Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 5 Bab 6
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===6-4=== Pada jam tujuh empat puluh, ada pengumuman bahwa jadwal dimulainya festival kembang api akan ditunda selama sepuluh menit. Tepuk tangan bermunculan dan orang yang mudah-gembira akan bersiul dengan jari mereka dari suatu tempat. Kalau mereka lebih dekat denganku, aku mungkin akan menghajar mereka. Umumnya lima puluh persen yang bersiul dengan begitu sombong seperti itu seringkali memberikan kesan bahwa mereka biasanya pendiam, tapi cuma mulai ribut di saat-saat seperti ini. Di dalam aliun-alun ini, area bayar ini terletak di atas sebuah bukit kecil yang menghadap langsung pada area dimana kembang api itu ditembak, membuatmu bisa melihatnya secara keseluruhan tanpa halangan pohon di sekelilingnya. Kamu cuma boleh memasuki area ini kalau kamu membeli tiket, tapi arahan Haruno-san mengizinkan kami masuk. “Aku di sini sebagai perwakilan ayahku dan aku sedang bosan dengan semua penerimaan tamu yang harus kulakukan. Aku senang sekali kamu muncul, Hikigaya-kun.” “Ya. Perwakilan, huh? Itu menabjubkan.” Aku melihat sekeliling dengan risih selagi mengabaikan sebagian besar dari yang dia katakan pada pertengahan kedua dialognya. Haruno tersenyum. “Ufufu, kurasa ini bisa kamu bilang tempat duduk VIP. Kamu biasanya tidak akan bisa masuk.” Haruno-san memamerkannya dengan kepolosan seorang anak kecil. Ada kalanya ketika terang-terangan pamer tidak membuatmu terlihat bahwa kamu itu sombong. Keterus-terangannya itulah yang kurasa berkaitan dengan karismanya. Beberapa saat sebelumnya, ketika dia memberitahu orang yang berkumpul di sekelilingnya, “Maafkan aku, temanku tadi terlambat dan kelihatannya sekarang sudah sampai.”, itu sudah cukup untuk membuat mereka mundur. Ditambah lagi, ketika dia mengundang kami masuk, petugas paruh-waktu itu menerimanya tanpa syarat dan tidak repot-repot memastikan itu dengannya. VIP sesungguhnya benar-benar hebat. “Whoa, selebritis…” kata Yuigahama, membuat helaan yang berada di tengah-tengah garis pembatas antara terkesan atau tercengang. Haruno-san tertawa kecil. “Yep. Kamu tahu apa pekerjaan ayahku, bukan? Dia cukup berpengaruh dalam acara-acara kota seperti ini.” “Apa DPRD benar-benar memiliki pengaruh sebesar itu terhadap kota seperti ini?” “Oh, kamu tajam sekali. Kamu sungguh hebat, Hikigaya-kun. Tapi kalau harus kukatakan, ini lebih berkaitan dengan perusahaan dibanding dengan DPRD.” Kalau aku tidak salah ingat, perusahaannya itu semacam suatu industri konstruksi. Kalau itu meliputi fasilitas publik, maka tentu saja mereka akan berpengaruh. Dalam pemilu dulu, mereka menekankan pentingnya tiga tema utama yaitu fondasi, periklanan, dan tas yang kurasa semuanya berkumpul di sini. Omong-omong, sebenarnya tema artinya uang; kamu bisa menyebutnya uang tunai. Juga, tiga hal bagi seorang istri itu “gaji”, “memasak”, dan “ibu”. Apa kita sedang membuat pidato upacara pernikahan atau semacamnya? Selagi walikota atau siapapun itu menyambut setiap pihak yang terkait dengan kata-kata apresiasi dan ucapan selamat, Haruno-san meminta kami untuk duduk di sampingnya. Yuigahama dan aku memutuskan untuk menerima tawarannya dengan