Tate no Yuusha Jilid 3 Bab 18 (Indonesia)
Bab 68 : Pertarungan Antara Tombak dan Perisai[edit]
Bagian 1[edit]
“Filo! Kau urus Motoyasu!”
Saat pertarungan dimulai, aku memberi perintah pada Filo.
Motoyasu takkan tega menyakiti wanita, khususnya Filo. Bahkan Motoyasu terlihat enggan menodongkan tombaknya pada Filo.
Meski Motoyasu sanggup menyerang Filo seperti yang seharusnya, tetap saja Filo bisa menghentikan serangan tombaknya.
“Aku adalah Ratu yang memerintah inti dari kekuatan. Aku telah membaca dan memahami satu hukum alam. Hujani semua musuhku dengan api...! Tzuvait - Fire Squall!”
Si jalang angkuh itu merapalkan dan memanggil sihir elemen api.
“Naofumi! Filo!
Aku perintahkan kepada inti dari kekuatan. Aku telah membaca dan memahami satu hukum alam. Halangi sihir api yang menghujani kami...! Anti Tzuvait - Fire Squall!”
Melty segera melakukan ‘counterbalance’ pada sihir tingkat menengah yang dirapalkan si jalang, sebelum lanjut mencari celah untuk mematahkan kurungannya sihirnya. Namun, Melty tidak bisa melakukan counterbalance dengan sempurna, hingga hujan api itu tetap berjatuhan ke arah kami.
Untungnya, serangan sihir itu hanya mengenaiku dan Filo yang berada di formasi bagian depan.
Hutan pun terbakar dengan cepat. Area di sekitar segera menjadi lautan api. Selagi kobaran api terus meluas, banyak penduduk desa menjadi panik.
“Kau takkan kumaafkan karena sudah berkali-kali menendang Tuan Motoyasu!”
Si jalang semakin serius melancarkan serangan sihirnya pada kami.
Melty cukup lihai dalam menggunakan sihir, namun si jalang juga tidak kalah hebat. Ada perbedaan besar antara level Melty dan si jalang, karena si jalang menjadi anggota party Motoyasu.
“Filo, kau tidak apa-apa!?”
“Iya, Filo baik-baik saja~”
Kelihatannya Filo tidak terpengaruh setelah terkena hujan api si jalang. Yah... saat gelombang kedua terjadi, aku pun tidak merasa sakit saat dihujani sihir api oleh para ksatria istana.
Tapi, masalah terbesarnya adalah semua tanaman Bio Plant di sekitar kami ikut terbakar.
Orang bodoh macam apa yang menggunakan sihir api di dalam hutan? Apa kalian tidak memperhatikan lingkungan di sekitar kalian?
“Aku perintahkan kepada inti dari kekuatan. Aku telah membaca dan memahami satu hukum alam. Berkati kami dengan hujan deras yang selama ini kami nanti...! Tzuvait - Squall!”
Melty mengarahkan sihirnya pada hutan yang terbakar, sembari terus dilindungi oleh Raphtalia.
“Mine, terima kasih.”
Motoyasu yang telah tertolong oleh Mine, mengacungkan jempol pada si jalang itu.
Semua kelakuan orang ini membuatku marah.
“Tuan Motoyasu! Sekarang tolong fokuskan seranganmu pada si iblis perisai! Kami akan menahan burung sialan itu dengan sihir kami!”
Mengikuti perintah si jalang, kedua rekan Motoyasu yang lain mulai merapalkan mantra.
“Bersiaplah~!”
Filo mengabaikan rapalan sihir mereka, dan langsung menyerbu ke arah Motoyasu.
“Tunggu, Filo--!”
Aku tidak mengerti sihir apa yang sedang ketiga orang itu rapalkan, tapi jika Filo menyerbu seceroboh itu, serangannya tidak akan berpengaruh banyak.
“Wing Tackle!”
Filo mencoba menjegal Motoyasu dengan badan besarnya yang diselimuti arus dari sihir angin.
