Zero no Tsukaima ~ Indonesian Version:Volume9 Bab2

From Baka-Tsuki
Revision as of 17:16, 26 October 2012 by Shiltz (talk | contribs)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Pagi Hari esoknya.. Di dalam hutan dekat Saxe-Gotha, dari dinginnya kabut pagi, seorang gadis muncul. Tubuh mungil nya terbungkus dalam mantel hitam, rambut panjang merah mudanya tergerai bagai air terjun . Dengan gerakan jengkel dia mengibaskan rambutnya yang sedikit basah karena embun pagi hutan, saat ia bersandar pada pohon. Pipi gadis itu yang sedikit merah muda, senada dengan warna rambutnya. Itulah penampilan Louise pagi ini.

Mengambil napas dalam-dalam, Louise berjongkok di samping pohon dan memeluk lututnya. Kemudian, ia membenamkan wajahnya yang cantik ke arah lututnya dan bergumam dalam hati. "Uuuuuuuu, itu sangat memalukan. Apa yang harus kulakukan? Aku tidak bisa malu. Sudah terlambat untuk merasa malu sekarang. " Dengan pipi yang bersemu merah, Louise mengambil sesuatu dari kantungnya Itu ... bagian dari kostum kucing hitam yang dia buat beberapa hari yang lalu yang kemudian ia memakainya..telinga kucing[nekomimi] hitam muncul di kepala Louise. dengan wajah Merah padam, Louise melepas telinga kucingnya.

"Ini memalukan. Tapi aku tidak bisa malu sekarang. " Dia teringat percakapan dengan Saito tadi malam. Dan kegelisahan yang muncul di hatinya karena Saito menolak untuk membicarakan Tiffania ... Apakah ada sesuatu ... yang disembunyikan di dadanya Tiffania ?? Louise bisa mati karena ledakan dari sebuah tong mesiu dengan ukuran sebesar itu. Apa rahasia. Ini ... Dia merasa tidak enak sejak tadi malam ketika ia menemukan ada yang janggal. Pokoknya, Louise merasa terikat untuk sementara waktu dan ingin menjadi yang terbaik bagi Saito. Apakah aku ingin dibandingkan dengan orang lain? pikirnya, memutuskan bahwa dia tidak menginginkan hal itu. Ini adalah pertama kalinya setelah semua. Dia ingin hati-hati memilih saat ketika hatinya akan siap. Namun ... setelah melihat hal-hal seperti ini, dia tidak bisa tetap tenang. Jadi ...

Itu adalah senjata yang menghancurkan kebanggaanku ... Payudara. Benar, senjata yang menakutkan dan brutal. Tiffania memiliki dua senjata brutal itu. Ukurannya sangat besar! Tidak, besar tidak masalah. dia mengatakan itu pada dirinya karena dia sendiri tidak memiliki senjata-senjata mematikan seperti milik Tiffania.

Setelah melihat senjata Tiffania, Saito bertanya setelah mencium Louise, "Apakah ini benar-benar dada?" Itulah kata-kata pertama yang Saito ucapkan setelah mereka berciuman. Setelah mengingat semuanya, kemudian melihat dada rata Louise, itu tidaklah sulit untuk memikirkan kesimpulan semacam itu. Namun, dia bertekad untuk tidak kalah dari keadaanya sekarang. "Bahkan aku tidak akan kalah dengan dada rata ini!" Louise mengatakan itu pada dirinya. Dan, dia ingin membuktikannya. Louise merasa perlu untuk membangun kepercayaan dirinya. Kemudian Louise berdiri, mengangkat tas besar ke dadanya dan membukanya. Setelah tasnya terbuka, dia menghela napas dalam-dalam. Louise menarik napas dalam untuk saat pendek mencoba untuk menenangkan diri. Dada datar Louise sedang mengangkat naik dan turun. Dengan wajah marah, Louise menoleh kanan-kiri seperti saatmau menyeberang jalan. "Tidak ada orang di sini." Di sini hanya anak-anak saja, tidak termasuk Tiffania,yang tinggal di Westwood Village. Dia hanya bisa melihat tupai mengumpulkan kacang dan seekor burung kecil disana. "Yak, ayo lakukan!" Bergumam pelan, Louise melepas seragam Akademi Sihir.n pakaianku sendiri, bukan." Tangan Louise gemetar saat sedang menggenggam seragam maid Siesta. Dia mencurinya dari samping tempat tidur Siesta, saat Siesta sedang tidur di ruang tamu. Karena seragam maid Siesta tida Dia melepas roknya juga, dan berdiri hanya mengenakan pakaian dalam. Louise mengambil sesuatu dari tas untuk menjalankan strategi "membangun kepercayaan diri". "Meskipun aku mengambilnya tanpa izin ... Aku menggantinya dengak ada Apron nya, ia mengambil Apron Tiffania yang diletakkan di kursi. "Idiot itu suka sama si maid bodoh." Gumam Louise, menutup matanya dan mencoba untuk meyakinkan dirinya. "Tapi dia juga suka aku. Mungkin. Mungkin. Itulah katanya. Mungkin itu hanya kata-kata ... "

