Tate no Yuusha Jilid 3 Bab 23 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 73 : Pengorbanan[edit]

Bagian 1[edit]

“UOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOH!!!”


Aku berteriak ke arah langit.

Memuakkan!

Dunia ini memuakkan, aku benci semuanya!!

Semua orang yang mencela dan memfitnahku, membuatku muak!!

Oh, benar juga. Aku akan membakar semuanya dengan kekuatan ini!!!

Pandanganku menjadi gelap kemerahan, semua yang bisa kulihat hanyalah sosok yang kubenci.


“–!”


Suara seseorang sampai ke telingaku, namun masih terdengar samar, seakan aku tengah tenggelam di dalam lautan.


“–an!"


Seseorang menyentuhku dan memelukku. Apa kau ingin kubakar juga, hah!!?


“Tuan, apa kau benar-benar membenci semua yang ada di dunia ini?”


Tidak ada jalan untuk kembali, dan semua yang menyiksaku akan mati oleh kebencianku!!!


“Benarkah? Benarkah seperti itu yang Tuan pikirkan?!”


Ya! Memangnya kenapa!!?


“Jadi, Tuan juga membenci saat-saat ketika Tuan bersama Filo dan Kakak Raphtalia?”


Suara itu... Aku jadi teringatkan pada sesuatu.

Seorang gadis kecil dengan setia terus mengikutiku ke manapun aku pergi, dan tiada yang dapat memisahkan kami berdua. Meski gadis kecil itu terluka, dia tetap mematuhi perkataanku... Kilas balik itu terus berlanjut di dalam benakku.

Dan kemudian seekor burung kecil pun menetas dari telurnya, lalu tumbuh, dan perasaan cinta terus mengalir ke dalam diriku.


"Itu... Bukan begitu..."

"Kali ini berbeda. Karena Tuan selalu bekerja keras, Filo juga jadi sanggup berjuang sekeras mungkin.”


Kegelapan yang menyelimutiku pun perlahan sirna.


“Karena itulah, akan Filo telan semua amarah dan kebencian yang Tuan rasakan...”


Pandanganku telah pulih sepenuhnya, aku pun memandang ke sekitarku.


"Tuan Naofumi! Kau tidak apa apa!?"


Beberapa detik berlalu setelah aku berteriak, dan sekarang banyak orang yang menatapku dengan curiga.


"Tuan, kau tidak apa-apa?"

"Apa kau yang membantuku mengendalikan kekuatan perisai ini, Filo?"

"Iya. Tuan sedang kesulitan, jadi..."


Filo memelukku dari belakang. Saat kuperhatikan lebih dekat, bisa kulihat Filo telah terluka parah karena terbakar api hitam. Bahkan tubuh Filo saja sebenarnya tidak mampu menahan api dari Perisai Kemurkaan.

Pasti dia merasa sangat kesakitan, tapi Filo masih mengkhawatirkanku...


“Filo, Kakak Raphtalia, dan Mel. Semuanya mempercayai Tuan, karena itu terus berjuanglah.”

“Yah.”


Seharusnya aku tidak tenggelam dalam amarahku. Lagipula, akhirnya aku bisa menghancurkan semua "petinggi" yang telah membuatku menderita.

Yang kuinginkan hanyalah melawan Gelombang Bencana.

Uskup bajingan itu telah seenaknya menggunakan Melty, ketiga pahlawan, dan kami semua. Aku akan... akan kutendang bokong bajingan itu!!


"... Aku berangkat."

"Apa kita masih bisa memenangkan pertarungan ini?"

"Yah, akan kupastikan dia mati oleh bentuk perisai terkuatku."

"Kenapa tiba-tiba kau jadi seyakin ini? Barusan saja kau terlihat sangat suram."


Wujud bentuk Perisai Amarah 2 yang mirip dengan sosok naga, sekarang menjadi terlihat lebih "jahat" dibanding yang sebelumnya. Wujud "naga"nya menjadi lebih mirip-iblis dengan pola tanduk yang melingkar.


"Ada satu jurus yang harus kugunakan. Kalian tolong bantu aku, agar jurusku bisa mengenainya."


"Kau... Mau bagaimana lagi. Untuk sekarang, aku akan mengandalkanmu."

"Benar. Sulit untuk mempercayaimu, tapi kita tidak ada pilihan lain."


"Lebih baik mencobanya, daripada sama sekali tidak melakukan apa-apa."

"Kami juga akan mendukung kalian dengan sihir kami..."


Ketiga pahlawan dan semua rekan mereka mengangguk, dan kembali menatap si Uskup.


"Wah wah... Kalian masih ingin melanjutkan perlawanan sia-sia kalian rupanya. Aku harap kalian sudah siap, karena hidup kalian tinggal sebentar lagi. Haruskah kulakukan Coup de Grâce[1] sekarang?"


