Tate no Yuusha Jilid 3 Bab 1 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 51 : Gelombang Bencana Ketiga[edit]

Bagian 1[edit]

Hari ini harusnya Paman pemilik toko senjata selesai membuatkan perlengkapan yang kupesan. Kami pun tiba di sana saat tokonya baru buka.


“Oh... Ternyata kau, nak. Rajin juga kau datang sepagi ini.”

“Aku rasa juga begitu. Jadi bagaimana? Apa Paman sudah selesai membuatkan zirahnya?”

“Tentu saja. Ngomong-ngomong, entah kenapa hidangan yang kau masak sebelumnya, menjadi bahan pembicaraan orang-orang di kota ini.”

“Kenapa Paman menanyakan itu padaku? Tanyakan saja pada orang yang menyebarkan rumor-nya.”

“Tidak mungkin aku tahu siapa orangnya...”


Kemudian Paman mengambilkan zirahku dari ruangan belakang toko.

Paman pemilik toko senjata tidak menjahitkan tulang Chimera dan naga agar zirahnya terlihat seperti pakaian barbarian, tapi sepertinya semua tulang itu ditumbuk, hingga bubuk tulangnya dijadikan zirah tulang. Wujud zirahnya mirip Hokuto no Ken Mark 2[1]

Ngomong-ngomong, bukannya pakaian seperti ini dipakai oleh pembalap mobil atau motor?


“Paman, kau sangat menginginkan agar aku terlihat seperti seorang raja bandit, ya?”


Mungkin karena bahan-bahan untuk membuat zirah ini, harusnya dipakai untuk membuat zirah ‘suku pedalaman yang ganas’.


“Hah? Kau ini bicara apa, nak?”


Walau di dunia paralel, kalau mengenakan zirah ini... Rasanya aku sedang berada di Zaman Showa. Untuk sementara, mungkin aku harus memastikan ketangguhan zirah ini dulu.


“Ngomong-ngomong, seberapa kuat zirah ini?”

“Cukup sulit membuat zirah khusus itu, dan untuk kemampuannya, zirah itu bisa disebut Zirah Barbarian +1.”

“Kelihatannya Zirah +1 ini belum selesai dibuat. Apa kau benar-benar yakin, kalau pakaian seperti ini terbuat dari kulit naga?”


Bahkan dari tampilannya saja sudah berbeda.

Dari depan, zirah ini terlihat seperti yang karakter utama pakai dalam Hokuto no Ken, dan kilauan yang terlihat pada kulit naga zombie-nya, bagiku terlihat seperti bahan karet. Hanya zirah bagian dada saja yang dilindungi oleh bahan logam, itupun pelindungnya sangat minim.

Pakaian ini cocoknya dikenakan saat mengendarai sepeda motor. Karena di dunia ini tidak ada sepeda motor, apa aku harus ‘melesat’ melintasi negeri dengan mengendarai Filo? Lebih baik hentikan saja membayangkan hal seperti itu!

Zirah Barbarian +1
Bonus Pemakaian : Peningkatan Pertahanan, Pertahanan terhadap elemen Listrik (Menengah) , Pertahanan terhadap elemen Api (Tinggi) , Pertahanan terhadap elemen Kegelapan (Tinggi) , Pemulihan HP (Sedikit) , Peningkatan Kekuatan Sihir (Menengah)
Kemampuan Khusus : Pemulihan Otomatis

Ada beberapa bonus pertahanan terhadap elemen. Lalu tentang Pemulihan Otomatis... Aku tidak tahu kegunaannya, apa saat zirah ini robek, kemampuan ini akan memperbaiki zirahnya...?

Berdasarkan bonus pemakaian zirah ini, harusnya zirah ini cukup kuat. Tapi dari penampilannya, pakaian ini sama sekali tidak mirip dengan wujud sebuah zirah.

Tate no Yuusha Volume 3 Image 1.jpg

“Kenapa, nak? Apa kau pernah melihat bentuk zirah ini sebelumnya?”

