Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 3 Bab 4
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===4-8=== Dan kemudian, karena tidak ada yang bisa dilakukan<!--out of lack of anything better to do-->, Yukinoshita dan aku mulai berjalan. “Kakakmu benar-benar menabjubkan<!--really something-->…” tuturku tanpa berpikir panjang. Yukinoshita mengangguk. “Semua orang mengatakan itu ketika mereka bertemu dia.” “Ya, aku bisa mengerti itu<!--i can see that-->.” “Mm. Wajah dan rupa yang menarik, murid juara<!--top student-->, terampil dalam baik kesusastraan dan seni bela diri, seorang wanita dengan banyak bakat – belum disebut kepribadian yang baik hati dan lembut… Aku ragu ada manusia yang bisa menandingi kesempurnaannya. Semua orang menghujaninya dengan pujian…” “Huh? Itu tidak mengurangi pencapaianmu sendiri,” kataku. “Ada apa dengan kerendahan hati palsu itu?” Yukinoshita mendongak ke atas padaku, terlihat tercengang. “…huh?” “Ketika aku bilang dia menabjubkan, aku sedang mengatakan tentang – bagaimana kamu mengatakannya? Kedok<!--façade--> eksoskeleton yang diperkuat itu.” Sebuah eksoskeleton yang diperkuat – tidak, kamu bisa bilang itu sebuah ''mobile suit''. Omong-omong, perasaan tidak enak yang kurasakan dari Yukinoshita Haruno adalah itu. Ungkapan lain yang cocok adalah dia sedang dilumuri dalam kedoknya. “Dari caranya bertingkah, kakakmu itu seperti mimpi basah seorang kutu buku. Dia bisa mencerahkan suasananya ketika dia berbicara, tingkah lakunya baik, dia selalu memiliki senyuman lebar, dia bahkan bisa berbicara ''denganku'' seperti orang normal dan juga, um… kamu bisa bilang dia itu terlalu suka sentuh-sentuhan, dan bahwa dia itu agak halus waktu disentuh.” “Aku heran apa anak muda ini sadar betapa rendahan kata-katanya itu<!-- a lowlife he sounds-->…” “J-Jangan bodoh! Itu tangannya yang sedang kubicarakan, kamu tahu. Tangannya! Sentuhan tangannya!” Alasanku tidak mampu berbuat banyak untuk meredakan pandangan sinis Yukinoshita. Dalam usaha untuk mengalihkan perhatiannya, aku terus berbicara dengan nada yang lebih keras dan lebih tegas<!--firmer-->. “Idealisme adalah idealisme. Itu bukanlah kenyataan. Itulah kenapa sesuatu mengenainya terlihat palsu.” Toh, mungkin tidak ada yang namanya kutu buku yang realistis. Seorang kutu buku yang kesepian hidup dengan tiga prinsip umum: “(Jangan ada) harapan , (Jangan buat) peluang asmara, (Jangan utarakan) kata-kata mesra<!--sweet nothings-->.” Prinsip-prinsip ini terukir dalam hati mereka. Pasukan sempurna ini, yang terus bertarung siang dan malam melawan musuh utama<!--ultimate--> yang dikenal sebagai kenyataan, sehingga dapat dengan mudahnya diperdaya. <div style="text-align: right;">''Meskipun mungkin ada “gadis baik” di dalam dunia ini, “gadis yang hidup demi dirimu” itu tidak pernah ada''.</div> <div style="text-align: right;">-Hikigaya Hachiman</div> Aku pikir itu terdengar seperti sebuah pepatah bijak, jadi aku mengukir kata-kata bijak itu ke dalam hatiku. Yukinoshita memandangku dengan wajah datar. Setelah berpikir sejenak, dia berkata, “Kamu punya mata yang busuk – tidak, ''karena'' kamu punya mata busuk-lah sehingga ada beberapa hal yang bisa kamu lihat<!--see through-->…” “Apa kamu sedang ''memujiku''?” “Tentu. Itu pujian besar<!--high praise-->.” Entah kenapa, aku tidak mendapat kesan itu… Yukinoshita terlihat agak misterius saat dia melipat lengannya, suatu tampang yang agak terlihat melamun di matanya. “Seperti yang kamu bilang, itu kedok kakakku. Apa kamu tahu tentang keluargaku? Sebagai anak perempuan sulung, kakakku diajak berkeliling bertamu di tempat-tempat yang berkaitan dengan pekerjaan pada Tahun Baru dan ke pesta-pesta. Sebagai hasil dari itu, dia memiliki sebuah topeng… kamu sangat jeli<!