ucapan terima kasih. Kami membungkukkan kepala kami padanya dan duduk. Aku ingin duduk dengan nyaman, tapi dengan Haruno-san di sampingku, aku tidak bisa tenang; rasa itu lebih disebabkan oleh betapa menakutkannya kedok lebih-dari-sempurna miliknya daripada rasa gugup karena duduk di samping wanita dewasa cantik. Caranya terasa seperti ada sesuatu yang semakin gelap berpusar di dalam dirinya bukanlah sesuatu yang pandai kuhadapi. Tiba-tiba, Haruno-san berbisik di dekat telingaku. “Bagaimanapun… Berselingkuh itu tidak begitu terpuji, kamu tahu.” “Tidak, ini bahkan bukan selingkuh…” jawabku. Ketika aku menjawab, kehangatan dari ekspresi Haruno-san membeku. “Jadi kamu serius…? Semakin banyak alasan bagiku untuk tidak bisa memaafkanmu.” “O-O-Ow!” Dia menarik telingaku seperti cara Katsuo ditarik telinganya oleh Sazae. Aku berhasil menghindari luka yang berlebih dengan segera melarikan diri darinya, tapi kalau dia menarik lebih kuat lagi, aku mungkin akhirnya akan mengajak Nakajima untuk bermain bisbol. “Aku juga tidak serius…” Astaganaga, aku benar-benar tidak suka sakit, oke? Mana mungkin aku bisa selingkuh ataupun serius? “Motivasi! Energi! Iwaki!”<ref> Kalimat Nobuko Iwaki. Dia adalah politisi Jepang dari Partai Demokrasi Liberal di Jepang. </ref> juga bukan minatku, sungguh. Aku tidak tahu apa yang sedang coba dia katakan padaku, tapi itu t’dak akan berhasil, Iwaki!<ref> [https://www.youtube.com/watch?v=6K12kH5dv6E Iklan Politisi Iwaki]. </ref> Setelah aku menepis serangan Haruno-san, orang penting itu atau siapapun itu menyelesaikan sambutannya dan mereka akhirnya akan memulai babak pertama kembang api. Diiringi dengan musik, kembang api starmine ekstra besar itu bermekaran menjadi suatu bunga yang besar di atas langit malam. Sejumlah lapisan merah, kuning, dan oranye jeruk membentang tiada henti selagi terus menerangi kegelapan ini. “Hoh…” Lingkaran cahaya yang bermekaran tersebut dipantulkan dengan cemerlang dari kaca setengah cermin menara pelabuhan itu, melipat-gandakan kecemerlangan lingkaran cahaya tersebut. Dengan ini sebagai permulaannya, kelihatannya mereka berencana melanjutkannya dengan delapan ribu tembakan kembang api beragam-warna lagi. Sejumlah suara gemuruh berderu lagi dan lagi. Ini hampir serasa aku sedang mendengarkan Tao Pai Pai<ref> Dragonball </ref>. Selagi suara ledakan tersebut terus bergema, Haruno-san menyesuaikan posisi duduknya. “U-Um!” Seakan sedari tadi dia sedang mencoba untuk mencari waktu yang tepat untuk berbicara, Yuigahama berbicara pada Haruno-san dengan diriku di antara mereka. Haruno-san mengedipkan sepasang mata besarnya padanya. “Umm… Kamu Siapa-gahama-chan?” “Na-namaku Yuigahama.” “Ah, benar. Maaf, maaf.” Haruno-san sama sekali tidak terlihat berniat buruk. Tapi itu pastilah disengaja… Dia bukan tipe orang yang bisa melupakan nama setelah mendengarnya. Lagipula, kemampuannya setara dengan kemampuan Yukinoshita; malahan, mungkin melampauinya. Aku hanya bisa berpikir bahwa bahkan di balik kesalahan sepele ini ada semacam maksud yang tersembunyi. Aku menatap ke arah Haruno-san untuk melihat apa aku dapat mengetahui apa maksud tersebut dan dia membuat suatu tawa kecil. Hawa dingin menjalari sumsumku. Dia tersenyum