Tate no Yuusha Jilid 3 Bab 19 (Indonesia)
Bab 69 : Penghukuman[edit]
Bagian 1[edit]
Raphtalia muncul di belakang si jalang dan menebasnya.
*TRANGG!!*
Si jalang hanya sanggup menangkis sedikit tebasan Raphtalia, dengan membalikkan badannya ke arah Raphtalia. Mungkin masih ada ilusi tambahan pada sosok Raphtalia yang telah dilenyapkan si jalang.
“Kau tidak lebih hanyalah kerikil pinggir jalan yang tidak berguna!”
“Menganggap orang lain sebagai kerikil di jalanan... Apa begini sikap seseorang yang akan memimpin negeri!?”
Raphtalia dan si jalang saling mengejar dan menghindar, sembari terus adu bicara satu sama lain.
Pasti harga pedang si jalang cukup tinggi. Meski begitu, dia tetap tidak bisa mematahkan pedang Raphtalia. Aku tidak tahu apa itu karena kemampuan Raphtalia melebihi kualitas pedangnya atau karena sebab lainnya, tapi aku harus segera membantunya...
“Aku takkan ambruk semudah itu!”
Motoyasu yang sedang terkapar di tanah karena Kutukan yang Membakar Diri, dengan sekuat tenaga mencoba berdiri di hadapanku.
“Kau pikir bisa menghentikanku dengan serangan api seperti ini? Aku takkan menyerah begitu saja!”
Meski Motoyasu telah terkena damage yang besar dari Kutukan yang Membakar Diri, dia terus mencoba bertarung tanpa memperhatikan keadaan tubuhnya.
Langkahnya terlihat sedikit limbung.
“Damage seperti ini bisa dihilangkan sihir pemulihan dengan mudah.”
“Memangnya rekan party-mu ada yang bisa melakukannya?”
Aku tidak tahu sihir macam apa yang dimaksud Motoyasu.
Saat aku memperhatikan semua rekan Motoyasu, seorang rekannya yang tidak tertikam oleh Raphtalia, dengan tergesa-gesa merapalkan sihir pemulihan.
Raphtalia dan si jalang masih mengejar satu sama lain dalam pertarungan jarak dekat, tanpa ada seorangpun dari mereka yang menunjukkan tanda-tanda akan mundur.
“Jangan lupa, Filo masih bisa bertarung~!”
“Filo!? Kau baik-baik saja?”
Saat kugunakan bentuk Perisai Amarah, harusnya Filo sudah terpengaruh dan memasuki fase “mengamuk”. Tapi dia tidak menunjukkan tanda-tanda kehilangan kesadarannya.
Setelah bentuk Perisai Amarah 2 terbuka, kekuatan bentuk Perisai Amarah telah meningkat, tanpa merubah wujudnya menjadi mirip-naga. Aku juga bisa membuat semua rekanku memasuki fase “mengamuk” dengan keterampilan bertarung “Auman Amarah Rekan”.
Mungkinkah itu alasan kenapa aku bisa menghentikan pengaruh bentuk Perisai Amarah, yang bisa membuat Filo hilang kendali...?
“Ada apa, Tuan~?”
Saat aku memperhatikan Filo... rambut ahoge-nya terlihat bersinar.
“Entah kenapa badan Filo jadi terasa sangat ringan~!”
Api hitam yang menyelimuti Filo, membuat perut berwarna putihnya ikut berubah warna menjadi hitam. Sepertinya pikiran Filo tidak “terkikis” kali ini...
Nampaknya hadiah dari Ratu Filolial sungguh menakjubkan.
“Aku perintahkan kepada inti dari kekuatan. Aku telah membaca dan memahami satu hukum alam. Pulihkan Tuan Motoyasu...! Al Tzuvait - Heal!”
Setelah cukup lama merapalkan matra, rekan Motoyasu segera menggunakan sihir pemulihannya.
Pemulihan jarak jauh... Jadi mereka memiliki sihir sehebat itu?
“Bantuanmu sudah kutunggu-tunggu!”
Tapi, Motoyasu... dalam perhitungan rencanamu, kau telah membuat satu kesalahan yang besar.
Cahaya dari sihir pemulihan pun menyorot pada Motoyasu dan semua rekannya.
“Baiklah!... Hah??”
Sihir pemulihan yang Motoyasu nanti-nantikan, ternyata hanya berdampak sedikit padanya. Motoyasu memiringkan kepalanya dengan kebingungan.
