Editing
Tokyo Ravens (Indonesia):Volume 1 Chapter 1
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===Bagian 2=== Racun tanah telah meluap sampai ke sekitarnya ketika personil pengangkut tiba. Sebagian orang di wilayah pertokoan telah pergi ke tempat perlindungan, meninggalkan di belakang jalan kosong. Onmyouji mengenakan pakaian yang melindungi mereka dari racun tanah yang muncul dari jalanan yang diikat dengan pemberhentian darurat. Sumber kehancuran spiritual adalah pohon kuno yang tumbuh di tengah wilayah pertokoan. Pohon besar itu memberikan tekanan spiritual aneh, batangnya yang berliku-liku layaknya seekor binatang. Aura - sesuatu yang dipenuhi setiap makhluk hidup. Aura itu selalu mondar mandir dan berkelap-kelip, menjaga tempat di sekujur tubuhnya. Tapi, sekali-kali gerakannya akan kehilangan kendali, dan dengan jelas ketidakseimbangan aura akan menjadi racun tanah, terlebih condong tidak seimbang. Sebuah kebetulan di mana aura tidak dapat dinetralkan, yang mana jauh melewati jarak yang dapat diterima untuk penyucian sendiri - itu adalah penghancur spiritual yang diakui oleh orang-orang berpengalaman di Onmyouji. Dan mengendalikan jiwa - 'Exorcism' - yang merupakan kewajiban Onmyouji, anggota Perwakilan Onmyouji. Seperti sekumpulan gagak yang menari di malam Tokyo, mereka melingkari pohon kuno, menarik pisau kecil dari saku mereka satu demi satu. Mereka merapalkan mantera, memasukkan pisau mereka ke bawah jalan aspal. Pisau tersebut dipenuhi dengan energi sihir yang tajam menusuk jalan, menikam di dalamnya. Cahaya putih mengkilap dari pisau, menyebar di sepanjang tanah, melingkari pohon kuno, membentuk aurora cahaya, membelah sumber kehancuran spiritual dari dunia lain, dan memasang pelindung. Pohon kuno tidak berhenti bergerak dari ini. Berlanjut memuntahkan racun tanah seakan menyemprotkan spora (?), dan cabang-cabang berusaha menentang tenaga, seolah ingin menghancurkan pelindung. Kehancuran spiritual telah mencapai tahap kedua, dan situasi tidak membiarkan Onmyouji dengan mudah mengatasinya. Jika ini berlanjut, akan segera memasuki tahap ketiga, dan racun tanah akan berubah bentuk, melahirkan para 'iblis'. Kemudian... "Maaf, aku membuat kalian semua menunggu!" Sepeda motor tiba dari belakang Onmyouji yang menjaga pelindung. Pria bermata runcing melaju dengan cepat dari motornya. Dia tidak mengenakan pakaian pelindung racun tanah dari Onmyouji, tapi malahan mengenakan kemeja berwarna cerah dan sepasang celana jean dengan lubang di lututnya, terlihat seperti bukan Onmyouji. Tapi, dia adalah pemimpin kelompok ini, petinggi Onmyouji negeri - salah satu Onmyouji Kelas Atas Nasional. "Aku akhirnya menangkapnya. Aku akan membersihkan iblis ini dalam satu serangan, kalian tetap siaga dan jaga pelindung!" Pria yang mengenakan katana di pinggangnya. Dia turun dari sepeda motor, maju ke depan dan menghunuskan katana nya. Dia mengiris pedangnya menembus udara, menariknya dengan pola rumit. Dia memanipulasi udara, mengubahnya menjadi tenaga sihir, dan pedangnya memancarkan dengan cahaya membutakan seolah ditelan dalam bara api. Pemimpin gagak merapal: "Dengan lima elemen, roh tajam logam, potonglah roh kayu! Logam yang menguasai kayu! Usirlah, racun tanah iblis!" Mengangkat pedang yang membelah menuju pohon kuno-- <center><span style="font-size: 300%;">β</span></center> "Wow, hebat!" Tsuchimikado Harutora menyeruput mie dengan sumpit, dan mulai fokus pada layar televisi. Dia duduk dalam toko udon kecil dengan suasana yang mengingatkan pada era lama Showa. Jendela-jendela toko membuka lebar, dan kipas angin elektrik tua