Louise mengangguk - un un.

"Aku akan menambahkan dua. Tentunya dengan ini aku tak akan terkalahkan. Nah, nekomimi cuman jadi bonus. "

Dia mengatakan sementara bermain-main dengan nekomimi.

Dia memakainya, seragam maid curian dari Siesta.

"Uu ..."

Ia menyadarikalau ruang untuk dadanya sangat longgar. Louise mengepalkan tinjunya dan mendesah. Tidak hanya Tiffania yang punya senjata mematikan. Meskipun tidak se-besar punya Tiffania, punya Siesta juga relatif mematikan.

"Apa itu! Ini terlalu besar! Ini konyol! Tidak masuk akal! Dasar maid bodoh! Ini tidak adiill! "

Meskipun Siesta tidak mencari kehormatan,tapiii.. Tendang! Tendang!! - Louise mulai menendang pohon. Setelah menendang pohon malang itu beberapa kali, ia menggelengkan kepalanya dan melihat ke bawah.

"Tidak, aku masih belum kalah. Tidak mungkin Louise akan kalah dengan cara seperti ini!! Ah, aah, aaah, Aku benar-benar nggak lucuuu!!! "

Dia bergumam berkali-kali, membujuk dirinya sendiri.

"Aku lucu. Aku Imut. Imut bangettt. Aku cewek paling imut di seluruh Halkeginia. Selain itu, aku pengguna sihir Void. Ini berarti aku penyihir yang luar biasa. Hebat. Benar-benar hebat!! Oleh karena itu seharusnya Aku bisa pergi tanpa khawatir. Itu ... "

Louise menyentuh kekosongan di bagian dada seragam maid curiannya. Sepenuhnya mengakui perbedaan dalam ukuran, ia mulai menendang pohon lagi.

"Apa pun yang kumakan Itu nggak merubah ukuran dadaku sama sekali! Tidaaaakkkkkk!!! "

Karena tendangannya yang brutal, berbagai serangga mulai jatuh dari pohon. Louise menjerit.

"T-ti-tidaaakk!!!!!!"

Orangtuanya tidak pernah melihat Louise menangis begitu keras. Tidak ada yang pernah melihatnya begitu lemah. Haah, haah Louise bernapas seperti baru lari keliling lapangan 5 putaran, lalu menggelengkan kepalanya.

"Apa? Void ku bisa menumbuhkan dada rata ini dengan mudah! Sungguh!"

Kemudian Louise menekan bajunya ke ruang kosong pada dada seragam maid. Sepertinya Louise benar-benar seorang Void. Membatalkan dalam arti tertentu. Itu kosong.

Meskipun dada nya tampak agak terdistorsi, Louise merasa puas dan mulai berlatih ketika Saito akan melewati pohon.

Pagi ini Louise menyelinap keluar diam-diam dari kamar, dan meninggalkan surat untuk Saito di bawah pintu. "Datanglah ke hutan".

Dia tidak menulis di hutan sebelah mana dan siapa yang akan menunggu.

Louise, dengan cara berpikir bangsawan-nya nya, berpikir bahwa Saito akan memahaminya secara alami. Meskipun seseorang mungkin meragukan jika tidak memberitahu tempat untuk Saito adalah ide yang baik, tetapi seperti yang sudah dijelaskan diatas, Louise ingin mempersiapkan penampilannya sebaik mungkin.

"Benar, hari ini aku akan mengatakan hal penting itu. Maaf ... "

Maaf? Louise melirik ke pohon. "Terima kasih untuk selalu membantuku. Tapi meskipun kau selalu menjagaku, aku tidak menunjukkan rasa terima kasih samasekali padamu. Oleh karena itu aku ... "

Louise mencubit dagunya,bingung.

