Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 4 Bab 6
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===6-3=== Kami mengajak Hayama dan yang lain saat berjalan ke lapangan. Lapangan tersebut oval dan mirip lapangan olahraga, hanya saja lapangan itu dikelilingi oleh hutan bukan pagar. Gubuk yang kelihatannya sebuah gudang penyimpanan peralatan terletak di ujung pinggir lapangan. Setelah Hiratsuka-sensei berceramah pada para lelaki, kami mulai menyiapkan api unggunnya. Totsuka dan Tobe memotong kayu bakar dan membawanya kemari. Hayama menumpuk kayu tersebut, sementara aku menyusunnya menjadi sebuah bentuk yang mirip sebuah sumur. “Menumpuk kayu sendirian dengan hening seperti ini agak mirip Jenga,” ujarku. “Huh? Kamu bisa main Jenga sendirian?” tanya Hayama padaku dengan wajah datar. Tunggu, tidak bisa? Aku pikir sudah pasti Jenga itu sama seperti menyusun menara kartu… Kalau para perempuan, mereka sedang menggambar garis putih di sekeliling pusat api unggun. Garis ini akan dipakai untuk tarian rakyat tersebut. Kami memotong kayu bakar, mengumpulkannya dan menumpuknya. Tentu, persiapannya itu sendiri cepat selesai, tapi karena ini semua pekerjaan fisik di bawah terik matahari, itu cukup melelahkan bagi kami. Aku menyeka keringatku yang bercucuran. “Panas ini membunuhku.” “Iya…” Hayama dan aku berbicara seakan kami berdua sedikit muak dengan ini. “Kerja bagus.” Hiratsuka‐sensei, yang datang untuk memantau laju pekerjaan kami, menyodorkan kami dua kaleng jus. Persis saat aku menerima ungkapan terima kasihnya‐ “Yang lain sudah menyelesaikan pekerjaannya. Yang perlu kalian lakukan tinggal bersiap-siap untuk uji keberanian sore ini. Kalian bebas sekarang.” Hanya Hayama dan aku yang tersisa, seakan kami itu antrian terakhir. Yah, kami bebas melakukan apapun untuk sekarang. Saat aku berjalan kembali ke bungalo, aku memeras otakku memikirkan apa yang akan kulakukan setelah ini. “Aku akan kembali ke kamarku untuk sekarang, jadi bagaimana denganmu, Hikitani‐kun?” “Oh, aku juga…” mulaiku, tapi kemudian sebuah pemikiran terlintas di benakku. Kalau aku kembali ke kamarku seperti ini, aku harus pergi bersama dengan Hayama. Itu bukan sebuah masalah besar atau semacamnya, tapi aku anehnya merasa tidak tahan dengannya<!--but I had this weirdly resistant reaction to him-->. Sebagai contohnya untuk kalian, ini seperti berjalan pulang dari reuni kelas pada arah yang sama dengan seseorang yang tidak begitu akrab denganmu, yang berarti kamu harus memaksa dirimu untuk membuat obrolan yang canggung. Dalam situasi seperti ini, apa yang perlu kamu lakukan untuk menghindarinya? Hanya ada satu jawaban. “Sebetulnya, aku mau mampir ke tempat lain.” Terus terang saja, aku tidak mau mampir kemana pun. Itu hanyalah sebuah kebohongan kecil yang dipakai seseorang agar dia tidak segera pulang ke rumah. Beberapa orang tidak paham maksud di balik kalimat tersebut dan berkata, “Huh? Kamu mau kemana? Aku ikut juga!” tapi seorang manusia yang arif akan memilih untuk tidak terus bertanya. Aku rasa Hayama itu salah satu tipe manusia yang arif. “Baiklah. Kalau begitu aku pergi ke sana dulu,” kata Hayama selagi dia berjalan pergi, sambil mengangkat salah satu tangannya. Aku membuat sahutan yang tidak jelas dan melihat dia pergi. Baiklah, apa yang kulakukan sekarang…? Kalau begini terus, aku