Tokyo Ravens (Indonesia):Volume 1 Chapter 1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 1 - Putra dari Keluarga Cabang[edit]

"Apa kau tahu inti dari sihir?"

"Jawabannya adalah 'kebohongan'."

-Tsuchimikado Yakou.

Bagian 1[edit]

Insiden itu terjadi beberapa tahun lalu.

Ketika sanak saudara berkumpul selama kesempatan. Harutora dan Natsume sering bermain bersama.

Harutora yang senang bermain kerapkali mendapati dirinya terluka, tapi Natsume, putri keluarga utama yang sangat rendah hati dan patuh. Dia takut bertemu orang asing dan punya beberapa teman baru. Jadi, kapanpun Harutora datang, wajahnya akan begitu gembira. Dia akan mendengarkan apapun yang Harutora katakan dan mengikutinya ke manapun dia pergi.

Tempat mereka bermain ada di halaman kediaman keluarga utama.

Terdapat hutan bambu di dalam kebun yang lebar, sebuah danau, beberapa batu lentera, bukit buatan, lumut, serangga, kuil dan sebagainya. Yang dipenuhi dengan kesenangan dan petualangan.

Namun di saat yang sama, ketika mereka bermain, Natsume tiba-tiba ketakutan sambil bersembunyi di belakang Harutora. Dia akan terlihat menangis ketika mereka bermain petak umpet, dan akan merangkul Harutora dengan erat sambil berkata,

"Aku pikir ada sesuatu, coba lihat baik-baik."

Harutora tidak bisa melihat apapun.

Awalnya, dia mengira kalau Natsume sangat ketakutan, menyebutnya kucing penakut, bayi merengek dan tetap mengatakannya.

"Kembalilah pada orang dewasa jika kau memang ketakutan. Aku bisa bermain sendiri."

Karena Harutora, Natsume hampir akan menangis. Namun, dia tidak melakukannya dan berhasil menahannya, memaksakan senyum selagi melanjutkan bermain dengan Harutora.

Tapi ketika Harutora mendengar dari keluarganya kalau Natsume adalah anak yang bisa melihat[1], dia tahu kalau salah.

Natsume tidak ketakutan, melainkan melihat sesuatu yang Harutora tidak dapat lihat.

"Maaf."

Natsume melebarkan matanya ketika dia melihat Harutora membungkukkan kepalanya dengan minta maaf. Harutora melanjutkan dengan tegas kalau dia salah dan meminta maaf kalau itu adalah salahnya.

"Aku tidak bisa melihat apapun yang menakutiku, dan apa yang tidak bisa aku lihat tidak dapat menakutiku."

"Jadi, saat kau takut, aku pastinya akan melindungimu, Natsume."

Sehingga, Natsume mendadak menggumamkan beberapa kata pada dirinya, kemudian memberikan penglihatan berharap.

"Bisa kau menjadi shikigami ku?"

Pada saat itu, Harutora tidak mengerti apa arti di belakang perkataannya. "Apa shikigami?" Dia menanyakan, dan Natsume menggelengkan kepalanya, mengatakan, "Aku tidak tahu. Nenek mengatakan kalau shikigami akan melindungiku, kau akan menjadi shikigami ku sebagai bagian 'tradisi' keluarga (klan) kita, Harutora, dan kau akan tetap di sisiku dan melindungiku."

Tapi Harutora masih tidak mengerti.

"Apa ini 'tradisi'?"

"Itu diputuskan antara keluargaku dan keluargamu, Harutora."

"Begitukah? Kenapa aku belum mendengarnya?"

"Tapi itu ditentukan begitu."

Natsume menjawab dengan nada dipaksakan, perasaannya seperti mantera yang paling berharga telah diperlakukan dengan hina, dan Harutora merasa malu. Natsume lalu menunjukkan penglihatan gelisah sembari dia melihat ekpresi Harutora.

"Apa kau tidak akan... menjadi shikigami ku?"

Suaranya gemetar, dan Harutora gugup, memikirkan dia telah membuatnya menangis lagi.

Namun, Natsume tidak menangis. Dia gelisah, takut dan matanya terlihat seperti berkaca-kaca, tetapi Harutora melihat kalau kedua mata Natsume tidak ragu. Matanya terlihat seperti mereka ada di permukaan danau di atas gunung serta sekumpulan awan, menunjukkan pantulan langit dan angkasa. Terdapat ketetapan hati yang kuat dari sikap ramah Harutora yang tidak mengetahuinya.

Dia terlihat diperhatikan oleh mata Natsume. Baiklah, dia menjawab.

"Oke, Aku akan menjadi shikigami mu, Natsume. Aku akan selalu tetap di sisimu dan melindungimu."

Natsume mengangkat tangan kanannya dan mengulurkan jari kelingkingnya. Harutora juga mengulurkan tangan kanannya dan menggunakan jari kelingkingnya sendiri untuk melingkarkan pada jari Natsume.

Tr1 011.png

Natsume mulai bernyanyi[2], dan nampak sangat takut. Harutora juga mengikuti, dan suara mereka membuat janji.

Sesaat dia melepaskan tangannya, Natsume terlihat seperti memenangkan lotere besar dalam hidupnya sambil menunjukkan senyum berseri-seri. Harutora melihat senyum mempesona itu dan berpikir kalau mereka akhirnya berjanji.

Tapi kenapa aku tidak tersenyum sehebat Natsume? Otaknya berpikir kalau ini bagus, tapi ada bagian dalam hatinya di mana dia tidak tenang. Terasa seperti menelan bagian permen yang sebesar kepalan tangan.

Itu rasanya berat, sakit, tapi dia tidak bisa meludahkannya—

Dan terasa sangat manis ketika dia menjilatnya.

Setelah itu, mereka melanjutkan bermain di dalam kebun rumah seperti biasa. Kapanpun Natsume terlihat takut, Harutora akan melihat pada tempat di mana tidak ada apapun, mengibaskan tangannya, berteriak dengan keren dan mengejar sesuatu yang hanya Natsume bisa lihat.

Tidak peduli apa yang terjadi, dia pastinya tidak akan membiarkannya terluka.

—Itu berlalu beberapa tahun lalu.

Waktu itu, Harutora masih tidak mengerti apa artinya 'masa depan'.

Bagian 2[edit]

Racun tanah telah meluap sampai ke sekitarnya ketika personil pengangkut tiba.

Sebagian orang di wilayah pertokoan telah pergi ke tempat perlindungan, meninggalkan di belakang jalan kosong. Onmyouji mengenakan pakaian yang melindungi mereka dari racun tanah yang muncul dari jalanan yang diikat dengan pemberhentian darurat.

Sumber kehancuran spiritual adalah pohon kuno yang tumbuh di tengah wilayah pertokoan. Pohon besar itu memberikan tekanan spiritual aneh, batangnya yang berliku-liku layaknya seekor binatang.

Aura - sesuatu yang dipenuhi setiap makhluk hidup.

Aura itu selalu mondar mandir dan berkelap-kelip, menjaga tempat di sekujur tubuhnya.

Tapi, sekali-kali gerakannya akan kehilangan kendali, dan dengan jelas ketidakseimbangan aura akan menjadi racun tanah, terlebih condong tidak seimbang.

Sebuah kebetulan di mana aura tidak dapat dinetralkan, yang mana jauh melewati jarak yang dapat diterima untuk penyucian sendiri - itu adalah penghancur spiritual yang diakui oleh orang-orang berpengalaman di Onmyouji. Dan mengendalikan jiwa - 'Exorcism' - yang merupakan kewajiban Onmyouji, anggota Perwakilan Onmyouji.

Seperti sekumpulan gagak yang menari di malam Tokyo, mereka melingkari pohon kuno, menarik pisau kecil dari saku mereka satu demi satu.

