Editing
Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 17
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===Bagian 3=== Mungkin karena universitas sedang melaksanakan liburan musim panas, bar VR di daerah Cheongjin-dong, Distrik Jongno di Seoul kini terlihat padat. Jo Wol-saeng baru saja selesai mengisi formulir masuk, ia lalu memesan minuman soda di bar. Ia memasuki sebuah ruangan, bersandar ke tempat duduk lalu menarik nafas. Ia belum pernah merasa selega ini sebelumnya. Ia sebenarnya sudah mengetahui alasannya. Ia kini sudah berusia 20 tahun, seorang mahasiswa tingkat dua, dan tahun selanjutnya ia akan absen untuk melakukan wajib militer. Ia dibatasi sampai umur 30 tahun untuk melakukannya, jadi ia bisa saja menunda – nunda, tetapi seorang mahasiswa yang belum melakukan wajib militer sebelum kelulusan akan dianggap sebelah mata dalam dunia pekerjaan. Hampir semua teman seangkatannya akan mengikuti wajib militer tahun berikutnya, dan karena orang tuanya juga mendesak terus, ia tak bisa lari lagi. Wol-saeng meneguk soda miliknya dan merasa lega. Semua hal ini membuatnya resah, apakah ia bisa menjalani latihan keras itu, bagaimana jika ia akan dibuli oleh para prajurit. Tetapi yang paling membuatnya depresi adalah fakta bahwa masa hidupnya selama dua tahun akan dirampas. Yah, meskipun ia tak memikirkan hidupnya di dunia nyata, sedangkan di dunia virtual, disitulah ia pertama kali merasakan hidup setelah diundang oleh teman – teman kuliahnya — dua tahun penuh tak bisa memasuki dunia itu, sangat membuatnya stres. “…… Jika saya di militer ada hal semacam ini …” Ia berguman ketika mengambil mesin FullDive yang ada di meja — the «AmuSphere». Benda ini milik bar VR, sering dipakai umum. Tapi bagi Wol-saeng, mesin ini lebih bercahaya ketimbang seorang malaikat. Tiga tahu lalu — di 2023, mesin ini dirilis di Jepang lalu dikirim ke luar negeri tahun berikutnya, dan menjadi booming di Korea Selatan, dimana industri game online sedang diminati. Dulu bernama «PC Bars», kafe – kafe internet mulai mengganti nama mereka menjadi «VR Bars», karena memiliki AmuSpheres. Anak - anak muda mulai terpikat oleh VRMMORPG, baik yang dikembangkan Jepang maupun Amerika. «Silla Empire», game yang dimainkan Wol-saeng selama satu setengah tahun ini adalah permainan yang telah dilokalisasikan ke Korea dari developer asal Jepang «Asuka Empire». Game ini bukan hanya ditranslate, bahkan kota, avatar, dan isi quest telah disesuaikan dengan dinasti Silla Korea. Permainan ini memiliki popularitas tertinggi sejak pertama kali diluncurkan. Di sisi lain, para pemain ingin segera memiliki game yang murni diciptakan oleh Korea sendiri, jadi banyak perusahaan yang mengembangkan VRMMO menggunakan softwere gratis bernama «The Seed Nexus». Akan tetapi, software tersebut juga masih buatan Jepang, jadi tanpa menghubungkan ke «The Seed Nexus» yang berbasis di jepang, siapapun tak bisa memaksimalkan fungsi yang ada. Tetapi VRMMO Jepang membatasi hubungan koneksi ke Korea dan China sehingga keduanya tak bisa menghasilkan permainan yang menyamai kualitas «Silla Empire», hal ini membuat banyak pemain Korea menjadi tak puas. — Aku ingin memainkan semua game Korea sebelum masuk wajib militer, tapi sepertinya hal itu tak mungkin … Wol-saeng mengeluh, lalu membuang harapannya tersebut. Ia bersandar ke kursi dan mengenakan AmuSphere. “… Link Start!” Ia mengucapkan suaranya dan menutup mata. Melewati sinar warna – warni, ia mengisi user ID dan password, lalu ia sampai di Launching Area<ref>Tempat kosong sebelum memasuki dunia VR</ref> untuk bersiap mengklik icon «Silla Empire». Tetapi, ia menyadari ada notifikasi window networking yang melayang di sisi kanan ruang tersebut, lalu menscroolnya ke bawah dengan cepat. Sepertinya ada ribuan orang yang memposting berita yang sama secara bersamaan. “……… Apa – apaan ini?” Kebingungan, Wol-saeng menekan program di sisi kiri lalu menarik window networking ke hadapannya. Lalu ia mengklik berita, memeprbesarnya dan membacanya. “Hmm… ‘Korea, America, dan China sedang melakukan pengembangan VRMMO baru dan tes server yang sedang dijalankan… telah di serang oleh pemain Jepang, mereka juga menyerang pemain beta test?! Apa – apaan ini?!” Sejujurnya, Wol-saeng sadar jika berita macam ini sulit untuk dipercaya. Tetapi lampiran yang ada di bagian akhir berita menunjukkan suatu video; ia mengkliknya tanpa ragu. Sebuah window terbuka, lalu — “Penjaga, Serang!!” Teriakan pemain menggelora. Wol-saeng yang juga beberapa kali menonton Anime Jepang sadar jika apa yang ia katakan adalah bahasa Jepang. Video tersebut menunjukkan pemain Jepang yang mengenakan armor silver sedang menyerang pemain berarmor crimson, membunuhnya satu persatu. Darah terus menerus muncul ketika pedang mereka diayunkan, pemain Amerika mengutuk tindakan tersebut. Menduga karena tak ada hukum yang mengatur tempat tersebut, kejadian ini pastilah terjadi di tes server. Seperti yang dikatakan berita tersebut, pemain jepang sedang membantai pemain Amerika. Ketika video 30 detik itu berakhir, Wol-saeng merasa bimbang. Sebuah «server attack» biasanya diartikan sebagai tindakan menghancurkan suatu website, tetapi dive kedalam dunia VR dan menyerang para pemainnya … ini pertama kalinya Wol mendengar berita semacam ini. Jika isi video itu benar – benar nyata, itu berarti kejadian ini masih berlangsung, tetapi sesuatu mengganggunya. Memang… di video itu, para pemain jepang memiliki equipment dan kemampuan yang melebihi pemain Amerika, mereka sedang menghajar para pemain Amerika. Akan tetapi ia merasa pihak yang sedang diserang bukanlah Amerika, melainkan pihak Jepang. Menyerang sebuah server adalah lelucon biasa, tetapi… orang – orang ini seolah sedang mempertaruhkan nyawa … Tiba – tiba, bunyi ding-dong terdengar, membuat Wol-saeng menolehkan kepalanya. Itu adalah teman satu guild «Silla» yang sedang mengiriminya permintaan pesan suara. Ia menekan tombol “Accept” kemudian sebuah window muncul dan berteriak pada karakter milik Wol-saeng. “Hei, Moonphase, kau sudah lihat kan?!” “Uh… ya, aku baru saja …” “Lalu apa yang kau tunggu? Cepat download client-nya!” “C… Client?” Ia kembali melihat ke window networking dan menggeser kesamping. Tertulis disana — Guna menolong para pemain dari serangan pihak Jepang, kami sedang merekrut relawan dari seluruh pemain VRMMO Korea. Jika kamu berminat, silahkan download software ini dan menginstalnya ke AmuSpheres milikmu. “…Ini?… Hwan-ung, kau pikir ini nyata?” “Tentu saja, bukankah sudah jelas di video itu?! Selagi kita bicara teman – teman kita sedang di serang!!” “Memang… Tetapi, video itu…” Wol-saeng ingin mengutarakan pendapatnya, tetapi ia didahului. “Kalau begitu, instal saja dan cepatlah! Myung-hoon dan Helix sudah dive, jadi aku akan menunggumu disana!” Panggilan itu berakhir, dan kesunyian muncul diruangan ini. Meskipun Wol-saeng masih memiliki banyak keraguan, hampir seluruh anggota guildnya telah ikut serta, ia tak tahu apa jadinya jika ia tak ikiut serta. Ia mungkin akan menemukan petunjuk tentang apa yang terjadi disana — terlebih lagi, gangguan semacam ini pastilah sebuah event menarik bagi pembukaan suatu game baru. Jika ia tak ikut serta, ia mungkin tak akan mendapat keuntungan. Membuat keputusan, Wol-saeng menekan tombol “Download” dan menginstalnya ke AmuSphere, lalu muncul icon baru untuk dijalankan. Setelah menekan icon crimson, sebuah kata berwarna hitam pekat yang bertuliskan “BANTU KAMI” muncul, Wol-saeng merasa kesadarannya telah dihisap ke suatu dimensi yang berbeda. <center>***</center> Bahkan setelah mentransfer koneksi yang jumlahnya sangat banyak dari Cina dan Korea ke dalam Underworld, Critter masih merasa ragu. Meskipun ia telah mengikuti perintah Vassago Casals untuk memberikan