Tate no Yuusha Jilid 4 Bab 4 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 79 : Jamuan Makan Malam[edit]

Bagian 1[edit]

Setelah beristirahat di ruangan tidur khusus, kami bersama sang ratu dipandu menuju ruang makan malam.

Selagi beberapa prajurit memandu kami, terlihat ada banyak meja mewah di sepanjang aula. Bukankah ruangan yang sekarang lebih mewah, dari ruangan pesta saat aku dan Motoyasu berduel? Butuh perjalanan yang cukup panjang, hingga ketidakbersalahanku bisa terbukti.

Kemudian kulihat sang ratu dan Melty memasuki ruangan aula dengan bergandengan tangan. Seperti ada sesuatu yang ingin dikatakan, mereka berdua menghampiri kami.


“Ada apa?”

“Sebenarnya... Ya ampun, aku akan langsung memberitahumu apa yang telah terjadi, Tuan Iwatani.”

“?”


Saat aku masih kebingungan, sang ratu menggumamkan sesuatu yang disesalkannya.

Berdasarkan penjelasan dari sang ratu, kelihatannya si Jalang dan si Sampah telah mengajukan diri untuk membawakan hidangan makan malam untukku dari dapur.Mungkin mereka telah menyesali perbuatan mereka. Karena itu sebagai bentuk permintaan maaf, mereka ingin membawakan hidangan untukku.

Mereka berdua mengambil paksa hidangan untukku yang sedang diantarkan di lorong aula. Informasi ini pun segera sampai pada sang ratu, saat dia sedang mempersiapkan jamuan makan malam di aula.



“Sungguh mengagumkan, kalian mau mengantarkan hidangannya.”


Saat mereka menaruh hidangan tersebut di meja tempatku, keringat dingin mengalir di punggung mereka berdua. Walau berkata begitu, sang ratu memerintahkan para prajuritnya untuk menangkap mereka berdua.

Kudengar tindakan sang ratu tersebut, dilakukan setelah mendapat laporan dari Shadow.


“A-Apa yang kalian lakukan!?”

“Aku tidak melakukan apa-apa!”


Si Sampah dan si Jalang tidak terima, kembali ditangkap oleh para prajurit istana.


“Ya, aku juga berharap kalian tidak melakukan sesuatu yang bodoh. Baiklah, kalian berdua.. cepat makan satu suapan penuh, masakan yang akan kalian hidangkan pada Tuan Iwatani.”


“Diriku tidak mungkin melakukan tindakan lancang seperti itu!”

“Aku tidak melakukan apa-apa!”


Sikap mereka terlihat menyedihkan, dengan terus mengulang alasan yang sama.


“Ya, aku percaya pada kalian. Karena itu, makanlah.”


“Perbuatan itu sangat tidak menghormati Pahlawan Perisai!”

“Itu benar! Seharusnya makanan yang akan dihidangkan, tidak dimakan dulu oleh orang lain!”


“Tidak apa-apa. Makanlah sedikit menggunakan alat makan yang bersih.”


“Diri ini tidak akan melakukannya!”

“Menjijikan!”


“Aku bilang, makan!!”


Para prajurit yang menangkap mereka menyuapkan paksa si Sampah dan si Jalang, dengan makanan yang mereka berdua antarkan.



“Lalu, apa yang terjadi pada mereka berdua?”

“Si Sampah segera lari ke toilet, dan si Jalang dibawa ke gedung perawatan.”


Kenapa mereka bisa sebodoh itu?

Si Sampah menggunakan obat pencuci perut, sedangkan si Jalang menggunakan racun. Aku tidak akan begitu teracuni berkat Pertahanan Terhadap Racun, tapi aku tidak memiliki kegemaran meminum racun.

Di samping itu, berarti mereka masih belum menyesali perbuatan mereka. Rencana mereka cukup cemerlang untuk tujuan pembunuhan, tapi mereka kurang terampil dalam melakukannya.


“Mereka akan dihukum atas perbuatan mereka ini, kan?”

“Biasanya, aku akan menghukum mereka. Aku akan memberi si Sampah dan si Jalang pengalaman yang menyakitkan setiap hari, hingga mereka jera.”

“Uh huh...”

“Baguslah mereka bisa ditangkap lebih awal, karena mungkin saja tindakan mereka bisa melukai Tuan Iwatani.”

“Mungkin anda ada benarnya juga...”


Kedua orang itu masih belum kapok juga... mereka tidak pantas dipuji atas “kegigihan” mereka yang satu ini.


“Pantau mereka dengan baik. Jika mereka tidak tersakiti karena hukumannya, aku akan menarik kembali perjanjian kita.”

“Tentu saja. Dan memang dari awal, hukuman yang mereka terima akan selalu diawasi, yang kemudian dilaporkan dengan rutin pada Tuan Iwatani, hingga mereka menghentikan perbuatan buruk mereka.”