Mereka merapalkan mantera, memasukkan pisau mereka ke bawah jalan aspal. Pisau tersebut dipenuhi dengan energi sihir yang tajam menusuk jalan, menikam di dalamnya. Cahaya putih mengkilap dari pisau, menyebar di sepanjang tanah, melingkari pohon kuno, membentuk aurora cahaya, membelah sumber kehancuran spiritual dari dunia lain, dan memasang pelindung.

Pohon kuno tidak berhenti bergerak dari ini. Berlanjut memuntahkan racun tanah seakan menyemprotkan spora (?), dan cabang-cabang berusaha menentang tenaga, seolah ingin menghancurkan pelindung.

Kehancuran spiritual telah mencapai tahap kedua, dan situasi tidak membiarkan Onmyouji dengan mudah mengatasinya. Jika ini berlanjut, akan segera memasuki tahap ketiga, dan racun tanah akan berubah bentuk, melahirkan para 'iblis'.

Kemudian...

"Maaf, aku membuat kalian semua menunggu!"

Sepeda motor tiba dari belakang Onmyouji yang menjaga pelindung.

Pria bermata runcing melaju dengan cepat dari motornya.

Dia tidak mengenakan pakaian pelindung racun tanah dari Onmyouji, tapi malahan mengenakan kemeja berwarna cerah dan sepasang celana jean dengan lubang di lututnya, terlihat seperti bukan Onmyouji.

Tapi, dia adalah pemimpin kelompok ini, petinggi Onmyouji negeri - salah satu Onmyouji Kelas Atas Nasional.

"Aku akhirnya menangkapnya. Aku akan membersihkan iblis ini dalam satu serangan, kalian tetap siaga dan jaga pelindung!"

Pria yang mengenakan katana di pinggangnya. Dia turun dari sepeda motor, maju ke depan dan menghunuskan katana nya.

Dia mengiris pedangnya menembus udara, menariknya dengan pola rumit. Dia memanipulasi udara, mengubahnya menjadi tenaga sihir, dan pedangnya memancarkan dengan cahaya membutakan seolah ditelan dalam bara api.

Pemimpin gagak merapal:

"Dengan lima elemen, roh tajam logam, potonglah roh kayu! Logam yang menguasai kayu! Usirlah, racun tanah iblis!"

Mengangkat pedang yang membelah menuju pohon kuno--



"Wow, hebat!"

Tsuchimikado Harutora menyeruput mie dengan sumpit, dan mulai fokus pada layar televisi.

Dia duduk dalam toko udon kecil dengan suasana yang mengingatkan pada era lama Showa. Jendela-jendela toko membuka lebar, dan kipas angin elektrik tua menyebarkan udara dingin yang meniup musim panas.

Layar televisi masih menyiarkan Onmyouji yang membersihkan kehancuran spiritual. Karena hampir semua kehancuran spiritual terjadi di dalam Tokyo, hampir di luar kejadian bagi Harutora yang tinggal di luar kota.

Harutora menunjuk sumpitnya pada televisi di dalam toko.

"Lihat, Touji. Pohon itu mungkin tingginya dua meter, tapi membelahnya dengan cepat, hampir seperti manga."

Dia dipenuhi kesenangan sambil berbicara pada Ato Touji yang duduk di hadapannya.

Touji telah selesai makan beberapa waktu lalu, merosot dengan malas di tempat duduknya. Dia mendengarkan pada perkataan Harutora, membalikkan kepalanya ke televisi di belakangnya. Sepasang mata yang galak memberikan tatapan bosan dari bawah syal di dekitar dahinya.

"...Awalnya, golongan atas seperti Onmyouji tidak terlalu berbeda dari manga."

"Golongan atas?"

"Seseorang yang memenuhi syarat dari 'Ujian Onmyouji Kelas Atas', juga dikenal sebagai Onmyouji Kelas Atas Nasional... Tidak ada laporan khusus dalam majalah yang aku baca sebelumnya?"

"Hah? Jadi laki-laki katana itu adalah salah satu dari 'Dua belas Pemimpin Suci'? Keren!"

Harutora menggerakkan tatapannya pada televisi lagi. Siaran langsung telah berubah untuk laporan yang mengumumkan pada kejadian itu, dan Harutora masih menatap dengan senang pada televisi, hanya teringat kalau dia masih makan saat ini, kemudian melanjutkan makan mienya.

Sejujurnya, menjadi Onmyouji benar-benar profesi yang aneh.

Tapi sekali seseorang menjadi Onmyouji Kelas Atas Nasional, itu benar-benar profesi yang berbeda.

Menyebutnya 'Dua belas Pemimpin Suci' hanyalah gelar yang diberikan pada mereka oleh media, karena cuma terdapat lusinan Onmyouji Kelas Atas Nasional yang melalui Ujian Onmyouji Kelas Atas. Bisa dikatakan kalau mereka Onmyouji golongan atas yang lebih luar biasa.

"Siaran semacam itu sering muncul akhir-akhir ini." Harutora menyeruput udon selagi dia berbicara.

"Kayaknya kehancuran spiritual cenderung meningkat... Tapi, itu semua urusan Tokyo." Touji melihat ke luar jendela.

"Tempat ini sangat damai."

Harutora meletakkan ke bawah sumpitnya di tengah (mangkuk) udon, dan melihat pada Touji.

"Apa kau memikirkan keluargamu yang jauh untuk waktu lama?"

"Tidak, aku tidak benci damai."

"Haha, jangan bohong. Ketika kau ada di Tokyo kau adalah penjahat remaja yang bengis."

"Berisik, cepat habiskan miemu."

Touji menyipkan matanya dan mengedutkan alisnya, lalu Harutora tertawa sesaat menjangkau tangannya ke arah botol kecil saus pedas.



Sekali mereka berjalan keluar dari toko, Harutora cuma menyipitkan matanya pada sinar matahari yang mempesona dan putihnya yang amat luas di depan mereka.

Matahari di bulan Agustus berada di langit, panas kuat terpantul di luar jalan aspal, dan jangkrik-jangkrik mengerik dengan keras seperti merobohkan ombak.

Di pinggir jalan terdapat taman yang penuh tumbuh-tumbuhan. Menengadahkan penglihatannya, langit biru di depannya, awan-awan putih besar melonggar melintasi langit.

Musim panas.

Harutora dan Touji berjalan keluar dari toko mie dan berdiri di depan toko untuk sementara.

"...Ini sangat panas."

"Musim panas, kau tahu."

Telinga mereka hampir bisa mendengar suara kulit mereka sedang digoreng sambil berdiri di bawah terik matahari. Ketika melintasi jalan dan bergerak di bawah bayangan pepohonan, mereka melanjutkan perjalanan tanpa arah lagi.

Liburan musim panas masih berlangsung, dan hari ini mereka telah menerima pelajaran remidi musim panas selama pagi hari, dan tidak sampai baru saja saat ini berada di arah pulang dan janjian dengan makan siang terlambat mereka.

Keduanya mengenakan seragam putih lengan pendek dan celana panjang abu-abu untuk pelajaran remidi tadi, tapi Touji memiliki syal yang membungkus di sekitar dahinya, yang menahan rambut panjangnya.

Mungkin atmosfir keduanya memberikan sesuatu yang berbeda, meski mereka memakai seragam, Penampilan Touji lebih tampan. Mereka seperti harimau yang menjulurkan lidahnya dari panas dan serigala yang tenang terlihat untuk memangsa. Touji yang dewasa benar-benar tampan, dan tentu saja kalau bisa salah satunya adalah alasan yang membuat perbedaan antara keduanya.

"Mulutku masih kepedasan."

"Kau memasukkan terlalu banyak saus pedas."

"Aku tidak sengaja, ini karena penutup botolnya bocor."

"Keberuntunganmu masih buruk seperti biasa."

Touji tertawa.

