Tate no Yuusha Jilid 4 Bab 3 (Indonesia)
Bab 78 : Kesepakatan[edit]
Bagian 1[edit]
Aku mencoba mengingat kembali, hari ketiga sejak aku terpanggil ke dunia ini.
Pada waktu setelah tuduhan palsu itu menimpaku, aku tidak mau mempercayai semua orang dengan mudah. Terlebih lagi, aku sudah bosan dengan kebohongan mereka yang berpura-pura baik padaku.
...Eh? Apa sebenarnya salah satu dari mereka, ada yang benar-benar ingin membantuku? Semua hal baik yang dilakukan orang-orang, kuanggap hanya kebohongan saja agar mereka bisa mendekatiku...
"Jangan menggangguku!"
Bahkan saat itu, sebenarnya ada beberapa orang yang memberi hormat padaku, dan mengaku telah memahami kesulitan yang kualami...
...Eh? Kalau begitu, berarti aku telah mengusir semua penduduk negeti Silt Welt yang mendatangiku, karena aku tidak ingin mereka mencampuri urusanku!?
Inikah akibat dari penolakanku terhadap mereka semua...? Siaaaaaaaaaaaaaaal!
Aku jatuh berlutut dan memegangi kepalaku.
"Seperti yang kukira, aku juga ikut terkena masalah. Ditambah lagi, Tuan Iwatani telah membuat keonaran dan kejahatan di berbagai tempat."
"Urgh..."
Itulah kesan yang sang ratu dapat dariku. Nada pada kritikannya itu terasa menusuk.
"Yah... Berkat dirimu, ada beberapa masalah juga yang telah terselesaikan, karena itu aku akan memaafkanmu."
"... Apa maksud anda?"
"Seperti yang kau tahu, para Pahlawan telah bertindak dengan tujuan melenyapkan kejahatan di negeri ini."
Jika dilihat dari hasilnya, seharusnya banyak keberhasilan yang mereka dapatkan.
"Peran Tuan Iwatani sangat penting, dalam memecahkan masalah yang telah diaebabkan ketiga Pahlawan lain."
Para Pahlawan yang lain telah menyebabkan masalah, dan bagaikan seorang pemadam kebakaran, aku menjelajahi negeri untuk memadamkan api yang mereka sebabkan.
"Setelah Gereja Tiga Pahlawan kehilangan pengaruh mereka, kami meminta bantuan dari Kepercayaan Empat Pahlawan, untuk meluruskan kebohongan yang mereka sebarkan tentangmu."
Prinsip Gereja Tiga Pahlawan tentu berseberangan dengan Kepercayaan Empat Pahlawan.
"Bagaimana dengan ketiga Pahlawan lainnya?"
"Mengenai Tuan Pahlawan Perisai, dia telah dipengaruhi oleh si Jalang. Dan untuk Tuan Pahlawan Pedang dan Tuan Pahlawan Busur, mereka berdua telah disesatkan oleh informasi dari Serikat."
Apa mereka semudah itu mempercayai informasi yang baru mereka dengar? Yah, jika bukti yang mereka punya sangat kurang, itu cukup masuk akal. Meski bagiku, aku takkan mau direpotkan dengan melakukan pekerjaan Pahlawan.
Tapi karena aku belum terlalu paham dengan keadaannya, aku tidak bisa langsung menilai mereka benar atau salah.
“Selanjutnya, tentang Raphtalia... apa kau sengaja menyuruh pedagang budak menunjukkan Raphtalia padaku?”
“Jawaban yang lebih tepat, adalah aku memberi perintah kepada Shadow. Aku sendiri tidak tahu pedagang budak itu orangnya seperti apa.”
Itu mengingatkanku... Waktu itu, si pedagang budak berbicara padaku seolah kami sudah pernah bertemu.
“Tadinya ada seorang pelanggan yang ingin bisa memperbudak pahlawan. Jadi saya mencoba mendekati Tuan Pahlawan yang kelihatannya tidak waspada, tapi akhirnya saya berubah pikiran. Ya.”
Itulah perkataan si pedagang budak saat kami pertama kali bertemu.
Ingin memperbudak seorang Pahlawan... Lucu juga, mengetahui ada orang yang seperti itu di negeri ini.