“Ugh---“
Dan hasilnya, Filo terlempar dengan berputar-putar di udara. Filo pun merentangkan kedua sayapnya untuk kembali menapak di tanah.
“Mengejutkan juga. Tapi Filo belum selesai~!”
Tanpa menyadari kesalahan yang dibuatnya, Filo kembali menyerbu Motoyasu. Namun aku tetap tidak tahu sihir apa yang membuat Filo kembali terpental.
Ini bukanlah siasat pertarungan yang tepat.
Saat Filo tetap tertahan sedemikian rupa, Motoyasu berlari ke arahku--
“Rasakan ini, Naofumi! Meteor Spear!”
Saat Motoyasu berteriak dan melompat ke arahku, tombaknya bersinar dengan terang. Pada ujung tombaknya terpusat energi besar untuk menghantamku.
*TRANGG!!*
“Ugh...!?”
Aku tangkis serangan itu dengan bagian perisaiku yang paling tebal.
Getaran kuat yang merambat melalui hantaman kuat pada perisai, terasa mengguncang seluruh tubuhku. Mungkin ini adalah serangan pamungkasnya. Baiklah, tidak ada gunanya juga bagi Motoyasu menyerang setengah-setengah, dalam pertarungan sesungguhnya seperti ini.
Rasanya seluruh tulangku terguncang setelah menerima serangannya. Kupikir ini adalah serangan terkuat Motoyasu. Serangan Glass tidak terasa sekuat ini, karena saat itu aku menggunakan bentuk Perisai Amarah.
“Kau masih ingin merasakan seranganku yang lain!? Tenang saja, terimalah seranganku yang selanjutnya! Disorder Piercing! Shoryu Spear[1] !”
Motoyasu terus-menerus mengeluarkan jurus-jurusnya. Lalu aku gunakan kemampuan khusus bentuk Perisai Ular Chimera yaitu Taring Ular Beracun, ke arah Motoyasu.
Sial... Racunnya tidak bekerja karena level Motoyasu terlalu tinggi!
Rasa sakit yang kuat langsung terasa, setelah aku terkena serangan yang gagal kutangkis. Tanpa memeriksanya, aku tahu kalau aku sedang mengalami pendarahan.
Aku harus menggunakan sihir penyembuh... Tapi Motoyasu tidak memberiku waktu untuk menyembuhkan diri.
“Shield Prison!”
Aku jebak Motoyasu dengan kurungan perisai.
“Giant Windmill!”
Motoyasu memutar tombaknya seperti memutar tongkat baton[2], dan memotong semua perisai yang kupanggil.
Bagian 2[edit]
Sial... Kekuatan serangannya telah jauh melampaui poin pertahananku. Aku terus menggunakan semua jurus yang waktu jedanya telah habis.
Seperti yang kukira, kami tidak mungkin menang kalau terus bertahan dalam pertarungan. Filo pun tidak bisa mendekati Motoyasu, karena terus dihalangi si jalang dan dua rekan Motoyasu yang lain.
“Filo perintahkan kepada inti dari kekuatan. Filo telah membaca dan memahami satu hukum alam. Hempaskan wanita itu dengan amukan tornado...! Tzuvait - Tornado!”
“Aku adalah Ratu yang memerintah inti dari kekuatan. Aku telah membaca dan memahami satu hukum alam. Buat tornado itu tercerai-berai dan menghilang...! Anti Tzuvait - Tornado!”
“Aku perintahkan kepada inti dari kekuatan. Aku telah membaca dan memahami satu hukum alam. Buat tornado itu tercerai-berai dan menghilang...! Anti Tzuvait - Tornado!”
“Aku perintahkan kepada inti dari kekuatan. Aku telah membaca dan memahami satu hukum alam. Buat tornado itu tercerai-berai dan menghilang...! Anti Tzuvait - Tornado!”