Sebenarnya, keberuntungan Harutora anehnya jelek, dan penutup botol bocor ketika menuangkan saus pedas yang dihitung sebagai masalah kecil. Untuk contohnya, dia dalam kecelakaan mobil dua belas kali. Sungguh sulit melihat apakah tabrakan dengan mobil dua belas kali tetapi masih hidup berarti keberuntungannya itu bagus atau buruk.

"Ini pastinya warisan kutukan oleh leluhurku."

"Yah, dengan keturunanmu, itu sangat mungkin."

Seperti biasa, keluhan Harutora tidak berhenti, dan Touji yang berjalan disampingnya membalas dengan menyindir.

Cahaya matahari mulai meninggalkan dan menyorot di atas jalan aspal, seolah kilauan tersebar di mana-mana. Dengan jelas menguraikan cahaya gelap yang dibedakan dengan cahaya yang tidak sempurna, dan melihat pada pemandangan yang membuat panas terlihat seperti telah berkurang sedikit.

"Baiklah... Apa yang harus kita lakukan selanjutnya?"

Harutora masih bergumam. Ponselnya dengan segera berbunyi seakan menerima itu dengan kebetulan.

"Oh." Harutora merogoh ponsel yang keluar dari sakunya.

Dia membuka ponselnya yang terlipat, dan setelah melihat nama yang tertuju di layar, dengan cepat menutup matanya setengah, menutup ponsel tanpa mengatakan apapun. Lalu, dia menaruh ponselnya kembali ke dalam saku seolah tidak ada apa-apa.

"...Hokuto?" Touji memiringkan tatapannya ke arah Harutora untuk memastikan.

"...Yah benar."

Harutora tidak menjelaskan lebih lanjut, ataupun Touji yang meneruskan pertanyaannya.

Keduanya mendengar pada jangkrik sementara berjalan dengan santai.

"Apa yang akan kita lakukan nanti? Aku tidak punya uang lagi, tapi apa kita harus pergi ke atap untuk bolos?" Harutora mengusulkan ini, dan semangatnya kembali.

"...Tidak, sayangnya, kau membuang-buang waktu."

"Apa? Apa maksudmu?"

"Kau sudah ketahuan, seperti yang dikira dari nasib burukmu."

Touji menunjuk dengan santai di belakang Harutora.

"Kau Bakatora![3]"

Suara yang nampaknya memberikan tenaga yang terdengar dengan ringan, dan nada yang cepat.

Kemudian, Harutora mendengar suara langkah kaki yang menyepak di atas jalan aspal - dan segera setelahnya, sesuatu yang hangat dan lembut melompat ke belakangnya.

Tr1 023.png

"Ketemu kau! Kenapa kau tidak mengangkat ponselmu? Cepat dan katakan! Bakatora!"

"Ja-Jangan melakukan itu, Hokuto! Aku tidak bisa bernapas--! Aku akan mati--!"

Kedua tangannya mencapai dari belakang Harutora. merangkul erat lehernya. Pendek, rambut berwarna cerah melambai dengan ringan dalam angin sepoi-sepoi musim panas.

Leher Harutora sedang dicekek dengan penuh semangat, dan dia dengan putus asa mencoba melepaskan lengan Hokuto. Tapi Hokuto tidak membiarkan kesempatannya untuk memberikan serangan terakhir, lalu dia mengangkat lengannya, untuk menarik kepala Harutora.

"Bakatora! Bakatora!"

"Hei, hentikan. Jangan menarikku, ini sangat panas, kau tomboi!"

"Apa yang kau katakan! Harutora lah yang baunya seperti keringat."

"Bukan bauku!"

"Ah, ada bau sup, apa kau makan udon lagi?"

"Jangan menyebut bau tubuh orang lain! Memangnya kau anjing!"

Wajahnya memerah, Harutora mengambil langkah ke belakang. Hokuto akhirnya melepaskannya, memasang senyum, dan mengatakan dengan nada kekanakan:

"Cuacanya sangat panas, aku tidak mengira kau bisa makan udon, otakmu benar-benar harus digoreng."

"Pengetahuanmu sedikit! Juga, jangan meremehkan udon, udon adalah terhebat di Jepang-"

"Touji, apa yang kau makan?"

"Soba."

"Apa kau melupakanku? Atau cuma sengaja menggangguku?"

Harutora berteriak dengan keras, tapi Hokuto yang mengepalkan telapak tangannya terlihat santai.

Dia dan Hokuto telah seperti ini sejak SMP sampai hari ini. Matanya membelalak, mulutnya akan dengan normal berbelok naik, dan cara berbicaranya seperti laki-laki, tapi dia mempunyai sikap yang baik, wajah imut, yang terlihat sangat tak diduga. Dia mengenakan kemeja ketat dan rok pendek, dengan tangan dan kakinya yang berwarna sedikit coklat oleh matahari.

Dia mengayunkan kakinya dengan pelan ke belakang dan depan, bergerak mundur dan maju di antara penglihatan yang menghalangi Harutora dan Touji dan tidak mengganggunya.

"Kalian pergi ke remidial hari ini juga? Seperti yang diperkirakan dari Raja Gagal dan Master Sekolah Bolos."

"Kau berisik, Kau datang kemari untuk remidi juga toh?"

"Hmm? Tidak, aku cuma ke sini untuk jalan-jalan."

"Jalan di hari yang super panas seperti ini? Otakmu lah yang seharusnya digoreng."

"Pada akhirnya ini lebih sangat berarti daripada kelas remidi. Apa kau tahu, Harutora? Dengan kata lain, hanya orang pandai yang berhasil."

"Uh, kekuatan percaya diri laki-laki ini benar-benar mengganggu..."

"Aku bukan laki-laki, Aku gadis, Bakatora."

"Berisik, kau tomboi."

Harutora menatap pada kelakuan Hokuto.

Kebetulan, 'Bakatora' adalah buatan asli Hokuto, yang menggambarkan Harutora sebagai seekor harimau tua, yang melaui musim semi dengan tidur malas sementara menertawakannya. Sebagai persamaan yang sangat cocok, Hokuto tidak bisa menentang dirinya yang kreatif ketika dia memikirkan nama julukan ini, tapi Harutora merasa sangat marah sebenarnya.

Touji mendesah tanpa kata-kata sembari dia menonton keduanya yang bercekcok seperti biasa.

"Ngomong-ngomong, kau masih punya intuisi yang luar biasa seperti biasa. Apa kau juga melihat siaran tadi?"

"Yah, dan Touji juga, kau punya penglihatan tajam seperti biasa.[4]"

"Jadi, aku harus pergi lagi..."[5]

Tak tertahankan. Touji berbalik ke samping, mengalihkan tatapannya menjauh. Harutora hanya terlihat tidak senang seolah dia adalah harimau yang kepalanya sedang dicukur.

Hokuto tidak memperhatikan dirinya dengan reaksi keduanya.

"Pokoknya! Kenapa aku memanggil kalian, karena Harutora harus membayar untuk tidak menjawab panggilanku (ponsel). Cepat, sini!"

Setelah Hokuto meluruskan punggungnya dan memberitahu ini, dia menggenggam tangan Harutora, dan menariknya untuk lari.

Tangannya ramping seperti gadis, tapi tenaganya mengejutkan besar. "Hei, apa yang kau lakukan!" Selagi Hokuto menyeret Harutora, dia dipaksa ikut bersamanya.

Touji mengangkat alis matanya, dan terlihat benar-benar pasrah.

Kemudian, dia memasukkan kedua tangan dalam saku celananya, dengan perlahan mengikuti langkah kakinya.

Bagian 3[edit]

"...Aku benar-benar tidak mengerti, kenapa aku harus mentraktir Hokuto es serut? Kenapa, aku tidak mengerti sama sekali..."

Sepuluh menit kemudian.