“Aku telah mendengar rinciannya. Tolong ingat-ingat kembali dan pertimbangkan baik-baik. Apa kau pikir bisa membeli seekor budak, hanya dengan 25 koin perak?”
“Yah... Aku juga meragukan itu.”
Melihat keadaan Raphtalia saat itu, aku tidak mencurigai harganya. Walau saat itu, aku juga tidak memeriksa harga para budak yang lain.
Aku ragu si pedagang budak menawarkan Werewolf itu padaku dengan harga aslinya. Sepertinya dibandingkan dengan tempat penjual budak yang lain, harga yang dia tawarkan terhitung sangat murah.
Yang benar saja, pedagang budak itu sungguh seorang yang berani ambil resiko, dengan membantuku tanpa mengatakannya padaku.
“Bagaimanapun caranya aku bertemu dengan Tuan Naofumi, aku tetap sangat bersyukur bisa bertemu denganmu.”
Raphtalia berkata begitu sembari tersenyum.
... Itu benar. Meski pertemuan kami telah direncanakan, semua itu tidak mengubah fakta, bahwa aku telah membeli Raphtalia dari si pedagang budak.
Jika Raphtalia tidak bertarung bersamaku, maka aku akan menghadapi bahaya yang besar. Raphtalia juga mungkin akan mati, jika dia tidak bertemu denganku.
Pada saat itu, dua ekor budak lain sengaja ditempatkan di samping kerangkengnya, agar aku memilih Raphtalia. Dan akhirnya, aku memakai sebagian besar uang yang susah payah kukumpulkan untuk membelinya, membeli budak yang sudah biasa diperjual-belikan.
Mungkin aku akan curiga, jika dari awal si pedagang budak menawarkan budak yang kuat dengan harga murah. Meski begitu, diluar perkiraan si pedagang budak, Raphtalia telah tumbuh menjadi... aset kualitas tinggi.
Mengingat kembali kejadian itu, si pedagang budak benar-benar telah menolongku.
“Baiklah, selanjutnya. Kenapa kau tidak kembali ke negeri ini?”
“Aku kira kau sudah mengerti dari pembicaraan kita. Kesabaranku sudah habis, ditambah Melty ingin menemui Ault... si Sampah, jadi aku telah membuat sebuah jebakan. Dan juga, karena persiapan untuk menyudutkan Gereja Tiga Pahlawan telah selesai.”
Berkat perencanaan sang ratu... Keunggulan dalam pertarungan melawan Uskup dan para pengikutnya, menjadi berpihak pada kami.
“Tapi aku sendiri tidak menyangka, mereka memiliki sebuah senjata Empat Pahlawan Legenda tiruan.”
Bahkan jika aku diperingati tentang Gereja Tiga Pahlawan memiliki senjata semacam itu, pertarungan kami melawannya tetap saja akan terasa sulit.
“Uskup itu sungguh orang yang bodoh... Kalau saja dia merubah wujud senjatanya menjadi perisai untuk menangkis serangan Tuan Iwatani, mungkin sekarang dia masih hidup.”
“Senjata itu bisa menjadi perisai juga?”
“Tentu saja. Walau bagaimanapun, senjata legenda tiruan hanya memiliki ¼ dari kekuatan senjata legendaris yang asli.”
“Kekuatan senjata tiruan itu baru 1/4 yang asli?!”
Jika kekuatan senjata itu dilipat gandakan 4 kali... Itu sangat tidak masuk akal.
Dan memang senjata itu tidak akan disebut senjata legendaris, jika tidak memiliki kekuatan sebesar itu.
“Suamiku yang dulu bertempur melawan musuh bebuyutan kami, negeri Silt Welt, sekarang menjadi bodoh dikarenakan terlalu terbiasa dengan perdamaian. Jika kehebatan dan kebijaksanaannya kembali, aku tidak akan merasa segelisah ini sekarang.”
Yah... Kupikir mereka takkan mau aku tiba di negeri Silt Welt, karena mereka akan kerepotan dalam mempertahankan keamanan di perbatasan negeri. Apa sebenarnya bukan si Sampah yang mengirim semua ksatria ke perbatasan?
Oh, baiklah. Lagipula aku dan sang ratu masih terlibat dalam percakapan.
Bagian 2[edit]
“Setelah itu... Kebetulan aku sedang berada di wilayah yang tidak jauh dari sana, hingga bisa membantu Tuan Iwatani melawan Uskup. Setelah mendengar semua ini, apa kau masih ingin pergi ke Silt Welt dan memicu peperangan?”
