Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 3 Bab 4
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===4-7=== “Nee-san…” Aku berpaling ke belakang atas mendengar suara Yukinoshita. Ekpresi tak berdayanya barusan telah hilang sekarang, digantikan oleh sebuah tampang ngeri.<!--look of horror--> Dia meremas bonekanya erat-erat pada dadanya, bahunya mengeras. “Huh? Itu kakakmu? Apa?” Mataku berpaling-paling antara Yukinoshita dan wanita di depanku, membandingkan mereka berdua. Jika aku dapat menaksir angka usia wanita itu, aku akan bilang dia sekitaran dua puluh tahun. Pakaian halusnya, yang dipasang dengan tali yang berlambai-lambai di ujungnya, didasarkan kira-kira pada tema putih, dan lengan dan kakinya menekankan keindahan kulitnya. Dia begitu menyilaukan untuk dilihat, tapi anehnya, seluruh tubuhnya menghasilkan kesan kemurnian.<!--a look of refinement--> Dia memang sungguh menyerupai Yukinoshita. Jika Yukinoshita itu kecantikan yang padat, wanita di depanku ini kecantikan yang cair, yang meluap-luap dengan pesona.<!--overflowing with charm.--> [[Image:YahariLoveCom_v3-143.jpg|thumb|200px]] “Apa yang sedang ''kamu'' lakukan di sini? Ooooooh! Kencan, benar?! Pasti sebuah kencan! Teehee!” “…” Yukinoshita yang lebih tua menggoda Yukinoshita yang lebih muda, menyikunya tanpa henti<!--nudging her incessantly with her elbow-->. Tapi Yukinoshita tetap berwajah dingin dan hanya terlihat jengkel. Aku mengerti sekarang. Mereka ''terlihat'' mirip, tapi kepribadian mereka terlihat berdunia-dunia jauhnya.<!--worlds apart--> Ketika aku memahami situasinya<!--get my bearing--> dan melihat benar-benar dekat, ada sejumlah perbedaan di antara mereka. Pameran A) buah dada. Tidak seperti punya Yukinoshita yang malu-malu<!--modest-->, kakaknya memiliki sepasang yang besar dan indah, yang bagus untuk cuci mata. <!-- a sight for sore eyes--> Sungguh mencerahkan! Ketika aku sedang merasa janggal, penyebab sebenarnya adalah ukuran buah dadanya! Er, tidak, bukan hanya itu saja.<!--that wasn’t the only thing.--> “Hei hei, Yukino-chan, apa itu pacarmu? Apa kamu sedang berpacaran dengannya?” “…sama sekali bukan. Kami satu sekolah.” “Nah nah<!--now now-->! Tidak usah malu-malu!” Yukinoshita tidak mengatakan apapun. Whoa, jika tatapan bisa membunuh… meskipun semua orang akan membasahi celananya karena takut jika mereka yang menerima <!--receiving end-->tatapan Yukinoshita, kakaknya menyeringai dan menerimanya dengan biasa-biasa saja. <!--take it in stride--> “Aku Haruno kakak Yukino-chan,” katanya padaku. “Main baik-baik<!--play nice--> dengan Yukino-chan, oke?” “Uhh. Aku Hikigaya.” Dia memperkenalkan dirinya dengan namanya jadi aku balik memperkenalkan diriku. Jadi, entah kenapa kelihatannya nama kakaknya itu Yukinoshita Haruno. Baik, sudah mengerti. “Hikigaya…” Haruno-san berhenti hanya sebentar untuk berpikir, dengan cepat mengamatiku dari ujung kepala sampai ujung kaki. “Begitu ya…” Persis saat itu, suatu hawa dingin menjalari sumsumku, cukup untuk membuatku merinding, Seakan dihantam oleh kelumpuhan sementara, aku terpatung di tempat. <!--rooted to the spot--> Tapi kemudian dia melantun, “Kalau begitu, aku akan memanggilmu Hikigaya-kun. Bagus, senang berjumpa denganmu.” Haruno-san meredakan ketegangannya dengan seringaian lebar. Apa itu barusan…? Apakah itu, kamu tahu, karena aku gugup dilihati oleh seorang wanita cantik? Haruno-san itu secerah dan secermelang namanya<!--her name suggested--><ref> Salah satu karakter pada nama Haruno adalah karakter matahari </ref>. Dia mungkin menyerupai Yukinoshita secara fisik, tapi kesan yang dihasilkannya sepenuhnya berbeda. Tidak seperti Yukinoshita dan kesan gadis-kalemnya yang sangat kuat, ekspresi kakaknya itu selamanya berubah-ubah. Siapa yang tahu bahwa senyuman itu memiliki begitu banyak variasi yang berbeda-beda? Walaupun bagian-bagian mereka itu sama, aku terkesan<!