seakan dia tahu persis apa yang sedang kupikirkan dan fakta bahwa itu cantik membuatnya terasa semakin menakutkan. “Apa Yukinon tidak di sini bersamamu hari ini?” “Kalau kamu mencari Yukino-chan, kurasa dia mungkin ada di rumah sekarang ini. Biasanya ini tugasku untuk tampil di depan publik seperti ini. Ingat aku bilang aku perwakilan ayahku? Aku tidak berada di sini untuk bersenang-senang.” canda Haruno-san sambil menunjuk ke arah dirinya dan tersenyum. “Itu tugasku sebagai putri sulung untuk menghadiri acara seperti ini. Itu apa yang ibuku putuskan dulu.” Aku mendapat firasat Yukinoshita mengatakan hal yang sama sebelumnya, bahwa itu tugas kakak sulungnya untuk berpartisipasi dalam acara ini dan bahwa dia hanyalah seorang pengganti<!--cadangan-->. Jadi dengan kata lain, apa itu berarti Haruno-san adalah penerus resmi ayahnya? Yah, memang wajar bahwa putri sulung yang mengambil alih bisnis keluarga. Tapi dengan cuma itu saja, masih ada sesuatu yang kurang. “Apa ini, seperti, sesuatu yang tidak bisa dihadiri Yukinon?” Benar, Haruno-san sebagai penerus tidak masalah. Namun, itu tidak menjadi suatu alasan kenapa Yukinoshita tidak bisa datang. Haruno-san tersenyum canggung. “Mm. Yah, itu apa yang diputuskan ibuku… Lagipula, ini lebih mudah untuk dipahami dengan itu, bukan?” “Yah kalian berdua memang terlihat mirip, jadi kalau cuma salah satu dari kalian yang hadir, orang tidak akan salah mengenali kalian, tapi…” kata Yuigahama, tapi mungkin bukan itu masalahnya. Masalahnya adalah cara mereka dipandang. Menunjukkan bahwa ada seorang penerus tunggal berarti lebih sedikit masalah yang merepotkan. Akan lebih banyak negatifnya untuk memberikan orang kesan bahwa sedang ada perselisihan keluarga di antara mereka karena masalah penerus. Mereka itu seperti suatu keluarga samurai atau semacamnya… Haruno-san meletakkan jarinya pada pipinya dan menghela berat. “Kalian tahu, ibu kami itu sungguh memaksa dan menakutkan.” “Huh? Bahkan lebih menakutkan dari Yukinoshita?” “Yukino-chan? Menakutkan?” Setelah melihatku dengan sungguh-sungguh, dia tertawa senang, “Ahahaha!” Dibandingkan dengan keriangannya sepanjang ini, dia sungguh terlihat sedang tertawa. Haruno-san menyeka air mata pada matanya selagi dia menghela puas. Kelihatannya sadar dengan sekelilingnya, dia menggosongkan tenggorokannya. “Astaga, kamu kasar sekali, Hikigaya-kun. Itu yang kamu pikirkan pada gadis semanis itu?” Dia tertawa sejenak, mendekatkan wajahnya pada wajahku, dan berbisik ke dalam telingaku, “Ibuku lebih menakutkan dariku.” “…Apa dia manusia?” Yukinoshita okelah, tapi dia lebih menakutkan dibanding Haruno-san? Itu buruk, kan? Kita tidak sedang membicarakan level sebuah eksoskeleton yang diperkuat di sini, itu sudah level gundam. “Ibuku adalah tipe orang yang memutuskan segalanya dan memaksa orang untuk mengikutinya, jadi kami akhirnya harus berkompromi… Dan Yukino-chan sedikit buruk soal itu.” Buruk bukanlah kata yang tepat. Lebih baik menegaskannya dengan mengatakan, “Sedikit dan sedikit dan sedikit buruk.” “Makanya kami semua sangat kaget ketika dia bilang dia ingin tinggal sendirian setelah dia masuk SMA.” “Jadi Yukinon mulai tinggal sendirian setelah dia masuk SMA?” “Yep, yep. Dia bukan tipe anak