menyebarkan udara dingin yang meniup musim panas. Layar televisi masih menyiarkan Onmyouji yang membersihkan kehancuran spiritual. Karena hampir semua kehancuran spiritual terjadi di dalam Tokyo, hampir di luar kejadian bagi Harutora yang tinggal di luar kota. Harutora menunjuk sumpitnya pada televisi di dalam toko. "Lihat, Touji. Pohon itu mungkin tingginya dua meter, tapi membelahnya dengan cepat, hampir seperti manga." Dia dipenuhi kesenangan sambil berbicara pada Ato Touji yang duduk di hadapannya. Touji telah selesai makan beberapa waktu lalu, merosot dengan malas di tempat duduknya. Dia mendengarkan pada perkataan Harutora, membalikkan kepalanya ke televisi di belakangnya. Sepasang mata yang galak memberikan tatapan bosan dari bawah syal di dekitar dahinya. "...Awalnya, golongan atas seperti Onmyouji tidak terlalu berbeda dari manga." "Golongan atas?" "Seseorang yang memenuhi syarat dari 'Ujian Onmyouji Kelas Atas', juga dikenal sebagai Onmyouji Kelas Atas Nasional... Tidak ada laporan khusus dalam majalah yang aku baca sebelumnya?" "Hah? Jadi laki-laki katana itu adalah salah satu dari 'Dua belas Pemimpin Suci'? Keren!" Harutora menggerakkan tatapannya pada televisi lagi. Siaran langsung telah berubah untuk laporan yang mengumumkan pada kejadian itu, dan Harutora masih menatap dengan senang pada televisi, hanya teringat kalau dia masih makan saat ini, kemudian melanjutkan makan mienya. Sejujurnya, menjadi Onmyouji benar-benar profesi yang aneh. Tapi sekali seseorang menjadi Onmyouji Kelas Atas Nasional, itu benar-benar profesi yang berbeda. Menyebutnya 'Dua belas Pemimpin Suci' hanyalah gelar yang diberikan pada mereka oleh media, karena cuma terdapat lusinan Onmyouji Kelas Atas Nasional yang melalui Ujian Onmyouji Kelas Atas. Bisa dikatakan kalau mereka Onmyouji golongan atas yang lebih luar biasa. "Siaran semacam itu sering muncul akhir-akhir ini." Harutora menyeruput udon selagi dia berbicara. "Kayaknya kehancuran spiritual cenderung meningkat... Tapi, itu semua urusan Tokyo." Touji melihat ke luar jendela. "Tempat ini sangat damai." Harutora meletakkan ke bawah sumpitnya di tengah (mangkuk) udon, dan melihat pada Touji. "Apa kau memikirkan keluargamu yang jauh untuk waktu lama?" "Tidak, aku tidak benci damai." "Haha, jangan bohong. Ketika kau ada di Tokyo kau adalah penjahat remaja yang bengis." "Berisik, cepat habiskan miemu." Touji menyipkan matanya dan mengedutkan alisnya, lalu Harutora tertawa sesaat menjangkau tangannya ke arah botol kecil saus pedas. <center><span style="font-size: 300%;">β</span></center> Sekali mereka berjalan keluar dari toko, Harutora cuma menyipitkan matanya pada sinar matahari yang mempesona dan putihnya yang amat luas di depan mereka. Matahari di bulan Agustus berada di langit, panas kuat terpantul di luar jalan aspal, dan jangkrik-jangkrik mengerik dengan keras seperti merobohkan ombak. Di pinggir jalan terdapat taman yang penuh tumbuh-tumbuhan. Menengadahkan penglihatannya, langit biru di depannya, awan-awan putih besar melonggar melintasi langit. Musim panas. Harutora dan Touji berjalan keluar dari toko mie dan berdiri di depan toko untuk sementara. "...Ini sangat panas." "Musim panas, kau tahu." Telinga mereka hampir bisa mendengar suara kulit mereka sedang digoreng sambil berdiri di bawah terik matahari. Ketika melintasi jalan dan bergerak di bawah bayangan pepohonan, mereka melanjutkan perjalanan tanpa arah lagi. Liburan musim panas masih berlangsung, dan hari ini mereka telah menerima pelajaran remidi musim panas selama pagi hari, dan tidak sampai baru saja saat ini berada di arah pulang