Perlahan kekuatan sihir terasa memenuhi area di sekitar kami.

Tidak lama lagi, tembakan cahaya yang kuat akan segera dilepaskan.

Sesuai isyaratku, ketiga pahlawan menyerbu ke arah Uskup.


"Filo! Terbanglah!"

"Baik~!"


Filo pun mengikuti perintahku dan melompat ke arah Uskup, saat para pengikutnya sedang merapalkan mantra.


“Sihir Gabungan Tingkat Tinggi - Penghukuman.”


Kemudian suatu ‘cahaya pensucian’ jatuh dari langit.


“Uooooooooooooooooooh!”


Kuangkat perisaiku menghadap langit.

Suara retakan bisa terdengar saat cahaya itu menghujaniku, tapi tetap saja serangan itu mustahil biosa menembus pertahanan dari bentuk Perisai Kemurkaan 3. Bahkan aku yang berada dibawah perisaiku, hanya terkena sedikit damage darinya.


“Sekarang kau tidak terluka sedikitpun dari serangan Penghukuman.”


Terkejutnya Uskup itu terlihat dari ekspresi wajahnya. Senyum yang sejak tadi dipertahankannya telah hilang.

Penggunaan bentuk perisai ini sungguh memberikan imbalan yang sesuai. Akan kuberi dia pelajaran.


“Kali ini kau takkan bisa melakukannya. Kau takkan bisa menangkis serangan ini!”


Uskup itu berteriak dan mengarahkan pedangnya padaku.


“Phoenix Blade!”


Sesosok Phoenix melesat terbang dari pedang Uskup, dan menyerbu ke arahku.


“Akan kutangkis lagi!”


Kuarahkan perisaiku ke depan. Karena memahami apa yang kupikirkan, Filo segera mengarahkan sihir pendukung padaku.

Suatu rangkaian jurus terbersit di kepalaku. Bukankah semua syarat untuk menggunakan Zirah Amarah (Menengah) sekarang telah terpenuhi?


“Aku adalah Pahlawan Perisai yang memerintah inti dari kekuatan. Aku telah membaca dan memahami satu hukum alam. Semoga serbuan api itu menjadi kekuatan bagiku! Wrath Fire!”


Sekarang amarah telah menjadi kekuatanku.

‘Phoenix yang membara’ itu pun menabrak kami, namun segera lenyap tanpa membakar kami.


“Apa! Tidak mungkin jurusku bisa kau batalkan semudah itu!”

“Sungguh miris. Burungmu ternyata menjadi santapan burung suciku.”


Dinding sihir yang melindungi Uskup telah terpecah oleh serangan ketiga Pahlawan dan tendangan Filo.


“Phoenix Strike-“


Itu adalah serangan menyerbu Filo yang mematikan! Serangan pamungkas Filo ini pasti cukup kuat untuk melawan Uskup.

Bagian 2[edit]

“Meteor Sword!”

“Meteor Spear!”

“Meteor Bow!”


Uskup itu merubah wujud pedangnya menjadi tombak, dan bersiap menggunakan jurusnya.


“ Sekarang dia menggunakan teknik ‘Pembalikkan Langit dan Bumi’!?”


Motoyasu berseru dengan terkejut. Apa itu jurus tingkat tinggi dari tombak legendaris?


“Tch… Beraninya kalian menentang kehendak Tuhan!”


Saat suatu cahaya bersinar pada tombak Uskup, jurus Filo pun berbalik ke arah Filo, begitupun semua jurus ketiga pahlawan.


“Wagh!”

“Ugh!”

“Gu…..”


Apa itu adalah jurus untuk serangan balasan? Sebenarnya seberapa keras kepala Uskup ini?!


“Tapi, aku takkan pernah bisa dihentikan!”

“Aku tidak yakin soal itu.”


Kali ini senjata Uskup berubah wujud menjadi busur, dan dia pun melompat menjauh.


“Kau pikir kau bisa lari!? Filo!”

“Iya. Ayo kita pergi~”


Kami pun segera mengejar Uskup, dan Filo mencoba menendangnya. Namun saat serangan Filo mengenainya, Uskup itu menghilang.

Jika dia kabur di sini, berarti dia merasa akan kalah. Di mana dia bersembunyi?


“Apa ini jurus ‘Hide Arrow’!?”


Teriak Itsuki.


“Jurus itu menciptakan banyak sosok ‘ilusi’! Berhati-hatilah!”


Sial... Jika aku tidak bisa menyerangnya, maka aku takkan bisa melakukan apapun lagi.

Sekarang terlihat 10 sosok Uskup, dan jumlahnya terus bertambah.


“Fufufu, aku sedikit terkejut, tapi haruskah kita akhiri ini sekarang?”


‘Para Uskup’ itu menyiapkan busur mereka, dan mulai merapalkan mantra sihir yang kuat.


