Editing Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 10 Bab 2

Jump to navigation Jump to search

Warning: You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you log in or create an account, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.

The edit can be undone. Please check the comparison below to verify that this is what you want to do, and then save the changes below to finish undoing the edit.

Latest revision Your text
Line 1: Line 1:
==Bab 2 - Project Alicization==
+
==Bab 2 - Proyek Alicization==
   
 
===Bagian 1===
 
===Bagian 1===
Line 36: Line 36:
 
Lyfa menaruh cangkir, yang ia pegang dengan kedua tangannya, di atas meja, dan menghela nafas yang dalam, kemudian mengubah ekspresinya.
 
Lyfa menaruh cangkir, yang ia pegang dengan kedua tangannya, di atas meja, dan menghela nafas yang dalam, kemudian mengubah ekspresinya.
   
"Oke kalo gitu ... kita mulai dengan informasi yang telah kita dapatkan hari ini, eh bukan, kemarin. Kesimpulannya kita gak bisa menemukan bukti yang kuat kalau onii-chan telah dibawa ke «Tokorozawa National Defense Medical College Hospital»<ref>dibiarkan seperti ini karena akan jadi terlalu aneh namanya jika di terjemahkan.</ref>. Data telah membuktikan kalau dia telah di pindahkan ke departemen bedah syaraf di lantai 23, tapi mereka menolak semua akses ke dalam ruangan perawatan, bahkan seluruh lantai tak bisa diakses sama sekali. Juga tak ada petunjuk yang menandakan adanya ambulan darurat tiba di sana pada jam yang semestinya. Kami tahu ini dengan pasti karena Yui telah meng-hack dan masuk ke dalam kamera pengawas serta mengecek rekaman yang tertangkap oleh kamera tersebut."
+
"Oke kalo gitu ... kita mulai dengan informasi yang telah kita dapatkan hari ini, eh bukan, kemarin. Kesimpulannya kita gak bisa menemukan bukti yang kuat kalau onii-chan telah dibawa ke <Tokorozawa National Defense Medical College Hospital>. Data telah membuktikan kalau dia telah di pindahkan ke departemen bedah syaraf di lantai 23, tapi mereka menolak semua akses ke dalam ruangan perawatan, bahkan seluruh lantai tak bisa diakses sama sekali. Juga tak ada petunjuk yang menandakan adanya ambulan darurat tiba di sana pada jam yang semestinya. Kami tahu ini dengan pasti karena Yui telah meng-hack dan masuk ke dalam kamera pengawas serta mengecek rekaman yang tertangkap oleh kamera tersebut."
   
"Dengan kata lain... Kemungkinan besar Kirito tak ada di Defense Medical Hospital<ref>sama seperti referensi sebelum nya</ref>.... bener gak seperti itu?"
+
"Dengan kata lain... Kemungkinan besar Kirito tak ada di Defense Medical Hospital.... bener gak seperti itu?"
   
 
Lyfa mengangguk, setuju dengan pernyataan yang Sinon sampaikan.
 
Lyfa mengangguk, setuju dengan pernyataan yang Sinon sampaikan.
Line 1,668: Line 1,668:
   
 
"Selamat datang, di «Project Alicization».”
 
"Selamat datang, di «Project Alicization».”
 
===Bagian 3===
 
 
''—Kalian membuat benda yang tak masuk akal sebanyak ini..''
 
 
Meskipun mesin itu terbuat dari data yang ia miliki, Koujiro Rinko hanya bisa terkagum-kagum melihatnya.
 
 
Ruangan yang bersebelahan yang terisolasi oleh kaca yang tebal mempunyai dua objek persegi panjang rakasasa yang hampir setinggi langit-langit. Bagian luarnya adalah aluminium yang gak diwarnai, dan warna perak gelap bersinar dari mesin itu. Benda itu berkali-kali lipat lebih besar dari mesin high-tech Medi-Cuboid yang digunakan untuk perawatan medis, apalagi kalau dibandingkan dengan Nerve Gear.
 
 
Tentu saja, logo dari perusahaan ada disana, hanya tulisan berbahasa inggris yang simpel; «Soul Translator» pada sisi samping dan sebuah angka yang ukurannya cukup besar di atasnya. Mesin yang ada di bagian kiri bernomorkan 4 dan mesin di bagian kanan bernomorkan 5. ''Akhirnya aku bisa melihat «Soul Translator»'' Rinko menatap mesin itu selama lebih dari 10 detik, mengerutkan dahi lalu bergumam,
 
 
"4...ini mesin ke 4... kalau begitu, mesin ke 5 itu...?"
 