Kekuatan sihir yang dilepaskan Filo mengungguli teknik counterbalance yang dilakukan ketiga wanita itu, dan tornado-nya terus menerobos ke arah mereka. Namun kekuatan tornado-nya sekarang telah berkurang banyak.
“Yeey, ini dia~! Wing Tackle!”
Filo mencoba memanfaatkan kesempatan itu dan segera menyerbu Motoyasu, tapi lagi-lagi dia terpental ke udara.
Kelihatannya... Keadaan kami jadi semakin tidak menguntungkan. Sepertinya mereka bertiga telah mempersiapkan diri, dan lebih waspada saat menghadapi Filo.
Motoyasu, kau bajingan! Aku benar-benar ingin membunuhmu! Beruntung Raphtalia dan Melty tidak menjadi sasaran serangan mereka berempat. Apa karena mereka meremehkan kami, dan menganggap kami takkan sanggup membunuh mereka?
Mungkin kami bisa balik menyerang jika Raphtalia ikut bertarung, dan Filo tidak tertahan oleh mereka. Sudah terbukti walau telah ditahan oleh tiga orang, keganasan Filo tetap sulit diatasi oleh mereka.
Keunggulan Melty ada pada penggunaan sihir. Melty bisa saja melakukan counterbalance pada sihir musuh, namun level-nya terlalu rendah. Karena tidak mengenakan cukup zirah, aku berpesan pada Raphtalia agar dia tidak memasuki medan pertarungan.
Tidak, tunggu... Jika aku dan Filo bersamaan mendekati mereka, aku pasti bisa menahan serangan sihir mereka. Pada titik ini, energi sihir si jalang dan daya tahanku mulai menurun... Hm!?
Si jalang dan kedua bawahannya meminum sesuatu. Mungkinkah yang mereka minum itu, sebuah potion yang memulihkan energi sihir?
Bahaya...! Kalau begitu, kami takkan bisa bertahan hingga bekal potion mereka habis!
“Sungguh orang yang keras kepala. Berkat keterampilan dari perisainya, dia jadi sulit dirobohkan...”
Motoyasu terlihat terengah-engah selagi terus menggunakan semua jurusnya. Dan aku pun telah terkena damage yang besar!
Dapat kurasakan darah terus menetes dari tubuhku.
“Aku telah mendapatkan banyak informasi berguna, dan menjadi kuat dengan cara yang berbeda...”
Setelah tiba di dunia ini, sejauh ini aku telah belajar dari berbagai cobaan dan kegagalan yang kualami. Tanpa sadar, aku terus mengumpulkan bonus pemakaian dari semua bentuk perisaiku yang telah terbuka.
Meski begitu... Aku masih tidak bisa memenangkan pertarungan ini?
*Ssreb... Srressh...*
“Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaa!”
“Apa yang terjadi!?”
Karena salah satu rekannya menjerit, perhatian Motoyasu langsung teralihkan. Aku ikuti arah pandangan Motoyasu.
Sebilah pedang telah menembus bahu salah satu rekan Motoyasu dari belakang. Saat party Motoyasu menganggap Melty terlalu lemah dan Raphtalia sedang dalam posisi bertahan, mereka pun mengabaikan Raphtalia.
“Sejauh ini kalian terus terfokus pada Filo, hingga terlalu banyak celah yang kalian tunjukkan!”
Sosok Raphtalia tiba-tiba muncul.
“Kau!”
Setelah rekannya tertikam, si jalang menghunuskan pedangnya dan menebas Raphtalia.
“Hide - Mirage!”
Ketika Raphtalia hampir tertebas, sosoknya segera menghilang bagaikan asap.
Raphtalia menggunakan sihir penyembunyian dengan menggunakan sebilah pedang sihir, untuk menciptakan sosok tiruan dirinya sendiri. Nama sihir penyembunyian itu adalah “Hide - Mirage”.
Nampaknya itu adalah sihir yang memanfaatkan ilusi.
“Jangan sombong hanya karena kau bisa memakai sihir ilusi rendahan!
