Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 5 Bab 6
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===6-5=== Kami meninggalkan lokasi itu lebih awal, tapi banyak orang lain yang kelihatannya sepemikiran dengan kami, jadi stasiun itu lumayan padat. Karena festival kembang api, kereta api tiba agak telat pada peron perjalanan awal. Ketika kami menaiki kereta api itu, kereta itu sudah diisi cukup penuh sehingga kami tidak bisa duduk, jadi Yuigahama dak aku berdiri di depan pintu. Stasiun terdekat dari rumah Yuigahama hanya berjarak satu stasiun. Kalau aku, tempat pemberhentianku sekitar tiga stasiun dari sini. Jaraknya tidak begitu jauh. Kurang dari lima menit, terdengar pengumuman yang menyatakan kami akan tiba ke stasiun berikutnya. “…Hei.” Kami berdua telah diam sepanjang waktu sampai Yuigahama membuka mulutnya. Aku melihat ke arahnya sebagai balasannya dan setelah jeda sejenak, dia berkata, “Hikki… Apa kamu mendengarnya dari Yukinon?” Pertanyaannya adalah jenis pertanyaan yang sudah diketahui jawabannya, tapi tetap harus ditanyakan. “Tidak, aku tidak mendengar apapun.” “Oh, oke. U-Um… Ah.” Kereta api itu tiba-tiba berhenti. Pintunya tergeser dan udara sejuk malam hari mengalir ke dalam kereta api tersebut. Yuigahama merenung selagi dia melihat ke luar dan ke arahku. Tapi sebuah lonceng berbunyi yang menandakan pintu akan segera tertutup. Sama sekali tidak ada waktu untuk berpikir ataupun menguatirkan apapun. Aku menghela pendek dan turun dari kereta api. Yuigahama ikut turun denganku dan bertanya dengan wajah yang sedikit kaget, “Apa kamu yakin kamu turun ke sini?” “Agak canggung untuk menghentikan percakapannya di sana… Kenapa itu? Apa kamu sengaja menunggu saat tersebut?” “Te-tentu saja tidak! Cuma sulit untuk mengatakan sesuatu!” Kelihatannya itu tidak disengaja dinilai dari alasannya yang gugup. Sungguh licik. Kamu licik sekali, Yuigahama-san. “…Aku akan mengantarmu pulang.” “Terima kasih…” dia menuturkan ucapan terima kasih. Kelihatannya rumah Yuigahama tidak begitu jauh dari stasiun. Tapi karena dia kelihatannya tidak terbiasa mengenakan sandal kayu itu, laju berjalan kami telah melamban. Kami berjalan dengan santai, suara langkah kaki dua orang menyela kota yang hening tersebut. Malam semakin larut, dan walaupun kami berjalan di luar—mungkin karena anginnya—kelembaban dan panasnyaa tidak terasa menyiksa. “Apa kamu mendengar sesuatu darinya?” tanyaku padanya, melanjutkan dari percakapan kami barusan. Yuigahama menggelengkan kepalanya dengan lemah. “…Tapi tahu tidak? Aku rasa ada beberapa hal yang memang tidak bisa kamu utarakan. Dan ketika kamu melewatkan kesempatanmu, akan semakin sulit untuk… Maksudku, aku juga begitu…” Tentu. Mengenai kecelakaan itu, Yuigahama baru mengakuinya satu tahun setelahnya, tapi hanya ketika itu telah diberitahu padaku. “Ketika kamu mencoba untuk mempersiapkan dirimu atau terus memikirkannya, kamu akhirnya hanya akan terus menundanya semakin dan semakin lama.” Ya, aku dapat memahami situasi itu. Itu jauh lebih mudah terjadi ketika kamu ingin mengatakan sesuatu secara formal. Dan untuk meminta maaf atau bertobat, itu jauh lebih sulit. Bukan hanya itu sudah sulit untuk dikatakan, tapi juga semakin lama kamu menunggu, semakin banyak masalah