 
Angka-angka itu hanya dapat menjelaskan hal itu, tapi ruangan bersih di sisi lain dari dinding kaca gak punya mesin seperti disini. Ia sedikit memiringkan kepalanya dan mendengar penjelasan singkat dari sisi kanan.
 
 
"Model eksperimen 1 ada di ruang utama di Roppongi dan terhubungkan dengan satelit. Model 2 dan 3 ada di Ocean Turtle, tapi seperti yang bisa kamu lihat disini, mereka disimpan poros bawah. Dengan kata lain... model terbaru nomor 4 dan 5 gak bisa disimpan disana karena keterbatasn ruang dan akhirnya diletakkan di poros atas, disini."
 
 
Yang berbicara adalah orang yang membawa Rinko dan Asuna kesini. Dia bukan Kikuoka, Higa atau Letnan Nakanishi, dan bukan juga seorang pria. Seragam putih bersih yang menutupi tubuhnya tinggi dan langsing, ia memakai sandal ber-hak rendah, dan dikepalanya terdapat topi suster—seorang wali perempuan.
 
 
Untuk suatu alasan, Rinko heran mengapa ada seorang wali disini, ditempat seperti ini, tapi setelah mengingat kalau tempat ini adalah kapal yang sangat besar, pasti ada kru medis, dan pasti ada petugas seperti itu disini.
 
 
Suster itu mempunyai rambut yang dikepang tiga lapis dan memakai kacamata tanpa bingkai. Tablet terminal ditangannya dengan cepat ditekan dan menampilkannya kepada Rinko. Terlihat tampilan yang sepertinya adalah peta tata ruang dari Ocean Turtle. Ia menggunakan ujung jarinya yang mempunyai kuku yang rapi untuk menarik bagian kapal besar.
 
 
"Wilayah pusat dari piramid mempunyai pipa penyeimbang yang berdiameter 20m dan tinggi 100m yang disebut «Pilar Utama». Pilar itulah yang menyokong semua lantai di kapal ini dan lapisan yang melindungi fasilitas-fasilitas yang penting. Didalamnya adalah Control System dari kapal itu sendiri, tulang belakang dari rencana Alicization...tempat dimana terdapat 4 mesin STL dan mainframe dari «Light Cube Cluster»."
 
 
"Fuun...itu mencangkup area atas, kan? bagaimana dengan area bawah?"
 
 
"Itu adalah sebuah konstruksi yang terbagi menjadi bagian atas dan bawah pada wilayah pusat. Bagian tengah adalah kompartemen titanium yang seperti dinding. Yang ada diatas adalah poros atas, dan dibawah ada poros bawah. Saat ini, kita ada di «Ruang Kontrol ke-2» di poros atas. Para petugas menyebutnya «Sub-Con».”
 
 
"Oh begitu. Jadi tempat pertama kali kami dibawa, Ruang Kontrol Pertama yang ada di poros bawah adalah «Main-Con», kan?"
 
 
"Sebuah jawaban yang luar biasa, Profesor Koujiro."
 
 
Rinko memberikan senyum masam kepada suster yang tersenyum sembaru berkata seperti itu, lalu berbalik ke arah kiri.
 
 
Gadis yang berdiri disana dengan tenang—Yuuki Asuna menyenderkan tangan nya di tembok kaca, memperhatikan mesin nomor 4 di sisi lainnya dengan seksama. Lebih tepatnya, ia memperhatikan seorang anak laki-laki yang terbaring di sebuah kasur dan terhubung ke mesin nomor 4 itu.
 
 
Banyak elektroda yang menempel dibalik baju putih pasien, dan sebuah micro-injector menempel pada tangan kiri. Bagian diatas bahu semuanya tertutupi oleh STL dan gak bisa dilihat, tapi Asuna tau kalau orang itu adalah Kirigaya Kazuto yang sedang ia cari-cari.
 
 
[[Image:Sword Art Online Vol 10 - 125.jpg|thumb]]
 
 
Asuna terus menatap kearah Kirito tanpa menyadari tatapan Rinko, dan bulu mata panjangnya akhirnya sedikit tertutup sambil membisikkan sesuatu pelan-pelan. Air mata keluar dari matanya, dan terhuyung kesamping sebelum jatuh.
 