yang mengatakan hal-hal egois seperti itu, tapi ayah kami begitu senang sampai dia menyewa sebuah apartemen untuknya.” Ahh, kenapa ayah di dunia begitu manis sekali dengan putri mereka? “Ibu kami menentangnya sampai akhir dan aku yakin dia masih tidak mengakuinya sampai sekarang…” “Dia pastilah berhubungan baik dengan ayahmu.” “Oh, mungkin kamu tertarik dengan bapak mertuamu?” “Um, kamu bilang Gifu<ref> Gifu itu nama kota, tapi juga bisa berarti bapak mertua. </ref>, tapi jujur saja aku tidak bisa membedakannya dengan Shiga dan aku juga tidak tertarik dengannya.” “Mmhmm, dua belas poin.” Tidak seperti penampilannya yang lemah lembut, penilaiannya begitu ketat. “Kurasa ‘berhubungan baik’ bukan cara yang tepat untuk menyebutnya. Ibuku benar-benar keras kepala, jadi kurasa ayahku cuma ikut saja dengannya.” Aku heran apa ini semacam “polisi baik, polisi buruk”. Walau, kurasa pendekatan “hukuman dan imbalan” mungkin sedikit lebih mudah untuk dipahami. “Tentu saja, Yukino-chan dan aku mengerti itu, jadi kami cuma menjaga kedamaian.” “Sungguh kakak-beradik yang tak mengenakkan…” Haruno-san mempertahankan senyumnya tanpa memperdulikan jawaban kesalku, tapi kemudian berbicara pada Yuigahama. “Jadi, apa kalian berdua berkencan? Kalau iya, maaf menganggu kalian.” “O-Oh bukan, bukan seperti itu…” Pandangan Haruno tidak melewatkan kesempatan untuk mengamati Yuigahama dengan cermat. “Ohh… agak curiga kalau kamu bersikap semalu itu. Tapi kalau benar-benar kencan…” Nada bercanda. Sekeliling kami semakin menggelap dengan berada di bawah bayang-bayang kembang api. Aku tidak bisa melihat mata Haruno-san. Namun, tidak diragukan lagi binar di dalam matanya lebih gelap dibanding langit malam ini. “…Yukino-chan tidak dipilih lagi, huh?” Gugaman. Kembang api meluncur ke atas, meledak seakan untuk menutupi bisikan Haruno-san. Deru gemuruh dan kelap-kelipan langit yang berselang, tapi terus-menerus. Bau mesiu yang melayang-layang dibawa angin dan jejak-jejak pada layar hitam tersebut. Dan terkadang, senyuman Haruno-san yang diteranginya. “Um, barusan…” Yuigahama mencoba untuk berbicara, tapi kembang api diluncurkan pada waktu yang sama. Haruno-san bertepuk tangan padanya dengan riang. Dia kemudian berpaling ke arahnya. “Hm? Apa tadi?” tanyanya, seakan dia tidak pernah menyadari bahwa dia terpana oleh kembang api itu sepanjang waktu, dan tersenyum. “Ah, tidak, um… tidak ada apa-apa.” Yuigahama menelan kata-katanya dan percakapannya berhenti di sana. Suara tembakan yang singkat terus berlanjut dan cahaya membentang di angkasa. Haruno-san bertepuk tangan padanya dengan polos. Tindakan tersebut bukanlah sesuatu yang Yukinoshita lakukan… Yah, aku tidak yakin apa itu karena cara tampilnya di luar or bahwa dia melakukannya dengan terlihat wajar dan disengaja. Walaupun dari luar mereka menyerupai satu sama lain, jauh di dalam, mereka itu berbeda. Tapi sesuatu mengenai kedua kakak-beradik itu terasa seakan mereka sama-sama melihat ke suatu tempat pada arah yang sama. Aku rasa itu sedikit aneh. “Ahh… Yukinoshita-san, kamu—“ Aku berpikir bagaimana sebaiknya aku memanggil Haruno-san, tapi untuk sementara ini, aku memakai nama keluarganya. Kami tidak cukup dekat sampai aku bisa memanggilnya