yang kamu dapat untuk mencoba mencari kata-kata yang tepat. Tapi ada juga hal yang bisa kamu katakan tanpa berpikir panjang di tengah panasnya suasana. “Lagipula, mungkin Yukinon tidak bisa mengatakan apapun karena situasi dengan keluarganya. Walau aku tidak begitu yakin apa yaang sedang terjadi. Haruno-san juga agak menakutkan…” Dia bukannya sedang membelanya. Namun, memang benar melihat lingkungan Yukinoshita yang tertutup, biasanya akan sulit untuk mengatakan apapun. Kedudukan keluarganya yang tinggi, kakaknya, dan bahkan melampaui kakaknya yang telah dia singgung, ibunya. Aku rasa pasti ada sesuatu yang sedang terjadi. Itu apa yang kurasakan, tapi, yah, itu bukan masalah orang lain untuk menguatirkan tentang masalah keluarga orang lain. “Kurasa kita sebaiknya jangan ikut campur dengan masalah domestik orang lain,” kataku. Yuigahama berpikir. “D-Dome, stik… Oh, maksudmu seperti DV.” “Jangan katakan sesuatu yang kamu tidak tahu punya. Kupukul nanti.” “Jadi itu DV<ref> Digital video, Domestic Violence (KDRT, kekerasan dalam rumah tangga). </ref>!?” Bukan, sama sekali bukan DV. Itu cuma V, visualnya saja. “Yaa, nah. Bukankah kita sebaiknya pura-pura saja kita tidak tahu soal kecelakaan itu atau keluarganya?” Artinya, kita sebaiknya jangan buka-bukaan soal itu. Kalau Yukinoshita tidak ingin menyinggung permasalahan tersebut, maka sebaiknya tetap seperti itu saja. Kami tidak dapat memahami satu sama lain, dan kalau kami berpura-pura paham, itu cuma akan terasa menjengkelkan. Ada segala jenis situasi dimana acuh tak acuh itu adalah sesuatu yang patut disyukuri. Persis seperti terpeleset jatuh saat hujan dengan banyak barang bawaan atau diceramahi di depan kelas, kamu benar-benar ingin semua orang tidak berbicara padamu setelahnya. Semua orang sebaiknya cepat menyadari bahwa memanggil orang itu dengan baik hati dan ramah hanya akan melukai mereka, jangankan tidak menyelamatkan mereka. Ada, juga, kalanya dimana belas kasihan dan iba itu dapat menjadi serangan penghabisan. “Apa kita benar-benar sebaiknya tetap seperti ini dan pura-pura tidak tahu…?” Yuigahama melihat ke arah kakinya, terlihat tidak yakin. Aku tetap berdiri untuk tetap sejajar dengan Yuigahama yang telah berhenti berjalan. “Aku tidak merasa hal yang tidak kamu tahu itu buruk. Semakin banyak yang kamu tahu, masalahnya bisa semakin menjengkelkan.” Untuk tahu hanyalah untuk mengangkat beban resiko. Ada banyak situasi dimana kamu bisa senang-senang saja selama kamu tidak mengetahui itu semua. Dan salah satu yang paling jelas dari semuanya adalah apa yang sebenarnya dirasakan orang. Semua orang menjalani hidup mereka dengan sedikit banyak berbohong dan menipu orang lain. Itulah kenapa orang terus menerus dilukai oleh kebenarannya. Tujuan satu-satunya adalah untuk menghancurkan kedamaian seseorang. Beberapa detik keheningan. Hanya menggunakan waktu itu untuk berpikir, Yuigahama memberikan jawabannya sendiri. “Tapi… Aku ingin tahu lebih… Aku ingin kita saling memahami satu sama lain dan aku ingin kita semakin dekat. Kalau kita mendapat kesulitan, aku ingin bisa membantunya.” Yuigahama berjalan duluan seakan untuk menuntun jalannya. Telat selangkah, aku berjalan setelahnya. “Hikki. Kalau Yukinon mendapat kesulitan, bantu dia, oke?” “……” Aku