Zero no Tsukaima ~ Indonesian Version:Volume9 Bab2

From Baka-Tsuki
Revision as of 09:11, 26 October 2012 by Shiltz (talk | contribs) (Created page with "Pagi Hari esoknya.. Di dalam hutan dekat Saxe-Gotha, dari dinginnya kabut pagi, seorang gadis muncul. Tubuh mungil nya terbungkus dalam mantel hitam, rambut panjang merah muda...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Pagi Hari esoknya.. Di dalam hutan dekat Saxe-Gotha, dari dinginnya kabut pagi, seorang gadis muncul. Tubuh mungil nya terbungkus dalam mantel hitam, rambut panjang merah mudanya tergerai bagai air terjun . Dengan gerakan jengkel dia mengibaskan rambutnya yang sedikit basah karena embun pagi hutan, saat ia bersandar pada pohon. Pipi gadis itu yang sedikit merah muda, senada dengan warna rambutnya. Itulah penampilan Louise pagi ini.

Mengambil napas dalam-dalam, Louise berjongkok di samping pohon dan memeluk lututnya. Kemudian, ia membenamkan wajahnya yang cantik ke arah lututnya dan bergumam dalam hati. "Uuuuuuuu, itu sangat memalukan. Apa yang harus kulakukan? Aku tidak bisa malu. Sudah terlambat untuk merasa malu sekarang. " Dengan pipi yang bersemu merah, Louise mengambil sesuatu dari kantungnya Itu ... bagian dari kostum kucing hitam yang dia buat beberapa hari yang lalu yang kemudian ia memakainya..telinga kucing hitam muncul di kepala Louise. dengan wajah Merah padam, Louise melepas telinga kucingnya.

"Ini memalukan. Tapi aku tidak bisa malu sekarang. " Dia teringat percakapan dengan Saito tadi malam. Dan kegelisahan yang muncul di hatinya karena Saito menolak untuk membicarakan Tiffania ... Apakah ada sesuatu ... yang disembunyikan di dadanya Tiffania ?? Louise bisa mati karena ledakan dari sebuah tong mesiu dengan ukuran sebesar itu. Apa rahasia. Ini ... Dia merasa tidak enak sejak tadi malam ketika ia menemukan ada yang janggal. Pokoknya, Louise merasa terikat untuk sementara waktu dan ingin menjadi yang terbaik bagi Saito. Apakah aku ingin dibandingkan dengan orang lain? pikirnya, memutuskan bahwa dia tidak menginginkan hal itu. Ini adalah pertama kalinya setelah semua. Dia ingin hati-hati memilih saat ketika hatinya akan siap. Namun ... setelah melihat hal-hal seperti ini, dia tidak bisa tetap tenang. Jadi ...

Itu adalah senjata yang menghancurkan kebanggaanku ... Payudara. Benar, senjata yang menakutkan dan brutal. Tiffania memiliki dua senjata brutal itu. Ukurannya sangat besar! Tidak, besar tidak masalah. dia mengatakan itu pada dirinya karena dia sendiri tidak memiliki senjata-senjata mematikan seperti milik Tiffania.

Setelah melihat senjata Tiffania, Saito bertanya setelah mencium Louise, "Apakah ini benar-benar dada?" Itulah kata-kata pertama yang Saito ucapkan setelah mereka berciuman. Setelah mengingat semuanya, kemudian melihat dada rata Louise, itu tidaklah sulit untuk memikirkan kesimpulan semacam itu. Namun, dia bertekad untuk tidak kalah dari keadaanya sekarang. "Bahkan aku tidak akan kalah dengan dada rata ini!" Louise mengatakan itu pada dirinya. Dan, dia ingin membuktikannya. Louise merasa perlu untuk membangun kepercayaan dirinya. Kemudian Louise berdiri, mengangkat tas besar ke dadanya dan membukanya. Setelah tasnya terbuka, dia menghela napas dalam-dalam. Louise menarik napas dalam untuk saat pendek mencoba untuk menenangkan diri. Dada datar Louise sedang mengangkat naik dan turun. Dengan wajah marah, Louise menoleh kanan-kiri seperti saatmau menyeberang jalan. "Tidak ada orang di sini." Di sini hanya anak-anak saja, tidak termasuk Tiffania,yang tinggal di Westwood Village. Dia hanya bisa melihat tupai mengumpulkan kacang dan seekor burung kecil disana. "Yak, ayo lakukan!" Bergumam pelan, Louise melepas seragam Akademi Sihir. Dia melepas roknya juga, dan berdiri hanya mengenakan pakaian dalam. Louise mengambil sesuatu dari tas untuk menjalankan strategi "membangun kepercayaan diri". "Meskipun aku mengambilnya tanpa izin ... Aku menggantinya dengan pakaianku sendiri, bukan." Tangan Louise gemetar saat sedang menggenggam seragam maid Siesta. Dia mencurinya dari samping tempat tidur Siesta, saat Siesta sedang tidur di ruang tamu. Karena seragam maid Siesta tidak ada Apron nya, ia mengambil Apron Tiffania yang diletakkan di kursi. "Idiot itu suka sama si maid bodoh." Gumam Louise, menutup matanya dan mencoba untuk meyakinkan dirinya. "Tapi dia juga suka aku. Mungkin. Mungkin. Itulah katanya. Mungkin itu hanya kata-kata ... "