Tate no Yuusha Jilid 3 Bab 20 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 70 : Uskup[edit]

Bagian 1[edit]

"Uskup, huh..."


Bukannya pengrusakan tadi itu terlalu berlebihan untuk sebuah perkenalan? Bahkan setelah kugunakan bentuk Perisai Amarah, kekuatan sihir tadi tetap sulit ditahan.

Dasar Filo, kenapa juga kau menolong party Motoyasu? Harusnya kau cukup membawa Raphtalia dan Melty.

Yah, terserahlah. Aku penasaran, apa yang menjadi tujuan Uskup ini sebenarnya.


"Menembakkan sihir seperti itu, dan mengarahkannya pada kedua Puteri negeri dan Tuan Pahlawan Tombak... Sebenarnya apa yang kau rencanakan?"

"Tuan Pahlawan Tombak, kau bilang?"


Kalau tidak salah, Pahlawan Pedang, Pahlawan Busur, dan Pahlawan Tombak menjadi tokoh yang dipuja orang ini. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi... Uskup itu tetap tersenyum saat dia melihatku.

Aku ingin tahu, kenapa dia bersikap begitu. Perasaanku mulai tidak enak.

Akankah dia tetap menunjukkan ekspresi wajah seperti itu, saat nyawa seseorang direnggut di depan matanya? Apakah ekspresi wajahnya tidak lagi mengenali ekspresi yang lain?

Itulah hal yang kupikirkan.


"Aku yakin Tiga Pahlawan akan menyelamatkan masyarakat dan dunia dari serangan Gelombang Bencana. Masalahnya, si 'palsu' itu sedang bertingkah menjadi seorang pahlawan."

"Apa maksudmu?"


Uskup itu menjawab, seperti sedang mengobrol biasa. Motoyasu menatap uskup tersebut dengan ekspresi bingungnya.


"Pewaris tahta Sang Ratu 'telah terbunuh' oleh iblis perisai. Jangan khawatir, mayat kalian akan dipastikan keasliannya nanti."

"Tidak mungkin..."


Raphtalia terlihat begitu muak mendengar perkataan Uskup itu, hingga tidak lagi membuatnya terpancing amarah.

Pendeta-- Uskup itu... Sebelumnya kupikir dia adalah sosok yang adil dan berpikiran lurus, tapi sepertinya itu semua hanyalah khayalanku saja.


"Iblis perisai telah bertindak dengan ganas, namun Tuhan telah mengampuninya. Karena itu... Aku sebagai perantara Tuhan, akan menyempurnakan 'penyucian'nya."


Sungguh alibi yang mengesankan. Dengan kata lain, harga air suci sebelumnya yang terlampau murah, tidak sebanding dengan murahnya nyawa kami yang akan dihabisi oleh Uskup itu? Waktu itu, aku sama sekali tidak berpikir ke sana...

Di saat itu, aku juga tidak mengira kemungkinan ini bisa terjadi...


"Jangan bercanda! Aku adalah Ratu selanjutnya di negeri ini! Tidak mungkin kubiarkan si perisai membunuhku!"

"Tidak tidak, jangan khawatirkan hal itu. Tenanglah, Puteri Malty. Seorang yang akan mewarisi kekuasaan negeri ini telah 'disiapkan'. Semua rencana yang berjalan, telah mengikuti kehendak Tuhan."


Dari percakapan mereka berdua, wajah si jalang langsung memucat. Nampaknya konspirasi ini didalangi oleh Uskup tersebut.


"Ini... pasti bohong... kan...?"

"Hahaha, tidak mungkin aku sedang berbohong."

"Sudah kubilang, jangan mempermainkanku!!"


Motoyasu berteriak dan mengarahkan tombaknya pada Uskup tersebut.


"Bukankah kita bertarung demi menyelamatkan Puteri Melty dan negeri ini?"

"Oh, benar juga. Negeri ini pada akhirnya akan menjadi medan pertempuran suci, demi memperebutkan dunia. Setelah gereja kami menyingkirkan 3 pahlawan palsu dan iblis perisai, pengaruh dan kekuasaan pihak gereja akan semakin membesar."