dengan nama depannya. Ketika aku memanggilnya, Haruno-san tersenyum. “Hm? Kamu boleh panggil aku Haruno. Atau mungkin onee-chan. Malah, aku sangat menyarankan itu.” “Ha, ha, ha…” secara insting aku tertawa datar. Dalam mimpi aku akan memanggilmu itu. “…Yukinoshita-san, kamu—“ “Haha, oh kamu keras kepala sekali. Sungguh manis.” Sialan, orang ini benar-benar sulit untuk dihadapi… Orang yang cuma sedikit lebih tua darimu itu yang paling menakutkan. Perbedaan usia dengan seseorang seperti Hiratsuka-sensei itu seluruhnya lain cerita karena aku dapat memandangnya sebagai seorang orang dewasa, tapi kalau itu cuma seseorang yang dua atau tiga tahun lebih tua, entah kenapa mereka hanya terlihat berbeda budayanya. “Yukinoshita-san, kamu tamatan dari sekolah kami, kan?” “Mmhmm, benar. Aku tiga tahun lebih tua darimu Hikigaya-kun,” kata Haruno-san dengan nada santai. Yuigahama mengangguk tertarik. “Jadi apa itu berarti usia Yukinon onee-san dua puluh?” “Hampir. Aku masih sembilan belas tahun. Ulang tahunku lebih lama—juga, kamu boleh memanggilku Haruno. Yang tadi terlalu panjang. Atau kalau kamu mau, kamu juga boleh memanggilku Harunon♪!” Kamu terdengar seperti sebuah sarung tangan penghangat Harunon. Yuigahama tersenyum masam padanya. “O-Oke, kalau begitu Haruno-san…” Acara kembang api telah beralih ke program selanjutnya dalam jadwal. Kembang api yang diluncur beriringan dengan musik yang diputar membentuk semacam bentuk hati, kelihatannya ada suatu maksud. Suatu musik klasik—musik yang sama sekali tidak kuketahui dan kelihatannya memuncaki tangga lagu terkini—diputar dengan semangat, terkadang diputar dengan pelan dan khidmat. [[File:YahariLoveCom v5-193.jpg|200px|thumbnail]] Bola-bola kembang api tersebut kelihatannya berkurang seakan periode waktu santai ini terus berlanjut dan orang di sana-sini yang menuju ke kamar kecil atau pergi membeli sesuatu terlihat menyolok. Suara-suara yang ikut berbincang-bincang di dalam area bayar tersebut juga mulai terdengar. Di atas meja-meja, tersaji makanan-makanan ringan seperti yang bisa kamu duga untuk tempat duduk VIP. Yuigahama dan Haruno-san sedang menikmati percakapan mereka selagi aku terjebak di tengah-tengah. “Jadi itu artinya kamu seoraang mahasiswi, Haruno-san?” “Yep. Aku memasuki universitas negeri untuk sains dan teknologi di dekat sini.” “Wow… Pintar sekali… Seperti yang bisa diduga dari Yukinon onee-san.” “Aku benar-benar ingin masuk ke tempat yang lebih bagus, tapi orangtuaku berkata lain padaku, tahu.” Selagi Yuigahama terlihat kaget karena kekagumannya, Haruno-san memasang senyuman yang sedikit pelik. Memang. Kalau kamu akan memegang jabatan di sebuah perusahaan lokal, memasuki universitas lokal kelihatannya pas. Tapi memang aneh. Ketika suatu percakapan melibatkan lebih dari tiga orang, topik-topik seperti ini biasanya diangkat. Kalau aku, kecuali untuk menyuapkan makanan ke dalamnya, aku rasa aku tidak akan membuka mulutku seperti yang kulakukan tadi. Untuk sekarang, rencana terbaiknya adalah untuk terus makan tanpa bersuara. Mmm, yakisoba enak sekali. Yep, saus sudah pasti rasa untuk kaum lelaki<ref> Referensi dari Kodoku no Gourmet. </ref>. “Oh, tapi, tapi, kalian kakak-beradik sama-sama memilih jurusan