Tate no Yuusha Jilid 3 Bab 12 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 62 : Takdir yang Sama[edit]

Bagian 1[edit]

“Ah, Melty... Tidak kusangka, kau menjadi korban pencucian otak si iblis perisai.”

“Kakanda?”


Puteri Kedua memandang ke arah si jalang dengan terkejut.

Si jalang itu...

Ini benar-benar memuakkan. Perisai macam apa yang memiliki kemampuan pencucian otak? Kalau aku punya kemampuan itu, aku takkan mengalami kesulitan seperti ini.

Si jalang itu tanpa ragu bisa menuduhku, mampu mencuci otak seseorang. Maksudku, bukankah tujuan dibuatnya agama, justru untuk mencuci otak para pengikutnya?

Lelucon macam apa ini. ..


“Apa benar si perisai jahat memiliki kekuatan untuk mencuci otak? Rasanya itu terlalu berlebihan...”

“Aku tidak tahu kenapa kau masih tidak percaya, tapi sejak satu bulan lalu, pihak gereja telah mencurigainya.”


Dan bulan lalu adalah saat di mana aku memulai perjalanan berdagangku. Waktu itu, aku lebih mementingkan menjual obat-obatan untuk mereka yang terkena penyakit. Setelah itu, menyebarlah rumor tentangku yang dijuluki “Pendeta Mistik dengan Burung Suci-nya”.

Tentu saja, kejadian itu bukanlah sebuah kebetulan. Dan dengan berbagai cara, akhirnya rumor tersebut dimanfaatkan oleh pihak gereja.


“Situasi ini telah membuktikannya. Apa kalian tidak merasa aneh setelah mendengar perkataannya? Bahkan kalian hampir mau membantunya, ‘kan? Apa membantu seorang buronan merupakan hal yang wajar?”

“Beberapa penduduk desa juga jadi bersikap aneh. Kalau Pahlawan Perisai bisa menjadikan seorang nenek tua menjadi sangat bersemangat, dia juga pasti memiliki kemampuan mencuci otak.”


Nenek tua itu... aku langsung teringat pada wanita tua yang pernah kuobati, sebelum gelombang ketiga terjadi. Tapi, bukankah aku juga berhak membela diri dari tuduhan ini? Mereka benar-benar menjengkelkan...

Memang benar, akhir-akhir ini banyak orang yang telah membantuku. Tapi, mereka membantuku dengan keinginan membalas budi, karena sebelumnya aku telah menyelamatkan mereka.

Sesuatu yang tidak kutahu = Menjadi siasat pihak musuh .

Ketiga Pahlawan itu juga terlalu bodoh, hingga begitu mudah termakan hasutan si jalang.


“Mungkin penjahat itu juga telah mencuci otak semua rekannya, agar mereka terus mendukungnya. Sekarang kami sedang menyiapkan seorang ahli dari gereja, yang sanggup mencabut teknik pencucian otak yang digunakan penjahat ini.”


“Kekuatan macam apa yang kau koarkan itu!”


Tidak ada seorangpun yang menjawab tanggapanku. Tidak... Raphtalia, Filo, dan Puteri Kedua juga terlihat kebingungan.

Coba kita amati lagi situasi-nya. Pihak pemerintah telah mengutus bawahan mereka untuk mengumpulkan informasi, dan juga menjanjikan imbalan yang besar untuk penangkapanku.

Kebohongan bahwa aku memiliki kekuatan mencuci otak, telah si jalang tanamkan ke dalam pikiran ketiga Pahlawan itu, dia juga meyakinkan mereka dengan bukti palsu pula. Bukankah itu yang terjadi sekarang?

Pernyataan palsu yang sangat meyakinkan, setidaknya itu bukanlah hal yang mustahil dilakukan bagi si jalang.


“Apa Tuan Pahlawan Perisai benar-benar sekuat itu?”


Puteri Kedua memandangiku dengan gelisah.


“Memangnya bagimu, aku terlihat sekuat itu?”

“Umm... Sepertinya tidak.”

“Padahal aku ingin kau menjawabnya dengan tegas.”


Kalau perisaiku memiliki kemampuan tersebut, aku tidak perlu berusaha sekeras ini.

Kalau aku bisa mencuci otak para prajurit, ksatria, penyihir, dan penduduk desa... Aku bisa sekalian menjadi seorang penguasa wilayah. Aku harus membela diri dari tuduhan ini.

