Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 4 Bab 7
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===7-8=== Selagi mereka mengelilingi si jago merah, anak SD itu menyanyikan bagian ''chorus''nya. Itu adalah salah satu lagu tentang berteman selamanya dan semacam itulah. Bagiku, itu lagu yang membuatku trauma. Komachi, Totsuka dan Ebina‐san juga kembali untuk berganti baju, jadi aku menatap apinya dengan hampa sendirian. Ketika lagunya berakhir, akhirnya sudah waktunya melakukan tarian dansa yang super menarik, super romantis itu. Memandangnya dari luar lingkaran, itu aneh bagaimana aku dapat melihat sesuatu yang mengagumkan mengenai acara yang begitu kubenci. Tapi setiap gadis dalam kelompok Rumi memiliki tampang yang masam. Karena mereka barusan menampilkan sisi buruk mereka pada satu sama lain dengan terang-terangan, jelas mereka akan seperti itu. Semua orang dalam kelompok itu mengabaikan satu sama lain. Tapi terkadang, mereka akan melirik ke samping ke arah Rumi. Aku ingin tahu apa malam ini akan menjadi malam dimana mereka mulai berbicara padanya, sedikit demi sedikit. Aku tidak ada sesuatu yang khusus untuk dikerjakan, jadi aku mencari Hiratsuka-sensei. Ketika aku menemukannya, aku melihatnya berbicara dan berbaur dengan guru-guru SD tersebut. Ketika aku mendekatinya, Hiratsuka-sensei juga melihatku. Dia menghentikan percakapannya dan berjalan ke arahku. “Kerja bagus untuk uji keberanian tadi. Kamu boleh istirahat dulu hari ini. Aku dengar tidak banyak lagi yang perlu dilakukan. Tidak masalah melakukannya besok. Apa kamu menyelesaikan masalahmu itu?” “Y‐ya… er, Aku heran.” Selagi aku kesusahan menjawab, Yukinoshita, yang entah kapan selesai mengganti pakaiannya, berjalan ke arah kami. “Yang kami lakukan cuma mengeroyok mereka, membuat mereka menangis dan menaburkan bibit perpecahan pada pertemanan mereka.” “Penjelasanmu membuat itu terdengar keji…” “Tapi sebenarnya begitu bukan.”<!--But that’s not how it was in actuality--> “Kamu bilang begitu, tapi itu, er…” Aku tidak bisa menyangkalnya. Sederhananya<!--When you put it in plain terms-->, dia benar dan itu membuatku merasa risih. Hiratsuka‐sensei memiringkan kepalanya seakan dia juga tidak tahu bagaimana sebaiknya dia menanggapinya. “Aku tidak begitu mengerti, tapi… dari yang kulihat, kelihatannya kamu tidak menanganinya sendirian. Malah kalian bekerja sama… yah, terserahlah. Itu khas kalian<!--It’s characteristic of you guys-->.” Hiratsuka‐sensei tersenyum selagi dia melihat anak-anak SD tersebut menarikan tarian rakyat. Kemudian dia kembali bersosialisasi. Itu meninggalkanku sendiri bersama Yukinoshita. Yukinoshita memanggil namaku seakan dia merasa namaku sedikit sulit untuk diucapkan. “Hikigaya‐kun… sebenarnya kamu ingin menyelesaikan masalah ini untuk siapa?” “Aku melakukannya untuk Rumi Rumi, kurasa,” jawabku, sambil mengangkat bahuku. Maksudku, lihat. Tidak ada orang yang secara langsung menyuruh kami untuk melakukannya. Aku hanya menangani satu hal: Bagaimana aku bisa membuat rencana untuk membuat Tsurumi Rumi berdamai dengan sekelilingnya? Selain itu, aku tidak pernah berniat menghubungkan tindakanku dengan sesuatu<!--I never intended my actions to have anything to do with anything.-->. Meskipun seseorang memikul bebannya atas pilihannya sendiri, aku tidak akan mereka-rekanya<!