Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 4 Bab 7
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===7-3=== Saat kami melakukan persiapan untuk uji keberanian, Hiratsuka-sensei memanggil kami untuk pergi ke salah satu kamar dalam rumah tamu. “Aku ingin kalian untuk menampilkan cerita hantu untuk meningkatkan ketegangan uji keberanian nanti,” kata Hiratsuka‐sensei, mengumumkan misi kami selanjutnya. Mengenai uji keberanian, cerita hantu tidak bisa dilewatkan. Kalau kami bisa meningkatkan ketegangannya dengan cerita hantu, bahkan kami akan terlihat seperti hantu tergantung setakut apa yang mereka rasakan. Orang bilang bahwa “Wujud asli hantu hanyalah rumput yang layu”, tapi ketika manusia dikuasai oleh perasaan yang dinamakan rasa takut, mereka cenderung akan berhalusinasi mengenai penampakan yang aneh dan ganjil. Kalian bisa bilang fenomena hantu itu kira-kira muncul dari kesan dan kesalah-pahaman subjektif. Singkatnya, merasa bahwa masih ada jagung dalam kaleng sup jagung kental atau melihat mangkuk bergerak setelah kamu menuangkan sup miso panas ke dalamnya juga merupakan penafsiran secara subjektif. Kamu salah memahami mekanisme yang kamu lihat. Tidak ada sesuatu di dunia ini yang begitu misterius. “Apa ada yang tahu cerita hantu?” tanya Hiratsuka‐sensei pada kami. Kami saling bertukar pandang. Yah, ini bukan acara Pendongeng Tamori, jadi kami tidak siap sedia sekumpulan cerita hantu<ref> Tamori adalah aktor Jepang yang membawa acara televisi Jepang Yonimo Kimyō na Monogatari (Cerita yang Tak Biasa). </ref>. Satu-satunya yang mengangkat tangannya selain aku adalah Totsuka. “Hmph. Totsuka dan… Hikigaya, huh. Kombinasi yang hanya membuatku merasa takut. Ceritakan sedikit mengenai cerita kalian.” Untuk membuat latar cerita uji keberanian nanti, kami akan menampilkan cerita hantu kami di depan dua kelas dengan masing-masing tiga puluh murid – artinya, di depan enam puluh murid. Tentu saja, kami tidak boleh menceritakan cerita yang terlalu membosankan. Kami meminjam sebuah kamar di dalam rumah tamu tersebut dan duduk berkeliling membentuk lingkaran. Kami bahkan menyiapkan lilin untuk menambah suasananya. Totsuka dan aku menyetujui urutan untuk menceritakan cerita kami hanya dengan tatapan mata. Setelah melakukannya, Totsuka mengangkat tangannya dengan segan, tanpa menghiraukan tatapan hening yang kami lakukan tadi. “Oke, aku akan mulai dulu…” Cahaya di dalam kamar itu sudah dimatikan, meninggalkan hanya beberapa lilin redup yang untuk dipakai sebagai sumber cahaya. Ketika angin lemah berhembus lewat jendela yang sedikit terbuka itu, cahaya lilin bergerak-gerak dan bayangan tipis mereka berubah-ubah. “Ini sebuah cerita mengenai senpaiku. Senpaiku itu semacam pembalap jalanan. “Suatu hari, dia menantang ke puncak gunung sendirian seperti yang selalu dilakukannya. Tapi kemudian dia dicegat oleh mobil patroli. Dia pikir ini aneh karena dia belum melewati batas kecepatan saat itu. Kemudian, polwan yang turun dari mobil patroli itu berkata padanya. “‘Dua orang berkendara tanpa helm itu melanggar hukum… huh? Apa yang terjadi dengan gadis yang kamu bonceng?’ tanyanya. “Senpai selalu pergi sendirian; dia tidak pernah membonceng siapapun. Jadi kalau begitu… persisnya siapa yang polwan itu lihat…? Dan kemudian keesokan harinya…” Totsuka menyeka tetesan keringat dari dahinya dan menelan dengan keras. “Senpai berdance dengan hard luck <ref> Kata “hard luck” dan “dance” mengacu pada cuplikan ikonik dalam manga balap Kaze Densetsu Bukkomi no Taku. Salah satu karakternya mengalami kecelakaan dalam sirkuit. Pemain utamanya kemudian berkata, “Orang yang mengalami ‘kecelakaan’ berdansa (dance) dengan nasib sial (hard luck).” Kata “dance” dan “hard luck” ditulis dengan kanji, tapi diucapkan dalam bahasa Inggris. </ref>.” Ceritanya antiklimatik. Ada apa dengan Inggris aneh itu? Dia kebanyakan membaca manga ''yankee''… Semua orang yang mendengarkan terlihat kecewa. Tapi Totsuka terus bercerita. Aku harus mengagumi kekuatan tekadnya. “Senpai itu sekarang ayah dari dua orang anak. Dia berhenti menjadi pembalap jalanan dan mulai bekerja. Kemudian dia membentuk keluarga yang bahagia setelah menikahi polwan yang mencegatnya hari itu. Sekarang ini, istrinya jauh lebih menakutkan dari hantu.” “Siapa yang ingin mendengar cerita menghangatkan hati seperti itu…?” kata Hiratsuka‐sensei dengan jijik. Heh, Aku juga tidak tahan kalau sesuatu seperti itu disebut cerita hantu. Aku akan mengajari brandalan ini apa itu ketakutan yang sebenarnya. “Sekarang giliranku.” Aku mendekatkan lilinnya padaku, membiarkannya bergesek di lantai. Bayangan api tersebut berubah. Aku akan menceritakan kepada mereka cerita yang benar-benar menakutkan – percayalah! “Ini sebuah kisah nyata…” Setelah aku memakai kalimat pembuka yang umum itu, suara bisikan segera berhenti. Aku dapat mendengar setiap nafas yang mereka tarik. “Ini terjadi sewaktu SD, sewaktu sekolah kami mengadakan perkemahan. Mereka memutuskan untuk menyelenggarakan uji keberanian tahunan ini. Benar… itu terjadi pada malam damai seperti malam ini. “Kami dibagi ke dalam kelompok, ditugaskan untuk membawa kembali selembar jimat kertas dari sebuah kuil kecil di dalam hutan. Semua berjalan dengan lancar sampai akhirnya nomor kami dipaanggil. Tapi, ya, mereka mungkin menyebutnya uji keberanian, tapi semua trik-triknya dibuat oleh para guru. Tidak ada hantu yang berkeliaran. Orang-orangan sawah dan guru yang menaruh sprei ke atas kepala mereka mungkin membuat kami ketakutan, namun kami masih berhasil mengambil selembar jimat dari kuil tersebut dan kembali dengan aman. “Tidak ada yang terjadi sama sekali, hanya suatu acara menyenangkan dengan sedikit teriakan dan pekikan. Atau begitulah yang kupikir. Kemudian salah satu anggota kelompok kami, Yamashita‐kun, tiba-tiba berkata. “‘Apa seseorang mengambil jimatnya?’ “Kata-kata itu sudah cukup untuk membuat kelompok kami gaduh. ‘Kamu ya?’ ‘Bukan, bukan aku.’ ‘Bukan aku juga…’ ‘Siapa kalau begitu?’ Anggota kelompokku berkata mereka tidak bisa ingat siapa yang mengambil jimatnya. Aku begitu ketakutan, kalian tahu. Sepatu botku gemetaran, aku hampir meneteskan air mata. “Karena…” Suaraku melemah. Semua pandangan ditujukan padaku – tidak, bukan padaku, tapi mungkin pada kegelapan hitam pekat yang berada di belakangku. “…tidak ada yang menyadari bahwa aku yang mengambilnya…” Selagi aku mengakhiri ceritaku, aku meniup lilin tersebut. Dalam keheningan mematikan yang menyelubungi ruangan tersebut, aku mendengar Yuigahama menghela. “Itu cuma cerita seorang penyendiri.” “Itu akan lebih menakutkan kalau Hikigaya-kun ternyata akrab dengan orang yang menjalani uji keberanian bersamanya.” Yukinoshita juga melemparkanku tatapan yang dingin. Dia tepat sekali, jadi aku tidak dapat menyuarakan bantahan apapun. “Astaga, apa cuma itu cerita terbaik yang bisa kalian pikirkan?” Hiratsuka‐sensei menghela dengan dalam, dalam sekali. “Errr, apa yang anda harap kalau anda meminta para amatiran mendadak menceritakan sebuah cerita horor…?” tanyaku. “Hmph… tapi itu adalah kemampuan yang sangat dicari-cari bagi orang dewasa yang sudah bekerja. Karena, kamu akan diminta untuk ‘menceritakan cerita yang lucu’ pada pesta minum-minum. Kamu tidak akan mendapat kesempatan untuk mengasah kemampuan berceritamu lagi. Itu membuat hubungan kerjamu berjalan dengan mulus.” Itu mengejutkanku. A-Aku tidak tahu… “Apa yang anda katakan…? Karena aku sudah tidak ada harapan lagi, aku sebaiknya tidak bekerja. Itulah lingkungan pekerjaan yang seharusnya kumiliki, bukan?” “Kamu terlalu negatif… Akan kutunjukkan kalian bagaimana caranya,” kata Hiratsuka‐sensei selagi dia menyalakan salah satu lilin tersebut. Semakin tua semakin bijak – sesuatu semacam itu. Pada akhirnya, kami akan mendengarkan cerita hantu orang dewasa. Dengan ekspresi penuh dengan harapan (“Dia akan menceritakannya pada kitaǃ Cerita asli yang akan membuat kita gemetaran!”) kami berpaling ke arah Hiratsuka‐sensei. Hiratsuka‐sensei menerima tatapan kami dengan senyuman tak kenal takut dan kemudian dengan perlahan mulai menceritakan kisahnya. “Aku mengenal seseorang yang bisa kalian katakan sahabat karibku. Kita sebut saja dia Kinoshita Haruka. Tapi lima tahun silam, Kinoshita Haruka menghilang… yang dikatakannya padaku sebelum dia menghilang hanya,‘Aku akan pergi duluan’. Semenjak saat itu, aku tidak pernah berjumpa dengannya… “Tapi terjadi sesuatu beberapa hari yang lalu. Seorang wanita yang kukenal muncul di hadapanku. Ekspresinya letih dan senyuman yang tipis terpampang pada wajahnya. Dia adalah sahabatku, yang seharusnya menghilang. Baru saja aku akan memanggilnya, aku melihat sesuatu di belakangnya – wajah yang menyeringai…” Selagi Hiratsuka-sensei bercerita, wajahnya memucat. Itu terlihat seakan dia mengingat rasa takutnya pada saat itu. Ekspresi pucat pasinya juga membuat bulu kuduk kami merinding. “…anak yang dipikulnya sudah berusia tiga tahun. Itu benar-benar menakutkan.” Hiratsuka‐sensei meniup lilin di depannya dan ruangan itu menjadi gelap gulita. Dalam keheningan canggung yang menyelubungi ruangan tersebut, aku tidak dapat menahan diriku. “Yang dilakukannya hanya mengganti namanya dan memiliki anak…” gugamku tanpa sadar. Seseorang cepat nikahi dia, astaga. Kalau tidak, mungkin aku sendiri yang akan menikahinya karena kasihan. Akhirnya, kelihatannya tidak ada satu pun dari kami yang pandai menceritakan kisah horor, jadi kami memutuskan untuk memutar DVD Cerita Hantu Sekolah di dalam rumah tamu.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information