"Oleh karena itu, familiar tidak boleh diperlakukan seperti itu selamanya. Karena kau mencintaiku ... dan aku, uhm, kadang-kadang bermimpi tentangmu ... Jangan salah paham. Ini bukan cinta. Bagaimana tentang hal itu? Tidak cukup? "

Dengan pipinya yang bersemu merah, Louise bergumam.

"Aku menyukaimu lebih dari sekedar hubungan master dan familiar. Perasaan itu. Perasaanku padamu ada dalam tingkat yang lebih tinggi. Oleh karena itu, aku mempromosikan dirimu menjadi pelayan. Hebat bukan?! Kamu dapat diperlakukan sebagai manusia. Bukankah itu hebat? Dan untuk menunjukkan bahwa aku benar-benar bersyukur ... " Louise mencoba melakukan segala yang dia bisa untuk melakukan rencana "membuatnya jatuh cinta padaku sepenuhnya."

Untuk membuatnya jatuh cinta adalah "ungkapan terima kasih" yang sedang dilatih oleh Louise.

Louise dengan kedua tangannya mengemnggam ujung roknya, dan sambil menggigit bibirnya, bergumam ...

"... Aku pikir ini adalah apa yang kamu inginkan. Nah, bagiku, apa yang kamu inginkan itu penting. Kau bilang kau mencintaiku. Oleh karena itu, silakan ... " Louise mengangkat rok maidnya dan sambil tetap megigit bibirnya, memperlihatkan kaki ramping dan pakaian putih di bawahnya.

Dan berkata dengan suara lembut,

"... Bersikap lembutlah padaku...."

Ini adalah tembakan pembunuh pikir Louise ...

Ini kekuatan legendaris yang luar biasa melebihi sihir Void.

Dia akan mati jika Saito melihat dia seperti itu. Seperti tontonan.

Untuk sementara, tubuh Louise membeku dalam posisi ini. Namun, dia punya pikiran lain. Di sini, di tempat seperti itu, dia bukanlah seorang bangsawan. Di sini, dia berhenti menjadi salah satu dari anggota keluarga Duke. Dia kehilangan Nama Vallerie-nya ketika ia melangkah di sini. Uuu, seorang wanita biasa.. Louise, hanya Louise.

Setelah berpikir beberapa saat, Louise menunjuk tubuhnya dengan jarinya.

"T-tapi, i-ini, i-ini masih belum cukup. Sungguh. Aku tak bisa menahannya lagi. "

Kemudian Louise menjadi lebih tersipu. Dia tiba-tiba merasa malu. Kemudian, seolah-olah tidak mampu bertahan lagi dan berhenti itu, Louise melanjutkan latihannya.

"H-Hei! a-apa yang kau sentuh! Aku bilang berhenti! sudah! "

Louise membuat gerakan mendorong pergi dengan tangannya. "Hei! Berhenti! Apakah kamu mendengar? Anjing! Bodoh anjing idiot! "

Dan sehingga burung-burung kecil dan tupai menyaksikan dengan takjub bagaimana Louise, yang sedang duduk di bawah pohon, terus menggosok tangan Saito banyak, banyak, kali.

Tiffania terbangun setelah Louise, yang sudah bangun duluan, di tempat tidur di kamarnya dan menggeliat. Kemudian melon nya, yang seharusnya berada di bawah pakaian malam nya, melompat keluar. Tiffania menyembunyikan melon nya dengan lengannya sambil tersipu-sipu. :3

Lalu dia menghela nafas.

   sigh* 

"ternyata ini memang buruk ..."

Keraguan mengenai tubuhnya sendiri telah dirasakan sejak hari para tamu tiba. Tiffania membiarkan melonnya lepas dari persembunyian lengannya dan menatapnya.

"Apakah dadaku terlalu besar?"

Setelah membandingkan dadanya dengan wanita yang datang mencari Saito, itu tidak mungkin untuk menyembunyikan kenyataan ini. Tiffania tidak melihat banyak gadis dalam masa remaja. Oleh karena itu ia tidak khawatir tentang ukuran dadanya.

Tapi ...

"Louise-san, Agnes-san, Siesta-san ... bahkan yang terbesar dari mereka, Siesta-san, ukurannya cuma setengah dariku."

