Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 4 Bab 7
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===7-4=== Selagi anak SD tersebut terfokus dengan DVD tersebut, anak SMA terus mempersiapkan uji keberaniannya. Sementara Yukinoshita dan yang lain mengurus persiapannya, aku dipanggil oleh Hayama untuk membahas detail-detail rencananya. Setelah kami memutuskan inti dan poin-poin utamanya, kami mulai membahas detailnya. “Kita sebaiknya hanya menangani kelompok Rumi‐chan saja, ya?” he asked. “Ya, kamu benar. Itu perlu waktu, jadi kamu sebaiknya buat mereka giliran terakhir. Apa kamu akan melakukan semacam trik ketika mereka menarik undiannya?” “Nah, itu tidak realistis dan akan memakan terlalu banyak waktu. Kita panggil kelompoknya saja sendiri. Ya… kita akan jelaskan itu supaya meningkatkan ketegangannya dengan tidak memberi mereka waktu untuk mempersiapkan mental mereka.” Diskusi ini dengan Hayama berjalan tanpa kendala. Aku pikir aku cukup hebat dalam segi otak, tapi aku dapat merasa bahwa Hayama selalu selangkah di depanku. Sesuatu yang mungkin terdengar seperti alasan untuk berdalih terdengar masuk akal dari mulutnya, jadi semua ini cukup misterius. “Kalau begitu aku serahkan ini padamu,” kataku pada akhirnya. “Baiklah. Bagaimana kamu akan membawa mereka kesana?” “Aku akan menyingkirkan kerucut berwarnanya dan membuat mereka menyusuri jalur yang buntu. Kamu dan yang lain harus menunggu di ujung sana.” “Baiklah. Juga, soal Tobe dan Yumiko, aku ragu mereka akan ingat arahan sedetail itu.” Ah, jadi kelihatannya mereka tidak terlalu pandai menghafal sesuatu. “Kamu sebaiknya mengirimkan catatan pada ponsel mereka. Itu tidak akan terlihat janggal kalau mereka memainkan ponsel mereka. Malahan, itu mungkin akan terasa lebih nyata kalau mereka memainkannya dengan malas-malasan.” “Aku tidak terpikirkan cara itu…” Hayama memainkan jarinya pada tabletnya dan menuliskan sesuatu dengan mendetail. Sikap professionalnya sungguh menabjubkan. Bagaimanapun, itu terasa menyenangkan untuk berbicara soal pekerjaan. Kamu tidak perlu menghabiskan waktu mencari-cari topik pembicaraan, dan tidak perlu mempertimbangkan perasaan lawan bicaramu. Itu terasa menyenangkan dimaafkan untuk mengatakan sesuatu yang kasar karena itu semua adalah bagian dari proses pekerjaan. “Jadi seperti ini, huh? Akan kuberi arahannya pada Tobe dan Yumiko.” “Kuserahkan itu padamu,” kataku, walaupun mungkin itu sesuatu yang tidak perlu kuberitahu lagi. “Baiklah, sampai jumpa nanti.” Setelah diskusi kami berakhir, aku berpisah dengan Hayama, yang pergi berbicara dengan Miura dan Tobe. Untuk sekarang, aku memutuskan untuk membantu Yukinoshita dan yang lain mempersiapkannya. Aku mungkin menyebutnya persiapan, tapi itu bukan suatu acara yang besar. Singkatnya, kami hanya perlu berjalan kesana kemari dan menakuti anak-anak itu. Untuk acara ini, daripada membuat latar sebuah rumah hantu yang mendetail, lebih penting untuk membuat suasana permainan yang memiliki kesan yang kuat. Khususnya untuk anak SD, atraksi fisik akan lebih menarik bagi mereka dibanding menyempurnakan latar cerita acara ini. Sederhananya, muncul dari kegelapan dan membuat mereka berteriak kaget akan lebih menyenangkan bagi mereka. Dulu sewaktu aku masih SD, Jason Voorhes<ref> Pembunuh berantai dalam kisah [https://en.wikipedia.org/wiki/Jason_Voorhees Friday the 13<sup>th</sup>] </ref> mendadak muncul entah dari mana, jimat-jimat ditumpuk di suatu tempat, dan hantu dengan sprei di kepala mereka bergentayangan tanpa arah dan tujuan di garis finish – itu adalah gambaran sebuah kekacauan. Tempat