“Hmm...”
Meski sang ratu telah membantuku, apa ada alasan bagiku untuk melindungi negerinya? Tapi...
“Ngomong-ngomong, negeri Silt Welt atau Schildfrieden... Ke negeri manapun kau pergi, akan kuberitahu apa yang nantinya akan terjadi padamu.”
“Hm?”
Sebenarnya apa yang dimaksud sang ratu?
“Pertama, banyak puteri kerajaan Demi-human dan bangsawan dari berbagai ras akan mendatangi Tuan Iwatani, dan suatu harem untukmu akan terbentuk.”
“Itu menjijikan!”
Berkat kelakuan si Jalang padaku sebelumnya, aku merasa mual mendengar hal semacam itu. Jika yang sang ratu katakan benar terjadi, maka akan ada banyak wanita yang mendekatiku demi tujuan yang lain.
“Semua yang kau inginkan, akan mereka berikan padamu. Jika kau ingin menaklukkan negeri ini, maka banyak penduduk negeri tersebut, dengan senang hati akan menumpahkan darah mereka dan bertempur untukmu.”
Hmm... bagian ‘tanpa ragu bertempur’ itu terdengar menarik. Tapi tentang terbentuknya harem... aku tidak ingin itu terjadi...
“Mungkin untuk sementara, keadaanmu akan baik-baik saja. Meski begitu... Mereka yang berkuasa, cepat atau lambat pikirannya akan teracuni, dan hati nurani mereka akan bernoda. Hal itu berlaku pada semua negeri dan agama.”
“Apa?”
“Tuan Iwatani... akan menderita penyakit yang asing dan mengalami banyak kemalangan.”
“... Aku belum sepenuhnya mengerti.”
“Begitulah akhir hayat dari Pahlawan Perisai di masa lalu.”
Lebih baik aku tidak mendengar penjelasannya lebih jauh.
“Ngomong-ngomong, apa kau masih ingat dengan beberapa petualang, yang berbohong ingin bergabung dengan party-mu?”
“... Yah.”
Itu terjadi beberapa hari setelah aku tiba di dunia ini.
“Beberapa hari setelah mereka menemuimu, telah ditemukan mayat mereka yang wujudnya telah rusak.”
"Eeh!?"
"Belum lama ini, ada juga seorang prajurit yang meminta tanda tanganmu."
Aku memberi prajurit muda itu tanda tanganku, karena dia yang memintanya...
Jangan-jangan...
"Dia juga telah dibunuh?"
Prajurit muda itu telah melakukan tugasnya dengan baik. Kalau bisa, aku tidak ingin hidupnya direnggut dengan cara seperti itu.
"Dia tidak mati... Tapi, pakaiannya yang telah Tuan Iwatani tanda tangani telah dicuri. Sepertinya, setiap hari ada yang mengikuti prajurit itu, hingga pakaian tersebut dicuri."
Tindakan yang gila... Ini akan sangat merepotkan.
"Setelahnya, pakaian itu terlihat sedang dijual dengan harga tinggi di pasar gelap."
Kalau aku bertemu dengannya, aku akan meminta maaf padanya.
"Aah, kau tidak akan menghukum mereka?"
"Aku harus melindungi para prajurit yang telah membantu Tuan Iwatani. Di samping itu, pimpinan ksatria yang sebelumnya, telah diserang dan dibunuh oleh seseorang. Pelakunya masih belum tertangkap. Mungkin..."
Bisa kusimpulkan, kalau Silt Welt adalah negeri para fanatik. Harus bagaimana mengatakannya...? Apa aku mendapatkan kemudahan atau kesulitan jika aku tiba di sana?
Dan tentu saja, mungkin penjelasan sang ratu tidak semuanya benar.
“Kupikir akan lebih aman, jika kau membangun hubunganmu sendiri dengan siapapun yang bisa kau percaya.”
“...”
Meski begitu, aku tidak melihat alasan yang mendesak untuk bekerja sama dengan negeri ini. Semua rasa sakit yang kualami hingga sekarang, bukanlah sesuatu yang bisa lenyap dengan kewenangan sang ratu. Karena itu, aku masih belum mempercayainya.