client koneksi ke dua negara yang ada di dekat Jepang, ia merasa ada hal yang mencurigakan disini. — ‘Bukankah Jepang dan Korea hampir mirip? Banyak orang Amerika tidak tahu jika Jepang dan Korea adalah negara yang berbeda, dan ada juga yang menganggap jika Korea dan Jepang adalah bagian dari negara Cina. Meskipun Critter tidak terlalu memusingkannya, ia menganggap jika ketiga negara ini adalah negara yang rukun. Bukankah ketiga negara ini cukup rukun, seperti EU? Itulah mengapa Critter tak bisa menemukan hal mencurigakan pada rencana Vassago. Karena ia tak memiliki waktu untuk membuat situs palsu, maka ia menggunakan sosial media untuk menyebarkan berita ini. Berita pertama : “Orang – orang Jepang sedang menyerang server VRMMO yang sedang dikembangkan Amerika, Cina, dan Korea!” Berita kedua memberikan penjelasan: “Pemain Jepang ingin memonopoli The Seed Nexus jadi mereka menyerang server dan mulai menciptakan karakter – karakter kuat. Mereka menyerang pemain test Amerika, Cina, dan Korea. Karena server tersebut masih belum dilengkapi dengan pain absorption dan kode anti kriminal, teman – teman kami masih dibantai dengan rasa sakit yang nyata.” Critter lalu melampirkan sebuah video yang ia ambil dari dalam Underworld. Video tersebut adalah rekaman Pasukan Kerajaan Manusia yang sedang menyerang pemain Amerika, tetapi penduduk Underworld berbicara dengan bahasa Jepang. Tempaknya video tersebut memiliki dampak yang cukup besar, jumlah berita yang disebarkan meningkat drastis, dan jumlah client yang didownload pemain Korea dan Cina telah melebihi client yang didownload Amerika. Bersandar kembali, Critter berfikir sejenak. — Mengapa rasanya pemain Jepang tidak akur dengan pemain Cina dan Korea ya? <center>***</center> — Oh, malah semakin memburuk. Mereka saling serang satu sama lain. Vassago Casals yang telah kembali ke Underworld menggunakan karakter «Laughing Coffin» miliknya, «PoH» mulai menyeringai lagi. Ia mengangkat tangan kanannya tinggi – tinggi, dan berteriak pada pemain crimson yang ada dibelakangnya menggunakan bahasa Korea. “— Pergilah, lindungi teman – teman kita!! Tebas dan tusuk mereka semua seperti yang mereka lakukan pada teman kita!!” Seketika pasukan yang berjumlah 50.000 ini mendengar kata – kata tersebut, mereka langsung maju kedepan. Bagi mereka, pasukan Amerika yang sedang dibunuh oleh pemain Jepang kini sudah mereka anggap sebagai teman. Mencoba tidak tertawa, Vassago mengayunkan tangannya kedepan. Seperti suara deru badai, pasukan crimson yang baru saja muncul mulai melakukan penyerangan pada pemain Jepang. — Ayo, saling bunuhlah. Menarilah sampai kalian mati. <center>***</center> “… Dia datang.” Sinon berguman pada dirinya sendiri. Ia melihat garis – garis kode hitam berjatuhan dari langit merah, seperti gumpalan benang. Sekarang ini, ia ingin menggunakan skill «Annihilate Ray» dengan kapasitas maksimumnya ketika musuh muncul di depan mata. Karenanya musuh tak mungkin menghindar atau bertahan. Tetapi sekarang ini ia perlu mengulur waktu. Jika musuh mampu membuat akun – akun berlevel atas, maka membunuhnya akan jadi sia - sia. Pertama, ia harus mampu menarik perhatian musuh, lalu mengamati reaksinya. Jika musuhnya seolah mempertahankan diri dengan sangat serius, ia bisa memastikan jika musuh menggunakan akun pribadi miliknya. Lalu, ia akan melakukan serangan penuh, sehingga membuatnya tak bisa log in memakai akun yang sama. Tetapi, dalam sebuah event dimana akun bisa dibuat secara banyak, ia tak bisa membunuhnya. Ia harus berusaha mengulur waktu bagi Alice agar bisa sampai ke «Altar Ujung Dunia». Jadi Sinon tidak menarik lagi busurnya dan kini hanya menunnggu musuh untuk muncul. Tempat kode – kode hitam muncul adalah tempat jasad Komandan Knight Bercouli berada beberapa menit lalu. Sekarang jasadnya telah dipindahkan ke atas punggung naga oleh Integrity Knight Alice; ia ingin memberikan pemakaman yang layak baginya di Kerajaan Manusia. Shino bertanya padanya: “Dia seseorang yang kau sayang?” Alice tersenyum lembut dan membalas: “Kau juga saingan orang yang kusayang.” — Syukurlah. Pada saat ini, Sinon tak boleh ter-log out dengan mudah. Ia harus menjaga dunia ini, hingga Kirito terbangun. Sinon menetapkan tekadnya dan memandang tanah di bawah sana . Garis hitam tadi kini menyentuh tanah dan membentuk suatu cairan. Warnanya sungguh hitam, seperti lubang neraka. Ketika garis terakhir berkumpul menjadi satu — Bloop. Sebuah wajah mulai terbentuk. Lalu tangan kanan mulai muncul. Ketika Sinon melihat lima buah jari yang terbentuk, ia merasakan hawa dingin di punggungnya. Ia mencoba mengalihkan perasaan ini, dan menunggu musuh untuk memadat. Setelah tangan kanan, tangan kiri mulai terbentuk. Kepala si musuh kini hampir terbentuk. — Apa yang membuat Sinon terkejut adalah fakta jika karakter musuh tidak diedit melalui edit feature; itulah anggapan Sinon, ia tak terlalu tampan. Rambut emas pendeknya tergerai, hidung dan bibirnya tipis, dan dia seperti orang Caucasian, menurutnya. Apakah karakter ini adalah tubuh asli orang yang menggunakan Super Account Dewa Kegelapan Vektor?… Sinon berpikir keras. Orang itu mengangkat tubuh bagian atasnya, menampakkan mata birunya, akhirnya ia menatap Sinon yang sedang terbang. Seketika, Sinon merasa ada yang aneh. Ia merasa jika pernah melihatnya entah dimana. Mata itu adalah mata yang merefleksikan apapun, namun tampak seolah menelan segalanya di saat yang sama; sepasang mata yang tak memiliki emosi. Mata tersebut melebar ketika melihat Sinon. Lalu sebuah senyum muncul di wajah musuh. Ya. Aku pernah melihatnya. Aku pernah melihat mata … dan wajah itu. Terjadi belum lama ini, dimana — Ketika Sinon menatapnya, splat, seketika ia meloncat. Posisi menyerangnya cukup aneh. Ia juga telah mengkonvert equipment miliknya; ia tak mengenakan armor metal. Seragam bagian atas dan bawah disambungkan dengan sebuah sabuk, dan kakinya memakai sepatu boot, hampir mirip seperti seorang prajurit di dunia nyata. Senjata miliknya adalah sebuah pedang panjang di pinggang kiri dan sebuah busur di tangan pinggang kanan. Ketika tubuhnya hampir utuh memadat, gumpalan cairan hitam tidak menghilang. Namun tetap memadat sendiri seperti seekor binatang. Bukan, memang sebuah binatang, cairan itu berubah menjadi sebuah sayap tipis. Bukan seperti sayap burung, maupun sayap naga, lebih seperti sayap kelelawar. Dibagian ujung sayap tersebut terdapat empat mata dan sebuah ekor panjang. Ketika si pria mendekati binatang tersebut, makhluk bersayap ini membentangkan sayapnya dan menuju ke ketinggian dimana Sinon berada. Makhluk itu hanya berjarak 30 meter dari Sinon, dan si pria masih tersenyum padanya. Entah mengapa, musuh mengangkat tangannya yang tak bersenjata dan merentangkannya ke bagian depan. Sinon menjadi waspada, berpikir jika ia akan memulai incantation. Tetapi tak ada yang terjadi. Si pria lalu melingkarkan tangannya seolah hendak mencekik leher Sinon. Seketika itu juga, Sinon akhirnya mengingat. Suara serak keluar dari mulutnya. “…… Subtilizer……” Itu dia. Seorang pemain Amerika yang berhasil membunuhnya ketika final PvP Turnamen di Gun Gale Online — «Fourth Bullet of Bullets», yang diselenggarakan dua minggu sebelumnya. Tetapi mengapa ia ada disini? Lupa akan busur yang ia genggam, Sinon masih terkejut, matanya semakin melebar. <center>***</center> Dibagian tengah Ocean Turtle yang berbentuk seperti piramid, disokong oleh poros tebal yang terbuat dari bahan titanium. Di bagian bawah poros berbentuk lingkaran setinggi seratus meter ini terdapat sebuah mesin yang dilindungi oleh berbagai lapis dinding pelindung — Reaktor Bertekanan Air. Diatas reaktor ini terdapat Ruang Kontrol Utama, dan Ruang STL 01. Underworld, lebih tepatnya fokus penelitian Project