sains, huh?” Ucapan yang dituturkan Yuigahama sambil lalu membuat Haruno-san memperlambat gerakannya. Di dalam keributan letusan kembang api yang terus berlanjut, itu mengangguku melihat betapa diamnya dia di sampingku. “…Ahh, jadi Yukino-chan mengincar universitas sains negeri atau swasta, huh…?” Senyumannya, entah kenapa, terlihat seakan itu adalah senyuman mengolok. Mungkin itu karena aku melihat Yukinoshita Haruno dengan pandangan sensitif sehingga aku merasa demikian. Kenyataannya Haruno-san mungkin saja menyukai Yukinoshita. Mata Yuigahama terpaku pada senyumannya. “Dia tidak berbeda dari sebelumnya, huh…? Selalu berusaha untuk mengikutiku, selalu berusaha untuk menyerupaiku…” Mata rindu dan mengenang serta nada yang lembut. Tapi di dalam kata-katanya, aku dapat merasakan sejenis ketidak-pastian yang menakutkan. Aku heran apa itu kebiasaan burukku untuk secara insting mencoba untuk melihat di balik sesuatu. Tapi dalam momen singkat ini, meskipun itu bukan aku, seharusnya ada sesuatu yang bisa dirasakan. Kepalan tangan yang diremas Yuigahama di atas lututnya bergetar pelan. “Um …” “Mm?” Selagi Yuigahama terlihat seakan dia sedang merenungkan pemikirannya, Haruno-san memiringkan kepalanya dengan sikap kalem. “…Haruno-san… apa kamu tidak akur dengan Yukinon?” “Oh, apa yang kamu katakan? Tentu saja tidak. Aku sangat mencintai Yukino-chan.” Bahkan tidak berpikir sesaatpun, dia langsung menjawab. Setelah menyelesaikan kalimatnya, dia menampilkan senyuman yang sedikit hangat. Kata-kata tersebut diucapkan dengan momen yang begitu tepat sampai tidak diberi kesempatan untuk menyela bersamaan dengan isyarat tubuhnya. Dan persis karena itulah kenapa hal tersebut memberikan kesan bahwa dia telah memprediksi serangan itu dengan kata-kata miliknya. “Bagaimana bisa aku tidak merasa adik kecilku itu manis ketika dia selalu mengejarku?” “Selalu mengejarnya.” Apa itu berarti Yukinoshita selalu kalah pada Haruno-san? Itu adalah suatu kekejaman yang mirip seorang pemenang absolut yang melihat ke bawah pada penantangnya yang bodoh dan mencemoohnya, seakan menghadapi seorang anak kecil. Dengan wajah cantik yang amat sempurna yang tidak menunjukkan tanda-tanda kekejaman, Haruno-san tersenyum pada Yuigahama. “Bagaimana denganmu, Yuigahama-chan? Apa kamu suka Yukino-chan?” Yuigahama terlihat bingung ketika dia ditanya secara langsung. Tapi berusaha sebisanya, dia menjawab, “A-aku benar-benar suka dia! Dia sangat keren, sangat jujur, dan sangat bisa diandalkan. Oh, tapi dia juga bisa sangat aneh dan manis kadang kala dan seperti, ketika dia mengantuk, aku merasakan sensasi aneh ini. Juga, dia agak sulit untuk dipahami, tapi dia benar-benar baik… Umm, dan, dan. Ahh, ahaha. Aku mengatakan sesuatu yang agak aneh, ya?” Yuigahama tersenyum malu selagi kembang api menerangi pipinya. “Oh… Aku senang mendengarnya.” Hanya untuk sekilas, Haruno-san menunjukkan ekspresi yang mungkin saja bisa disebut menyayangi. Tapi untuk orang ini, ekspresi itu kelihatan anehnya janggal. Tapi—atau sebaiknya kukatakan, seperti yang diduga—sesaat selanjutnya, matanya berubah menjadi mata seorang yaksha<ref> Yaksa (berasal dari bahasa Sanskerta) adalah sejenis makhluk dalam mitologi Hindu, setengah