Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 5 Bab 6
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===6-1=== Di dunia luar, kamu akan sering mendengar celotehan seperti, “Kita tidak lagi saling terhubung dengan komunitas lokal” atau “Hubungan kita dengan tetangga sudah semakin melemah”. Ya benar, itu semua terdengar akurat. Jika kita pertimbangkan bahwa aku—hubunganku dengan tetanggaku dan sekolah itu nyaris tidak ada—yang mengatakan itu semua, tidak ada keraguan lagi mengenai semua itu. Dahulu kala—walau aku tidak akan bilang aku mengetahuinya dahulu kala—Aku tidak pernah merasa dekat dengan sesuatu seperti komunitas lokal. Mungkin itu karena setiap kali seseorang menyebutnya, aku tidak tahu siapa ataupun apa yang mereka maksudkan. Kalau mereka berkata dia itu ketum asosiasi rukun tetangga atau walikota, aku tidak dapat mengingat satu wajahpun. Sewaktu SMP, mereka memaksamu berpartisipasi dalam kerja bakti sore dengan melafalkan slogan semacam, “Ayo kita pungut sampah demi komunitas lokal ini.” Tapi akhirnya itu menjadi tidak lebih dari waktu pribadiku untuk pergi berjalan-jalan karena terus terang, aku tidak bisa mengumpulkan sedikitpun motivasi demi orang yang bahkan tidak kukenali. Namun, akan tiba suatu waktu dimana kita akan akhirnya merasakan keberadaan dari “komunitas lokal” ini. Dan hari semacam itu contohnya hari ini. Sepanjang hari, aku bisa mendengar banyak suara letusan dari kejauhan. Dan kota ini ditimpa oleh guncangan-guncangan kecil yang datang pergi seakan ia sedang terbangun dari tidur yang lelap. Setelah aku meninggalkan rumah, aku bisa merasakan secara langsung kehebohan dan kegelisahan dari udaranya seakan mereka sedang bekerja beriringan dengan terik sinar matahari musim panas yang ganas. Saat berjalan ke stasiun, ada banyak sekali orang yang menuju ke arah yang sama. Wanita yang mengenakan yukata sangat menyolok di dalam kerumunan ini. Di dalam kereta api, aku dikelilingi oleh kumpulan pria dan wanita yang bersahabat serta rombongan keluarga yang membawa kotak pendingin. Aku memasang earphone-ku pada telingaku dan berdiri di sana sambil melamun, hanya untuk didorong terus menerus sampai ke sudut oleh tekanan mareka. Hanya menunggu waktu saja sebelum tekanan spiritualku menghilang. <ref> Referensi Bleach. </ref> Untuk beberapa menit, aku menarik dan menghembuskan nafas dengan cukup pelan sehingga tidak ada orang yang menyadari keberadaanku. Kereta api tersebut melewati beberapa stasiun dan akhirnya stasiun berikutnya adalah tempat pemberhentianku. Cuma aku satu-satunya yang pergi lewat pintu yang terbuka. Namun, orang yang masuk lewat pintu itu, jumlahnya jauh lebih banyak. Setelah melihat pintunya menutup dengan kalimat “pintu ‘kan seg’ra tutup”<ref> Kalimat asalnya adalah ドア閉まります (doa shimarimasu) yang berarti “Pintu akan segera tertutup”. Kalimat ini diubahnya menjadi ダァシェイリェス (daa sheiresu) yang dikatakan Hachiman di sini. </ref>, aku dengan susah payah berjalan menuju palang tiket. Astaga… ini benar-benar terasa sia-sia saja berjalan jauh-jauh kemari. Aku cuma bisa depresi saat berpikir aku harus menaiki kereta api sesak lain seperti yang tadi… Selagi aku berpikir bagaimana aku menuangkan segala ketidak-puasanku padanya dengan keluhan saat kami bertemu, aku berjalan melawan arus manusia di balik palang tiket. Pertemuan kami sudah lewat semenit dari jadwal yang seharusnya. Kurasa dia seharusnya sudah datang sekarang… Aku melihat-lihat sekeliling, tapi aku tidak melihat tanda-tanda dirinya dimanapun. Aku juga tidak melihat ada Bulbasaur maupun Squirtle. Aku bersandar pada sebuah pilar aula stasiun