Tate no Yuusha Jilid 2 Bab 4 (Indonesia)
Bab 29 : Mereka yang Mempunyai Sayap[edit]
Bagian 1[edit]
Saat perjalanan kembali ke desa, kami tidak bertemu dengan Motoyasu dan rombongannya. Meskipun rasa was-was yang kubayangkan tentang orang itu, yang akan mencariku demi membalas dendam, sebenarnya terlalu berlebihan.
Raphtalia kembali bersemangat lagi, setelah aku kembali dari mengantarkan muatan kayu itu di desa.
"Apa kau sudah lebih baikan sekarang?"
"Iya."
"Hah......cepat sekali anda kembali."
Penebang kayu itu terkejut, karena aku kembali ke gubuknya dalam waktu singkat.
"Itu karena kawan kami ini mempunyai sepasang kaki yang handal."
Sambil menepuk-nepuk Filo, itulah jawaban yang kuberikan pada si penebang kayu.
"Gua!"
Filo juga menjawab dengan bersemangat. Itu benar, kau ini memang cepat.
"Apa kau sudah menjelajahi hutannya?"
"Yaah."
"Kali ini kita harus pelan-pelan saat perjalanan kembali ke desa."
"Gua!"
Piki......
Suara apa itu? Suara ini …… Harusnya pertumbuhan Filo sudah berakhir. Aku mendengar sesuatu dari arah Filo. Aku harap ini bukan semacam wabah penyakit yang aneh.
Hasil perburuan hari ini cukup bagus. Pergerakan Raphtalia saat bertarung semakin terlihat alami, sedangkan kekuatan serangan dan kecepatan Filo juga benar-benar mengesankan.
Jujur saja, kekuatan serangan Filo yang sekarang, mungkin sudah melampaui Raphtalia.
Aku : Level 26 Raphtalia : Level 29 Filo : Level 19
Perisai Usapiru Putih telah Terbuka. Perisai Porcupine Gelap telah Terbuka. Perisai Tulang Usapiru telah Terbuka. Perisai Tulang Porcupine telah Terbuka.
Perisai Usapiru Putih Bonus Pemakaian : Pertahanan +2
Perisai Porcupine Gelap Bonus Pemakaian : Ketangkasan +2
Perisai Tulang Usapiru Bonus Pemakaian : Peningkatan Stamina (Sedikit)
Perisai Tulang Porcupine Bonus Pemakaian : Peningkatan SP (Sedikit)
Semua atribut stat-ku sudah bertambah banyak.
Aku harus memilih bentuk perisai yang paling berguna, tapi aku masih belum menemukan sebuah tempat paling efektif untuk berburu, mencari uang, dan EXP.
Berapa banyak kemampuan yang telah kudapatkan ya...... Terlalu banyak sampai aku sulit menghafalnya.
Sejak awal, setelah membuka bentuk perisai kelas bawah seperti Perisai Jingga Kecil, aku tidak pernah menggunakan kemampuan yang menurutku kurang berguna.
Bentuk perisai paling yang paling sering kupakai adalah Perisai Whetstone, dan memang aku juga membutuhkan kemampuan khususnya. Walaupun aku sendiri sudah bisa memakai semua bentuk perisaiku.
Hari ini aku sudah membuka 4 bentuk perisai, yang mungkin nantinya tidak akan kupakai. Kami pun berjalan menuju Desa Riyuuto, dan tiba di sana sebelum matahari terbenam.
Sepertinya Raphtalia memang harus dilatih, agar tidak mabuk perjalanan saat menaiki gerobak.
Kami pun dengan santai meneruskan perjalanan di atas gerobak, beberapa kali sampai rasa mualnya mulai kambuh, hingga kami harus berhenti.
Dan hasilnya, kami menempuh perjalanan sampai seharian untuk tiba di tempat tujuan.
"Aku benar-benar minta maaf."
"Tidak apa-apa, nanti juga kau akan terbiasa."
Aku juga merasa aneh dengan diriku yang tidak pernah mabuk ini. Bukan berarti aku ingin bilang dia ini kurang bersemangat, tapi mungkin sifat alaminya sendiri, yang membuatnya mudah terkena mabuk perjalanan.
Mabuk perjalanan memang sulit untuk dihilangkan. Karena itu, aku ingin Raphtalia segera terbiasa saat menaiki gerobaknya.
Yah, kupikir kecepatan lari Filo yang diluar batas wajar, juga menjadi masalah.
"Gua!"
Di saat seperti ini, pasti perubahannya sudah dimulai.
Untuk sesaat, kami belum menyadarinya. Tidak, aku sudah menyadarinya, tapi lebih memilih untuk mengabaikannya.