Jadi, Agnes adalah setengah dari itu, dan Louise adalah ...

"papan talenan."

Seperti Agnes yang akan dengan kejam mengatakan hal itu. Tapi, kemudian dadaku adalah ...

"Aneh ..."

bahu Tiffania lemas.

Aku gagal,aku cuma blasteran Elf-Manusia, dengan ini kutukan distorsi yang jatuh pada dada saya - Tiffania mulai menyalahkan asal-usul kelahirannya.Secara logika, itu tidak ada hubungannya dengan statusnya yang seorang blasteran, tetapi karena Tiffania hidup sebagian besar dengan anak-anak, dia benar-benar tidak bisa berpikir menggunakan logikanya.

Meskipun ia merasa ingin menangis sejak pagi, Tiffania menggeleng.

"Saya tidak akan menunjukkan wajah seperti itu di depan para tamu. Aku seharusnya menghibur mereka, menjadi tuan rumah yang baik. Saya sudah membuat marah mereka tadi malam dengan menyebabkan masalah saat membawa anggur. "

Menenangkan dirinya, Tiffania mulai memikirkan menu makan siang hari ini.

"Itu benar. Kami memiliki beberapa buah peach dan apel. Aku akan membuat pai apel-peach. "

buah peach dan apel yang mudah untuk ditemukan disini. Bagian dalam buahnya lembut, seperti buah persik. Pai yang dibuat menggunakan itu dan rasanya juga sangat lezat.

Namun, Saito dan yang lainnya mungkin khawatir saat mengetahui saya pergi. Para tamu tampaknya sedang dijadikan target oleh musuh yang aneh ...

Tiffania, yang mengalami bahaya yang cukup besar ketika masih kecil, tidak lagi takut pada bahaya. Saya tidak akan ceroboh dan membiarkan diriku diserang. Dan bahkan jika saya diserang, saya selalu bisa menggunakan mantra "Forget" untuk mempertahankan diri.

Untuk saat ini, Tiffania memutuskan untuk meninggalkan catatan.

"Aku pergi ke hutan untuk mengambil beberapa buah. Aku akan kembali sebelum tengah hari. "

Setelah bangun dan menyadari bahwa Louise tidak ada di sisinya, Saito mendesah.

"Sialan ..."

Ia kehilangan kesempatan emasnya kemarin.

Saito merasa putus asa untuk beberapa saat, dan dengan enggan memulai aktifitasnya pada hari ini. Hidup itu lama.

Dan kegagalan dua malam berturut-turut tidak menjadi masalah.

Saito berpikir.

Untuk hari ini ia harus berbicara dengan Louise tentang sesuatu yang penting.

Tiffania. Dia, seperti Louise, adalah seorang Void user. Half-elf. Karena itu, Tiffania tidak boleh diperlakukan sebagai elf musuh, kan? Tapii...

Louise tampak gelisah setelah melihat dirinya yang sebenarnya ...

Namun, harus berubah setelah dia mengenal Tiffania dengan lebih baik.

Berpikir seperti itu, Saito bangkit dari tempat tidur, keluar dari kamar, dan menuju ke ruang tamu untuk sarapan.

Ketika ia membuka pintu,sesuatu yang ditempatkan di antara pintu terjatuh.

Dia mengambilnya - tampaknya seperti itu adalah selembar kertas. "Apa ini ...??"

Itu adalah perkamen putih dengan tinta hitam huruf tertulis di atasnya. Meskipun Saito bisa mengenali karakter Halkeginia tertulis, tentu saja ia masih belum bisa membacanya.

Saito berjalan menuju ruang tamu sambil mencondongkan kepalanya. tolah toleh kanan-kiri.

Namun, Louise tidak ada. Tiffania juga tidak ada. Ada Agnes yang sedang berbicara tentang sesuatu dengan Derflinger yang sedang bersandar pada meja.

Saito perlahan menjulurkan kepalanya dan memanggil Derflinger.

"Yo, aniki. Selamat pagi. "

"Apakah Anda tidur nyenyak semalam?" Tanya Agnes, dengan senyum misterius yang sama di bibirnya seperti kemarin.

"Tidak bisa tertidur." Jawabnya . Agnes, yang salah paham dengan jawabannya,mengeluarkan senyumnya yang tetap aneh. Apa yang orang-orang dewasa bayangkan ...