manusia, setengah dewa. Memiliki dua wajah, singkatnya, yang baik dan yang galak. </ref>. “Awalnya itu yang dikatakan semua orang. Tapi mereka semua akhirnya melakukan hal yang sama. Mereka cemburu dengan Yukino-chan, membencinya, menolaknya, dan kemudian mulai mengucilkannya… Kuharap kamu akan berbeda dari mereka.” Ekspresi tersenyumnya begitu manis sampai terlihat ganas, sampai terlihat menakutkan. “…Aku,“ kata Yuigahama, tertekan, tapi melanjutkan. “Tidak akan melakukan sesuatu seperti it.” Dia menatap balik, tidak melepaskan tatapannya. Haruno-san menerima tatapannya secara langsung dan mengangkat bahunya lalu melihat ke arahku. “Hikigaya-kun, kamu paham apa yang sedang coba kukatakan, bukan?” “Ya, kurang lebih.” Tidak mungkin aku tidak mengerti. Aku sudah lebih dari cukup menyaksikannya. Bukan cuma Yukinoshita; semua orang yang berada di atas orang lain dikucilkan dari kelompok-kelompok. Pancang yang menjulur tidak dihancurkan ke dalam. Pancang itu akan ditarik keluar dan dilempar ke samping, hanya untuk ditinggal busuk oleh hujan dan angin. “Ya, ya. Aku suka sekali mata itu,” kata Haruno-san. Aku berpaling ke arah Haruno-san dan mata kami bertemu. Matanya cukup dingin untuk mengirimkan hawa dingin menjalari sumsumku. Tiba-tiba, dia tersenyum. “Hehe, kamu benar-benar hebat sekali, Hikigaya-kun. Aku suka caramu melihat sesuatu dengan penasaran dan menyerah.” Itu sama sekali tidak terasa dia sedang memujiku. Tidak usah ditebak lagi karena ada sesuatu yang tersembunyi di balik semua yang dikatakan orang ini. Kamu sebaiknya tidak percaya pada orang yang mengambil bagian positif darimu, membandingkannya dengan yang lain, dan berkata mereka menyukainya. “Aku suka sekali seleramu~” and “Aku suka itu. Seleramu, juga…” itu sama sekali berbeda. Sumber: masaku sewaktu SMP. Aku tidak akan tertipu oleh trik kata-kata seperti itu lagi saat ini. “Jadi bagaimana denganmu, Hikigaya-kun. Apa kamu suka Yukino-chan?” “Aku telah diajari oleh ibuku untuk tidak memilih-milih mana yang kusuka dan mana yang tidak.” Jawabku dan Haruno-san tertawa ramah. Waktu berjalan semakin larut di malam hari ini dengan perlangsungan festival kembang api yang lamban. Tirai emas beranjak turun dari atas langit. Penutupan festival kembang api itu adalah suatu pancaran kembang api emas dan diberi tepuk tangan yang meriah. “Oke, kelihatannya festival kembang api sudah usai,” kata Haruno-san, seraya berdiri. “Aku akan pulang sebelum mulai ramai.” Matanya menanyakan kami apa yang akan kami lakukan. Melihat kembali ke arahnya, Yuigahama berdiri dan berpaling ke arahku. “Kita sebaiknya pulang juga.” “Ya.” Ketika aku membayangkan bahwa kami tidak bisa bergerak dan dikelilingi kerumunan orang, bulu kudukku merinding. Pilihan yang benar di sini adalah untuk mengikuti Haruno-san dan segera beranjak pulang ke rumah. Dan entah kenapa, kami bertiga mulai berjalan bersama-sama. Kami terus menyusuri jalan setapak ke arah lapangan parkir dari samping area bayar. Kelihatannya kami akan bisa menghindari kerumunan dengan melewati jalan ini untuk pergi dari lokasi ini. Ketika kami sampai ke lapangan parkir, sebuah mobil limousine mendekati kami. Apa Haruno-san memanggilnya sebelumnya? Apa dia itu supir kelas-atas