tidak dapat menemukan kata-kata untuk menjawab permintaan itu. Beberapa detik, kali dua, atau bahkan kali sepuluh, aku rasa aku tidak akan pernah bisa mendapatkan jawaban yang sama seperti Yuigahama. Itu karena aku tidak berniat bertindak di luar batasanku. Aku tidak pernah melakukannya sampai hari ini dan aku tidak akan melakukannya mulai sekarang ini. “Tidak, aku rasa itu tidak akan terjadi.” Entahkah itu Yukinoshita mendapat kesulitan, dia meminta bantuan, atau aku melangkah melewati batasan itu atas kehendakku sendiri. Ketika aku mengatakan ucapanku yang dipenuhi dengan beragam arti, Yuigahama melihat ke atas langit yang berbintang. Sandal kayunya mengetuk dan dia menendang sebutir batu di dekat kakinya. “Meski begitu, kamu pasti akan membantunya, Hikki.” “Tidak mungkin kamu tahu itu.” Sebelum aku bisa menanyakan bagaimana dia bisa begitu yakin dengan itu, Yuigahama berpaling ke belakang menghadapku. “Maksudku, kamu membantuku, bukan?” “Sudah kubilang sebelumnya. Itu cuma kebetulan. Aku melakukannya tanpa mengetahui itu akan membantumu. Itulah kenapa, aku sama sekali tidak membantumu.” Itulah kenapa. Ucapan terima kasih itu, rasa percaya itu, atau apapun di luar semua itu. Itu semua hanyalah kesalah-pahaman dari ilusinya. Penilaian sesuatu yang dapat dilakukan semua orang selain diriku bukanlah sesuatu untuk menimbangku. Menilai tindakan dan kepribadian seseorang itu dua hal yang sama sekali berbeda. Persis seperti orang yang baik tidak akan dinilai baik dengan satu perbuatan baik saja, melandaskan kepribadianku pada satu tindakan saja merupakan suatu masalah bagiku. Maka dari itu, rasa percaya Yuigahama yang dipengaruhi perasaannya itu keliru. “Jangan harap sesuatu seperti itu dariku.” Karena kamu pasti akan kecewa. Itulah kenapa kamu jangan mengharapkan sesuatu dariku sedari awal. Yuigahama dan aku terus berjalan dengan jarak yang tetap di antara kami. Suara langkah kaki kami mengetuk tanah menggema berselang-seling di dalam kota malam ini. Ketidak-sesuaian gema tersebut terus berlanjut, jarak kecil sebuah langkah itu tidak pernah semakin mengecil. Dan tiba-tiba, jarak itu memendek. Yuigahama tiba-tiba berhenti di tempat dan aku tersandung, tubuh kami menjadi semakin dekat. Dia berpaling ke belakang padaku dan diterangi oleh cahaya lembut dari bulan. “Meskipun kecelakaan itu tidak terjadi, Hikki pasti akan membantuku. Dan juga, kurasa kita masih akan pergi melihat kembang api bersama-sama seperti ini.” “Tidak… tidak akan… Tidak akan ada alasan bagiku untuk membantumu.” Tidak ada arti pada sebuah pengandaian yang tidak terjadi. Tidak ada “andai” dalam hidup. Hidup hanya ada “maka”. Namun, Yuigahama menggelengkan kepalanya dengan lembut. Pada sudut matanya yang berair, aku dapat melihat pantulan cahaya lampu jalan. “Tidak, itu tidak benar. Kamu mengatakannya sendiri, Hikki. Bahwa meskipun kecelakaan itu tidak terjadi, kamu masih akan sendirian… Dan kamu tahu bagaimana diriku ini. Aku akan mulai menguatirkan sesuatu suatu hari nanti dan kemudian aku akan dibawa ke Klub Servis dan itulah saat aku bertemu denganmu, Hikki.” Angan-angan yang mungkin saja bisa terjadi itu begitu anehnya terjalin dengan kenyataan sehingga aku tidak bisa menolaknya begitu saja atau membantahnya. Kalau