“Paman pasti tahu aku ini berasal dari dunia lain, kan? Jika dibandingkan dengan dunia ini... Pakaian seperti ini biasanya dipakai saat mengendarai Filolial atau kuda.”


“Kalau begitu, Tuan bisa memakai zirahnya sambil menunggangi Filo~!”


“Nak, yang dikatakan nona burung kecil ini terdengar sangat mesum.”


Paman bergumam sembari menatap dengan agak jijik padaku.


“Diamlah!”


Paman, apa kau membuatkan zirah ini dengan niat ingin mempermalukanku?


“Ada apa, nak?”


...Mungkin alasannya bukan karena itu. Sepertinya tidak mungkin Paman sengaja mengerjaiku.


“B-baiklah. Aku akan memakainya.”


Raphtalia bilang aku terlihat keren saat berpakaian seperti ini. Mengenakan pakaian ini di dalam kota... Rasanya sangat aneh. Dan ini bukan lagi sebuah zirah, ini lebih mirip dengan pakaian biasa. Sungguh menyedihkan.

Yah... Walau begitu, persiapan untuk melawan gelombang ketiga telah selesai tanpa kendala yang berarti. Bekas luka Raphtalia yang berwarna hitam pun telah sembuh seluruhnya, berkat setiap hari menggunakan air suci kualitas tinggi.

Aku pun menghembuskan napas dengan lega, karena luka Raphtalia telah sembuh sepenuhnya. Mungkin masih ada bekas luka yang tersisa, dan aku ingin memulihkannya secepat mungkin.

Dan hari ini aku selesai membuatkan perhiasan untuk Raphtalia dan Filo.


“Ini perlengkapan yang kalian minta.”

“Yey~!”

“Pertama, perhiasan untuk Raphtalia”


“Baik.”


Aku berikan sebuah gelang yang terbuat dari batu giok pada Raphtalia.


“Terima kasih banyak.”

“Sihir yang dibubuhkan ke dalam gelang itu adalah Peningkatan Kekuatan Sihir (Sedikit). Gelang itu juga akan menyerap sihir Penurunan Pertahanan Sihir yang ditembakkan kepadamu.”

“Akan kujaga pemberian Tuan Naofumi ini baik-baik.”

“Benarkah kau hanya menginginkan itu? Kalau kau mau, aku bisa membuatkanmu perhiasan yang bentuknya lebih bagus.”

“Tuan Naofumi ini bicara apa? Kita tidak boleh membuang waktu untuk hal seperti itu.”


Itu benar. Kalau Raphtalia sendiri tidak menginginkannya, aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa.


“Selanjutnya, perhiasan untuk Filo.”


Aku berikan sebuah jepit rambut yang terbuat dari batu amber pada Filo. Sengaja aku buat bentuknya agar mirip dengan sayap, untuk mencocokkan dengan wujud monster Filo.


“Jepit rambut itu telah dibubuhi sihir Peningkatan Ketangkasan (Sedikit).”

“Terima kasih Tuan~”

“Saat ini bahan yang kupunya untuk membuat perhiasan masih terbatas. Bersabarlah kalau kalian ingin perhiasannya diganti.”


“Buatan Tuan Naofumi ini juga sudah cukup. Akan kumanfaatkan pengaruh perhiasan ini semaksimal mungkin.”

“Iya! Filo juga akan bekerja keras!”


“Aku harap kedua perhiasannya bisa membantu kalian dalam pertarungan kita nanti.”


Setelahnya, kami manfaatkan waktu yang tersisa untuk mempersiapkan segala halnya. Aku juga sudah membuat perjanjian dengan para prajurit muda, yang sebelumnya ingin membantu kami.

Filo telah kuberi arahan tentang pertempuran melawan Gelombang Bencana. Pada awalnya Filo kebingungan dengan keberadaan gelombang itu, tapi setelah kujelaskan, akhirnya dia bisa mengerti.

