau lah yang telah menggulingkan penguasa kota tersebut.”

“Itu karena aku merahasiakannya.”

“Kalau begitu untuk lebih memastikannya, apa petualang dengan busur yang berjuang bersama pasukan Perlawanan dari utara itu, adalah kau?”

“Ya, itu aku! Aku telah menumpas raja diktator itu bersama pasukan Perlawanan.”

“Kau tahu apa yang terjadi pada negeri itu sekarang?”

“Raja jahatnya telah digulingkan, tentu saja kehidupan rakyatnya jadi semakin makmur.”

“Kenyataannya tidak seperti yang kau pikirkan! Mereka jadi semakin kelaparan, sampai harus menyelundupkan makanan dengan cara barter!”

“Tidak mungkin! Alasannya!?”

“Kau tahu, mungkin penguasa di negeri itu memang jahat, tapi sejak awal seluruh negeri itu memang sedang diserang hama. Dan yang berubah di negeri itu hanya pimpinannya saja.”

“Itu bukan urusanku. Tolong jangan alihkan pembicaraan kita!”


Ugh... Sungguh tidak bertanggung jawab... Setidaknya khawatir lah sedikit.


“Kalau begitu, kita kembali ke permasalahan awal. Apa kau menyuruh rekanmu untuk mengambil imbalannya? Apa sudah kau tanyakan keadaan saat dia mengambilnya?”

“Ya, dia sudah menjelaskannya! Kau, cepat jelaskan pada orang ini!”


Kemudian rekan Itsuki itu menjelaskan kejadian, saat dia menanyakan imbalannya pada pihak Serikat. Setelah mendengarkannya, aku kembali berbicara.


“Serikat, ya? Lalu apa kau punya sesuatu sebagai bukti, bahwa bukan rekanmu yang menerima imbalannya?”

“Tentang itu... Ada selembar surat kontrak. Aku sudah menunjukkannya pada pihak Serikat, dan di surat itu terdapat cap stempel langsung dari sang raja. Surat itu dibuat dengan teknik khusus! Tidak mungkin surat itu bisa ditiru dan dibuat dengan mudah.”


Itsuki berseru dengan sangat yakin.


“Kalau begitu, mustahil bagiku bisa merebut imbalanmu.”

“!”


Akhirnya Itsuki menyadari apa yang kumaksud.


“B-berarti senjatanya!”


Kenapa kau sampai seputus-asa ini untuk mencari-cari alasan? ... Rasanya apapun yang terjadi, kau tetap bersikeras ingin menuduhku.


“Hanya seorang Pahlawan yang bisa merubah bentuk senjatanya. Berarti kau sudah merubah bentuk perisaimu agar mirip dengan sebuah busur, dan entah bagaimana caranya, kau juga telah membuat surat kontrak yang palsu.”

“Begitu, ya? Yah, memang itu bukan hal mustahil di dunia ini.”

“Ya, memang begitu kenyataannya. Jadi apa kau punya bukti untuk membantahku?”

“Filo.”


“Iya?”

“Berubahlah ke wujud aslimu.”

“Baik~”


Dalam sekejap, pakaian one-piece Filo pun menghilang, dan yang tersisa hanyalah kalung lehernya. Aku pun menunjuk kalung leher tersebut.


“Apa!?”

“Apa kau mengerti sekarang? Ini adalah dunia di mana benda ajaib seperti ini bisa dibuat. Mungkin memang ada alat yang bisa merubah wujudnya menjadi busur. Dan benda sepertil itu bisa didapatkan oleh Pahlawan lain selain aku.”

“T-Tapi-”


“Menyerahlah, Itsuki. Dengan keadaan seperti ini, ditambah kurangnya bukti yang kau punya, kita tidak bisa begitu saja menuduh Naofumi sebagai pelakunya.”


Ren kemudian melangkah ke depan Itsuki, sebelum Itsuki menuduhkan hal lainnya padaku.


“Sejak awal, apa sudah kau tanyakan, seperti apa penampilan orang yang mengambil imbalanmu?”

“Umm... itu...”


Dengan gugup Itsuki mencoba menjawab pertanyaan Ren.

Bagian 3[edit]

“Kalau begitu hentikan saja. Lain kali, tunjukkan pada semua orang bahwa kau ini seorang Pahlawan. Selanjutnya giliranku.”

“Apa ini tentang masalah wabah di wilayah timur?”

“Karena kau sudah tahu, harusnya pembahasan ini bisa cepat selesai. Kenapa kau merebut tugasku?”

“Karena kebetulan aku ada di sana. Kau tahu? Naga yang telah kau kalahkan di sana, menyebabkan wabah penyakit yang baru.”

“Apa!?”


Ren pun menjadi terdiam.

Dia benar-benar tidak tahu? Kupikir dia ini orangnya lebih berhati dingin.


