Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 5 Bab 5
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===5-2=== Matahari sudah mulai terbenam dan bulan membentuk sebuah sabit di atas langit yang diselimuti biru nila yang pekat seperti tinta. Aku hidup di sebuah kota yang tentram—sebuah tempat yang melingkupi satu generasi dan dapat ditemukan di kota-kota lain dimanapun—dan yang mengalir seiring dengan jalan besar itu adalah suatu sungai tunggal dan di sepanjang sungai itu terdapat ladang-ladang tanaman serta banyak perkebunan milik orang yang menjalankan bisnis perkebunan. Menurut cerita ibuku ketika dia masih muda, dahulu kala, ada kerumunan kunang-kunang di sungai dan ladang. Jadi itu artinya mereka sudah tidak ada di sini lagi. An-chan, kenapa kunang-kunang cepat sekali mati? <ref> Dari film animasi drama perang, Grave of the Fireflies (Kuburan Kunang-Kunang). </ref> Selagi aku mengenang kenangan-kenangan tersebut, aku melihat ke arah ladang sawah berpikir bahwa bahkan sekarang kami mungkin sudah tidak bisa melihat mereka lagi. Whoosh. Batang padi dibuat merunduk oleh angin yang berhembus lewat. Angin tersebut terus berhembus, bersenandung di sela-sela padi ranum indah yang menyerap air dan unsur hari sepanjang hari saat mereka terpapar di bawah sinar matahari. Ketika aku masih kecil, aku selalu berpikir itu adalah hasil kerja yokai yang tidak terlihat. Tapi sekarang, aku tidak bisa lagi melihat kunang-kunang ataupun yokai. Kenapa orang menjadi merasa bernostalgia? Dengan mengatakan hal seperti, “Dulu itu menyenangkan”, “Masa lalu yang indah”, “Ini tidak seperti zaman dulu”, dan sebagainya, jadinya mereka cenderung melihat dengan positif hari-hari yang telah lama lewat itu. Mungkin mereka ingin merenung kembali pada hari-hari tersebut, dengan rindu dan dengan sayang. Atau mungkin mereka cuma meratapi sesuatu yang telah berubah dan bahwa mereka telah berubah. Kalau begitu, bukankah itu berarti perubahan alamiah seharusnya merupakan sesuatu yang menyedihkan bagi kita? Apakah melalui proses pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan itu suatu hal yang menyenangkan, tepat, dan mengagumkan? Meskipun kamu tidak berubah, duniamu dan sekelilingmu akan berubah. Orang yang tidak ingin tertinggal akan mati-matian mengejar untuk mengikuti perubahannya. Jika kamu tidak berubah, tidak akan ada kesedihan. Meskipun tidak ada yang terjadi, kurasa itu adalah suatu manfaat besar bahwa tidak ada sesuatu yang negatif darinya. Ketika kamu membandingkan neraca keuanganmu dan ternyata tidak ada angka merah, kebijakan manajemenmu sudah pasti tidak salah. Itulah alasannya kenapa aku tidak akan menolak fakta bahwa aku belum berubah. Aku tidak berniat menolak diriku dari masa lalu maupun diriku pada masa kini. Karena pada akhirnya, perubahan itu tidak lebih dari cuma berlari dari status quo. Kalau pilihanmu adalah untuk tidak berlari, disanalah kamu seharusnya berdiri teguh tanpa berubah. Bahkan ada hal yang bisa didapat dengan tidak berubah. Konsepnya mirip dengan konsep dimana kamu terus menekan tombol B untuk membatalkan evolusi karena kamu bisa mempelajari kemampuan baru dengan lebih cepat. Suatu hari atau mungkin, kapan-kapan nanti? Walau itu terasa masih agak jauh di masa depan, aku telah melalui pertanyaan tersebut dengan sebuah jawaban sebelumnya. Komachi mencengkram rantainya, menikmati perlawanan saat menarik. “Hei, hei, bahaya