Alicization — Light Cube Cluster ada di bagian atas ruang kontrol utama. Area tersebut berada di bagian poros bawah. Diatas Light Cube Cluster adalah lantai yang memisahkan poros atas dan poros bawah. Area diatas dinding yang ada di poros atas ada: berbagai macam peralatan pendingin, dan Ruang Sub Kontrol dimana pekerja RATH sedang bersembunyi saat ini, juga ada ruang STL 02 yang sedang digunakan Kirigaya Kazuto dan Yuuki Asuna. Pada 7 Juli, pukul 9:00 am. Sebuah robot humanoid mulai bergerak atas kemauannya sendiri di ruang peralatan pendingin, menuruni tangga di bagian samping kapal. Dia adalah mesin prototipe yang dikembangkan RATH, «Ichiemom». Meskipun bergerak sendiri, sebenarnya ada tiga orang pasukan JSDF<ref>Japan Self Defense Force, semacam pasukan pertahanan</ref> yang mengikutinya. — Syukurlah, aku bukanlah seorang claustrophobic<ref>Phobia tempat sempit</ref>, acrophobic<ref>Phobia tempat tinggi</ref>, atau nyctophobic<ref>Phobia tempat gelap</ref>. Higa Takeru menguatkan dirinya sendiri, tetapi pada saat yang sama. Ia merasa jika memiliki phobia bukanlah hal yang memalukan. Karena, lorong yang hanya diterangi lampu emergency hanya memiliki panjang 40 meter. Jika tangannya berkeringat maupun salah menempatkan kaki, ia kan langsung terjatuh ke bawah dan menjemput ajal. Jika ia mengetahui hal ini sebelumnya. Ia akan meminta Yanai berjalan dahulu. Jika ia berjalan didepan, Higa tak akan terus menerus menatap kebawah. — Omong – omong, ia berkata akan melindungiku. Tetapi malah menyuruhku “Berjalan didepan”. Apa - apaan? Higa memandang beberapa meter di keatas, Yanai masih menuruni tangga. Akan tetapi, setelah melihat jika wajahnya semakin pucat ketika ia menuruni tangga per tangga. Higa tak jadi mengeluh. Keberanian Yanai untuk ikut serta dalam misi ini sudah cukup untuk diberi pujian, dan senjata pistol yang ada di pinggangnya cukup memberi rasa aman. Ketika Higa kembali menuruni tangga, earphone yang ada di telinga kirinya memancarkan suara. “Bagaimana, Higa-kun? Baik – baik saja kan?” Suara ini milik Koujiro Rinko, ia masih mengintip di lubang masuk di atas sana. Higa menjawab apa adanya. “Ah… yah, seperti ini. Sekitar lima menit lagi kita akan bisa sampai ke dinding pemisah.” “Oke. Ketika kalian siap, aku akan memberikan perintah penyerangan pada tim Ichiemom. Kalian harus membuka sekatnya ketika musuh sudah menyerang Ichiemom.” “Roger. Wow, ini seperti Mission Impossible ya.” “Ohhhh, maka buatlah misi ini menjadi Possible. Aku hanya khawatir mengenai kondisi kesehatan Kirito-kun yang ada di Underworld … Maaf, Yanai-san, tolong awasi anak ini ya.” Kalimat terakhirnya ditujukan kepada Yanai. Setelah Higa mendengar Yanai berkata “Roger”, ia hanya bisa memprotes. — “Anak ini”, huh? Ia menggelengkan kepalanya dan menggenggam tangga yang kini semakin berkeringat. Melihat kebawah, ia bisa melihat sekat dinding pemisah semakin kelihatan. <center>***</center> Critter masih menatap layar besar yang kini menampilkan pergerakan pemain Cina dan Korea yang telah dive, namun tiba – tiba bunyi alarm membuatnya terkejut. “Ap…?!” Ia menyisir console dengan panik, lalu menemukan alarm merah bersinar di sisi kanan monitor. “Whoa… Dinding penahan telah terbuka. Kalian pergilah dan cek lorong itu!!” Sebelum ia selesai berteriak, anggota tim penyerang yang paling tinggi, Hans, langsung menggenggam senjata dan berlari keluar. “Sialan, kartuku sedang hoki padahal!” Brigg berguman dan melempar kartu ke lantai, lalu ia juga mengejar Hans. Apakah Rath yang tak diuntungkan dalam hal peralatan dan senjata mulai melakukan serangan bunuh diri? Ataukah mereka merencanakan sesuatu …? Critter meninggalkan console dan bergerak menuju pintu masuk ruang kontrol. Daya elevator telah dimatikan, jadi ia harus menggunakan tangga jika sesuatu terjadi. Hans dan Brigg juga menyimpulkan hal yang sama; bunyi keras logam terdengar dari atas sana. Tetapi bunyi langkah kaki kini terhenti, dan berganti teriakan. “Woah!!“ “Are you kidding?!“ Lalu terdengar bunyi rentetan tembakan. <center>***</center> Higa bisa mendengar dengan jelas suara ratatatat dari luar lorong ini, suara tembakan senjata api. Pada saat ini, di sisi lain dinding. Membran kulit titanium Ichiemon pasti telah berlubang karena peluru tersebut. Akan tetapi, baterai dan kontrol sistem yang mengaturnya ada di bagian belakang. Jadi meskipun kena banyak tembakan, ia masih bisa bergerak. “Baiklah! Sekarang buka sekat dinding ini!” Melalui suara Professor Koujiro yang ada di telinganya, Higa melompat lubang palka anti tekanan diantara sekat pemisah dinding. Dengan suara psshh, alat pengatur tekanan air mulai bergoyang, dan pelindung logam mulai terangkat. Di sisi lain dinding, yang berada di bawah sekat ini, juga diterangi lampu orange emergency. Di sisi pertempuran sana juga berwarna sama. Higa menelan ludah, mengatur kembali tas punggung yang berisi laptop mini, lalu mendorongnya ke akses panel yang semakin menyempit. Kemudian, ia menuruni anak tangga lain, dan semakin menurun. — saat – saat seperti ini, orang yang ada di suatu film pasti akan mulai menjerit – jerit. “Ayo ayo ayo!!“ Ia berguman, dan suara bingung Rinko membalas. “Um, apa yang kamu katakan?” “T-Tak ada. …Sekitar sepuluh meter dari colokan kabel maintenance … Ah, Aku melihatnya, ada disana!” Banyak kabel fiber optik tebal menggulung menuju sebuah kotak hitam. Jika ia mencolokkan laptopnya ke colokan maintenance, secara teori ia akan bisa mengontrol Units #3 dan #4 yang ada di Ruang STL 2, dan juga Units #5 dan #6 yang berada sangat jauh di cabang Roppongi sana. — Tunggulah, Kirigaya-kun. Aku akan membangunkanmu! Higa lupa akan rasa takutnya, dan menuruni tangga ini, sebuah suara terdengar di earphone miliknya. “Aku juga akan turun ke ruang Sub Kontrol untuk melihat Fluctlight milik Kirito-kun. Semoga berhasil, Higa-kun!!” Dipuji oleh Professor Koujiro — yang ia biasa panggil Koujiro-senpai, seolah membuatnya terkenang masa – masa kuliah dulu, itu membuat Higa tambah semangat. Ia kini melihat Yanai, yang juga sedang menuruni tangga. Wajahnya tampak depresi. Higa menghembuskan nafasnya, lalu melihat kotak hitam yang semakin mendekat. <center>***</center> Setelah muncul kembali ke medan pertempuran yang kini porak – poranda akibat pertarungan sebelumnya, si pria berseragam tempur melihat ke selatan dan berguman dengan suara datar: “… Alice kabur ya? Tak masalah, aku bisa mengejarnya …” Lalu ia menatap Sinon lagi, dan tersenyum. “… Jika aku ingat – ingat, kita pernah bertempur di turnamen Gun Gale Online tournament kan. Namamu… «Sinon»? siapa sangka kita bisa bertemu lagi di tempat seperti ini?” Mendengarkan suara datarnya yang tak menyerupai manusia, si pria adalah Dewa Kegelapan Vektor dan Subtilizer pada saat yang sama, Sinon mencoba menghentikan tangannya yang gemetaran. Tetapi jarinya mati rasa, telapak tangannya berkeringat, dan ia merasa jika ia membuat gerakan tiba – tiba, Bow of Solus mungkin akan ia jatuhkan ke tanah. Berdiri ke piringan hitam berbentuk monster bersayap, Subtilizer tersenyum lagi dan kembali berbicara dalam bahasa jepang yang cukup lancar. “Apa yang sebenarnya terjadi? Aku dengar tak ada lagi mesin STL di Jepang … Mungkinkah kamu pegawai RATH? Ataukah, kamu seorang prajurit bayaran yang memang ingin datang ke tempat ini?” Cukup kesulitan, Sinon memaksa bibir keringnya untuk bergerak dan berbicara: “Subtilizer… Aku ingin bertanya, mengapa kamu ada disini?” “Karena aku tak bisa menolaknya.” Subtilizer merentangkan tangannya, seolah tak bisa menjangkau sesuatu: “Ini adalah takdir. Kekuatan jiwa yang bisa membuatmu dan aku bertemu.” Nada bicaranya perlahan berubah. Suaranya semakin dingin. “Ya… Aku menginginkanmu. Itulah mengapa kita bisa bertemu. Ini akan menjelaskan banyak