Dengan kata lain, semua tindakan mereka yang menjadikanku sebagai buronan, lalu kebenaran tentang si perisai yang sanggup melakukan pencucian otak, sudah jelas patut diragukan.

Kenapa kalian para Pahlawan bajingan, belum paham juga dengan kebohongan rendahan seperti ini?


“Jadi kecurigaanku selama ini benar, Raphtalia dan Filo telah dicuci otak oleh orang itu!”

“Kau salah! Kami tidak dicuci otak oleh Tuan Naofumi!”

“Kami akan menyelamatkan kalian!”


“Filo tetap ingin ikut dengan Tuan!”


Motoyasu, kau bajingan! Kau masih belum menyerah ingin mendapatkan Raphtalia dan Filo!? Seberapa parah kegilaanmu itu terhadap perempuan!?


“Kami sudah mendengar semuanya! Cepat serahkan Puteri Kedua!”

“Eh!?”


Puteri Kedua pun terkesiap setelah tiba-tiba dirinya disebut.


“...Maukah kau jelaskan, apa yang sebenarnya terjadi?”


Ren berinisiatif untuk bertanya padaku. Ini adalah keadaan yang rawan, sebisa mungkin aku harus menghindari jawaban yang akan memperkeruh keadaan.


“Dari awal aku tidak mempunyai kekuatan seperti pencuci otak-”


“Aku tidak percaya!”

“Diam! Kau masih saja menjengkelkan, Shogun!”


Karena Itsuki menyelaku yang sedang menjelaskan kejadiannya pada Ren, aku membentaknya agar dia diam. Bukankah dia itu munafik, karena menilai sesuatu menjadi benar atau salah, hanya berdasarkan informasi sepihak saja?


“Selain itu, sebuah konspirasi sedang terjadi sekarang. Sang Raja, lalu wanita yang di sana, atau pihak gereja... Salah satu dari mereka ingin membunuh Puteri Kedua, kemudian menimpakan kejahatannya padaku.”

“...Aku mengerti apa maksud perkataanmu. Tapi kami akan menangkapmu dulu. Aku janji kedua rekanmu takkan dilukai. Bersabarlah hingga penyelidikan kasus-mu selesai.”


“Kau benar-benar percaya dengan omongan orang ini, Ren?”

“Ya, itu benar!”


“Tuan Pahlawan Pedang! Jangan dengarkan perkataan si iblis!”

“Aku lebih memilih menyelesaikan masalah ini tanpa pertarungan. Fakta yang sebenarnya bisa dipastikan nanti.”


Seperti yang kuduga, Ren satu-satunya orang yang bisa tetap tenang dalam menilai situasi saat ini.

...Haruskah aku pertimbangkan lagi tawaran Ren tadi?


“...Tidak!”


Puteri Kedua menggenggam tanganku dengan erat. Dengan wajahnya yang memucat dan tubuhnya yang terus gemetar, dia memohon padaku.


“Aku pasti akan dibunuh...”

Bagian 2[edit]

Aku pun merenungkan kembali keadaan di sekitar kami.

Puteri Kedua mungkin akan mendapatkan perlakuan yang berbeda dari kami bertiga. Demi “menghilangkan pengaruh pencuci otak”, Puteri Kedua akan menjadi sasaran sihir dari para penyihir negeri ini. Dan yang akan terjadi nanti adalah:

Sebuah “kutukan yang kejam” akan dicabut dari tubuh Puteri Kedua. Namun dia sendiri akan mati, karena besarnya kekuatan pencabut kutukan tersebut. Peristiwa itulah yang akan terjadi.

Ren pasti akan mempercayai kebohongan tentang kekuatan pencuci otak, dan aku pun akan dijadikan tersangka oleh mereka. Sangat tinggi kemungkinan bahwa si Jalang lah yang merencanakan ini semua untuk menjebakku.

Bahkan dia tidak segan mengorbankan adiknya sendiri...


“Kumohon, tolong aku...”


Suatu suara yang lemah terdengar olehku. Dan juga, tidak ada cara untuk menghilangkan segala tuduhan itu dariku.

Ugh...


“Bukankah aku sudah berjanji padamu, Puteri Kedua?”

“Eh?”


Di hari saat aku dituduh atas tindakan pemerkosaan, tidak ada seorangpun yang mempercayaiku. Dan masalah yang kami hadapi sekarang, akan menentukan hidup atau matinya Puteri Kedua.