yang mengantisipasi tindakannya dan bergerak lebih dulu? Limousine itu terparkir persis di samping trotoar tempat kami berjalan. “Aku bisa memberi kalian tumpangan pulang kalau kalian mau?” “U-Um…” Yuigahama melihat ke arah wajahku saat ragu-ragu untuk memutuskannya. Aku sedang menatap ke arah limousine itu, tidak memberikan jawaban. Mobil itu kukenal dan aku mungkin tidak keliru; ini adalah limousine itu. “Kamu tidak akan menemukan goresan yang tampak sekeras apapun kamu mencarinya, kamu tahu.” Haruno-san tersenyum sambil tertawa kecil. Namun, Yuigahama dan aku tidak tersenyum sedikitpun. Bingung dengan keheningan tersebut, Haruno-san menghentikan tawanya. “H-Huh? Yukino-chan tidak memberitahumu? Apa aku sudah melakukan hal yang buruk untuk dia.” Suara yang bersalah. Kelihatannya dia tidak berbohong, tapi tetap saja suasananya berat. “Kalau begitu… jadi…” Aku dapat mendengar bisikan kecil Yuigahama. Aku tahu dengan mudah apa yang akan dia katakan. Jadi, ternyata, Yukinoshita tahu. Haruno-san kelihatannya tidak menduga reaksi kami dan mencoba untuk menengahinya, menambahkan, “Ah, tapi jangan salah sangka dengannya. Bukan Yukino-chan yang salah.” Aku… tahu itu. Tidak ada satu hal pun yang Yukinoshita salah lakukan. Itu karena Yukinoshita selalu benar. “Dia cuma ada di dalam mobil itu, jadi dia tidak melakukan apapun yang salah. Apa itu tidak masalah, Hikigaya-kun?” kata Haruno-san seakan memastikannya denganku. Itu adalah sesuatu yang baru pertama kali kudengar, tapi itu tidak mengubah apapun. Tidak peduli tingkat keterlibatan Yukinoshita, kebenarannya tidak akan bergeming. “Kurasa begitu. Memang bukan dia yang menyebabkan kecelakaan itu. Dia sebenarnya tidak berkaitan.” Suaraku terdengar lebih kasar dari yang kusangka. Malam ini begitu panas dan lembab, namun aku dapat merasa panas tubuhku menurun. Terdengar suara ketukan dari sandal kayu dan melangkah sekali ke arahku. Seakan langkah kaki itu mendorongku pergi, aku memaksa untuk menaikan kehangatan suaraku. “Lagipula, itu sudah masalah yang berlalu! Prinsipku adalah untuk tidak terus memikirkan masa lalu dan kalau aku melakukannya, hidupku akan benar-benar suram, jadi sungguh…” H-Huh? Bukankah suaraku malah semakin kasar di akhir tadi!? Trauma masa lalu memang harus ditakuti. “Oh oke. Karena itu sudah berlalu, tidak ada masalah sekarang, kan?” Haruno-san terlihat lega, mengelus dadanya dengan berlebih-lebihan. Tapi berkat itu, suasananya menjadi lebih ceria. “…Oke, kami jalan dulu sekarang,” kataku. “Oke.” Dia segera membiarkan kami pergi, tidak repot-repot menghentikan kami. Ketika supirnya menyadari percakapannya sudah usai, dia datang untuk membukakan pintunya. Haruno-san mengucapkan terima kasih padanya dengan suara kecil dan menaiki limousine itu. “Oke, Hikigayakun, sampai jumpa nanti.” Dia melambai padaku dengan riang, tapi jujur saja dia bukanlah orang yang ingin sering kujumpai. Setelah supir itu menutup pintunya dan kembali ke kursi pengemudi, limousine itu dengan perlahan melaju pergi. Kemudian, Yuigahama dan aku mulai berjalan dengan hening. Kami mungkin ingin sedikit lebih banyak waktu lagi sebelum kami dapat mengatakan sesuatu.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information