Editing
Tokyo Ravens:Volume 10 Chapter 02
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===Part 3=== Saat ini sudah pukul empat pagi. Pemandangan itu masih gelap, masih diselimuti oleh gelapnya malam. Para murid terlalu sibuk, mereka tersebar di berbagai tempat. Beberapa akan menyiapkan sarapan, beberapa akan mempersiapkan latihan untuk ajari, dan ada yang bertanggung jawab atas tugas-tugas lainnya. Mereka semua memiliki tugas mereka sendiri. Tentu saja, tugas Hokuto itu belum ditetapkan. Jadi hari ini dia juga membantu Akino. Keduanya menyapu setiap sudut daerah dengan sapu bambu di tangan. Meskipun bisa dengan mudah diselesaikan dengan menggunakan shikigami. Para Ajari telah menginstruksikan bahwa mereka harus melakukannya sendiri. Pagi hari di gunung tersebut menjadi sangat dingin dengan datangnya musim dingin. Keduanya mengenakan pakaian tebal dan tiba di daerah yang ditunjuk, kemudia mulai menyapu daun-daun. Teriakan burung terdengar di gunung. Pagi akan tiba beberapa saat lagi. Tiba-tiba, suara sapu bambu berhenti. ".....Akino?" Hokuto bertanya. Meskipun Akino tidak menjawab, tubuhnya masih bergerak. Dua dari mereka hampir tidak berbicara sejak kemarin malam setelah bertemu shikigami Tengu. "Akino. Aku akan pergi menyapu di sana" Akuno melemparkan tatapannya menuju ke sana. Akino akhirnya mengerahkan keberanian. Akino mencengkeram sapunya, berjalan menuju Hokuto dengan waspada menjaga jarak dirinya dari dirinya. "Akino?" Ekspresi terkejut muncul di Hokuto saat ia melihat ini. Dia mendekati Hokuto dan mampu mencium aroma manis. Tapi Akino tidak tertarik hal itu. "U-Um, H-Hokuto" "Iya" "K-Kau tahu tentang kemarin? Um, apa yang Tengu-san katakan, kamu tidak perlu khawatir tentang hal itu, jadi...." "Eh?" Hokuto tidak bisa menyembunyikan kebingungannya terhadap Akino yang memeras otaknya. "Aku hanya menyadari bahwa Tengu-san bisa berbicara kemarin. Aku tidak tahu mengapa ia mengatakan sesuatu seperti itu. Jadi tidak perlu khawatir" Akino menatap Hokuto melalui kacamatanya. "Tapi... Apa yang akan kamu lakukan jika aku benar-benar orang yang sudah mati? Apakah itu baik-baik saja?" "Tentu... Tentu saja, apa masalahnya!? Ada banyak orang aneh di sini. Aku juga seorang rabbit living spirit." Akino menegaskan. Dia menatap mata Hokuto dengan mata basah dan penampilan hampir menangis. ".....Terima kasih. Akino..." Dia dengan tenang mengatakan. Kemudian, dia terus mengatakan "Aku minta maaf" "Aku- aku benar-benar menyembunyikan banyak hal darimu. Jika aku dipaksa untuk mengatakan, aku jelas bisa menggiring mu ke dalam masalah. Tapi.... Fakta bahwa aku kurang jujur dibandingkan dengan dirimu tidak berubah" "Hokuto" Mata Akino melebar saat ia menatap Hokuto. "I-Ini baik-baik saja. Semuar orang seperti itu di sini" Setiap orang memiliki alasan sendiri untuk datang ke vihara. Akino kurang tahu tentang hal-hal di luar biara, dan itu sangat sulit baginya untuk membayangkan. Lebih penting lagi, bertanya tentang masa lalu orang lain merupakan hal tabu di biara. Tempat ini hanya bisa menjadi tujuan terakhir bagi orang-orang karena itu adalah tempat yang jauh dari keduniawian. Dalam hal ini, itu seperti yang