Persediaan obat pun telah siap, tapi kereta kami... sudah rusak. Dan karena kereta yang baru belum selesai dibuat, Filo kusuruh menarik gerobak yang biasa.

Selain itu, rasanya melindungi semua desa di sekitar area kemunculan gelombang sudah menjadi tugasku, karena ketiga Pahlawan yang lain langsung menyerbu ke sumber gelombang. Meski sebenarnya keikutsertaanku ini tidak terlalu dibutuhkan, tidak pantas rasanya kalau aku tinggalkan semua warga desa begitu saja.

Bagian 2[edit]

00:05 

5 menit lagi. Sepertinya aku bisa merasakan ke mana kami akan dipindahkan, jadi sejak awal sudah kuberitahukan pada para prajurit sukarelawan. Bentuk perisaiku juga sudah kurubah menjadi Perisai Ular Chimera.

00:00 

Waktunya telah tiba!

Terdengar suatu suara menggema yang mirip dengan kaca yang terpecah. Pemandangan di sekeliling kami langsung berubah. Dengan tenang, kami melihat ke sekeliling untuk memastikan tempat apa ini.


“Ini...”


Yah. Ini adalah desa tempat tinggal pemuda pembeli obat untuk ibunya yang sakit-sakitan. Walaupun pasukan dari ibukota bergerak dengan cepat menuju tempat ini, mereka baru bisa tiba setelah perjalanan selama satu setengah hari.

Terlihat ada sebuah retakan merah yang terus memanjang di langit.


“Tuan Pahlawan Perisai!”


Para prajurit muda yang berpindah tempat bersamaku, berlari menghampiriku. Dan ketiga Pahlawan lainnya...


“Filo! Kalau kau mau menendang si tombak bajingan itu, tendang dia ke arah munculnya retakan di langit. Dengan begitu, dia bisa tiba di sana lebih cepat.”

“Baik~!”


Filo mematuhi perintahku,dan langsung berlari. Karena larinya yang cepat, dia bisa segera menyusul party yang kumaksud.


“Eh...?”


Sesaat setelah bajingan tombak itu menoleh ke belakang, dia langsung ditendang oleh Filo.


“Waaaaaaaaaaaaaaa!!!”


Semua anggota party-nya terpental jauh. Melegakan juga rasanya saat melihat wanita jalang itu ikut terhempas bersama si tombak bajingan itu. Walaupun mereka hanya terkena sedikit damage, karena Filo kuingatkan agar tidak terlalu keras menendang mereka.


“A-apa maksudmu melakukan itu pada kami!”


Kelihatannya, dari kejauhan si tombak itu ingin mengatakan sesuatu pada kami, dan kuacuhkan tatapan tajam dari si pedang dan si busur.


“Kalian jangan membuang-buang waktu!”


“Sekarang apa masalahmu!”

“Ya! Kita harusnya mengalahkan musuh yang muncul dari gelombang itu!”


Aku terkesan dengan amarah yang ditunjukkan kedua Pahlawan bodoh ini.


“Dengarkan aku dulu, kalian bisa memburu musuhnya nanti.”


Aku arahkan para prajurit muda agar pergi ke desa terdekat. Mereka mengangguk, dan berlari ke desa itu sesuai perintahku.


“Lebih baik, kau jangan mengganggu pekerjaan kami!”

“Bukan itu yang kuinginkan!!!”


Itsuki terkejut setelah mendengar teriakanku, dan setelahnya memelototiku.


“Tenanglah dan coba pikirkan ini baik-baik. Karena aku tidak mendapatkan dana bantuan, aku takkan ikut bertarung melawan gelombang utama. Dan sejauh ini, aku lebih memilih melindungi semua desa di sekitar munculnya gelombang. Kalian mengerti?”

“Yah.”


“Kau ini cuma aib bagi para Pahlawan.”

“Itu benar!”


Semua rekan kedua Pahlawan ini mengolok-olokku.