 
Rinko sangat ingin menghibur Asuna yang sedang dalam kondisi seperti itu, dan sebelum ia melakukannya—
 
 
"Jangan khawatir, Asuna-san. Kirigaya-kun pasti akan kembali."
 
 
Suster yang memakai kacamata itu berkata demikian dengan nada yang agak mengejutkan. Ia berjalan kesamping Asuna, menggantikan Rinko yang mengambil langkah kebelakang, dan menggerakkan tangan nya ke bahu gadis itu. Namun, Asuna tiba-tiba membalikkan badannya seolah olah menghindarinya dan menggunakan ujung jarinya untuk mengelap air mata nya, menjawab dengan nada yang mengejek entah mengapa.
 
 
"Tentu saja. Tapi... kenapa kau ada disini, Aki-san?"
 
 
"Eh...? Kalian berdua sudah saling kenal?"
 
 
Rinko bertanya dengan bingung, dan Asuna mengangguk,
 
 
"Un. Aki-san ini adalah seorang suster yang bekerja di RS Chiyoda. Kenapa orang ini ada di perairan Kepulauan Izu, aku gak tau."
 
 
"Tentu saja, Aku disini untuk merawat Kirigaya-kun."
 
 
"Lalu, apa pekerjaan mu? Atau seperti Kikuoka-san? Apa kamu juga menyamar menjadi seorang suster?"
 
 
Suster yang dipanggil Aki itu gak menunjukkan sedikitpun rasa takut saat ia menerima tatapan tajam Asuna, dan menunjukkan sedikit senyum sembari menurunkan bahu nya.
 
 
"Bagaimana mungkin? Aku gak seperti oji-sama itu, Aku suster asli. Aku punya ijazah nasional. Akan tetapi, aku lulus dari «Tokyo Self-Defense Senior Nurse Academy».”
 
 
"...Aku bisa percaya itu sedikit."
 
 
Asuna mengangguk, dan Rinko melanjutkan tanpa rasa peduli.
 
 
"Yah, Aku sama sekali gak mengerti... pada akhirnya siapa sebenarnya Aki-san ini?"
 
 
"Suster beneran, kupikir, tapi bukan cuma itu saja."
 
 
Asuna berbalik menghadap Rinko lagi lalu berkata dengan lancar.
 
 
"Kalau dia adalah suster yang lulus dari Akademi Perawat yang berhubungan dengan Pasukan Pertahanan Diri, secara teknis seharusnya ia bekerja di RS Pasukan Pertahanan-Diri. Namun, Aki-san adalah suster di RS Chiyoda pada saat insiden SAO, itu berarti hal ini juga merupakan kerjaannya Kikuoka-san... apakah aku benar?"
 
 
"Jawaban yang luar biasa, Asuna-san."
 
 
Suster Aki mengulang apa yang ia katakan kepada Rinko sebelumnya lalu tersenyum. Asuna terus menatap ke arah suster yang tinggi dan langsing itu sebelum akhirnya mengucapkan kata-kata,
 
 
"Dan juga, ada satu hal lagi. Aku membaca sebuah data kalau mereka yang menjadi anggota di Akademi Perawat di Pasukan Pertahanan-Diri diperlakukan sama seperti orang baru yang masuk militer dibawah pedoman promosi akademi. Kalau begitu, Aki-san adalah suster dan juga..."
 
 
''Jangan bilang siapa-siapa.'' Ucap suster aki sembari menggunakan tangan kanannya untuk menutup mulut Asuna. Ia mengangkat tangannya setinggi kepalanya, dan menunjukkan posisi memberi hormat—
 
 
"PETTY OFFICER SECOND CLASS AKI NATSUMI! SAYA PRIBADI AKAN MELINDUNGI NYAWA KIRIGAYA-KUN!... yah."
 
 
Suster yang juga seorang Petugas Pertahanan-Diri itu memberikan kedipan tegasnya, dan Asuna menatap wajahnya dengan setengah ragu sebelum menghela nafas dan menundukkan kepala nya dan berkata,
 
 
"Mohon kerjasama nya."
 