--struck--> oleh betapa berbedanya cara mereka menggunakannya. Aku mengerti sekarang mengapa mereka begitu berbeda, dan namun semacam perasaan tidak puas karena merasa janggal menjalari sumsumku sekali lagi. Alasan sebenarnya dari ketidaknyamananku mungkin bukan dalam perbedaan mereka. Ketika aku memalingkan pandangan curigaku pada Haruno-san, dia bertemu mataku hanya untuk sekejap sebelum dengan segera memindahkan perhatiannya pada Yukinoshita. “Oh, hei. Bukankah itu Pan-san si Panda?” katanya dengan nada riang gembira selagi dia menggapai pada bonekanya. “Aku suka ini! Sungguh bagus, itu begitu lembut. Aku cemburu, Yukino-chan.” “Jangan sentuh itu.” Suara Yukinoshita begitu kuatnya sampai membuat telingamu berdengung. Itu tidak seperti dia meninggikan suaranya atau apa. Itu hanya bahwa penolakannya berdering begitu keras dan jelas sampai menyakitkan untuk didengar. Haruno-san pastilah merasakan hal yang sama, karena senyuman tak berubahnya dari sebelumnya membeku pada wajahnya. Dia tidak mengatakan apapun untuk sejenak. “Wh-whoa, itu menakutkanku<!--that gave me a fright-->,” katanya pada akhirnya. “M-maaf, Yukino-chan, a-aku mengerti sekarang. Aku agak bodoh untuk tidak menyadari bahwa itu adalah sebuah hadiah dari pacarmu.” “Um, Aku bukan pacarnya,” kataku. “Teehee, kamu pura-pura malu. <!--playing coy-->Kakak tidak akan memaafkanmu jika kamu membuat Yukino-chan menangis.” Dengan seruan “hmph!” Haruno-san mengangkat jari telunjuknya untuk menegurku, sebelum menyodok pipiku tanpa henti sampai terasa sakit. ''Argh, ow, hati-hati<!--watch it-->, jangan berdiri terlalu dekat''<!--don't get so close-->! (Dia tercium wangi.) Dengan kekuatan komunikasinya, dia bisa menggunakan kekuatannya padaku meskipun kami itu masih asing. Haruno-san, yang sedang menekanku dari posisi dekat ini, merupakan pemilik sebuah kekuatan yang mengerikan. “Nee-san, sudah cukup. Jika kamu tidak ada yang perlu dilakukan di sini, maka kami akan langsung pergi sekarang,” kata Yukinoshita, tapi Haruno-san tidak menghiraukannya dan terus mengangguku. “Ayolah, kamu boleh memberitahuku! Sudah berapa lama kalian berdua berpacaran?” “Tungg-! Serius, tolong hentikan!” Dia meneruskan serangan sodokan jarinya dengan keras kepala, dan sebelum aku menyadarinya, Haruno-san menekankan dirinya padaku. Dan tunggu, buah dadanya menghantamku! Oh, dia melepaskannya! Tidak tunggu, dia menghantamku lagi! Buah dada yang kuperiksa tadi sedang datang padaku dengan pukulan pesat! Sial, buah dada itu Muhammed Ali… “…Nee-san, hentikan itu segera.” Itu suara yang pelan, suara yang mengancam untuk menggetarkan bumi. Selagi Yukinoshita menjentikkan rambutnya, tanpa repot-repot menyembunyikan kemurkaannya, matanya menusuk Haruno-san dengan tatapan menghina. “Oh… maaf, Yukino-chan. Aku mungkin sedikit terbawa suasana,” kata Haruno-san tanpa merasa menyesal<!--unapologetically-->, sambil tertawa lemah. Itu terlihat seperti semacam susunan<!--sort of arrangement--> seorang kakak dungu dengan seorang adik yang begitu tegang. Kemudian Haruno-san mulai berbisik pada telingaku. (Seperti yang kubilang, jangan begitu dekat!) “Maaf, ente tahu? Yukino-chan itu gadis yang sensitif… jadi kamu sebaiknya berhati-hati dengannya, Hikigaya-kun.” Kali ini, aku diterjang oleh perasaan tidak enak yang pasti. Aku secara tidak sadar terkejut. Seakan tercengang akan reaksiku, Haruno-san memiringkan kepalanya ke kanan dan memejamkan matanya sambil merengek. Persis saat itu, satu-satunya hal yang bisa dipikirkan seorang pria yang berdiri di dekatnya adalah betapa imut tingkahnya itu. “Apa aku melakukan sesuatu yang membuatmu membenciku? Jika ada, maaf,” Haruno-san meminta maaf, menjulurkan lidah merah mudanya. Ketika aku melihat betapa terus terangnya dia, hasrat untuk melindunginya tumbuh dalam diriku dan aku tiba-tiba diserang oleh rasa bersalah. Aku harus memikirkan semacam permintaan maaf! “Er, sungguh bukan seperti itu. Maksudku, um, telingaku geli.” “Hikigaya-kun, berhenti menyingkap obsesi seksualmu<!