hal. Siapapun targetnya yang aku hisap melalui STL, baik itu Artificial Fluctlights maupun Jiwa Manusia dari Dunia Nyata … Aku akan bisa memahami jiwamu yang manis itu, aku tak mampu merasakannya di turnamen GGO.” Ketika Sinon mendengar perkataannya, kata – kata yang orang ini ucapkan ketika final BoB ke-empat terngiang di kepala Sinon. — Your soul will be so sweet. — Your soul will be so sweet. Tubuh Sinon semakin dingin, nafasnya tak terkendali. “Kemari… kemarilah, Sinon. Berikan padaku.” Cahaya dingin memancar dari kedua mata Subtilizer. Zzt. Dunia menghilang. Udara, suara, bahkan cahaya seolah dihisap kedalam mata Subtilizer. “Apaa………” Apa ini? Ia seolah ditarik sesuatu. — Tidak. Aku harus menahannya. Aku harus melawannya. Jiwa Sinon berteriak, seolah sangat lemah. Akhirnya, armor biru Sinon terhisap ke lengan Subtilizer yang terbuka. Jari – jari lemah Sinon berusaha menarik tali busur yang mengambang di udara. Beberapa detik kemudian, kesadarannya semakin terselimuti, Sinon merasa tubuhnya semakin lemas ditelan kegelapan Subtilizer. Tangan kirinya memeluk punggung Sinon, sedangkan tangan kanannya menyentuh wajah dan membelai rambut yang ada disamping wajah Sinon. Bibir tipis Subtilizer mendekat ke telinga Sinon, lalu membisikkan sesuatu. “Sinon, apa kau tahu arti dibalik nama «Subtilizer»?” “…………?” Tak bertenaga. Sinon menggelengkan kepalanya. “Nama tersebut mirip dengan nama, «Satori», dalam amerika itu berarti seseorang yang sangat disayang. Tetapi, kata ini jika diartikan dalam bahasa Inggris berarti «Subtilizer». Kata yang bermakna «seseorang yang membersihkan», «seseorang yang memahat», «seseorang yang memilih»… Dan «seseorang yang mencuri».” Cahaya semakin terang dari kedua mata Subtilizer, cahaya tersebut kini mendekati wajah Sinon. “Aku akan mencurimu. Aku akan mencuri jiwamu…” <center>***</center> Tempat dimana Jo Wol-saeng mendarat adalah sebuah batu yang telah retak dan ditutupi lumut. Ini bukan batu alami, ini buatan manusia. Ia muncul di atas sebuah kuil raksasa. Sekelilingnya adalah pemain Korea yang baru saja log ini, dan jumlah mereka sekitar ribuan... mungkin sepuluh ribu. Karena tidak ada pilihan karakter, equipment semuanya berbeda – beda, begitu juga senjatanya, tetapi equipment dan senjata tersebut berwarna merah crimson. Wol-saeng melihat kedua tangannya sendiri yang kini juga diselimuti sarung tangan merah crimson, ia lalu menoleh ke belakang. Meskipun ia tak bisa mengetahui pemandangan sekeliling karena tertutupi keramaian, ia masih bisa melihat pertempuran yang sedang terjadi di padang rumput di depan sana. Tetapi pemain Korea yang ada di sekelilingnya tidak bergerak sedikitpun, mungkin karena hasil pertarungan ini sudah bisa dipastikan. Grup yang mengenakan armor warna – warni sepertinya adalah pemain Jepang, mereka tampaknya telah menghabisi pasukan berwarna crimson seperti yang ia kenakan. Mereka telah mengatur pasukan, mereka juga seolah tidak bersenang – senang akan hasil yang mereka capai. Ia tahu. Ada yang aneh. Tetapi ia tak bisa menyimpulkan. Sepertinya, ini bukanlah sebuah event promosi sebuah game seperti yang ia bayangkan sebelumnya. Area ini, hanya ada langit merah dan tanah gersang, terlihat terlalu sederhana, dan tak adanya panduan dan peringatan sebelum ia dive mengindikasikan tidak adanya sebuah event official. Meskipun begitu, ia masih tak percaya pada berita yang ia baca. Terlebih lagi, apa maksud menyerang pemain test server dan membunuh mereka? Meskipun pemain jepang bisa menguasainya, bukan berarti mereka akan menghentikan pengembangan sebuah game. Hampir separuh pemain Korea yang ada disekitarnya juga berpikiran sama tentang situasi ini. Suara - suara “Apa yang kita lakukan?” “Apa mereka beneran pemain Jepang?” saling bersautan. — Tetapi, kemudian. “Kawan - kawan!” Sebuah teriakan berbahasa Korean terdengar dari depan sana. Wol-saeng meninggikan kepalanya, karena ia tertutupi banyak pemain lain, ia tak bisa melihat siapa yang berbicara. Akan tetapi, ia berhasil menangkap sebuah logo merah, [Leader] mengambang di atas seseorang di depan sana. Suara tersebut berasal dari bawah logo itu. “Terima kasih telah menjawab panggilan kami! — Sayangnya, semua pemain beta test telah dibunuh oleh pemain jepang, tidak, penjajah jepang! Tetapi mereka akan bersiap – siap bergerak menuju lokasi test lain dan bermaksud melakukan hal yang sama!” Selanjutnya — Wol-saeng merasakan amarah yang muncul dari beberapa ribu pemain. Apa yang membuat mereka marah kemungkinan adalah kata “penjajah” <ref>Invaders: 침략 (chimlyag), merupakan kejadian di tahun 1910 dimana Kekaisaran Jepang mencaplok Semenanjung Korea yang masih dikuasai Kerajaan Joseon </ref>. Rasa bingung dan curiga yang menyelimuti pemain Korea kini menguap, tergantikan oleh rasa marah di seluruh area. “… BIGEOBHAN ILLBONIN!“ Seseorang berteriak, kemudian satu demi satu teriakan mulai bergema. Setelah cukup mereda, si «Leader» kembali memprovokasi: “Para pemain Jepang meng-hack server kita, dan menciptakan equipment berlevel tinggi bagi mereka sendiri! Dan kita, hak milik kita telah dirampas, kita hanya bisa menggunakan default equipment, wahai kawan! Tetapi, semangat juang kalian tak akan kalah dengan armor dan pedang manapun!” Pada saat ini, teriakan yang semakin keras makin terdengar. “ULI NALALEUL JIKYEOLA!“ Lalu, dari samping paling kanan, sebuah teriakan yang bukan bahasa Korea juga terdengar. “GANCHUU RANMEN!” Wol-saeng tak memahami maksud kata – kata itu, tetapi ia paham jika itu bahasa Cina. Tempaknya jumlah pemain Cina juga hampir sama dengan pemain Korea. Bahkan saat suasana makin memanas, Wol-saeng masih merasa ada yang aneh. Tetapi pada saat ini, ia sadar tak ada yang mampu menghentikan amarah para pemain Korea dan Cina. Kemudian, si «Leader» mengangkat tangan kanan yang terselimuti sarung tangan hitam ke urara. “——— Go!!“ Menerima perintah tersebut, baik pemain Korea dan Cina kini melaju kedepan seperti binatang yang sangat marah, getarannya sangat terasa di tanah yang ia pijak. <center>***</center> “Pa… Pasukan! Pasukan Persediaan! Lariiii—!” Asuna berteriak sebelum pasukan crimson yang baru saja muncul mulai bergera kdari atas sana. Pasukan Persediaan Kerajaan Manusia sebelumnya masih berkemah di dekat pintu masuk reruntuhan kuil ini. Kuil ini membentang di kedua sisinya. Dengan kata lain, puluhan ribu pasukan crimson langsung melaju ke arah pasukan persediaan. “Tinggalkan barang – barang kalian dan larilah, larilah kalian!!” Meskipun ia telah memerikan perintah itu, sudah terlalu terlambat. Pasukan baru ini telah memasuki medan peperangan, pemain Cina dan Korea langsung melompat dari atas patung dan menuju posisi tengah pasukan persediaan. Asuna menggertakkan giginya dan mengangkat rapier di tangan kanan tinggi – tinggi. Memusatkan imajinasinya ke ujung pedang, ia lalu mengayunkannya ke bawah. Terang, berbagai macam sinar muncul dan menghantam patung – patung yang ada di kedua sisi. Meskipun rasa sakit bermunculan di kepala Asuna, ia masih mengkonsentrasikan imaginasinya. Patung – patung batu ini mulai berjatuhan dan tangan patung yang terbuka mulai menjatuhi pasukan yang ada di atap. Pasukan crimson yang ada di bagian depan buru – buru mundur namun tak bisa karena didorong dari belakang. Mereka berjatuhan seperti sebuah domino. Mengambil kesempatan ini, delapan kereta kuda, dua ratus pasukan Aschetic, dan pasukan persediaan mulai bergerak. Asuna hanya bisa mengendalikan patung – patung ini selama 30 detik sebelum rasa sakit yang muncul menjadi menyakitkan, ia akhirnya terjatuh. Namun, Pasukan Kerajaan Manusia sudah berhasil kabur menuju bagian utara reruntuhan. Sekitar 500 Penjaga dan 2,000 Pemain Jepang mulai maju dan membentuk formasi bertahan di kedua sisi, bersiap untuk