dan orang yang kukenal wajahnya dari sekolahku berpapasan denganku. Tentu saja, aku tidak memanggil mereka dan mereka juga tidak memanggilku karena kami tidak berkenalan. Baik lelaki maupun perempuan mengenakan yukata dan jinbei. Saat aku mengikuti siswa-siswi SMA itu dengan mataku, aku melihat seorang gadis berjalan ke arahku dari pintu masuk utara dengan ributnya suara sandalnya yang mengetuk lantai. Bunga kecil bermekaran yang tak beraturan mendekorasi yukata berwarna kuning persiknya dan pita pinggang merahnya terlihat cerah dan menarik. Rambutnya diikat alih-alih gaya rambut bakso biasanya. Dia kelihatannya tidak terbiasa mengenakan sandalnya, jadi ketika dia datang berlari kemari terlihat dia nyaris sekali terjatuh, aku mendapati diriku secara refleks melangkah beberapa kali mendekatinya. “Oh, Hikki. Ada sesuatu yang terjadi… jadi aku akhirnya agak telat…” Dia tersenyum, terlihat malu-malu dan bersalah. “Nah, tidak usah kamu kuatirkan.” Entah kenapa suasananya hening meskipun kami berdua saling berhadapan. Yuigahama menunduk dan memain-mainkan rambutnya. Apa kamu itu Hamtaro atau semacamnya? “Yah, uh… yukata itu terlihat cukup bagus.” [[File:YahariLoveCom v5-161.jpg|200px|thumbnail]] Kenapa pula aku memuji yukatanya? Kamu seharusnya memuji orangnya. Tapi kelihatannya aku tidak perlu meralat perkataanku karena Yuigahama menyadari apa yang ingin kukatakan dan dengan matanya bergerak kesana-kemari, dia menjawab, “Te-te-te-terima kasih.” Dan hening lagi. Apa-apaan? Satu-satunya yang bisa kupikirkan dengan segala keheningan ini adalah semua film Seagal<ref> Entah kenapa, banyak judul film Seagal di Jepang memiliki kata 沈黙 (chinmoku) yang berarti “hening”. </ref>… Aku membuka mulutku untuk melakukan sesuatu soal suasana kaku ini. “…Kurasa kita sudah bisa pergi.” “…Oke.” Setelah aku mulai berjalan, suara langkah kaki mengikuti persis di belakangku. Kami melintasi palang tiket dan menunggu kedatangan kereta api. Yuigahama menunduk ke bawah sepanjang waktu dan tidak mengatakan apapun. Aku adalah tipe orang yang tidak terganggu oleh keheningan. Tapi itu mengangguku ketika Yuigahama begitu diam. Melihat dia bisa sedikit menjengkelkan karena alasan-alasan terbodoh, aku agak kuatir bahwa dia sedang marah denganku atau semacamnya. Untuk sementara ini, aku mengungkit sesuatu yang asal untuk memulai percakapan. “Hei, kenapa kita bertemu di tengah jalan menuju festival, kenapa tidak langsung di tempat itu saja?” “Yah… Mungkin kita akan sulit bertemu di sana karena ada begitu banyak orang.” “Kita punya ponsel, kamu tahu.” “Ponsel benar-benar sulit untuk terhubung, oke?” Ahh, sekarang setelah dia mengatakannya, aku ingat pernah mendengar bahwa menelepon di tempat-tempat yang ramai itu sulit. Aku sebenarnya tidak pernah menggunakan ponselku pada situasi-situasi seperti itu, jadi aku mendapat kesan bahwa itu cuma legenda modern, walau aku juga tidak memakai ponselku di tempat-tempat yang sepi. “Lagipula… itu juga agak membosankan bertemu di festival…” “Siapa yang peduli bosan atau tidak? Kita tidak mendapat rumput laut yang bisa dimakan atau semacamnya…” “As-Astaga, kenapa itu jadi masalah!? Ada yang ingin kamu keluhkan lagi?” “Tidak…” Aku membuatnya marah… Sekarang kami terdiam lagi. Tapi ketika aku menyadari betapa dekatnya kami, aku mulai berjalan seperti sedang meraba-raba di dalam kegelapan meskipun sekarang masih siang hari. “Apa kamu—“ “Apa kamu—“ Kami berdua berbicara dengan serentak. Yuigahama dengan panik mengisyaratkanku untuk duluan. “…Apa kamu biasanya pergi ke festival kembang api?” “Ah, iya. Aku biasanya pergi setiap tahun dengan