Di pagi berikutnya. Raphtalia juga menyadari perubahan Filo, dan terus memikirannya.
"Guaa!"
Saat aku tiba di kandang, proses perubahannya sudah selesai.
Filo..... Dari segi manapun, ukuran badannya telah berubah dari Filolial biasa menjadi Filolial raksasa.
Rata-rata tinggi seekor Filolial adalah 2m 30cm, kurang-lebih mirip dengan ukuran seekor burung unta. Meski begitu, monster Filolial mempunyai kepala dan leher yang lebih besar.
Tinggi Filo sekarang adalah 2m 80cm...... Kepalanya sudah menjangkau langit-langit saat dia berdiri.
"Apa sebelumnya kita ini benar-benar membeli sebutir telur Filolial? Aku mulai berpikir, kalau kita sudah membeli telur monster yang lain."
"Yah...... Aku juga mengira begitu."
"Gua!"
Filo menelan sesuatu dengan bersemangat.
Kelihatannya tidak ada lagi daging Chimera yang tersisa di dalam kandang.
Semua daging sebanyak 2 ekor sapi itu, telah menghilang tanpa sisa.
Apa dia baru saja menelan potongan daging yang terakhir?
"Aku pikir napsu makannya sudah lebih terkendali, tapi......"
"Filo sudah memakan semuanya!"
"Gua-!"
"Hahahahahahahahah!"
"Tuan Naofumi harusnya tidak menertawakan permasalahan ini!"
Baiklah, apa yang harus kulakukan untuk mengatasi napsu makannya yang besar ini......
.....Meski begitu...
Piki......
Suara pertumbuhannya mulai terdengar lagi.
"Suara itu pasti menandakan ada sesuatu yang terjadi!"
"Ummm. Mungkin pertumbuhan ini disebabkan kekuatan perisai Tuan Naofumi?"
"Mungkin saja. Mungkin ini dikarenakan kemampuan bentuk Perisai Penjinak Monster 3 : Pertumbuhan Monster (Menengah)."
"Uh.....Tuan Naofumi, bagaimana dengan efek dari Perisai Penguasa Budak-nya? ...Huh? Tidaaaaaaak!!"
Raphtalia tiba-tiba menjerit, dan lari keluar kandang. Aku pun harus mengejarnya.
"Ra-Raphtalia!?"
"Tadi, kupikir tubuhku mulai bercahaya. Tapi ini pasti karena ulah Tuan Naofumi!"
"Tenanglah!"
"A-Akankah aku menjadi besar juga seperti Filo!? Aku takut!"
"Aku belum mendengar suara pertumbuhan darimu."
"Yah... Kalau kau berkata begitu. Fiuh, syukurlah!"
Dan alasanku itu masih belum bisa menjelaskan, terjadinya situasi yang tidak terduga tadi.
Lalu aku melirik Filo, dan membayangkan kalau Raphtalia juga tumbuh seperti dirinya
"Kau sedang membayangkan hal-hal aneh, ya?"
"......Kau ini bicara apa?"
Raphtalia menatapku penuh ragu.
"Sebentar, haruskah kita kembali ke tenda pedagang budak untuk memastikan keadaan Filo?"
"Ya, kupikir kita harus pergi ke sana."
Mau bagaimana lagi. Sebenarnya aku tidak mau kembali ke kota itu lagi, karena aku mendapatkan pengalaman tidak mengenakkan di sana......
Tapi, mungkin kami tidak punya pilihan lain.
"Gua!"
Kami pun meninggalkan Desa Riyuuto, dengan Raphtalia yang masih berjuang melawan mabuk daratnya, juga wujud Filo yang semakin mencolok.
Di tengah perjalanan Filo mulai lapar, jadi kami menghentikan perjalanan, dan memburu beberapa monster untuk memberinya makan. Kami pun tiba di ibukota saat sore hari.
"Hei......"
Tanpa kusadari, wujud Filo ternyata berubah lagi.
Kedua kaki dan lehernya semakin memendek, dan sekarang badannya terlihat seperti burung hantu.
Cara Filo menarik gerobaknya juga berubah.
Sekarang, bagian depan gerobaknya ditarik dengan tali tambang yang diikatkan mengelilingi badannya, mirip dengan ikatan tali pada binatang peliharaan. Dia juga menggunakan sayapnya sebagai tangan, dan dengan terampil menarik gerobaknya.
"Kue!"
Kicauan dan warna badannya juga berubah lagi, sekarang warna bulunya menjadi putih seluruhnya.
"Huh?"
Aku turun dari gerobak untuk mengukur kembali tinggi badan Filo.