"Pahlawan palsu..."


Di wajahku muncul kedutan, karena kesal mendengar jawaban Uskup itu yang sudah terlalu menjengkelkan.


"Ya... Kepercayaan terhadap Gereja telah terguncang di banyak tempat sejak para pahlawan membuat masalah di mana-mana. ‘Pahlawan Pedang palsu’ telah menyebabkan wabah penyakit, ‘Pahlawan Busur palsu’ tidak tunduk pada kewenanganku, dan ‘Pahlawan Tombak palsu’ telah membuat keadaan ekosistem menjadi kacau."


Sekarang aku mengerti apa yang telah Itsuki lakukan, dia telah menggulingkan penguasa wilayah, yang menaikkan pajak demi mendanai pihak gereja.


"Karena itu, aku telah menyingkirkan si pedang dan si busur palsu."


Uskup tersebut menjawab dengan santainya.


“Apa!?”

“Aku telah mengirim si busur dan si pedang masing-masing ke tempat yang berbeda, dan si iblis perisai akan dilenyapkan dengan sihir ‘Penghukuman’. Semua itu adalah kehendak Tuhan.”


Ren dan Itsuki... Mereka terlalu frontal dalam menyelidiki konspirasi ini, hingga membuat diri mereka terjebak dalam masalah. Setidaknya kupikir hanya Ren yang akan mencurigai negeri ini, ternyata Itsuki juga... Tidak kusangka mereka akan bertindak seperti ini. Jika Itsuki melihat suatu kejahatan, dia pasti akan bertindak demi membela keadilan.

Tidak mungkin... Apa sekarang mereka telah disergap oleh musuh? Bukankah itu berarti mereka berdua telah...


“Kau telah membunuh mereka!? Semuanya telah bertarung demi mempertahankan dunia ini!!... Ren!... Itsuki!”


Motoyasu terllihat sangat marah.

Apa kalian bertiga memang seakrab itu satu sama lain? Aku merasa kasihan dengan nasib Ren dan Itsuki, tapi hanya itu saja yang kurasakan, tidak lebih.


“Jangan seolah membuatnya terdengar seperti pembunuhan. Kami hanya ‘mensucikan’ para ‘iblis’ dan ‘peniru’ yang telah menipu kami.”

“Apa...”

“Kami akan memberi laporan ini pada Sang Raja dan Sang Ratu. Negeri ini sedang dikendalikan oleh para Pahlawan Palsu. Meski kami telah mensucikan mereka, namun nasib kedua Tuan Puteri...”


Wow~... Ini sudah sangat tidak masuk akal. Akankah si sampah dan Sang Ratu mempercayai laporan itu?

Hm... Tapi aku akui si sampah pasti mempercayainya. Mungkin dia mau bekerjasama dengan pihak gereja, karena tahu bahwa aku telah terbunuh.

Karena kelelahan, sekarang kami semua takkan bisa bertarung dengan maksimal. Bahkan di dunia ini di mana aku telah dikucilkan, setelah kebenarannya terlihat jelas, aku takkan berbuat sekeji itu.

Dalam pertempuran, bahkan jika kau memiliki senjata pemusnah massal atau tidak... jika kau menang, maka itu tidak akan menjadi masalah. Kenyataanya, aku sendiri masih belum sepenuhnya mengerti.

Tapi biar kukatakan ini; Aku takkan memaafkan para bajingan yang mencoba menghancurkan kami, demi alasan egois mereka semata.

Motoyasu seakan kehabisan kata-kata, dan perlahan menoleh ke arahku.


“Naofumi, gencatan senjata! Aku ingin kau meminjamkan kekuatanmu padaku!”

“Benar-benar ‘pidato’ yang egois. Takkan kubiarkan kau melupakan, apa yang sudah kau katakan padaku sebelumnya.”


Yaitu saat Motoyasu membuat situasi di mana aku diserang secara sepihak, dan tetap tidak membiarkanku lolos. Sejak awal, orang ini baru saja dengan mudah percaya, kalau aku bisa melakukan pencucian otak.