menyerang. Tetapi karena area sekitar reruntuhan tidak datar, mereka hanya bisa bertahan untuk menerima serangan puluhan ribu musuh. Mereka bisa bertahan dari pemain Amerika yang jumlahnya banyak karena adanya dinding yang membatasi garis depan, juga karena adanya Art penyembuh dari bagian belakang. Tetapi sekarang ini mereka telah dikepung oleh 50.000 pasukan Cina dan Korea. Hanya masalah waktu sebelum pasukan ini dihancurkan. “Urgh……” Menggenggam sedikit kekuatan yang masih tersisa, Asuna berusaha bangkit dan menggenggam rapier miliknya. — Kumohon, sekali lagi.... biarkan aku membuat dinding yang bisa melindungi semuanya. Ia berdoa sambil mengkonsentrasikan pikirannya. Tetapi. Yang terjadi malahan seluruh tubuhnya bagai di hantam listrik, Asuna terjatuh lagi. Sesuatu muncul dari dalam tenggorokannya dan ia muntahkan, itu adalah darah. “Jangan terlalu memaksakan diri, Asuna! Biarkan kami juga membantu!” Klein berteriak. “Ya, serahkan saja pada kami.” Agil juga membalas. Ketika keduanya berdiri dan mengangkat katana dan kapak mereka — Pasukan crimson yang telah pulih dari kejutan mulai turun sekali lagi. Karena mereka 20 meter dari atas tanah, banyak diantara mereka yang tidak berhasil mendarat dan terluka parah, bahkan ada yang tak bisa bergerak, lalu pasukan yang ada di belakang menggunakan teman mereka yang terluka sebagai sebuah trampolin untuk mendarat dengan aman. “DOLGYEO —— G!!“ “TU —— JI!!“ Asuna tak pernah mempelajari bahasa Cina atau Korea, tetapi instingnya berkata jika dua teriakan tersebut berarti ‘serang’. Pasukan crimson mulai menyerang dari kanan dan kiri, semakin mendekat dan orang yang menghadang mereka pertama adalah Klein dan Agil. “Zeiryaaaaaaaaahhhhh!!“ “U…. raaaaaaaaahhhhh!!“ Ditemani tekanan udara, Sword Skills berskala luas diluncurkan dari katana dan kapak dua orang ini. Cahaya putih dan kebiruan menghantam musuh dan puluhan musuh terlempar ke udara. Di kedua sisi Klein dan Agil, Penguasa ALO, teman – teman mereka, dan anggota Sleeping Knights mulai bertarung sekuat tenaga. Hantaman – hantaman senjata mulai berdentuman. Sebuah ledakan terjadi. Pedang, kapak, dan tombak saling bercahaya karena mengeluarkan Sword Skill, menebas musuh tanpa jeda. Pasukan musuh berhenti sejenak. Tetapi — Usaha tersebut seperti menahan gelombang bendungan dengan tangan kosong, hal yang sia – sia. Masih terbaring di tanah, Asuna seolah mendengar tawa mencemooh dari atas medan peperangan ini meskipun medan peperangan masih terselimuti teriakan kemarahan. Ia mengedipkan matanya yang masih berair dan menangkap sosok manusia berpakaian hitam ada di atas reruntuhan kuil, ia seolah menari kegirangan menonton pertarungan ini. <center>***</center> Higa masih mendengarkan rentetan tembakan yang berasal dari balik sisi dinding sambil masih menuruni tangga secepat yang ia bisa. Akhirnya, ia sampai didepan kotak hitam yang memantulkan cahaya lampu emergency, ia mencoba membuka menggunakan sidik jarinya. Didalamnya ada berbagai macam kabel fiber optik, ini membuat Higa takjub sementara. Namun, Higa menggeser berbagai macam kabel dan akhirnya menemukan colokan maintenance. Ketika ia menggapainya. Ia mengambil nafas dalam – dalam, lalu mengambil sebuah kabel dan laptop dari tas punggungnya. Ia mencolokkan ujung kabel ke colokan dan ujung satunya ke laptop miliknya, lalu ia menjalankan control program STL dengan antusias. Sebuah jendela hitam muncul, dan di bagian kiri paling atas mulai berkedip – kedip. Akhirnya, kursor kanan ia gerakkan dan menampilkan status pesan. STL #3, Connecting…… OK. STL #4, Connecting…… OK. Status yang pertama muncul adalah dua unit STL yang ada di ruang sub kontrol. Lalum koneksi satelite dari Ocean Turtle ke unit STL #5 dan #6 di cabang Roppongi juga telah masuk. “… Oke!” Higa berguman. Sekarang ia bisa mengoperasikan empat unit STL yang sedang digunakan Kirigaya Kazuto serta ketiga gadis. Sayangnya, untuk memblokir koneksi satelit hanya bisa dilakukan dari ruang main kontrol, jadi ia tak bisa menjalankan dua unit lainnya yang ada di Ruang 01. Jika itu mungkin, ia bisa menendang para penyerang yang sedang dive ke Underworld menggunakan mesin STL #1 dan #2. Menunda gejolak pikirannya, Higa menggerakkan jari – jarinya dan bersiap untuk menjalankan program ini. — Ayo kita mulai! Ketika ia akan mulai, teriakan terdengar dari atas kepalanya. “… B… Berhenti!” Itu suara milik Yanai. Apa maksud perkataannya tadi? Higa menoleh ke atas, kebingungan karena ia melihat sebuah pistol berwarna biru kehitaman sedang ditodongkan ke wajahnya. Yanai menatapnya dengan mata haus darah, ia berteriak lagi. “Singkirkan tanganmu dari laptop! Atau aku akan menembakmu!” “……… Huh?” Ia hanya berkedip beberapa kali. Higa akhirnya menyadari situasi sekarang ini dan mulai menebak mengapa Yanai melakukan hal tersebut. — Dialah orangnya! Yanai adalah orang yang membocorkan informasi Project Alicization kepada Amerika. Tetapi sayangnya, Higa tak bisa melakukan serangan balik. Apa yang bisa ia lakukan adalah bertanya padanya. “… Yanai-san. Mengapa?” Keringat dingin menetes dari dahi Yanai yang pucat. Bibirnya bergetar sesaat, lalu ia mengatakan sesuatu. “Pertama… Pertama, kau memihak tokoh yang salah. Aku bukanlah pengkhianat disini.” — Apa maksudmu, “pikir dong”? kau ini si pengkhianat! Melihat Higa yang terdiam, Yanai melanjutkan. “Aku hanya menjalankan rencana asliku. Aku akan menyelesaikan misi akhir atasanku … itulah mengapa aku menyusup kedalam RATH..” “Misi… misi terakhir atasanmu? Apa yang kau bicarakan?….” Higa kebingungan. Yanai menyibakkan rambut yang ada di dahinya menggunakan tangan kiri, lalu menjawab dengan tatapan orang gila. “Mungkin kalian mengenalnya sebagai… Sugou-san.” “Ap…” — Apaaaa?! Dampak rasa kaget tersebut lebih hebat ketimbang ditodong sebuah pistol, matanya melebar. Sugou Nobuyuki. Pria yang bekerja di Labolatorium Shigemura di Touto Technical University. Ia seangkatan dengan Higa, Koujiro Rinko, dan Kayaba Akihiko. Ia sangat ingin bersaing dengan Kayaba si super genius. Tetapi ia tak bisa melampauinya. Mungkin karena hal tersebut, ia menyandera ratusan pemain SAO untuk melakukan percobaan manusia. Karena aksi Kirigaya Kazuto, tindakan Sugou berhasil diungkap ke publik. Setelah ditahan, ia mendapat hukuman dari jaksa dan masih berada di Mahkamah Agung Tokyo. “… Ia masih belum tewas.” Higa merespon dan Yanai hanya tertawa mengejek. “Memang apa bedanya? Ia akan dipenjara setidaknya sepuluh tahun dan bagi seorang ilmuan, sepuluh tahun itu sama saja kematian. Aku juga hampir ketangkap, tetapi aku berhasil menyalahkan orang lain dan bebas dari hukuman. “Jadi kau … bekerja sama dengan Sugou ketika eksperimen manusia itu?” “Kerja sama? Akulah orang yang mengumpulakan data percobaan. Penelitian itu menyenangkan lho... seperti bagian tentakel dan semacamnya …” — Mengapa Letnan Kolonel Kikuoka tidak mengecek riwayat hidup kriminal semacam ini?! Higa kembali berpikir, tetapi ia tak bisa menyalahkan hal tersebut pada Kikuoka. Alasan utama mengapa perusahaan RATH diciptakan adalah untuk menciptakan teknologi pertahanan yang kini telah didominasi Amerika. Dengan kata lain, pendirian perusahaan ini mungkin akan membuat zaibatsu <ref>Konglomerat perusahaan bisnis dan industri </ref> kehilangan kepercayaan asing. Terlebih lagi, sangat sulit untuk mencari dan menyewa para teknisi. Hampir tak ada yang mau pindah dari perusahaan besar ke tempat kecil ini, mungkin itulah mengapa para petinggi RATH menerima Yanai yang pernah bekerja di perusahaan pengembang teknologi Fulldive, RECT. Yanai tempaknya masih memandang Higa, ia lalu cepat – cepat mengangkat pistolnya lagi. Pengaman pistol tersebut kini ia lepas. Awalnya, Kikouka memasukkan para teknisi ke pelatihan senjata guna jaga – jaga. Ironisnya, kini ia malah ditodong sesama teknisi. Untungnya, Yanai masih memiliki akal sehat, ia melanjutkan perkataannya. “… Untungnya, nyawa bosku telah tamat. Tetapi koneksinya masih terus berjalan. Jadi, jika aku tidak menggunakannya sebaik mungkin. Semuanya akan menjadi sia – sia. “Koneksi… Kemana?” Higa merespon. Yanai tampak ragu sesaat, lalu ia tersenyum dan menjawab. “Dinas Keamanan Nasional Amerika.” “Ap… Apa katamu?!” Higa kembali terkejut, tetapi dalam dirinya ia sudah menduga. Aktivitas mereka, termasuk mata – mata dan pengawasan komunikasi antara Jepang oleh Dinas Keamanan Nasional Amerika sudah menjadi rahasia umum. Mereka tak tertarik pada teknologi Fulldive yang dikembangkan Jepang. Sejak mereka memiliki intel pada Project Alicization dari Yanai, rekan Sugou. Pihak NSA lalu menyewa sebuah kapal selam Navy dan berusaha mencuri «A.L.I.C.E.». Yanai masih mengumbar capaiannya tanpa ada rasa bersalah. “… Jika para Amerika yang kami sewa bisa mencuri Alice. Aku akan menerima banyak uang dan posisi atas di Amerika. Itulah apa yang ingin dicapai oleh Sugou-san.” — suatu saat keamanan dunia akan berada dalam cengkeraman bayang – bayang senjata otomatis yang dikembangkan pihak Amerika. Higa benar – benar tak ingin hal itu terjadi. Ia ingin menggagalkan rencana tersebut. — Sadari apa yang sedang terjadi, Rinko-san! Tepat ketika Higa akan bergerak, Laptop yang ada di tangan kirinya tergelincir dan ia buru – buru menangkapnya. “D-Diam!!” Seketika, teriakan Yanai memasuki telinga Higa ketika ia menodongkan senjata ke dinding dan menariknya. Kilatan cahaya keemasan terlihat dan dorongan air membuat telinganya berdengung. Percikan api muncul dari dinding ini — Dorongan keras menabrak bahu kanan Higa. “Huh?” Higa terkejut. [[Image: Sword Art Online Vol 17 - 271.jpg|thumb]] <center>***</center> Sinon menatap mata tersebut seperti orang linglung, mata tersebut seolah tak memiliki dasar. Ini seperti ketika ia bangun dari mimpi di pagi hari. Ia harus melakukan sesuatu. Tetapi ini seperti melakukan sesuatu dalam mimpi, sedangkan di dunia nyata ia masih linglung. Seperti itu terus menerus. Jari sedingin es menyentuh lehernya. Rasa takut mengisi hatinya, tetapi rasa tersebut lalu menghilang ditelan kehampaan. — Jangan. Ini bukanlah ilusi dalam dunia virtual lagi. Fakta tersebut terlintas di kesadarannya seperti alarm. Ia berusaha untuk berkonsentrasi padanya, tetapi cairan hitam lengket itu telah naik sampai ke pinggangnya tanpa ia sadari. Ia tak bisa lari maupun menolaknya. Wajah pria ini semakin mendekat. Bibir tipisnya menghisap udara. Seolah ikut menghisap emosi, pikiran, dan jiwanya. — Hentikan. — Jangan curi itu semua. Namun itu semua terjadi sangat cepat, kini hanya menyisakan rasa hampa. “Henti…… kan………” Bibir si pria semakin mendekati mulut Sinon yang gemetaran — Crack!! Sebuah dorongan mengejutkan pikiran Sinon. Sinon membuka matanya lebar – lebar dan melihat percikan api keperakan dari atas pakaiannya. — Ini membakar!! Seketika, sensasi seperti listrik itu mengejutkan si pria. Sinon memaksakan kesadarannya yang mulai pulih untuk melepaskan pelukannya dan kini bebas. Sinon menggunakan kemampuan terbang Solus untuk membuat jarak. “……… Urgh…” Mengambil nafas, Sinon menggerakkan tangan kanannya menuju objek yang masih memercikan api. Benda ini masih terikat oleh sebuah rantai tipis. Berbentuk sebuah piringan berdiameter 1.5 cm dengan sebuah lubang. “Me… mengapa, ini…” — Disini? Sinon berguman kebingungan. Itu adalah sebuah kalung yang selalu dipakai Asada Shino di Dunia Nyata. Bukan sebuah kalung mahal. Rantai kalung ini terbuat dari stainless steel, dan token yang menggantung juga hanyalah sebuah aluminium. Akan tetapi, bagi Sinon. Kalung ini memiliki banyak makna. Diakhir tahun lalu, Sinon terlibat dalam «Insiden Death Gun». Salah satu teman Sinon adalah anggota grup kriminal tersebut, ia menyerang dirinya dengan jarum suntik berisi racun succinylcholine. Kirigaya Kazuto — Kirito menerjang dan melindunginya, tetapi dadanya malah tersuntik sebuah racun. Ia bisa terhindar dari racun tersebut karena ia lupa untuk menarik sebuah elektroda ECG yang ada di dadanya. Setelah insiden tersebut, Sinon menemukan elektroda tersebut terjatuh di kamarnya. Ia menarik selotip yang menempel dan membuatnya menjadi sebuah kalung tanpa memberitahu Kirito atau Asuna. Ia dive di cabang RATH Roppongi branch, dan pegawai bernama Hiraki bahkan tak bisa melihat kalung tersebut. Itulah mengapa kalung kecil ini tak bisa dimaterialisasikan kedalam Underworld. — Tetapi. Kirito pernah berkata di Dicey Cafe: dunia virtual yang diciptakan oleh STL bukan hanya terbuat dari objek poligon. Ia berkata seperti itu — dunia tersebut diciptakan melalui ingatan dan imajinasi. Mungkin begitulah, kalung ini bisa tercipta karena imajinasi milik Sinon. Sinon kini mencium kalung tersebut, dan menyimpannya kembali dibalik bajunya. Lalu, setelah tersadar penuh, ia menatap makhluk hitam bersayap yang masih terbang di langit. Subtilizer masih berdiri di atas punggung makhluk itu, masih memandangi tangan kanannya. Sinon bisa melihat ada asap yang muncul dari jarinya. Tampaknya sadar jika Sinon memandanginya, Subtilizer mendongak dan memunculkan senyum tak puas. Sinon masih memandangnya, lalu ia berbicara: “Kau bukanlah dewa, juga bukanlah iblis. Kau hanyalah seorang manusia.” Benar, Subtilizer memang sangat kuat. Ia seolah memiliki imajinasi yang sangat gila hingga bisa mempengaruhi kesadaran Sinon… dengan kata lain, Fluctlight miliknya. — Tetapi jika kita berbicara tentang imajinasi dan konsentrasi, aku tak mungkkin kalah darimu. Karena dua hal tersebut adalah kekuatan terbesar seorang Sniper. Sinon menggenggam equipment Super Account Solus, busur «Annihilate Ray» dengan kedua tangannya lalu memfokuskan konsentrasinya. Bagian tengah busur putih ini mulai membentuk sebuah moncong berwarna hitam kebiruan. Warna ini perlahan menyebar dan membungkus seluruh bagian busur hingga akhirnya membentuk silinder kehitaman yang terbuat dari baja. Gagang, scoop, pelatuk mulai bermunculan pada bentuk baru ini. Akhirnya, Sinon tidak lagi memegang sebuah busur cantik. Tetapi sebuah sniper rifle kaliber .50 yang kokoh, angkuh, namun menawan bernama — «Ultima Ratio Hecate II». Dengan suara nyaring, Sinon menarik pelatuk sambil menyeringai. Senyum menyeringai Subtilizer kini menghilang dan tergantikan oleh ekspresi kemarahan. [[Image: Sword Art Online Vol 17 - 279.jpg|thumb]] <center>***</center> Serangan balik yang terjadi tujuh menit lalu kini telah tiada. Berganti menjadi pola bertahan dari gelombang serangan musuh. “Lindungi sekuat tenaga…! Tak peduli bagaimana caranya, kita harus melindungi orang – orang Underworld ……!!” Asuna berteriak sekuat tenaga, sambil menghunuskan rapier miliknya di garis depan tanpa memedulikan rasa sakit yang muncul di otaknya. Tetapi ia tak bisa mendengar satupun jawaban. Disekelilingnya, satu persatu pemain Jepang kini telah dikepung oleh pasukan crimson yang baru saja log in. Mereka ditusuk oleh pedang dan tombak di sekujur tubuh. Teriakan kesakitan, penyesalan, dan kematian terus terdengar. Dibandingkan kepungan ini, serangan tombak beruntun pemain Amerika masih bisa dianggap enteng. Entah itu karena datangnya bala bantuan musuh atau karena kemarahan yang tak masuk akal mereka, pasukan baru ini hanya bertujuan untuk memusnahkan. Mereka menerjang target lalu menjatuhkannya ke tanah dan menginjak – injak pemain Jepang tanpa peduli. Menghadapi serangan macam ini, taktik kami tak akan mampu mengalahkan jumlah musuh. Dua ribu formasi melingkar pasukan jepang kini makin tertembus dihadapan mata Asuna. Menggunakan rapiernya, Asuna menghunus sembarangan dan berlari menjauhi musuh yang mengejarnya. Ini adalah pertama