Editing
Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid1 Bab1
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
=== Bagian 1 === Di hutan yang tenang dimana matahari bersinar menembus celah dedaunan. <nowiki>*</nowiki>Byur—* Tiba-tiba, suara gemericik air terdengar jelas di udara. Kamito, ia- membuka mulutnya lebar-lebar sambil tetap berdiri di tempatnya. Seorang gadis... di depan matanya terdapat gadis yang telanjang bulat. Dia sangat cantik, bahkan luar biasa cantik. Matanya besar dan merah seperti permata, bibirnya yang bersemu merah seperti cherry yang basah dan lembut, kulitnya yang putih mulus bagaikan susu, dan di permukaan air, kakinya begitu langsing dan mulus. Juga, sesuatu yang lebih menangkap matanya adalah— Rambut yang tergerai sepanjang tubuhnya. Berwarna merah layaknya bara api. Tentu saja, dia telanjang. Betul-betul telanjang. “.............” Kamito merasakan keringat dingin di punggungnya. Ini gawat. Ini gawat kalau dia sampai terlihat dalam kondisi telanjang. ........Aku harusnya segera kabur. Bahkan meski ia memberikan saran rasional pada dirinya sendiri, tubuhnya tak mau digerakkan. Sebetulnya ia masih ''terpesona''. Pemandangan itu nampak begitu nyata hingga seolah Kamito tenggelam dalam dunia fantasinya sendiri. Dan di saat itulah, gadis itu— [[Image:STnBD V01 013.jpg|thumb]] Matanya yang lembut dan indah itu berkedip, mendapati penyusup yang tak terduga. Menatap dengan kosong, tampaknya ia belum betul-betul memahami situasinya. Ia bahkan tak mencoba menutupi payudaranya yang masih belum berkembang. <nowiki>*</nowiki>Tes.* Air jatuh dari alis gadis itu. Kesadaran Kamito kembali seiring dengan suara air. “Ah— ini.......” Kamito batuk sekali, dan membuang tatapannya dari gadis yang masih berdiri tak bergerak itu. “Gimana bilangnya ya..... ini hanya kecelakaan, kan? Toh aku kan nggak sengaja....” Di saat itulah, Kamito membuat dua kesalahan fatal. Pertama, tentu saja, karena dia mencoba membuat penjelasan yang sia-sia. Pilihan terbaik adalah memanfaatkan waktu ketika gadis itu masih kebingungan dan secepatnya melarikan diri dari masalah di tempat itu. Dan kesalahan fatal keduanya adalah..... “Walaupun ini hanya kecelakaan, aku sudah melihatmu dalam situasi seperti ini. Maaf, aku minta maaf.” Sampai disini masih tak apa apa, namun bagian terakhirnya........ “Tapi jangan kuatir. Aku masih pria normal, jadi aku nggak terlalu tertarik ''dengan hal yang seperti itu''. Aku......” Melihat ''payudara gadis yang masih dalam perkembangan'' itu— “Aku nggak tertarik dengan tubuh anak kecil.” Tampaknya dia baru saja menginjak ranjau besar. "......" Ketenangan yang bagaikan kebekuan muncul. Dengan tenang, si gadis mengangkat tangannya dengan rambut merahnya masih tersebar. Bahunya agak bergetar. Namun alasannya bukan karena kedinginan, tapi Kamito belum menyadari itu. “Enam belas——” “Eh?” Bibir lembut gadis itu menggumamkan sesuatu, dan Kamito hanya bisa mengangkat alisnya. “A-A-AKU SUDAH BERUMUR ENAM BELAS TAHUN!!!” Tak lama usai meneriakkan itu, rambut merahnya berdiri tegak sampai ujungnya. “Haah!?” Kamito membuka matanya lebar-lebar karena kaget. “Enam belas? Yang benar? Terus kenapa dadamu tampak begitu menyedihkan—“ Ia dengan cepat menutup mulutnya, namun tampaknya sudah terlambat. “.....Tak bisa dimaafkan.” Gadis itu mengucapkannya dengan nada rendah dan sangat dingin. “Be-Benar-benar tak bisa dimaafkan...... Kau-kau-kau-kau setan pengintip... mesum... dan hewan menjijikkan!” “Kamu tahu juga, kata-kata seperti hewan buas.” Kamito mengucapkan itu dengan nada sempit dan rendah. “Hm?” .....Disaat itulah ia menyadari kalau pepohonan hutan membuat suara kebisingan yang aneh. ''Apa itu angin? Bukan, itu pasti—'' <center>"''——Penjaga api merah, pelindung dari bara api abadi!''"</center> <center>"''——Sekaranglah saat untuk memenuhi kontrak darah, datang dan lakukanlah perintahku!''"