 
Ia kemudian kembali berbalik untuk melihat kearah mesin STL nomor 4 yang terpisah darinya oleh sebuah dinding kaca, memperlihatkan tatapan yang rindu kearah seorang anak yang berbaring di tempat tidur gel yang panjangnya 3m,
 
 
"...Kamu harus kembali, Kirito-kun."
 
 
Gumam Asuna dengan air mata yang menetes, dan Suster Aki mengangguk dengan tegas, kali ini menaruh tangan kirinya diatas bahu Asuna.
 
 
"Tentu saja. Meskipun kondisinya seperti ini, Fluctlight milik Kirito-kun sedang bekerja aktif di proses perawatan. Jaringan saraf nya sudah berhasil tumbuh kembali, dan takkan lama ia akan bangun. Dan juga... anak itu adalah «pahlawan» yang menamatkan SAO, kan?
 
 
Kata-kata itu meninggalkan rasa sakit yang tajam pada dada Rinko. Ia kemudian menghela nafas dalam, menyimpannya, berdiri disamping Asuna dan menatap kearah mesin besar dibalik tembok kaca itu.
 
 
 
8pm.
 
 
Rinko mengangkat kepalanya dari jam yang ada di tangan kirinya dan mengangkat tangan kanan nya dengan yakin lalu menekan tombol logam yang bertuliskan 'call'. Beberapa detik kemudian, speaker yang terpasang disamping pintu memberikan balasan yang simpel,
 
 
''“...Ya.”''
 
 
"Ini aku, Koujiro. Bolehkah aku mengatakan sesuatu kepadamu?"
 
 
''"Tentu saja, Kubuka pintunya sekarang."''
 
 
Saat suara itu berbunyi, indikator panel telepon itu berganti warna dari merah menjadi hijau, dan dengan suara mesin, sebuah pintu terbuka.
 
 
Rinko memasuki ruangan, dan Asuna, yang berdiri disamping tempat tidur, mengangguk sembari mengontrol rimot kendali utama di tangan kanan nya. Pintu dibelakangnya tertutup, dan suara mengunci bisa terdengar.
 
 
Kabin itu desain nya sangat mirip dengan kamar Rinko. Ruang 6 tatami yang terbuat dari resin berwarna putih, dan hanya ada satu tempat tidur, meja, sofa dan terminal kecil yang bisa digunakan untuk mengakses jaringan kapal. Letnan naganishi, yang memandu mereka kesini, berkata 'ini adalah kabin kelas pertama'. Rinko tak bisa menahan untuk membayangkan kabin penumpang yang mewah seperti yang ada di kapal pesiar, tapi sepertinya ruangan personal yang dilengkapi kamar mandi ini sudah tergolong kelas pertama.
 
 
Namun, ruangan yang ditempati Asuna berbeda dengan ruangan Rinko. Ruangan itu memiliki jendela yang panjang dan sempit disamping tempat tidur. Dengan kata lain, ruangan ini ada di area tepi dari Ocean Turtle, area yang terhubung ke generator panel-tingkat. Ia dengan sengaja pergi ke elevator naik untuk menikmati matahari terbenam di lautan yang sangat indah dari jendela, tapi saat ini, hanya kegelapan pekat yang ada di sekeliling, dan sayang sekali, langit mendung menandakan kalau bintang-bintang gak akan bisa terlihat.
 
 
"Silahkan lakukan apa yang kamu mau. Aku gak keberatan."
 
 
Ucap Asuna. Rinko menaruh botol plastik Teh Oolong yang ia beli di vending machine yang ada di pojokan elevator diatas meja sebelum ia duduk di sofa yang keras itu. 'Tunggu dulu' tiba-tiba ia bergumam tanpa sadar sebelum menutup mulutnya. Ia sendiri masih muda, tapi setelah melihat kecantikan Asuna yang memakai T-shirt dan celana pendek, ia akhirnya sadar kalau suaranya sudah mendekati 30 tahun.
 
 
"Minumlah kalau kamu mau."
 
 
Asuna mengambil botol itu sambil tersenyum dan menundukkan kepalanya,
 
 
"Makasih banyak. Kebetulan aku sedang haus."
 
 
"Kamu udah nyoba air dispenser nya?"
 
 
Asuna memberikan senyuman menggoda saat mendengar nya.
 
 
"Saluran air di Tokyo mungkin terasa lebih enak."
 