“Kau pikir kau bisa sepenuhnya pulih dengan sekali penggunaan sihir saja? Maaf sudah membuatmu kecewa, tapi aku punya cara sendiri untuk menghambat rencanamu.”
Lucu sekali, efek samping dari Kutukan yang Membakar Diri bisa memperlambat proses pemulihan korbannya.
Sihir pemulihan yang sudah lama Motoyasu nantikan, akhirnya tidak berpengaruh banyak.
“Sepertinya hasil pertarungan ini sudah bisa ditentukan.”
Semua rekan Motoyasu merubah target serangan mereka ke arah Raphtalia, dan mulai merapalkan mantra sihir.
“Filo!”
Aku memerintahkan Filo agar membantu Raphtalia.
“Baik~!”
Gerakan menyerbu Filo pun jadi lebih cepat dari yang sebelumnya.
Saat Filo mendekati Raphtalia, yang dengan pedangnya bersiap menahan serangan musuh, Raphtalia dan si jalang melompat mundur dan mulai merapalkan sihir.
“Masih belum!”
Tanpa terlihat menyesali kesalahannya, Motoyasu mencoba menikamku dengan tombaknya.
"Air Strike Javelin!"
Sebilah tombak lempar melayang dan melesat ke arahku.
“Jangan pikir seranganmu itu akan berhasil!”
*CRANG!!*
Aku tangkap tombak yang melayang itu. Saat kucengkeram tombak tersebut, terdengar suara logam yang berdengung. Setelah kuhentikan sepenuhnya, tombak itu pun menghilang dari genggaman tanganku, dan kembali pada Motoyasu.
Keterampilan melempar, ya...? Tentu saja Kutukan yang Membakar Diri takkan efektif melawan serangan jarak jauh. Kalau kau seorang gamer, kau pasti akan mengerti setelah merasakan bahkan melihatnya sendiri.
“Aku... Aku tidak akan kalah di sini! Kalau aku kalah, maka Puteri Melty, Raphtalia, dan Filo, akan terus diperalat oleh iblis perisai!”
...Melihat dia jauh-jauh datang ke mari demi memperjuangkan rasa keadilannya, tindakan Motoyasu itu sungguh patut dipuji. Tapi aku malah diperlakukan sebagai penjahat di sini.
Jangan bilang Motoyasu memandangku sebagai seorang ‘mid-boss’[1] dalam game? Sungguh perlakuan yang tidak mengenakkan.
Kalau aku menjadi mid-boss, lalu siapa bos utamanya?
“Aku pasti akan menyelamatkan kalian bertiga!”
“Seorang penggila wanita yang bodoh sepertimu sampai repot-repot datang ke mari, sungguh menyedihkan.”
Apa kau belum sadar juga, justru kau yang sekarang sedang dicuci otak! Sungguh disayangkan, kau tidak memanfaatkan minatmu itu untuk hal yang lebih berguna...
“Sial...”
Bahkan dia tidak membalas seruanku, dan sekarang ketiga rekan Motoyasu sedang diinjak-injak oleh Filo. Yah, sikap pantang menyerahnya itu memang mirip seorang pahlawan.
Meski begitu, kalau kau terus mengikuti rasa keadilanmu yang “polos” itu, maka kau takkan bisa tertolong lagi.
Bagian 2[edit]
“Menyerahlah, kalian takkan bisa mengalahkan kami.”
Kau bahkan tidak sadar, rekanmu itu telah menghasut banyak pihak hingga semua ini bisa terjadi.
Aku pun memandangi Melty dengan cemas, sembari memikirkan apa yang akan kami lakukan selanjutnya. Kemenangan dan kekalahan juga ditentukan, dengan berhasil atau tidaknya kurungan magis ini dihancurkan. Sungguh mengesankan melihat Melty bisa tetap bertindak dengan berani, meski tahu bahwa kakaknya sendiri sedang mencoba untuk membunuhnya.
...Insting membunuh kian mengalir di dalam diriku.
Tapi jika kubunuh siapapun di sini, maka ketidakbersalahanku takkan pernah bisa terbukti. Kalau aku membunuh seseorang, maka aku tidak ada bedanya dengan si sampah yang telah menjebakku.
Aku takkan mau disamakan dengan si sampah itu. Bahkan dia mau mengorbankan darah dagingnya sendiri tanpa ragu sedikitpun. Apa tindakan seperti itu bisa diabaikan begitu saja?
Tidak! Akan kubuktikan ketidakbersalahanku!
“Masih belum... Aku masih belum kalaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah!”