mobilnya lalu lalang.” Sebuah mobil melintas lewat persis di samping kami seakan sedang mengores kami. Sabure mencium udaranya dan kemudian membaui rumput dan mulai melahapnya. Anjing dan kucing memiliki kecenderungan untuk memakan rumput dan kemudian memuntahkan gumpalan bulu bersama dengan rumput itu, jadi ketika mengajak mereka keluar untuk berjalan-jalan, ini adalah proses yang penting. Jadi, Komachi dan aku berdiri di sana dan menunggunya. Sabure benar-benar sedang memakan rumputnya. Setelah melihat antara Sabure dan aku, Komachi tersenyum senang. “Wooow, rasanya seperti sudah lama sekali sejak terakhir kali aku pergi jalan-jalan dengan onii-chan.” “Benar.” Dia memang benar. Sudah cukup lama sekali semenjak aku pergi berjalan berkeliling. Aku selalu memilih untuk menghabiskan waktu di rumah, jadi kalau aku ingin pergi keluar, aku memerlukan tujuan yang jelas seperti berbelanja atau pergi ke pameran hewan peliharaan. Itulah alasannya sudah cukup lama semenjak terakhir kali aku pergi keluar bersama Komachi. Sabure menarik-narik rantainya dan Komachi tersenyum padanya. “Anak pintar, anak pintar. Ayo kita pergi.” Menjawabnya dengan satu gonggongan, Sabure mulai berderap pergi dengan gaya yang serupa dengan anjing dascshund miniatur. Aku berjalan mengikuti mereka. Sisa sinar matahari terbenam pada langit barat. Cahaya sepanjang jalan dari lampu jalan yang diletakkan berselang-seling. Penerangan yang bervariasi antara satu rumah dengan rumah yang selanjutnya. Semua cahaya-cahaya yang berbeda tersebut bercampur bersama-sama. Di dalam kota yang perlahan menggelap, terdapat gelombang manusia di setiap arah. Pegawai yang menuju ke rumahnya, ibu rumah tangga yang pergi membeli bahan makanan untuk makan malam, anak-anak SD yang menaiki sepeda bersama teman-teman mereka, siswa-siswi SMP yang berbincang dengan riang di toko swalayan sewaktu pulang dari klub, dan siswa-siswi SMA yang keluar saat ini untuk bersenang-senang. Dan terakhir, ibu-ibu yang pergi menjemput anaknya. Ada sesuatu yang membuat kangen dan hangat dari pemandangan yang umum ini. Dengan pelan, Komachi berbisik, “Itu suatu berkah untuk memiliki seseorang yang menyambut kepulanganmu di rumah, huh?” “Ya, kurasa. Walau aku tidak akan mengatakan itu berlaku untuk semua situasi.” “Woow, orang ini sungguh menjengkelkan,” kata Komachi, terlihat murung. Maksudku, lihatlah, selalu ada pengecualian pada setiap aturan… Tidak peduli sesering apapun mereka berkata, “Tidak ada orang yang menyambut kepulanganku…”<ref> Iklan Isodine di Jepang, diperankan oleh Godzilla. </ref>, mendapati suatu maskot aneh menyapaku dan menyarankanku untuk berkumur-kumur sama sekali tidak akan membuatku senang… “Tapi onii-chan menjengkelkan yang menyambut kepulanganku masih membuatku senang.” Komachi mengalihkan pandangannya dariku dan menghadap Sabure. Aku melewati Komachi yang menurunkan lajunya. Toh, dengan punggungku menghadapnya, dia tidak akan bisa melihat mulutku menganga. “Tidak seperti aku melakukan itu untukmu atau semacamnya. Kamu cuma pelengkap. Pelengkap.” Setelah aku menjawabnya dengan blak-blakan karena malu, timbul keheningan singkat. “Meski begitu, itu masih membuatku senang.” Aku mendapati diriku berpaling kembali padanya ketika dia berbicara dengan suara yang hangat. Komachi meletakkan tangannya pada dadanya dengan mata tertutup seakan untuk mengamati kehangatan yang perlahan bertambah. Satu per satu, dia menuturkan kata-katanya dengan perlahan, “Adik kecil mengagumkan dan gagahmu itu sedang membuat pesona imut padamu barusan.” Senyumannya itu adalah yang paling mencurigakan di musim panas ini. “Oke, baiklah…” Menjengkelkan… Aku mengangkat bahuku yang melemas dan berjalan maju terlebih dulu, meninggalkan Komachi dan Sabure di belakangku. Astaga, dia tidak pernah imut ketika dia perlu bersikap imut. Biasanya dia itu imut, super imut malah. Komachi menendang sebutir kerikil dengan ujung sandalnya dan melihat ke atas bintang yang samar-samar mulai berkerlap-kerlip. “Ketika onii-chan dirawat di rumah sakit, Kaa-kun ada disana untukku. Dia bahkan juga menyambut kepulanganku di pintu.” “Dia tidak melakukan itu untukku. Dia malah merendahkanku dari atas balkon.” “Kaa-kun itu kucing manis yang sinis, makanya begitu,” canda Komachi sambil tertawa. “Dikelilingi oleh makhluk manis yang sinis memang sulit.” “Itu lagi…? Aku sama sekali tidak bersikap manis…” Aku juga sama sekali tidak sinis. Malahan, mungkin tidak ada satu orang pun yang menjalani hidup mereka sepolos diriku. Mungkin itu karena dunia ini aneh sehingga seseorang sepertiku yang menjalani kehidupan yang jujur terlihat sinis. “Tapi hei, memiliki orang manis sinis sepertimu untuk menyambut kepulanganku membuatku senang.” Kali ini aku menampilkan senyuman nihilistik padanya. “Ha. Aku tidak akan selalu ada di sana untukmu. Kamu sebaiknya berdikari dari abangmu suatu hari nanti.” “Huh…? Onii-chan, jangan bilang kamu akan meninggalkan rumah ini?” Komachi segera berhenti dan berpaling ke arahku. Tidak seperti senyuman mengejeknya barusan, dia terlihat seakan dia baru saja dihantam dengan sesuatu yang keras. “Tentu saja tidak. Aku tidak akan meninggalkan rumah kalau tidak ada alasan.” “…Syukurlah.” “Lagipula, sangat nyaman bisa berada di rumah, paling nyaman. Aku akan berusaha sebisa mungkin untuk tidak bekerja. Itulah keadilanku.” “Atau mungkin tidak… Sekarang aku super kuatir tentang masa depanku…” Komachi memasang tampang tercengang. Aku menepuk kepalanya seakan aku meletakkan tanganku di sana. “Aku sudah bisa berangkat ke sekolah dari rumah dan aku berencana begitu juga untuk berangkat kuliah. Jadi kecuali ada alasan kuat, aku tidak akan pergi dalam waktu dekat ini.” Universitas di kota Chiba memerlukan waktu sekitar sejam untuk sampai, jadi universitas itu sudah cukup bagus. Tentu saja, untuk universitas di Kanagawa atau Tama, aku mungkin perlu lebih mempertimbangkannya lagi… Kalau tempatnya di suatu tempat seperti Tokorozawa, aku mungkin harus menyiapkan alat berat sebelumnya karena tempatnya di pelosok pedalaman… “Kelihatan sedikit aneh untuk lelaki seusiamu untuk berpikir seperti itu… Bukankah itu wajar untuk ingin meninggalkan rumah?” “Mmph, tidak begitu. Keluarga kita menganut prinsip laissez-faire<ref> adalah sebuah frasa bahasa Perancis yang berarti "biarkan terjadi" (secara harafiah "biarkan berbuat") </ref> dan karena kedua orangtua kita bekerja, aku bisa menghemat waktuku. Dan juga sama sekali tidak ada yang menyulitkan.” “Atau begitulah katanya dengan segenap alasannya, tapi sebenarnya meninggalkan Komachi akan membuatnya super kesepian…” “Narasi aneh macam apa itu…?” Hahaha, sungguh bodoh yang kamu katakan, hahaha. “Sebenarnya tidak ada manfaat untuk hidup sendirian. Itu menghabiskan uang dan aku harus membuang waktuku untuk mengerjakan tugas rumah. Dan aku