 
"Yah, itu sepertinya air laut yang dimurnikan. Kupikir gak akan ada trihalometana yang tercampur. Secara tak terduga, mungkin nutrisi nya lebih banyak dibanding air yang dijual oleh para perusahaan."
 
 
Ia melepas tutup botol Teh Oolong itu dan meneguk cairan dingin itu. Ia benar-benar ingin minum bir, tapi menyerah saat ia berfikir harus pergi ke kantin di poros bawah untuk membelinya.
 
 
Menghembuskan nafas, Rinko menatap kearah Asuna lagi.
 
 
"...Sayang sekali kamu gak bisa melihat Kirigaya-kun."
 
 
"Tapi entah kenapa aku merasa sangat termotivasi, sangat senang rasanya seperti mimpi."
 
 
Asuna tersenyum, dan Rinko bisa merasakan kalau kegelisahan Asuna sudah hilang.
 
 
"Benar-benar pacar yang merepotkan; tiba-tiba menghilang ke tengah lautan seperti ini. Kamu sebaiknya mengikat leher nya dengan tali."
 
 
Asuna tersenyum dan menundukkan kepalanya.
 
 
"Aku benar-benar, benar-benar ingin berterimakasih, Koujiro-sensei, untuk menerima permohonan yang gak masuk akal dariku... Aku gak tau gimana caranya untuk berterimakasih."
 
 
"Gak perlu begitu. Panggil saja aku Rinko...dan juga, hal ini sama sekali gak menghilangkan rasa bersalah ku kepada mu dan Kirigaya-kun."
 
 
Rinko menggelengkan kepalanya, membulatkan tekadnya, dan menatap kearah Asuna,
 
 
"...Ada hal yang ingin kukatakan kepadamu. Un, bukan hanya kepadamu...tapi juga kepada seluruh pemain dari SAO..."
 
 
“...”
 
 
Rinko mencoba semampunya untuk menerima hal ini lalu terus menatap mata Asuna. Ia kemudian mengambil nafas panjang dan menghembuskannya, melepaskan dua kancing dari kemeja katun nya. Ia membuka kerah bajunya, melepas kalung perak nya, menunjukkan bekas luka yang ada berada di samping kiri tulang dada nya.
 
 
"Apa kau tau sesuatu...tentang bekas luka ini...?"
 
 
Asuna terus menatap bagian kanan atas dari jantung Rinko, dan akhirnya mengangguk.
 
 
"Ya. Itu adalah tempat micro-bom yang dikendalikan dari jarak jauh ditanam. Jadi sensei... Rinko-san diancam oleh Guild Leader...Kayaba Akihiko selama dua tahun."
 
 
"Itu benar...Aku dipaksa ikut bagian dalam rencana mengerikan itu dan merawat tubuh orang itu selama ia dive in dalam waktu yang lama...—itulah yang seluruh dunia anggap. Itu sebab nya aku gak dituntut, nama ku gak disebutkan, dan aku kabur ke Amerika seorang diri..."
 
 
Rinko memakai baju dan kalung nya itu kembali lalu meneruskan semampunya dan berkata,
 
 
"Tapi fakta nya bukan seperti itu. Memang benar bom itu dikeluarkan di RS polisi, dan ada kemungkinan bom itu meledak, tapi aku tau kalau bom itu gak akan meledak—itu hanya sebuah kedok. Setelah insiden berakhir, Aku gak pernah mempermasalahkan hal itu lebih jauh karena senjata palsu yang orang itu tanam adalah satu-satunya hadiah yang ia berikan kepadaku."
 
 
Meskipun setelah mendengar hal itu, ekspresi Asuna sama sekali gak berubah. Mata yang jernih dan murni itu terlihat seolah olah dapat melihat kedalam hatinya terus memandang Rinko dengan penuh perhatian.
 
 
“—Kayaba-kun dan Aku mulai berkencan saat aku masuk universitas, dan jika menghitung waktu yang kami habiskan untuk studi lebih lanjut, kami menjadi sepasang kekasih selama 6 tahun...tapi hanya aku yang berfikir seperti itu. Aku sudah jelas lebih tua darimu, tapi Aku jauh lebih bodoh darimu karena aku sama sekali gak bisa tau isi hati Kayaba-kun. Hanya satu hal yang ia mau, dan Aku sama sekali gak tau hal itu
 
 
Sembari ia melihat ke lautan yang sangat luas di malam hari, Rinko mulai berbicara tentang kata-kata yang ingin ia sampaikan selama 4 tahun. Tak terduga ia mengucapkan sebuah nama yang biasanya menyebabkan rasa sakit di kepalanya pada saat ia berfikir tentang hal itu.
 