Harutora duduk di bangku taman, menatap pada es serut di dalam bungkus plastik, mengeluh dengan nada tidak senang dan melihat.

Sebaliknya, Hokuto yang telah menerima ganti ruginya terlihat sangat senang.

"Kau idiot, Harutora, tidak aneh kau selalu gagal dalam ujianmu."

"Jangan bicara omong kosong! Ini hakku untuk mengangkat ponselku atau tidak, dan karena untuk es serut--"

"...Yum."

"Hei, jangan diam-diam makan es serut orang lain! Juga, kau memakan bagian atasnya, apa nih!"

Harutora berteriak, menjauhkan bungkus dari Hokuto. Karena Hokuto makan dengan sangat cepat, dia mengangkat wajahnya dan menggosok pelipisnya, yang bisa disebut rasa sakit akibat perbuatan sendiri.

"...Hokuto, kau di sini menasehati Harutora untuk menjadi Onmyouji lagi?" Touji membuka mulutnya untuk menanyakan ini sambil dia meminum soda ke samping.

Selagi dia mengatakn ini, Hokuto meluruskan punggungnya seolah merespon.

"Harutora."

Hokuto menyelipkan wajahnya dengan dekat, menatap lurus ke dalam matanya. Harutora dengan segan-segan mundur tanpa disadari dari tatapan mata besarnya.

"A, Apa?"

"Kau melihat siaran di TV tadi, bukan?"

"Y, Ya..."

"Bukankah kau membayangkan menjadi seperti mereka? Apa yang kau inginkan? Nah, pastinya kau berpikir tentang menjadi seperti mereka, ya kan?"

Nada Hokuto begitu bersemangat.

Harutora memiliki pertanda kalau kata-katanya yang telah diucapkannya lebih dari dari sepuluh kali, dan hanya mendesah,

"...Aku tidak ingin sama sekali."

"Kenapa? Harutora, kau keturunan Abe no Seimei, dari keluarga Tsuchimikado yang merupakan Onmyouji sesungguhnya!"

Terganggu, Harutora memasang wajah pada sikap agresif Hokuto.

Setiap yang dikatakan Hokuto adalah benar.

Abe no Seimei telah eksis selama era Heian, yang dibedakan Onmyouji dari waktunya. Setelah dia mati, anak diklaim menjadi 'Tsuchimikado', Onmyouji asli. dan untuk waktu yang lama menguasai dunia Onmyouji, sampai era Meiji. Tak perlu dikatakan, Harutora - Tsuchimikado Harutora adalah keturunan keluarga terkenal ini.

Tapi.

"Aku sudah mengatakannya, Hokuto. Aku sering mengatakan ini, aku tidak ingin mengatakannya lagi, meski aku Tsuchimikado, keluargaku adalah 'keluarga percabangan', benar-benar berbeda dari 'keluarga utama' yang luar biasa."

"Meski begitu, kau masihlah Tsuchimikado! Kau lahir di keluarga yang sah dengan cerita sejak era Heian! Tapi kau malah pergi ke SMA biasa, bermalas-malasan setiap hari, gagal dalam ujianmu dan tidak peduli, mengambil kelas remidial setiap hari sepulang sekolah, dan mengeluh tanpa henti... Bukannya kau berpikir, kau itu menyedihkan?"

"Kau tidak perlu ingin tahu seperti itu..."

Harutora mendengar pada Hokuto yang berbicara dengan jelas dan logis, tapi cuma mengerutkan dahinya.

Sebelum ini, Hokuto telah mencoba membujuk Harutora beberapa kali, menginginkannya 'Menjadi Onmyouji'. Dan setiap kali dia melihat berita baru tentang Onmyouji, ia akan bersemangat. Dia selalu mengatakan hal yang sama tentangnya yang lahir di keluarga yang terkenal, dan gayanya yang meyakinkan bisa dikatakan menjadi antusias, tapi hampir keras kepala.

"Sejak kau lahir di keluarga terkenal, bukankah kau memiliki kewajiban?"

"Tidak sama sekali, di mana era kau berasal?"

"Harutora, kau tidak punya rasa tanggung jawab!"

"Apa maksudmu bertanggung jawab dan tidak bertanggung jawab, aku hanya kebetulan lahir di keluarga percabangan Tsuchimikado, aku cuma orang biasa, yang tidak tertarik menjadi murid SMA... Meski ayahku adalah Onmyouji spesial, dia hanya seorang dokter Onmyou pedesaan."

"Benar kan?" Harutora mencoba memperoleh persetujuan Touji. Touji yang diam-diam menonton interaksi mereka dari samping menunjukkan senyum miring, dan menganggukkan kepalanya.

"Aku tahu itu. Dia adalah penyelamatku."

Ketika Touji telah berada di Tokyo sebelumnya, dia telah terlibat dalam kehancuran spiritual, menunggu dekat antara hidup dan mati, dan kebetulan oleh dokter Onmyouji - dokter spesial yang menggunakan teknik Onmyoudou untuk pengobatan - yang berada di Tokyo dan berhasil menyelamatkannya dan hidupnya.

Dokter Onmyou yang telah merawat Touji adalah ayah Harutora.

Sekarang pun, Touji masih memiliki sisa dari kehancuran spiritual yang hidup di dalam tubuhnya, dan sering menerima pengobatan dari ayah Harutora karena ini. Alasan dia melakukan pelajaran remidial kali ini bukan karena nilainya buruk, tapi karena pengobatannya berakibat dengannya yang menghabiskan beberapa jam di kelas. Dia mencoba sedikit dengan Onmyoudou, dan menderita pengaruh (efek) awalnya, jadi di benar-benar mengetahui tentang teknik Onmyoudou.

"Ayah Harutora adalah dokter Onmyouji mahir yang tidak memalukan keluarga Tsuchimikado sedikit pun, benar-benar berbeda dari anaknya yang tidak bisa bagus dalam hal apapun."

"Apapun, aku tidak punya bakat dengan teknik Onmyouji. Aku tidak bisa melihat aura, tapi ini tidak buruk, tidak perlu khawatir tentang itu."

Harutora menolak ucapan tersebut, lalu mengangkat wajahnya untuk menelan potongan es besar.

Seorang Onmyouji adalah semacam profesi yang sangat istimewa, dan jelasnya didasari dengan kondisi talenta atau kemampuan, layaknya bisa melihat aura - kemampuan mata yang dikenal sebagai 'melihat roh'. Kekuatan yang juga menyokong dasar menjadi Onmuyouji.

Tapi, Harutora tidak punya kemampuan untuk melihat roh, atau dengan kata lain, Harutora tidak cocok menjadi Onmyouji. Itu adalah fakta yang paling kuat.

Hokuto adalah satu-satunya orang yang tidak menerima cara dari melihat hal seperti itu.

"Bukannya cukup jika kau meminta ayahmu untuk bisa 'melihat' nya? Mantera seperti itu adalah termasuk teknik Onmyouji, benar, Touji?"

"Aku pikir begitu. Aku dengar kalau dengan pengobatan dari seorang Onmyouji dengan kemampuan luar biasa, pengaruhnya bisa berlangsung selama beberapa tahun."

Touji menambahkan kata-katanya. Hokuto menunjukkan 'kau lihat' nah, dan menatap pada Harutora. Harutora hanya mengalihkan kepalanya untuk membantah.

"Aku katakan, untuk sekarang tidak perlu khawatir seperti ini. Lebih penting, usia keemasan Tsuchimikado berakhir beberapa waktu lalu. Saat ini keluarga utama berkurang seperti kaum ningrat, dan keluarga percabangan sepertiku tidaklah berbeda dari keluarga biasa."

"Kalau begitu, Harutora bisa menjadi Onmyouji kuat yang luar biasa, dan membangkitkan keluarga Tsuchimikado!"