Pencucian otak... sungguh siasat picik, yang dengan mudah bisa digunakan siapapun untuk membunuh Puteri Kedua. Ini terlalu mudah ditebak, bahkan aku sendiri bisa menyadari ke mana alur cerita selanjutnya.

Jika kematian Puteri Kedua benar-benar terjadi, berarti kami telah kalah.

Puteri Kedua dan aku memiliki takdir yang sama. Kami sama-sama tidak akan mempercayai, orang yang tidak bisa dipercaya.


“Sayang sekali... kalian tidak bisa dipercaya. Bahkan jika kuserahkan Puteri Kedua pada kalian, tetap saja aku akan dikenakan hukuman. Aku telah berjanji pada Puteri Kedua, bahwa aku pasti akan melindunginya.”


Aku mengangkat Puteri Kedua ke punggung Filo, dan menyuruh Raphtalia untuk ikut menaiki Filo juga.


“Filo, aku tahu kau takkan menyukainya, tapi segera tinggalkan gerobaknya dan larilah!”

“Baik~!”

“Baiklah, ayo kita pergi!”


Setelah aku menaikinya, Filo pun langsung berlari dengan kencang.


“Ah, tunggu-.”

“Sampai jumpa.”


Tidak lama posisi kami dengan mereka sudah sejauh 7 meter. Seperti dugaanku, kekuatan kaki Filo benar-benar mengerikan.

Tapi ketiga orang itu masih terus mengejar kami, dan mempercepat kejaran mereka.


“Kau pikir kau bisa lari!?”


Itsuki menembakkan panah sihir pada kami.


“Air Strike Shield! Second Shield!”


Aku berbalik, dan menyerukan nama kedua jurus itu untuk menangkis serangan Itsuki.

*KRAKK!!*

Perisai dari Air Strike Shield-ku terpecah dengan suara retakan yang keras, namun serangan yang mengincar kami berhasil dicegah.


“Kau takkan bisa lolos!”


Itsuki mulau menyiapkan panah selanjutnya.

Aku tidak bisa menggunakan Air Strike Shield lagi, sebelum waktu jedanya selesai.


“Eagle Piercing Shot!”

*SSHUUW!!!*

Panah yang ditembakkan Itsuki bersinar dan melesat langsung ke arah kami.

Apa-apaan kau ini? Puteri Kedua yang harusnya kau lindungi ada di sini. Kenapa kau malah memakai jurus sekuat itu!

Sembari mengendarai Filo, terpaksa aku harus merubah posisi-ku untuk menahan panah Itsuki.

*Sssreek*
*Bup...*

“Tuan, kau baik-baik saja?”


Filo menahanku agar aku tidak terjatuh.


“Panah itu... Filo! Bersiaplah!”

“Iya, panahnya cepat sekali!”


Panah yang ditembakkan Itsuki melesat begitu cepat, hingga bisa menyusul kecepatan lari Filo.

Dilihat sekilas saja, aku tahu panah itu berisi kekuatan perusak yang besar. Serangan ini bukan berasal dari jurus tingkat pemula. Aku pun merubah bentuk perisaiku menjadi Perisai Ular Chimera, dan bersiap menangkisnya.

Aku harap aku sanggup menahannya. 

Aku terus memperhatikan serangan energi yang besar itu, kemudian wujud sebuah panah yang melesat lurus dan cepat pun bisa terlihat.

... Bisakah aku melakukannya? Kalau aku tidak menahannya dengan baik, Filo bisa ikut roboh dan menjatuhkan kami semua.

Tidak... Kalau dilihat dari nama jurusnya, serangan ini bertujuan untuk menembus pertahanan musuh. Karena aku sudah sering memainkan banyak game online, nama-nama dari serangan dengan busur, masih bisa diperkirakan kegunaannya.

Panah ini dimaksudkan untuk menembus hingga melubangi badanku. Ini adalah keterampilan paling efektif untuk menyerang seorang Tank sepertiku. Kalau begitu, tidak mungkin aku bisa menahan serangan jenis ini.

Mau bagaimana lagi... satu-satunya jalan untuk lolos dari serangan penembus pertahanan, adalah dengan menjauh dari jarak serangnya, atau segera menangkap panahnya.

Bisakah aku melakukannya? Kalau aku gagal, resiko yang kami derita akan menjadi sangat tinggi.