 
Pada waktu ia terdaftar di universitas industrial yang terkenal di Jepang, Kayaba Akihiko sudah menjadi kepala dari cabang pengembangan ke-3 dari Argus Corporation. Kayaba menandatangani lisensi persetujuan di SMA sebagai game programmer, dan Argus bangkit dari perusahaan kelas 3 menjadi perusahaan pembuat game yang top di seluruh dunia, jadi dapat dimengerti kalau dia diberikan posisi manajemen setelah dia masuk universitas.
 
 
Bisa dibilang kalau Kayaba punya gaji tahunan lebih dari 100 juta yen saat dia masih berumur 18, dan termasuk biaya lisensi, ia seharusnya sudah berada di level yang mengejutkan. Wajar, banyak gadis-gadis di kampus yang mendekatinya dengan berbagai maksud, tapi banyak yang mundur setelah menerima tatapan nya yang lebih dingin dari pada es yyang menandakan kalau ia sama sekali gak tertarik.
 
 
Oleh sebab itu, Rinko gak bisa mengerti kenapa Kayaba gak pernah menolaknya, gadis yang satu tahun dibawahnya dan biasa-biasa aja. Mungkin karena gadis itu gak pernah mendengar tentang Kayaba sebelumnya? Atau mungkin karena gadis itu mempunyai otak yang handal yang diperbolehkan keluar masuk lab Shigemura? Satu hal yang pasti adalah kalau Kayaba tertarik padanya bukan karena penampilannya.
 
 
Kesan pertama Rinko tentang Kayaba setelah ia memeluknya adalah bahwa ia adalah sebuah toge yang kekurangan gizi. Wajah nya yang pucat, pakaian putih kusut nya, perangkat inspeksi yang selalu ada dengannya seperti sebuah kebutuhan; ia mengingat kejadian itu dengan jelas seolah-olah baru saja terjadi kemarin, dan tentang bagaimana ia memaksa nya pergi ke Shounan untuk menyewa mobil.
 
 
"Kalau kamu gak sesekali pergi keluar untuk berjemur, niatan untuk pergi keluar gak akan muncul!"
 
 
Rinko berkata seperti itu dengan sikap yang tak terduga, dan Kayaba, yang ada di kursi penumpang, terlihat terkejut dan menatap nya balik. ''Pada akhirnya setelah beberapa lama, kamu gak akan ingin kulitmu menerima cahaya matahari yang berlebihan.'' ia akhirnya berbicara, menyebabkan Rinko terkaget.
 
 
Beberapa saat setelahnya, ia menyadari sisi lain ketenaran yang menyertai Kayaba muda; bisa dibilang kalau gak ada cara efektif untuk mengubahnya secara sosial. Dia selalu menjadi toge yang kekurangan gizi, kapanpun Rinko masuk ke kamar Kayaba, ia akan menegurnya dan membuatnya memakan masakan yang Rinko masak.
 
 
''Orang itu gak pernah menolak ku. Mungkin dia mencoba untuk meminta pertolonganku, tapi aku gak menyadarinya, mungkin?'' Rinko bertanya pada dirinya sendiri berkali-kali, tapi ia gak pernah mendapatkan sebuah jawaban. Orang yang gak pernah bergantung kepada orang lain selain kepada dirinya sendiri sampai saat terakhir. Dia hanya ingin satu hal. «sebuah dunia yang gak ada disini», ia ingin melangkah menuju pintu yang terlarang untuk manusia yang bukan tuhan.
 
 
Berkali-kali, Kayaba berbicara tentang kastil raksasa yang mengapung diudara yang muncul di mimpi nya. Kastil itu terdiri dari banyak lantai, dan tiap lantainya terdapa jalanan, hutan dan rerumputan yang membentang ditempat itu. Orang-orang harus menggunakan tangga yang panjang di sisi samping nya, dan di langitnya tampak istana indah yang seperti mimpi.
 
 
"Apakah ada seseorang disana?"
 
 
 
Pada saat Rinko bertanya, Kayaba tersenyum dan menjawab, ''Aku gak tau.''
 