"...Dari mana antusiasmu berasal..."

Perasaan lelah gagal menyerang Harutora. Dia tidak tertarik dan tidak percaya dirinya punya bakat, jadi sungguh sulit menerima kalau dia dibujuk untuk menjadi Onmyouji hanya karena dia telah lahir ke sebuah keluarga terkemuka. Dia tidak mengerti kenapa Hokuto sangat tertarik.

"Ah, juga, ada gadis berbakat yang seusia sepertiku di keluarga utama, jadi aku tidak perlu mengganggu dengan misi membangkitkan keluarga utama."

Harutora mengatakannya seperti berbisik, tapi mata Hokuto terbuka lebar ketika dia mendengar itu.

"...Apa kau membicarakn tentang gadis yang kau kenalkan sebelumnya - kerabatmu itu?"

"Benar, dia berbakat. Dia pergi ke Tokyo untuk belajar setelah lulus dari SMP. Dia belajar di sekolah terkenal yang melatih Onmyouji. Terlebih, dia baru enam belas tahun, tapi sudah ditunjuk sebagai ahli waris keluarga Tsuchimikado. Aku akan menyerahkan keluarga Tsuchimikado padanya, dan martabat keluarga akan dipertahankan tanpa perlu risau."

"Apa yang kau katakan? Gadis lain itu, apa kau tidak merasa frustasi?"

"Tidak sedikitpun."

Dia membalas dengan cepat, dan gadis itu menurunkan kepalanya dengan putus asa.

"...Menyedihkan, seharusnya kau merasa sedikit malu."

"Tapi perbedaan dalam kemampuan antara aku dan dia terlalu tinggi, jadi aku tidak punya alasan untuk membandingkan diriku dengannya."

Harutora berbicara dengan biasa.

"Tapi, berkat keluarga utama yang memiliki gadis berbakat, orang-orang di sekitarnya alaminya tidak mengharapkan banyak dari anak keluarga percabangan sepertiku. Ketika aku berbicara pada ibu dan ayahku kalau aku pergi ke SMA biasa, mereka tidak berbicara banyak. Aku bisa mengatakan kalau ayahku menjadi lebih santai karenanya."

Kata-kata terakhirnya adalah pemikiran jujurnya. Harutora tidak cemburu atau dengki pada gadis keluarga utama sama sekali, membiarkan sendiri perasaan orang yang lebih rendah. Pada akhirnya, dia tidak ingin menjadi Onmyouji, ataupun bisa membayangkan memiliki harapan seperti itu.

Mereka masih menghubungi satu sama lain ketika kecil, tapi setelah SMP, hubungan mereka semakin lama menjauh.

Terutama sekarang...

"...Serius?"

Hokuto menanyakan dengan tenang.

"Apa?"

"Apa benar kalau tidak ada seorangpun yang mengharapkanmu, Harutora?"

"Aku cuma mengatakan, mungkin... tidak..."

Mata Hokuto membuka perasaan sakit yang mereka belum pernah ditunjukkan sebelumnya, dan Harutora menjadi lebih dan lebih ragu sambil dia berbicara.

Hokuto menatap lurus ke dalam mata Harutora. Dia masih tidak merasakan maksud dalam tatapan Hokuto, dan terasa seolah jiwanya hampir terpikat ke dalam mata besarnya.

Gemerisik jangkrik mulai menjauh.

Kejadian dari setengah tahun sebelum terbangkit dalam pikirannya. Musim dingin hari itu, kelas tiga SMP, ketika Harutora memutuskan belajar di SMA biasa...

Sepasang mata cantik memandang lurus pada Harutora.

Air mata tiba-tiba berkilauan dalam kesunyian, keua mata almondnya basah.

"Bohong."

Lamunan itu melintasi pikirannya.

Dadanya gelisah, dan rasa sakit dalam yang merindukan seperti luka lama.

Saat ini.

"...Itu menetes."

Touji berkata.

Melihat dengan hati-hati, es serutnya telah meleleh, dan sebagian menetes dari bungkusan di tangan Harutora. "Kampret!" Harutora dengan tergesa-gesa berdiri, tapi sialnya mengotori dari tadi karena terendam ke dalam celananya.

Pada saat yang sama, matahari telah bergerak, dan hanya tangan Harutora yang tidak lagi di bawah bayangan pepohonan. Seperti yang diperkirakan dari nasib sial Harutora.

"Kenapa kau tidak mengatakannya dari tadi!"

"Kau harusnya sudah menyadarinya sendiri."

"...Seperti kau sedang kencing."

"Kau nampaknya sangat senang, Hokuto!"

Wajah Harutora memerah, dan Hokuto mengembalikan ekspresi normalnya, tertawa dengan gembira. "Nih." Dia menawarkan sapu tangannya. Walaupun agak ragu untuk berbagai alasan, semua yang Harutora bisa lakukan adalah mengambil sapu tangan dan meminjam darinya untuk sekarang.

"...Baiklah, konsultasi hari ini akan berakhir di sini. Anak tertua keluarga percabangan masih dalam kelas satu SMA nya, jadi tidak perlu memaksa untuk menentukan jalan masa depan sekarang."


Touji mengedipkan matanya, melihat pada awan-awan dari bawah syalnya.

Memang, dengan gelombang panas yang meningkat ini, masa depan terlihat seperti terdapat gambaran kabur yang diperkenalkan oleh khayalan.

Kalau begitu, tidak ada seseorang yang dengan pasti mengatakan apa yang akan terjadi.

Lebih penting, saat ini adalah liburan musim panas.

"Mereka yang ingin menjadi Onmyouji spesial bekerja keras mencapai tujuan Onmyouji mereka sekali mereka lulus dari SMP." Hokuto membalas, masih tidak percaya.

"Ini percuma meski kau membandingkan dengan orang lain, karena pada akhirnya, Harutora tidak bisa melihat 'roh'. Apa kau pikir dia saat ini bisa menjadi Onmyouji?"

"Tapi..."

"Kenyataannya, tingkatan lainnya juga sangat buruk."

"Ah-"

"Kenapa kau tidak membantah untuk itu! Dan touji, kau terlalu berisik!"

Suara jangkrik membelakangi suara protes Harutora, dan suara tawa Hokuto serta desahan Touji yang tercampur di dalamnya.

Siang hari di bulan Agustus.

Sinar matahari tidak menunjukkan tanda-tanda menghilang.

Bagian 4[edit]

Setelah itu, Harutora dan lainnya pergi ke tengah atap, dengan tanpa terburu-buru berlalunya waktu, dan berpisah ketika matahari mulai terbenam.

Dalam beberapa hari terakhir, mereka telah tinggal dalam kehidupan semacam ini. Hokuto dan Harutora tidak berada di sekolah yang sama, tapi sejak liburan musim panas datang, ketiganya selalu bersama hampir setiap hari.

"Kedamaian sungguh menenangkan..."

"Dan juga benar-benar membosankan."

Harutora membalas pada perkataan Touji sembari mereka berjalan di sepanjang jalan pinggir toko menuju stasiun listrik (kereta listrik?) selama sore hari. Karena arah pulang Hokuto berbeda, dia telah berpisah dari mereka duluan. Kedua laki-laki itu bersama, mereka memberikan suasana malas yang sama.

Jalan pertokoan ramai, dan terdapat sekumpulan orang-orang di mana-mana yang datang untuk membeli makan malam. Bau cola mengalir dari toko makanan, merangsang rasa lapar Harutora.

Dia menyadari kalau poster yang mengumumkan festifal kembang api tertempel di dinding pertokoan dan tiang-tiang. Festifal kembang api adalah festifal yang diadakan di kuil daerah, dan dengan pertunjukan kembang api, selalu dihelat setiap tahun.

