Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 4 Bab 7
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===7-5=== Mungkin berusaha untuk meningkatkan suasananya, sebuah api unggun diletakkan pada garis start. Setiap kali tumpukan kayu bakar digeser, percikan api akan melayang-layang. “Baaaaaaaaiklah! Selanjutnya kelompok ini!” Ketika Komachi menunjuk pada satu kelompok, anak-anak itu memekik heboh. Setelah semua anggota kelompok itu berdiri, ribut ketika mereka melakukannya, mereka berbaris dan menuju ke garis ''start''. Tiga puluh menit telah berlalu semenjak dimulainya uji keberanian ini. Kalau kamu menghitung jumlah yang tersisa, kamu akan mendapati bahwa sekitar tujuh puluh persen kelompok sudah pergi. Seperti yang telah Hayama sarankan, rencana ini berjalan dengan mulus ketika kami memilih kelompoknya saat itu juga tanpa menentukan urutannya. Anak SD tersebut, yang menunggu-nunggu sambil bertanya-tanya kapan giliran mereka, terlihat sedikit gugup. Kalau Hayama, dia menghela lega setelah dia melihat sendiri bahwa situasinya berjalan sesuai rencananya. Persis setelah itu, dia membisikkan sesuatu pada telinga Miura dan Tobe. Mungkin mereka sedang berdiskusi mengenai tahap akhir rencananya. “Ketika kalian mulai, tolong ambil selembar jimat dari kuil kecil di dalam hutan.” Totsuka menyatakan peraturan sederhana tersebut selagi dia berdiri menghadap jalur masuk ke dalam hutan tersebut dalam kostum penyihir wanitanya. Awalnya, dia mengucapkan kalimatnya dengan tergagap-gagap, mungkin karena dia gugup, tapi akhirnya dia sudah terbiasa dengannya setelah memasukkan satu demi satu kelompok. Sekarang dia melakukannya dengan cukup sempurna, seperti yang bisa kalian lihat. Mungkin tidak masalah membiarkan Komachi dan Totsuka mengurusnya sekarang. Lagipula, ada Hiratsuka-sensei bersama mereka. Seharusnya tidak akan muncul masalah besar. Dengan diam-diam, aku mulai berjalan agar aku dapat mengamati bagaimana uji keberanian ini berjalan. Waktunya untuk melihat bagaimana kabar yang lain. Aku berjalan menyusuri semak pepohonan untuk beberapa saat agar anak SD tersebut tidak menyadari keberadaanku. Yang pertama berada di posisinya adalah Yuigahama. Ketika anak SD itu berpapasan, dia melompat keluar dari bayang-bayang pohon. “Rawr! Akan kumakan kalian!” …ada apa dengan usaha lemahnya itu untuk menakuti mereka? Apa dia itu Gachapin<ref> Karakter televisi Jepang yang populer. Gachapin adalah dinosaurus hijau dengan gigi yang mencuat ke depan. Mirip Teletubies. </ref>? Sama sekali tidak merasa terganggu dengan gadis remaja bloon yang mendadak muncul, anak SD tersebut tertawa terbahak-bahak dan berjalan pergi. Setelah anak SD itu tidak terlihat lagi, Yuigahama menundukkan bahunya dan mengisak. “Wow… kayaknya aku yang kelihatan bodoh…” Aw… Aku rasa aku akan membuatnya risih kalau aku memanggilnya, aku memutuskan untuk membiarkannya untuk sekarang. Aku terus memakai jalan singkat, memotong lewat semak pepohonan, dan terus berjalan ke depan. Di sepanjang jalan, aku dapat mendengar teriakan dari anak SD tersebut. Mereka semua sekaligus berbicara dan tertawa tentang betapa membosankannya ini dan ini sama sekali tidak menakutkan. Aku heran apa mereka memang tidak merasa takut. Tapi ketika