--fetish--> pada seorang wanita yang baru saja kamu temui. Kamu tidak bisa mengomplain jika kamu digugat.” tangan Yukinoshita ditekan dengan hati-hati pada dahinya seakan ini semua membuatnya sakit kepala. Kalau Haruno-san, senyum menyeringainya yang jelas<!--patent--> kembali ke wajahnya. “Aha,” lantunnya. “Kamu ''kocak'', Hikigaya-kun!” Aku tidak mengerti apa yang begitu lucu, tapi Haruno-san sedang tertawa dengan terbahak-bahak selagi dia menepuk punggungku. (Seperti yang kubilang, jangan begitu dekat!) “Oh, itu mengingatkanku. Hikigaya-kun. Mau pergi minum teh denganku kalau kamu senggang? Aku harus memastikan kamu cukup bagus untuk menjadi pacar Yukino-chan.” Haruno-san membusungkan dadanya dan mengedip dengan pelan ke arahku. “…sungguh lancang. Aku bilang dia hanya satu sekolah denganku.” Potong suatu suara yang kasar dan bengis yang mirip seperti badai salju Kutub Utara. Itu adalah suara dengan reaksi yang terasa mendalam, suara yang disebabkan oleh nada bercanda Haruno-san dan segalanya tentang dia. Yukinoshita sudah melancarkan penolakan terhebatnya.<!--ultimate--> Tapi Haruno-san menepisnya kali ini dengan senyuman nakal. “Maksudku, ini adalah yang pertama kalinya aku melihatmu pergi bersama seseorang, Yukino-chan. Bukankah itu wajar aku akan berpikir dia itu pacarmu? Aku merasa senang untukmu.” Haruno-san membuat tawa aneh yang terdengar seperti sebuah kekekan. “Kamu seorang anak remaja, jadi kamu lebih baik pergi bersenang-senang! Oh, tapi kamu sebaiknya jangan nakal, k'mu tahu?” Dengan bercanda<!--Joking-->, Haruno-san meletakkan tangan kirinya pada pinggulnya dan mencondong ke depan, jari telunjuk kanannya terangkat untuk memperingatkan. Saat dia mempertahankan postur itu, dia menempatkan kepalanya ke dekat telinga Yukinoshita dan membisikkan sesuatu dengan pelan. “Lagipula, Ibu masih marah akan kamu tinggal sendirian.” Persis saat kata “Ibu” keluar, seluruh tubuh Yukinoshita mengeras. Sebuah keheningan yang lembut<!--subdued--> menimpa area itu.<!--descended-->. Seakan oleh semacam ilusi, suara-suaranya sudah menjadi lebih hening seperti air surut bahkan di dalam tempat game ini, sebuah tempat yang seharusnya penuh dengan keributan. Dalam jangka sesaat itu, Yukinoshita memeluk bonekanya seakan untuk memastikan itu ada di sana. “…itu benar-benar tidak ada hubungannya denganmu, Nee-san,” tutur Yukinoshita seakan dia sedang berbicara pada lantai, tidak melihat pada mata kakaknya. Ini adalah si Yukinoshita Yukino yang berdiri gagah dan tidak pernah bimbang – si Yukinoshita yang tidak pernah terintimidasi oleh siapapun atau apapun melihat ke arah lantai. Itu adalah sebuah tampilan yang sedikit menggoncangku. Dia adalah jenis orang yang akan membiarkan dirinya merasa murung ketika dia sedang sendirian, tapi aku tidak pernah melihat lututnya bergetar ketika dia berbicara pada orang lain. Haruno-san tertawa kecil pada sudut mulutnya. “Ya, kamu benar. Itu tidak ada hubungannya denganku,” katanya, sambil mundur dengan tiba-tiba seakan dia melompat pergi. “Selama kamu ada memikirkannya, tidak apa-apa, Yukino-chan. Aku sedang mencoba untuk membantu, tapi aku mencampuri urusanmu<!--butt in-->. Maaf soal itu.” Selagi sebuah senyuman malu-malu muncul pada wajahnya, Haruno-san tertawa dan berpaling padaku. “Hikigaya-kun. Aku akan mengatakan ini padamu lagi: mari kita pergi minum teh ketika kamu menjadi pacar Yukino-chan. Oke, sampai jumpa nanti!” Pada akhirnya, sebuah senyuman cemerlang yang menyilaukan muncul pada wajah Haruno dan dia membuat lambaian kecil di depan dadanya untuk mengatakan bye-bye. Dan dengan itu, dia pergi dengan buru-buru ke kejauhan. Terkesan akan betapa luar biasa kecemerlangannya, Aku tidak bisa memalingkan mataku. Pada akhirnya, aku melihatnya sampai dia sepenuhnya di luar pandangan. <br /> <center>× × ×</center> <br />
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information