diharapkan untuk apa yang disebut 'biara'. Ini akan menjadi kebohongan jika dia bilang dia tidak ingin tahu. Tapi ada hal-hal yang dia ingin lindungi bahkan jika dia berbohong. Tapi keterusterangan Hokuto itu tidak berhenti di situ. "Akino. Ada sesuatu yang aku harap kamu bisa mengerti. Aku datang ke sini dengan sebuah tujuan." "S-Sebuah tujuan?" "Ya. Juga... Aku akan meninggalkan tempat ini ketika hal-hal tersebut selesai" "....Eh?" Itu kata-kata yang tak terduga. "T-Tapi, meninggalkan biara tidak mudah. S-satu-satunya yang dapat meninggalkan adalah priest(imam) yang sudah menjadi Ajari. Kau tahu? Kamu harus melalui bertahun-tahun pelatihan untuk diakui jika ingin menjadi seorang priest...." Akino langsung menjelaskan, tetapi pada saat yang sama, ia tahu bahwa itu tidak benar. Banyak orang yang masuk biara masuk karena mereka tidak punya tempat untuk pergi di dunia luar. Oleh karena itu, ada sangat sedikit orang yang ingin meninggalkan. Ada oarng-orang yang menyelinap keluar karena mereka bosan hidup di biara, tetapi orang-orang ini akhirnya kembali ke gunung dan kembali ke kehidupan mereka sebelumnya setelah menerima hukuman. Tapi biara tidak akan mengejar buronan yang menyelinap keluar. Untuk praktisi tunawisma, biara itu benteng terakhir mereka dan bukan penjara mereka. Pada prinsipnya, orang-orang yang bukan ajari dilarang pergi ke luar, tapi itu hanya untuk menjaga kedisiplinan. Mereka tidak adakan sengaja menelepon kembali orang-orang yang bisa hidup di luar. Oleh karena itu, jika Hokuto ingin menyelinap keluar dari biara, mungkin dia akan berhasil. Bahkan jika disadari sebelumnya bahwa ia ingin melarikan diri, tidak ada yang bisa dilakukan sama sekali. Hokuto mengatakan bahwa dia tidak berterus terang. Kemudian mungkin dia keras kepala ingin memberitahu Akino bahwa dia akan meninggalkan tempat ini . "....Berapa lama itu sampai selesai?" "....Aku tidak tahu. Tapi karena ayah saya membaca bintang seminggu yang lalu, mungkin itu akan terjadi segera... Dalam beberapa hari, saya kira" "Bagaimana?" Akino tidak mengerti apa maksudnya 'membaca bintang'. Tapi hal semacam itu bukan masalah sekarang setelah dia mendengar sesuatu seperti 'beberapa hari'. Begitu kesepian. Begitu menyedihkan. Tapi, pada saat yang sama, ....Aku kira itu benar. Dia pikir. Bukankah dia selalu merasa bahwa dia adalah tipe langka yang tidak dapat ditemukan di biara? Dia seharusnya tahu sejak dulu bahwa dia bukan orang yang akan puas dengan biara. Seseorang yang cantik, orang yang lembut seperti dia tidak cocok untuk jenis dunia terpencil. Lebih penting lagi, itu bahkan lebih mustahil untuknya tinggal dengan orang sepertiku. Hokuto hanya datang ke Kuil Seishuku yang tidak cocok untuknya karena dia punya tujuan sendiri. Mengapa aku begitu tertekan untuk masalah sederhana ini? Juga apa sebenarnya yang aku nantikan? Harapanku begitu bodoh. "..." "Aku..." "Eh?" "Apakah ada yang bisa aku bantu?" Mata Hokuto melebar. Dia tersenyum sedikit pahit dan menggeleng ringan. Hokuto mengubah cara dia memegang sapu di depan dadanya dan berbicara pelan tapi bahagia. "Lalu, Akino. Dapatkah aku memintamu sekarang?" "A-Apa itu?" "Bertemanlah dengan ku" Telinga