“Dan mengalahkan musuh yang muncul dari gelombang adalah tugas kalian bertiga. Aku tidak sepenuhnya yakin, apa gelombangnya akan berakhir setelah kalian mengalahkan bos monster-nya.”

“Sudah jelas semua gelombang berhubungan dengan bos monster-nya!”


Kelihatannya Itsuki jadi bersemangat, melihat dia yang langsung menjawabku. Walaupun apapun yang dia rasakan itu tidak terlalu penting.


“Meski begitu, kita masih punya tugas yang penting... kalian tahu maksudku?”

“Lalu tugas apa itu?”


Ren, bahkan kau juga tidak mengerti? Maksudku, harusnya kau tahu, karena dunia ini mirip dengan dunia dalam game.

Kenapa kau masih belum mengerti? Tapi kalau kutanya begitu, bisa-bisa dia menjadi tersinggung, jadi aku memilih untuk tidak mengatakannya.


“Kalian tahu tentang pasukan Ksatria?”


Kedua Pahlawan itu memejamkan mata sebentar.


“Mereka akan datang nanti.”


Lalu aku keluarkan sebuah perangkat penembak suar sihir, dan menunjukkannya pada mereka.


“Jarak dari ibukota ke tempat ini, adalah satu setengah hari perjalanan dengan menaiki kuda atau Filolial. Jaraknya terlalu jauh!”

“Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan!”


Lalu Ren menunjuk ke arah para prajurit sukarelawan yang berlari ke arah desa.


“Kalau dipikir-pikir lagi... Bagaimana caranya kau berpindah tempat dengan semua orang itu?”

“Yang benar saja? Kalilan belum tahu kegunaan dari sistem party...?”

“Sistem untuk merekrut rekan? Kupikir kita tidak bisa membawa orang sebanyak itu.”

“Ini bisa dibilang sistem lanjutan dari sistem party... Seorang Pahlawan bisa ditunjuk menjadi ‘Pimpinan Party’, dan rombongan lain yang bergabung dengannya, akan dianggap sebagai bawahan Pimpinan Party. Dengan begitu, mereka semua bisa ikut berpindah tempat dengan party Pahlawan.”

“Dari mana kau dapatkan informasi ini!?”


Mungkin... dibanding mereka berdua, sebenarnya aku tahu lebih banyak tentang sistem perpindahan tempat ini?

Bagian 3[edit]

“Awalnya ini hanya percobaanku saja. Dan sekarang sudah bisa dipastikan, bahwa kita bisa membawa balabantuan untuk melawan Gelombang Bencana.”


Tidak ada seorangpun yang bersuara.


“Apa kalian benar-benar sudah memeriksa menu Bantuan dan Pelatihan?”


“Yah. Lagipula kami sudah memahami sistem di dunia ini.”

“Selain itu, tujuan utama kami adalah menyerang sumber gelombang, jadi... Kami akan pergi duluan!”


“Lalu pertempuran melawan gelombang selama ini... kalian anggap hanya sebuah game?”


“Apa?”

“Memangnya kenapa?”

“Ayo, kita harus segera pergi!”


Pertanyaanku tidak digubris oleh Itsuki yang langsung pergi.


“Motoyasu, kau mengerti apa yang sedang kubahas, kan?”

“Hmm... Maksudmu ‘Instant Dungeon’?”


Bukan...


“Yang satu ini berbeda. Apa kali ini serangan gelombang dengan sistem waktu?”


Ren... jawabanmu juga salah.


“Apa ini semacam Pertempuran Antar Serikat? Atau game dengan skala pertempuran besar-besaran?”


Memang di duniaku juga ada sebuah game yang di dalamnya diadakan event besar, dan para pemainnya bisa ikut serta, dalam event yang berlangsung selama satu minggu tersebut.