“Aku mohon padamu! Aku... Aku ingin membuatkan pemakaman yang pantas untuk mereka berdua. Aku takkan pernah memaafkan orang itu!”

“Terserah. Itu pun kalau kita bisa menang.”


Meski memang butuh waktu juga, untuk Uskup itu menembakkan sihir kuat yang selanjutnya...


“Kau akan meminjamkan kekuatanmu, ‘kan? Apa kau tidak memikirkan apapun untuk menghentikan orang itu!?”

“Aku selalu memikirkan banyak hal. Dan sekarang aku akan dijadikan kambing hitam. Tapi, Motoyasu... aku tidak punya hutang budi apapun, yang membuatku harus membantumu.”


Sekarang, kurungan magisnya telah hancur. Jadi kami bisa melarikan diri dengan mengendarai Filo.


“Tapi, sebelum itu...”

Bagian 2[edit]

Aku tersenyum pada Motoyasu, dan memberinya isyarat jempol ke bawah.


“Mati saja kau♪”

“Kauuuuuuuuuuu!!!”


Bahkan dengan langkah limbungnya, Motoyasu tetap mencoba meninjuku.


“Kau yakin masih ingin menyerangku?”


Jika Kutukan yang Membakar Diri aktif setelah Motoyasu menyerangku, maka dia akan mati.


“Sial...”


Yah, aku bisa mengendalikan pengaruh Perisai Amarah berkat adanya Raphtalia, Filo, dan Melty.


“Seperti yang kukira... Iblis perisai dan rekannya, para pahlawan palsu, akan saling bertengkar.”


“Siapa yang mau memiliki rekan seperti dia?!”

“Diam! Aku takkan meminta bantuanmu lagi! Akan kuhabisi orang itu sendirian!”


“Fufufu, apa kau benar-benar bisa mengalahkanku...?”


Sembari tertawa, Uskup itu memerintahkan bawahannya untuk mengambilkan senjatanya. Aku ingin tahu senjata macam apa yang dia maksud.


...


Ternyata sebilah pedang yang besar...

Pedang itu berwarna putih keperakan yang bertatahkan banyak hiasan. Apa wujud pedang itu bisa disebut mirip dengan senjata dalam sebuah game, di mana kelompok protagonis mendapatkan sebilah pedang keramat yang bisa bicara?[1] Tatahan hiasannya begitu rumit... Mungkin kemampuan senjata itu juga cukup kuat.

Permata yang terpasang pada bagian tengah pedang tersebut, seolah menyebarkan aura yang tidak mengenakkan.


“Apa... Mungkinkah itu-”


Wajah si jalang dan Melty menjadi pucat seketika.


“Naofumi! Hati-hati! Itu-”

“Pertama, iblis perisai. Kau akan dijatuhi hukuman dari Tuhan.

RRAAAAH...!!!”


*WRRRUUUUUSSSHHH!!!*


Meski Uskup itu berada di tempat yang jauh dari kami, dia berteriak dan mengayunkan pedangnya. Sebuah gelombang kejut[2] langsung terhempas dan mengarah padaku.

Aku segera menyiapkan perisaiku untuk menangkisnya.


*BRUKKKK!!!*


“Ugh...”


Hantamannya begitu kuat, hingga hampir saja aku ikut terlempar oleh gelombang kejut tersebut. Damage-nya jauh melampaui jurus Meteor Spear milik Motoyasu.

Sebuah retakan besar pun terbentuk di tanah.

Tunggu sebentar, padahal sekarang aku sedang menggunakan bentuk Perisai Amarah! Senjata macam apa yang bisa menimbulkan damage, yang bahkan jurus Motoyasu sekalipun tidak mampu menandinginya?!


“Naofumi. Itu adalah tiruan dari senjata seorang pahlawan legendaris.”

“Senjata tiruan?”


Lalu seberapa kuat senjata aslinya?!!

Ren yang juga menggunakan pedang, dan daya tahan Motoyasu yang mungkin lebih tinggi... Tapi mereka tetap takkan bisa menahan serangan uskup tadi. Maksudku, sebelumnya Glass saja sudah membuat Motoyasu babak belur.