Walau secara tidak langsung, telah mengganjal di pikiranku bahwa hukuman dan penjelasan sang ratu, telah diberikannya sebagai seorang yang berkuasa di negeri ini. Namun tetap saja, dia terlalu baik dengan memberi hukuman yang telah diringankan.
Kuakui sang ratu adalah seorang yang cerdik, tapi aku masih tidak mempercayainya.
Akan terlalu merugikan bagi mereka jika aku pergi ke negeri lain, karena itu aku “dipaksa” untuk tetap tinggal di negeri ini. Jika yang dikatakan sang ratu benar adanya, maka kedatanganku akan sangat diterima, baik di negeri Schildfrieden maupun Silt Welt.
Tidak ada alasan khusus bagiku untuk tetap tinggal di Melromarc.
“...”
Saat aku masih memikirkan itu, sang ratu menatap mataku.
“Hingga sekarang, aku telah mengganti semua kerugian yang telah Tuan Iwatani rasakan. Aku tahu kalau permintaanku ini egois. Walau begitu, bagiku... Tidak, bagi negeri ini, tidak ada pilihan lain selain bergantung kepadamu. Jika aku bisa memuaskan amarahmu dengan nyawaku, dengan senang hati akan kuberikan padamu. Kalau kau mau, aku pun bisa mengganti namaku juga. Karena itulah, kumohon tunda dulu keinginanmu untuk pergi. Aku, Mirelia.Q.Melromarc akan melakukan kontrak sihir, dan berikrar bahwa kau tidak akan diperlakukan seperti sebelumnya lagi.”
Sang ratu membungkuk dengan sungguh-sungguh padaku.
Saat melihat pemandangan ini, Raphtalia hanya bisa membelalakkan, dan Melty dibuat membisu. Bahkan Filo saja terlihat bisa merasakan perubahan suasana yang terjadi sekarang.
Sang ratu... Benar-benar memikirkan keputusan terbaik bagi negerinya. Jika aku benar-benar ingin si Sampah dan si Jalang mati, maka tidak diragukan lagi mereka berdua akan dihukum mati. Apa nasib negeri Melromarc sebegitu memprihatinkannya di dunia ini?
Dengan kata lain, nasib negeri ini telah dipercayakan padaku. Kalau aku ingin, bisa saja aku menghancurkan negeri Melromarc. Tapi...
Bagian 3[edit]
“Hanya satu kali.”
“Apa maksudmu?”
“Shadow yang anda pimpin, telah menyelamatkan kami sebelumnya.”
“Dan itu berarti...”
“Hanya satu kali saja aku akan mempercayai anda. Lain kali, apapun alasannya, aku tidak akan melakukan hal yang sama.”
“Terima kasih banyak.”
Sang ratu kembali membungkuk padaku untuk menunjukkan rasa terima kasihnya. Mungkin ini adalah keputusan yang terbaik, tapi aku tidak bisa terus-terusan mencurigai setiap hal.
Aku... Tidak, tidak ada seorangpun yang sempurna.
Musuh seorang Pahlawan bukanlah negeri manapun di dunia ini, melainkan Gelombang Bencana. Jika Glass menyerang saat semua negeri saling bertikai, riwayat kita semua tamat sudah. Aku tidak akan melupakan dikalahkannya ketiga Pahlawan oleh Glass pada gelombang ketiga.
Tidak ada gunanya mencari musuh baru. Keadaan adanya musuh di depan dan di belakangku, sekarang telah berubah. Jika aku mengalahkan Gelombang Bencana, maka aku bisa kembali ke dunia asalku.
Mulai sekarang, aku akan fokus melawan semua serangan gelombang... dan Glass. Sebenarnya ini termasuk langkah ke depan yang besar.
“Apa secara diplomasi, kita sudah aman?”
“Aku mengerti apa yang ingin Tuan Iwatani maksud. Untuk sementara, semua masalah telah ditangani dengan baik, tinggal ketiadaan seorang Pahlawan yang bisa diandalkan. Karena itu, meski harus berikrar, aku harap bisa meminta kerjasama Tuan Iwatani.”
“Apa anda akan menghukum para Pahlawan lain, yang juga anda andalkan?”