"Tidak, itu bukan karena ITU!!"

Dia mencoba untuk menghapus kesalahpahaman.

Agnes tercengang.

"Ini adalah hari kedua kalian tidur di ranjang yang sama!!"

Hal ini, dikatakan oleh seorang wanita muda, membuat Saito tersipu malu.

Derflinger memlotong percakapan mereka.

"Ketika datang ke ini, ia hanya memiliki seperseratus dari keberanian yang dia punya sekarang di medan perang."

"Diam!"

Saito menatap pedang ajaibnya. Derflinger mulai bergetar. Sepertinya dia tertawa. Dasar pedang menjengkelkan, pikir Saito dan bertanya ...

"Di mana Louise?"

"Bukankah dia dengan Anda?"

"Louise tidak ada di sana ketika aku bangun ..."

"Aku belum melihat si Maid dan Tiffania juga."

"Begitu..."

Jika Siesta dan Tiffania tidak ada ... Kemudian, siapa yang menulis surat itu? Saito bertanya pada Agnes.

"Apa yang ditulis di sini? Saya tidak bisa membaca ... "

Dia tidak berbicara tentang datang dari dunia lain dengan Agnes. Tapi karena dalam dunia literasi di kalangan rakyat jelata tidak tampaknya sangat tinggi, Agnes menerima surat tanpa tanda kejutan.

"Bunyinya - Ayo ke hutan." Tidak ada lagi yang ditambahkan. Bahkan nama penulisnya pun tak ada. "

"Apa.., mungkinkah ini ajakan kencan??"

Saito terlihat ragu.

Dari siapa?

Siapa gerangan orang yang memintanya untuk pergi ke hutan?

Pada awalnya tampak seperti Louise akan menjadi jawaban yang paling jelas. Tapi ... Saito membantah kemungkinan itu ...

Mengapa Louise menggunakan surat untuk memanggilku ke suatu tempat?

Jika dia punya urusan dengan ku, dia akan berbicara "secara langsung".

Mungkin Siesta?

Atau Tiffania?

Sementara ia bertanya-tanya begitu, Agnes menepuk bahunya.

"Meskipun kita tidak tahu siapa ... pergilah sekarang. sudah jelas seseorang telah menunggu Anda. "

"rasa takut lelaki adalah hal yang membuat seorang wanita malu."

Setelah didorong dengan cara ini oleh Agnes dan Derflinger, dengan wajah tegang, Saito mengangguk.

"Mempermalukan seorang wanita akan sangat menakutkan."

Apa Louise lakukan terhadap dirinya membuatnya memahami arti kalimat yang baru saja ia katakan.

Saito pun berjalan menuju hutan.

Namun, lebih mudah diucapkan daripada dilakukan karena ia tidak tahu arah mana ia harus pergi ke. Setelah semua, Westwood Village ini berada di tengah-tengah hutan ...

Ke arah mana ... gumam Saito saat mengikuti jalan setapak yang mengarah ke dataran Saxe-Gotha itu.


Hutan di pagi hari sangat menyegarkan. Melalui cabang-cabang pohon, sinar matahari sesekali mengintip. Sambil berjalan ... Saito mendengar namanya dipanggil oleh seseorang.

"Saito."

Ketika ia berbalik ia melihat Tiffania melangkah keluar dari bayang-bayang pohon. Dia membawa keranjang besar. Dia mengenakan gaun hijau yang biasa.

Saito terkejut.

Apakah Tiffania ... orang yang memanggilku?

"Uhm ... Apakah ini surat dari Tiffa?"

"Ya."

Tiffania mengangguk cepat.

A-apa?

Tiffania mengatakan dia memanggil saya ke hutan.

Apa artinya ini?

"M-mengapa hutan ..."

"Ettoo~ Saya ingin membuat sesuatu untuk Anda nikmati. Uhm ... "

Nikmati?

Nikmati di tengah hutan? Nikmati, apa sih?!bikin penasaran aja!

Khayalan yang aneh-aneh mulai berputar-putar di kepala Saito. Dari yang wajar sampai yang mesum. Dia tidak mencoba untuk menghentikannya. Satu demi satu, berbagai fantasi mulai mendetil di kepalanya.

"Bisakah Anda ceritakan a-ap-apa yang kamu maksud dengan menikmati ?"

Tiffania malu-malu memalingkan wajahnya.

"Saya ingin kamu mencicipi beberapa buah."