Yang benar saja! Apa kalian lupa, sekarang kami sedang bersama Puteri Kedua?

Bagian 3[edit]

...Lalu aku mencoba untuk memusatkan pikiranku.

Aku terus memperhatikan serangan yang melesat itu. Dan dengan mengangkat tangan untuk merasakan energi serangan Itsuki, aku cengkeram batang panahnya tepat sebelum mengenaiku!


“Apa!? Dia menangkap Eagle Piercing Shot-ku dengan tangannya?”


Itsuki terkejut melihat tindakanku ini.

Energi dari melesatnya panah ini tidak kusangka terasa lemah, karena tidak disangka aku bisa menghilangkan energi di dalam anak panah dan menangkapnya.


“Tunggu!”


Ugh! Ren dan Motoyasu yang menghunuskan senjata mereka, hampir menyusul kami.

Karena tadi aku berusaha menangkap panah yang ditembakkan Itsuki, aku hampir terjatuh. Dan kerugian lainnya, kecepatan lari Filo jadi sedikit menurun.

Tidak kusangka rekan-rekan petualang mereka bisa ikut mengejarku juga.


“Aku tidak ingin menyerang Filo! Ini semua salahmu-”

“Menghalangi saja~”

*BUKKK!!*

“Ugh-"


Filo menimpa dan menginjak wajah Motoyasu, kemudian terus berlari. Tindakannya itu diluar perkiraanku.

Tapi ini bukan waktunya untuk terkesan. Ren telah mengarahkan pedangnya padaku.

*TRANGG!!!*

Perisaiku terasa mengeluarkan denyutan, dan tanpa sadar kurentangkan tanganku ke arah pedang Ren.

*Sresssh...*

Darah segar pun menyembur, dan rasa sakit terus menjalar di seluruh tanganku.

Kenapa!? Ini berbeda dari yang kuperkirakan. Tatapan Ren tidak bergeming, seakan dia sedang dikendalikan oleh sesuatu.

Perisaiku tiba-tiba menyala berwarna merah, dan api hitam yang tiba-tiba muncul, langsung membakar Ren.


“Ap--“


Kejadian ini tidak terpikirkan sama sekali. Ren terlihat mati-matian menahan serangan api hitam perisaiku dengan pedangnya.

Apa saat ini Kutukan yang Membakar Diri telah aktif? Apa inti dari naga yang telah dibunuh Ren, bereaksi dan membalas serangannya? Mengherankan, bentuk perisaiku menyala kemerahan, dan bisa berubah tanpa perintah dariku.

*TRANGG!! TRANGG!!*

Oh sial. Kalau Perisai Amarah telah aktif, mustahil Filo bisa kabur dari sini.


“Raphtalia, ulurkan tanganmu...”

“Baik... Tuan Naofumi!? Kau terluka!”


Sembari merentangkan tangannya padaku, Raphtalia menatapku dengan khawatir dan cemas.

Denyutan pada perisaiku pun perlahan mulai menghilang.


“Filo, kau baik-baik saja? Larilah secepat mungkin!”

“Baik~!”


Setelah kembali menyeimbangkan diri, Filo pun berlari dengan kecepatan penuh.



Tidak lama, kami pun bisa lolos dari kejaran ketiga Pahlawan itu. Filo terus berlari hingga dia kelelahan.


“Untuk sementara, kita akan aman di tempat ini.”


“Iya, lari Filo sangat cepat!”

“Filo sedikit kecapean~”


“Tidak apa-apa asal kau tidak terluka... Tapi kita kehilangan barang bawaan kita.”

“Lagipula tidak ada pilihan lain.”


Aku sendiri berhasil membawa beberapa bekal makanan, uang, sebilah pisau, dan beberapa peralatan masak sederhana. Tapi kami kehilangan zirah Raphtalia...

Aku merasa tidak tenang, mungkin dari wajahku saja sudah terlihat kegelisahanku ini.


“Karena kita gagal menyeberangi perbatasan negeri, apa yang akan kita lakukan sekarang...?”


Mungkin kami bisa terus lari dari kejaran pihak kerajaan tanpa henti. Tapi kita harus mencapai negeri Silt Welt, walau mengambil jalur memutar.

Setelah kusembuhkan diriku dengan Fast Heal, kami pun melanjutkan perjalanan kami sebagai buronan.

Referensi :[edit]