Seperti yang kukira, hanya para Pahlawan yang bisa memakai sistem party. Nyatanya, kerugian perang pada gelombang sebelumnya akan sangat parah kalau pasukan ksatria terlambat sampai di sana, atau kalau aku mundur dari serbuan gelombang itu.


“...Apa sebelumnya kau pernah memimpin sebuah Serikat yang besar?”


Aku akan mencoba bersikap halus, karena kerjasama dengan mereka sangat dibutuhkan dalam melawan Gelombang Bencana.

Tentu para Pahlawan yang harus memimpin perlawanan, karena mereka lah para petarung yang terbaik di negeri. Tapi untuk mengurangi kerugian perang, kita juga harus bekerjasama dengan penduduk dunia ini.

Cukup menghibur saat aku tahu, mereka masih belum mengerti hal semacam ini.


“Aku pernah mengatur sebuah tim sebelumnya.”


Itulah jawaban Motoyasu.

Dia menoleh ke arah Filo yang sekarang dalam wujud monster-nya. Yah, mungkin dia merasa was-was akan ditendang lagi oleh Filo.


“Kalau begitu, kau takkan mengerti.”

“Aku juga tidak perlu tahu hal itu.”

“Hah!?”

“Bagaimanapun caranya, semuanya pasti akan berjalan dengan lancar.”


Ugh... Kenapa aku diperlakukan seperti seorang manager, yang harus memastikan agar kalian bekerja dengan baik?


“Aku pun tidak tertarik dengan hal ini.”


Ren... Aku memang tidak bisa menjelaskan tentang Pertempuran Serikat dengan baik, karena aku sendiri belum pernah bertempur dalam Serikat.

Ngomong-ngomong, zirahnya keren juga. Aku penasaran, apa orang ini bisa mengatur sebuah Serikat yang besar.


“Baiklah, kali ini kita harus bertempur sekuat mungkin, dan lain kali bawa juga pasukan ksatria di gelombang selanjutnya.”


Aku harus mengatur formasi untuk melawan gelombang ini.

Ren dan Motoyasu langsung pergi dengan ekspresi jengkelnya padaku.

“Cuih!”

Hei, jangan meludah di sembarang tempat!


“Kita harus mendatangi desa terdekat dulu.”

“Baik~!”


Setelah menaiki gerobak, aku, Raphtalia, dan Filo segera pergi ke desa tersebut.



“Ah-!”


Kami tiba di desa itu, bersamaan dengan datangnya pasukan dari Gelombang Bencana. Semua makhluk itu tertutupi oleh bayangan, dan prajuritnya terdiri dari serigala, Lizardman, burung Kondor, dan Goblin.

Pasukan monster ini mirip dengan Demi-human, tapi seluruh badan mereka berwarna gelap dan diselimuti oleh asap hitam. Nama semua monster itu adalah Dark Condor, Black Wolf, Assault Shadow Goblin, dan Shadow Lizardman. Dan ada tambahan “Dimensional” pada setiap nama mereka.

Saat dikalahkan, wujud mereka lenyap seperti hantu. Agak menakutkan juga.

Semua monster ini berbeda dengan pasukan monster di gelombang sebelumnya, apa di gelombang ini kami harus melawan mereka? Walau begitu, akan kuserahkan bagian tugas merepotkan ini pada ketiga Pahlawan di sana.


“Acha-!”


Kemudian aku mendengar teriakan perang yang aneh, dari wanita tua yang sebelumnya pernah kuberi obat. Dia bisa menangani serangan para monster itu, hanya dengan memakai pacul yang digenggamnya dengan satu tangan. Para prajurit muda juga tercengang saat melihat kehebatan wanita tua ini.


“Ah, Tuan Pendeta rupanya! Terima kasih untuk obat yang kau berikan sebelumnya! Acha-!”


Setelah menghantam beberapa monster yang menyerbunya, wanita tua itu membungkuk padaku. Wanita tua ini cukup kuat, terlihat banyak bagian badan monster yang tergeletak di dekatnya.