--Even if a certain someone had brought their own baggage along out of their own accord, I wouldn’t make any wild guesses about it-->. Aku juga tidak merasa aku telah memperoleh apapun. “…Begitu ya. Baguslah.” Dengan itu, Yukinoshita berhenti menanyaiku dan memalingkan matanya ke arah api unggun di tengah-tengah lapangan. Tarian rakyatnya baru saja usai dan mereka bubar untuk malam ini. Pada jalur persis di samping kami, para murid berjalan menyusurinya. Rumi jatuh tepat ke dalam lapangan pandangku. Dia mengenalku, dan namun dia dengan oh, begitu santainya memalingkan pandangannya. Ketika dia berpapasan denganku, dia menolak untuk melihat ke arahku sedikitpun. “Kurasa tidak ada hadiah untukmu,” gurau Yukinoshita. “Tidak seperti aku melakukan sesuatu yang baik untuknya. Realistis saja. Yang kulakukan hanya menakut-nakuti beberapa anak dan menghancurkan pertemanan mereka. Ditambah lagi, aku memanfaatkan orang lain untuk melakukannya… itu adalah cara yang terburuk, jadi tidak ada yang patut diucapkan terima kasih.” “Kurasa begitu.” Yukinoshita berhenti sejenak. “Tapi itu cukup melegakan untuk menghilangkan orang yang mengusikmu. Lagipula, gadis itu melangkah maju lewat kekuatan tekadnya sendiri, bukan? Kamu mungkin menggunakan cara yang ilegal dan merencanakannya dengan buruk, tapi kamu yang menyediakan kesempatan itu untuknya, Hikigaya‐kun.” Yukinoshita memaparkan kebenaran tanpa embel-embel apapun padaku, sejujur dan seterus terang seperti biasanya. “Dan jadi aku rasa bahwa, meski tidak ada orang yang akan pernah memujimu, kamu akan dimaafkan jika ada hal baik yang dihasilkannya.” Untuk sekali ini, Yukinoshita tidak memandang rendah padaku dengan sikap menusuk dan tidak mengenakkannya. Dia tersenyum dengan lembut padaku. Tapi dalam sesaat, pandangannya berpaling pada suatu tempat di belakangku. Mata Yukinoshita terpaku pada Yuigahama dan yang lain. Mereka memegangi ember dan kembang api pada tangan mereka. Komachi dan Totsuka menyergap Hiratsuka-sensei, merebut mancisnya dan segera mulai memainkan kembang api mereka. Hiratsuka-sensei malah terlihat senang. “Yukinon, maaf membuatmu menunggu!” kata Yuigahama. “Untukmu, kembang api.” “Terima kasih, tapi aku tidak ikut main. Main dengan orang lain saja. Aku akan menonton saja dari sini.” “Oh paaaak, setelah aku susah-susah membelinya…” cibir Yuigahama sambil mengeluh. “Aku sudah tidak ada tenaga lagi untuk bermain-main,” Yukinoshita menenangkan Yuigahama. “Hati-hati dengan apinya, oke.” Setelah mengucapkan isi pikirannya, Yukinoshita duduk di atas bangku agak jauh dari sana. “Kamu itu nenek-nenek ya…?” tanyaku. Kami juga meminjam mancis dari Hiratsuka-sensei dan menyalakan lilin yang dipersiapkan untuk menyalakan kembang apinya. Kembang api ini kelihatannya dibeli di toko swalayan. Aku membaginya kepada Komachi dan yang lain. Ketika aku menyalakannya, kembang api tersebut bergemercik dan api berwarna hijau meletus. Whoa, cantik sekali. …tapi aku bingung apa memainkan kembang api batangan ini benar-benar cara yang tepat untuk bermain kembang api. Kelihatannya berbeda dengan memanggang kutu kayu. Apa kamu seharusnya melihatinya saja? Kalau ini kembang api roket, kamu hanya bisa memakai imajinasimu. Kamu akan melakukan pengeboman. Aku sudah baca Zukkoke Sannin‐gumi, tahu<ref> Novel Anak-anak </ref> “Yukinon! Kamu harus lihat ini!” teriak Yuigahama. Dia sedang