temanku.” “Ohh…” Pada saat aku menyahut, kereta api telah sampai. Kereta api itu penuh dengan orang yang kelihatannya menuju ke festival kembang api dan di antara mereka, tentu saja, orang-orang yang mengenakan yukata, orang-orang yang membawa tikar vinyl, dan payung. Tapi jaraknya cuma satu stasiun. Kami berdua berdiri di dekat pintu. Ketika pintunya tertutup dengan ribut, kereta api mulai melaju. “Jadi apa yang ingin kamu katakan tadi?” “Oh, ya… Apa kamu pernah pergi ke festival kembang api sebelumnya? Itu yang ingin kutanyakan.” Dia memberitahuku, “Kita memikirkan hal yang sama, huh?” yang sungguh tak berarti sampai aku ingin mati. Um, bisa kamu hentikan senyuman malu-malu itu? Karena itu akan menginfeksiku juga. Seperti pandemi sungguhan. Aku melepaskan pandanganku dan melihat waktu. Masih jam empat sore, huh…? “Aku pernah pergi sekali dengan keluargaku ketika aku masih SD.” “Oh, oke..” Kemudian percakapannya berhenti lagi. Percakapan kami yang dipotong kecil-kecil seperti seekor tuna terus berlanjut selagi kereta apinya terus melaju. Segera setelah menara pelabuhan muncul ke dalam pandangan dari kejauhan, kereta api ini mulai menginjak remnya. “Hyah!” Terdengar pekikan singkat, suara ketukan sandal kayu, dan aroma manis yang samar. Aku dapat merasakan sesuatu yang lembut bersandar pada bahuku. Kurasa itu karena dia tidak terbiasa dengan sandal itu. Dia kehilangan keseimbangannya dan jatuh ke arahku. Tentu saja, aku menangkapnya. “……” “……” Wajah kami amat dekat. Pipi Yuigahama merona medah dan dia segera menjaga sedikit jarak. “Ma-maaf…” “Mm, yah, memang agak sesak di sini…” Aku memalingkan wajahku, berpura-pura melihat pada pemandangan di luar. Dari posisi yang tidak bisa dilihat Yuigahama, aku membuat helaan panjang. Baru sekarang aku mulai berkeringat. I-Itu membuatku gugup… Phew, nyaris sekali. Kalau aku pria lain, aku mungkin akan mulai menyukainya. Tapi itu tidak akan pernah terjadi. Karena, aku tidak akan pernah salah paham, keliru, atau mengira sesuatu lagi. “Lelaki tidak populer” memiliki kebiasaan buruk untuk berusaha membuat suatu kebetulan dan fenomena belaka terlihat jauh lebih berarti dari yang sebenarnya. Itu wajar-wajar saja untuk disapa di pagi hari, satu-satunya alasan mereka menjatuhkan sapu tangan mereka di depanmu itu cuma karena kecerobohannya, dan mereka benar-benar cuma ingin alamat emailmu pada pekerjaan paruh-waktumu, supaya mereka bisa menghubungimu untuk pertukaran shift kerja. Aku tidak mempercayai kebetulan, nasib, maupun takdir. Aku hanya percaya dengan perintah perusahaan. Aku rasa menjadi orang dewasa seperti itu tidak begitu bagus. Ya, aku sungguh tidak ingin bekerja… Stasiun tempat kami turun dipenuhi dengan manusia dan keributan. Menara Pelabuhan Chiba dari kejauhan menerangi dunia di bawahnya dengan dinding bagaikan-cerminnya, meningkatkan kecemerlangan matahari terbenam beberapa kali lipat sehingga digunakan untuk menyemarakkan penantian mereka yang menunggu dari awal untuk festival ini. Semua orang tertawa dan saling memandang dengan penuh kebahagiaan. Di jalan, terdapat stan jajanan-jajanan dengan takoyaki dan okonomiyaki yang umum, toko swalayan dan toko miras di sekitar sini yang memamerkan produk mereka di luar, serta restoran-restoran yang terus mengajak pelanggan-pelanggan potensial bahwa mereka dapat melihat kembang api dari restoran mereka. Ini musim panas di Jepang. Mungkin itu juga terukir di dalam genku karena bahkan aku mulai merasa bersemangat. Tirai menuju festival kembang api bagi penduduk Chiba sudah akan dinaikkan sekarang juga.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information