“Hei, kau juga cepat ke mari, dan berterima kasihlah pada Tuan Pendeta.”

“Uhm, iya bu. Terima kasih banyak...”


Putera wanita tua itu juga membungkuk padaku.


“Untuk sementara, tolong segera mengungsi dan carilah tempat berlindung, karena semua monster ini muncul dari Gelombang Bencana.”


Para prajurit muda memandu warga desa yang lain untuk bersembunyi.

Antara menumpas musuh yang tersisa, dengan datangnya musuh yang baru, selisih waktunya sangat sedikit. Kami bertiga juga ikut menahan serangan para monster itu.

Bagian 4[edit]

“Acha-!”


Dengan mudahnya wanita tua itu membantai semua musuh yang mendekat. Apa gerakan seperti itu, benar-benar berasal dari seseorang yang bulan lalu hampir mati?


“Karena berkah suci dari Tuan Pendeta, kekuatanku saat masih muda sekarang telah kembali. Hahaha!”


Kemudian wanita tua itu memelototi puteranya, lalu pemuda itu juga ikut bertarung dengan sekuat tenaga. Tapi pemuda itu kelihatannya masih gugup.

Meski begitu, pemuda itu tidak sekuat ibunya. Para prajurit muda saja kewalahan saat menghadapi serangan pasukan monster ini. Tidak ada seorangpun yang bisa menyaingi kekuatan si wanita tua.


“Walau aku kelihatannya seperti ini, tapi di masa jayaku, aku ini seorang petualang yang cukup terkenal. Level-ku sama dengan usiaku yang sekarang! Acha-!”

“Dasar nenek-nenek nekat!”


Aku pikir seribu monster pun tetap takkan bisa menandinginya.

Saat aku menahan serangan musuh, mereka dihabisi oleh wanita tua yang kekuatannya menyamai Filo. Aku khawatir, kalau-kalau wanita tua ini kecapean dan langsung pingsan setelah pertempuran ini berakhir.


“Sebenarnya obat apa yang kuberikan pada wanita tua itu?”

“Entahlah...”


Setelah bergumam begitu, Raphtalia cukup terkagum melihat nenek tua itu. Aku harus menanyai beberapa hal pada puteranya nanti.

Di samping itu, sekarang waktunya mengobati semua orang yang terluka.


“Bagi kalian yang cedera, segera mundur dari garis pertahanan dan cepat lari ke posisi gerobak.”


Aku berteriak sembari mengobati para penduduk desa yang terluka.


“Acha! Tuan Pendeta, sepertinya ada satu sosok yang mencurigakan di antara para penyerang itu.”


Nampaknya ada sesosok Dimensional Shadow Lizardman yang wujudnya berukuran besar, berada di antara pasukan monster yang mendatangi desa. Ukurannya dua kali lebih besar daripada Shadow Lizardman biasa.


“Raphtalia, Filo. Kita bertiga akan melenyapkan monster itu.”

“Baik!”

“Baik~!”


Aku pun berlari menuju mangsa besar tersebut.

Dimensional Shadow Lizardman itu menghunuskan sebilah pedang hitam yang besar. Aku terus berlari mendekatinya, dan mempersiapkan perisaiku.

*CRANGG!!!*

Suara yang nyaring bisa terdengar bersamaan percikan api yang memencar. Taring Ular Beracun (Menengah)-ku segera aktif dan meracuni musuh tersebut.

Tapi racunnya tidak berpengaruh banyak. Lagipula jenis musuh kami ini adalah monster reptil.

Meski begitu, bukan serangan racunnya yang kubutuhkan.


“Eryaaaaaaaaaaaaa!”

*Sleb...*

Raphtalia menusukkan pedangnya, tepat di perut Dimensional Shadow Lizardman itu.


“Hiyaaaaaaaaaaaaaa!”

*CRAT!!*

Kepala Dimensional Shadow Lizardman itu langsung hancur setelah terkena satu hantaman dari Filo. Tubuh Dimensional Shadow Lizardman itu pun ambruk dan tergeletak di tanah.