Saito membatu.

Dasar.. kirain apaan... Membandingkan dadanya dengan buah. Selain itu, ingin aku menikmati buah apa ??

"A-apa ... bahwa o-orang ... benar-benar ... orang ini, seperti itu ..." Saito ingin menangis.

"... B-b-buah?"

"P-peach-A-apel ..."

Dengan kata lain ... yang cukup besar dan lembut seperti peach, dan bulat seperti apel.

Apa yang Saito bayangkan membuat hidungnya mimisan..

"A-apakah kau baik-baik saja?"

Tiffania berlari ke Saito cemas. Dengan setiap langkah, peach-apel Tiffania yang dibalut gaun hijau pun berguncang. Saito panik. Tidak ada! Ini Burukk!!! Hubungan antara Louise dan Aku sekarang sedang bagus-bagusnya! Dan sekarang karena ini ...

"I-ini salaah!!! Tidak perlu kenikmatan seperti ini! Bukan untukku! Kumohooon!! "

   Boing * 

Tangan Saito, bahwa ia dorong keluar, mendarat di sesuatu.

Aku ... Tadi akuu ...

... Dan benda yang ada di genggaman tanganku...

Apa gerangan itu?

Rasanya .. lembut dan hangat - benar-benar, ini adalah buah dari surga.

"Tuhan dan Pendiri Brimir, Apakah peach apple ini ..."

Seperti saat akhirnya mereka mencapai Desa Arcadia, Saito merasa kebahagiaan murni terpancar dari telapak tangannya.

Tanpa berpikir, tangannya mengepal.

Itu sepenuhnya pada insting.

Tangannya tidak menuruti perintah otaknya.

Ketika ia takut-takut membuka matanya, ia melihat wajah Tiffania yang sudah berwarna merah padam.

"AIU."

Tiffania tampak pada hampir menangis.

Saito mundur.

"M-maaf! Sangat menyesal! Saya tidak bermaksud begitu! Benar-benar! "

Pada saat itu ...

Suara mantra bergema dari belakang mereka.

"EOH Thorn Feoh Járnsaxa"

Ketika dia berbalik ... ia melihat seorang gadis, pengguna Void, memegang tongkat di tangannya.

"Louise."

Saito gemetar.

Dari mulut Louise terucap mantra Void-Explotion. Saito bisa merasakan aura kemarahan di sekelilingnya. Tiffania menjadi takut.

"Os Thorn Uruz Ru Rad"

"Louise, Kamu keliru. Ini ... "

Saito mati-matian mencoba untuk mencari alasan.

Dan mengapa Louise dalam pakaian pembantu Siesta dengan nekomimi di kepalanya? Lebih dari itu, mengapa dia di hutan?

Tidak, itu bukan waktu untuk khawatir tentang apa yang Louise kenakan. Karena sekarang mantra sedang lafalkan. Kekuatan Void sebanding dengan waktu yang dibutuhkan untuk pelafalan ...

Hei, hei, kau serius akan melepaskan seperti kuat "Explotion" padaku?!

"Hyaa!" Teriak Saito, melarikan diri.

"Peordh Yr Sowilo Kaun Othila ..."

Saito lari ke hutan. Dia masuk di antara celah pohon, menerobos rintangan yang ada, mencoba melarikan diri mati-matian seakan menghadapi beruang liar.

Namun, rasa putus asa menyelubungi Saito.

Seorang Louise yang marah jauh lebih menakutkan daripada beruang liar.

Dia tidak bisa melarikan diri.

Sebelum Saito bisa maju lebih dari 20 meter, keputus-asaan itu berpindah ke kakinya.

Dia mendengar suara Louise yang keras menerobos semak-semak dari belakangnya. Meskipun ia mencoba untuk berdiri, dia terlalu takut untuk berdiri tegak. Ketika ia jatuh tengkurap dan mencoba untuk merangkak pergi, ia melihat sepasang kaki di depannya.

Dia mendongak.

"Siesta?"

Dia mengenakan kemeja ketat putih milik Louise . Dia membawa keranjang di tangannya.

"T-to-tolong akuu ...!!"

Ketika ia bergumam, Siesta mhanya bergumam 'Hmmmm'.

"Tolong aku! Sekarang! Dia Mengerikan! "

Tidak mendengarkan permintaannya, Siesta mulai berbicara.