ini, yang menyelenggarakan perkemahan yang baru saja kuceritakan, menyimpan kostum-kostum monster untuk acara seperti ini. Para guru bertanggung jawab untuk menyiapkan kostum tersebut untuk kami. Mereka memang mempersiapkannya, tapi aku jadi menggaruk-garuk kepalaku ketika aku melihat beberapa kostum tersebut. “Kostum setan kecil… telinga dan ekor kucing… yukata putih… topi penyihir lengkap dengan mantel dan jubah… kostum miko…” Benar, itu menyolok, tapi bukankah ada batasannya untuk hal semacam ini? Ini sudah hampir mirip Halloween. Menurut Hiratsuka‐sensei, kali ini seorang guru SD yang menyiapkan kostum-kostumnya. Namun tidak peduli dari sudut pandang manapun kamu memikirkannya, kamu hanya bisa menyimpulkan bahwa dia hanya ingin melihat gadis SMA mengenakan kostum cosplay. Ini membuatku juga ingin menjadi seorang guru. Untuk memulainya, Ebina-san mengambil kostum miko. Ebina-san, yang memiliki tampang yang polos dan murni walaupun berada dalam kelompok Miura, terlihat cukup cantik mengenakan kostum bergaya-Jepang. Tapi harus kukatakan, dia lebih terlihat misterius daripada menakutkan. Aku heran apa dia akan menghasilkan kesan yang menyeramkan jika dia bertugas di sebuah kuil. Selagi aku memikirkan tentang posisi kami masing-masing, aku melihat sekelilingku pada mereka yang lain. Saat aku melakukannya, aku melihat Totsuka merapikan topi penyihir<!--three cornered hat, topi musketir--> pada kepalanya. Dia menarik benang pada lengan baju jubahnya. “Aku heran apa penyihir juga termasuk monster…” gugamnya, terdengar bingung. “Yah, kalau dalam artian luasnya, ya.” Kecuali itu sebenarnya sebuah kostum penyihir wanita tidak peduli bagaimanapun kamu melihatnya. Sharanraaaan<ref> Dia mengutip lirik lagu pembuka anime Majokko Megu‐chan (harfiah. ‘Meg Kecil si Penyihir Wanita’.) </ref>. “Tapi ini tidak menakutkan, bukan?” “Nah, itu menakutkan. Itu sudah bagus.” Ya, itu benar-benar menakutkan. Jika begini terus, aku mungkin akan berakhir menjalani rute Totsuka, jadi ya, itu menakutkan. Heh… apa kamu yang merapalkan sihir terlarang itu padaku?<ref> Dia mengutip lirik dari lagu J‐pop Mahou wo Kaketa no wa Kimi yang dibawakan Misia. </ref> Apa-apaan yang sedang kukatakan? “Onii‐chan, onii‐chan.” Seseorang menepuk bahuku – tidak, sensasinya terasa lebih lembut dibanding tepukan. Ketika aku melihat ke belakang bahuku, sebuah kaki kucing yang terlihat seperti sebuah boneka memanggil-manggilku dengan semangat. “Apa itu – monster kucing?” “Kurasa begitu…” Aku heran apa ini salah satu pertunjukkan musikal dari Shiki Theatre Company <ref> Dia mengacu pada kisah, The Cat Who Wished to Be a Man, sebuah buku cerita fantasi anak oleh Lloyd Alexander. Cerita itu diadaptasi menjadi sebuah pertunjukkan musikal yang populer di Jepang. </ref>… sampai aku sadar itu adalah adikku. Komachi yang dibalut dengan kulit hitam palsu, memakai telinga dan ekor kucing. “Aku tidak begitu paham, tapi itu imut jadi aku tidak peduli” kataku. Gadis yang cantik akan terlihat manis tidak peduli pakaian apapun yang dipakainya. Mungkin dia bahkan akan terlihat manis mengenakan ''mobile suit''. Sumber: Nobel Gundam dari G Gundam. Selagi Komachi menggerakkan dan mengepalkan kaki kucing besarnya, berusaha untuk mengamati gerakannya, sesosok manusia yang mirip hantu muncul entah dari mana. “…” Hantu itu dengan lembut meraih telinga kucing Komachi. Elus, elus. “Er, um… Yukino‐san?” Tepuk, tepuk. Yukinoshita kali ini mengincar ekornya. Pencet, pencet. Kemudian dia mengangguk. Apa apaan? Pemahaman macam apa yang didapatnya? Berhenti terlihat seperti seseorang yang dengan