dan janjian dengan makan siang terlambat mereka. Keduanya mengenakan seragam putih lengan pendek dan celana panjang abu-abu untuk pelajaran remidi tadi, tapi Touji memiliki syal yang membungkus di sekitar dahinya, yang menahan rambut panjangnya. Mungkin atmosfir keduanya memberikan sesuatu yang berbeda, meski mereka memakai seragam, Penampilan Touji lebih tampan. Mereka seperti harimau yang menjulurkan lidahnya dari panas dan serigala yang tenang terlihat untuk memangsa. Touji yang dewasa benar-benar tampan, dan tentu saja kalau bisa salah satunya adalah alasan yang membuat perbedaan antara keduanya. "Mulutku masih kepedasan." "Kau memasukkan terlalu banyak saus pedas." "Aku tidak sengaja, ini karena penutup botolnya bocor." "Keberuntunganmu masih buruk seperti biasa." Touji tertawa. Sebenarnya, keberuntungan Harutora anehnya jelek, dan penutup botol bocor ketika menuangkan saus pedas yang dihitung sebagai masalah kecil. Untuk contohnya, dia dalam kecelakaan mobil dua belas kali. Sungguh sulit melihat apakah tabrakan dengan mobil dua belas kali tetapi masih hidup berarti keberuntungannya itu bagus atau buruk. "Ini pastinya warisan kutukan oleh leluhurku." "Yah, dengan keturunanmu, itu sangat mungkin." Seperti biasa, keluhan Harutora tidak berhenti, dan Touji yang berjalan disampingnya membalas dengan menyindir. Cahaya matahari mulai meninggalkan dan menyorot di atas jalan aspal, seolah kilauan tersebar di mana-mana. Dengan jelas menguraikan cahaya gelap yang dibedakan dengan cahaya yang tidak sempurna, dan melihat pada pemandangan yang membuat panas terlihat seperti telah berkurang sedikit. "Baiklah... Apa yang harus kita lakukan selanjutnya?" Harutora masih bergumam. Ponselnya dengan segera berbunyi seakan menerima itu dengan kebetulan. "Oh." Harutora merogoh ponsel yang keluar dari sakunya. Dia membuka ponselnya yang terlipat, dan setelah melihat nama yang tertuju di layar, dengan cepat menutup matanya setengah, menutup ponsel tanpa mengatakan apapun. Lalu, dia menaruh ponselnya kembali ke dalam saku seolah tidak ada apa-apa. "...Hokuto?" Touji memiringkan tatapannya ke arah Harutora untuk memastikan. "...Yah benar." Harutora tidak menjelaskan lebih lanjut, ataupun Touji yang meneruskan pertanyaannya. Keduanya mendengar pada jangkrik sementara berjalan dengan santai. "Apa yang akan kita lakukan nanti? Aku tidak punya uang lagi, tapi apa kita harus pergi ke atap untuk bolos?" Harutora mengusulkan ini, dan semangatnya kembali. "...Tidak, sayangnya, kau membuang-buang waktu." "Apa? Apa maksudmu?" "Kau sudah ketahuan, seperti yang dikira dari nasib burukmu." Touji menunjuk dengan santai di belakang Harutora. "Kau Bakatora!<ref>nama plesetan bahasa jepang dari haru ke baka, yang berarti bodoh atau idiot.</ref>" Suara yang nampaknya memberikan tenaga yang terdengar dengan ringan, dan nada yang cepat. Kemudian, Harutora mendengar suara langkah kaki yang menyepak di atas jalan aspal - dan segera setelahnya, sesuatu yang hangat dan lembut melompat ke belakangnya. [[image:Tr1_023.png|thumb]] "Ketemu kau! Kenapa kau tidak mengangkat ponselmu? Cepat dan katakan! Bakatora!" "Ja-Jangan melakukan itu, Hokuto! Aku tidak bisa bernapas--! Aku akan mati--!" Kedua tangannya mencapai dari belakang Harutora. merangkul erat lehernya. Pendek, rambut berwarna cerah melambai dengan ringan dalam angin sepoi-sepoi musim panas. Leher Harutora sedang dicekek dengan penuh semangat, dan dia dengan putus asa mencoba melepaskan lengan Hokuto. Tapi Hokuto tidak membiarkan kesempatannya untuk memberikan serangan terakhir, lalu dia mengangkat lengannya, untuk menarik