Serangan Glass kira-kira 5 kali lebih kuat dari serangan Motoyasu, dan aku masih bisa menahannya dengan menggunakan bentuk Perisai Amarah. Tapi serangan kali ini jauh lebih kuat.


“Kenapa benda seperti itu bisa-...? Harusnya semua senjata itu telah hilang ratusan tahun yang lalu...”

“Senjata itu tidak hilang, hanya saja ada yang mencurinya. Dan Gereja Tiga Pahlawan-lah yang mencurinya.”


Konon ada sebuah teori konspirasi bom di suatu negara saat terjadinya Perang Dunia Ke-2, yang menyatakan bahwa mereka kehilangan banyak perlengkapan bom, dan hingga hari ini semua bom itu masih belum ditemukan.

Dengan anggapan bahwa pedang itu hanya tiruan dari senjata legendaris, akankah senjata Ren menjadi sekuat itu nanti? Meskipun aku sendiri memegang gelar sebagai Pahlawan Perisai, apa tidak akan jadi masalah jika seseorang selain Pahlawan memiliki kekuatan sebesar itu?

Kalau hanya dari senjata tiruan saja kalian memiliki kekuatan sehebat itu, kenapa juga kalian harus repot-repot memanggil para pahlawan dari dunia lain?

Aku terus memikirkan pertanyaan tersebut.


“Kalau kalian bisa mendapatkan senjata seperti itu, kenapa kalian tetap memanggil para pahlawan? Bukankah kalian bisa membuat senjata itu dalam jumlah besar, dan mengalahkan semua serangan gelombang?”


Melty menggelengkan kepala untuk menanggapi pertanyaanku.


“Untuk memiliki kekuatan setara dengan sebuah senjata legendaris... Biaya yang harus dikeluarkan terlalu besar.”

“Apa maksudmu?”

“Untuk sekali penggunaan senjata tiruan itu saja, energi sihir milik ratusan orang harus dikorbankan. Terlebih lagi, sekarang kami tidak mungkin bisa membuat senjatanya dalam jumlah besar, karena pengetahuan untuk pembuatannya, berasal dari peradaban yang telah hilang. Lagipula itulah alasan kenapa senjata itu disebut senjata legendaris.”

“Sempurna...”


Aku pernah melihatnya di anime. Ada sebuah robot raksasa yang harus menggunakan energi listrik sebanyak kebutuhan seluruh negara Jepang, hanya untuk melancarkan satu tembakan.

Pasti ini pun tidak ada bedanya, kan?


“Setiap hari, para pengikut agama telah menyerahkan energi dan nyawa mereka. Ini semua demi mewujudkan perang suci!”


Yah, mereka memang telah mempersiapkan segalanya, tapi mereka sampai membawa tiruan senjata pahlawan legendaris ke tempat seperti ini?

Mereka bilang senjata itu telah hilang selama beratus-ratus tahun. Mungkinkah benda itu mengandung jumlah sihir, setara jumlah “korban” selama ratusan tahun juga?

Sial! Mereka sampai seniat itu hingga mengeluarkan benda yang merepotkan!

...Tidak, justru ini adalah bukti betapa tersudutnya mereka sekarang. Jika kita bisa mengatasi rintangan ini, maka serangan balasan kita bisa dimulai.

Sekarang adalah saat-saat yang menentukan.

Referensi :[edit]

  1. Mungkin game yang dimaksud adalah Suikoden I atau II...?
  2. Gelombang kejut adalah salah satu jenis gelombang yang menyebabkan getaran yang menyebar. Ketika suatu gelombang bergerak lebih cepat daripada fluid (zat perantara yang terus “mengalir”), maka gelombang itu disebut gelombang kejut. Sama dengan gelombang biasa, gelombang ini membawa energi dan dapat menyebar melalui suatu perantara (zat padat, cair, gas, atau plasma), namun sifatnya ditandai dengan perubahan tidak berlanjut yang mendadak pada tekanan, suhu, dan kepadatan zat perantara. Dalam beberapa kasus tanpa keberadaan zat perantara, gelombang kejut dapat pula bergerak melalui medan tertentu, seperti medan elektromagnetik. (dikutip dari Wikipedia)