aku membuat suara gemersik pada rumput, suara mereka segera memudar. “Apa itu barusan?” “Aku rasa aku melihat sesuatu.” “Tidak ada apa-apa…” Aku dapat mendengar mereka mengatakan hal semacam itu. Hal paling menakutkan dari semuanya adalah sesuatu yang tidak dapat kamu lihat. Tanpa menunjukkan diriku, aku bergegas ke tempat selanjutnya. Jauh di dalam hutan, terasa gelap gulita, dan itu saja sudah cukup untuk membuat kulitku merinding. Sekarang mungkin saja musim panas, tapi malam pada dataran tinggi ini terasa dingin. Berkat itu, aku tidak bisa tahu apa aku hanya merasa dingin atau sensasi dingin itu berasal dari keberadaan suatu makhluk yang tak dikenal. Jalanku diterangi oleh cahaya bulan dan bintang yang berubah-ubah. Selagi aku terus berjalan, jalannya bercabang dua. Sesosok makhluk putih bertengger di depan sana. Cahaya bulan bersinar menembus celah ranting, menampilkan kulit seputih kapur, sementara angin membuat sosok tersebut bergoyang bagaikan ilusi. Aku tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun. Bukan karena aku takut. Aku begitu terpesona dengan kecantikan yang jelas di depan mataku sampai hawa dingin menjalari sumsumku. Terasa salah bagiku untuk mendekat atau membuka mulutku, seakan kecantikan itu melambangkan sebuah garis yang tidak boleh dilewati. Aku yakin banyak hal di dunia ini yang menjadi demikian selagi waktu berputar. Saat cerita mengenainya diturunkan dari generasi ke generasi, mereka menjadi sosok supranatural. Pemikiran asal itu terbersit dalam benakku. Selagi Yukinoshita Yukino tetap menjadi hantu, aku hanya bisa berdiri di sana seakan setengah sadar. Cahaya bulan yang terang dan angin dingin dan sepoi berhembus pada tubuhku. Waktu berhenti, meskipun setelah beberapa detik berlalu. Dia berpaling ke belakang, telah menyadari keberadaan seseorang. Pandangannya jatuh padaku; aku berada di balik bayang-bayang pohon. “Ahhhh!” Terkejut melihat kemunculanku yang tiba-tiba, Yukinoshita melompat mundur dua meter. “…Hikigaya‐kun?” Mata Yukinoshita bergerak pesat dan dia kemudian mengelus dadanya dengan lega. Apa-apaan dengan reaksi itu…? Dia membuatku merona. “Kulihat kamu bekerja dengan keras.” “Kupikir kamu hantu… matamu sudah menjadi mata zombie.” Pak, reaksi itu sama sekali tidak imut. Dia membuatku mendengus. “Bukankah kamu bilang hantu itu tidak ada?” “Benar.” “Menurutku kamu kelihatan agak ketakutan barusan,” kataku. Yukinoshita bereaksi dengan geram. Dia dengan santai menatapku dan mulai berceramah panjang lebar. “Aku tidak takut, sama sekali tidak. Kalau kamu percaya hal semacam itu ada, otakmu akan semaunya menyambungkan gambar tersebut pada korteks visualmu. Dari sudut pandang medis, itu cukup jelas bahwa pemikiran seseorang akan menghasilkan suatu efek pada tubuhmu. Maka dari itu, tidak ada yang namanya hantu. Atau, dengan kata lain, mereka tidak ada kalau kamu tidak percaya bahwa mereka itu ada. Sudah pasti.” Itu begitu terlihat seperti sebuah alasan… terutama menambahkan kata “sudah pasti” di ujungnya. “Omong-omong, aku heran berapa lama lagi ini akan berlanjut,” ujarnya. “Sudah selesai tujuh puluh persen. Sebentar lagi selesai.” “…Begitu ya. Kita harus di sini untuk beberapa saat lagi,” dia menghela kakɯ. Pada saat itu, rumput