kelincinya berdiri. Pipinya memerah di sana. Sebelum pikirannya bereaksi dengan apa yang harus dikatakan, mulutnya telah gagap aneh. Dia tidak pernah punya teman sejak dilahirkan. Sen mungkin dihitung, tapi ini adalah orang pertama dari orang sebaya. Meski begitu.... "Tidak baik?" "B-B-Bukan itu maksudku...!" Lidahnya nyaris terpelintir dalam keadaan terburu-buru dia gugup dan gembira. Telinga di kepalanya juga melonjak ke kiri dan kanan. Hokuto tersenyum sambil bahagia mengatakan "Terima kasih" ....Apa yang harus ku lakukan? Aku punya teman. Aku membuat teman. Tapi apa yang harus aku lakukan dengan teman? Dia mulai menjadi bingung dan gelisah setelah dia mulai mendapatkan kebahagiaan. Akino sangat kurang berpengetahuan. Dengan wajah penasaran, Hokuto memandang dengan bingung ke Akino. "Benar. Hei Akino. Sebagai terima kasih untuk menjadi temanku, aku akan membiarkanmu melihat sesuatu yang aneh" "Eh?" Hokuto tertawa ceria, tiba-tiba mengulurkan tangan kanannya ke samping. "Jaga rahasia" katanya kepada Akino. ".....Ini baik-baik saja. Ayo keluar" Dia tidak berbicara kepada Akino, dia berpikir bahwa cahaya samar melintas di atas telapak Hokuto itu. Sebuah cahaya keemasan. Cahaya itu perlahan diperluas ke pita. Akino menelan ludah saat dia melihat cahaya. Sebuah naga panjang sekitar satu meter berasal dari cahaya keemasan. Tidak, Akino tidak yakin apakah itu benar-benar naga atau apakah itu sesuatu yang lain. Karena ukurannya terlalu kecil. Tapi sama seperti naga yang Akino tahu, itu memiliki dua tanduk dan surai. Itu ditutupi sisik emas terang yang melintas seperti permata. "....." Akino tidak bisa mengatakan apa-apa, perhatiannya dicuri oleh naga yang muncul di hadapannya. Pada saat yang sama, naga juga memberikan pandangan yang sama pada gadis dengan telinga kelinci di kepalanya yang melihat itu. Ekpresinya mengatakan 'Apa ini? Orang ini benar-benar aneh'. Naga melayang ringan di udara seperti itu. .... Begitu menakjubkan. Makhluk yang begitu indah. Itu seperti potongan seni kehidupan. Sebuah shikigami, mungkin. Tapi itu mungkin bukan jenis buatan manusia shikigami yang biasa dilihat di mana-mana. Aura yang dia rasakan dari makhluk di depannya tidak terlalu kuat Lalu, tiba-tiba Akino berpaling untuk melihat Hokuto. "Hokuto, ini?" Hokuto sebelumnya telah mengatakan bahwa ia telah memiliki semangat hidup naga air. Dan naga air adalah semacam naga. Mereka tampak sangat mirip dengan naga di luar. "Itu kan? Terlihat begitu kecil. Ini adalah naga air kan?" "...Ah, um..." Hokuto tidak membalas dengan segera. Gerakan naga tampak tiba-tiba berubah berbeda dari sebelumnya. Naga ini meluncur di udara di depan Akino. Akino terkejut, tapi dia masih terus menatap antusias dengan rasa ingin tahu. Telinganya bergerak-gerak seolah-olah untuk mengeskpresikan kegembiraan Akino itu. Naga itu menatap telinga itu untuk sementara waktu. Lalu tiba-tiba naga itu menggigit... [[image:Tokyo Ravens Volume 10-141.jpg|thumb]] "Kau!? Hei, Hokuto! Apa yang kau lakukan!?" "T-Telingaku!?" "Lepaskan! Pergi sekarang!" Akino meratap seolah memohon telinganya untuk diselamatkan. "Hokuto!" Naga akhirnya melepas rahanya setelah mendengar