kepala Harutora. "Bakatora! Bakatora!" "Hei, hentikan. Jangan menarikku, ini sangat panas, kau tomboi!" "Apa yang kau katakan! Harutora lah yang baunya seperti keringat." "Bukan bauku!" "Ah, ada bau sup, apa kau makan udon lagi?" "Jangan menyebut bau tubuh orang lain! Memangnya kau anjing!" Wajahnya memerah, Harutora mengambil langkah ke belakang. Hokuto akhirnya melepaskannya, memasang senyum, dan mengatakan dengan nada kekanakan: "Cuacanya sangat panas, aku tidak mengira kau bisa makan udon, otakmu benar-benar harus digoreng." "Pengetahuanmu sedikit! Juga, jangan meremehkan udon, udon adalah terhebat di Jepang-" "Touji, apa yang kau makan?" "Soba." "Apa kau melupakanku? Atau cuma sengaja menggangguku?" Harutora berteriak dengan keras, tapi Hokuto yang mengepalkan telapak tangannya terlihat santai. Dia dan Hokuto telah seperti ini sejak SMP sampai hari ini. Matanya membelalak, mulutnya akan dengan normal berbelok naik, dan cara berbicaranya seperti laki-laki, tapi dia mempunyai sikap yang baik, wajah imut, yang terlihat sangat tak diduga. Dia mengenakan kemeja ketat dan rok pendek, dengan tangan dan kakinya yang berwarna sedikit coklat oleh matahari. Dia mengayunkan kakinya dengan pelan ke belakang dan depan, bergerak mundur dan maju di antara penglihatan yang menghalangi Harutora dan Touji dan tidak mengganggunya. "Kalian pergi ke remidial hari ini juga? Seperti yang diperkirakan dari Raja Gagal dan Master Sekolah Bolos." "Kau berisik, Kau datang kemari untuk remidi juga toh?" "Hmm? Tidak, aku cuma ke sini untuk jalan-jalan." "Jalan di hari yang super panas seperti ini? Otakmu lah yang seharusnya digoreng." "Pada akhirnya ini lebih sangat berarti daripada kelas remidi. Apa kau tahu, Harutora? Dengan kata lain, hanya orang pandai yang berhasil." "Uh, kekuatan percaya diri laki-laki ini benar-benar mengganggu..." "Aku bukan laki-laki, Aku gadis, Bakatora." "Berisik, kau tomboi." Harutora menatap pada kelakuan Hokuto. Kebetulan, 'Bakatora' adalah buatan asli Hokuto, yang menggambarkan Harutora sebagai seekor harimau tua, yang melaui musim semi dengan tidur malas sementara menertawakannya. Sebagai persamaan yang sangat cocok, Hokuto tidak bisa menentang dirinya yang kreatif ketika dia memikirkan nama julukan ini, tapi Harutora merasa sangat marah sebenarnya. Touji mendesah tanpa kata-kata sembari dia menonton keduanya yang bercekcok seperti biasa. "Ngomong-ngomong, kau masih punya intuisi yang luar biasa seperti biasa. Apa kau juga melihat siaran tadi?" "Yah, dan Touji juga, kau punya penglihatan tajam seperti biasa.<ref>seperti preman</ref>" "Jadi, aku harus pergi lagi..."<ref>Hokuto membicarakan dirinya sendiri.</ref> Tak tertahankan. Touji berbalik ke samping, mengalihkan tatapannya menjauh. Harutora hanya terlihat tidak senang seolah dia adalah harimau yang kepalanya sedang dicukur. Hokuto tidak memperhatikan dirinya dengan reaksi keduanya. "Pokoknya! Kenapa aku memanggil kalian, karena Harutora harus membayar untuk tidak menjawab panggilanku (ponsel). Cepat, sini!" Setelah Hokuto meluruskan punggungnya dan memberitahu ini, dia menggenggam tangan Harutora, dan menariknya untuk lari. Tangannya ramping seperti gadis, tapi tenaganya mengejutkan besar. "Hei, apa yang kau lakukan!" Selagi Hokuto menyeret Harutora, dia dipaksa ikut bersamanya. Touji mengangkat alis matanya, dan terlihat benar-benar pasrah. Kemudian, dia memasukkan kedua tangan dalam saku celananya, dengan perlahan mengikuti langkah kakinya.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube Γ Cursed Γ Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information