lancarnya mengutarakan pendapat pakar mereka. Dia terlihat baru saja ingin berkata Saudara-Saudari Sekalian, Bagus Sekali Pamerannya. “Kostummu bagus,” katanya setelah jeda panjang. “Agak cocok denganmu.” “Terima kasih banyak. Yukino-san, kamu juga terlihat super keren! Benarkan, onii‐chan?” “Yep. Kimono cocok sekali denganmu. Kamu benar-benar mirip Yuki‐onna. Sudah berapa banyak orang yang kau bunuh<ref> Yuki‐onna adalah roh wanita dalam dongeng rakyat Jepang. Mereka biasanya digambarkan cantik dan tenang, namun keji dalam membunuh manusia yang kesasar ke dalam salju. </ref>?” “…apa itu usahamu untuk memuji?” alis Yukinoshita mendadak mengernyit. Intensitasnya yang mendadak membuat hawa dingin menjalari sumsumku. “Ah, suasana dingin itu. Kamu benar-benar mirip Yuki-onna. Bagai pinang dibelah dua.” Saat aku memuji dirinya, Yukinoshita menjentikkan rambutnya ke belakang bahunya dan melihat tepat pada mataku. “Kamu juga bagai pinang di belah dua, Hikigaya‐kun. Kamu cocok menjadi zombie. Mata busukmu itu sudah level-Hollywood.” “Tapi aku tidak memakai ''makeup'' atau kostum.” Aku menatap tajam pada Yukinoshita dengan mata yang sayu, tapi berpaling secara insting ketika dia membalas menatapku. Sekarang setelah aku tidak melihat ke arah Yukinoshita, pandanganku jatuh pada Yuigahama, yang sedang risau mengenakan kostum setannya. Baru saja ketika aku berpikir dia sedang membuat senyuman di depan cermin besar itu, dia segera menggelengkan kepalanya dengan kuat, seakan memutuskan itu tidak bagus. Kemudian, baru saja kupikir dia menghela kecil dan menundukkan kepalanya, dia membuat pose yang riang. Dia seperti seseorang pada malam sebelum acara ''cosplay'' perdana mereka. [[Image:YahariLoveCom_v4-241.jpg|thumb|200px]] “Kamu kelihatan sibuk di sana,” panggilku padanya. “Oh, Hikki…” Yuigahama memeluk dirinya sendiri dalam usaha untuk menyembunyikan tubuhnya. Rasa tak percaya dirinya juga terlihat pada ekspresi wajahnya. Aku berkata. “Um, kamu tahu‐” Mata murungnya melirik ke atas dengan sembunyi-sembunyi, menanti-nanti kata-kataku. “Er, um… bagaimana kamu rasa?” “Kalau kamu sedikit saja terlihat aneh, aku akan mengatakannya dan mengejekmu… sayang aku tidak bisa melakukannya.” Er, apa…? Yuigahama kebingungan sejenak, tapi kemudian dia menyeringai dan tertawa seakan dia telah paham artinya. “Kamu puji saja aku secara langsung… booooodoh.” Yuigahama mengecamku dengan riang sebelum berpaling kembali pada cerminnya dengan suasana hati yang lebih baik dari sebelumnya. Komachi, yang mungkin telah melihatnya secara keseluruhan dari awal sampai akhir, tergelak geli dan menyeringai puas. “Onii‐chan, kamu sungguh Hinedere<ref> Variasi “tsundere” dll. “hine” artinya “aneh”. </ref>.” “Jangan buat istilah aneh.” Selagi perasaan yang bahwa ini semua usaha sia-sia yang tak terlukiskan menerjangku, kelompok Hayama kembali. Ketika aku melihat ke arah mereka, Miura dan Tobe sudah menyelesaikan persiapan mereka seluruhnya. Khususnya Miura terlihat teramat menakutkan meskipun dia tidak memakai kostum. Dengan kata lain, dia memang menakutkan sepanjang waktu. “Hayama.” Ketika aku memanggil Hayama, dia mengangguk singkat dan mulai berkata. “Baiklah, ayo kita mulai diskusi terakhir kita.” Hanya tersisa sedikit waktu sebelum uji keberanian tersebut dimulai. Meskipun mereka sepenuhnya sadar bahwa ini akan menyisakan perasaan yang tidak enak setelahnya dan tidak ada hal bagus yang akan muncul darinya, tidak ada orang yang mampu menghentikannya, dan maka waktu terus berjalan dengan lajunya sendiri.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information