"Ketika saya bangun pagi ini, pakaian saya hilang. Baju ini ada di tempat bajuku sebelumnya. "

"Siesta! kumohon! Aku tidak bisa menghadapinya! "

"Moo, itu sebenarnya hal bagus. Kemudian saya datang ke sini untuk mengumpulkan tanaman liar yang dapat dimakan untuk membuat sup lezat untuk Saito-san. Kemudian, ketika aku mendengar suara Saito dari jalan setapak, saya menjadi sangat senang berpikir bahwa ia datang ke sini karena aku. "

"Tidak ada waktu untuk itu sekarang! Louise! Louise! "

Dari belakang, jejak marah Louise semakin keras.

"Saya terkejut. Lalu aku melihat Saito-san meraba-raba dada Tiffania itu. "

Siesta berjongkok dan menatap wajah Saito dengan senyum.

"Kau yakin ingin menyentuh yang besar ♪ ufufufuu~"

"I-Itu tidak sengajaaa!!!"

Siesta melompat kembali dari hadapan Saito dan bersembunyi di balik pohon.

Memutar kepalanya, ia melihat Louise dengan tongkat terangkat. Wajahnya pucat karena marah.

"Hentikan!"

Louise menyaksikan familiarnya mencoba untuk merangkak pergi dengan ekspresi ketakutan di wajahnya, dan berpikir ...

Mengapa idiot ini ...

S-se-setelah semua kesulitan yang kutempuh untuk bertemu lagi dengannya...

Setelah apa yang dikatakan oleh sang m-m-master.

Untuk sesaat, ia berpikir untuk menghadiahi kesetiaannya dengan sesuatu yang lebih dari sekedar ciuman.

Dia bahkan mengabaikan kebangsawanannya demi memberi hadiah kepada familiarnya.

Lebih dari itu ... aku telah mengubah sikap.

Aku berpikir tentang cara untuk membawanya kembali ke rumah setelah ini.

Dan dia berkata - "Apakah ini benar-benar dada?"

Tidak apa-apa. Dia selalu meragukan tentang itu. Dia harus melihat kebenaran langsung ke mata orang yang bersangkutan.

Tapi, Siapa yang kau sentuh dan di bagian mana kau pikir telah kau sentuh?

Lidah si Maid . Tidak apa-apa. Dia maju 100 langkah ke depan. 100 langkah ini tidak cukup. Dia akan maju 1000 langkah. Setelah semua, setelah menghimpun keberanian pada kemarin malam untuk mengungguli Siesta ... untuk memiliki hal yang sama untuk dibanggakan.

Tapi dada meminta hukuman mati.

Meraba-raba payudaranya besar yang menjijikkan. Itulah yang penting.

Rune kuno mulai muncul di hadapan Louise.

Kekuatan sihirnya tumbuh lebih besar dan lebih besar, mengenai bagian dalam tubuhnya, dan dengan darahnya yang bergolak dipicu oleh jantungnya yang berdegup kencang karena marah, membuatnya lanjut.

Louise menurunkan tongkatnya, membidik ke arah Saito.

"Ah! Aah! Ah! Sungguh menyakitkan! Uwaah ... "

Sebuah ledakan besar menelan jeritan Saito.

Awan debu tebal tersebar ...menyelimuti Saito, setelah mantra "Explotion" Louise dilepaskan, menciptakan gempa bumi.

"S-sa-sakitnyaa~ ..."

Saito, yang nyaris lolos dari kematian, mengerang.

"Diam. Apa-apaan itu? Ukurannya besar 'kan? Kamu lebih suka yang besar daripada yang kecil 'kaann??? Jawab! Jawab aku sekarang!! "

Ketika ia menendang Saito dengan kakinya, suara Tiffania datang dari belakang.

"Sebuah ledakan ... apa yang terjadi?"

"Ini lagi!!! Teriak-teriak nggak jelas!! lihat aja ndiri!! ngga sua banyak tanya!! Dan sebelumnya aku pikir kamu seorang gadis yang baik!! "

Ketika Louise berbalik, Tiffania berdiri di sana. Mata Louise melebar.

"Kau ..."

Kaget, Tiffania meraih kepalanya. Karena ledakan topinya jatuh.

"Elf?" Suara Louise Mulai gemetar.

Dua orang memandang lurus satu sama lain.

"... Mengapa elf berada di tempat seperti ini???"