akan bertemu dengan Hayama kalau aku kembali ke kamarku, jadi tidak ada gunanya bersusah payah membuat alasan itu untuk berpisah. Pergi ke suatu tempat untuk menghabiskan waktu itu mungkin pilihan yang paling tepat. Saat aku berjalan selagi pemikiran-pemikiran tak berarti muncul dalam pikiranku, kakiku sesuka hatinya membawaku ke suatu tempat. Aku mendengar gemercik aliran sebuah sungai kecil. Oh iya, aku keringatan… air di sekitar sini bersih, dan lagi pula, tidak ada orang yang tinggal di hulu sungai ini. Airnya mungkin cukup jernih jadi aku bisa mencuci wajahku dengan air ini. Menuju sumber suaranya, aku berjalan mengikuti jalurnya sampai aku tiba ke sebuah sungai kecil. Sungai ini kira-kira sekecil parit yang dangkal. Mungkin ini sebuah anak sungai. Singkatnya, kalau aku berjalan ke hilir, aku mungkin akan menemukan sungai yang lebih besar. Itu akan cocok untuk mencuci wajahku. Selagi aku melanjutkan langkahku, pepohonan yang lebat dan rimbun itu mulai menyusut sedikit demi sedikit. Suara air mengeras, dan pada penghujung hutan tersebut terdapat sebuah area luas yang menyolok. Ini adalah bagian kering dari palung sungai. “Ohhh, ini terasa agak nyaman,” Aku hanya dapat bergugam puas pada diriku. Sungai ini mungkin dua meter lebarnya, tapi arus sungai yang lembut dan adem ini bahkan tidak sampai pahaku, dan arusnya terlihat adem ayem. Airnya terlihat cocok untuk berbenam. Menatapi pantulan cemerlang air tersebut, aku berjalan menyusuri bantaran sungai dan‐ “Diiiiiingin sekali!” “Rasanya luar biasa!” Di dalam hutan yang hening tersebut, aku dapat mendengar suara tinggi berteriak riang. Ketika aku memalingkan mataku ke arah tersebut, Yuigahama dan Komachi sedang bermain-main di sungai. Bahkan dari jauh, aku dapat melihat mereka memakai pakaian renang. Apa-apaan yang sedang mereka lakukan…? “Oh, onii‐chan. Hei, hei! Kemari!” “…huh? Hikki?” Komachi melihatku saat aku sedang berdebat dengan diriku apa aku sebaiknya kembali. Sekarang setelah dia memanggilku, aku tidak ada pilihan selain menurut. Sebetulnya, aku benar-benar tidak berkeinginan melakukan hal tersebut, lagipula aku ini seorang pria terhormat, jadi mendekati gadis yang mengenakan pakaian renang tanpa persetujuan mereka itu melanggar prinsipku, tapi sekarang setelah aku dipanggil ke sana aku tidak ada pilihan lain – dan, oh iya, aku harus mencuci wajahku juga. Sial, toh aku tidak ada pilihan lain juga, jadi aku jalani saja sampai akhirǃ “Apa yang kalian lakukan? Dan kenapa kalian memakai pakaian renang?” tuntutku, setelah berlari ke arah mereka dengan begitu kencangnya sampai aku terengah-engah. Komachi menangkupkan tangannya dan kemudian‐ “Siram dia<!--Down the sink she goes-->!” Tsunami. Kepalaku basah semua, menyisakan tetesan dari ujung rambutku. …dingin sekali. Mendadak, rasa antisipasi di dalam diriku turun jauh. Sialan, jangan katakan sesuatu yang biasanya hanya kamu katakan dalam kamar mandimu<!