melambai-lambaikan empat batang kembang api di setiap tangannya dengan gaya yang menyolok. Apa itu gaya-Vega atau semacamnya<ref> Karakter game Street Fighter. </ref>? Tolong jangan coba ini di rumah, anak-anak. Selagi Yuigahama menari-nari, jejak cahaya kembang api melukis langit yang kosong tersebut dengar suara gemercik. Melihat Komachi dan Totsuka berputar-putar dengan kembang api yang berdengung, aku bertanya-tanya apa begini seharusnya caramu memainkannya. Namun, kembang api itu akan segera padam jika kamu memainkannya dengan cara yang begitu menyolok, kira-kira persis saat percikan kembang apinya baru muncul. Aku menyalakannya, menutupinya sebisa mungkin dengan tubuhku sehingga aku dapat melindunginya dari hembusan angin. Ketika aku melakukannya, Yuigahama diam-diam berjalan ke sampingku dan duduk. Dia perlahan menyalakannya, menutupinya dengan tubuhnya seperti yang kulakukan. Selagi kembang api tersebut menyala bergemercik, batang itu berpendar oranye. Dia sampai barusan bermain-main dengan begitu gembira, dan anehnya sekarang dia diam. “…apa kamu rasa Rumi-chan dan yang lain akan baik-baik saja?” “Bukan kita yang memutuskannya.” “Tapi tren aneh mereka akan berhenti setelah ini.” “Dan sebagai gantinya, mereka kehilangan teman mereka,” kataku selagi sisa kembang apiku jatuh dari batangnya. Cahaya oranye cerah itu, menyerupai besi yang berpijar, jatuh ke tanah dan cahayanya segera padam. Yuigahama memberiku kembang api lagi dan memberitahuku untuk menyalakannya. “…namun, masalahnya selesai, kamu tahu? Membeberkannya semua dengan terang-terangan itu terasa menabjubkan bagimu. Aku sudah berusaha keras untuk membuka lembaran baru ini, jadi percayalah dengan kata-kataku.” Sumber: Gahama-san, kurasa? Kata-katanya cukup persuasif. Kalau begitu, mungkin aku dapat membiarkan diriku untuk mempercayainya. Aku mendekatkan kembang api yang kumain-mainkan dengan tanganku pada lilinnya. Asap tipis membumbung dengan suara hiss dan kembang api memercik dengan bentuk seperti globe. Kembang api yang Yuigahama pegang padam dengan suara hiss yang redup. Seakan Yuigahama telah menunggu-nunggu kembang apinya untuk padam, dia membisikkan sesuatu dengan lembut. “Hei, Hikki. Kamu melakukan semuanya, kamu tahu.” “Apa?” “Hal yang kita bicarakan tempo hari. Kita tidak barbekyu, tapi kita memasak kari, dan meskipun kita tidak pergi ke kolam renang, tapi kita bermain-main di air. [[Image:YahariLoveCom_v4-273.jpg|thumb|200px]] Kita tidak berkemah untuk bersenang-senang tapi kita mengikuti perkemahan. Dan kita melakukan uji keberanian dan bagian menakuti-nakuti-orangnya.” “Itu semua kamu anggap melakukannya?” Aku merasa semua itu jauh berbeda. Tapi Yuigahama hanya membuang kembang api yang telah padam dan mengeluarkan kembang api yang baru. “Itu semua kira-kira sama saja, jadi ya!” Dia berhenti sejenak. “Ditambah lagi, kita sedang menonton kembang api bersama-sama.” “Yah, itu juga.” “Semuanya terjadi. Jadi itu artinya… kamu harus membuat bagian dimana kita jalan-jalan bersama juga terjadi.” Kehilangan kata-kata, aku menatap ke arah Yuigahama seakan aku sedang tertarik ke arahnya. Ketika mata kami bertemu, Yuigahama tertawa. Kembang apinya menyala. Meskipun dia telah mengatakan itu semua padaku, jawabanku sudah pasti. “…kapan-kapan, kurasa.”
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information