--observant-->.” ”Ah, itu apa yang diajari ayahku. Bahwa aku harus waswas dengan orang-orang seperti pada nona-nona yang menjual gambar-gambar di galeri seni yang terlihat mencurigakan<!--shady-->. Aku waspada terhadap orang-orang yang tiba-tiba menginvasi wilayah pribadimu saat pertama kalinya mereka berbicara padamu. Dulu-dulu, itulah bagaimana ayahku kena tipu dan mendapatkan hutang besar<!--drive up a big loan-->.” Kelihatannya, ibuku begitu marah padanya setelah itu sampai dia hampir mati. Bagaimanapun itu, sebagai hasil dari progam pendidikan khusus bagi murid berbakat yang kuterima, aku tidak pernah ada pengalaman ditipu dengan cara seperti itu sampai sekarang. Aku juga ragu aku akan ditipu di masa depan nanti.<!--any time in the future--> Ketika aku memberitahu Yukinoshita semua itu, dia membuat helaan singkat dan memijat dahinya dengan tangannya. “Astaga… sungguh alasan yang tolol. Kakakku pasti tidak akan percaya<!--would seriously not believe--> kedoknya terbongkar oleh penalaran semacam itu.” Yukinoshita mungkin kurang terkesan, tapi tidak seperti itu satu-satunya alasan aku berpikir seperti itu. “Omong-omong<!--While we’re at it-->, wajah kalian mungkin terlihat mirip, tapi ketika kamu tersenyum kalian terlihat sepenuhnya berbeda.” Aku tahu bagaimana senyuman asli terlihat. Bukan senyuman genit, juga bukan senyuman untuk menipu orang atau untuk mengalihkan perhatian mereka – sebuah senyuman asli, yang jujur dan tulus. Ketika aku mengatakan itu, Yukinoshita mempercepat laju berjalannya, meninggalkanku beberapa langkah di belakangnya. “Hmph… alasan yang tolol.” Kemudian dia berpaling padaku dari bahunya. Aku melihat ekspresi biasanya yang dingin dan tak berubah. “…ayo kita pulang,” katanya dengan lembut. Aku mengangguk. Setelah itu, tanpa mengutarakan satu patah kata pun, kami berdua memulai perjalanan pulang kami. Aku tidak ada yang bisa ditanyakan pada Yukinoshita dan Yukinoshita tidak bertingkah seakan dia ada sesuatu untuk dikatakan padaku juga. Mungkin itu adalah waktu dimana kami seharusnya menanyakan pertanyaan dan berbicara pada satu sama lain. Tapi, daripada menghujat satu sama lain, kami memilih untuk membuat suatu jarak<!--embrace sense of distance--> yang sudah begitu familier pada kami sekarang. Dan karena itu, kami menghabiskan waktu tanpa kehangatan manusia apapun, sebagai orang asing yang duduk berdampingan dalam kereta api. Ketika dia sampai pada stasiun dimana kami akan turun, Yukinoshita berdiri dari tempat duduknya terlebih dulu dariku. Aku lalu mengikutinya<!--followed suit-->. Setelah kami melewati palang tiketnya, Yukinoshita langsung berhenti di tempat. “Aku akan pergi ke arah sini,” katanya, menunjuk ke arah pintu keluar selatan. “Oh. Sampai jumpa,” sahutku, menghadap pintu masuk utaranya. Selagi punggungku berpaling padanya, aku mendengar suatu suara kecil. “Hari ini begitu menyenangkan. Sampai jumpa nanti.” Dorongan pertamaku adalah meragukan telingaku sendiri. Aku berpaling ke belakang dengan buru-buru, tapi Yukinoshita sudah beranjak pergi. Dia tidak menunjukkan tanda-tanda untuk berpaling melihatku. Pada akhirnya, aku melihat Yukinoshita sampai dia keluar dari pandangan sepenuhnya. <noinclude> {| border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="margin: 1em 1em 1em 0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaaaaa solid; padding: 0.2em; border-collapse: collapse;" |- | '''Mundur ke''' [[Oregairu (Indonesia):Jilid 3 Bab 3|Bab 3]] | '''Kembali ke''' [[Yahari Ore no Seishun Rabu Kome wa Machigatteru (Indonesia)|Halaman Utama]] | '''Lanjut ke''' [[Oregairu (Indonesia):Jilid 3 Bab 5|Bab 5]] |- |}
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information