 
''—Saat aku masih sangat muda, Aku selalu bermimpi untuk pergi ke istana itu tiap malam. Tiap malam, aku mendaki anak tangga satu demi satu dan menuju ke arah langit. Tapi pada suatu hari, Aku gak bisa menggapai istana itu lagi di mimpiku. Aku hampir melupakan mimpi tak berguna itu. ''
 
 
Namun, pada hari dimana Rinko menyelesaikan tesis sarjana nya, Kayaba melakukan perjalanan ke istana yang ada di angkasa itu dan gak pernah kembali lagi. Ia hanya menggunakan tangannya untuk menjadikan istana mengapung itu menjadi kenyataan, mengambil 10.000 pemain, dan meninggalkan Rinko sendirian di bawah—
 
 
 
"Aku tau tentang insiden SAO dari berita dan melihat nama dan foto Kayaba-kun. Aku gak bisa percaya hal itu, tapi setelah aku mengendarai mobil ke tempat tinggal nya, aku menyadari kalau itu benar-benar terjadi saat aku melihat banyak mobil patroli yang parkir disana."
 
 
Rinko merasakan sedikit rasa nyeri di suaranya yang gak muncul dalam waktu yang lama, dan melanjutkan dengan perasaan yang terganggu,
 
 
"Orang itu gak pernah bilang apapun kepada ku sampai akhir. Itu sama seperti saat ia memulai perjalanannya. Ia gak pernah mengirim satupun e-mail kepadaku. Un...Aku benar-benar seorang idiot. Aku membantu nya membuat desain Nerve Gear juga, dan aku tau kalau dia membuat game di Argus. Tapi, aku gak pernah tau apa yang ia pikirkan... saat Kayaba-kun menghilang tanpa jejak, aku pergi keliling Jepang untuk mencarinya. Aku berhasil memikikan hal itu. Suatu hal yang aneh yang aku pikirkan; dulu, ada tanda di sebuah gunung di Nagano di navigation log mobilnya. Insingku berkata kalau disitulah tempatnya. Kalau aku memberitahu polisi tentang tempat itu, insiden SAO mungkin akan menuju ke arah yang berbeda..."
 
 
Mungkin kalau polisi masuk kedalam villa di gunung itu, Kayaba mungkin sudah membunuh semua pemain seperti yang ia nyatakan. ''Namun, dia sendiri bilang kalau hal itu gak akan ia biarkan.'' fikir Rinko.
 
 
"—Aku menghindari penjagaan polisi dan pergi ke Nagano seorang diri. Aku menghabiskan waktu 3 hari untuk mencari villa itu berdasarkan ingatanku, dan tanpa sadar, aku benar-benar sudah penuh lumpur...namun, Aku berkerja keras bukan untuk membantunya. Aku...ingin membunuh Kayaba-kun."
 
 
Dan seperti saat pertama kali mereka bertemu, Kayaba gak pernah menunjukkan keraguan di wajahnya saat ia menyambut Rinko. Ia gak bisa melupakan perasaan dingin dan berat dari sebuah pisau yang ia genggam dibelakangnya.
 
 
"Tapi...maaf, Asuna-san. Aku gak bisa membunuhnya."
 
 
Rinko gak bisa menahan suaranya yang gemetaran itu, namun, ia melanjutkannya saat ia mencoba menahan air matanya.
 
 
"Aku gak bisa bohong tentang insiden itu lagi. Kayaba-kun tau kalau aku punya pisau dan hanya berkata 'orang yang merepotkan' seperti biasanya, lalu memakai Nerve Gear lagi dan kembali ke Aincrad. Sewaktu dive in pada waktu yang lama itu, ia gak pernah peduli terhadap jenggot panjang yang tumbuh, dan banyak alat-alat yang menempel di lengan nya, Aku...Aku hanya..."
 
 
Rinko gak bisa berkata apapun lagi dan berusaha untuk mengatur nafasnya.
 
 
Akhirnya ia kembali tenang. Lalu asuna berkata,
 
 
"Kirito-kun dan Aku gak pernah menyalahkanmu, Rinko-san."
 
 
Gadis yang 10 tahun lebih muda itu mengangkat kepalanya, menunjukkan senyuman yang samar-samar lalu menatap kearah Rinko.
 
 
"...Tentang hal itu...Aku mungkin gak sama dengan Kirito-kun, tapi aku benar-benar sangat membenci ketua...Kayaba Akihiko, dan aku belum menyelesaikan masalah ku dengan nya."
 