bergemersik. Bahu Yukinoshita mengeras sebagai reaksinya. Jadi dia benar-benar ketakutan, huh. Oh, sial. Anak SD itu sudah hampir kemari. Kalau begini terus, mereka akan melihatku dengan jelas. Baru saja aku akan bersembunyi di balik bayang pohon, sesuatu menarikku dengan kuat. Ketika aku berpaling ke belakang, Yukinoshita telah mengenggam lengan bajuku. “Ada apa…?” tuntutku. “Huh? Oh…” Yukinoshita pastilah bertindak secara tak sadar, karena ketika dia mendengar pertanyaanku, dia terlihat bingung. Setelah dia menyadari apa yang dilakukannya, dia melepaskan lengan bajuku seakan bajuku terbakar dan segera berpaling. “…sama sekali tak ada apa-apa. Lagipula, bukankah kamu sebaiknya cepat bersembunyi?” “Sori. Kelihatannya kita sudah terlambat.” Sebelum aku dapat bergerak, anak SD tersebut berbelok ke jalur ini. Anak yang menuntun jalannya melihatku dengan jelas. Berpapasan dengan seorang pria dengan pakaian biasa akan menghancurkan suasana horornya. Aku tidak ingin merusak uji keberanian mereka. Atau begitulah yang kupikir, tapi mata anak SD itu melebar karena takut. “Z‐zombie?!” “Bukan, itu setan!” “Aku tidak suka tatapan matanyaǃ Ayo kita lari!” Anak SD itu lari secepat yang mereka bisa. Aku melihat ke atas langit yang berbintang, merasa ingin menangis. Yukinoshita tersenyum lebar dan menepuk bahuku. “Bagus sekali. Kamu menakuti anak itu. Sekarang mereka akan menyimpan kenangan yang menabjubkan berkat mata busukmu, bukan?” “Kamu tidak tahu cara menghibur seseoraang…” Kenapa gadis ini harus menimpaku dengan tangga setelah aku jatuh? “Baiklah, aku pergi dulu sekarang.” “Baiklah. Sampai nanti.” Meninggalkan Yukinoshita di sana, aku berjalan maju. Anak SD itu memang pergi duluan, tapi aku dapat mengambil jalan singkat kalau aku menyelip melewati semak pepohonan ini. Mengabaikan hampir semua jalurnya, aku bergerak menuju api unggun yang terletak di garis ''finish''. Di dekat kuil pada garis ''finish'', Ebina-san sedang bolak-balik melambaikan sebatang ranting pohon segar. Aku heran apa dia sedang mencoba merapal mantra atau semacamnya. Mungkin saja. “Aku doakan aaaaaanda atas nama kahyangan!” Dia bahkan melakukan ritual doa Shinto. Bagaimanapun, gadis ini benar-benar serius. Setidaknya dalam melakukan ritual doa Shinto. Wow, aku merasa bodoh. Yah, seorang miko tiba-tiba muncul di depanmu ketika kamu tidak waspada memang cukup menakutkan. Miko itu bahkan melakukan seluruh ritual doa Shinto. Jelas mengerikan. Ketika aku mendekat, Ebina-san melihatku dan berpaling ke belakang. “Hai, Hikitani‐kun.” “Halo. Kamu tidak harus serius sekali.” “Aku juga bisa merapalkan kalimat onmyouji<ref> Onmyouji adalah praktisi onmyoudou, sejenis ilmu gaib tradisional Jepang. Coba baca Tokyo Ravens untuk memperdalamnya. </ref>.” “Begitu ya…” Aku heran apa itu kalimat onmyouji…. apa itu seperti Seimei x Douman atau semacamnya<ref> Mengacu pada onmyouji terkenal Abe no Seimei dan rivalnya, Ashiya Douman </ref>? Ini menjadi begitu rumit jadi aku tidak paham lagi. Satu hal yang pasti: Ebina-san yang biasa jauh lebih menakutkan dari cosplay miko ini. Aku berlari ketakutan, mengucapkan sapaan sampai jumpa nanti selagi aku kabur dengan kecepatan penuh.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information