bahwa dia marah. Pada saat yang sama, Akino jatuh dengan bunyi gedebuk. Hokuto buru-buru berlari menuju Akino. "Akino! apakah kamu baik-baik saja?" "Ueeh... telingaku...." "Itu... Hokuto bodoh! Ada batasannya!" Meskipun alis Hokuto berkerut dan dia memoloti naga, naga tidak terlihat malu. Dia nampak arogan dan tidak cocok untuk ukurannya dan bahkan melambaikan ekornya. "Maaf. Si tolol itu masih melakukan apapun yang diinginkannya, bahkan setelah bertahun-tahun.... " Hokuto membantu Akino yang tergeletak. Sebaliknya, naga menunjukkan giginya lagi. Tampaknya tidak cukup dengan penjelasan tadi. Hokuto menyipitkan mata. "Jadi menjengkelkan. Hokuto seperti naga air sekarang kan? Pertama, bagaimana kamu bisa menyebut diri naga ketika kamu menggigit seorang anak yang tidak melakukan apa-apa sama sekali? Bila kamu tidak suka naga air, kita hanya cukup memanggilmu kadal" Meskipun si naga memutar bolak-balik sangat marah, ia tidakmengambil tindakan lebih lanjur sebagai oposisi. Mungkin telah mempertimbangkan bahwa itu akan benar-benar menyakitkan bila benar-benar disebut kadal. "Hokuto?" "Ah, Akino. Apakah kamu baik-baik saja? Aku benar-benar minta maaf" "Apakah kamu menyebutnya naga itu 'Hokuto' tadi?" Akino pertama kali melihat naga dan kemudian menatap Hokuto, dengan masih duduk di tanah. Kacamatanya yang tergelincir karena dia lari bolak-balik dan kemudian terjatuh. Hokuto akhirnya lega. "YA. Namanya Hokuto" "Nama yang sama?" "....Daripada memiliki nama yang sama, itu lebih seperti kita 'sama'. Karena sekarang, setengah dariku hanya bisa ada karena Hokuto" "A-Apa yang sebenarnya terjadi? ....Ah, maaf. Aku tidak memiliki pengetahuan tentang hal-hal magic/sihir, jadi aku tidak mengerti apa yang kamu katakan, Hokuto..." Akino berbicara dengan wajah bingung. Hokuto tersenyum sambil menjawab "Tidak apa-apa" "Kau bisa berdiri?" Tanya Hokuto lembut. Kemudian, dia menarik tangannya dan berdiri dengan Akino. Gadis Hokuto dan naga Hokuto. "....Begitu mengejutkan" "Ya, sungguh, aku minta maaf" "Ah, aku tidak membicarakan hal itu... H-Hokuto, naga air... naga... memilikimu dari luar?" Tepat seperti ungkapan 'naga air' keluar dari mulutnya, ia buru-buru mengubah kata-katanya menjadi 'naga'. Hokuto mengatakan "Ya" sambil menganggukkan. "Keadaanku cukup unik. Bagian mengambang yang di atas ini bukan tubuh utama, itu adalah bagian yang kecil dari tubuh utama" Meski begitu, itu masih mengejutkan. Akino belum pernah mendengar hal seperti itu. Tatapan Akino yang tertarik pada naga lagi. TApi trauma psikologisnya dari digigit tadi masih blm lengap. Ketika dia bertemu tatapan nagai itu, telinga di kepalanya langsung melompat ke arah yang berlawanan. ITu seperti naga kecil, tapi itu tampak megah. "Tapi aku juga terkejut sekarang! Akino, kamu sangat cepat. Kamu tidak menggunakan metode gerakan sihir kan? Mungkinkah karena rabbit living spirit?" "Uu, ya. Walaupun aku tidak begitu yakin, Imam Tadanori dan Sen-jiichan berpikir bahwa itulah sebabnya" Hanya bakat Akino yang berlari cepat, terutama ketika ia melarikan diri. Dia hanya bisa menggunakan kecepatan terbesarnya saat ia dalam keadaan panik seperti sebelumnya. Namun, bukannya