kalinya Asuna ketakutan sejak pertama kali turun ke Underworld. Seseorang, selamatkan kami. <center>***</center> Di dalam peperangan ini, salah satu pasukan yang masih bertempur dengan gagah berani adalah Swordsmen Hijau yang dipimpin oleh Sakuya, si Penguasa Sylph Alfheim Online. Ras Sylph mengandalkan serangan yang berfokus pada kecepatan. Strategi semacam ini pernah digunakan melawan ras Salamander yang menyerang menggunakan pasukan bersenjata berat. Pasukan ini bermanuver saling melindungi satu sama lain sehingga tak ada teman mereka yang diseret dan diinjak – injak oleh musuh. “— Bagus, kita buat celah pada pertahanan mereka! Rindou Team, Suzuran Team, dorong garis depan ke kanan!!” Sakuya berdiri di garis depan, menebaskan katana rampingnya ke segala arah sambil berteriak memberi perintah. Pada saat ini, mereka seharusnya bisa berkumpul dengan tim Salamander yang masih bertarung di sisi kanan mereka, dan meminta mereka agar saling membantu untuk menerobos formasi musuh dengan sekali serang. Selagi pasukan Underworld bisa lari dari reruntuhan ini dan mempersempit medan perang, mungkin kami bisa menurunkan semangat juang musuh seperti yang dilakukan pada pemain Amerika. “Maju! Siapkan «Synchro Sword Skill»!! Siap, 5, 4, 3…” Tepat sebelum Sakuya memberikan perintah. Teriakan kesakitan terdengar dari samping kiri medan peperangan yang sedang ia lindungi. “— Jangan menyerah teman – teman. Tinggal sedikit lagi!!” Sakuya tiba – tiba menahan nafas dan menoleh ke kiri. Pasukan Jepang yang berequip kekuningan tampaknya telah ditelan pasukan crimson. Berada di posisi paling depan, sang pemimpin dilempar menuju tanah. “Alicia!!” Sakuya berteriak. Seketika itu juga, ia berubah dari seorang pemimpin yang tenang menjadi seorang gadis mahasiswi universitas biasa. “Berhentiii —— !!“ Ia menjerit dan langsung menuju ke sisi kiri. Ia menebas dan menerbangkan musuh yang menghalangi jalannya dan tanpa peduli sekeliling, ia berlari menuju sahabatnya. Pedang panjang menusuk dada dan perut Penguasa Cait Sith, Alicia Rue, tetapi saat ia menyadari jika Sakuya menghampirinya. Ia berteriak sambil memuntahkan darah. “Jangan, mundurlah Sakuya-chan!! Atur pasukanmu!!” Dengan kata – kata tersebut, sosok Cait Sith bertubuh kecil kini mulai menghilang dihadapan mata Sakuya. “Alicia —— !!“ Sakuya berteriak dan kini menerobos menuju musuh yang telah membunuh pasukan Cait Sith. Ia terus menerus mengaktifkan Sword Skills, semakin kedepan semakin banyak darah dan tubuh yang ia tebas. Sedikit lagi ia akan sampai ke temannya yang telah gugur... Snikt. Sebuah tusukan, ia menoleh kebawah dan melihat sebuah tombak besar menusuk perut kanannya. Rasa sakit pertama yang ia terima di Underworld menjalar ke seluruh urat nadinya, seolah mengambil semua tenaganya. Meskipun begitu, ia masih bisa mengambil empat langkah ke depan sebelum akhirnya ia roboh ke tanah. Selanjutnya, Sakuya seolah ditelan oleh gelombang kebencian. Katana miliknya dirampas dari tangan kanannya, lengan kirinya dipotong menjadi dua, dan tubuhnya ditusuki oleh berbagai macam senjata logam. <center>***</center> Diantara dua ribu pemain — meskipun jumlahnya semakin berkurang — Jepang yang dive ke Underworld, seseorang yang menyadari situasi saat ini adalah pemimpin ketiga guild «Sleeping Knights», An Si-Eun/Siune. Ayahnya adalah warga Korea yang tinggal di Jepang dan ibunya asli orang Jepang, jadi Siune mampu memahami dua bahasa tersebut. Terlebih lagi, dia mendengar teriakan kemarahan yang muncul dari pemain crimson yang baru dive. Jadi ia bisa menebak informasi apa yang bisa memancing kemarahan orang – orang ini. Berbagai macam konflik telah terjadi antara negara Jepang dan Korea sebelum Siune lahir di awal abad 21. Ada berbagai alasan dibalik konflik tersebut, tetapi tampaknya dampak pengembangan internet semakin memperlebar jarak antara kedua negara tersebut. Dengan semakin tipisnya hal benar dan salah, hubungan kedua negara tersebut sampai memasuki dunia game online yang Siune dan kawan – kawan sukai. Bahkan di tahun 2026, dimana server international VRMMO sudah menjadi hal yang mainstream. Sudah menjadi hal yang biasa dimana sebuah area farming dikuasai pemain dari negara tertentu. Game – game seperti ALO menolak untuk berbagi koneksi antar negara. Hal inilah yang menimbulkan hubungan antara Jepang dan Korea semakin menjauh. Siune yang tumbuh diantara budaya Jepang dan Korea merasa bimbang terhadap situasi ini. Anggota Sleepiing Knight yang berada di kamar rawat VR sangat ramah dan menerima dirinya setelah mengetahui masa lalunya. Jadi ia berpikir.... untuk semuanya, ia telah menghapus jurang pemisah tersebut. Tetapi sekarang ini. Pria yang berada di atap reruntuhan kuil ini telah menghancurkan kesenangan bermain VRMMO yang seharusnya dinikmati pemain dari berbagai negara. Ia memanipulasi sebelah pihak, membuat mereka saling bunuh, dan saling tebar kebencian. — Aku harus... aku harus melakukan sesuatu. Aku mungkin hanyalah satu – satunya pemain Jepang yang mampu berbahasa Korea. — Jika aku tidak melakukan sesuatu, mereka tak akan memahaminya. Benar kan, Yuuki? Menyebut pemimpin guild sebelumnya yang telah meninggal tiga bulan lalu dihatinya, ia memberikan instruksi kepada empat sahabat yang ada disampingnya. “Teman – teman, sekali lagi. Mari kita buka pertahanan musuh!!” Jun, pemegang dua pedang yang masih bertarung didepan angkat bicara: “Mengerti! Tecchi, Talken, Nori, kerahkan seluruh kemampuan kalian sekaligus! 3, 2, 1!” Serangan kuat Sword Skill serentak tersebut membuat ledakan hebat dan menerbangkan puluhan musuh. Dalam keheningan sesaat ini. Siune berlari menuju seorang pemain Korea yang tampaknya adalah si pemimpin, ia menangkap tebasan musuh yang diayunkan kearahnya. Telapak tangannya tergores dan darah mulai mengalir. Tetapi rasa sakit virtual semacam ini bukanlah hal yang berat dibandingkan transplantasi dan kemoterapi penyakit Leukimia yang Siune alami. Ia hanya menyeringai dan mulai memandang mata musuh, ia lalu berteriak dalam bahasa Korea. “— Dengarkan aku, kalian semua telah ditipu!! Server ini dimiliki oleh perusahaan Jepang, kami bukanlah hacker, kami adalah pemiliknya!!” Suaranya terdengar nyaring, mengisi keheningan untuk sesaat. Pemain Korea yang pedangnya digenggam oleh Siune mundur sedikit, seolah ia terintimidasi oleh teriakan tersebut, tetapi ia dengan sinis membalas: “— Bohong! Aku melihatnya sendiri, kalian membantai pemain berarmor crimson seperti kami!!” “Mereka juga dibohongi seperti kalian, pemain Amerika tertipu dan diundang untuk dive kemari oleh informasi palsu! Pihak yang menyerang server ini adalah kalian!! Pikirkan baik – baik… apakah kemarahan dan kebencian kalian semua datang dari lubuk hati kalian?!” Kata – kata Siune menyebabkan pemain Korea terdiam, menjadi ragu – ragu. Lalu, sebuah suara nyaring namun kebingungan terdengar dari arah samping. “Apa kamu mengatakan yang sesungguhnya?!” Seseorang yang berteriak dalam bahasa Korea tadi kini berlari kedepan, dia adalah seorang pemain yang mengenakan armor crimson seperti yang lain. Siune secara tak sadar membentuk posisi bertahan, tetapi ketika dia sampai di depan Siune, dia menurunkan senjatanya dan membuka pelindung kepala miliknya. “Aku «Moonphase», siapa namamu?” Siune seolah merasa de javu ketika ditanya namanya. Mata pemuda yang menyebut dirinya Moonphase memiliki cahaya redup. Siune melepaskan tangan yang menahan pedang, mengelap darah ke dadanya lalu berbicara. “… Aku Siune.” “Siune-san, ya? Aku juga berpikiran hal yang sama jika ada hal yang aneh disini.” Perkataan Moonphase meredam kemarahan pemain korea yang ada di sekitar. Ia menyarungkan pedang miliknya, lalu melangkah ke depan. “— Apa kamu memiliki bukti jika apa yang kamu katakan itu benar?!” “…………” Siune