“Baiklah... Memang seperti itu seharusnya.”


Sang ratu juga menambahkan, bahwa akan ada seorang Shadow yang mengawasi si Jalang dan si Sampah. Jadi jika mereka melakukan hal buruk, perbuatan mereka bisa segera dilaporkan. Setiap kali si Sampah dan si Jalang melakukan sesuatu, aku bisa memilih untuk menghadiahi atau menyiksa mereka.

Mata-mata sang ratu tersebut juga akan memberitahuku kejadian rinci dari setiap perbuatan mereka berdua. Sistem yang dijelaskan sang ratu terdengar sangat menarik.


“Ya. Jadi, tolong pertimbangkan lagi beratnya hukuman untuk mereka, karena mereka akan kembali melakukan hal buruk lagi. Berhubung tindakan mereka yang membahayakan akan kami cegah sedari awal, beri mereka hukuman yang sesuai, karena negeri Melromarc membutuhkan Tuan Iwatani.”

“... Aku mengerti.”


Sang ratu kemudian berkata dengan lantang, pada semua pengunjung jamuan makan yang telah berkumpul.


“Aku, Mirelia.Q.Melromarc, berterima kasih pada semua yang telah hadir di acara jamuan ini. Semuanya, silahkan nikmati makanannya dan bersenang-senanglah!”


Semua hadirin yang berkumpul di aula serempak bersorak, dan alasanku datang ke acara ini berbeda dari yang sebelumnya. Sebelumnya, aku datang ke jamuan makan demi mendapatkan uang bulananku.

Aku sadar, situasi di negeri ini akan semakin sulit di masa depan.


“Wow~...”


Kedua mata Filo berbinar-binar melihat banyaknya makanan yang ditampilkan meja hidangan.

Pesta ini terlihat seperti jamuan makan ala restoran, semua perlengkapannya ditempatkan bagaikan di restoran mewah yang diperuntukkan bagi tamu-tamu penting. Kalau kau masih ingin makan, hampiri saja meja hidangannya untuk menambah makananmu.

Dengan masing-masing membawa piring yang dipenuhi makanan, kami dipandu menuju meja yang ditentukan untuk kami. Terakhir kami menghadiri jamuan seperti ini, kami memisahkan diri dan makan di pojok ruangan.


“Kalau makananmu sudah habis, kau bisa minta tambah lagi di sana.”

“Benarkah!?”

“Tapi dengan satu syarat. Kau harus terus memakai wujud manusiamu.”

“Baik~!”


Setelah melahap hidangan mahal bagiannya, Filo mulai sedikit melompat-lompat berjalan menuju meja hidangan untuk minta tambah. Apa Filo lebih mementingkan banyaknya makanan daripada mahalnya makanan? Entah kenapa, sikap Filo ini mengingatkanku pada Raphtalia yang dulu.

Tidak sengaja, aku memandangi Raphtalia.


“A-ada apa?”


Dia menatapku dan bertanya dengan tersipu.


“Apa kau yakin hanya ingin makan sesedikit itu? Kalau makananmu sudah habis, kau bisa minta tambah lagi.”

“Sekarang aku sudah tidak makan banyak lagi!”

“... Kurang makan tidak baik untuk kesehatanmu. Bahkan saat melakukan perjalanan mendadak sekalipun, sangat penting menjaga asupan nutrisi untuk tubuhmu.”

“... Haah...”


Raphtalia mendesah panjang. Apa aku sudah salah bicara?


“Uhm... Tuan Naofumi, perempuan seperti apa yang kau sukai?”

“Apa?”


Sebenarnya tidak ada ciri-ciri khusus untuk gadis yang kusukai...

Aku ingin menghindari pembahasan seperti ini, karena akan mengingatkanku pada si Jalang...


“Err... Di dunia asalmu, apa ada seseorang yang kau sukai?”

“Kau ini bicara apa? Tidak ada seseorang seperti itu di duniaku.”


Bukan itu alasanku ingin kembali ke dunia asalku. Kenapa Raphtalia malah berpikiran begitu?

Bagian2[edit]

“... Haah...”


Raphtalia mendesah lagi.


“Aku tidak terlalu mengerti, tapi aku ingin kembali karena ingin pulang ke rumahku.”


Setelah semua urusanku di dunia ini selesai, aku tidak akan ragu untuk kembali ke dunia asalku. Kalau aku harus mencari alasan...

Tidak lama, tiba-tiba aku teringat saat aku pertama kali tiba di dunia ini. Apa alasanku ingin kembali, karena telah ditipu oleh si Jalang?

Setelah menyadari itu, perasaan yang mulai berkecamuk dalam diriku menjadi semakin kuat.


“Tuan Pahlawan Perisai!”

“Hm?”


Saat aku menoleh ke arah suara itu, dan terlihat dua prajurit muda yang kukenal tengah menghampiri kami.