Dia mengecil? Dibandingkan sebelumnya, tinggi badannya yang sekarang, telah mengecil sampai 2m 30cm. Tapi badannya jadi melebar, dan memancarkan kesan agresif.
Dia menjadi mirip dengan suatu maskot dari taman hiburan, yang berat badannya bertambah dengan tidak wajar.
"Kue?"
"Tidak, ukuran ini sudah cukup."
Apa Filo sendiri menyadari perubahan tubuhnya?
Aku tidak bisa lagi memahami perubahan makhluk ini.
"Baiklah......seperti apapun saya memikirkannya, tetap saja ini mengejutkan. Ya."
Pedagang budak terus mengusap peluh dinginnya saat meneliti Filo.
"Kue?"
Badan Filo menjadi lebih lebar, dan sekarang mirip dengan monster burung hantu.
Kemana perginya, wujud mirip-burung-unta nya yang kami kenal dulu?
Bagian 2[edit]
"Yah, aku ingin jawaban yang jujur. Telur monster apa yang kau jual padaku?"
Untuk jaga-jaga......
Saat kutunjukkan jariku dengan isyarat mengancam, Filo pun langsung bersiap untuk menyerang.
"Kueeeeee!"
Pedagang budak itu buru-buru memeriksa setumpuk berkas yang dia punya.
"Ini aneh. Di sini dikatakan, telur yang Tuan Pahlawan beli adalah telur Filolial."
"Ini..."
*Plung*
"Kueee!"
Aku melemparkan makanan ke arah Filo, yang dengan cekatan langsung menelannya bulat-bulat.
"Baiklah......"
Itu mengingatkanku, akhir-akhir ini aku belum mendengar suara pertumbuhan Filo.
Apa ini wujud dewasanya yang terakhir?
"Di samping itu, Tuan Pahlawan. Baru beberapa hari sejak anda membeli telur itu, saya sangat salut terhadap kemampuan anda dalam membesarkan monster."
"Jangan mengecohku dengan pujian semacam itu. Telur macam apa ini."
"Umm... Apa sejak awal, wujud monster-nya memang seperti ini?"
"Tidak."
Aku menjelaskan tentang pertumbuhan Filo kepada pedagang budak.
"Pada awal-awal pertumbuhannya, apa peliharaan anda ini berwujud seperti Filolial biasa?"
"Ah, aku sudah menyerah dalam memperhatikan pertumbuhan monster ini."
"Kue?"
Aku merasa sedikit kesal pada Filo, yang menatapku dengan “pose memiringkan kepala”nya yang menggemaskan.
Kau pikir ini salah siapa, sampai kita berada di tempat ini.
"Kueee."
Dia menempelkan seluruh badannya padaku. Lalu aku dipeluk oleh kedua sayap lebarnya. Gerah sekali, Filo.
"Mu....."
Raphtalia menaikkan kedua alisnya, dan menggenggam tanganku.
"Kue?"
Tidak lama, Raphtalia dan Filo saling memelototi satu sama lain.
"Kalian ini kenapa?"
"Uh, bukan apa-apa."
"KueKue."
Aku pun berhenti bicara. Dan aku masih penasaran, apa yang sedang terjadi di antara mereka berdua.
"Jadi? Bagaimana?"
"Yah, tentang itu......"
Suasananya terasa canggung di depan pedagang budak ini.
Bukankah harusnya dia tahu tentang semua jenis monster? Bukankah tugasnya itu mengembangbiakkan dan menjual monster?
"Ngomong-ngomong, untuk sementara biar saya panggil seorang ahli, agar peliharaan anda ini bisa diteliti lebih lanjut. Apa anda tidak keberatan? Ya. "
"????"
"Kue!?"
"Saya mengerti, butuh waktu juga sampai ahli monster itu tiba ke sini. Ya."
"Yah, boleh juga. Kalau sesuatu yang tidak diinginkan terjadi, aku akan minta ‘uang penghibur[1]’nya."
"Kueee!?"
Melalui kepakan sayapnya, kelihatannya Filo tidak setuju dengan jawabanku.
Meski begitu, seorang asisten dari pedagang budak memasangkan sebuah kalung leher pada Filo, dan membawanya ke sebuah kerangkeng. Mungkin (sebagian alasannya) karena kami ada di sini, Filo pun menurut saat disuruh memasuki kerangkeng itu.
"Baiklah, aku akan menjemputnya besok. Siapkan jawabanmu nanti."
Kemudian Raphtalia dan aku meninggalkan tenda.
"Kueeeeeeee!"
Aku terkejut saat suara keras Filo terdengar dari dalam tenda budak itu.
Saat malam tiba, pemilik penginapan tiba-tiba menghampiriku.