hanya bisa menahan nafas. Dunia «Underworld» adalah sebuah dunia virtual yang dikembangkan oleh perusahaan yang dijalankan dan dikembangkan oleh pihak pemerintahan Jepang, dan para penyerangnya adalah pihak Amerika yang berusaha mencuri hasil penelitian ini, sebuah AI — Siune tak pernah meragukan kata – kata Lisbeth yang sebelumnya ia katakan di Kubah ALO. Tetapi ketika ia diminta untuk membuktikannya, ia kesulitan. Tak ada bukti nyata jika menyangkut dunia virtual. Hanya ada kesaksian dari beberapa orang, tetapi apapun yang dikatakan pemain jepang, pemain korea tak akan mempercayainya. Siune kini merasakan rasa marah yang terkumpul ketika melihat dirinya terdiam seperti ini. Apa yang harus ia lakukan … Dimana ia harus menjelaskan … “Siune, penduduk Underworld!” Nori tiba – tiba berteriak belakangnya. “Apakah dia pernah bertemu penduduk Underworld, dan setelah ia melihatnya jika penduduk berbahasa jepang, mereka akan paham jika ini adalah server jepang!” “Ah………!” Ya, itu mungkin benar. Meskipun Siune dan yang lainnya hanya beberapa kali berbicara dengan penduduk Underworld ketika beristirahat, setelah menyedari jika penduduk ini bukanlah manusia asli maupun NPC, Siune langsung terkejut melihat perkataan mereka. Tetapi — tidak, karena ada penghalang antara mereka dan pemain Korea, pemain Korea pasti merasakan hal yang sama. Selama mereka mencoba untuk mengajak berbicara, mereka akan sadar. Siune akan mentranslate apa yang baru saja Nori katakan kepada Moonphase. Seketika itu juga, sebuah cahaya merah datang dari belakangnya. “Ah… Awaas……” Siune mencoba untuk memperingatkannya, tetapi sudah terlambat. Sebuah pisau telah tertancap di punggung Moonphase dan melemparkannya sejauh sepuluh meter. “Guaagh……” Menggantikan Moonphase yang sedang kesakitan di tanah, kini berdiri seorang pria bertudung hitam yang sebelumnya ada di atas atap. Ia mengangkat tangan kanannnya yang masih menggenggam pisau — yang mirip seperti pisau daging khas Cina, kearah Moonphase dan berteriak dalam bahasa Korea. “Medan peperangan ini bukan tempat bagi penghianat!” Lalu ia mengarahkan pisau tersebut menuju pemain Korea yang ada di sekeliling. “Jangan tertipu trik murahan pemain jepang!” Suara miliknya kuat namun dingin. Ia lalu mengarahkan pisaunya kearah Siune yang masih mematung. “Jika ini adalah server Jepang, dan kalian adalah pemiliknya. Lalu mengapa kalian memiliki equipment yang sangat kuat? Mereka menggunakan equipment GM! Kalian menciptakannya dengan cara curang!!” Benar, benar, tepat! Suara – suara baru mulai bermunculan. Siune mencoba menghalau tuduhan tersebut. “… Tidak! Equipment kami berbeda karena kami mengkonvert akun berlevel atas milik kami untuk dive ke Underworld!’ Seketika Siune berkata seperti itu, si pria bertudung hitam mengeluarkan tawa. “Hah, idiot macam apa yang mau mengkonvert akun mereka kedalam test server?! Pembohong, kalian pembohong!!” “Itu benar, percayalah!! Kami datang kesini juga tak ingin kehilangan akun kami…” Whoosh. Suara tebasan angin terdengar. Sebuah pisau melayang menuju pundak kanannya, Siune tak mengkhawatirkan rasa sakit yang muncul. Melainkan rasa putus asa yang sangat dalam. Ia tak bisa membalas perkataan si pria yang telah melemparkan senjatanya. Sekelompok kecil pemain Cina mengacaukan gencatan senjata sesaat dan mulai menyerang dari sisi kanan. Si pemimpin Korea yang melihat ini semua kini menendang Siune hingga terjatuh. Terbaring disana, Siune mendengra suara langkah kaki keempat sahabatnya yang mulai mendekatinya, tetapi ia tak bisa berdiri lagi. <center>***</center> — Mengapa? Integrity Knight Renri Synthesis Twenty-Seven merasakan kebencian yang begitu dalam dari seluruh medan peperangan, ia hanya bisa mengulang pertanyaan tersebut di kepalanya. — Mengapa orang – orang ini saling membenci meskipun mereka sama – sama dari Dunia Nyata? Tidak, mungkin ia tak punya hak untuk berkata seperti itu. Bahkan orang – orang Underworld juga terbagi menjadi Kerajaan Manusia dan Tanah Kegelapan, dan telah berperang selama ratusan tahun. Tepat beberapa hari yang lalu, darah yang tercipta di Gerbang Besar Timur mungkin sama banyaknya dengan darah yang diciptakan pada peperangan hari ini. Bahkan Divine Instruments yang menggantung di pinggang Renri, «Twin Edged Wings» telah mengambil banyak nyawa Goblin. Tetapi, seharusnya ada alasan. Ia selalu percaya jika Dunia Nyata yang ada diluar Underworld adalah sebuah dunia tanpa konflik dan kebencian dimana perang tak pernah terjadi. Tetapi itu adalah imajinasi miliknya sendiri. Meskipun orang – orang Dunia Nyata, Asuna dan sahabatnya berbicara dengan bahasa yang sama dengan penduduk Underworld. Suara teriakan yang muncul dihadapannya kini tak bisa dipahami oleh Renri. Jika kita terhalang hanya karena bahasa, apakah mungkin kita bisa berdamai. Apakah mungkin jika peperangan adalah sifat alami manusia? Baik itu di dunia ini maupun Dunia Nyata, bahkan mungkin dunia diluar Dunia Nyata, apakah hanya ada lingkaran kebencian antara manusia? — Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?! Renri menggertakkan tinjunya, ia menahan seluruh kekuatannya. Integrity Knight Sheyta telah tinggal di belakang untuk melawan musuh bersama Guild Petarung Tangan Kosong dari Tahan Kegelapan. Ia pasti telah menerima persahabatan dengan orang – orang Tanah Kegelapan. Bahkan diujung jalan penuh darah, masih ada sebuah harapan. Maka dari itu, aku harus bertarung. Aku tak boleh dilindungi terus dan berdiri saja seperti orang bodoh. Renri mengambil langkah menuju garis depan, bersiap untuk menolong bala bantuan Dunia Nyata yang masih terus berjuang. Tepat saat itu, sebuah suara datang dari bagian belakang. “Knight Yang Terhormat, aku juga akan pergi.” Ia menoleh dan melihat siswi berambut merah Tiese, yang terus berada di pasukan persediaan. Ia memegang sebuah pedang kecil. Ekspresi wajahnya telah membuat ketetapan. “… Tak boleh, kamu harus melindungi orang itu...” “Tugas itu telah kuserahkan pada Ronye… Karena Eugeo-senpai yang aku sayangi telah …” Bola mata kecoklatan Tiese berkaca- kaca. “Dia kehilangan nyawanya karena melindungi seseorang yang berharga. Aku harus melanjutkan misinya.” “……… Aku mengerti.” Renri menggigit bibirnya. Bahkan ia sendiri yang seorang Integrity Knight sedikit tak yakin jika ia kan melewati peperangan ini hidup - hidup. Ia tak yakin jika Tiese yang bahkan bukanlah seorang Penjaga bisa selamat tanpa tergores. Saat itu juga, sebuah suara baru muncul. “Aku juga akan pergi, Tuan Knight.” Seorang Penjaga wanita melangkah dibelakang Tiese. Ia tampaknya telah bertarung terus, pakaiannya robek – robek, armornya retak, dan wajahnya masih memiliki sedikit semangat bertaruung. “Aku masih belum memenuhi janjiku pada Kirito. Sekarang ini, aku tak bisa meninggalkan penduduk yang coba ia lindungi.” “Sortiliena-senpai…” Tiese memanggil namanya dengan agak gemetar. Si pemimpin penjaga tersenyum kecil dan mengangguk. Bertarung bukanlah untuk kehormatan, juga ketenaran, melainkan untuk melindungi. Renri merasa jika ketetapan kedua wanita ini mempengaruhi hatinya. Ia dengan lembut mengambil Divine Instruments yang ada di pinggangnya dan mengangguk kuat. “… Aku mengerti. Maka, aku akan melindungi kalian … jangan jauh – jauh dariku.” “Siap, tuan!” “Kami mengandalkanmu, Knight Terhormat!” Tiese dan Sortiliena menjawab dan menarik pedang mereka. Renri mencengkram Divine Instruments di kedua tangannya, ia berkata dalam hati. — Eldrie-san. Sheyta-san. Dan Komandan Knight Bercouli. — Seperti kalian semua. Kini aku telah menemukan tujuan hidupku. Lalu, Integrity Knight Renri dan kedua swordswomen pergi menuju medan peperangan yang masih terselimuti rasa kebencian dan putus asa.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information