Festifal akan diadakan besok, dan tentu saja Harutora serta lainnya, dengan tak ada hal lain yang bisa dilakukan, telah diputuskan untuk bergabung dalam kesenangan bersama.

"Berbicara tentang festifal, ini pertama kalinya kau ikut benar."

Touji telah pindah kesini pada musim semi tahun ini, dan keduanya telah berteman pada saat itu.

"Tahun kemarin kau pergi dengan Hokuto, kan?"

"Ya, aku ingat kami pergi tahun kemarin dan di tahun sebelumnya."

"Apa itu baik-baik saja? Tahun ini akan jadi ketiga denganku."

"Hei hei, Hokuto dan aku adalah teman biasa, kau tidak bisa memikirkan kalau tomboi itu dan aku kencan, benar? Caranya berbicara sama seperti laki-laki."

Meskipun dia terlihat imut, dia adalah orang yang akan mencekek leher orang lain dari belakang tanpa berpikir. Cara dia berbicara tidak seperti gadis lainnya, tapi lebih sama seperti laki-laki, walau Harutora hanya bisa dengan bebas dan biasanya bergaul dengan Hokuto karena ini.

Setelah Touji mendengar balasan Harutora, dia sedikit mengangkat alis kanannya.

"Kalian cuma teman biasa?"

"Benar, pertama kalinya kami mengikuti festifal, aku satu-satunya yang mengatakan sesuatu seperti 'Benar-benar terlihat seperti kami kencan'..."

"...Hokuto akan marah, dan menyangkalnya?"

"Tepat, aku dengan bingung menjelaskan kalau aku bercanda, dan siapa tahu dia mengerti, sejak dia tetap membuatku mentraktirnya. Saat itu benar-benar sial."

"...Harutora."

"Apa?"

"Julukan Bakatora sungguh pas."

"Apa!"

Harutora menatap pada Touji dengan tidak percaya. Touji sangat bosan untuk merespon, tapi berbalik mengikuti rasa sakit dari senyum yang melewati dengan bibirnya.

"Tapi, Hokuto tidak menjengkelkan waktu itu, dan dia tidak membicarakan banyak masalah Onmyouji. Itu mungkin dimulai tahun ini? Dia tiba-tiba menggangguku... Tapi sebenarnya, aku tidak mengerti cara berpikir licik yang dia gunakan."

Harutora bisa mengerti jika Hokuto ingin menjadi Onmyouji sendiri. Tapi dia tidak tahu apa yang ada dalam otaknya, mencoba membuat orang yang kebetulan dalam keluarga terkemuka menjadi seorang Onmyouji atas dasar sejarah keluarga. Meski Hokuto harusnya senang, sikap semacam ini adalah cara yang sangat mengganggu.

"...Dia tidak bisa menerima kalau kau dipandang rendah, huh?"

"Tidak ada seorangpun yang meremehkanku. Sejujurnya, dialah satu-satunya yang meremehkan diriku."

"Itu benar."

"Juga, dia tidak mengerti keadaannya, Tsucimikado kehilangan posisi mereka sejak lama."

Harutora tidak berhenti menggumamkan keluhan.

Dengan jelas mengejek senyum yang muncul di wajah Touji sembari dia mendengarkan.

"Kau tidak bisa menyalahkannya untuk itu, karena dia tidak jelas menerima informasi. Kau cuma harus mati-matian mengatakan padanya kalau keluarga Tsuchimikado saat ini tidak bisa disebut terkemuka, dan mereka sebenarnya mengabaikan hal itu."

Kata-kata Touji dingin, dan Harutora tidak bisa melakukan apa-apa tapi menunjukan kebenciannya.

Hokuto telah berbicara sejujurnya. Keluarga Tsucimikado memang benar telah menguasai klan selama era Heian, dan sebuah keluarga terkenal Onmyouji

Namun, nama itu telah jarang disebut dalam komunitas Onmyouji sejak Jepang modern.

Leluhur keluarga Tsuchimikado, Abe no Seimei, tak terhitung orang yang telah mendengar kisahnya, bahkan dikenal sampai hari ini. Tapi anak-anaknya, keluarga Tsuchimikado, hampir tidak diketahui siapapun, dan untuk sebagian besar hanya orang-orang 'dalam industri' (wilayah) yang akan mendengarkan nama itu.

Setelah kebangkitan Meiji, Perwakilan Onmyou - organisasi dalam penguasaan Onmyouji - diakhiri karena implementasi polisi-polisi baru, dan Tsuchimikado tidak lama memegang nama terkenal dalam Onmyoudou. Kemunduran Tsuchimikado dapat mengusut lebih jauh yang kembali pada Tokugawa Shogunate, ketika bagian besar kekuatan yang menghubungkan Onmyoudou sebenarnya telah tergeser dengan keluarga-keluarga percabangan Kurahashi dan Wakasugi, dan meski Tsuchimikado adalah keluarga utama, itu seperti mengupas kulit yang kosong.

Tapi setelah era Meiji berakhir, setelah era Taishou berakhir dan memasuki Showa, Jepang telah dibungkus oleh api peperangan, dan keluarga Tsuchimikado dengan tak terduga menerima perhatian lagi.

Di malam pecahnya Perang Pasifik, petinggi dalam militer Jepang yang percaya dengan agama dan kekuatan supernatural berencana untuk menggunakan sihir dalam upaya perang.

Kelompok ini, orang-orang yang membangkitkan Perwakilan Onmyou, dan menunjuk anak muda yang baru saja menjadi kepala keluarga Tsuchimikado - Tsuchimikado Yakou - untuk memimpinnya.

Namun, hal tersebut mungkin sebenarnya telah bertentangan.

Militer yang membangkitkan keanehan, Perwakilan Onmyou kuno, telah dihapuskan serta memulihkannya, dan menginvestasikan sejumlah besar uang ke dalam penelitian dan pengembangan, semua karena mereka telah dengan jelas menunjukan pengaruh 'sihir' seseorang. Dan orang itu adalah Tsuchimikado Yakou. Kekuatan dan bakat sihir tiada bandingnya telah memancing perhatian militer.

Pemimpin muda keluarga Tsuchimikado telah menerima dukungan militer dengan membiayai dan tenaga manusia (tentara?), mensukseskan dalam sejarah pembaharuan sihir Jepang.

Tidak hanya belajar sihir, terlebih, dia menggabungkan unsur Buddhisme, Shugendo, Shinto, dan religius Jepang lain yang disatukan dengan sihir, dan menambahkan pengetahuan unik, membentuk sistem baru sihir. Pada saat yang sama, ini merupakan semacam penyelesaian yang dapat berjalan terus dan sihir yang berguna jika militer telah meminta.

Mendekati akhir perang, menyelesaikan sistem sihir yang disaring (menyeleksi) dan mengembangkan lebih efisien, menjadi Onmyoudou Jepang modern--

'Onmyoudou Umum'. Dengan kata lain, Tsuchimikado Yakou bisa dikatakan menjadi ayah sihir modern.

Meski begitu, nama Yakou sekarang menjadi tabu di kalangan komunitas sihir.

Sumber tabu ini terjadi selama hari-hari terakhir kekalahan Jepang dalam perang Pasifik.

Pada saat itu, militer berbalik pada Perwakilan Onmyou dengan akhir kematian mereka, melarikan diri dari kenyataan dan secara berangsur-angsur kehilangan kejiwaan mereka. Militer yang meminta Yakou untuk membuat ritual sihir skala besar untuk merubah skema (perang )- yang berakhir dengan kegagalan.

Tidak ada rincian dokumen yang tersisa di belakang dan berhubungan pada ritual ini, tapi membawa benar-benar pengaruh kehancuran kemudian. Yakou yang mengadakan ritual terbunuh, tapi tidak cuma ini, sebagai pengaruh ritual, aura di Tokyo sangat berat, menghancurkan keseimbangan semula dan memimpin pada kehancuran spiritual besar seperti tidak pernah terjadi sebelumnya.