</center> Dari bibir mungil gadis itu meluncur lafal mantra dari bahasa spirit. Disaat itulah, disertai oleh suara ledakan udara, sebuah <b>cambuk api merah yang membara</b> muncul dari tangan si gadis itu. ''........Kontraktor Roh!'' Kamito berteriak dalam kepalanya. Kontraktor Roh— lapisan lain dari dunia ini, «Astral Zero». Penyihir yang telah menjalin kontrak dengan spirit buas dari tempat itu disebut sebagai «Kontraktor Roh». Kontraktor Roh dapat memakai tipe roh yang berbeda, menggunakan kekuatannya sesuai dengan keinginannya. Gadis itu adalah Kontraktor Roh. Bukan sesuatu yang mengejutkan. Apalagi, ini adalah tempat para Kontraktor Roh yang handal dari seluruh negeri berkumpul. ''.....Namun, nggak kuduga dia bisa menggunakan kekuatan elemental'' Sifat Roh yang dipanggil ke dunia ini dari Astral Zero secara kasar bisa dibagi kedalam dua jenis. Tipe pertama adalah tanpa massa, Roh tak berbentuk yang muncul dalam wujud aslinya sebagai “Inti Dewa”. Ini murni hanya memanggil kekuatan Roh, dan digunakan sebagai penyangga kekuatan sihir untuk sihir Roh. Ada juga tipe lain, kondisi murni memanggil sebagian eksistensi Roh. Karena kekuatan besar yang diperlukan dan kesulitan mengendalikannya, dikatakan hanya sebagian kecil dari Kontraktor Roh saja yang benar benar bisa melakukannya. Biarpun begitu, gadis di depannya tak hanya menggunakan kekuatan Roh itu, namun mampu mengendalikannya dalam bentuk ''Senjata Elemental''[http://www.baka-tsuki.org/project/index.php?title=Seirei_Tsukai_no_Blade_Dance:Buku1_Catatan_Penerjemah#Bab_1 [1<nowiki>]</nowiki>]. ''....Apa itu berarti, eh? – Berarti sekarang aku berada dalam situasi hidup dan mati?'' Usai berpikir seperti itu, Kamito hanya bisa dibuat diam membisu. Di tempat dimana cambuk api itu menyentuh permukaan air, gelombang uap putih menyembul. “Kau, kau berani-beraninya......” Gadis itu komat-kamit dengan bibir gemetaran. Wajahnya terlihat merah. Entah itu karena kemarahan atau rasa malu. “Te-Ternyata, kau punya nyali juga, untuk me-mengintip, ketika aku, Claire Rouge, sedang mandi.........” “Tu-Tunggu! Ini semua salah paham! Biar aku menjelaskannya lebih dulu!” Kamito menggelengkan kepalanya dalam kepanikan. “Aku nggak akan mendengarkan alasanmu. Jadilah abu sekarang, dasar MESUM!” Cambuk api menyala dengan garang di tangannya dan bergerak-gerak seolah menjilat air. “Ooohhh...!?” Kamito melempar tubuhnya dan lekas melompat menuju rerumpunan semak yang tebal. Hampir di saat yang sama, cambuk api nyaris saja menyapu bagian atas kepalanya. Residu berwarna merah yang tersisa pada semak, terpotong rapi seperti digergaji. Permukaan potongannya tampak begitu bersih, tanpa jejak gosong. Serangan itu begitu cepatnya hingga api bahkan tak sempat membakar rimbunan semak. Rambut di jidat Kamito jatuh di wajahnya, dimana keringat dingin mengucur dari keningnya. ''...Um, barusan itu bercanda, kan? Aku nggak akan mati seperti itu, kan?'' <nowiki>*</nowiki>Zing* <nowiki>*</nowiki>Biyutsu* – seolah ada tarian tanpa akhir dari tebasan merah vertikal dan horizontal di hutan. Semak-semak lenyap dalam sekejap mata dan kehilangan tempatnya bersembunyi, Kamito dengan cepat berlari keluar dari hutan. “Jangan lari, mesum! Diamlah supaya aku bisa mengenaimu!” “Omong kosong! Lagipula, aku bukan orang mesum!” Kamito berteriak dan di saat yang sama, cambuk mengayun tepat di depan kakinya, menimbulkan kelap-kelip api. Bangkit dari tanah, cambuk itu berayun dengan cepat ke arah pepohonan hutan, yang terpotong tanpa ampun. Namun berkah di tengah kemalangan, akurasi gadis yang bernama Claire itu masih kurang tepat. Itu karena salah satu tangannya sedang menutup payudara mungilnya supaya tak kelihatan, dan untuk menyembunyikan bagian penting lainnya, ia harus jongkok di tempat itu sejak tadi. Namun, melihat caranya memainkan cambuk meski dalam situasi menyulitkan seperti itu, bisa ditebak kalau dia memang berbakat. “Meskipun mesum, kamu lincah juga. Heh, diamlah dan akan kujadikan arang!” “Sudah kubilang aku bukan orang mesum! Ngomong-ngomong...” Kamito kemudian berhenti dan berbalik. <b>Ia mengacungkan jarinya ke arah yang sejak tadi membuatnya terus menerus kepikiran.