--restrict to the confines of your private toilet-->… Untuk sesaat, aku menatap tajam ke arah Komachi dengan mata yang sayu, tapi adik kecilku tidak menunjukkan tanda-tanda penyesalan. “Panas rasanya saat melakukan persiapannya, jadi kami berbenam sebentar” adalah jawaban acuh tak acuhnya pada pertanyaanku sebelumnya. “Kalau soal pakaian renangnya, Hiratsuka-sensei bilang kami boleh bermain-main di sungai… tunggu, kenapa kamu di sini, Hikki?” Yuigahama menjawab pertanyaanku dengan sebuah pertanyaan, bersembunyi di belakang Komachi seakan dia merasa malu dengan pakaian renangnya. “Er, Aku cuma datang untuk mencuci waja‐” “Siapa peduli?” sela Komachi di tengah-tengah kalimat yang kuucapkan. “Lihat, onii‐ chan! Lihat pakaian renang baruku!” Dengan tingkah berlebihan, Komachi membuat pose yang benar-benar tak kumengerti maksudnya. Ujung bikini kuningnya dihias dengan rumbai-rumbai, memberikan kesan tropis selatan. Saat Komachi memercikkan air dengan riang, aku dapat melihat pakaian renangnya berkilauan. Apaan ini, Splash Star<ref> Referensi anime Futari wa Pretty Cure Splash Star, tentang gadis ajaib. </ref>? Setelah dia selesai membuat pose-pose untuk sementara ini, Komachi menatapku. “Jadi apa keputusannya?” Aku mengerang. “Oh. ya. Kamu orang terimut di dunia.” “Whoa, asal-asalan sekali.” Komachi merasa amat kecewa. Maksudku, ayolah, dia punya baju seperti itu di rumah… Bersungut-sungut melihat reaksiku, Komachi mengerang bosan, tapi kemudian matanya berkelip nakal dan dia diam-diam menyiapkan sesuatu di belakangnya. “Kalau begitu… bagaimana dengan Yui‐san?” “Hei! Komachi‐chan! Eek!” Dengan sentakan mendadak, Komachi menarik Yuigahama, yang bersembunyi di belakang punggungnya. Tidak mampu menghadapi tindakan mendadak ini, Yuigahama terhuyung-huyung di depanku. Biru cerah adalah hal pertama yang menarik perhatianku. Dia memainkan rambutnya dengan malu-malu dan merapikan rok bikininya. Kulit halus bagai sutranya yang cocok dengan warna biru bikininya, memantulkan sinar matahari. Tetesan air berlinang dari kulit berkilaunya, sisa dari permainan airnya barusan tadi. Mataku menyimpan lengkungan anggun yang menandai tengkuknya, berhenti sejenak pada celah tulang selangkanya, sebelum berkelana ke dadanya yang montok. Yah, sial. Aku hanya tidak bisa melepaskan pandanganku darinya. Hanya dengan segenap tekadku, aku entah bagaimana dapat melepaskan pandanganku. Setiap kali aku berusaha mengangkat mataku, mataku akan turun dengan sendirinya. Jadi ini ternyata Hukum Ketiga Fisi''tits''… terima kasih, untuk<!--based--> ''Bewbton''‐sensei. “Er, um… uhhhh…” Selagi dia bergeliat, wajah Yuigahama merah merona dan dia memalingkan wajahnya. Tapi ketika aku tetap terdiam, matanya melirik-lirik ke arahku dengan bimbang. Kalau dia ingin pendapatku atau semacamnya, maka ini sungguh canggung. Apa-apaan dengan situasi ini? Aku merasa ingin tewas di tempat. Dengan tenang, aku membuka mulutku, memilih kata-kata teraman, paling tidak menyinggung yang dapat kukatakan. “Yah, uh, terlihat bagus. Cocok denganmu.” “Oh, oke… terima kasih.” Yuigahama tersenyum malu-malu. Tapi aku hanya tidak mampu mendorong diriku untuk menatap matanya. Karena aku dapat merasakan wajahku merona. Aku berlutut di tepi air dan menangkup sedikit air. Air yang jernih dan dingin menyegarkan itu menenangkan kulit meronaku. Selagi aku menggosok wajahku terus menerus, suatu suara yang kukenal mendadak menerjangku. “Wah wah, apa kamu sedang bersujud di depan sungai?” “Yang benar saja. Kamu berdoa ke arah tanah suci lima kali sehari…” Mendengar kata-kata yang dingin dan menusuk itu, secara refleks aku melihat ke atas. Saat itu, aku lupa untuk bernafas.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information