Ah, salah satu dari mereka, yang pernah meminta tanda tanganku.


“Aku senang kalian baik-baik saja.”

“Tuan Pahlawan Perisai tidak perlu khawatir...”


Aku melihat ke arah prajurit muda yang menerima tanda tanganku.


“Apa benar pakaianmu yang telah kutanda tangani telah dicuri? Maaf.”

“Tidak apa-apa.”


Prajurit muda tersebut menggelengkan kepala.


“Begitu ya, kalau kau berkata begitu, aku tidak akan khawatir lagi. Jadi, bagaimana bisa pakaianmu itu dicuri? Apa yang terjadi?”

“Itu...”


Setelah mendengar ceritakan prajurit muda, kelihatannya suatu kelompok dari negeri ekstremis yang menjadi pelakunya. Sayangnya, dia yang menjadi korban kejadian tersebut.


“Mau bagaimana lagi. Sini, ulurkan tanganmu.”

“Ya?”


Mungkin ini bukan hal terbaik yang bisa kuberikan padanya... Tapi sebagai gantinya, aku berjabat tangan dengan prajurit muda yang pernah meminta tanda tanganku.


“Ah...”


Aku penasaran, di dunia ini berjabat tangan dianggap sebagai apa... Gawat kalau yang kulakukan ini dianggap sesuatu yang tidak sopan.


“Maaf sudah membuatmu terlibat masalah. Terima kasih sudah membantuku, walau banyak rumor buruk tentangku terus meluas. Dengan ini, kuharap kau mau memaafkanku.”

“... Baik!”


Prajurit muda itu mengangguk dengan bersemangat. Pipinya menjadi memerah...

Mungkin pemuda ini pengikut ajaran Kepercayaan Empat Pahlawan atau Kepercayaan Perisai. Dan mungkin itulah kenapa dia menginginkan tanda tanganku...

Kuharap tidak ada kelompok fanatik “mencuri” tangannya yang telah berjabat tangan denganku. Apa seharusnya aku tidak menjabat tangannya?


“Aku akan membalas bantuanmu dalam kesempatan lain.”

“Baik!”


Saat aku akan berkata lagi...


“Naofumi!”

“Hm?”


Motoyasu berjalan ke arahku dengan menggerutu...

Haah...

Beberapa prajurit yang menyadari berubahnya suasana, segera menghentikan Motoyasu.


“Tuan Pahlawan Tombak dimohon berhenti!”

“Minggir kalian!”


*Buk Buk!!*


Motoyasu menghajar para prajurit tersebut hingga terpental, dan terus melangkah.


“... Ayo kita berduel!”

“Kenapa tiba-tiba kau rusuh begini...”


Apa kau menderita penyakit, yang membuatmu ingin berkelahi denganku setiap ada jamuan makan?


“Aku sudah mendengar semuanya! Kau dengan seenaknya telah mengganti nama Mein!”


Haah... Apa si Jalang telah merayumu lagi?

Sembari menangis, si Jalang terus mendekap lengan Motoyasu.


"Tuan Pahlawan Perisai dengan seenaknya telah meminta Mama, agar mengganti namaku tanpa persetujuanku..."


Akting-nya itu begitu buruk... Hm?

Saat kuperhatikan lebih jelas, perlengkapan yang dipakai si Jalang berbeda dari yang sebelumnya. Semua perlengkapan level tingginya diganti menjadi perlengkapan yang murah.

Oh...? Apa sang ratu telah menyita semua perlengkapanya? Yaah, biar dia tahu rasa!


"Kenapa kau bertindak kekanak-kanakan begini, Naofumi?"

"Hahahaha!"

"Ini tidak lucu! Nama yang kau berikan sangat menyedihkan!"

"Cukup menyedihkan, kan!? Dia pantas mendapatkannya!"


Ini adalah akibat dari perbuatan si Jalang sendiri. Maksudku, dia dibawa ke gedung perawatan karena kesalahannya sendiri.


"Kalau aku memenangkan duel-nya, cabut lagi nama yang keterlaluan itu!"

"Bukannya aku pernah mengalahkanmu...?"

"Kali ini akan berbeda."

"... Sesuai dugaanku. Kau memang tidak akan menerima kekalahanmu."


Lagipula tidak ada alasan bagiku untuk bertarung dengannya. Aku juga merasakan firasat buruk akan tantangan Motoyasu.

Kerumunan tamu jamuan pun menepi, memberi jalan untuk sang ratu yang menghampiri kami berdua.


"Yang Mulia! Mohon izinkan aku berduel dengan Naofumi!"


Mungkin Motoyasu menganggap sang ratu akan melakukan hal yang sama dengan si Sampah.


"Aku tidak akan mengizinkannya."

"Eh?"


Motoyasu pun terkejut, dan terlihat keheranan setelah mendengar jawaban sang ratu.

Referensi :[edit]