Rumor pada saat itu kalau Hyakki Yagyou[6] telah memasuki Ibu Kota sepanjang malam.

Tapi, Tokyo telah diserang oleh Amerika Serikat pada saat itu, dan kota hampir dilumpuhkan, jadi kenyataannya adalah tidak mungkin untuk memahami situasi yang sebenarnya, dan apa yang sebenarnya terjadi adalah tidak jelas.

"...Tapi terdengar bagiku seperti dulu... adalah kesalahan besar yang dibuat oleh leluhurmu selama seabad terakhir."

"Benar." Harutora membalas dengan tenang dalam suara bosan.

Kalau begitu, gangguan aura telah perlahan distabilkan dengan sedikit selama berlalunya waktu, tapi membersihkan gangguan masih tidak bisa terlihat setelah perang berakhir. Semua penelitian yang dipercayai selama ritual Yakou, semacam perubahan kritis telah terjadi.

Sebagai hasilnya, selama kesibukan pemerintah Amerika Serikat, Perwakilan Onmyouji ditugaskan untuk melawan kehancuran spiritual yang berlanjut setelah perang - semuanya diserahkan pada Perwakilan Onmyouji yang juga terpisah dari militer, memfokuskan melawan kehancuran spiritual Tokyo. Ironisnya, apa yang mereka gunakan adalah kekuatan besar Yakou yang menyelesaikan Onmyoudou.

Sekarang, Perwakilan Onmyou telah mengganti namanya menjadi Perwakilan Onmyou[7] dan mengawasi semua berbagai pengguna sihir dari wilayah, tetapi kewajiban utamanya adalah menekan kehancuran spiritual yang menembus Jepang - yang sebagian ada di dalam Tokyo.

Tersisa kalau Yakou masih meninggalkan batasan komunitas sihir Jepang, dan sejarah Onmyoudou sangat bersahabat dengan kesengsaraan keluarga Tsuchimikado. Tidak akan banyak mengatakan kalau komunitas sihir Jepang telah dikubur dalam keluarga Tsuchimikado.

"Kau benar-benar lahir dalam keluarga yang merepotkan."

"Jangan berkata seperti itu."

Terdapat gundukan buku yang terkait dengan sejarah ini, di mana tidak satu bagian pun tersisa dalam kegelapan.

Tapi, kecuali orang-orang seperti Touji yang melibatkan dirinya dari gagasannya sendiri, tidak serangpun akan memiliki kesempatan untuk muncul dengan bersinggungan dengan pengetahuan ini.

"Kenapa kau tidak pergi mencari Hokuto dan menjelaskan padanya bagaimana rumitnya situasi keluarga Tsuchimikado saat ini?"

"Tapi, aku takut dia akan membalas padaku 'Lalu kau harus membersihkan kutukan leluhurmu!' dan bertambah lebih semangat."

"Ada kesempatan bagus."

"Ngomong-ngomong, apa dia tidak tahu tentang hal itu, terlihat seperti dia bersemangat untuk mengajak?"

"Kehancuran Spiritual sering disebutkan dalam buku pelajaran di sekolah, tapi nama Yakou tidak muncul."

"Tapi Hokuto mengetahui kalau keluarga Tsuchimikado itu terkenal. Itu pengetahuan yang sungguh tak jelas."

"Membicarakannya saat ini tidak berguna, dan lebih penting dia penuh misteri dari awal, jadi tidak akan jadi aneh keadaannya."

"Yah..."

Harutora menyilangkan lengannya sambil berjalan di atas jalan, dan menjadi mengesalkan.

Dia dan Hokuto telah mengenal satu sama lain sejak lama, tapi sebenarnya keduanya saling bertemu dengan kebetulan. Mereka seusia sama, tapi dia tidak tahu sekolah apa yang Hokuto masuki, di mana dia tinggal, ataupun nama terakhirnya. Selain itu, Hokuto selalu menghindari masalah tersebut dengan tertawa.

"Mungkinkah kalau dia seorang mata-mata Onmyouji?"

"Itu organisasi nasional, apa 'mata-mata'."

"Lalu, mungkinkah kalau dia adalah anggota organisasi sihir bawah tanah?"

"Untuk memperkirakan kau mulai berpikir tentang bawah tanah."

Tatapan dingin Touji sekilas melihat pada Harutora yang berlebihan dalam memikirkan sebagai pemikiran tak berguna yang terbentang di depannya.

"Apa kau memikirkan dirimu, Harutora?"

"Hah? Memikirkan tentang apa?"

"Tentang Onmyouji. Apa kau ingin menjadi Onmyouji?"

"Hei, dari mana asal kau mengatakan hal itu, kau tidak hanya mengatakan aku tidak punya bakat?"

"Itu tidak masalah apa kau punya bakat atau tidak, aku menanyakan apa kau tertarik."

Touji menanyakan dengan nada mengusik. Dia selalu memiliki kebiasaan buruk membicarakan tentang topik menggelikan dengan nada serius.

"...Sejujurnya, ketika aku masih kecil aku percaya kalau aku akan pastinya menjadi Onmyouji suatu hari nanti... Aku sungguh memikirkan itu."

"Benarkah."

"Tapi bukan karena aku menginginkannya, tapi lebih karena 'tradisi' seperti itu, jadi aku tidak punya pilihan - itu semua yang aku pikirkan."

"Tradisi?"

"Yah, dihitung sebagai 'tradisi keluarga' ...Aku kira."

Harutora menjawab dengan samar-samar.

"Tapi, itu semua ketika aku kecil. Aku pernah menanyakan ayahku, dan tradisi nampak seperti adat dari masa lalu. Dia juga mengatakan padaku sebelum aku memutuskan untuk masuk sekolah ini kalau era saat ini adalah berbeda, dan begitu aku bisa memutuskannya sendiri."

Ketika masih kecil, Harutora telah mengagumi Abe bo Seimei, dan bermain permainan Onmyouji sepenuh hati. Sampai dia masuk SMP, setiap hari dia akan selalu latihan menggerakkan jimat dari kotak dan melemparkannya, dan akan mengambil sikap berdiri di depan cermin. Itu adalah masa lalu, dia tidak bisa mengaku pada Touji meski harus mati untuknya.

Setelah dia mempelajari kalau dia tidak memiliki bakat, jika antuasias juga secara berangsur-angsur menghilang, dan mengganti pemikiran dengan hal lain - itu merupakan hal yang sangat normal.

Semacam perubahan tidak akan aneh. Ada beberapa anak yang ingin menjadi olahragawan atau astronot, tapi sebagian mayoritasnya segera melupakan cita-cita masa kecil mereka.

"...Jika aku punya bakat, mungkin hal itu tidak akan jadi sama..."

Jika dia, putra keluarga percabangan, telah bisa melihat roh, hidupnya pasti akan sangat berbeda dari sekarang. Dia tidak tahu apakah cara ini adalah bagus atau buruk.

Baru saja ketika dia memikirkan ini...

"...Aku merasa seperti kau punya bakat."

Touji mengatakan ini dengan biasa. Harutora terkejut, dan hanya tersenyum pahit.

"Apa yang kau katakan, itu mengerikan. Jangan menghiburku."

"Aku cuma mengatakan sebenarnya. Bukankah kau menggunakan jimat?[8]"

"Jimat? Apa yang kau membicarakan tentang healing charm[9]? Itu hanya menirukan gerakan ayahku. Cuma mantera aku tahu 'Perintah' standarnya dan lebih penting aku tidak bisa melihat roh, jadi itu hanya akan jadi pengganggu."

'Meski aku mempelajari cara membuatnya.' Harutora dengan diam-diam menambahkan itu dalam hatinya.