Aku adalah Ratu yang memerintah inti dari kekuatan. Aku telah membaca dan memahami satu hukum alam. Cincang semua ilusi yang ada...! Wind Flasher!”
Sihir ilusi yang Raphtalia gunakan untuk bersembunyi, menghilang dengan cepat. Raphtalia muncul dari dalam kabut yang terpotong oleh sihir angin si jalang.
“Di sana kau rupanya! Haaa!”
Si jalang menusukkan pedangnya ke arah Raphtalia.
Apa Raphtalia... akan terkena serangan itu!? Raphtalia sekarang tidak sedang mengenakan zirah, dia hanya mengenakan pakaian penduduk biasa!
Pedang si jalang pasti berkualitas tinggi. Kalau Raphtalia sampai terluka, nasib kami akan semakin terancam. Tidak ada waktu untukku mempertimbangkannya lebih jauh lagi...
Bagian 3[edit]
“Perisai Amarah!”
Dengan terbayangnya gambaran saat kehilangan Raphtalia di benakku, kuaktifkan bentuk perisai dari Rangkaian Kutukan.
“Ah, tunggu... Tuan Naofumi!”
“Uoooooooooooooo!!!”
Semoga sempat... Semoga sempat... Semoga sempaaaaaaaaaaaat!!!
Dunia pun perlahan terasa melambat. Saat pikiranku tengah ‘terkikis’, kuteriakkan jurus yang kupunya.
“Air Strike Shield! Second Shield!”
Dua perisai muncul di antara Raphtalia dan pedang si jalang yang akan menebasnya.
*TRANGG!!*
Pedang si jalang pun berhasil dihentikan.
“Haah... Haah...”
Entah bagaimana, aku berhasil menahan tebasan si jalang.
“Rasakan ini!”
Saat aku membuang napas lega, Motoyasu mengarahkan jurusnya padaku.
Kalau tidak salah, itu adalah gerakan saat dia akan melancarkan Meteor Strike. Sepertinya saat menggunakan Rangkaian Kutukan, tidak hanya tubuhku yang diperkuat, tapi juga kemampuanku dalam melihat gerakan musuh ikut meningkat.
Dengan kuat kucengkeram ujung tombak Motoyasu yang bersinar.
“M-mustahil! Dia menggenggam Meteor Spear-ku!?”
“Kau bodoh, kau baru saja menggunakan jurus ini! Orang bodoh macam apa yang akan membiarkan dirinya terkena serangan yang sama!? Tolol!”
Ternyata kemampuan serangan balasan Perisai Amarah bergantung dari seberapa kuat serangan musuh yang diterimanya. Kutukan yang Membakar Diri pun diaktifkan.
Daya rusak api ini dipengaruhi oleh seberapa besar amarah yang kurasakan.
Saat Raphtalia hampir tertikam, aku hampir terbutakan oleh gejolak amarah dalam diriku. Dan dengan begitu, perisai ini mendapatkan kekuatan yang besar.
“Uwaaaaah!”
Seluruh tubuh Motoyasu langsung terbakar api hitam, dan dia terus berguling kesakitan di tanah.
Ugh... Kalau aku tidak segera mengganti bentuk perisaiku, aku akan kehilangan kesadaran dalam amarah ini.
“Aku masih belum selesai!”
Si jalang yang tidak mempelajari kesalahannya, kembali mencoba menikam Raphtalia.
Sial... Waktu jeda jurusku masih berlaku! Tinggal sedikit lagi...!!
“Shield---”
Aku takkan sempat! Raphtalia akan...
Pedang si jalang pun berhasil menikam Raphtalia.
“Ahahahahaha, kau pikir kau bisa mengecohku lagi... Apa!?"
Sosok Raphtalia kembali menghilang, dan yang tersisa hanyalah kilatan bayangannya yang memudar.
“Kekuatan sihirmu tidak cukup untuk melenyapkan seluruh sihir ilusi-ku. Sekarang giliranku untuk menyerang!”