itu, "Ahh, oh tidak..." Dia menatap tanah. Daun yang mereka berhasil kumpulkan telah ditendang seluruhnya karena lari sembarangan. Mereka harus mulai dari awal lagi. Hokuto melihat tatapan Akino dan tersenyum sambil menepuk bahunya. "Kita masih bisa mengumpulkannya jika kita cepat. Aku akan meminta Hokuto untuk membantu juga" "Eh? Bagaimana dia akan membantu?" "Nah, aku akan memulai dengan memintanya mengumpulkan daun satu per satu dengan mulutnya" Naga menentang seolah-olah mengatakan "Jangan bercanda seperti itu". Tapi Hokuto mengatakan "Ini adalah hukuman". Itu nampaknya, meskipun ia mengatakan mereka 'sama', Hokuto berada di posisi yang lebih kuat daripada naga ini. Akino tertawa, tapi dia segera memalingkan wajahnya panik ketika melihat naga menatapnya. Tiba-tiba saat itu, Telinga Akino bereaksi tajam. Naga juga tiba-tiba menjadi waspada. "....Itu Anda kah? Aura Yin telah menurun sejak pagi" Hokuto dan kepala Akino menatap ke atas. Seorang biksu berdiri dalam kabut. Dia adalah seorang Ajari tua. Tapi meskipun ia sudah tua, dia tidak merasa pikun sama sekali. "Imam Jougen!" Akino bahkan lupa untuk menyembunyikan kedua telinganya, membungku dalam-dalam panik. Hokuto melihat reaksi dia dari samping dan membungkuk seperti Akino dengan ekspresi gugup. Naga terus mengambang di udara sementara dengan santai kembali ke sisi Hokuto itu. Tatapan naga tetap ke arah Jougen. Jougen berjalan santai ke arah mereka. Kemudian, Jougen berhenti di depan mereka berdua. Lutut Akino bergetar kegugupan. Hokuto terus menundukkan kepalanya. Telinga kelinci sedikt gemetar dan Akino menelan ludah. Jougen membuka mulutnya dan berbicara perlahan. "Saya dengar dari Tadanori. Anda adalah pendatang baru yang dibawa Kengyou?" "...Iya" "Nama kamu?" "Hokuto" "Nama belakang?" "Saya mendengar bahwa saya tidak lagi membutuhkannya setelah memasuki biara" Jougen berhenti bicara untuk sementara waktu. Meskipun Akino bisa melihat aura Hokuto dengan kepalanya diturunkan, dia tidak bisa melihat sekilas ekspresi wajahnya. Satu-satunya hal yang ia mengerti adalah bahwa jantungnya berdebar-debar dan tanpa henti. "Angkat kepalamu" Keduanya mengangkat kepala mereka. Jougen menatap Hokuto dengan mata menyipit. Hokuto bahkan tidak mengejang menghadapi Tadanori, tapi sekarang ekspresinya menjadi kaku ketika dia berada di depan Jougen. Jougen adalah Ajari paling menakjubkan di seluruh biara. Seseorang seperti Akino akan gemetar tak terkendali hanya dengan berdiri di depannya. Dia tidak bisa menjadi seperti Hokuto yang lebih tenang. Tapi itu tidak berarti bahwa ia tidak bisa melakukan apa-apa sama sekali. ....M-Mengapa Hokuto menjadi konfrontatif ini!? Hokuto menatap lurus ke Jougen. Sikapnya seolah-olah ia akan bertarung dengan Jougen. Mungkinkah karena naga yang telah dia lihat? Kalau dipikir-pikir, Hokuto mengatakan 'merahasiakannya'. Mungkin dia marah karena itu telah terlihat. Akino memejamkan mata dan meluruskan tulang punggungnya. "I-I-Imam Jougen!" "S-Saya diberitahu untuk mengurus Hokuto oleh Imam Tadanori. N-Naga air yang melayang di sana... Hokuto adalah roh naga air hidup. Dan, um , apakah dia melakukan sesuatu yag salah? Dan Hokuto, ini