“Ada banyak orang yang mati karena wabah itu, hingga di belakang bangunan penyimpanan di desa itu, dibuat tempat pekuburan yang baru. Korban yang berjatuhan bisa lebih banyak, kalau aku tidak ikut membantu di sana.”

“Tidak mungkin...”


Dengan langkah yang terhuyung, Ren kelihatannya ingin pergi ke desa itu.


“Tunggu, kau takkan sempat sampai ke sana. Gelombang Bencana sebentar lagi akan datang.”

“Tapi aku harus bertanggung jawab-”

“Aku sudah membuang bangkai naganya. Para penduduk desa dan seorang Tabib Ahli sudah menangani masalah wabah itu, walaupun tetap saja aku sudah merebut tugasmu.”

“Begitu kah... Yah, mau bagaimana lagi.”


Wajah Ren terlihat pucat.


“Kau mempercayai omongannya semudah itu!?”


Itsuki memprotes Ren dengan ekspresi bingungnya.


“Tidak ada untungnya kalau dia berbohong. Lagipula, tugasku dibatalkan karena memang telah diselesaikan. Jadi, memang tidak ada yang salah di sini.”

“Aku terkejut saat bangkai itu berubah menjadi Naga Zombie. Saat bertarung melawannya, Raphtalia sampai terkena kutukan ini.”


Aku tidak berbohong. Walau kutukan pada Raphtalia sebenarnya disebabkan olehku.


“Oh, jadi karena itu kalian muncul dari dalam gereja?”


Ren mengamati Raphtalia, dan melihat beberapa perban yang membalut badan Raphtalia.


“Aku harap kutukannya bisa segera hilang.”


...Tidak disangka, kupikir Ren adalah seorang yang kejam. Tapi kelihatannya dia menjadi rapuh, saat menghadapi masalah yang dia sebabkan sendiri.

Dan pepatah mengatakan bahwa kelemahan adalah kejahatan.


“Kenapa kau tinggalkan bangkai naganya di sana?”

“Karena... Rekanku ingin membagikan loot naga itu pada para petualang yang lain.”


Saat kupikirkan lagi, penduduk desa memang menyebutkan kalau para petualang di sana, mengambil loot dari naga tersebut.


“Aku serahkan urusan itu pada para petualang dan penduduk desa, tapi...”

“Lain kali, pastikan kau buang bangkainya dengan baik, karena bangkai nantinya akan membusuk. Mengingat penyakit yang bisa muncul dan menyebar saat bangkainya membusuk, urusan membuang daging dan organ dalam monster harus didahulukan.”

“Yah...”


Perundingan ini agak mengecewakan, dan tetap tidak kusebutkan rincian tentang keadaan desanya.

Karena semua tuduhan itu berasal dari kesalahan mereka sendiri... Yah, anggap saja semua itu ganjaran yang setimpal bagi mereka.


“Aku masih tidak percaya.”


Itsuki malah lebih keras kepala daripada Ren.


“Aku pasti akan membawa buktinya.”

“Yah, bawa saja. Dan jangan sampai kau membawa bukti yang dibuat-buat. Bukannya tadi kau langsung menuduh Pahlawan Perisai sebagai pelakunya? Jangan mengambil kesimpulan semudah itu. Kau tahu ‘kan seperti apa rumor yang beredar tentangku.”

“...Apa maksudmu?”

“Ini sekedar peringatan untukmu. Karena setelah sekelompok bandit menyerangku dan aku balik melawannya, akhirnya mereka lari ke kota, dan mengaku kalau akulah yang merampok mereka.”

“I-Itu...”


“Hal yang sama juga berlaku padamu, Yang Mulia Shogun. Aku harap kau bisa lebih berhati-hati dalam bertindak.”


Sepertinya dia merasa kasihan karena aku dirumorkan seperti itu, tatapannya itu membuatku muak. Kenapa kau menatapku begitu, hah?


“Untuk sementara, kasus ini kita tunda dulu.”

“Aku tidak keberatan, lagipula bukan aku pelakunya.”


Sungguh, aku sangat benci tuduhan palsu seperti ini! Jangan tuduhkan semua hal buruk padaku!

Itsuki pun pergi dengan kesal, dan Ren terlihat gelisah saat dia meninggalkan tempat.


“Oh, baiklah, apa kita bisa pergi sekarang?”


Hari ini seperti hari sial bagiku. Ada banyak hal yang kualami. Lagipula, ibukota ini dibawah kekuasaan si raja sampah itu, jadi segala rumor yang menyebar akan menjadi simpang siur.

Sebaiknya kami segera kembali ke penginapan.

Referensi :[edit]

  1. Pendeta dalam arti sesungguhnya, bukan seperti julukan Naofumi si Pendeta Mistik (julukan yang terkenal karena selain bisa meramu obat, dia bisa menyembuhkan penyakit seseorang dengan ajaib).