tidak akan melakukan tugas apapun kecuali aku mendapatkan imbalannya. Kamu pernah dengar pertukaran setara sebelumnya?” Keluarga Hikigaya bukanlah tidak harmonis. Ayah, yah, memang bangsat, tapi sebenarnya itu cuma berlaku pada caranya berbicara dan cara pikirnya; yang lain bukanlah suatu masalah. Karena aku tidak pernah berpikir untuk meninggalkan rumah, aku tidak ada keinginan untuk hidup mandiri. Tentu saja, kecuali aku ada alasan untuk mandiri. Yah, kurasa orang yang memang hidup sendirian memilik semacam alasan atau semacamnya… “Oh ay’lah, kamu pasti merasa kesepian tanpaku.” “Huh? Apa kamu bilang sesuatu sedang kesepian? Seperti benda yang bisa membantumu melihat dan menemukan sesuatu di lingkungan Akihabara?” Aku tidak memiliki perasaan semacam itu. Karena aku adalah seseorang yang menghargai waktu menyendiriku, sesuatuku yang menabjubkan<ref> Iklan sebuah perusahaan elektronik bernama Sato Musen yang menggunakan slogan – “Ayo kita lihat, ayo kita temukan, sesuatu yang menabjubkan.” </ref> itu sendiri adalah isolasi. “Tapi aku akan kesepian.” Dia mengabaikanku sepenuhnya. Tch, kurasa “kesepian” dan “sesuatu” memang tidak memiliki hubungan yang sejelas itu. Itu terasa seperti aku diizinkan untuk melewatinya seperti seorang atlet sepak bola profesional dan mencetak gol, jadi aku melanjutkan percakapan Komachi. “…Yah, kurasa kamu akan kesepian, tapi aku—“ “Aku tidak cuma membicarakan tentangmu, onii-chan. Katakan saja, Yukino-san, dia juga tinggal sendirian, kan? Aku ingin tahu apa yang Yukino-san rasakan tentang itu… Apa dia baik-baik saja?” Itu terdengar seakan secara tersirat dia mengatakan bahwa bahkan Yukinoshita Yukino merasakan semacam kesepian di dalam hidupnya. Selalu menjaga tingkah lakunya tetap sempurna, terkadang dia akan terlihat rapuh, atau mungkin mudah menghilang, tapi memang begitulah hal-hal yang kurasakan darinya. Tapi persisnya apa maksud dari itu semua, aku masih belum bisa mengerti. “Juga,” kata Komachi, meneruskan. “—Kurasa pihak yang ditinggal pergi juga merasa kesepian.” …Ya, pasti begitu. Persisnya kenapa aku berpikir cuma mereka yang meninggalkan yang merasa kesepian? Sudah jelas bahwa orang yang ditinggal pergi akan merasakan hal yang sama. Aku cukup yakin aku akan menangis tersedu-sedu jika suatu hari nanti Komachi menikah dan meninggalkan rumah ini. Komachi menarik rantai Sabure seakan sedang memerintahkannya. Aku mengambil rantainya dari dia seakan sedang menerima tongkat dari tangannya. “Onii-chan?” “Kamu lelah, bukan? Aku akan memegangnya untukmu.” Tentu saja, tidak mungkin dia bisa lelah karena berjalan-jalan dengan seekor anjing berukuran-kecil seperti Sabure. Hanya gadis tak bertenaga yang akan kelelahan. Komachi melihatku dengan aneh, tapi kemudian tersenyum lebar. “Oke, kalau begitu kamu boleh menanganinya. Kalau begitu, aku akan memastikan onii-chan tidak lari kemanapun,” kata Komachi. Dia kemudian mencengkram tanganku. “Aku tidak akan pergi kemanapun. Aku akan tetap di rumah sampai aku menjadi seorang pengantin.” “…Apa itu yang seharusnya kamu katakan sebagai seorang bapak rumah tangga?” “Kalau begitu, sampai aku menjadi seorang suami.” “Oke, baiklah. Aku agak merasa itu tidak begitu penting lagi…” Berjalan di jalan setelah waktu yang cukup lama. Setelah mengelilingi kota yang telah berubah dari yang seharusnya, ayo kita pulang.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information