“Keren...”


Tanpa sadar, salah satu prajurit muda menggumamkan kekagumannya.


“Bagus! Kalian semua, terus awasi seluruh desa dan cegah kerusakan yang lebih besar.”


Jika si wanita tua, enam sukarelawan, dan beberapa petualang yang tinggal di sini ikut melindungi desa, kita bisa memperkecil kerusakan di desa ini.

Pasti masih ada desa-desa lain yang terancam di wilayah ini. Kalau kita tidak segera mendapat bantuan, situasi-nya akan jadi lebih berbahaya.


“Gunakanlah obat apapun yang kalian butuhkan, karena perjalanan kita ini takkan mengenakkan. Cepat bergegaslah.”


Beberapa sukarelawan naik ke gerobak sesuai perintahku.


“Kita pergi sekarang, Filo!”

“Baik~!”


Filo menarik gerobak yang sekarang semakin berat, dan mulai berlari dengan kekuatan penuh.



Saat kami tiba di desa selanjutnya, beberapa sukarelawan terlihat pusing dan mual. Tapi karena tidak terlalu parah, aku abaikan saja keadaan mereka.

Kerusakan di desa ini terlihat lebih parah daripada desa yang sebelumnya. Banyak rumah yang terbakar, dan beberapa penduduk desanya terlihat cedera.


“Cepat bantu siapapun yang bisa kalian selamatkan!”

“B-Baik!”


Dengan terus menghabisi semua monster yang datang, kami menunggu berhentinya Gelombang Bencana ini.


“...Lama sekali!”



3 jam telah berlalu.

Kami berusaha mempertahankan semua desa di wilayah ini sekuat mungkin, tapi itu semua takkan berguna kalau gelombangnya belum juga berhenti. Pengarahan para penduduk desa agar mengungsi telah dilakukan dengan baik, dan kerugian perang yang mereka alami telah dikurangi sekecil mungkin.

Karena keberadaan kami, perhatian pasukan monster bisa terpancing dan menjauhkan mereka dari para penduduk desa yang selamat. Jadi, siasat menyerang dan bertahan ini terus kami lakukan, walau harusnya kami lakukan ini sejak awal.

Dan mau sampai kapan para Pahlawan itu bertarung melawan bos monster-nya?


“Tuan Pahlawan, serahkan urusan di sini pada kami. Bukankah kau harus segera membantu ketiga Tuan Pahlawan yang lain?”


Seorang prajurit muda yang memberi salam padaku, mengajukan usulan itu padaku.


“Tidak ada gunanya walaupun aku pergi ke sana...”


Kalau aku membantu mereka melawan bos monster, mereka akan mulai mengomel, karena menganggap aku ingin merebut jasa yang harusnya mereka lakukan.


“Tapi...”


Para prajurit muda ini terlihat kelelahan, tidak heran karena mereka telah bertarung 3 jam lamanya, melawan pasukan monster yang datang silih berganti.

Raphtalia dan Filo juga sepertinya mulai kelelahan, keadaanku pun tidak jauh berbeda dengan mereka berdua.


“Ahahahaha-!”


Filo menendang seekor Dimensional Assault Shadow Goblin sembari menertawakannya.

Yah, ternyata Filo baik-baik saja. Burung itu benar-benar memiliki stamina yang kuat.


“Apa kalian bisa mengurus sisanya?”

“Serahkan saja pada kami!”

“Kalau begitu aku terima usulanmu itu. Aku serahkan urusan sisanya pada kalian.”

“Baik!”


“Raphtalia, Filo, ayo kita pergi!”

“Aku mengerti.”

“Baik~!”


Setelah mempercayakan keamanan desa pada para sukarelawan dan petualang, aku dan Raphtalia mengendarai Filo menuju tempat bos monster berada.

Referensi :[edit]

  1. Hokuto no Ken berasal dari manga Fist of the North Star.