Yukinoshita, Yuigahama, dan aku semua bertemu dengan cara yang lain, apakah kami akan mampu membentuk sejenis hubungan yang lain? Selagi aku sedang berpikir, Yuigahama meneruskan, suaranya penuh dengan semangat. “Setelah itu, Hikki akan memikirkan solusi yang bodoh dan tak berguna lagi. Kemudian kamu pasti akan membantuku. Dan kemudian—“ Suara yang menyela. Mungkin saja itu dariku ataupun mungkin darinya. Suara menelan atau mungkin saja debaran yang meningkat. Untuk waktu sesaat, hampa dengan kata-kata. Penasaran dengan suaranya yang disela, aku mendongak dan mataku bertemu dengan mata Yuigahama. “Dan kemudian, aku yakin aku akan…” Bzzzz. Aku dapat mendengar suara getaran. Ponselnya sedang bergetar. “Ah…” Yuigahama melirik ke arah tas kecil di tangannya. Tapi dia mengabaikannya dan mencoba untuk meneruskan. “Aku yakin aku akan…” “Apa kamu yakin kamu tidak mau mengangkatnya?” kataku, membuatnya berhenti melanjutkan. Yuigahama menundukkan matanya ke bawah pada tas kecil di dekat tangannya dan meremasnya. Tapi dia hanya melakukannya untuk sejenak sebelum dia mengeluarkan ponselnya dan tertawa malu-malu selagi dia mengangkat wajahnya. “…Ini dari ibuku.” Dia memberitahuku untuk menunggu sejenak, melangkah pergi beberapa kali, dan mengangkat teleponnya. “Uh huh. Uh huh. Aku sudah hampir sampai ke rumah. Uh huh. Oke. Huh? Tidak apa-apa! Aku tidak perlu itu! Aku akan segera sampai, ya!” Yuigahama terus menerus berbicara di ponselnya mengenai sesuatu dan kemudian menutupnya secara sepihak. Setelah melotot pada ponselnya sejenak, dia meletakkannya kembali pada tasnya. “Rumahku pas di sebelah sana, jadi di sini saja tidak masalah. Terima kasih mengantarku pulang… Sa-Sampai jumpa nanti!” “Itu sungguh…” “Uh huh, bye. Selamat malam.” Dia melambaikan tangannya sambil berkata “bye bye” dan aku menjawab balik dengan mengangkat tanganku. “Ya, sampai nanti.” Yuigahama dengan cepat melangkah ke dalam rumahnya tanpa mendengar semua jawabanku sampai akhir. Aku sedikit kuatir dia akan tersandung, tapi setelah dia menghilang ke dalam apartemennya, aku berjalan pergi. Aku berjalan menyusuri distrik perbelanjaan saat berjalan pulang dan seakan semangat dari festival itu masih belum hilang, sekelompok pria muda dan wanita yang mabuk sedang bersenang-senang. Aku menghindari mereka dan berjalan sampai ujung jalan itu, terus berjalan maju dengan sikap biasa. Untuk setiap langkah yang kuambil, keributan dan kepadatan itu semakin menjauh. Ketika semakin sedikit lampu pejalan kaki dan bangunan tinggi di sekelilingku, mobil yang ngebut berlalu lalang. Lampu mobil yang mulai menancap gas pada jalur ke arahku itu begitu terang sampai aku mengalihkan pandanganku dan berhenti. Namun, itu cuma untuk sesaat. Mataku yang dialihkan akhirnya harus melihat ke depan juga. {| border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="margin: 1em 1em 1em 0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaaaaa solid; padding: 0.2em; border-collapse: collapse;" |- | Mundur ke [[Oregairu (Indonesia):Jilid 5 Bab 5| Bab 5]] | Kembali ke [[Yahari Ore no Seishun Rabu Kome wa Machigatteru (Indonesia)|Halaman Utama]] | Lanjut ke [[Oregairu (Indonesia):Jilid 5 Bab 7| Bab 7]] |- |}
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information