</b> “Hei, apa kamu yakin sudah menyembunyikannya dengan benar? Di sela-sela jarimu aku masih bisa melihatnya, tahu.” “...eh?” Dalam sekejap, ekspresi Claire membeku. Dan— “Kyaaahhhhhh!!!!” Dengan wajah memerah dan teriakan membara, yang anehnya dengan sangat manis – ia lekas-lekas menyembunyikan payudaranya dengan kedua tangannya. “Ah, bodoh!” Kamito tanpa sadar berteriak. Claire melepaskan dan kehilangan kendali dari cambuk apinya, dan menebas pepohonan di belakangnya. Pelan-pelan, pohon-pohon besar itu bergerak jatuh tepat diposisinya. Namun, Claire tak menyadarinya karena kedua matanya tertutup karena malu sambil tetap memeluk payudaranya dengan kedua tangannya. ''Dasar bodoh! Kenapa diam saja!?'' Di saat inilah, Kamito menendang tanah. Berlari dengan seluruh kekuatannya ke arah kolam, ia lalu melompat sambil menangkap bahu Claire. “Haa—!?” Pupil mata Claire melebar seketika. Kamito mengabaikannya dan dengan paksa mendorongnya ke dalam air. Saat tangan Claire menyentuh air, uap putih muncul, dan cambuk apinya lenyap. Tak lama kemudian, pohon-pohon besar itu jatuh tidak jauh dari mereka, dan beberapa ranting jatuh tepat pada mereka. <nowiki>*</nowiki>Duunnnnnn!* Suara gemuruh yang hampir merobek gendang telinga, dan memunculkan riak air raksasa. Menyerap panas dari cambuk yang terbakar, air kolam menyembul membentuk awan putih. .......Beberapa detik kemudian. “Uh..........” Dengan suara imut nan menggoda, Claire perlahan membuka matanya. Ekspresinya shock dan matanya berkedip karena kebingungan. Kamito terbaring di atas Claire dan menemukan dirinya tengah menatap tubuh Claire. Wajah mereka begitu dekat hingga kalau seseorang mendorong tubuhnya, bibir mereka akan saling bertemu. Rambut merahnya tergerai di wajah Kamito. Bibirnya tampak lembut kemerahan. Wajahnya yang imut nan lembut bagaikan sebuah boneka terpampang di depan mata Kamito. Untuk sesaat Kamito terlihat seperti ia tak sengaja jatuh cinta kepadanya. Kamito lekas menggelengkan kepalanya. “Um.....kamu baik-baik saja?” Claire mengangguk, sepertinya dia belum memahami situasinya. Kamito berdesah kecil dan mencoba berdiri dari tempatnya. <nowiki>*</nowiki>Funyuuu* Tangannya di bawah air terasa menyentuh sesuatu yang lembut. “Hwaaahhh!?” ''Apa ini? Lumpur?'' <nowiki>*</nowiki>Funyu* <nowiki>*</nowiki>Munyu* “Hnn... yah... hwaaa....!” Dari bibir mungilnya terdengar suara rintihan yang menggoda. Claire hanya bisa menggoyangkan tubuhnya secara perlahan seolah tak berdaya. “Um... jangan-jangan ini...” Sudah berbuat sejauh ini, Kamito akhirnya bisa membuat sebuah kesimpulan. Kesimpulan yang pastinya akan sangat buruk. ''Tidak, tunggu, tenang dulu. Mungkin saja aku salah...'' Tak mungkin, tadi nggak ada objek semacam ini. Sambil terus meneteskan keringat dingin, ia berusaha keras menolak kemungkinan seperti itu. “Waktu kulihat tadi, sepertinya nggak ada apa-apanya...” “A-A-Apa yang kau... lakukan...” Bibir Claire bergetar hebat. Wajahnya memerah dengan air bening di pelupuk matanya. Sudah pasti... tangan Kamito tidak sedang memegang lumpur. “Dasar, MESUM!!” “Gwah!” Karena perutnya ditendang dengan keras oleh lutut Claire, Kamito jatuh ke dalam kolam. <nowiki>*</nowiki>Gugugugugugugu......!* Dengan aura membara di belakangnya, Claire perlahan berdiri. Sebelum Kamito menyadarinya, cambuk api kembali terwujud di tangannya. Air di kolam mendadak tampak mendidih, gelembung air mulai muncul disana-sini. “Tunggu tunggu! Ini hanya salah paham! Kau serius mau membunuhku!?” "Di-Diam, mesum! Kau akan mati disini!!" Bersamaan dengan suara keras yang memekakkan telinga, tubuh Kamito terlempar tinggi ke udara.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information