Harutora telah ditabrak oleh mobil dua belas kali, dan menerima luka dalam waktu lama. Ketika dia terluka, ada kalanya dia akan dengan diam-diam mencuri beberapa healing charm dari ruang pengobatan. Jimat yang dia curi digunakan untuk menyembuhkan luka, dan orang normal bisa melihat hasil jika energi roh dari pengguna atau targetnya adalah salah.

"...Tapi, itu sangat manjur."

"Tidak mungkin, itu biasa."

Harutora menyeringai, melambaikan tangannya dengan ringan. Touji menatap padanya dengan penuh pertimbangan tanpa mengatakan apapun.

"Bahkan Bakatora masihlah harimau..."

"Touji, kenapa kau memanggilku Bakatora juga?"

Harutora marah, dan Touji mulai tertawa.

Setelah mereka meningggalkan jalan pertokoan, mereka sampai ke stasiun listrik. "Bye." Touji melambaikan tangannya, berjalan keluar dari pintu pagar.

Rumah Harutora ada di ujung lain stasiun kereta, dan dia berjalan menuju jembatan sampai rel listrik (kereta) setelah mengatakan selamat tinggal pada Touji.

Dia menaiki tangga, dan berjalan ke atas jembatan.

Kereta melewati di bawah kakinya, membuat bunyi berderik.

Tidak ada banyak bangunan di dekatnya, dan pemandangan dari atas jembatan begitu luas, menyediakan pemandangan jalan dari senjakala, dan luas tanah serta pengunungan di jarak dalam pandangannya.

Pada saat ini, awalnya sinar matahari yang penuh semangat juga berkurang dari sejak siang hari, dan angin menghembus melewati jembatan dan meniup melawan keringat di belakangnya yang tidak diduga menyejukkan.

Besok pagi dia harus mengambil kelas remidi lagi, tapi festifal berlangsung malam hari. Takoyaki, mie goreng, dan manisan apel. Membangkitkan gairah Hokuto dan sikap tenang Touji.

Nampaknya itu akan jadi sangat menyenangkan.

...Ini tidak buruk.

Harutora tanpa sadar bersantai, menikmati senja matahari terbenam di musim panas, dengan tanpa tergesa-gesa berjalan melintasi jembatan.

Dia berjalan ke tangga di ujung (tepi) jalan, dan akan turun, ketika dia bergerak ke pejalan kaki yang berjalan ke atas dari bawah.

Tr1 049.png

Harutora menghembuskan napas.

Pejalan kaki itu membuat Harutora menengadahkan kepalanya, mungkin menyadari sesuatu aneh di atasnya - lalu, langkah kakinya terhenti di atas tangga seolah gadis itu terpaku.

Sepasang mata yang menawan, terbuka lebar.

Gadis yang mengenakan gaun hitam kelam di mana dadanya dihiasi dengan renda. Dia memegang tas tangan, dari sebuah topi jerami coklat yang dililit dengan pita orange yang menggantung di bawah.

Topi jerami yang bergerak (bergelombang) dimana-mana dari hembusan angin kuat di jembatan. Angin meniup rambut panjangnya, yang menarik pancaran di udara. Dia tidak bergerak sama sekali. dengan diam menatap pada Harutora. Harutora pun melakukan hal yang sama.

Dia harusnya di Tokyo.

Kenapa dia di sini?

Hanya seperti Harutora ingin tahu...

"La, Lama tak ketemu, Harutora-kun."

Teman masa kecilnya dengan keluarga yang sama dengan lembut memanggil Harutora, masih menunjukan penglihatan terkejut.

Harutora dengan pelan menganggukkan kepalanya untuk membalas, masih berdiri dan tidak mengatakan satu katapun.

Orang paling muda dari keluarga Tsuchimikado dan gadis keluarga utama--

Tsuchimikado Harutora dan Tsuchimikado Natsume, terpisah untuk waktu yang lama dan bertemu lagi.



Dia akhirnya telah menyelesaikannya.

Ketegangannya dilepas, dan gadis itu menghembuskan napas dalam-dalam.

Dia telah tinggal sendiri di lab penelitian pribadi yang dia khususnya siapkan, dan menaikkan senyum kemenangan yang muncul pada wajahnya. Di depan matanya terdapat sebuah kotak kaca (peti) persegi sekitar satu meter panjangnya, yang ditempatkan di atas meja besar, dan kucing hitam dengan tergesa-gesa melangkah mundur dan keluar dari dalam peti.

Satu jam sebelumnya, kucing hitam itu telah dalam keadaan mati.

Ini hanya sebuah eksperimen, tapi dia sudah memahami seluruh prosedurnya, dan semua yang tersisa adalah memenuhi seluruh syaratnya.

Dengan kata lain - dia hanya perlu menyiapkan upacara dan pemimpin[10].

Dia menyentuh teleponnya dalam lab penelitian, memutar nomor telepon diluar garis, dan berencana memanggil pada target dengan membuat semacam alasan.

Namun, balasan dari sisi lain adalah tak terduga.

"Liburan musim panas?"

Bibirnya dengan tanpa sadar tergencer. Dia hidup mengasingkan diri dari luar sejak lama, dia tidak punya waktu membalas perhatian untuk jadwal targetnya.

Setelah mengangkat telepon, dia berbalik untuk melihat pada sudut ruangan. Terdapat kotak besar dengan kekuatan sihir yang ditempatkan padanya. tapi itu bukan hanya kotak.

Itu adalah peti mati.

Penutup peti ditutup dengan sangat rapat. Sisa sedikit emosi menyorot melewati lebih dalam mata gadis itu.

Kemudian, suara samar muncul dari belakangnya. Dia berbalik ke belakang dan kucing hitam dalam kotak kaca roboh lagi.

Dia gagal. Dia menggertakkan giginya dengan kuat, untuk mengendalikan dirinya.

"Tidak masalah... Aku pastinya akan berhasil."

Lalu--

Pintu lab penelitian ditendang, dan sekumpulan pria yang mengenakan setelan selaras dengan terburu-buru masuk.

Mereka memegang senapan dan menggenggam jimat.

"Jangan bergerak! Kau ditahan untuk kecurigaan menggunakan sihir terlarang!"

Pria yang merupakan pemimpin menunjuk senapannya pada gadis itu, menampilkan bukti identitasnya. Mereka adalah penyelidik kejahatan sihir - dan dikenal sebagai Penyelidik Mistik. Mereka harusnya selalu melakukan pengawasan rahasia padanya yang ketahuan pada saat ini.

Tepi mulut gadis itu membelok dengan senyum angkuh.

"...Kalian pikir siapa diri kalian?"

Di waktu itu, gadis itu melancarkan rencana yang telah disiapkan untuk waktu yang lama.


Referensi[edit]

  1. melihat roh atau sesuatu yang tidak bisa dilihat orang biasa
  2. saat orang berjanji biasanya mereka akan menggerakkan jari kelingking mereka ke atas dan ke bawah dan mulai menyanyikan semacam yel-yel.
  3. nama plesetan bahasa jepang dari haru ke baka, yang berarti bodoh atau idiot.
  4. seperti preman
  5. Hokuto membicarakan dirinya sendiri.
  6. Pertunjukan Seratus Iblis
  7. awalnya saya yang salah ngartiin, karena Bureau dan Agency artinya hampir sama sih, tapi biar gak bingung Bureau adalah Perwakilan Onmyou lama sedangkan Agency adalah yang baru/penggantinya.
  8. jimat yang dimaksud adalah jimat berbentuk kertas dan dalam cerita rakyat atau film-film biasanya digunakan untuk menyegel vampir atau hantu.
  9. kalau diartikan jadi jimat penyembuh atau pembersih? tapi kalau tetap bahasa inggris mungkin lebih enak.
  10. pengatur upacara ritual
Balik ke Ilustrasi Kembali ke Halaman Utama Lanjut ke Chapter 2