“Tentu. Dikarenakan telah ikut membantu menangkap pengikut Gereja Tiga Pahlawan, hukuman untuk semua perbuatan ketiga Tuan Pahlawan lain, tidak akan terlalu berat. Tapi karena terus bertambahnya keluhan dari negeri-negeri tetangga, aku tetap harus menghukum mereka...”
“Begitu kah... sungguh disayangkan.”
Yah, aku harap bisa memberi hukuman terberat pada mereka bertiga. Jika kesempatan itu tiba, dengan cara apapun, aku akan segera melakukannya.
Masih ada banyak hal yang harus dirundingkan, tapi kurasa posisi kita sekarang sudah menjadi jelas.
“Bisakah kau merahasiakan pembicaraan kita dari ketiga Pahlawan lain? Para Pahlawan juga manusia, aku tidak tahu apa yang akan mereka lakukan, jika mereka melihat kelemahan negeri ini...”
Tentu saja, ada juga banyak hal yang tidak bisa dibicarakan dengan ketiga Pahlawan itu.
Aku tidak tahu bagaimana reaksi Motoyasu atau Ren, tapi Itsuki mungkin akan mengamuk setelah mengetahui keadaan yang sebenarnya. Di atas semua itu, keadaan di sekitarku akan semakin membaik.
“Aku mengerti. Salah satu dari mereka...”
“Ya. Untuk kedepannya, aku bertanggung jawab untuk mengawasi kalian.”
“Begitu ya. Yah... setelah pembicaraan ini, setidaknya satu musuh telah berkurang...”
“Aku sungguh-sungguh minta maaf... Kumohon maafkan aku, karena telah memanggil dan memaksamu bertempur di dunia ini, tanpa persetujuanmu.”
“Lagipula aku sudah mulai menerimanya. Jadi, mulai sekarang apa yang akan anda lakukan? Apa anda akan berbicara pada para Pahlawan yang lain?”
“Ya, pada jamuan makan malam nanti, kami akan membicarakan tentang kerjasama Tuan Iwatani.”
“Baiklah.”
Sang ratu memerintahkan seorang bawahannya untuk memasuki ruangan singgasana.
“Melty... Ayo kita pergi.”
“Ah... Baik, Ibunda.”
“Tuan Iwatani, terima kasih karena sudah melindungi Melty.”
Sebelum meninggalkan ruangan, Sang ratu sekali lagi membungkuk padaku.
“Apa Mel akan pergi~?”
“Dunia kita dan Melty berbeda. Kelihatannya, kita tidak akan bisa berpetualang dengan Melty lagi seperti sebelumnya.”
Terasa sulit mengatakan itu, saat aku masih memandang ke arah sang ratu.
“Benarkah...?”
Filo menatap Melty yang sedang menangis.
“...Iya.”
Jawab Melty.
“Kita tidak bisa bertemu lagi?”
“...Tidak. Kita akan bertemu lagi, kita akan sering bertemu. Tapi kita tidak mungkin bepergian bersama-sama lagi.”
Melty menatap sang ratu.
Sang ratu pun mengangguk untuk membenarkan perkataan Melty.
“Tapi... Filo tidak mau mengucapkan selamat tinggal.”
“Baiklah. Walau begitu, kedatangan Filo ke istana akan selalu aku tunggu.”
Melty berkata begitu pada Filo dengan nada yang sedih.
Kenyataannya, perjalanan kami berempat telah memberi kesan yang besar untuk Melty. Jika serangan Gelombang Bencana telah berhenti, sudah kuputuskan untuk meninggalkan Filo bersama Melty.
“Walau kita terpisah, Mel akan tetap menjadi teman Filo, kan!?”
“Iya! Apapun yang terjadi, aku akan tetap menjadi teman Filo!”
Ini sungguh pemandangan yang mengharukan, tapi Filo sampai menyebutkan tentang selamat tinggal... Aku tidak yakin dia harus mengatakan itu, karena hari ini kita masih tetap tinggal di istana. Pertemuan kami selanjutnya dengan sang ratu belum ditentukan.
Tapi aku akan tetap diam, agar pertemanan Filo dan Melty menjadi semakin erat. Untuk mereka berdua, sangat penting memiliki seorang teman baik.
Saat kusaksikan pembicaraan mereka, Raphtalia menggenggam tanganku. Aku pun ikut menggenggam tangannya. Tanpa menoleh ke arahnya, aku memahami apa yang Raphtalia rasakan.