adalah Imam Jougen, imam terbesar di Kuil Seishuku! J-Jadi, jangan bertindak seperti itu.... B-Bersikaplah sopan, um..." Meskipun Akino berpikir dengan pikiran tentang bagaimana untuk memperbaiki situasi, dia akhirnya mengacaukannya. Dia akhirnya gagal, seolah menuangkan minyak di atas api. Bahkan Hokuto tidak lagi perhatian ke Akino. Dia tidak menjawab. Akan tetapi, "Saya bukan orang yang bertanggung jawab atas gunung ini" Jawab Jougen. "Eh?" Akino tidak bisa menambah pembicaraan. Kemudian dia menutup mulutnya panik dan menunduk. "....NAga air? Living spirit?" "....." "Lalu apa ini 'Soul-forging incense'?" "..." Hokuto tidak menjawab. Tapi tubuhnya tampak makin kaku saat ia mendengar kata-kata terakhir. Apa 'Soul-forging incense'? Mungkinkah maksudnya aroma dupa dari tubuh Hokuto itu? Apa yang dia maksud dengan pembicaraan tentang hal itu? Akino diam-diam melihat ke atas dalam ketakutannya, mengintip penampilan Jougen itu. Tiba-tiba, ....Hmmm? Dia melihat bibir Jougen yang menunjukkan senyum. "...Ah, baik. Itu adalah keinginan saya bagi siapapunn yang mampu untuk dapat masuk ke biara ini. Lakukan yang terbaik" Dia mengatakan dengan lirih, suara halus. Jougen berbalik. Ia pergi dari mereka berdua. Tapi, "Imam Jougen! A-Anda tidak akan percaya!" Beberapa biksu datang berlarian dari halaman biara bersama dengan teriakan secara tiba-tiba. Figur Tadanori itu terlihat diantara mereka. "...Hokuto!" Hokuto cepat memerintahkan naga dan langsung lenyap. Pada saat yang sama, Jougen, yang baru saja meninggalkan, berhenti, menatap para biarawan. "....Apa ya?" "U-Um!" "BAru saja, ada shikigami dari gerbang gunung" "Mereka memiliki pesan ini" Para biarawan cukup panik. Tadanori maju, Jougen mengambil pesan. Setelah membacanya, sebuah senyuman bahkan lebih kuat daripada yang sebelumnya muncul di bibir tipisnya. Tapi itu hanya sesaat. Akino dan Hokuto mengamati senyum Jougen. "...Dimengerti. Kalian semua, kembali" "Jougen-sama!" "I-Ini adalah masalah besar bagi gunung kita!" "Setelah Divine General kemarin" Tadanori dan imam-imam lainnya berbicara satu demi satu. Namun, Jougen tetap bergeming. Dia hanya menatap para biarawan seakan-akan mengatakan 'bodoh'. "Kau tidak lebih baik dari Rian seperti ini. Mengapa kau tidak bisa sedikit lebih sabar?" "Tapi imam! jika ini berlangsung..." "Jika pengungjung memang..." "Ahem!" Jougen meraung. Para biarawan pergi diam seolah-olah mereka telah dialiri listrik. Mereka semua membeku di tempat. MEskipun Akino dan Hokuto yang berada relatif jauh, mereka sempat berhenti bernapas. ".....Kembali ke pelatihan, kalian semua" ....Apa yang sebenarnya terjadi saat ini? Akino belum pernah melihat para biarawan tampak waspada tentang lingkungan mereka seperti ini. Dia hanya hidup dari hari ke hari di biara. Akino tidak tahu apa yang harus dilakukan tentang 'perubahan' yang muncul di hadapannya untuk pertama kalinya. Tiba tiba, ".....Mungkinkah...." Gumam Hokuto, Hokuto pada saat itu tampak seperti dia telah tahu sejak dulu apa yang akan terjadi selanjutnya. <noinclude>
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube Γ Cursed Γ Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information