Tanpa pikir panjang, Motoyasu menyerbu ke arahku seakan bersiap untuk menyambut kematiannya yang terhormat. Langkah selanjutnya akan menentukan hasil pertarungan ini...
*Prok Prok Prok Prok...*
Tepat sebelum langkah selanjutnya diputuskan, entah dari mana... Suatu suara asing dan tepuk tangan terdengar bergema.
“Yaah~... seperti yang diharapkan dari si tombak, dia benar-benar memiliki tekad yang kuat. Ini sungguh sebuah pertunjukkan yang bagus.”
Seketika seluruh area di sekitar kami dipenuhi oleh tekanan energi sihir. Semua bulu Filo berdiri saat dia melindungi Raphtalia.
“Eh--”
“Mel!”
“Kyaaaaaaaaaaaaaa!”
“Uwaaaaaaaaaaaaa!”
“A-aku adalah Sang Puteri! Beraninya kau berbuat lancang begini padaku --“
“Filo--ugh!”
Tanpa keraguan sedikitpun, Filo menendang semuanya termasuk si Jalang dan Motoyasu ke arahku, lalu segera muncul di depanku menggunakan sihir ‘kecepatan tingkat tinggi’nya.
Semuanya, baik kawan maupun lawan, telah Filo kumpulkan di depan kakiku.
“Tuan! Kita harus bertahan sekuat mungkin!”
“Apa yang tiba-tiba terjadi sekarang-”
“Cepatlah! Sesuatu yang besar akan segera tiba!”
“Sial! Baiklah!”
Saat Filo menunjukkan ekspresi serius-nya yang mengancam, langsung kugunakan Shield Prison, Air Strike Shield, dan Second Shield.
Tepat setelah semua perisai dari jurusku terpanggil, suatu pilar cahaya menghujani kami dari langit.
“Ugh...”
Serangan kuat itu mengguncang hingga ke dalam tubuhku. Aku menahannya sembari terus merapalkan sihir Fast Heal.
Air Strike Shield dan Second Shield segera terlempar jauh, dan daya tahan Shield Prison sebentar lagi akan habis.
*KRAKKK!!!*
Suara itu terdengar, selagi Shield Prison terus menahan serangan dari langit, dan melindungi kami semua.
Akhirnya kurungan perisaiku hancur, dan pilar cahaya itu menghujaniku. Entah bagaimana, perisaiku terus menahan sorotan cahaya besar tersebut.
Saat aku hampir tergelincir, Filo merentangkan kedua sayapnya dan menahan badanku.
“Uuughhhhhhhhhhh...!!!”
Serangan cahaya itu semakin menghabisi poin daya tahanku.
“Sedikit lagi...!”
Pilar cahaya itu pun segera menghilang, namun aku masih bersiaga dengan menyiapkan perisaiku. Filo juga berdiri dan menutupi semua orang dengan kedua sayapnya.
Area di sekitar kami... Semuanya telah dibumihanguskan. Seakan area di sekitar kami menjadi titik jatuhnya sebuah meteor, dan kami berada di pusat kawahnya.
Ada beberapa penduduk desa yang mengerang kesakitan di luar ‘kawah’ ini, yang terbentuk karena dampak sihir yang ditembakkan musuh. Ini benar-benar parah...
“A-apa yang terjadi...”
“Wah wah, lihat apa yang tersisa di hadapan kita...? Cukup mengesankan melihat si iblis perisai, mampu bertahan dari sihir gabungan tingkat tinggi ‘Penghukuman’, dan tetap terlihat tenang...”
Saat aku menatap ke arah suara tersebut, sosok yang terlihat adalah senyum si pendeta dari gereja ibukota, diikuti oleh lusinan petugas gereja dan beberapa orang ksatria istana.
“Kau...!”
Motoyasu memelototi pendeta itu dengan geram. Jadi mereka bukan balabantuan untuk Motoyasu?
Tidak, tunggu... Kalau Filo tidak menendangnya ke arahku, Motoyasu juga pasti akan terkena serangan cahaya tadi. Ini...
“Oh, ya ampun. Bagaimana bisa aku lupa memperkenalkan diri? Perkenalkan, aku adalah Uskup dari Gereja Tiga Pahlawan.”
Referensi :[edit]
- ↑ Mid-boss adalah bos karakter musuh dalam game RPG yang lebih lemah/kurang mengancam daripada bos utama di suatu area atau level. Beberapa mid-boss bisa juga adalah versi lebih kuat dari musuh yang biasa. (dikutip dari Wikipedia)