"Umm. Tuan Pahlawan."
"Hm? Apa ada yang ingin kau bicarakan?"
"Seorang pengunjung sudah datang dan ingin menemui anda."
Siapa dia? Saat aku masih memikirkannya, pemilik penginapan menunjuk ke arah meja kasirnya. Seorang pria yang tidak kukenal, sedang duduk di sana.
"Apa benar kau ingin menemuiku?"
"Um...... aku ditugaskan untuk datang ke sini oleh penjual monster."
Penjual monster......Ahh, pedagang budak itu. Tentu saja di tempat umum seperti ini, mereka tidak bisa memberitahu identitas mereka yang sebenarnya.
"Jadi, apa ada yang salah?"
"Ummm, kami ingin mengembalikan monster yang dititipkan di sana."
"Apa!?"
Baru saja beberapa jam sejak terakhir aku kesana...... Apa yang sebenarnya terjadi?
Saat Raphtalia dan aku kembali ke tenda budak, tangisan Filo masih bisa terdengar.
"Wah, wah, saya minta maaf, sudah menganggu waktu anda malam-malam begini."
Wajah pedagang budak itu terlihat kelelahan saat dia menyambut kami.
"Apa yang terjadi? Kami 'kan sudah bilang, akan datang ke sini lagi besok."
"Ya, itu juga yang saya pikirkan, tapi monster milik Tuan Pahlawan ini sedikit merepotkan."
"Kueeeeeee!!"
Firo terus bertingkah dengan liar, hingga dia melihat kami berdua.
"Dia sudah merusak 3 kerangkeng besi, melukai 5 asisten saya, dan melukai 3 monster lainnya. Ya."
"Aku takkan memberimu ganti rugi untuk itu."
"Saya juga salut dengan Tuan Pahlawan, yang masih memikirkan uang di saat seperti ini. Ya. "
Apa pedagang budak ini benar-benar seorang masokis?
"Jadi, ada apa? Apa kau mengetahui sesuatu?"
"Baik...... Sepertinya ada seorang saksi yang melaporkan, kalau monster ini mirip dengan seekor Raja Filolial."
"Raja?"
"Sebenarnya, itu adalah pimpinan dari sebuah gerombolan Filolial. Kisah tersebut terkenal di kalangan para petualang."
Pedagang budak ini kelihatannya punya jaringan informasi yang luas.
Yah, ada sebuah gerombolan besar Filolial, dan beberapa kisah tentang seekor raja yang mengatur mereka semua. Pimpinan Filolial jarang sekali muncul......
Dan sepertinya, Filo adalah salah satu dari makhluk langka itu.
"Hmm..."
Apa informasi ini bisa dipercaya?
Mungkin informasi selebihnya bisa didapat dengan melepas tanda kutukannya, membunuh Filo, lalu membiarkan perisaiku menyerap seluruh tubuhnya.
Meskipun aku bisa menyerap darah dan bulunya, tetap saja Filo ini terhitung sebagai monster peliharaanku. Hanya bentuk Perisai Penguasa Budak yang akan muncul nanti. Atau level-ku yang memang belum cukup tinggi untuk memeriksa asal-muasalnya.
Aku terus menatap ke arah Filo.
"......Kue?"
Walaupun info ras-nya tidak muncul di perisaiku, dia ini bukan makhluk yang tidak bersahabat.
"Jadi, bagaimana sekarang?"
"Berarti dia ini disebut Raja - atau Ratu Filolial."
"Apa karena Filo ini betina?"
"Ya, akan terasa canggung bagi saya, kalau menjalankan bisnis dengan anda dalam keadaan seperti ini......"
Aku memandangi kekacauan yang telah dibuat Filo di dalam tenda.
Semuanya telah dirusak!
Dan aku tidak berencana untuk menjual Filo.
"Tuan......"
"N? Suara asing siapa yang kudengar barusan?"
"Uh, ummm...."
Raphtilia menutup mulutnya dengan satu tangan, dan menunjuk ke arah kerangkeng tempat Filo ditahan. Pedagang budak juga dibuat membisu setelah melihatnya.
Aku menoleh kembali ke arah pedagang budak, dan ekspresi wajah kami berdua sama-sama kebingungan.
"Tuaaann~..."
Seorang gadis berambut pirang yang telanjang, terlihat mengulurkan tangannya padaku dari dalam sana.
Referensi :[edit]
- ↑ Uang penghibur seperti uang duka, dan uang kematian. Di sini, uang penghibur sendiri diberikan kepada orang yang merasa kurang puas akan suatu perjanjian, hingga kekecewaannya bisa berkurang dan tetap melanjutkan kerjasama.