“Ini adalah jurus yang terkuat. Jadikanlah tubuhmu sebagai obyek percobaan untuk jurus ini, iblis perisai.”


Semua busur itu mulai bersinar.

Sial, aku yakin bisa menahan semua serangannya, tapi dengan jarak seperti ini, aku takkan bisa melancarkan serangan balasanku.


“Aku adalah Ratu yang memerintah inti dari kekuatan. Aku telah membaca dan memahami satu hukum alam. Kurung mereka dengan elemen es! Dreifach - Icicle Prison!”


Badan bagian bawah semua sosok ilusi Uskup dibuat membeku.


“Sekarang!”


Suara siapa itu!?

Tidak, tidak ada waktu untuk memikirkan suara tadi. Sekarang aku harus mengalahkan bajingan ini.

Blutopfer!

Seperti yang kukira, suatu kalimat muncul di dalam pandanganku.


“Blutopfer adalah nama hukuman untuk pendosa bodoh, yang akan dikorbankan sebagai kambing hitam bagi dewa! Dia akan dijadikan pengorbanan di dalam jebakan besi, sekaligus mengalami rasa sakit tak terperikan saat semua darahnya dikuras habis!” 


“Blutopfer!”


Ugh…

A-apa!? Saat kugunakan jurus itu, darahku terasa akan menyembur keluar dari tubuhku, semua ototku mulai robek, dan muncul retakan pada semua tulangku.

Ini... Apakah ini jurus yang mengorbankan diri penggunanya?

Uskup itu tersenyum saat melihatku terluka parah. Tapi tidak lama kemudian - sebuah ‘pukat harimau’ raksasa berwarna hitam dan merah muncul dibawah kakinya.

Tidak seperti pukat harimau biasa, ‘pukat harimau’ ini memiliki beberapa lapis perangkap. Seakan dari tanah muncul wujud rahang hiu, dan Uskup berada di tengah-tengahnya.


“Apa-“


Tate no Yuusha Volume 3 Image 16.jpg


*CRAKK!!!*


Suara logam seketika terdengar saat Uskup ‘digigit’ oleh perangkat jebakan tersebut.


“Uaaaaaaaagh–“


Teriakannya terdengar menggema. Percikan darah merah yang menodai perangkat jebakan itu berkilau dan bersinar.


“Serangan semacam ini–“


Ini... kejam.


* CRAKK CRAKK CRAKK CRAKK!!!*


Uskup itu mencoba melawan balik, namun perangkat besi itu berulang kali membuka dan menutup ‘rahangnya’, seakan sedang mempermainkan Uskup tersebut.


“Ugha… Ini semua–demi… kehendak T-Tuhan…”


Uskup itu menembakkan satu jurus, namun jebakan besinya tidak tergores sedikitpun.


*Krak... Krak... Krak...*


Dua, tiga retakan muncul pada tiruan senjata legendaris, dan saat retakan keempat muncul...


*Krak... CRANGG...!!!*


Suara pecahannya bisa terdengar.

Dan saat jebakan besi itu jatuh ke tanah dan menghilang, yang tersisa hanyalah wujud Uskup yang sudah menjadi tumpukan daging.


“…”


Pemandangan itu sangat sadis, hingga kami menghela napas.

Jurus pada Rangkaian Kutukan semuanya menunjukkan kesadisan. Apa karena bentuk perisai itu sendiri mengikis pikiran si penggunanya?

Aku kembali teringat untuk tidak terlalu sering menggunakan bentuk perisai ini.


“S-Sang Uskup telah dikalahkan oleh si iblis!”


Para pengikut Gereja Tiga Pahlawan menggumamkan keputusasaan mereka.


“Ya… Dan saat ini pun akan menjadi akhir riwayat kalian semua.”


Pasukan keamanan segera mengepung sisa ‘pasukan’ Uskup dan menangkap mereka.

Sekarang setelah binasanya Uskup, kemenangan kami sudah tidak diragukan lagi. Tapi... saat pasukan keamanan mulai mengerjakan tugas mereka, aku pun roboh di pelukan Filo.

Sebuah keterampilan bertarung baru, Blutopfer, telah ditambahkan dari bentuk Perisai Kemurkaan.

Serangannya sangat kuat, tapi ‘pengorbanan’ yang harus dibayar pun terlalu besar...

Referensi :[edit]

  1. Coup de Grâce (/ˌkuːdəˈɡrɑːs/;bahasa Perancis [ku də ɡʁɑs] yang berarti "hantaman pengampunan") adalah suatu serangan sekali-bunuh untuk mengakhiri penderitaan seseorang/seekor binatang yang terluka parah. Mungkin itu dianggap sebagai ‘serangan pengampunan’ terhadap warga sipil atau prajurit, kawan atau lawan, dengan atau tanpa persetujuan si korban. (dikutip dari Wikipedia)