 
Rinko mengingat kalau Asuna adalah anggota dari guild yang Kayaba ciptakan didunia itu.
 
 
"Memang benar kalau insiden itu menyebabkan kematian 4000 orang. Kalau aku membayangkan...seberapa besar perasaan takut dan putus asa yang mereka rasakan saat mereka mati, Aku benar-benar gak bisa memaafkan tindak kriminal ketua. Namun... memang egois bagiku mengatakan hal ini, tapi pada waktu yang pendek itu aku hidup di dunia itu bersama Kirito-kun, itu mungkin adalah momen paling indah yang kurasakan dalam hidupku."
 
 
Asuna memindahkan tangan kirinya dan membuat gerakan, terlihat seperti akan memegang sesuatu yang dekat dengan pinggang nya.
 
 
"Dan seperti perasaan bersalah ketua, Aku merasa bersalah, Kirito-kun merasa bersalah, dan kau juga merasa bersalah, Rinko-san... Namun, aku merasa gak ada yang bisa mengkompensasi nya dengan hukuman. Kemungkinan besar, kita mungkin gak akan melihat hari penebusan itu, tetapi meskipun demikian, kita harus terus melawan rasa bersalah kita."
 
 
Malam itu, Rinko bermimpi tentang saat yang ia lama lupakan—waktu ia menjadi seorang murid, waktu ia gak tau apapun.
 
 
Orang yang gampang bangun, Kayaba selalu bangun lebih pagi dari pada Rinko, minum kopi dan membaca koran. Rinko selalu bangun saat matahari terbit sepenuhnya, dan Kayaba tersenyum seperti ia sedang menghadapi anak kecil yang mengantuk, dan akan berkata, selamat pagi.
 
 
 
"Kau benar-benar orang yang merepotkan, datang ke tempat seperti ini."
 
 
 
Suara yang berat itu menyebabkan Rinko melebarkan matanya. Ia menyadari kalau ada sosok yang tinggi di tengah kegelapan.
 
 
"Masih malam..."
 
 
Rinko kemudian menutup matanya lagi sambil tersenyum dan bergumam. Udara berhembus sedikit, dan sebuah langkah kaki beranjak pergi. Kemudian, ia mendengar suara pintu yang terbuka dan tertutup.
 
 
Ia hendak kembali ke tidur nyenyak nya lagi, tapi tepat sebelum itu terjadi—
 
 
“—!!”
 
 
Rinko menghela nafas dalam saat ia bangun. Perasaan nyaman tiba-tiba lenyap, dan hatinya menangis keras seperti suara alarm. Ia gak bisa tau lagi mana dunia mimpi dan kenyataan pada saat itu. Ia mencari sebuah rimot dan menyalakan lampu di ruangan nya.
 
 
Gak ada seorang pun di kabin yang tak berjendela. Namun, Rinko merasakan ada aroma samar-samar seseorang yang tersisa di udara.
 
 
Ia bangkit dari tempat tidur dan berjalan kearah pintu dengan kaki telanjang. Ia menekan panel dengan gelisah, membuka pintu dan berjalan menuju lorong melewati sela-sela pintu yang terbuka.
 
 
Gak ada seorang pun di lorong yang diterangi cahaya oranye, di kiri, dikanan atau dimanapun yang dapat ia lihat.
 
 
''Sebuah mimpi...?''
 
 
Ia berfikir begitu, tapi ada suara yang berbunyi dari software itu jauh didalam telinga nya. Rinko tanpa sadar memegang liontin yang selalu ada bersamanya.
 
 
Yang ada didalam nya, yang dilas dan tidak bisa dibuka lagi, adalah miniatur bom yang disegel diatas dada Rinko. Liontin itu sepertinya mengeluarkan panas nya sendiri seolah olah membakar telapak tangan-nya.
 
 
<!--END-->
 
 
<noinclude>
 
==Referensi==
 
 
<references/>
 
<references/>
 
{{SAOIndo Nav|prev=Jilid 10 Ilustrasi|next=Jilid 10 Bab 3}}</noinclude>
 

Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see Baka-Tsuki:Copyrights for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource. Do not submit copyrighted work without permission!

To protect the wiki against automated edit spam, we kindly ask you to solve the following CAPTCHA:

Cancel Editing help (opens in new window)

Template used on this page: