Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 10 Bab 2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 2 - Project Alicization[edit]

Bagian 1[edit]

Bulan purnama yang bersinar putih keperakan, terbagi menjadi 4 bagian oleh bingkai jendela, terlihat menjulang tinggi di langit.

Di sudut barat daya dari ALFheim, di wilayah kaum Sylph, jalanan di ibu kota Sylvain telah diselimuti kegelapan yang pekat

Terlihat sebagian besar pintu-pintu besi kokoh dari deretan toko-toko telah tertutup, dan ada sejumlah pemain tampak berjalan di jalanan utama kota. Hal ini dikarenakan sekarang masih jam 4 subuh, saat di mana paling sedikit orang-orang terhubung ke server.

Asuna mengalihkan pandangannya dari jendela ke arah meja di hadapannya, lalu mengambil cangkir yang masih beruap. Ia mendekatkan cangkir, yang berisi teh berwarna pekat, ke bibirnya, dan ia dapat merasakan rasa panas semu seakan-akan menyerang lidahnya. Walaupun ia tak mengantuk, ia merasa kalau pikirannya sedikit kabur, itu karena dirinya sudah tidak tidur selama 3 hari ini.

Asuna menaruh kembali cangkir itu ke meja lalu ia menutup matanya dan menggunakan jari-jarinya untuk menepuk-nepuk pelipisnya perlahan. Seorang gadis Sylph yang melihat hal ini dengan rasa khawatir bertanya,

"Kamu gak apa-apa khan Asuna-san? Aku tahu kalau kamu belum sempat tidur."

"Iyaaa .. Aku gak apa-apa kok, Lyfa. Kamu sendiri juga pasti capek khan setelah berjalan hilir mudik ke sana kemari?"

"Tubuh asli-ku sih beristirahat dengan baik di atas ranjang ... jadi yah aku baik-baik aja."

Meskipun keduanya sama-sama bilang kalau mereka baik-baik saja, mereka sebenarnya menyadari kalau gak ada satu-pun di antara mereka berdua yang sepertinya bersemangat, dan memunculkan senyuman masam.

Tempat ini adalah rumah dari Lyfa, avatar kepunyaan Kirigaya Suguha di ALfheim Online. Tembok yang mengelilingi ruangan bundar ini sangatlah mengkilap, dipenuhi warna-warni yang berganti-ganti secara teratur, membuat suasana di ruangan itu seakan-akan bukan di alam nyata. Meja mutiara putih dan beberapa kursi yang sesuai dengan meja itu, terletak di tengah-tengah ruangan, 3 di antara kursi-kursi itu sekarang sedang dipakai.

Mendengar percakapan kedua gadis tadi, seorang gadis lain, yang memiliki rambut berwarna biru terang dengan kuping berbentuk segitiga, menepukkan jari-jarinya di atas meja dan membuka mulutnya,

"Kalau kalian terlalu memaksakan diri, pikiran kalian gak akan bisa kerja dengan baik di saat-saat genting. Walaupun kalian gak bisa tidur, akan sangat beda hasilnya walaupun kalian cuman menutup mata kalian."

Pemilik suara yang kalem itu adalah Asada Shino, ia menggunakan avatar Cait Sith yang telah ia gunakan selama setengah tahun. Nama karakter-nya sama persis dengan username- Sinon dari Gun Gale Online. Asuna memandangnya dan mengangguk.

"Oke... Setelah pertemuan ini berakhir, tolong izinkan aku untuk menggunakan tempat tidur disini. Huff... andaikan aja sihir tidur bisa mempengaruhi pemain juga ..."

"Aku pikir kau cuman bisa tidur nyenyak kalau onii-chan tidur di atas kursi itu..."

Asuna dan Sinon tersenyum kepada gerutuan Lyfa, tapi hanya senyuman capek yang muncul di bibir keduanya.

Lyfa menaruh cangkir, yang ia pegang dengan kedua tangannya, di atas meja, dan menghela nafas yang dalam, kemudian mengubah ekspresinya.

"Oke kalo gitu ... kita mulai dengan informasi yang telah kita dapatkan hari ini, eh bukan, kemarin. Kesimpulannya kita gak bisa menemukan bukti yang kuat kalau onii-chan telah dibawa ke «Tokorozawa National Defense Medical College Hospital»[1]. Data telah membuktikan kalau dia telah di pindahkan ke departemen bedah syaraf di lantai 23, tapi mereka menolak semua akses ke dalam ruangan perawatan, bahkan seluruh lantai tak bisa diakses sama sekali. Juga tak ada petunjuk yang menandakan adanya ambulan darurat tiba di sana pada jam yang semestinya. Kami tahu ini dengan pasti karena Yui telah meng-hack dan masuk ke dalam kamera pengawas serta mengecek rekaman yang tertangkap oleh kamera tersebut."

"Dengan kata lain... Kemungkinan besar Kirito tak ada di Defense Medical Hospital[2].... bener gak seperti itu?"

Lyfa mengangguk, setuju dengan pernyataan yang Sinon sampaikan.

"Ini memang sulit dipercaya... Tapi aku terkejut karena bahkan anggota keluarganya gak boleh menjenguknya. Ini sangat aneh bagaimana-pun kita memikirkannya ..."

Perkataan yang lain tak diucapkan hanya digantikan oleh gelengan kepala yang serempak dari ketiganya. Pada saat itu, suasana ruangan menjadi sangat sunyi.

Kakak lelaki Lyfa, Kirito - Kirigaya Kazuto, diserang oleh buronan dari insiden Death Gun, 'Johnny Black' — Kanemoto Atsushi 2 hari yang lalu, pada tanggal 29 juni.

Pada saat itu, Kazuto disuntik dengan obat yang tingkat bahayanya sangat tinggi, succinylcholine, oleh Kanemoto, di dekat rumah Asuna, di jalanan Setagaya, wilayah Miyasaki 1-chome, di Tokyo. Di bawah pengaruh obat yang membuatnya lumpuh dan tidak berdaya, ia segera mengalami kondisi jantung berhenti. Bahkan setelah dilakukan CPR dan perawatan yang dilakukan di ambulan, hilangnya oksigen menyebabkan jantungnya berhenti segera setelah itu. Ia dimasukkan ke dalam kasus Death on Arrival (DOA) sesaat setelah ia sampai di Rumah Sakit Umum Setagaya.

Entah karena keahlian para dokter di UGD atau kehendak yang sangat kuat dari Kazuto untuk tetap hidup, atau keberuntungan sangat besar menaungi kedua kemungkinan itu, sehingga jantung Kazuto kembali berdetak dan bernafas secara normal setelah pengaruh obat mulai menunjukkan reaksinya. Ia terhindar dari cengkeraman sang maut secara ajaib. Saat Asuna mendengar berita ini dari dokter yang keluar dari UGD, wajah tegang dan khawatirnya segera menjadi rileks tapi ketika mendengar perkataan selanjutnya dari sang dokter, Asuna tak bisa mengatakan apapun juga.

Dokter memberitahu Asuna bahwa jantung Kazuto telah berhenti selama lebih dari 5 menit, dan ada kemungkinan kalau otaknya menderita kerusakan dikarenakan terhentinya pasokan oksigen ke otak. Dan kemungkinan itu adalah kerusakan dari proses berpikirnya atau fungi motoriknya, atau keduanya, dan dalam situasi yang paling buruk, Kazuto mungkin saja tidak akan pernah sadar lagi - dan,

Dokter menyimpulkan bahwa investigasi secara rinci menggunakan MRI sangat diperlukan untuk mengetahui apa benar itu kasusnya, dan mungkin mereka akan memindahkannya ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas yang jauh lebih baik. Asuna bergumul melawan rasa cemas yang menyerangnya kembali dan segera menghubungi adik perempuan dari Kazuto, Suguha untuk menjelaskan situasinya. Pada akhirnya Asuna mulai menangis sesaat setelah ia melihat Suguha mendatanginya.

Malam itu, ibu Kazuto, Kirigaya Midori datang terburu-buru dari tempat kerjanya di Iidabashi dan menginap di kursi di depan ruangan UGD.

Hari berikutnya, pada tanggal 30 Juni, Asuna dan Suguha diyakinkan oleh seorang pengawas kalau kondisi Kazuto sudah 'lepas dari bahaya'. Keduanya merasa lega dan segera kembali ke rumah Asuna yang lebih dekat, sementara Midori kembali ke rumahnya di Kawagoe untuk sementara waktu, mengurus asuransi kesehatan Kazuto.

Setelah mereka berdua mandi, mereka menghubungi sekolah mereka masing-masing dan memberitahu kalau mereka akan absen, setelah berbincang-bincang selama beberapa jam, mereka tidur sejenak. Sekitar satu jam kemudian, Asuna terbangun oleh bunyi telepon, panggilan dari Midori

Asuna segera bergegas menuju ke terminal portable nya dan Midori memberitahunya bahwa sangat disayangkan, Kazuto maih belum kunjung sadar, tapi dia telah dipindahkan ke Defense Medical College Hospital yang lebih dekat dengan rumahnya di Kawagoe untuk pengamatan yang lebih seksama dan mendapatkan fasilitas yang lebih bagus. Setelah itu, ambulan datang untuk memindahkan Kazuto. Midori berkata kalau dirinya akan memanggil taxi setelah ia selesai dengan prosedurnya, dan Asuna berkata padanya bahwa mereka juga akan segera menuju ke rumah sakit yang baru.

Kazuto yang tak sadarkan diri telah dipindahkan dari Rumah Sakit Setagaya melalui pintu keluar darurat menuju ambulan pada jam 1.45 siang pada tanggal 30. Yui benar-benar mengamatinya dengan jelas dari kamera pengawas rumah sakit. Rekaman tersebut menunjukkan bahwa ambulan mencapai Defense Medicine College Hospital di Tokorozawa di Saitama. Kazuto dengan segera dimasukkan ke departemen bedah syaraf di lantai 23 untuk perawatan intensif, dan di bawah pengawasan — Asuna dan Suguha tanpa ragu percaya akan hal tersebut dan pergi mengunjungi nya dua hari yang lalu pada malam hari, tapi mereka tak diizinkan untuk melihat Kazuto atau bahkan melihatnya dari kejauhan.

Asuna memikirkan baik-baik perkataan Lyfa lalu menggangguk dan berkata,

"Memang benar kalau Kirito-kun dibawa dari rumah sakit di Setagaya ke National Defense Medical University Hospital menggunakan ambulan. Bahkan ada laporan penerimaan yang bertuliskan 'Kirigaya Kazuto'... tapi gak ada laporan tentang kondisi Kirito-kun, atau rekaman dari kamera pengawas. Mungkin saja ambulan yang dinaiki Kirito-kun pergi ke tempat lain selain rumah sakit... Seperti pertukaran pasien atau kejadian lain— tapi kayaknya gak begitu ..."

"Ada niat untuk membohongi kita, berarti ini mungkin telah direncanakan oleh seseorang ... Mungkinkah ini .. Penculikan?

Sinon berkata dengan nada yang tenang, walapun kuping segitiganya menyentak sangat kuat.

"Tapi di situasi seperti itu, ambulannya harus disamarkan khan? Selain paramedis, kendaraan nya seharusnya palsu kan? Aku pikir rasanya gak mungkin ada orang yang sudah meramalkan kalau onii-chan akan di serang di Setagaya oleh orang yang namanya Kanemoto atau apa lah, dan dibawa ke rumah sakit. Dan juga, ini baru aja 18 jam setelah onii-chan di masuk-kan ke rumah sakit."

"Secara fisik mustahil untuk mengatur ambulan palsu setelah mereka tau kalau Kirito-kun jatuh pingsan"

Asuna mulai ragu lagi dengan pertanyaan yang Sinon katakan.

"Tapi jika demikian, kalau ada penculikan pasien yang menggunakan ambulan palsu, bagaimana jika orang yang merencanakan hal ini dari awal mengincar Kirito itu hanyalah sebuah kebetulan..."

"Kayaknya gak begitu deh."

Lyfa mengibaskan rambut ekor kudanya ke samping dan mulai menjelaskan dengan nada yang semakin mendesak.

"Fuu, saat rumah sakit memindahkan seorang pasien, mereka harus melakukan panggilan untuk mendatangkan ambulan dari area komando kendali darurat, tapi berdasarkan penyelidikan dari Yui, gak ada yang membuat panggilan pada hari itu, dan ambulan misterius tiba-tiba muncul pada saat itu. Berarti, hal yang sama juga terjadi pada paramedis yang ada di dalam ambulan, dan situasi di Tokorozawa Defense College Hospital seharusnya juga sama. Bukan cuma itu, mereka bahkan tau nama onii-chan. Pengawas yang saat itu bertanggung jawab berkata bahwa mereka tidak melakukan kesalahan apapun."

"...Berarti, mereka mengincar Kirito dari awal dengan maksud menculik-nya."

"Iya, si pelaku mendapat kabar tepat setelah Kirito-kun masuk ke rumah sakit dan mengirim ambulan asli untuk kepentingan pribadi mereka."

Mereka berdua mengangguk dengan ragu sebagai tanda reaksi akan hal yang dikatakan Asuna.

Alasan mereka berdua ragu-ragu karena hal itu sangat menyeramkan untuk menghubungkan semuanya itu. Asuna sendiri merasakan hal yang sama. Jika semuanya benar, musuh yang menculik Kazuto ialah orang yang punya kedudukan untuk menggerak-kan ambulan.

Sejujurnya, pemikiran tersebut bisa jadi hanya pemikiran yang berlebihan.

Bisa jadi Kazuto sedang dirawat di Defense Medical University Hospital, gambaran ruangan rumah sakit tak bisa dilihat karena terdapat suatu alat yang sangat canggih, dan pada saat dia tiba disitu, mungkin tidak ada rekaman dari kamera pengawas karena hal itu tidak diperbolekan... Gak, bisa dibilang pemikiran ini gak normal. Kenyataan nya, Ibu dari Kazuto dan Suguha, Midori gak ragu akan penjelasan dari rumah sakit. Penculikan dan informasi palsu hanya imajinasi dari tiga orang gadis yang sedang khawatir. Eksistensi pelaku gak nyata, dan perawatan Kazuto akan berhasil dan mereka akan diberitahu kabarnya saat Kazuto telah kembali sadar...

Tapi, satu sisi dari akal sehat Asuna meragukan feeling tersebut. Hal itu juga pasti terjadi kepada adik perempuan Kazuto, Lyfa, dan Sinon yang hampir mengunjungi kematian bersama Kazuto.

Mereka bukannya menduga kalau 'Death Gun' ketiga, Kanemoto menyerang Kazuto dengan succinylcholine itu adalah bagian dari rencana. Tapi, seseorang mungkin memanfaatkan insiden itu untuk menculik Kazuto.

"Apakah itu sebuah organisasi atau seseorang, mereka bisa dibilang 'musuh' di situasi seperti ini"

Asuna mengatakannya dengan suara yang tegar. Sinon mengedipkan matanya dan menunjukan sedikit senyum. "Sebelum aku sampai disini... hari ini, aku fikir kalian berdua akan sangat sedih dan putus asa sehingga aku menjadi khawatir. Bagi Lyfa, itu karena dia adalah kakak yang sangat penting, Bagi Asuna, itu karena yah.... dia kekasihnya... dan orang itu menghilang saat tak sadarkan diri pada situasi seperti ini"

Aku gak terlalu terkejut seperti yang aku pikirkan seteah aku mendengar kata-kata yang tak terduga seperti ini. Aku menangis begitu keras saat aku melihat Kirito-kun tak sadarkan diri pada malam itu... Asuna merasakan perasaan yang sulit dipercaya saat dia memikirkan hal ini, dan Lyfa, yang kedua tangan-nya tergenggam erat di depan dada-nya berkata,

"Yah... Sudah pasti aku khawatir. Tapi, saat aku menyadari kalau onii-chan mungkin gak ada di rumah skit, aku merasakan sesuatu yang aneh dan feeling kalau hal itu terjadi seperti ini. Onii-chan pasti terlibat insiden aneh lagi... Aku bener-bener gak bisa ngebayangin sekacau apa tempat itu berhubung aku gak ada di sana. Hal itu sama seperti di insiden SAO, dan sama seperti inisiden Death Gun itu... Makanya kali ini, Aku pasti..."

"Iya... Aku mengerti."

Jadi aku gak bisa dibandingkan dengan adik perempuan yang udah tinggal bersama nya dalam waktu yang sangat lama Asuna berbicara dalam hati dan mengangguk keras.

"Kirito-kun pasti sedang bertarung seperti biasanya di suatu tempat, jadi kita harus melakukan pertarungan yang kita bisa lakukan."

Tentu saja Sinon melirik kesamping sesaat dan kembali melihat ke arah mereka berdua.

"Sinonon gak keliatan khawatir juga"

"Eh... Itu karena... bagiku, aku percaya kalau hanya aku yang bisa mengalahkan-nya..."

Setelah bertukar pandangan yang ragu dengan Sinon yang gagap untuk sementara, Asuna kembali ke topik awal.

"Namun demikian... Setelah ngeliat ambulans saja, aku pikir pengaruh dari musuh cukup besar."

"Gimana kalau kita laporkan ini ke polisi? Kalau kita bersama polisi, rumah sakit minimal akan membolehkan kita untuk memberitau suatu informasi kan?"

Saran dari Sinon sangat masuk akal, tapi Asuna menggelengkan kepalanya dan gak setuju.

"Di server rumah sakit itu, waktu Kirito-kun tiba dan waktu pas departemen bedah syaraf membawa nya semuanya terekam. Rekaman itu menunjukkan kalau Kirito-kun benar benar ada di rumah sakit itu. Dasar dari asumsi kita kalau dia diculik itu 'Gak ada imej dari Kirito-kun sampai' ke tempat itu, dan polisi gak akan bergerak karna alasan yang seperti itu, ku pikir begitu.... dan juga, orang yang mengecek rekaman visual tersebut itu..."

"Yui-chan yang ngehack kedalam nya."

Sinon meringis sedikit sambil bergumam, dan terlihat berfikir hal yang lain sambil melanjutkannya,

"Ah.. tapi kalau seperti itu, bisa gak kita ngehack ke jaringan kamera didalam rumah sakit dari kamera pengawas di luar rumah sakit? Kalau kita bisa mengecek gambar dari ruangan yang ditempati Kirito-kun..."

"Tapi sistem pengaman didalam rumah sakit berbeda dari yang diluar. sistem nya mungkin dilindungi oleh firewall yang sangat kuat yang bahkan Yui-chan gak bisa menrobos firewall tersebut."

Lyfa menggelengkan kepala dengan lemah.

Kemarin, Lyfa pergi untuk melakukan macam-macam investigasi di Rumah Sakit Setagaya dan di National Defense Medical College Hospital yang sangat berjauhan lokasinya. Walaupun dia diberi bantuan oleh AI Yui yang ada di terminal portable, untuk melakukan kemajuan aja sangat susah.

Dan tentu saja Asuna sendiri juga ikut pergi dan sepertinya kondisi Kirito sudah stabil, tapi Asuna sudah bolos sekolah selama 2 hari berturut-turut tanpa izin. Terminal pembayaran uang elektronik yang seharusnya menjadi backup power dititipkan kepada Lyfa saat mereka berada di taxi, dan wajar saja kalau Asuna sama sekali gak bisa konsentrasi di kelas.

Di sekolah, alasan kenapa Kazuto absen diberitahukan kalau dia terkena penyakit yang parah, hal itu juga diberitahukan ke teman-teman sekelasnya. Diantara teman-temannya, Lisbeth/Shinozaki Rika dan Silica/Ayano Keiko sama sekali gak tau tentang penyerangan terhadap Kazuto. Perasaan bersalah atas menyembunyikan kebenaran terhadap mereka berdua yang cemas akan Kazuto mengoyak hati Asuna.

Namun, hal ini sudah didiskusikan dengan Lyfa kemarin pagi. Sebelum mereka tau situasi sebenarnya— apakah itu Kazuto benar-benar ada di National Defense Medical College Hospital, mereka bertiga, termasuk Sinon akan menjaga rahasia ini.

Alasan mengapa mereka hanya menghubungi Sinon karena dia bertemu Kazuto di 'Dicey Cafe' sebelum penyerangan dan karena dia terlibat di insiden Death Gun. Namun, berkat hal ini ketenangan dan kecerdasan Sinon meningkatkan kepercayaan diri semuanya. Asuna memandang ke arah wajah sang sniper Sinon, wajah yang gak pernah berubah di ALO, dan berkata,

"Aku merasa senjata terkuat yang kita punya yakni kita mengerti Kirito-kun lebih dari siapapun. Jadi, mari mengambil langkah mundur dan berdiskusi. Kirito-kun ditarget oleh musuh, tapi apa alasan-nya?"

"Jika alasan-nya karena uang, yang diculik harusnya Asuna, dan juga si pelaku gak pernah menghubungi kita kan?"

"Telepon, e-mail, atau surat, gak ada satupun. Selain itu, penculikan ini terlalu sembrono. Mereka bahkan menyiapkan ambulans palsu untuk menculik onii-chan dari rumah sakit, yang bahkan bukan orang penting."

"Kalau begitu... Aku gak mau memperhitungkan ini, tapi bagaimana kalau karena dendam...? Apa kalian tau orang yang membenci Kirito...?"

Kali ini, Asuna menggelengkan kepala-nya sedikit.

"Walaupun ada orang yg selamat dari SAO yang membenci Kirito karena telah mengirim mereka ke penjara dan karena telah menamatkan game, satu-satunya musuh yang punya kekuatan finansial dan kekuatan organisasi ialah..."

Asuna mengingat wajah dari Sugou Nobuyuki, orang yang ambisius yang pernah menjebak pemain SAO untuk dijadikan tes subjek untuk penelitiannya dan diserahkan kepolisi oleh Kirito. Namun, orang itu terkunci diantara tembok penahanan, dan percobaannya untuk kabur ke luar negeri menyebabkan permohonan pembebasannya dengan menyogok ditolak.

"...Iya, kita masih belum memikirkan siapa yang bisa melakukan hal itu."

"Ini bukan karena uang atau dendam hah...? hmm..."

Sinon menundukkan kepalanya untuk sementara waktu, menggunakan jarinya untuk mengetuk ujung telinga-nya, dan mengatakan sesuatu.

"...Yah, aku pikir itu hanya dugaan tanpa basis... Motif nya bukan karena uang ataupun dendam, tapi dia tetap masih diculik. Itu berarti bagi si musuh, Kirito adalah eksistensi yang masih harus tetap hidup. Lebih jelasnya lagi, yang mereka mau itu Kirito itu sendiri, atau hal yang Kirito punya... Dari segi game, 'elemen' nya kan? Apa yang bisa kita pikirkan?"

"Ilmu pedang."

Asuna segera menjawab nya tanpa ragu. Kapanpun dia menutup matanya dan membayangkan siluet Kirito, hal pertama yang akan muncul ialah jubah hitam Kirito yang menggunakan dua pedang dan menebas musuh seperti angin topan. Sepertinya Lyfa mempunyai tanggapan yang sama tentang dia setelah bertualang berasamanya di ALO dan lanjut menjawab pertanyaan Sinon

"Kecepatan reaksi."

"Kemampuan untuk bereaksi dengan sistem."

"Pemahaman terhadap situasi."

"Kemampuan bertahan hidup... Sepertinya."

Sword Art Online Vol 10 - 025.jpg

Asuna dan Lyfa melanjutkan dengan berbagai kelebihan yang dimiliki Kirito lalu sepertinya mereka menyadari sesuatu dan kemudian terdiam. Sinon juga sepertinya menyadari sesuatu lalu mengangguk-kan kepalanya.

"Hey, itu semua kelebihan-nya dari VRMMO... dunia virtual kan?"

Kata Sinon, lalu Asuna tersenyum masam,

"Kirito-kun juga punya banyak sisi baik di dunia nyata kok."

"Tentu saja, seperti saat dia mentraktir kita makanan, tapi itu dari sudut pandang kita, Kirito di dunia nyata, kalau boleh aku bilang, dia hanya murid SMA biasa kan? Dengan kata lain, motif dibalik penculikan itu karena kelebihan Kirito di dunia virtual kan?"

"Bagaimana bisa...? kalau begitu, mereka mau dia menamatkan suatu game VR... Tapi onii-chan sedang tak sadarkan diri sekarang. Dia bahkan belum melakukan check up, hanya perawatan saja"

Lyfa menggenggam tangannya dengan erat dan lagi-lagi merasa khawatir akan kondisi Kirito yang sekarang. Mata biru Sinon mengarah ke arah permukaan meja besi dan berfikir sejenak lalu menyempitkan matanya dengan tajam sebelum menjawab,

"Motif yang gak jelas... Walaupun kalian berkata seperti itu, itu cuma apa yang kita bisa lihat dari luar. Bagaimana kalau bukan mesin yang menyambung ke otak, tapi melalui mesin yang bisa menyambung langsung ke jiwa..."

"Ah..."

Oiya, kenapa kita gak mikir itu dari tadi? Asuna shock lalu mengela nafas yang dalam

"Yah, andaikan seperti itu, seharusnya ada petunjuk untuk organisasi 'musuh'. Cuma ada satu organisasi di dunia ini yang punya mesin yang bisa terhubung dengan jiwa, dan Kirito menjadi pengetes mesin itu beberapa hari yang lalu."

Asuna setuju dengan perkataan Sinon lalu menganggukkan kepala dan berkata,

"...Organisasi yang menculik Kirito-kun adalah organisasi bernama RATH yang sedang mengembangkan Soul Translator...? Memang benar mereka bisa saja menggerakkan ambulans jika mereka mempunyai kemampuan untuk membuat mesin seperti itu..."

"RATH...? Itu perusahaan tempat onii-chan bekerja untuk beberapa hari yang lalu kan?"

Mendengar perkataan Lyfa, Asuna tak bisa mencegah untuk menegangkan tubuhnya,

"Lyfa-chan, apa kau tau sesuatu tentang RATH?"

"Ah, enggak... Tapi kudengar perusahaan itu berada di Roppongi."

"Kupikir aku pernah mendengar tentangnya. Tapi walaupun kau bilang itu berada di Roppongi, itu wilayah yang terlalu besar... pusat penelitian milik RATH berada di suatu tempat disana, dan Kirito mungkin ada disana. Polisi gak akan bergerak sendiri kan?"

Asuna memperhatikan Sinon menggigit bibirnya dan Lyfa merendahkan matanya secara gelisah, dan berkata dengan nada yang ragu,

"...Yah, aku mau bilang ini nanti, jadi aku gak bilang tadi. Bahkan, masih ada hubungan kecil yang masih mengontak Kirito-kun, tapi ada kemungkinan kalau mereka sudah memutuskan hubungan itu suatu hari..."

"... Apa itu Asuna?"

"Kamu tadi udah bilang kan, Sinonon. implan Kirito-kun."

Asuna menggunakan jari tangan kanannya untuk menunjuk ke tengah dadanya.

"Ah, aku mengerti... sensor daya hidup kan? Memang benar sih kalau informasinya dikirim melalui net dalam realtime ke terminal milik mu, Asuna..."

"Walaupun sinyal-nya udah terputus, kalau kita bisa melacak lokasi ambulans palsu saat mereka mengantar Kirito-kun, kita mungkin bisa menemukan dimana dia sekarang. Itu yang aku pikirkan, jadi aku minta tolong supaya hal itu di selidiki."

"...Siapa?"

Asuna menatap ke arah langit lalu mengutarakan sebuah nama,

"Yui-chan, bagaimana?"

Tiba-tiba, sebuah partikel cahaya muncul beberapa milimeter diatas permukaan meja dan berubah wujud menjadi siluat sosok manusia kecil dan setelah bercahaya dengan terang, cahaya itu menghilang.

Yang muncul dari cahaya itu adalah seorang gadis yang tinggi-nya kurang dari 10 sentimeter. Rambutnya hitam panjang dan memakai baju tipe one-peace berwarna putih, dan 4 sayap pelangi di punggungnya bergerak sedikit. Gadis itu— sebuah pixie membuka lebar matanya yang berada dibawah bulu mata-nya yang panjang, dan menggerak-kan mata-nya yang anggun lalu melihat kearah Asuna, lalu melihat kearah Lyfa dan kemudian Sinon. Tentu saja, saat dia akan menjawab Sinon, pertama-tama dia mengapung di udara dan menunduk"

"Lama tak berjumpa, Sinon-san."

Dia memanggil Sinon dengan suara yang halus lalu Sinon tersenyum sedikit dan menggangguk balik,

"Selamat sore, Yui-chan.... eh, aku harusnya bilang 'selamat pagi' disini"

"Sekarang jam 4:32am. Matahari terbit jam 4:32am hari ini, jadi sekarang bisa dibilang pagi. Selamat pagi, Lyfa-san, mama."

Yui, asisten pemain, AI yang berasal dari SAO, berbalik 60 derajat sambil menyapa, lalu Yui kembali melayang di depan Asuna.

"Pencarian sinyal dari denyut papa yang terkirim ke terminal mama sekarang sudah berjalan 98%."

"Oh begitu. Jika sinyal itu muncul dari dekat Roppongi, basis dari tebakan kita akan menguat... Jadi begitu toh..."

Asuna mengangguk dengan keras ke arah Sinon. Termasuk Lyfa, ketiga gadis menatap kearah Yui dengan pandangan yang penuh harap

"Kalau begitu, sekarang aku akan menyampaikan analisis ku kepada semuanya. Sangat susah untuk mencari sinyal lewat terminal, apalagi lawan-nya adalah National Defense Medicine College hospital, sayang sekali, aku cuma bisa mendapatkan 3 sinyal.

Setelah berkata seperti itu, Yui dengan cepat melambaikan tangan kanan-nya, dan di atas permukaan meja yang berada di bawah kaki-nya, muncul hologram yang berwarna seperti air, menampilkan map yang detail dari pusat Tokyo. Sayap milik Yui berhenti mengepak lalu mendarat, mengambil beberapa langkah kedepan dan menunjuk suatu bagian dari peta. *pon*. Titik cahaya berwarna merah pun muncul.

"Ini adalah Rumah Sakit Setagaya yang dimana pertama-tama papa dibawa kesana. Disini tempat sinyal pertama ditangkap."

Yui berpindah beberapa langkah ke titik cahaya yang baru.

"Meguro Aobadai, Sanchome, waktunya sekitar 29 Juni 2026 jam 20.50pm. Kita bisa memperkirakan jalur yang mereka tempuh."

Kedua titik kemudian disambungkan dengan garis cahaya berwarna putih. Yui lalu berpindah beberapa langkah ke baratdaya lagi, dan titik ke 3 muncul menunjukkan suatu lokasi. Jejak dari garis putih terus memanjang.

"Shirokanedai Minato-ku Ichome, waktunya sekitar 21.10pm pada hari itu. Lokasi ini adalah tempat dimana sinyal kedua ditangkap."

Bukannya ini terlalu selatan dari Setagaya menuju Roppongi? fikir Asuna dengan gelisah, tapi dia hanya bisa menuntup mulutnya dan menunggu Yui menyelesaikan laporannya.

"Lalu... sinyal ketiga ditangkap disini."

Dugaan ketiga gadis benar-benar terhambat— Yui menunjuk ke arah tempat pembangunan yang sangat jauh ke arah timur dari Roppongi.

"Shinkiba, Koutou, Yonchome, waktunya 21.50 pada hari itu. Sekitar 30 jam yang lalu, sebelum sinyal dari papa terputus."

"Shinkiba...!?"

Asuna tak bisa menahan kata-katanya, lalu setelah berfikir tentang hal itu, disana terdapat banyak bangunan intelijen baru yang sedang di kembangkan. Mungkin disana ada markas kedua dari RATH.

"Yui-chan... Fasilitas seperti apa yang ada disana?"

Dia bertanya dengan jantung yang berdebar-debar, namun jawaban yang didapat tak sesuai harapannya.

"Fasilitas yang ada disana adalah 'Tokyo Heliport'."

"Eh...? Itu, tempat peluncuran untuk helikopter kan?"

Sinon bergumam dengan ekspresi yang shock, dan Lyfa tiba-tiba mengubah ekspresinya.

"Helikopter!? ...Itu berarti... onii-chan dibawa ke suatu tempat yang sangat jauh... Kan?"

"Tapi... Tunggu."

Asuna mencoba untuk menghapuskan kebingunannya lalu berkata,

"Yui-chan, sinyal nya benar-benar terputus setelah dia dibawa dari Shinkiba, kan?"

"Iya..."

Pada saat ini, untuk pertama kalinya, wajah manis Yui, sang pixie menunjukkan ekspresi yang sedih.

"Gak ada tanda-tanda keberadaan monitor device papa yang terhubung ke terminal station manapun di seluruh Jepang."

"Kalau begitu... Setelah dia dibawa dari Shinkiba menggunakan helikopter, dia mendarat di suatu gunung yang gak bisa dicapai oleh sinyal listrik dari terminal... Atau gurun, hutan lebat dan hal semacamnya kan?"

Sinon menggelengkan kepalanya untuk membantah perkataan Lyfa.

"Walaupun mereka mendarat disuatu tempat, disana pasti ada suatu fasilitas. Mereka bisa saja memasuki suatu area dengan teknologi elektronik paling maju lalu bertukar tempat pada saat itu..."

"Bagaimana kalau bukan di Jepang... tapi diluar..."

Gak ada yang langsung bisa memberikan jawaban kepada suara gemetar Asuna.

Satu-satunya hal yang menghapuskan suasana sunyi itu adalah suara Yui yang murni dan tenang.

"Hanya satu helikopter militer yang bisa terbang dari Tokyo ke luar negeri. Aku gak bisa yakin karena data yang kurang, tapi aku rasa papa masih berada di suatu tempat di Jepang."

"Iya. RATH meneliti suatu yang bisa melampaui teknologi virtual yang sekarang, kan? Mereka itu perusahaan kelas tinggi, sangat sulit untuk membayangkan kalau tempat penelitian nya berada di luar negeri."

Mendengar perkataan Sinon, Asuna mengangguk setuju. Perusahaan elektronik gabungan yang dipimpin ayah nya mengalami krisis karena mata-mata perusahaan berpindah pihak. Tempat penelitian yang penting dilindungi dengan sangat ketat seperti Bukit Tama. Katanya keamanan di tempat penelitian harus ketat. Kalau ada banyak markas diluar negeri, kemungkinan bocor-nya informasi akan jadi lebih besar dibanding dengan mempunyai markas hanya di dalam negeri saja.

Lyfa menunjukkan wajah yang kelihatan sedang berfikir keras, menundukkan kepalanya kemudian berkata.

"Kalau begitu.. Pasti ada di suatu tempat di Jepang yang jauh dari orang-orang, kan...? Tapi apa bisa mereka membuat tempat penelitian yang sangat rahasia seperti itu di kondisi Jepang yang sekarang?"

"Masalahnya bukan hanya tentang mereka bisa melakukan nya secara sangat rahasia... Yui-chan, apakah ada hal yang kamu ketahui tentang RATH?"

Saat Asuna bertanya, Yui kembali mengambang di udara, berhenti di ketinggian pandangan ketiga gadis, dan berkata,

"Aku menggunakan 12 search engine umum dan 3 search engine pribadi untuk menyelidiki, tapi aku gak bisa menemukan data yang cocok yang berhubungan dengan nama perusahaan, nama fasilitas, atau bahkan barang yang berhubungan dengan teknisi VR. Dan juga, aku gak bisa menemukan informasi apa-apa yang berhubungan dengan teknologi 'Soul Translator', termasuk penyelesaian permintaan hak paten nya."

"Mereka bahkan gak membuat hak paten untuk penemuan yang luar biasa seperti itu... penemuan yang bisa membaca jiwa manusia dan merekam nya... Benar-benar rahasia yang dilindungi dengan sangat ketat..."

Sepertinya kita gak akan bisa menemukan bocoran dari luar RATH. Asuna menghela nafas, dan Sinon menggelengkan kepalanya secara tak menunjukkan perasaan.

"Untuk suatu alasan.. Kita seperti menduga-duga apakah perusahaan itu memang benar-benar ada. Jika aku tau hal ini akan terjadi, aku harusnya bertanya lebih banyak kepada Kirito tentang perusahaan itu... Apakah pada terakhir kita bertemu, dia menyinggung suatu hal yang mungkin bisa membantu kita...?"

"Umm..."

Dia mengerutkan dahi-nya dan berusaha keras untuk menggali ingatan-nya. Serangan Kanemoto dan kecurigaan terhadap penculikan membuat dia sangat shock, dan percakapan tenang yang dia alami di Dicey Cafe menjadi samar-samar seperti terhalang kabut, seperti sudah sangat lama terjadi.

"Waktu itu, memang benar kalau... kami bicara tentang Soul Translator, dan tanpa sadar sudah lewat sore. Setelah itu... Aku pikir dia menyinggung sedikit tentang dari mana asal nama RATH..."

"Ahh... Ada monster entah yang mana adalah babi atau kura-kura di 'Alice in Wonderland'. Emang sedikit aneh untuk menyebutnya seperti itu, berhubung babi sama sekali gak mirip dengan kura-kura."

"Lewis Carroll, orang yang membuat nama itu sepertinya gak menyebutkan apa itu, dan kemudian analisa terhadap Alice tampak menjelaskannya seperti itu..."

Asuna merasakan sesuatu di pikiran-nya, lalu dia berbicara, dan tiba-tiba berhinta

"Alice...? Apakah Kirito-kun mengatakan sesuatu tentang Alice waktu dia keluar dari toko?"

"Eh?"

Sinon dan lyfa, yang sedang terdiam, melebarkan mata mereka.

"Apakah onii-chan mempunyai suatu hal yang harus dilakukan yang berhubungan dengan Alice in Wonderland?"

"Bukan, bukan seperti itu... Di tempat penelitian RATH, bukannya Alice itu suatu wujud singkatan atau apalah... Yah, itu sangat umum, kan? coba Ambil masing-masing huruf dari Alice dan coba cari makna tiap huruf nya lalu hubungkan menjadi suatu makna"

"Oh, itu yang disebut 'Acronym' kan? Departemen yang berhubungan dengan pemerintah America sering menggunakannya supaya gampang dibaca."

Sinon menimpali mendengar informasi itu, dan Lyfa mengibaskan ponytail nya lalu berkata,

"Dengan kata lain... Kalau kita menggabungkan 5 huruf, kita punya A, L, I, C, E... gitu?"

"Iya, seperti itu. Kirito-kun menyinggung hal itu..."

Dia menguatkan konsentrasinya dengan sepenuh tenaga, dan jauh dilubuk telinganya, terdengar suara familiar milik Kirito. Dengan hati-hati dia menjelaskannya,

“...Aateifisharu...Reibiru...Interijen... Aku gak bisa ingat kepanjangan dari C dan E, tapi kupikir yang barusan aku sebutkan itu kepanjangan dari A, L dan I."

Asuna akhirnya mengerti lalu kepala-nya terasa sedikit sakit, mungkin karena dia juga mengolah ingatan-nya dengan keras. Namun, kedua gadis lain-nya lanjut berfikir walau pandangannya terlihat sepertinya mereka tidak menyadari sesuatu.

"Aatefisharu... Itu jadi 'artificial'. Interijen... Itu jadi 'intelligence'... Terus, sebutan inggris dari kata Reibiru jadi apaan?"

Sinon mengajukan pertanyaan, dan Yui, yang berada di udara, langsung menjawab.

"Dari pengucapan-nya, kupikir sebutan yang paling cocok ialah 'labile', sangat adaptif."

Setelah jeda singkat.

"'Artificial Labile Intelligence'. Kalau kita terjemahkan, itu berarti 'Artificial Intelligence yang sangat adaptif."

"Artifical...Intelligence."

Asuna kemudian berkedip tanpa reaksi saat hal itu disebutkan.

"Ahh aku ngerti... Artificial Intelligence bararti 'AI', sesuatu hal yang berhubungan dengan eksistensimu, Yui. Tapi apa yang dilakukan suatu perusahaan yang mengembangkan Brain-Machine Interface merek baru dengan AI?"

"Bukannya itu berhubungan dengan karakter yang bisa bergerak di ruang virtual? Seperti NPC disana itu?"

Sinon mengangkat tangan kanan-nya dan menunjuk kearah jendela sambil berkata hal itu. Asuna kembali berbicara, sambil befikir kalau mereka belom menemukan poin utamanya.

"Tapi... Kalau perusahaan RATH ini berasal dari nama 'Alice In Wonderland', lalu istilah 'Alice' yang digunakan RATH adalah codeword untuk suatu hal yang berhubungan dengan Artificial Intelligence... Buaknnya itu aneh? Itu berarti tujuan perusahaan itu bukannya ingin mengembangkan generasi selanjutnya dari VR, tapi untuk membuat AI dari penelitian mereka?"

"Hmm— Benar kah...? Tapi NPC di dalam game gak terlalu berharga... Piringan disk yang berisi program AI sudah dijual dimana-mana. Apakah hal itu benar-benar sesuatu yang spesial, yang bahkan perlu disembunyikan perusahaan dan bahkan sampai menculik orang?"

Saat Sinon bertanya seperti itu, Asuna gak bisa menjawab langsung. Tiap langkah maju yang dia tempuh, dia merasakan suatu feeling yang membuat gelisah. Apakah tebakan kami salah besar?

"Hey, Yui-chan. Sebenarnya, yang namanya 'Artificial Intelligence' itu apaan pula?

Yui kemudian menunjukkan senyum pahit yang langka di wajahnya dan mendarat di meja.

"Apa mama yakin bertanya seperti itu kepadaku? Bagi mama, itu sama saja seperti bertanya 'Apa itu manusia'.."

"Emang bener sih."

Tegasnya, definisi seperti 'Ini adalah Artificial Intelligence' itu mustahil. Di dunia ini, Artificial Intelligence yang sebenarnya belum pernah ada, apakah itu di masa lalu ataupun sekarang."

Yui mencondongkan tubuhnya sedikit diujung teko, dan kata-katanya membuat ketiga gadis mengedipkan matanya dengan kaget.

"Eh, ta-tapi... Kamu itu sebuah AI, kan, Yui-chan? Itu berarti kamu itu Artifical Intelligence, kan?"

Lyfa mengatakannya dengan terbata-bata, dan Yui memiringkan kepalanya, tetap terdiam seperti seorang guru yang sedang berfikir bagaimana cara menjelaskan sesuatu kepada muridnya, dan mengangguk sedikit, lalu mulai menjelaskan.

"Mari kita mulai dari apa yang kita sebut AI selama ini— Di abad sebelumnya, orang-orang yang mengembangkan AI mempunyai tujuan yang sama melalui dua jalur, Salah satunya ialah 'top-down-type AI', dan yang lainnya ialah 'bottom-up-type AI'.

Asuna menajamkan telinganya, mencoba yang terbaik untuk mengerti akan hal yang akan diucapkan suara yang murni dan polos dari Yui.

"Pertama-tama, top-down AI adalah sesuatu yang sepenuhnya bergantung kepada arsitektur komputer untuk mendapatkan pengalaman dari pertanyaan dan jawaban yang simpel, pada akhirnya menjadi intelektual nyata lewat melalui pembelajaran. Termasuk aku, sebagian besar AI adalah top-down-type, artinya... 'kecerdasan' yang aku punya mungkin hampir sama dengan yang mama punya, tapi sebenarnya itu benar-benar berbeda. Singkatnya, eksistensi seperti diriku ini hanya kumpulan dari sebuah sistem yang hanya bisa 'mendapat pertanyaan A dan menjawab dengan B'."

Yui berkata seperti itu lalu pipi putihnya menunjukkan tanda-tanda kesepian. Apakah mata-ku ini menipu-ku? Fikir Asuna.

"Jika, bagaimana mama bertanya 'Apa itu AI?, dan bagaimana aku menjawab dengan menunjukkan 'senyum pahit' atau variasi yang lain-nya, itu karena papa sering menunjukkan ekspresi seperti itu, dan aku mendapat pengalaman dan mempelajarinya saat aku bertanya tentang diriku sendiri. Basis-nya sendiri gak terlalu berbeda dari aplikasi input 'predictive text' di terminal portabel milik mama —Karena hal ini, top-down-type AI yang sekarang itu jauh dari level AI yang sebenarnya. Ini adalah 'apa yang disebut AI' yang aku baru saja jelaskan kepada Lyfa-san, jadi tolong pahami seperti itu."

Setelah berkata seperti itu, Yui memalingkan matanya ke arah bulan yang jauh diluar jendela.

"...Sekarang, Aku akan menjelaskan tentang yang lain-nya, yaitu 'bottom-up AI'. Ini sangat mirip dengan otakmu, mama... Semua orang punya miliar-an sel otak yang semuanya terhubung dengan organ biologis, dan tujuan untuk menciptakan hal ini menggunakan perangkat elektronik buatan ialah untuk menciptakan kesadaran."

Itu terlalu ambisius... konsepnya sangat konyol dan mustahil. Asuna pun tak bisa menahan dirinya untuk bergumam.

"Bu...Bukannya itu terlalu gak masuk akal...?"

"Benar."

Yui menganggukkan kepala sebagai tanda setuju.

"Sejauh yang aku tau, penelitian bottom-up-type berhenti diteruskan bahkan sebelum mereka merencanakan eksperimen. Kalau itu benar-benar diwujudkan, kesadaran yang bersemayam didalamnya akan berbeda dengan yang aku punya, eksistensi nya akan berada di level yang sama dengan manusia seperti-mu, mama, dan semua orang..."

Yui mengalihkan pandangan-nya dari kejauhan, menghela nafas yang dalam, dan membuat kesimpulan.

"Seperti yang sudah aku bilang, sekarang ini, ada dua dasar pemikiran untuk istilah Artificial Intelligence — AI. Salah satunya adalah yang seperti diriku, sebuah NPC yang adalah bagian dari program analitis dan bagian dari karakter. Sebuah AI palsu. Yang satunya lagi adalah sesuatu yang bisa mengembangkan konsep, sesuatu yang mempunya kemampuan untuk menciptakan dan beradaptasi sambil mempelajari sesuatu, yaitu sebuah Artificial Intelligence yang sebenarnya."

"Kemampuan beradaptasi..."

Asuna bergumam lalu mengucapkan kata-kata.

"'Artificial Intelligence dengan kemampuan beradaptasi yang tinggi'."

Dia kembali menatap kedua gadis dan juga Yui, satu per satu, sedikit demi sedikit membentuk sebuah kesimpulan di fikirannya, lalu pelan-pelan menjadikannya sebuah kata-kata.

"Ba...Bagaimana kalau RATH mengembangkan STL (Soul Translator) bukan sebagai tujuan, tapi sebagai sarana...? Yah, memang benar kalau Kirito-kun sebelumnya sedikit ragu. RATH ingin melakukan sesuatu dengan STL, jadi... Jika terhubung langsung dengan jiwa manusia, kalau begitu.... bottom-up AI pertama didunia ini akan... Kalau itu terjadi..."

"Kalau begitu, codename dari AI itu adalah 'Alice'... bukannya begitu?"

Mendengar kata-kata Asuna, Lyfa bergumam. Sinon mempunyai ekspresi kosong yang sama lalu melanjutkan,

"Dengan kata lain, RATH bukanlah perusahaan yang mengembangkan generasi lanjut dari VR... Tapi sebenarnya, perusahaan yang bertujuan untuk mengembangkan AI... Begitu kan?"

Seiring mereka melanjutkan untuk berdiskusi tentang situasi dengan 'musuh', lama-lama kondisi yang parah kian menjadi semakin jelas. Perkembangan situasi tersebut membuat ketiga gadis terdiam. Sepertinya Yui sendiri gak bisa mengatasi semua informasi itu, secara ia mengerutkan keningnya.

Asuna menggapai mug dengan tangannya, dipanaskan ulang dengan pop-up menu, lalu meminum-nya, "houu", ia menghela nafas, lalu berbicara, mengutarakan opininya tentang kekuatan 'musuh'

"Kalau RATH adalah 'musuh', yang kita lawan bukanlah sebuah perusahaan biasa. Mempertimbangkan cara yang mereka gunakan untuk melakukan penculikan -mengirim ambulans palsu lalu helikopter, dan juga ada mesin yang seperti monster yang bernama STL di tempat penelitian-nya -kita bahkan gak tau dimana lokasi-nya, dengan tujuan menciptakan AI yang setara dengan manusia. Kalau begitu... Orang yang menawarkan Kirito-kun untuk berkerja di RATH adalah Chrysheight... Kikouka-san dari Kementrian Dalam Negeri dan Teknologi Komunikasi. Orang itu punya banyak koneksi dengan dunia yang berhubungan dengan VR, dan omong-omong, RATH mungkin memiliki beberapa hubungan nasional ... "

"Kikuoka Seijirou. Sudah kuduga, dia bukan hanya orang berkacamata yang pura-pura bodoh seperti yang aku lihat... Apakah kita masih bisa menghubungi-nya?"

Sinon, yang cemberut, dengan lemah menggelengkan kepalanya.

"Dua hari yang lalu, kami gak bisa menghubunginya dengan telepon, dan dia gak juga mengirim pesan untuk sebuah balasan. Berhubung kondisinya darurat, aku ingin segera ke divisi virtual dari Kementrian Dalam Negeri dan Teknologi Komunikasi, tapi sepertinya hal itu akan sia-sia."

"Yah... Meskipun Kirito pernah mencoba melacak pria itu, dengan mudah orang itu membuat Kirito pergi, atau setidaknya itulah yang dikatakan Kirito..."

4 tahun setelah insiden SAO, «SAO Incident Victims Rescue Countermeasure Team» ditempatkan di Kementrian Dalam Negeri dan Teknologi Komunikasi, dan setelah insiden itu diselesaikan, Tim itu ditinggalkan dan menjadi divisi yang menangani masalah yang berhubungan dengan virtual. Salah satu dari mereka adalah PNS dengan kacamata berframe hitam, Kikuoka Seijirou, yang sepertinya membuat hubungan dengan Kazuto setelah Kazuto kembali ke dunia nyata. Untuk suatu alasan, dia membayar mahal untuk mendapakan servis dari seorang siswa SMA biasa di dunia nyata, Kazuto, dan meminta tolong-nya untuk menyelidiki insiden Death Gun.

Asuna bertemu dengan-nya beberapa kali di dunia nyata, dan juga membuat party dengan avatar miliknya di dunia ALO, Undine Chrysheight. Namun, dia merasakan bahwa dibalik sikapnya yang santai dan ramah, ada sesuatu yang disembunyikan, sebuah kesan yang gak bisa Asuna acuhkan bagaimanapun juga, bahkan sampai sekarang. Dia menyebut dirinya PNS tapi gak punya tempat kerja permanen dan diperlakukan dingin, jadi mungkin dia berasal dari departemen yang lebih eksklusif —Kazuto mempunyai keraguan akan hal ini juga.

Kikuoka mengenalkan Kazuto kepada organisasi misterius yang disebu RATH untuk kerja paruh waktu. Asuna mencoba menghubunginya berkali-kali setelah Kazuto menghilang, tapi terminal portabel miliknya disetting menjadi auto-reply dan Kazuto gak bisa dikontak.

Dengan marah dia menelpon Kementrian Dalam Negeri dan Teknologi Komunikasi, hanya untuk diberitahu kalau Kikuoka sedang bekerja keluar negeri. Memang wajar kalau Kikuoka gak bisa dihubungi karena alasan itu— Tapi kalau dipikir-pikir, apakah hilangnya Kazuto ada hubungannya dengan pria itu? Asuna mau tak mau menjadi heran.

"Tapi..."

Pada saat ini, Asuna dan Sinon menatap wajah cemberut satu sama lain, lalu Lyfa pelan-pelan berkata,

"Jika Kikuoka itu menjadi penghubung RATH dan negara, mengapa dia masih bekerja diam-diam apapun yang terjadi? Memang ada keharusan untuk melindungi suatu rahasia untuk kepentingan perusahaan, tapi jika itu adalah rencana yang berusaha dicapai oleh negara, bukannya akan lebih baik kalau mempromosikannya besar-besar secara normal?"

"Kalau dipikir-pikir... Itu memang benar..."

Sinon mengangguk dan menjawab.

Dalam setahun terakhir, hal ini, bersamaan dengan mengembangan teknologi ruang virtual, adalah dua merek baru yang saling berbatasan. Sementara masing-masing negara dengan cepatnya berkembang -Amerika, lalu kemudian Jepang mengumumkan pembuatan pesawat ruang angkasa yang gak memakai external boosters, sebuah markas buatan di bulan, dan pembangunan space station elevator. Perkembangan Artificial Intelligence yang sesungguhnya belom pernah terjadi sebelumnya, dan masing-masing pemerintah punya alasan-nya masing-masing untuk melindungi rahasia mereka -yang tak terpikirkan oleh Asuna

Kalau itu benar, jika penculikan Kirito adalah sesuatu yang bisa digolongkan ke level nasional, kalau begitu mustahil untuk berfikir kalau mereka akan berbuat macam-macam kepada murid SMA normal... Selain itu, area itu gak bisa dimasuki kalau gak ada campur tangan polisi. Asuna terpukul oleh kelemahan-nya dan merundukkan bahunya, dan pandangannya bertemu dengan Yui yang sedang melihat kearahnya dari atas meja.

"Yui-chan...?"

"Kuatkan dirimu, mama. Papa gak pernah menyerah saat mencari mama di ALFheim."

"Ta...Tapi...A..Aku..."

"Sekarang giliran mama untuk mencari papa!"

Pada saat itu, Yui, yang menyatakan kalau respon-nya adalah bagian dari program pembelajaran yang simpel, menunjukkan senyuman yang hangat yang gak bisa dibayangkan oleh kata-katanya.

"Pasti ada cara untuk menghubungi papa. Walaupun musuhnya adalah pemerintahan Jepang, aku yakin hal itu pasti gak akan menghancurkan ikatan antara mama dan papa."

"...Makasih, Yui-chan. Aku gak akan menyerah. Walaupun musuhnya adalah negara... Aku akan menerobos ke parliamen lalu mencekik leher para mentri dan pejabat!"

"Itu baru namanya semangat!"

Asuna dan anak-nya menatap satu sama lain dan tersenyum. Sinon tersenyum saat melihat mereka, dan tiba-tiba mengerutkan dahi dengan keras.

"...? Ada apa, Sinonon?"

"Enggak, anu... Sekarang, masalahnya itu walaupun RATH itu organisasi penelitian nasional, kupikir pemerintah ataupun parliamen masih gak tau spesifik dari penelitian mereka."

"Ya... lalu?"

"Kalau hal ini adalah rencana rahasia dari departemen gelap, aku gak merasa kalau menyembunyikan departemen itu mudah, kan?"

"Apa...?"

"Budget! Mau itu tempat penelitian ataupun STL, pasti butuh banyak budget. Aku gak yakin itu butuh berapa juta atau berapa miliar atau lebih, tapi aku yakin mustahil untuk mengeluarkan budget sebesar itu secara diam-diam... Dengan kata lain, mereka butuh rekening yang adalah bagian dari budget negara yang diatasnamakan suatu nama, kan?"

"Iya, tapi... menurut hasil yang Yui-chan cari, hasil yang berhubungan dengan teknologi VR yang membutuhkan budget besar itu gak a... Ah, aku ngerti sekarang... Istilahnya salah...? Itu bukan teknologi VR, tapi Artificial Intelligence...?"

Yui melihat kearah Asuna dan mengangguk dengan ekspresi serius, berkata padanya untuk menunggu sebentar sebelum melebarkan lengan-nya lebar-lebar. Jari tangannya menyala ungu, dan dia menyambung ke network dari ALO.

Ketiga gadis menghabiskan beberapa detik dengan penuh harapan dan gelisah. Yui membuka mata-nya yang lebar dan berbicara dengan nada yang tanpa emosi seperti suara elektronik yang benar-benar berbeda dari beberapa detik yang lalu.

"Terhubung ke data informasi budget dari masing-masing kementrian dan instansi. Artificial Intelligence, AI, 38 network yang mirip sedang di proses sekarang... 18 universitas, 7 departemen pihak ketiga, di konfirmasi. Budget yang digunakan untuk masing-masing projek, semuanya kecil.... Projek lahan intrastruktur dan pembangunan eksplorasi maritim... projek pembangunan Automobile... menyimpulkan hal diatas tidak ada hubungannya..."

Setelah itu, Yui mengajukan beberapa hal yang sulit dimengerti, tapi hal itu juga sepertinya gak ada hubungannya, lalu lanjut kembali untuk mengajukan beberapa contoh lain sebelum akhirnya menggelengkan kepalanya pelan-pelan.

"...Aku gak bisa menemukan apapun yang cocok dan budget besar yang menyimpang menggunakan pencarian normal dan pencarian spesial. Mungkin budget itu dipisah-pisah menjadi budget-budget kecil dan disamarkan, yang membuatnya menjad sulit dicari."

"Oh begitu... Seperti yang sudah diperkirakan, kita mendapati bahwa udah gak ada jalan yang dibiarkan terbuka oleh mereka..."

Sinon melipat lengannya sambil mengerang. Asuna terdengar seperti dia mencengkeram sedotan saat dia mengangkat suaranya berteriak, "Tapi."

"—Mungkin ada budget yang disembunyikan oleh RATH diantara hal-hal yang Yui-chan temukan. Kenapa kita gak bisa menemukan-nya? Yah, kupikir sumber daya laut gak ada hubungan-nya dengan ini... Jadi kenapa mereka harus melakukan penelitian semacam itu?"

"Erm..."

Yui melebarkan matanya lagi, menghubungkan dirinya ke database yang relevan, dan dengan segera mengangkat kepalanya.

"...Kupikir itu sebuah bentuk dari penelitian seperti mencari minyak dibawah laut atau endapan logam mulia di permukaan dasar laut dan membiarkan kapal selam kecil bekerja dengan sendirinya. Ada kemungkinan butuh budget yang agak besar untuk kapal selam yang menggunakan prioritas AI."

"Heh... Hal seperti itu harus dijadikan robot yah... Dimana mereka mengembangkan hal itu?"

"Projek nya terletak di... «Ocean Turtle». Projek nya selesai tahun ini, sebuah raksasa yang mengapun yang bertujuan untuk meneliti lautan."

"A-Aku melihat-nya di berita."

Sela Lyfa.

"Wujudnya sedikit mirip seperti kapal dengan piramid yang mengambang diatas laut."

Asuna terdiam dan mengerutkan dahi. Dia menundukkan kepalanya sejenak lalu mengangkatnya kembali,

"Omong-omong, aku pernah mendengar tentang ini sebelumnya. Ocean... Turtle..."

"Hey, Yui-chan... Apa kamu punya gambar dari tempat penelitian itu?"

"Iya, tunggu sebentar yah."

Yui melambaikan tangan kanan-nya, dan muncul sebuah layar tampilan di atas meja seperti peta yang sebelumnya, sebelum berubah menjadi gambar 3D dari laut. Yang muncul adalah gambar rangka yang rumit yang tergambar di tengah-tengah layar dengan tekstur halus.

Yang muncul di lautan kecil itu adalah hal yang orang bisa langsung menyebutnya piramid hitam.

Tapi, dilihat dari atas, bentuknya gak kotak, tapi persegi panjang yang perbandingan sisi-sisinya 2 banding 3. Tinggi piramid diperkirakan sama panjang dengan sisi pendek-nya.Jika menghilangkan jendela yang panjang dan sempit, eksterior akan terlihat seperti mengeluarkan cahaya mengkilap berwarna abu-abu gelap. Kalau seseorang melihat nya, orang itu akan mendapat gambaran dari segi enam sama sisi yang punya panel solar yang ditempatkan dengan erat.

Ada proyeksi dari empat penjuru, dan pada salah satu sisi pendek, bisa terlihat jembatan komando kecil yang menempel disana. Logo H di atap itu pasti helipad, tapi itu terlihat sedikit kecil. Dari perhitungan berdasarkan skala panjang-nya, sangat mengejutkan bahwa panjangnya 400m.

"Oh begitu... 4 kaki, 4 sisi kepala, tampak luar yang seperti piramid, ini terlihat seperti kura-kura. Tapi bukannya ini terlalu besar..."

Ucap Sinon dengan sedikit kagum. Asuna terhuyung ke sekitar untuk melihat, dan menunjuk kearah jembatan dari Ocean Turtle dengan jari telunjuk dari tangan kanan-nya.

"Tapi, lihat, kepala yang ini terlihat seperti tonjolan dari bagian depan wajah. Bisa gak kalian tau binatang apa ini?"

"Ah— Benar. Itu terlihat seperti babi. Seekor kura-kura-babi yang bisa berenang."

Ucap Lyfa dengan suara yang polos.

Lalu, terlihat seperti terkejut oleh perkataan-nya sendiri, dia melebarkan matanya, menggerakkan bibirnya terus menerus sebelum mengeluarkan suaranya yang serak.

"Kalau itu kura-kura.... dan juga babi..."

Asuna, Sinon dan Lyfa bertukar pandangan satu sama lain, lalu berteriak,

“—RATH!”

Bagian 2[edit]

Helikopter Type-EC135 terbang melewati kabut tebal diatas permukaan laut, dan dari jendela dapat terlihat bentangan besar berwarna biru dibawah.

Tak seperti pemandangan dari pesawat penumpang dari ketinggian -dari sini, puncak ombak dapat terlihat jelas dan cahaya matahari terpantul silau oleh permukaan laut dan Koujiro Rinko berfikir,Sudah berapa tahun lamanya sejak terakhir kali aku bermain di laut..

Hanya butuh sekitar satu jam bagi Rinko untuk pindah dari tempat kerjanya yang sekarang, California Technical Institute ke area San Fransisco Bay, tapi meskipun dia bisa dengan enjoy berjemur kapanpun dia mau, dia gak pernah melangkah ke pantai selama dua tahun dia bekerja di universitas.

Sudah pasti itu bukan karena dia gak suka angin laut atau cahaya matahari, dan sepertinya butuh banyak waktu sebelum dia bisa pergi berlibur dimana dia bisa menikmatinya. Rinko menyadari sepertinya akan butuh 10 atau 20 tahun lagi di luar negeri yang dia tak tau untuk melupakan masa lalu nya.

Jadi, Rinko -yang berfikir tak akan kembali ke Jepang, kampung halamannya lagi, sekarang terbang menuju tempat yang berhubungan dengan masa lalu yang sudah ditinggalkannya sembari melihat ke luar jendela dengan perasaan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Empat hari yang lalu, dia menerima e-mail yang agak panjang yang dikirim oleh orang yang tak terduga. Dia bisa saja segera menghapus e-mail itu dan melupakannya, namun untuk suatu alasan, Rinko gak melakukannya. Setelah menghabiskan waktu hampir satu jam untuk mempertimbangkannya, dia membalas e-mail itu dan mereservasi penerbangan. Saat ia memikirkan 2 tahun terakhir, ia menyadari kalau setiap hari pikirannya menjadi dingin dan walau dia tau usaha nya sia sia, ia memutuskan untuk tetap pergi.

Ia melakukan penerbangan dari San Fransisco kembali menuju Tokyo, bermalam di hotel di Narita, dan dengan hati-hati naik helikopter ini, Rinko menghela nafas saat ia berbicara pada dirinya sendiri dalam hati Setelah aku melihat apa yang harus kulihat dan mendengar apa yang harus kudengar, jawaban yang kubutuhkan akan datang sendiri kepadaku.

Ya, terakhir kali dia pergi berenang itu 10 tahun yang lalu, waktu tahun pertama di perguruan tinggi saat ia belum tau apa-apa. Dia mengajak senior nya yang berada di tahun kedua, Kayaba Akihiko dan meminjam uang untuk membeli automobile ringan untuk pergi ke Enoshima. Gadis lugu 18 tahun itu gak sadar akan nasib yang kelak akan dia temui...

Pikiran rinko berkelana dari merenungi masa lalunya lalu penumpang disebelah nya berteriak kepada nya dengan suara yang gak kalah dengan suara rotor.

"AKU MELIHATNYA!"

Mata yang berada dibawah rambut pirang panjang dan tersisir rapih, dan kacamata yang miring, dan benar, di sisi lain dari jendela kaca yang melengkung dari kendaraan ini, terlihat tubuh hitam kecil di pojokan permukaan laut yang sangat luas.

"Itukah... Ocean Turtle...?"

Rinko bergumam sembari melihat cahaya pelangi yang menyilaukan karena pantulan dari solar panel berwarna hitam. Co-pilot yang memakai seragam berwarna hitam yang berada di bangku kemudian menjawab dengan pelan.

"Benar. Tinggal 10 menit lagi sebelum kita sampai."

Helikopter telah menempuh jarak kira-kira 250km perjalanan dari Shinkiba menuju Tokyo -dan disekeliling tempat penelitian ombak yang sangat besar «Ocean Turtle» mereka pergi menuju tempat mendarat.

Rinko terkagum-kagum oleh pemandangan yang sangat megah. Istilah 'kapal' sudah tak dapat mendeskripsikan tempat ini. Piramid besar yang berdiri tegak di tengah lautan dengan ukuran 1.5 kali lebih besar dari kapal terbesar yang ada di dunia, Nimitz. Tingginya setara dengan gedung tingkat 25 —ia udah menyelidiki data ini sebelumnya, namun perbedaan dari kenyataan dan imajinasinya seperti jarak antara Bumi dan bulan.

Piramid empat sisi yang panjangnya 400m dan lebar nya 250m mempunya panel hitam yang bercahaya yang menutupi nya seperti cangkang. Seluruh panel itu sama besarnya dengan helikopter yang sekarang ia naiki. Berapa banyak dana yang mereka gunakan untuk membuat tempat ini? Rinko bertanya-tanya dalam hatinya. Dalam setahun terakhir, ada rumor bahwa mereka menginvestasi penuh untuk logam mulia di dasar laut di Sagami Bay Coast, dan setelah melihat tubuh besar yang diluar akal sehat, siapapun bisa tau kalau itu bukan hanya rumor.

Konstruksi raksasa mekanik yang mengapung di lautan terlihat seperti dikembangkan untuk generasi lanjut dari tempat ekstraksi minyak laut —seharusnya begitu, tapi kenyataannya, yang ada didalamnya adalah tempat penelitian untuk generasi lanjut dari mesin Full Dive yang disebut «Soul Translator» yang dapat membaca jiwa manusia -itu yang diberitahukan kepadanya lewat e-mail satu minggu yang lalu. Rinko sendiri meragukan hal ini, tapi setelah datang ketempat itu, ia gak punya pilihan selain percaya dengan isi e-mail tersebut.

Kenapa, Kenapa tempat penelitian untuk teknologi Full Dive terbaru, Brain Machine Interface harus ada di laut yang berada jauh dari kepulauan Izu? Ia gak tau alasan dibalik hal tersebut, tapi didalam piramid hitam ini, terdapat mesin hasil gabungan dari Nerve Gear yang Kayaba Akihiko ciptakan dan Medi-cuboid yang Rinko kembangkan untuk perawatan medis, dan saat ia memikirkan hal ini, tiba-tiba ia sadar...

Dua tahun hidupnya ke luar negeri hanya membuat luka nya mati rasa; luka itu gak pernah sembuh sepenuhnya. Yah, pada akhirnya, ia menduga kalau apapun yang dia lihat di kapal ini akan menyembuhkan luka nya -atau merobek nya dan membiarkan darah menyembur keluar.

Rinko pelan pelan menghela nafas dalam didalam helikopter yang perlahan turun dan melihat ke arah penumpang lain, yang mengangguk pelan dengan kacamatanya, dan menyiapkan diri untuk turun.

Mungkin pilotnya adalah veteran yang handal, mesin helikopter gak banyak bergoyang saat mendarat di helipad yang berada di atap jembatan Ocean Turtle. Pertama-tama, pria yang memakai seragam hitam, yang menjadi guide, turun dari helikopter dengan sigap dan memberi hormat, lalu pria dengan seragam yang sama datang dengan berlari.

Rinko lalu berjalan keluar dan mengangguk kepada orang yang datang dengan berlari, ia berfikir kalau memakai celana jeans adalah pilihan yang baik saat ia melompat dari ketinggian 40cm. Sol dari sepatu olahraga mendarat di daratan buatan dan sangat sulit untuk membayangkan kapal yang punya stabilitas dan keamanan yang tinggi.

Selanjutnya, penumpang lain yang mempunyai rambut pirang berkilauan melangkah keluar dengan kacamatanya dan melengkungkan punggungnya. Rinko juga membentangkan lengan-nya lebar-lebar untuk menikmati angin laut yang mempunyai aroma ombak.

Pria yang menunggu di kapal menunjukkan ekspresi serius di wajah coklat nya dan dengan segera memberi hormat kepada Rinko.

"Profesor Koujiro. Selamat datang di Ocean Turtle. Dan dia?..."

Pria itu melihat ke arah penumpang lain, lalu Rinko menunduk lalu memperkenalkan.

"Dia adalah asisten-ku, Mayumi Reynolds."

“Nice to meet you.

Co-passenger berbicara dengan bahasa inggris yang fasih lalu mengulurkan tangannya dan menggenggam nya dengan agak kikuk. Pria itu lalu memperkenalkan dirinya.

"Saya Letnan satu Nakanishi, ditugaskan untuk membawa kalian berdua. Petugas lain akan membawa barang-barang kalian nanti. Mari, ikuti saya—”

Pria itu melambaikan tangan kanannya ke anak tangga yang bisa dilihat dari heliport dan melanjutkan.

"Letnan Kolonel Kikuoka sudah menunggu."

Udara di lama jembatan terasa seperti musim panas dan bau garam dari Samudra Pasifik, tapi setelah melewati elevator, jalanan panjang dan melewati Ocean Turtle itu sendiri —pintu besi yang tebal di dalam piramid hitam, udara yang dingin meniup ke arah wajah Rinko.

"Apakah kapal ini membutuhkan AC seperti itu?"

Ia bertanya kepada Letnan satu Nakanishi yang sedang berjalan di depan nya. Petugas Pertahanan-Diri yang masih muda itu berbalik ke arah belakang, mengangguk dan berkata,

"Ya. Banyak mesin yang rumit disini, jadi kami harus mengatur temperatur udara nya di sekitar 23 derajat dan kelembapan dibawah 50%."

"Apa tenaga yang digunakan berasal dari listrik bertenaga matahari?"

"Gak juga. Panel solar bahkan gak bisa memenuhi 10% dari energi yang dibutuhkan. Mesin utama menggunakan reaktor nuklir air yang bertekanan tinggi untuk listrik."

"...Oh begitu."

Banyak hal yang menjadi makin rumit. Rinko menggelengkan kepalanya.

jalanan yang punya panel berwarna abu-abu bening, bentuk manusia menjadi lebih dan lebih menyimpang. Informasi yang ia baca sangat terbatas, dan berfikir kalau mungkin ada ratusan peneliti yang pindah kesini, sepertinya ada lebih dari cukup ruang berhubung dengan ukuran tempat ini.

Mereka mengambil belokan ke kanan, ke kiri lalu maju untuk sekitar 200m, dan tepat di depan pintu yang tiba-tiba muncul didepan mereka, muncul pria yang berpakaian seragam biru tua. Orang bisa saja mengira kalau itu seragam milik security, tapi dengan segera dia memberi hormat setelah melihat Letnan satu, perilaku seperti itu sudah pasti bukan apa yang rakyat biasa akan lakukan.

Si Letnan satu membalas hormat nya dan berkata dengan nada yang lantang,

"Permohonan izin untuk peneliti Profesor Koujiro dan asisten nya Reynolds untuk memasuki area S3."

"Menjalankan konfirmasi."

Petugas keamanan mengaktifkan terminal logam di tangan-nya, lalu menggunakan tatapan tajam nya dan monitor menscan bolak-balik ke wajah Rinko. Ia mengangguk lalu melihat ke arah asisten dibelakang Rinko, menggunakan tangan-nya untuk menggaruk janggut nya yang rapi sebelum memindahkan nya ke samping mulutnya.

"Maaf, bisakah anda melepas kacamata itu?"

"Oh begitu."

Sang asisten melepas kacamata nya yang agak besar, dan rambut pirang terang serta kulit putih mulus dapat terlihat. Petugas keamanan harus memiringkan matanya menatap wajah nya yang mempesona itu, dan mengangguk kembali.

"Telah dikonfirmasi. Silahkan."

Hou. Rinko menunjukkan senyum pahit dan berkata kepada Letnan satu,

"Keamanan yang cukup ketat meskipun kalian berada di tengah-tengah lautan yah."

"Kami sudah mengurangi 'body check' dan prosedur yang lain-nya. Kami hanya mengecek metal dan bahan peledak sekitar 3 kali."

Jawab pria itu. Pria dengan jas mengeluarkan sebuah CD dari kantung di dada nya dan meletakkan nya di piringan di samping pintu, lalu menggunakan tangan kanan nya untuk mendorong nya ke panel sensor. Sesaat kemudian, pintu itu terbuka dengan suara motor, dan pintu menuju pusat dari Ocean Turtle terbuka.

Setelah melewati pintu tebal itu, tertiup udara yang lebih dingin, cahaya berwarna oranye bersinar, dan sedikit suara dari mesin bergema. Kan, kan, suara langkah kaki bergema di ruangan didalam kapal yang gak ada satu orang pun yang bisa membayangkan besarnya, dan si pemandu -Letnan satu Nakanishi menyadari hal ini lalu berhenti di depan suatu pintu.

Melihat keatas, papan simpel bertulisan 'Primary Control Room' dapat terlihat disana.

Akhirnya, kita sekarang berada di tempat terakhir yang ditinggalkan Kayaba Akihiko. Rinko menghela nafasnya dan menatap punggung Petugas Pertahanan-Diri yang sedang memeriksa keamanan terakhir.

Apakah ini permulaan dari awal yang baru—

sisi lain dari pintu yang terbuka dengan berat, kegelapan pekat mengelilingi nya seperti kain kafan, menyebabkan Rinko gak bisa bergerak untuk beberapa saat. Tidak peduli seberapa kuat ia menolak kegelapan itu, bagaimana pun ia muak akan apa yang ia rasakan, ia dipaksa untuk menerimanya.

"...Sensei."

Suara sang asisten dari belakang nya membuat kesadarannya kembali.

Letnan satu Nakanishi berjalan kearah ruangan gelap, mengambil beberapa langkah, lalu berbalik arah untuk melihat ke arah Rinko. Setelah pemeriksaan yang lebih dalam, bagian dalam dari 'Primary Control Room' gak sepenuhnya gelap, dan ada cahaya oranye yang berkedip di lantai.

Rinko mengambil nafas yang dalam dan menggerakkan kaki kanan-nya melangkah maju dengan sikap yang yakin. Sang asisten melangkah maju, dan pintu dibelakang mereka tertutup.

Mereka mengikuti penanda di lantai sembari bergerak diantara network besar dari mesin server, dan setelah berjalan melewati lembah penuh mesin, Rinko kaget dan melebarkan matanya.

"......Eh......!?"

Secara tak sadar ia melenguh. Disana terdapat jendela besar di tembok di depan nya yang melalui nya ia bisa melihat pemandangan yang tak bisa dipercaya.

Jalanan... Bukan, itu mungkin kota. Tapi, itu tak seperti kota di Jepang. Semua bangunan-nya terbuat dari batu putih, dan ada atap berbentuk kubah yang aneh. Walaupun sepertinya terlihat sekitar setinggi 2 lantai, bangunan itu tampak sangat kecil, ini semua karena bangunan itu dikelilingi oleh pepohonan raksasa dan dedaunan yang tumbuh di seluruh tempat.

Batu putih yang sama digunakan sebagai bahan untuk membuat jalanan dan beberapa anak tangga dan juga jembatan yang melengkung melewati hutan; dan orang-orang berjalan kemana-mana —sudah jelas mereka bukan orang-orang dari zaman modern.

Gak ada satupun pria yang menggunakan jas atau wanita yang menggunakan rok pendek. Semua orang berpakaian seperti layak nya jaman pertengahan, seperti jubah one-piece atau mantel panjang. Disana ada juga beraneka ragam warna rambut -pirang, coklat dan hitam. Sangat sulit untuk menggolongkan apakah mereka orang barat atau orang timur.

Dimana tempat ini? kapan kami pindah dari kapal penelitian menuju dunia bawah tanah atau dunia lain nya? Terkaget, Rinko melihat-lihat, dan di ujung jalanan yang membentang menuju kejauhan, disana terdapat menara raksasa berwarna putih. Menara utama di kelilingi oleh 4 menara tepi, dan membentang ke langit biru yang jauh yang bahkan tak dapat terlihat dari jendela.

Rinko mengambil beberapa langkah kedepan untuk melihat seberapa tinggi menara yang menggapai langit itu, dan akhirnya menyadari pemandangan yang berada di depan mata nya itu bukan berasal dari jendela, tapi sebuah gambaran yang ditampilkan panel monitor yang besar. Segera, cahaya dari langit-langit mulai menerang, menghapus kan kegelapan di dalam ruangan.


"Selamat datang di ocean Turtle."


Suara yang tak terduga datang dari arah kanan, dan Rinko segera memindahkan tatapan nya.

Muncul siluet dari dua pria di depan layar teater mini dengan panel monitor, di sebuah konsol dengan keyboard, sub-monitor dan banyak hal lainnya.

Salah satu dari mereka duduk di kursi dengan punggung nya menghadap semua orang, mengetik sebuah keyboard dengan relax. Namun, orang yang lainnya yang berada di ujung konsol dengan segera menyempitkan matanya lewat kacamata nya saat matanya bertukar pandang dengan Rinko.

Itu adalah senyuman yang ia lihat berkali-kali sebelumnya, sebuah senyuman yang mudah detemui tapi sulit untuk dibaca. Dia adalah Petugas Pertahanan-Diri yang dikirim ke Kementrian Dalam Negeri dan Teknologi Komunikasi, Letnan Kolonel Kikuoka Seijirou, tapi—

"...Pakaian apa itu."

menggantikan salam untuk dua orang yang tak bertemu selama 2 tahun adalah wajah cemberut dari Rinko sembari bertanya. Letnan satu Nakanishi yang memakai seragam dengan segera bertukar hormat dengan Kikuoka Seijirou. Ia memakai yukata berwarna biru dengan pola nasi Kurume, sebuah kaku obi terikat disekeliling nya, dan sandal bakiak kayu dibawah kaki nya.

"Kalau begitu, saya izin pergi."

Letnan satu Nakanishi memberi hormat pada Rinko dan pergi -sekali lagi terdengar suara pintu yang tertutup. Kikuoka, yang masih berdiri, bersender dengan santai di sebuah konsol, dan menjelaskan sesuatu dengan suara serak dan tenang,

"Tapi aku masih harus tinggal di lautan ini untuk sebulan kedepan. Aku gak tahan terus memakai seragam seperti itu."

Ia membentangkan lengannya dengan lebar dan tersenyum.

“—Professor Koujiro, Nyonya Reynolds, sebuah perjalanan yang panjang. Aku sangat lega kalian mau datang ke RATH, dan undangan kami telah membuktikan nilai nya."

"Yah, mumpung kita ada disini, kami akan memperkenalkan kepada kalian, meskipun kami gak bisa menjamin kalau hal ini bisa berguna."

Rinko mengangguk, dan asisten disebelah nya menyapa Kikuoka dengan sikap yang sama. Alis Kikuoka melingkar sembari pandangan nya tetap mengarah ke rambut pirang yang anggun milik asisten, dan kemudian tersenyum.

"Bagaimanapun juga, kamu sangat sempurna untuk rencana ini, orang terakhir diantara trio kurasa akan menjadi bagian dari rencana ini. Akhirnya, kalian bertiga dapat berkumpul di pusar kura-kura ini."

"Oh, aku mengerti... salah satu dari mereka pasti adalah kau, Higa-kun."

Ucap Rinko, dan tangan orang kedua yang sampai sekarang punggung nya menghadap mereka berhenti bergerak dan kursinya berbalik arah.

Ia hampir sama tinggi nya dengan Kikuoka, tapi terlihat sedikit lebih pendek. Rambut yang sedikit beruban terlihat berdiri seperti ujung pedang, dan ia memakai kacamata bulat yang tak terlihat elegan. Pakaian T-shirt nya terlihat luntur, tiga perempat panjang jeans dan sepatu kets yang sol nya sedikit rusak membuat nya terlihat tak berbeda dengan saat ia masih di universitas

Higa Takeru, seseorang yang ia tak bertemu selama 5, 6 tahun, menunjukkan senyum malu di wajah yang kekanak-kanakan nya yang cocok dengan ukuran tubuhnya, dan berkata,

"Itu adalah aku. Sebagai murid terakhir dari lab Shigemura, jika aku gak mewarisi tekad guru ku, siapa lagi?"

"Benar-benar... kau tetap sama seperti sebelumnya."

Shigemura di Touto University Electrical and Electronic Engineering mempunyai dua sosok yang hebat, Kayaba Akihiko dan Sugou Nobuyuki, dan Higa adalah orang yang bersembunyi dibalik bayang-bayang eksistensi mereka berdua. Kapan dia terlibat dalam rencana besar-besaran seperti ini? Fikir rinko sembari menjulurkan tangan-nya untuk menggenggam tangan mantan anak didik nya.

"...Lalu? Siapa orang ketiga?"

Rinko bertanya tentang orang ketiga, namun sang Petugas Pertahanan-Diri menunjukkan senyum misterius yang gak pernah berubah dan menggelengkan kepalanya.

"Sayang sekalu, aku gak bisa memperkenalkan dia untuk saat ini. Jangan khawatir, dalam beberapa hari..."


"Kalau begitu, aku akan membantu-mu untuk menyebutkan nama itu keras-keras, Kikuoka-san."


—Orang yang berbicara bukanlah Rinko, tapi 'asisten' yang berdiri dibelakang nya dengan tenang, seperti bayangan,

"Apa...!?"

Akhirnya kau telah jatuh ke dalam jebakan. Rinko memberikan sebuah ekspresi saat ia melihat Kikuoka melebarkan matanya dengan kaget, dan mengambil langkah kebelakang menjauhi asisten.

Sang asisten melangkah maju dengan anggun, dan menggunakan tangan kanan-nya untuk melepas wig rambut pirang nya dan tangan kiri untuk melepas kacamata nya yang besar. Mata berwarna merah kecoklatan menatap tepat ke arah Kikuoka dan berkata,

Sword Art Online Vol 10 - 061.jpg

"Dimana kalian menyembunyikan Kirito-kun?"

Terlintas Ekspresi kaget dan panik yang gak familiar dengan wajah Letnan Kolonel dan bingung melalui berbagai emosi dan terus menerus membuka dan menutup mulutnya, sebelum akhirnya berbisik,

"...Kupikir identitas milik peneliti sudah di cek melalui database di Institut Teknik California."

"Ehh, sensei dan aku sudah lama mengecek nya."

«Flash» Asuna, Yuuki Asuna, menggunakan identitas dari asisten Rinko, Mayumi Reynolds untuk menyamarkan dirinya dan menyusup ke Ocean Turtle, dan menatap tepat ke arah mata Kikuoka lalu menegakkan dirinya dan menjawab,

"Kami cuma menukar foto dari database dengan foto ku seminggu yang lalu. Kami punya seseorang yang sangat handal dalam urusan menerobos keamanan."

"Sedikit info saja, Mayumi yang asli sedang berjemur dengan nikmat di San Diego."

Tambah Rinko lalu ia tersenyum.

"Sekarang, aku yakin kau sudah mengerti kenapa aku menerima undangan mu kan, Kikuoka-san?"

"Ahh... Aku sudah mengerti sekarang."

Kikuoka dengan lemah menggelengkan kepalanya lalu menggaruk sisi samping kepalanya dengan ujung jarinya. Kuku, Higa, yang dari tadi menatap mereka dengan tenang, tiba-tiba mulai tertawa.

"Lihat, Kiku-san. Inilah sebabnya aku berkata kalau bocah itu adalah lubang terbesar dari keamanan rencana ini."

Empat hari yang lalu, pada tanggal 1 Juli, Rinko telah menerima e-mail dari pengirim yang bernama 'Yuuki Asuna'. E-mail itu berisi tentang sesuatu yang bisa menggerakkan Rinko, yang sampai sekarang terus berkeliling diantara rumah nya dan kampus seperti gelandangan.

Asuna menulis tentang teknologi «Medicuboid» yang Rinko sediakan untuk Kementrian Kesehatan dan Kesejahteraan di Jepang, dan tentang bagaimana desain dasarnya digunakan untuk mengembangkan mesin mutakhir bernama Soul Translator, yang dioperasikan oleh organisasi misterius bernama RATH.

Tujuan utama mengembangkan mesin itu adalah untuk menghubungkannya dengan jiwa manusia yang kemungkinan besar untuk membuat bottom-up Artificial Intelligence yang pertama di dunia. Seorang anak yang membantu mereka dalam experimen, Kirigaya Kazuto yang sedang tak sadarkan diri, diculik dari rumah sakit, dan kemungkinan tujuannya adalah kapal penelitian raksasa yang mengapung bernama Ocean Turtle. Dalang dibalik semua ini adalah PNS yang mempunya hubungan yang cukup dalam dengan Kazuto setelah insiden SAO, Kikuoka Seijirou —kata-kata yang gak bisa dipercaya ini tertulis di e-mail yang dikirim ke pada Rinko.

"Aku menemukan alamat pribadi milik Profesor Koujiro dari alamat email PC milik Kirito-kun. Hanya kau yang bisa memberikan ku kesempatan untuk membawa Kirito-kun kembali. Tolong pinjam kan kekuatan mu—”

E-mail nya berakhir seperti itu.

Rinko sangat tersentuh dengan perkataan Yuuki Asuna yang sepertinya bukanlah suatu kebohongan. Untuk alasannya, sekitar 1 tahun yang lalu, Kikuoka Seijirou menggunakan posisinya sebagai Letnan Kolonel untuk berkali kali mengundang nya ke projek pengembangan untuk generasi lanjut dari Brain Machine Interface.

Rinko mengangkat kepalanya dari monitor, melihat ke pemandangan malam dari kota Pasadena melalui jendela kondominium milik nya, dan mengingat wajah dari anak bernama Kirigaya dari sebelum ia meninggalkan Jepang.

Anak itu menjelaskan tentang eksperiman terhadap manusia yang illegal yang dilakukan oleh Sugou Nobuyuki, yang akhirnya membuat ia menambahkan perasaan ragunya tentang apa yang ia bincangkan dengan Kayaka Akihiko di dunia nyata, dan permohonan rahasia untuk inti «Cardinal System» dengan maksud yang gak diketahui.

Setelah memikirkan hal itu, ia menyadari kalau intensitas dan output tinggi dari scanner otak yang digunakan Kayaba Akihiko untuk mengakhiri nyawanya adalah desain original untuk Medicuboid dan Soul Translator. Jadi semuanya berhubungan. Gak ada yang berubah. Apa sebaiknya aku menerima permohonan dari Yuuki Asuna—?

Malam berikutnya, Rinko membuat keputusan dan mengirim balasan setuju kepada permohonan Asuna.

Hal ini memang pertaruhan yang membahayakan, tapi sepertinya gak rugi melakukan perjalanan kesini dari Pasifik, dapat melihat wajah kaget Kikuoka Seijirou adalah hal yang sepadan. Rinko tersenyum. Ia mungkin lebih unggul dari Kikuoka yang bekerja secara diam-diam setelah insiden SAO dan selalu terlihat kalau ia mengontrol segalanya, tapi masih terlalu cepat untuk merasa lega.

"Kalau begitu, berhubung kita ada disini, kupikir kau sudah mengerti segalanya sekarang... Kikuoka-san? Kenapa kau, seorang Petugas Pertahanan-Diri, menyamar menjadi posisi rendah di Kementrian Dalam Negeri dan Teknologi Komunikasi untuk memasuki dunia VR? Apa yang kau rencanakan di dalam kura-kura raksasa ini? Dan... kenapa kau menculik Kirigaya-kun?"

Rinko melantarkan pertanyaan satu demi satu, dan Kikuoka hanya bisa menggelengkan kepalanya dan mengehla nafas lalu menunjukkan senyuman yang mustahil untuk dibaca.

"Pertama-tama, izinkan aku untuk menjelaskan kesalahpahaman yang dari awal gak pernah terjadi... Aku memang menyeret Kirito-kun kedalam RATH melalui cara yang entah bagaimana sedikit memaksa, dan aku minta maaf atas hal itu. Tapi itu karena kami ingin menolongnya."

"...Apa maksudmu?"

Kalau di pinggang Asuna terdapat sebuah pedang, ia pasti sudah menaruh tangannya di gagang pedang. Wajah kuatnya sudah terlihat jelas saat ia bertanya.

"Kirito-kun diserang oleh pelaku dari insiden "Death Gun" dan jatuh koma. Aku tau pada hari itu juga. Otak nya menerima banyak kerusakan karena kekurangan oksigen, dan aku sangat yakin kalau luka pada level itu gak bisa diobati walaupun dengan obat modern."

Wajah Asuna tiba-tiba berubah kaku.

"Gak bisa.... diobati..."

Sejumlah sel saraf yang membuat jaringan saraf didalam otaknya hancur. Walaupun ia dimasukkan kedalam rumah sakit, gak ada dokter yang bisa tau kapan ia akan bangun. Mungkin saja ia gak akan pernah bangun lagi... oke, kamu gak perlu menunjukkan ekspresi seperti itu, Asuna-kun. Bukannya aku bilang begitu jika menggunakan obat modern?"

Kikuoka memberikan 200% ekspresi yang sangat serius lalu melanjutkan,

"Namun, di dunia ini, hanya RATH yang punya teknologi untuk menyembuhkan Kirito-kun. Itu adalah STL yang sudah kau ketahui, Soul Translator. Sel otak yang sudah mati gak bisa disembuhkan, tapi masih mungkin untuk meningkatkan tingkat regenerasi dari jaringan saraf di otak dengan membangkitkan Flucklight menggunakan STL. Hanya tinggal menunggu waktu."

Lengan kanan Kikuoka yang mengulur keluar dari lengan yukata menunjuk kearah langit-langit.

"Saat ini, Kirito-kun sedang terhubung ke saluran utama dari kekuatan maksimum STL. Kami gak bisa melakukan operasi yang rumit di cabang Roppongi, jadi kami harus kembali kesini. Setelah perawatannya berakhir dan ia sadarkan diri, kami akan menjelaskan semuanya kepada keluarganya dan Asuna-kun dan mengirimnya kembali ke Tokyo secara pantas."

Setelah mendengar hal itu, tubuh Asuna menjadi lemah, dan Rinko segera menggenggam tangannya untuk mendukungnya.

Seorang gadis yang memiliki wawasan yang luar biasa dan keyakinan untuk menerobos ke sisi orang yang ia cintai tiba-tiba kehilangan seluruh ketegangannya, kemudian sebuah air mata yang jatuh menuju pipinya, ia mengelapnya, dan bangkit sekali lagi.

"Kalau begitu, apakah Kirito-kun gak apa-apa? Apa ia bisa bangun lagi?"

"Ahh, aku bisa menjaminnya. Perawatan disini gak lebih rendah dari rumah sakit besar manapun. Kami bahkan menugaskan penjaga berpengalaman untuknya."

Pandangan kuat Asuna mencoba untuk menduga maksud asli dari Kikuoka dan relaks untuk beberapa saat, dan ia mengangguk pelan.

"...Aku mengerti. Aku akan mempercayai kalian untuk hari ini."

Kikuoka menghela nafas sebagai pertanda lega dan bahunya menjadi relaks saat ia mendengar perkataan itu. Rinko mengambil langkah kedepan dan bertanya,

"Tapi kenapa Kirigaya-kun itu penting dalam pengembangan STL? Kenapa kalian harus menculik murid SMA normal sepertinya untuk rencana rahasia yang dilakukan ditengah lautan seperti ini?"

Kikuoka bertukar lirik dengan Higa, dan mengangkat bahu nya, Yare Yare...

"Aku harus membicarakan banyak hal untuk menjelaskan hal itu."

"Gak apa-apa. Masih banyak waktu."

"...Berhubung aku harus menjelaskan semuanya, kau juga harus membantu perkembangan STL juga, Profesor Koujiro."

"Aku akan memutuskannya setelah aku mendengar penjelasan mu."

Petugas Pertahanan-Diri terlihat sedikit kesal lalu menghela nafas lagi. Ia mengeluarkan sebuah tabung kecil dari lengan yukata nya, mereka menduga-duga apa isi dari tabung yang ternyata berisi manisan rasa lemon yang murah. Ia memasukkan 2, 3 manisan kedalam mulutnya dan menawarkannya kepada Rinko dan Asuna.

"Mau?"

"tidak, terima kasih."

"Yah... kalau begitu, kupikir aku bisa menganggap kalian berdua tau basic dari STL kan?"

Asuna mengangguk.

"Itu adalah mesin yang bisa membaca jiwa manusia... «Fluctlight» dan membuat dunia virtual yang benar benar mirip dengan dunia nyata."

"Hm. Kalau begitu, apa tujuan dari rencana ini?"

"Pengembangan dari bottom-up... «Highly adaptive Artificial Intelligence». AI yang memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi.”

Higa bersiul dan sepasang mata dibalik kacamata bundar menunjukkan pandangan kagum, menggelengkan kepalanya menunjukkan ketidakpercayaan.

"Luar biasa, Kirito-kun gak mungkin memahami hal ini sampai sejauh itu. Bagaimana kalian bisa menginvestigasi sampai sejauh itu?"

Asuna melihat kearah Higa dan berkata dengan nada yang kaku,

"...Aku mendengar istilah «Artificial Labile Intelligence» dari Kirito-kun..."

"Haha, Aku mengerti sekarang. Sepertinya akan lebih baik bagimu untuk mengecek keamanan rahasia di Roppongi, Kiku-san."

Ucap Higa dengan wajah nyengir nya, dan wajah cemberut Kikuoka berpaling.

"Aku sudah siap kalau ada beberapa informasi yang bocor ke Kirito-kun. Aku sudah memikirkan resiko-nya, tapi bantuan darinya juga sangat dibutuhkan. Kau harusnya mengerti kalau.... ngg, sampai dimana kita tadi? Oh, AI yang memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi, kan?"

Kikuoka sekali lagi mengeluarkan manisan lemon dan melemparnya keudara kemudian menangkap nya dengan mulutnya. Letnan Kolonel kemudian melanjutkan dengan nada ceramah,

"Bottom-up-type AI adalah sebuah replika dari konstruksi kesadaran manusia, dan hal itu diduga dari dulu kalau itu hanyalah impian kosong. Tapi walaupun kami menyebutnya konstruksi kesadaran manusia, kami sama sekali gak tau bagaimana struktur nya dan bagaimana hal itu dibentuk —kami hanya menggunakan data yang disediakan Koujiro-sensei dan mesin yang sangat interpretif dan imajinatif, «Soul Translator» yang diciptakan Higa-kun, dan akhirnya berhasil menangkap jiwa manusia -sebuah medan quantum yang kami sebut «Fluctlight», dengan sukses. Berhubung kami dapat sampai ke tahap ini, kami merasa bahwa kami juga bisa berhasil dalam pengembangan bottom-up AI... Kalian tau memgapa?"

"Kalau kalian bisa membaca jiwa manusia, kalian hanya perlu mengkloningnya... benarkah?"

Rinko merasakan sedikit perasaan dingin saat mengucapkannya.

"Tentu saja, walaupun ada pertanyaan tentang medium yang dibutuhkan untuk menampung copy dari sebuah jiwa..."

"Un, itu masalahnya. Elemen yang dulu digunakan untuk sistem komputer quantum gak cukup. Jadi, ini adalah «Quantum Particle Gate Crystallization» yang membutuhkan banyak dana untuk membuatnya, dan mudahnya disebut «Lightcube». Konstruksi 5cm ini yang dibuat dari Praseodymium dapat menampung ratusan juta qubits. Dengan kata lain... kami sudah berhasil mengkloning jiwa manusia."

Rinko terpaksa memasukkan tangannya kedalam celana jeans yang ia pakai untuk menyembunyikan perasaan dingin di jari-jarinya. Asuna, yang berdiri disampingnya, mulai pucat.

"...Kalau begitu, penelitiannya sudah berhasil kan? Kenapa kalian masih memanggil kami kesini."

Tanpa rasa takut ia mengerahkan kekuatan kedalam perutnya saat ia bertanya. Kikuoka bertukar lirik dengan Higa lagi, menunjukkan senyum lemah di sisi kiri dari wajahnya, dan pelan-pelan mengangguk.

"...Yah, kami memang berhasil mengkloning jiwa, tapi kami gak sadar akan kebodohan kami sendiri. Ada suatu kesenjangan besar yang tak bisa dimengerti diantara kloning manusia dan Artificial Intelligence yang sebenarnya... Higa-kun, perlihatkan benda itu."

"Ehh—jangan doong. Bakal jadi kacau banget."

Higa menggelengkan kepalanya karna segan, tapi setelah itu menghela nafas dan mulai menjalankan konsol itu dengan segan.

Kemudian, layar yang menampilkan kota misterius itu menjadi gelap.

"Kalau begitu, memuat modul copy HG001."

Tan. Higa memasukkan kunci masuk -dan muncul cahaya fraktal yang bersinar ditengah layar. Cahaya ditengah itu hampir berwarna putih, dan perbatasan luar yang tajam dari cahaya merah berkedip kedip tak teratur.

“...Pengambilan sampel nya sudah selesai belum?”

Suara yang tak terduga dapat terdengar dari speaker diatas, membuat Rinko dan Asuna kaget. Mereka mendengar suara Higa, tapi terdapat perasaan melankolis dibalik suara itu, mungkin karena efek logam tebal.

Higa, yang sedang duduk di kursi, mengambil mikrofon yang ada dikonsol dan menjawab dengan suara yang mirip dengan suara sebelumnya,

"Ahh, pengambilan sampel Fluctlight buatan sudah selesai tanpa hambatan."

“Oh begitu. Baguslah kalau begitu. Tapi...apa yang terjadi? Benar-benar gelap disini. Aku gak bisa menggerakkan tubuhku. Apakah STL nya rusak? Maaf, tolong keluarkan aku dari mesin.”

"...sayang sekali, aku gak bisa melakukan hal itu."

“Oi oi, apa lagi sekarang? Apa yang kau katakan? Siapa kamu? Aku gak pernah denger suara kamu sebelumnya.”

Higa mengeluarkan keringat dingin dan terdiam selama beberapa saat, lalu menjawab dengan pelan,

"Aku Higa. Higa Takeru."

“...”

Cahaya merah menyala-nyala, dan tiba-tiba meringis kembali. Setelah beberapa saat terdiam, ekstremitas tajam melebar seperti sedang menolak sesuatu.

“Brengsek, apa yang kau katakan!? Aku, Higa ada disini! Keluarkan aku dari STL!”

"Tenang, jangan marah. Kayak bukan kamu saja."

Pada saat ini, Rinko akhirnya mengerti maksud dari adegan didepan matanya.

Higa sedang berbicara dengan klon dari jiwa nya sendiri.

"Kalau begitu, pikirkan dengan tentang, coba dan ingat kembali. Memori mu harus dihalangi saat kau masuk kedalam STL untuk mengekstrak klon dari Fluctlight buatan."

“...Terus kenapa? Ya emang begitu kan. Aku tak sadarkan diri saat di scan.”

"Kau ingat apa yang kau katakan sebelum kau masuk kedalam STL, kan? Kalau kamu gak merasakan tubuhmu saat kau bangun, dan kalau ada kegelapan disekelilingmu, itu berarti kau adalah klon dari Higa Takeru."

Cahaya itu kemudian mengecil seperti semacam mahluk laut. Suasana diam terus berlanjut untuk sementara waktu, lalu muncul 2, 3 lonjakan keluar.

“...Mustahil. Gak mungkin seperti itu. AKu bukan klon, Aku adalah Higa Takeru yang asli. Aku...Aku punya memori ku sendiri. Aku ingat semuanya dari taman kanak-kanak, universitas sampai saat aku berada di Ocean Turtle...”

"Itu benar, tapi itu sudah diperkirakan. Kami mengkloning seluruh memori dari Fluctlight buatan... Sebagai klon, kau adalah Higa Takeru yang sebenarnya. Kalau begitu, kau seharusnya mempunyai kecerdasan yang tinggi. Tenangkan dirimu dan analisa situasi ini lagi dan lagi. Ayo bekerja keras untuk mencapai tujuan kita."

“...Tujuan kita...kau bilang kita?...”

di suara metalic dari klon itu, terdapat perasaan yang sangat emosional, dan pada saat itu, tangan Rinko bergetar kencang. Ia gak pernah melihat 'experimen' yang kejam dan mengerikan sebelumnya.

“...Gak...gak, Aku gak percaya. Aku adalah Higa yang asli. Eksperiemn macam apa ini? Aku baik-baik saja sekarang. Cepat keluarkan aku dari sini. Kiku-san... Apakah kau disana? Jangan main-main dan keluarkan aku dari sini.”

Mendengar hal ini, Kikuoka menunjukkan ekspresi sedih, membungkuk, dan mendekatkan mulutnya ke mikrofon.

"...Ini aku, Higa-kun. Bukan... Aku seharusnya memanggilmu dengan nama HG 001. Sayang sekali, kenyataannya kau memang benar-benar sebuah klon. Kau mendapat banyak intruksi sebelum discan, berbicara dengan ku dan teknisi lain, dan kau seharusnya sudah siap secara mental untuk muncul sebagai klon. Kau memasuki STL karna sudah tau tentang kemungkinan ini."

“Tapi... tapi... gak... GAK ADA YANG MEMBERITAHU KU KALAU AKAN JADI SEPERTI INI!!!”

Suara yang lantang dari klon berbunyi di ruang kontrol.

“A..AKU ADALAH AKU! JIKA AKU ADALAH KLON, KAU HARUSNYA BISA MEMBERIKAN KU SEBUAH KENYATAAN SEBAGAI KLON... HAL SEPERTI ITU... HAL SEPERTI ITU TERLALU...GAK... KELUARKAN AKU DARI SINI!!”

"Tenang. Tetaplah tenang. Pengoreksian kesalahan fungsi dari Light Cube gak sehebat seperti yang ada di otak. Seharusnya kau tau bahaya dari kehilangan ketenangan mu saat berfikir."

“AKU SEMPURNA!! AKU HIGA TAKERU! KALAU ITU MASALAHNYA, BAGIAMANA KALAU SEKARANG KITA LAKUKAN LOMBA MENGINGAT PI DENGAN HIGA PALSU ITU!? OI, AYO MULAI! 3.1415926535897932.........”

Cahaya merah itu membesar, hancur berantakan dari layar dan kemudian hilang. Sedikit suara yang beresonansi dari mikrofon hilang.

Higa Takeru menghela nafas panjang, dengan lemah menekan tombol di konsol, dan menyatakan sesuatu,

"Fuh, sudah hilang. 4 menit 27 detik."

Setelah mendengar gumaman itu, Rinko pelan-pelan melepaskan kepalan-nya yang keras, tangannya basah oleh keringat dingin.

Asuna mendekatkan tangan kanannya ke mulutnya saat ia melihat kloning itu hilang. Kikuoka, yang melihat hal itu, menendang pelan kursi dengan roda dibawahnya dari bawah konsol menuju ke arah mereka. Asuna yang pucat segera mengambil dan duduk diatas kursi itu.

"Kamu gak apa-apa?"

Mendengar hal itu, Asuna mengangkat kepalanya dan mengangguk.

"Ehh...maaf, Aku gak apa-apa."

"Jangan memaksakan dirimu. Lebih baik tutup matamu untuk sementara."

Rinko meletakkan tangan nya diatas bahu Asuna, mengecek apakah Asuna sudah tenang, menatap kearah wajah Kikuoka lagi, dan berkata,

"Selera vulgar mu harus ada batas nya, Kikuoka-san."

"Maaf, tapi kupikir kau bisa mengerti kalau aku gak bisa menjelaskan hal ini kecuali dengan membiarkan kau melihatnya sendiri."

Petugas Pertahanan-Diri menggelengkan kepalanya, menghela nafas lalu melanjutkan,

"Higa-kun ini adalah genius yang IQ nya nyaris 140. Kami membuat klon darinya dan klon itu gak bisa menerima kalau dia adalah sebuah klon. Kami membuat lebih dari 10 Fluctlights buatan, termasuk milikku, tapi semua hasilnya sama saja. Dalam waktu sekitar 3 menit, logika mereka mulai bergerak tak kendali tanpa pengecualian."

"Normalnya aku gak akan memanggilnya seperti itu. Aku takkan menggunakan kata 'ore'. Tapi aku yakin kau bisa mengerti, Rinko-sempai."

Higa Takeru menunjukkan ekspresi enggan dan kuat lalu melanjutkan,

"Hal itu bukan lagi masalah pemahaman kemampuan dan kondisi mental dari sebuah klon, tapi kesalahan struktur dari menggunakan Light Cube untuk mengklon Fluctlight buatan secara penuh, atau yah... itulah yang kurasakan... —Koujirou-sempai, apa kau tau istilah «Resonansi Otak»?"

"Eh? Resonansi otak... Aku ingat hal itu berhubungan dengan tehnik mengkloning, tapi detailnya..."

"Yah, itu adalah teori yang aneh dan fantastis. Kalau kita bisa menciptakan klon yang benar-benar mirip dengan aslinya, medan magnet yang dikeluarkan oleh otak kedua orang itu akan membuat resonansi, atau gema yang kuat seperti dua mikrofon yang didekatkan, dan kedua nya akan menjadi tidak stabil. Gak gampang bagiku untuk mempercayainya —tapi jika kesadaran manusia gak bisa menahan kenyataan bahwa kita bukanlah eksistensi yang unik, mungkin ada kemungkinan seperti... yah, jangan memperlihatkan ekspresi gelisah seperti itu. Kalau gak mungkin, bagaimana kalau kau mencobanya, Rinko-sempai?"

"Gak akan."

Rinko merasa diintimidasi dan menolak dengan segera. Asuna, yang duduk di kursi dengan mata tertutup, berbisik ditengah kesunyian ketiga orang itu.

"...Sepertinya Kikuoka-san bertemu dengan nya berkali-kali di ALO. Top-down-type AI yang Yui-chan katakan sebelumnya... Bahkan dia, yang mempunyai konstruksi yang benar-benar berbeda dengan manusia, merasa takut menjadi sebuah kloning. Jika suatu insiden menyebabkan backup copy miliknya menjadi aktif dan bergerak, mereka mungkin akan bertarung satu sama lain untuk saling menghancurkan..."

"Heh, menarik. Sangat menarik."

Higa seketika membenarkan kacamata nya dan membungkuk kedepan.

"Kiku-san satu-satu nya orang yang melihatnya? Itu terlalu licik. Tolong izinkan aku untuk bertemu dengan nya lain kali. Ya, aku mengerti... sesuai dugaan, memang mustahil bagi sebuah klon untuk mengembangkan intelek... atau mungkin, satu-satu nya kemungkinannya jika intelek nya belum dikembangkan..."

"Tapi itu..."

Rinko merenung untuk sementara, membuka lengannya lebar, dan menghadap ke arah Kikuoka, dan berkata,

"Mengkloning sangat lah luar biasa, tapi kalian gagal untuk mempertahankan tujuan dari penelitian kalian, kan? Aku gak tau berapa dana yang kalian gunakan, tapi menggunakan uang milik negara hanya untuk menciptakan hal seperti ini..."

"Gak gak gak."

Kikuoka tersenyum pahit dan menggelengkan kepalanya,

"Kalau itu hasilnya, kepalaku sudah digoreng sekarang. Dan bukan hanya aku...beberapa orang penting di departemen pengawasan juga akan mati."

Dia bermain main dengan tabung berisi manisan lemon lagi, dan setelah sadar isinya kosong, ia mengeluarkan kotak berisi manisan susu putih dari lengan baju yang lainnya dan mengunyah satu dari manisan tersebut.

"Kenyataannya, kamu bisa bilang kalau ini hanyalah awal dari projek. Mustahil untuk mengkloning jiwa yang berkembang, benar kan... dan jika itu gagal, apa yang menurutmu harus kami lakukan, profesor?"

"...Boleh minta permen-nya satu?"

Ia mengambil permen rasa susu yang Kikuoka berikan dengan senang hati, membuka bungkusnya dan memasukkannya kedalam mulutnya. Rasa manis yang seperti yogurt itu menyebar di mulutnya. Rasa bumbu amerika bukanlah seleranya, tapi gula di permen itu menghilangkan pemikiran seperti itu.

"...Bagaimana kalau kalian batasi memori mereka? Contohnya... hilangkan informasi pribadi seperti nama dan alamat. Jika kamu gak tau siapa dirimu, kamu gak akan membuat tingkah histeria seperti yang terjadi barusan..."

"Sempai memang hebat, bisa langsung berfikir seperti itu."

Higa menggunakan nada universitas nya yang lama lalu melanjutkan,

"Kami menghabiskan waktu sekitar satu minggu berdiskusi sebelum akhirnya mendapat pemikiran hal itu. Kami kemudian mencoba hal itu, tapi... Fluctlight buatan gak mudah untuk dimanipulasi seperti file di OS kalkulator. Mudahnya, ingatan dan kemampuan mereka terikat satu sama lain. Jika kita berfikir tentang itu, sudah pasti kemampuan kita gak kita dapatkan dari awal, tapi dari pembelajaran."

Lalu, Higa mengambil memo dari meja dan menggunakan dua jari dari tangan kanannya untuk memegangnya.

"Pembelajaran juga bagian dari memori. Sekali kau melupakan memori dari menggunakan gunting untuk memotong kertas untuk pertama kalinya, kau akan lupa bagaimana cara menggunakan gunting... Dengan kata lain, menghapus memori yang merupakan bagian dari tumbuh dewasa akan menghapus kemampuan yang berhubungan. Kondisi tragis dari klon seperti itu gak ada bandingannya dengan klon yang sudah berkembang seperti yang tadi. Oiya, mau lihat?"

"Enggak...gak usah."

Rinko dengan segera menggelengkan kepalanya untuk menolak.

"Terus... kalau memori dan kemampuan akan terhapus bagaimanapun juga, bagaimana kalau melakukan pembelajaran dari awal? Gak... itu gak realistis. Akan makan waktu yang sangat lama."

"Ehh, itu masalahnya. Selain itu, belajar kemampuan dasar seperti bahasa dan hitung hitungan akan lebih susah untuk kita, orang dewasa yang mempunyai ruang yang lebih sedikit untuk mengembangkan otak kita untuk belajar. Aku pernah mencoba belajar bahasa Korea, dan aku sudah belajar sistem bahasa mereka untuk entah berapa tahun lamanya... Toh, proses pembelajaran adalah pengembangan dari jaringan saraf seperti yang ada di komputer quantum... dengan kata lain, efisiensi akan berkurang semakin jauh seseorang berevolusi dari keadaan 'lahir'."

"Kalau begitu, memori... bukan hanya terbatas oleh data, tapi juga oleh pikiran dan logika? Apa STL bisa melakukan hal seperti itu...?"

"Jika itu ingin dilakukan, aku gak mikir gak ada yang gak bisa dilakukan. Hanya saja kita harus menghitung jumlah waktu yang kita butuhkan untuk menganalisa Fluctlight buatan di qubit yang jumlah nya miliaran, menetapkan fungsi dari masing-masing qubit. Beberapa tahun...dekade, kita gak tau berapa lama. Tapi... ada cara yang lebih langsung dan simpel yang paman ini pikirkan. Kupikir itu adalah suatu ide yang gak bisa kita, para peneliti pikirkan..."

Rinko berkedip dan menatap kearah Kikuoka, yang punggung nya bersender di konsol. Poker face yang terlihat tenang, dan masih gak mungkin untuk membaca pemikiran orang ini.

"...Cara yang simpel...?"

Meski sudah berfikir keras, Rinko gak bisa memikirkan sesuatu, dan kelihatan sudah menyerah dengan bertanya kepada Kikuoka, *GATAN*, Asuna, yang berada di kursi yang agak jauh, berdiri seperti sehabis melompat.

"Ja...jangan bilang kalau, kalian, melakukan hal yang mengerikan seperti itu..."

Wajahnya masih agak pucat, tapi mata nya kembali memberikan pandangan bersikeras. Kecantikan yang jauh diatas gadis normal di Jepang menunjukkan kemarahan yang kuat sembari Asuna menatap ke arah Petugas Pertahanan-Diri.

"...Kau...kau mengklon jiwa dari bayi yang baru lahir? untuk mendapatkan Fluctlight sempurna yang belum tau apa-apa?"

"Kamu memang memiliki persepsi yang luar biasa. Kamu dan Kirito-kun berdua telah menamatkan SAO... Pahlawan yang mengalahkan Kayaba Akihiko. Kupikir tidak sopan bagi ku untuk berkata seperti ini, bukankah begitu?"

Kikuoka lanjut untuk tersenyum dan menunjukkan ekspresi kagum.

Hati Rinko tiba-tiba sakit saat tak menduga akan mendengar nama Kayaba.

Setelah mengenal Asuna selama beberapa hari, Rinko memiliki kesan yang baik kepadanya. Tegasnya, Asuna mempunyai hak untuk menceramahi, mengutuk dan menghakimi Rinko, dan bahkan setelah menyembunyikan banyak hal, Rinko masih menolong Kayaba Akihiko dalam rencana mengerikan nya, menyebabkan Asuna terperangkap didalam game kematian yang kejam itu selama 2 tahun.

Namun, tak satupun dari Asuna atau Kirigaya Kazuto, yang dulu bertemu dengannya, pernah menyalahkan Rinko. Itu seperti mereka berkata kalau kejadian itu pasti terjadi bagaimanapun juga.

Kalau begitu, apakah Asuna berikir kalau «Insiden RATH» ini adalah sesuatu yang pasti terjadi? —Rinko terus menatap kedepan sambil tak sengaja memikirkan hal itu, dan Asuna mengambil langkah menuju Kikuoka lagi.

"Apa kau pikir... Pasukan Pertahanan-Diri, negara bisa melakukan apapun yang kalian mau? menempatkan tujuan mereka sebagai prioritas?"

"Bagaimana bisa begitu?"

Kikuoka terlihat sangat terluka lalu menggelengkan kepalanya dengan keras.

"Memang terlalu berlebihan untuk kami menculik Kirito-kun, tapi pada waktu itu, aku gak bisa bilang semua rahasia kami kepada Asuna-kun dan keluarga Kirito-kun. Kami menggunakan koneksi kami dengan National Defense Medical College Hospital untuk membawa Kirito-kun ke Ocean Turtle, dan bahkan kami harus bertarung setiap saat dan kami harus menggunakan cara yang ekstrim untuk membawa nya ke sini untuk dirawat dengan STL secepatnya. Aku benar-benar sangat menyukai nya."

Letnan Kolonel berhenti sejenak, menunjukkan yang mungkin disebut senyuman polos, membetulkan kacamata hitam nya dan melanjutkan.

"...Pada sisi lain, Aku melakukan yang terbaik untuk menuruti hukum dan perintah, dibanding dengan perusahaan perusahaan di luar negeri di seluruh dunia. Itu sama saja entah kau setuju atau tidak. Tentu saja, kami mendapat izin dari orang tua dari bayi yang baru lahir itu untuk menggunakan STL untuk menscan Fluctlight mereka, dan memberi mereka uang terima kasih. Kantor cabang di Roppongi dipersiapkan untuk hal itu... Sama saja dengan rumah sakit kebidanan."

"Tapi kalian gak menjelaskan semuanya ke orang tua mereka, kan? Tentang seperti apa mesin yang bernama STL itu."

"Ahh... memang benar kalau kami hanya menyampaikan kalau kami melakukannya untuk mendapat sampel gelombang otak... tapi itu gak bohong. Fluctlight adalah gelombang elektrik didalam otak."

"Kalian hanya mencari-cari alasan. Itu sama saja dengan mengekstrak DNA dari anak kecil yang gak tau apa-apa dan mengklon mereka."

Pada saat ini, Higa, yang dari tadi diam, tanpa diduga mengangkat tangannya sebaga tanda timeout untuk Kikuoka.

"Itu benar-benar agak berlebihan, Kiku-san. Kurasa ada pertanyaan tentang moralitas dari mengkloning Fluctlight bayi yang baru lahir secara rahasia. Tapi...Yuuki-san? Pemahaman-mu sedikit melenceng. Fluctlight gak punya kelaian fisik pada mereka seperti pada gen, khususnya saat mereka lahir."

Ia menyentuh ujung kacamata ber-frame silver layaknya seorang supervisor, sepertinya sedang memilih kata-kata yang akan digunakan.

"Hmm... Bagaimana kalau aku jelaskan hal ini. Contohnya, sebuah perusahaan memproduksi komputer dengan model yang sama, dan pada saat di produksi, spesifikasi dan tampak luar nya sama semua. Namun, saat mereka berada di tangan pengguna, bisa dibilang mereka akan berubah menjadi sesuatu yang benar-benar berbeda dalam setengah tahun, atau satu tahun. Itu sama saja dengan Fluctlight manusia. Pada akhirnya, kami berhasil mengkloning Fluctlight buatan milik 12 anak, tapi setelah membandingkannya satu sama lain, kami menemukan bahwa kapasitas otak nya gak ada bedanya. Sekitar 99.98% dari mereka benar-benar identikal dari konstruksinya, dan perbedaan 0.02% nya bisa dibilang dari memori yang diperoleh nya setelah mereka lahir. Dengan kata lain, kemampuan berfikir manusia dan kepribadian semuanya ditentukan setelah mereka lahir. Teori kalau kemampuan dan kepribadian itu diturunkan oleh genetik benar-benar ditolak. Aku benar-benar ingin menusuk dan melubangi kesalahan fatal yang dipercayai oleh orang yang percaya pada eugenik."

"Kau bisa membuat lubang itu setelah rencana ini selesai."

Ucap Kikuoka dengan ekspresi yang sepertinya sudah lelah.

"Toh, Higa-kun sudah menjelaskan hal ini. Kesimpulannya, klon dari Fluctlight dari bayi yang baru lahir gak punya kepribadian khusus dari kloning. Jadi, jika kami bisa dengan hati-hati menghilangkan perbedaan yang 0.02% itu dari 12 sampel, kami bisa mendapatkan apa yang kami sebut,"

Lengannya tampak seperti mereka menanggung sesuatu yang sangat penting—

“«Spiritual Prototype»... «Soul Archetype».”


"...Kau baru saja memikirkan istilah yang berlebihan seperti itu.. Dengan kata lain, itu adalah 'diri' dari psikologi Jung, kan?"

Kikuoka hanya bisa memberikan senyum masam untuk merespon pertanyaan Rinko, dan mengangkat bahu.

"Bukan bukan, Aku gak terlalu ingin menjelaskannya secara detail. Tapi hanya penjelasan dari pengerjaannya. Ya... Spiritual Prototype yang semua manusia punyai bisa dibilang seperti inti CPU, ku pikir hal itu bisa menjelaskannya. Saat manusia berkembang, inti nya akan menjalani banyak proses dan menginstal memori sampai struktur inti nya berubah... itu tak cukup bagi kita untuk memasukkan tipe «completed item» dari klon dasar itu kedalam Light Cube dari awal... Menuju dunia virtual dan membiarkannya tumbuh, pikirkan apa yang akan terjadi."

"Tapi..."

Asuna gak terlihat mengerti. Rinko meletakkan tangannya dibahu Asuna untuk menyuruhnya duduk kembali, dan menyela,

"Membiarkannya tumbuh. Walaupun kalian berkata begitu, itu berbeda dari tanaman dan peliharaan, kan? Itu sama dengan anak manusia, Spiritual Prototype itu. Kalau begitu, kupikir gak perlu untuk dunia virtual dibuat benar-benar luas, sebuah imitasi yang selevel dengan masyarakat sekarang... apa kalian benar-benar bisa melakukan hal seperti itu?"

"Mustahil."

Menghela nafas, Kikuoka mengakui.

"Itu adalah dunia virtual yang diciptakan oleh STL. Itu berbeda dengan dunia VR yang kita punya karna STL gak butuh objek 3D, tapi masih sangat sulit untuk memakai masyarakat modern yang kompleks dan eksotis untuk membuatnya —apa kau ingat suatu karakter di sebuah movie sebelum kau lahir, Asuna-kun? Disana diberikan situasi dimana kehidupan seorang pria difilm kan menjadi sebuah movie dan ditayangkan dari kelahirannya. Setting yang rapi yang didirikan di kota berkubah yang sangat besar yang dihuni oleh 100 aktor sementara, hanya si protagonis yang gak tau kalau dia salah satu dari mereka... di dalam situasi yang diciptakan untuk hal ini. Namun, pria itu tumbuh besar, belajar di dunia itu, menemukan berbagai keanehan dari dunia itu dan akhirnya menyadari kenyataan..." [3]

"Aku menontonnya. Aku sedikit menyukai movie itu."

Ucap Rinko, dan Asuna menunjukkan rasa setuju nya. Kikuoka mengangguk dan melanjutkan,

"Dengan kata lain... jika kita ingin selesai memproses dunia, harus ada informasi penting yang harus kita masukkan... Dunia adalah suatu tubuh yang besar dan melingkar, dan disana mungkin ada banyak negara didalamnya atau kira kira seperti itu lah. Kami berusaha untuk tidak membuat kesalahpahaman kepada manusia yang sedang tumbuh besar di simulasi yang mungkin menyebabkan mereka merasa canggung dan menjadi masalah. Bahkan STL pun gak bisa benar-benar membuat replika dunia virtual."

"Kalau begitu, bagaimana kalau kalian menurunkan level masyarakat di simulasi itu kembali ke masa lampau? Masa dimana manusia menemukan sains dan filosofi, saat mereka ada di zaman itu dari lahir sampai mati... Jika hal itu terjadi, bukannya tujuan kalian untuk membiarkan Spiritual prototype itu berkembang?"

"Un, itu mungkin cara yang berputar putar, dan akan memakan banyak waktu... di STL, pertama-tama, seperti yang Profesor Koujiro duga, kami berusaha mencoba untuk memelihara generasi pertama dari sebuah AI didalam suatu kondisi. Spesifiknya, berada di desa Jepang yang kecil pada abad ke-16, tapi..."

Pada saat ini, Kikuoka berhenti dan mengangkat bahunya, Higa kemudian berbicara,

"Hal ini tidak lah semudah yang kau bayangkan. Kami hanyalah seorang amatir dalam urusan budaya dan norma sosial pada era itu. Kami tau kalau data dalam jumlah besar sangat diperlukan untuk membuat rumah, dan kami harus menghimpit himpit otak kami untuk berfikir sebelum akhirnya melakukannya. Itu adalah suatu hal yang simpel, gak perlu untuk membuat ulang zaman pertengahan. Kami mengerti kalau daerah dan cukai yang terbatas akan membuat setting yang berbeda dimana kami bisa seenaknya mengaturnya, dan semua isu yang menyusahkan bisa diselesaikan dengan istilah 'sihir'. Dunia seperti itu sendiri sudah seperti sebuah lapangan, di jaringan dunia yang Asuna-kun dan Kirigaya-kun sudah familiar dengannya."

"...Dunia VRMMO.:

Higa menatap ke arah Asuna, kemudian berbisik dengan suara yang serak, dan menghentakkan jarinya.

"Aku sebenarnya mencoba memainkan nya, walaupun bisa dibilang aku selalu menabrak tembok. Namun, meskipun aku gak tau siapa yang membuatnya, Aku mendengar kalau mereka bahkan punya paket gratis untuk membuat game baru seperti itu?"

“...!”

Higa berbicara tentang «The Seed»... yang dibuat Kayaba Akihiko, versi inti dari Sistem Cardinal yang disadari oleh Kirigaya Kazuto. Rinko menghela nafas dari udara dingin kemudian mengerti tentang hal ini, tapi sepertinya Higa dan Kikuoka gak menyadari darimana program ini berasal.

Segera, Rinko menyadari bahwa masih ada sesuatu yang tersembunyi dari insiden itu, dan pura-pura gak tau apapun sembaru meyentuh bahu Asuna dengan jarinya. Sepertinya Asuna menerima apa yang ingin Rinko katakan lalu ia diam dan menggelengkan kepalanya.

Higa gak sadar kalau ada yang gak beres dengan dua orang itu lalu melanjutkan dengan nada yang open-minded

"Kalau kita membuat dunia virtual didalam mainframe STL, kita gak butuh data 3D apapun. Tapi dalam kasus ini, akan sangat gak menarik untuk menciptakan model data dari kamera pengawas. Karena itulah kami buru-buru dan segera mendownload The Seed dan menggunakan editor yang ada didalam-nya dan dengan panik membuat sebuah desa dan bentang alam yang ada di sekelilingnya sebelum menggunakan visual mnemonic dari STL untuk mentransfernya."

"Begitukah... Dengan kata lain, dunia nya dibentuk dua kali, kan? server ber prioritas rendah beroperasi melalui dunia VR dengan pertukaran data umum, sedangkan mainframe STL yang berprioritas tinggi beroperasi melalui dunia VR dengan design yang spesial. Kalau begitu apa yang akan terjadi jika kita menukar keduanya... bagiamana?"

Ya, Higa mengangguk, dan pertanyaan lain muncul sebelum ia sempat berfikir.

"...Kalau begitu, bagaimana kalau kita gak menggunakan STL untuk server berprioritas rendah tapi melakukan dive in dengan AmuSphere, mungkinkah hal itu?"

"Erm... yah, secara teori, itu mungkin, tapi frekuensi nya harus diturunkan dua kali lipat... visual mnemonic dan data polygon gak bisa meliputinya..."

Higa mulai gagap, dan Kikuoka menggesek tangannya lalu menyela,

"Toh, setelah banyak kemunduran, kami akhirnya dapat menyelesaikan langkah pertama kami."

Petugas Pertahanan-Diri terlihat seperti sedang mengenang masa lalunya saat pandangannya goyah di udara.

"Desa pertama yang kami buat mengandung 16 Spiritual Prototype di dua keluarga peternak... dengan kata lain, kami membiarkan AI yang masih anak-anak tumbuh sampai berumur 18."

"Wa, wa, grow up... siapa orang tua yang mengasuh mereka? Jangan bilang kalau itu adalah AI yang sudah ada?"

"Kami mendiskusikannya sebelumnya, dan sehandal apapun AI yang ada di The Seed, itu mustahil untuk mengasuh anak menggunakan nya. Orang tua generasi pertama adalah manusia, empat teknisi laki-laki dan perempuan berperan sebagai orang tua dan hidup selama 18 tahun didalam STL. Walaupun memori mereka dihapus sebelumnya -terpaksa kami lakukan untuk eksperimen, kami hanya bisa melakukan hal itu. Hadiah uang saja gak cukup."

"Enggak, tak terduga tapi sepertinya mereka menikmatinya."

Rinko menatap kosong ke wajah Kikuoka dan Higa yang sedang asik ngobrol, dan akhirnya mengeluarkan sebuah kata-kata dari mulutnya.

"18 tahun...? Kudengar Soul Translator mempunyai fungsi akselerasi waktu... berapa lama 18 tahun itu di dunia nyata?"

"Sekitar 1 minggu."

Jawaban yang langsung itu membuatnya kaget. 18 tahun kira-kira ada 940 minggu, berarti kecepatan akselerasi di dalam STL sekitar 1000 kali lipat.

"Bukannya.... akan ada masalah jika otak manusia berakselerasi 1000 kali lipat dari pemrosesan tingkat normal?"

"STL gak terhubung ke otak manusia, tapi ke partikel quantum yang membuat kesadaran. Kami membiarkan sinyal elektrik memicu neuron di neurotransmitter menciptakan berbagai fenomena biologis dan membiarkannya untuk berakselerasi. Dengan kata lain, secara teori, kamu bisa menganggap waktu yang dibutuhkan untuk berfikir dipercepat, dan gak akan ada luka sedikitpun terhadap otak."

"Dengan kata lain, gak ada batasannya...?"

Rinko yang sudah tau sedikit tentang fitur akselerasi yang dimiliki Soul Translator, tapi ia gak tau angka yang pasti, dan hanya bisa mencoba semampunya untuk mengerti, tak bisa berkata apa-apa.

Sampai sekarang, ia selalu berfikir kalau fitur tercanggih dari STL ialah untuk mengcopy jiwa manusia, tapi kekagetan nya setelah mendengar fitur akselerasi waktu gak kalah dengan sebelumnya. Itu karena kemungkinan secara teori dari menambah efisiensi kerja di ruang virtual sudah cukup untuk membuatnya kaget.

"Namun... masih ada masalah yang belum dikonfirmasi, jadi batas maximum nya sekitar 1500 kali lipat."

Pikiran Rinko menjadi agak pusing karena kaget, tapi menjadi tenang kembali setelah melihat ekspresi depresi dari Higa Takeru.

"Masalah?"

"Ada yang mengajukan bahwa jiwa juga mempunyai umur nya sendiri dibanding dengan otak yang merupakan bagian dari organ tubuh..."

Rinko gak bisa langsung mengerti lalu memiringkan kepalanya untuk berfikir. Higa menatap kearah Kikuoka, memberikan tatapan yang berkata 'boleh kah aku melanjutkannya?' Petugas Pertahanan-Diri itu kemudian melihat seolah-olah permen manis rasa susu di mulutnya itu tiba-tiba menjadi pahit, dan langsung berkata,

"Yah, kami masih belom menyelesaikan fase hipotesis. Sederhananya, komputer quantum yang kami sebut «Artificial FluctLights» atau Fluctlight buatan mempunya kapasitas yang terbatas, dan jika kami melewati batas nya, konstruksinya akan mengalami degradasi... Kami belum mengetes hal itu, jadi kami gak bisa menjelaskannya dengan rinci, tapi kami mengeset FLA maximum limit untuk tujuan keamanan."

"...Dengan kata lain, tubuh sudah bertambah tua selama bertahun-tahun sementara dari luar hanya seminggu telah berlalu? Bukannya kalau begitu fitur akselerasi waktu akan sia-sia? Apa gak ada cara untuk menghindari fenomena seperti itu?"

Rasa penasaran sebagai seorang peneliti membuat Rinko mau gak mau bertanya, dan saat ini, Higa menunjukkan ekspresi yang terlihat depresi.

"Erm, yah, secara teori... bukannya kami gak pernah mempunya fantasi yah. Kami pernah berfikir untuk membuat alat STL portabel, dan menggunakan alat itu untuk menyimpan memori selama akselerasi ke alat eksternal jadi kapasitas dari Fluctlight gak akan pernah habis. Namun, mustahil untuk mengecilkan STL seperti itu. Meskipun kami bisa menemukan suatu cara untuk melakukan hal itu, masih ada masalah yang menakutkan dari kehilangan memori saat melakukan akselerasi setelah kita melepas alat portabel nya."

"...Pada dasarnya itu hanya mimpi yang melampaui fantasi. Mempercepat kinerja otak tanpa menggunakan memori eksternal... Aku juga mau hal itu terjadi walaupun aku menjadi tes subjek nya."

Rinko menggelengkan kepalanya sembari bergumam, dan mengarahkan ulang pemikirannya yang melenceng dari topik,

"Toh, tentang hal itu, untuk saat ini gak ada cara untuk menghindari masalah dari penekanan kapasitas... kalau begitu... tu, tunggu dulu. Kikuoka-kun tadi kau bilang para teknisi tinggal di STL selama 18 tahun untuk mengasuh para Spiritual Prototype kan? Apa yang terjadi dengan Fluctlight mereka? Apakah kemampuan otak mereka menurun selama 18 tahun?"

"Enggak, gak seperti itu... mungkin."

Mungkin? Rinko menatap kearah Kikuoka, namun ia dengan santai mengacuhkan tatapan Rinko dan lanjut menjelaskan,

"Mengenai kapasitas dari Fluctlight, kami memperkirakan pada laju dimana ia habis, «Umur Jiwa» milik kita sekitar 150 tahun lamanya. Dengan kata lain, jika kita benar-benar sehat, dan dengan beruntung otak kita menghindari segala suatu penyakit, bisa dibilang kecerdasan kita bisa bertahan paling lama kira-kira sampai 150 tahun. Tentu saja, hal itu mustahil karena mustahil kita hidup selama itu. Jika kita mengambil batas aman nya, kita bisa mengira-ngira kalau akan aman bagi kita untuk tinggal selama 30 tahun di dalam STL."

"Dan satu abad dari sekarang, takkan ada teknologi inovatif yang dapat memperpanjang umur kita..."

Rinko menyela dengan sarkasme, tapi bukan masalah bagi Kikuoka dan kemudian ia menjawab,

"Meskipun kita mengembangkan teknologi seperti itu, Aku menduga kalau kita gak akan mendapatkan kenikmatan yang berbeda dengan masyarakat lain. Yah, kami sudah mengkonfirmasi batas umur dari sebuah jiwa, jadi kita bisa melanjutkan topik kita. Berkat kerja sukarelawan yang empat orang teknisi kerjakan, kebanggaan yang kami miliki dalam membuat 16 anak muda yang tumbuh dengan cepat... Sederhana saja, kami memanggil mereka «Artificial Fluctlights», sudah agak memuaskan. Mereka semua mendapatkan kemampuan berbahasa —tentu saja, kita bicara tentang Jepang disini —dan perhitungan dasar untuk menjaga proses pikiran mereka yang lain, dan hidup dengan bahagia di dunia virtual yang kami ciptakan. Mereka adalah anak yang baik... sangat menurut kepada orang tua mereka, bangun pagi-pagi untuk mengambil air, menebang pohon, berkebun... sebagian dari mereka jujur, sebagiannya suka memamerkan kepribadiannya, dan pada dasarnya baik dan ramah."

Kikuoka, yang tersenyum setelah mengucapkan hal itu, menunjukkan ekspresi yang agak bermasalah di bibirnya, atau mungkin itu hanya imajinasi Rinko?

"Mereka tumbuh besar... kedua keluarga mempunyai empat laki-laki dan perempuan, masing-masing saudara laki-laki dan perempuan, dan mereka jatuh cinta. Kemudian, saat kami memutuskan kalau mereka sudah cukup dewasa untuk membesarkan anak mereka, fase pertama dari eksperimen telah berakhir, dan 16 anak muda menjadi 8 pasangan dan mempunyai keluarga mereka sendiri dan berpencar untuk hidup mandiri. Empat teknisi yang merupakan orang tua mereka semuanya 'mati' karena suatu wabah satu per satu dan dikeluarkan dari STL. Memori 18 tahun hidup mereka dihadang ttal, dan memori mereka kembali ke memori yang mereka punya satu minggu yang lalu sebelum memasuki STL. Mereka mulai menangis saat melihat anak mereka menangis di upacara kematian mereka lewat monitor external."

"Benar-benar pemandangan yang menakjubkan..."

Kikuoka dan Higa mengangguk dengan tenang satu sama lain, dan Rinko pura-pura batuk untuk memicu pembicaraan kembali.

"...Dan lalu, setelah teknisi manusia itu log out, gak ada yang perlu dikhawatirkan lagi dengan laju FLA (FluctLight Acceleration), jadi kami menaikkannya menjadi 5000 kali lipat dari waktu dunia nyata. Delapan pasangan itu mempunyai masing-masing 10 anak, Spiritual prototype, dan mereka semua dibesarkan. Anak-anak ini dengan cepat tumbuh dewasa dan membuat keluarga, dan secara bertahap mulai menggantikan NPC yang berperan sebagai warga desa, dan akhirnya membuat desa yang hanya dihuni oleh Fluctlight buatan. Seiring berubahnya era, keturunan mereka semakin berlipat ganda... dalam 3 minggu di dunia nyata, di dalam dunia STL sudah berjalan selama 300 tahun simulasi, dan akhirnya bisa membangun masyarakat besar dengan 80.000 orang didalam nya."

"80.000...!?"

Rinko gak bisa menahan keinginannya untuk mengucapkannya dengan keras. Setelah menggerak-gerakkan bibirnya entah berapa kali, ia akhirnya dapat memilih kata-kata yang cocok dari bibirnya.

"...Kalau begitu... itu udah lebih condong ke simulasi peradaban dibandingkan permulaan AI."

"Benar, tapi dalam beberapa pengertian, sudah dapat diduga kalau hal ini akan terjadi. Manusia adalah makhluk yang menyesuaikan diri dengan masyarakat... dan mereka hanya bisa tumbuh dengan menjalin hubungan dengan orang lain. Selama 300 tahun ini, Fluctlight buatan menyebar luas dari desa kecil ke lahan luas yang sudah kami atur. Mereka mampu membuat struktur pemerintahan pusat yang terkemuka tanpa sedikitpun perang berdarah, dan disana bahkan ada agama... Kupikir hal itu adalah alasan mengapa mereka terbiasa menjelaskan segala aspek dari sistem kepada anaknya, mereka gak menggunakan sains, tapi tuhan. Higa-kun, tunjukkan peta sepenuhnya di monitor."

Higa mengangguk setuju, dan segera mengerjakannya di konsol. Monitor besar yang tadinya menampilkan eksperimen mengerikan sekarang menunjukkan map yang detal dari fotografi udara.

Tentu saja, Jepang dan seluruh dunia berbeda dengan negara itu.

Gak ada lautan sama sekali, dan dataran yang berbentuk bulat semuanya di kelilingi oleh pegunungan yang tinggi. Banyak hutan yang membentang dan padang rumput, banyak juga sungai dan danau. Sangat terlihat seperti tanah yang subur. Melihat skala dari peta, dataran yang dikelilingi pegunungan itu sepertinya berdiameter 1500km, dan ukurannya sekitar 8 kali dari Honshu, Jepang.

"Hanya 80.000 orang di tempat seluas itu? Benar-benar populasi yang sangat sedikit."

"Atau mungkin, Jepang sendiri yang abnormal."

Higa tertawa kecil terhadap Rinko dan menggerakkan tangan nya yang ada diatas mouse, menunjuk ke tengah-tengah peta dan berputar disekelilingnya.

"Area disekitar sini adalah ibu kota nya, populasinya berjumlah 20.000. Mungkin kita gak terlalu merasakan apa-apa, tapi itu adalah kota yang mutakhir. Instansi pemerintah yang para Fluctlight buatan sebut «Integrity Church» ada disini, dan diperintah oleh «Pendeta». Pengaruh nya benar-benar menakjubkan, dan gak ada perang yang terjadi— pada saat ini, kami merasa kalau eksperimen kami sudah berhasil. Di dunia virtual, Fluctlight buatan berkembang dengan tingkat kecerdasan yang sama dengan manusia. Kami sudah cukup senang untuk memasuki fase berikutnya yang akan mencapai tujuan kami, yaitu berkembangnya «Highly Adaptive Artificial Intelligence», tapi..."

"Kami menemukan masalah yang serius."

Kikuoka menatap ke arah monitor, lalu berkata,

"...Gak ada masalah yang kamu dengar sampai sekarang, kan?"

"Mungkin bisa dibilang... sesuatu hal yang salah di tempat ini adalah gak ada hal yang salah. Dunia ini terlalu damai. Mungkin hal ini terjadi karena terlalu tertib dan bekerja dengan sempurna. Kami harus nya sudah menyadari kalau hal ini sangat aneh melihat seluruh 16 anak sangat patuh terhadap orang tuanya... gak aneh bagi manusia untuk berkelahi satu sama lain, atau sebetulnya, itu bagian dari kodratnya. Tapi, gak ada perang disini, gak sekalipun, ambil contoh pembunuhan. Perkembangan populasi di dunia itu terlalu cepat, kemungkinan adanya penyakit dan wabah alami terjadi pada dasarnya gak ada, dan semua manusia gak akan mati selain karena bertambah tua..."

"Itu seperti masyarakat ideal."

Higa mendengus terhadap perkataan Rinko dan berkata,

"Apa benar kalau «Mitos Utopia» itu benar-benar Utopia?"

"...Yah, kalau itu bukan, ya gak bisa dibilang legenda... Apa kamu gak melihat ada sesuatu yang menakjubkan di masyarakat virtual ini?"

"Tentu saja kami gak melihat, kami hanya mencoba melihat kenyataan kami sendiri."

Suara sandal bakiak mendarat di lantai menggema, dan Kikuoka, yang melompat ke konsol, menyalakan monitor besar dan mulai menjelaskan lagi,

"Fluclight buatan seharusnya memiliki keinginan yang sama dengan kita, namun kenapa gak ada perang yang terjadi... kami menginvestigasi sepenuhnya ke gaya hidup mereka. Kami lalu menemukan bahwa didunia ini, mereka membuat peraturan yang sangat ketat. Itu adalah «Taboo Index» yang dibuat para pendeta. Disitu, terdapat larangan tak boleh membunuh. Tentu saja hukum yang sama terdapat di dunia kita juga, tapi entah kita menurutinya atau tidak dapat dilihat di berita harian. Fluctlight itu sendiri ternyata mematuhinya... dengan sikap yang terlalu patuh. Dengan kata lain... mereka gak bisa melanggar hukum atau aturan. Itulah kodrat mereka."

"...Bukannya itu hal yang bagus?"

Rinko memberikan pandangan yang bingung saat ia melihat sisi samping dari wajah suram Kikuoka.

"Mendengarkan sampai sini, bukannya mereka lebih istimewa dari pada kita?"

"Yah... kamu bisa bilang seperti itu. Higa-kun, bisa kau perlihatkan gambar dari «Centoria»?”

"Oke."

Higa mengetuk keyboard yang ada di konsol, dan monitor besar lagi-lagi menampilkan gambar dari kota dunia lain yang ditampilkan saat Rinko dan Asuna masuk. Bangunan yang terbuat dari batu putih dikelilingi oleh pepohonan yang besar, dan orang-orang yang memakai pakaian yang simpel dan bersih berjalan santai di dunia yang lain ini.

Sword Art Online Vol 10 - 099.jpg

"Ah... lalu, apa ini?"

Rinko terpikat saat melihat gambaran itu dan bertanya. Higa mengangguk dengan rasa puas.

"Ee, ini adalah ibu kota dari dunia para Fluctlight buatan, «Centoria». Sebenarnya, bentuknya sama persis dengan apa yang kita lihat sekarang. Centoria menggunakan tampilan visual polygon dari server bawah, dan kejernihan nya sangatlah kurang. Laju yang ditampilkan hanya 1/1000 dari waktu disana."

"Centoria...hal itu bahkan mempunyai sebuah nama yang layak. Tentang dunia dimana mereka lahir, apakah juga ada nama nya?"

"Punya... sepertinya. Bukan Fluctlight buatan yang namain sih, tapi dari codename yang kami gunakan pada fase awal dari rencana kami yang kami tinggalkan disana. Dunia itu dinamakan «Underworld».”

"Under...world."

Sepertinya nama nya berasal dari «Alice in Wonderland». Rinko sendiri sudah mendengarnya dari Asuna, tapi ia gak menyangka mereka akan menggunakan nama itu untuk dunia itu. Sepertinya Higa dan yang lainnya gak menamai dunia itu menggunakan konsep original «Underground World», tapi menamai nya dengan arti «The World of Reality at the Bottom». Keindahan dari kota yang seperti fantasi yang terlihat di layar monitor itu mungkin adalah sebuah visualisasi dari surga.

Kikuoka terlihat membaca pikiran Rinko dan ia berkata,

"Memang benar kalau kota ini sangat bagus. Perkembangan teknologi disana cukup baik sejak kami mulai memberikan mereka rumah dari kayu yang simpel sebagai rumah bertani. Namun... kalau aku harus bilang, jalanan disitu terlalu indah, terlalu rapi. Sama sekali gak ada sampah, gak ada pencuri, dan tentu saja, gak ada kasus pembunuhan. Itu semua karena peraturan yang ketat dari «Integrity Church» yang bisa terlihat dari kejauhan, adalah alasan mengapa gak ada satu orang pun yang melanggar nya."

"Lalu, apa yang salah dengan hal itu?"

Ia mengertukan dahi dan ingin bertanya lagi, namun Kikuoka terdiam oleh suatu alasan, sepertinya sedang mencari jawaban. Higa menoleh kesamping secara gak natural dan sepertinya gak punya niat untuk berbicara.

Yang memecahkan keheningan di ruang kontrol yang besar itu adalah Asuna yang dari tadi diam. Murid SMA yang paling muda disini menurunkan suara nya dan berkata dengan tenang, menahan dirinya,

"Kalau begitu, Kikuoka-san dan yang lainnya akan mendapat masalah, Profesor Rinko. Itu karena tujuan terakhir dari rencana ini bukan hanya untuk menciptakan bottom-up=type AI yang mempunya kemampuan beradaptasi tinggi... tapi untuk membuat AI yang bisa membunuh prajurit musuh dalam perang."

"A..Apa..."

Ketiga orang itu terengah keheranan, Asuna melirik ke arah Rinko, Kikuoka dan Higa tanpa berbicara apapun, dan melanjutkan,

"Bagiku, sebelum aku sampai disini, Aku bingung kenapa Kikuoka-san... dari Pasukan Pertahanan-Diri ingin membuat AI dengan level setinggi itu. Beberapa waktu yang lalu, Aku dan Kirito-kun menyimpulkan bahwa Kikuoka-san tertarik dengan VRMMO karena dia ingin menggunakan teknologi itu untuk latihan polisi atau Pasukan Pertahanan-Diri. Karena itulah, penciptaan sebuah AI merupakan bagian dari hal itu, awalnya kami menduga AI itu akan digunakan sebagai sarana latihan untuk melawan pasukan musuh. Tapi... jika kami berfikir tentang hal itu, latihan didalam dunia VR gak akan ada bahaya yang seperti di dunia nyata, dan mereka bisa saja membagi para prajurit ke dalam beberapa grup dan berlatih. Itu karena kami sering melakukan simulasi seperti itu juga."

Ia berhenti sejenak dan melihat kearah mesin-mesin di sekeliling nya dan monitor didepan matanya.

“—Dan, rencana itu sendiri terlalu besar untuk hal yang hanya untuk mengembangkan program latihan. Kikuoka-san, aku sama sekali gak tau kapan kau memikirkan tentang 'langkah berikutnya', membesarkan AI di dunia virtual dan menggunakan nya untuk perang yang sesungguhnya.

Setelah momen-momen yang mengejutkan, wajah yang sedang menatap kearah mata jernih milik sang gadis berubah menjadi ekspresi tanpa emosi yang gak bisa dimengerti, lalu tersenyum dengan tenang.

"Sejak awal."

Terdapat ketangguhan yang seperti besi dibalik suara yang lembut itu,

"Penelitian untuk memadukan teknologi VR kedalam latihan militer sudah lazim sebelum teknologi Full-Dive tercipta, saat kita masih menggunakan alat yang dipasang dikepala, yang menampilkan sensor tampilan dan gerak. Barang antik yang dikembangkan oleh pasukan Amerika itu masih berada di pusat penelitian di Ichigaya. Lima tahun yang lalu, saat Nerve Gear dikembangkan, Pasukan Pertahanan-Diri dan pasukan Amerika, keduanya menggunakan hal itu untuk mengembangkan program latihan, tapi setelah mencoba close beta dari SAO yang terjadi setelahnya, aku mengubah pikiranku. Dunia ini, teknologi mempunyai kemungkinan yang lebih besar. Konsep dari perang sudah berubah sejak awal... dan lalu, saat akhir tahun, saat insiden SAO terjadi, aku pindah ke Kementrian Dalam Negeri dan Teknologi Komunikasi atas kehendakku sendiri dan menjadi bagian dari satgas mereka. Aku telah membuat diriku berkaitan dengan perkembangan dalam insiden ini... semua demi rencana ini. Setelah menghabiskan waktu 5 tahun, akhirnya aku sampai disini."

“...”

Pembicaraannya telah berkembang ke arah yang gak ada satupun bisa membayangkannya, sembari Rinko gak bisa berkata apa-apa untuk sementara waktu. Ia sedikit bisa menjernihkan pikirannya yang sedang bingung dan mengeluarkan kata-kata dari tenggorokannya yang kering.

"...Aku masih di sekolah dasar saat perang Iraq, dan Aku masih mengingatnya dengan jelas. Ada banyak berita tentang bagaimana tentara Amerika menggunakan pesawat jet dan mini-tank tanpa pilot untuk menyerang musuh. Apakah itu yang kau maksud? Itu berarti senjata yang ada AI didalam nya menyerang sendiri. Kau berfikir tentang hal itu..."

"Bukan hanya aku. Seluruh negara telah meneliti tentang teknologi ini, terutama Amerika yang selalu mengejar hal ini selama bertahun-tahun. Walaupun hal ini bisa jadi kenangan yang menyakitkan untukmu, Asuna-kun..."

Kikuoka terdiam sebentar, menatap ke arah Asuna, mengecek apakah ia masih tenang, dan melanjutkan,

"...Sugou Nobuyuki, yang memenjarakan mu di dunia virtual dan menggunakan banyak pemain SAO sebagai bahan eksperimen, ingin menjual hasil penelitiannya kepada perusahaan di Amerika, apa kau ingat? Grojean Micro Electronics yang ada hubungan kontak dengannya adalah perusahaan yang paling maju dalam dunia VR, tapi terkenal karena sering melakukan hal ilegal karena menggunakan teknologi VR untuk kepentingan militer. Industri amunisi di Amerika adalah yang paling terkenal dalam mengembangkan pesawat tanpa awak yang baru saja kau sebutkan. Salah satunya adalah pesawat terbang —Unmanned Aerial Vehicle, atau singkatnya «UAV»."

Barangkali Higa terlalu siap sembari ia tanpa berkata apa-apa memindahkan mouse untuk mengganti gambar di layar monitor, dan yang muncul adalah pesawat kecil tanpa awak dengan badan yang kurus dan panjang, dan juga terpasang beberapa sayap. Sayap mekanik mempunyai misil incar yang terpasang dibawahnya, dan gak ada jendela sama sekali di pesawat itu.

"Ini adalah pesawat penyerang dan pengintai tanpa awak milik pasukan America. Ukurannya kecil karena gak diperlukan kokpit, dan bisa dibuat dengan bentuk untuk penerbangan sembunyi-sembunyi jadi pesawat itu gak akan terdeteksi oleh radar. Semua mesin dari generasi sebelumnya menggunakan remote kontrol dari jarak jauh dengan operator yang menggunakan pedal dan joystick agar pesawat bisa terbang, tapi hal yang ingin kami lakukan berbeda."

Saat ia berkata seperti itu, ia kemudian mengganti gambar yang ada di monitor, dan kali ini, gambarnya adalah seorang prajurit yang menjadi operator. Seorang prajurit yang berbaring di kursi baring dan mengistirahatkan badannya. Lalu, Rinko melihat helm berkabel yang familiar terpasang dikepalanya —itu adalah Nerve Gear. Kalau diperhatikan, cat yang ada di bagian luarnya dan beberapa suku cadang nya terlihat berbeda, tapi sudah jelas benda itu adalah model yang sama.

Rinko melirik kesamping untuk melihat ekspresi beku Asuna dengan mata yang terbuka lebar. Ia lalu berbalik, dan Kikuoka kembali melakukan penjelasan,

"Disini, operator berada di kokpit virtual. Hal ini menunjukkan kalau sepertinya dia benar-benar mengendalikan mesin itu, dan dia bisa memantau pasukan musuh dan menembakkan misil incar kearah mereka. Namun, masalahnya itu kita menggunakan gelombang elektromagnetik untuk mengontrol mereka, dan mereka masih tergolong lemah jika melawan ECN... Electronic Counter Measures. 10 tahun yang lalu, UAV pengintai yang digunakan pasukan Amerika untuk menyusup masuk ke negara di timur tengah terkena gangguan, dan terpaksa mendarat, dan akhirnya tertangkap dan menyebabkan situasi yang genting yang hampir memulai perang."

"Kalau begitu, AI...kan? Agar pesawat bisa terbang dengan sendirinya..."

Kikuoka memalingkan matanya menjauh dari monitor, dan melihat kearah Rinko, dan mengangguk.

"Tujuan terakhirnya adalah untuk menembak jatuh seluruh pesawat tempur yang dikendalikan manusia dalam pertempuran udara. Kupikir akan ada kemungkinan yang besar bagi Fluctlight buatan yang sekarang untuk berkembang begitu kami beri mereka program yang cocok untuk tumbuh bersama nya. Namun, ada malasah yang besar, dan hal itu adalah, bagaimana cara mereka, prajurit tanpa tubuh, bisa mengerti konsep dari «war»... membunuh sendiri adalah perbuatan yang jahat, tapi hal itu harus dilakukan untuk mengalahkan prajurit dalam parang; saat ini, Fluctlight buatan gak bisa menerima pemikiran yang melawan asas berhubung gak ada satupun hal yang dilanggar dalam peraturan mereka."

Petugas Pertahanan-Diri itu membenarkan kacamata nya, dan mengerutkan dahi,

“—Kami sudah mengatur «Overload Experiment» untuk mengetes akan menjadi seberapa patuh kah para penduduk di Underworld itu. Detail nya, kami memilih desa yang terisolasi, menyebabkan hasel panen dan ternak di peternakan menjadi mati dan membuat para penduduk gak akan bisa bertahan di musim dingin, membuat situasi dimana jika desa itu bisa bertahan, mereka akan meninggalkan kelompok masyarakat mereka, membunuh dan mengambil stok makanan milik orang lain, dan memaksa mereka untuk melanggar Taboo Index dimana pembunuhan itu dilarang. Namun, yang terjadi adalah... mereka memilih untuk membagi gabungan dari hasil panen mereka sama rata kepada semua orang di desa, dari tua ke muda, dan hasilnya semua orang mati karena kelaparan saat musim semi datang. Mereka adalah eksistensi yang gak bisa melanggar hukum dan aturan karena alasan tertentu, dan hasilnya sangat tragis. Dengan kata lain... jika mereka adalah pilot yang membawa senjata, mereka harus mengerti dasar pemikiran yang pertama, 'membunuh itu gak apa-apa'. Tapi keadaan seperti apa yang bisa membuat mereka berkembang seperti itu, kami gak bisa membayangkannya..."

Petugas Pertahanan-Diri itu menyilangkan lengannya dan menggelengkan kepalanya dengan lemah.

Rinko gak bisa membayangkan pemandangan dimana, saat pesawat tempur dan senjata perang tanpa awak yang berbentuk aneh menggunakan misil dan machine gun nya untuk membunuh tanpa pandang bulu, gak peduli mereka prajurit atau penduduk. Tangan nya menggigil sedikit sembari menggesekkan kedua tangannya satu sama lain.

"...Kalian gak bercanda tentang hal ini, kan? Kenapa kalian harus mempunyai AI di senjata yang sangat berbahaya seperti itu? Walaupun terbatas, bukannya kalian bisa mengendalikannya dengan remote dari kejauhan? Uun, sedikit tambahan saja... Aku gak mau menerima eksistensi dari senjata tanpa awak itu sendiri."

"Yah, bukannya aku gak mengerti perasaan seperti itu. Saat aku melihat kaliber besar dari senjata milik Amerika yang terpasang di kendaraan tanpa awak, Aku sangat bersyukur bahwa aku bukanlah salah seorang dari mereka yang tinggal disana. Namun... senjata tanpa awak sudah menjadi hal yang harus pada zaman ini, dan para negara maju gak bisa menahan tuntutan waktu."

Kikuoka mengangkat jarinya seperti guru sejarah dan melanjutkan,

"Oke, kita ambil pasukan militer terbesar di dunia, Amerika sebagai contoh. Korban jiwa pasukan Amerika pada perang dunia ke-2 berjumlah sekitar 400.000 orang. Walaupun korban nya sebanyak itu, Presiden Roosevelt saat itu menerima banyak dukungan dari orang-orang di negeranya, dan menghabiskan 13 tahun, 4 masa jabatan yang memiliki kewenangan tertinggi sampai ia meninggal karena stroke. Meski aku gak suka sikap seperti itu saat itu terjadi 80 tahun yang lalu, mengorbankan prajurit dalam jumlah besar untuk menentukan kemenangan adalah bagian dari semangat."

Jari kedua teracung dari tangan Kikuoka.

"Lalu, semasa perang Vietnam, ada gerakan anti-perang yang dimulai oleh para murid sekolah, dan Presiden Johnson dicegah untuk menjalankan masa jabatan kedua. Pada saat itu, 60.000 orang meninggal dalam medan perang. Semenjak bendera Anti-Komunisme didirikan, para prajurit di kirim ke medan perang dan mati satu persatu —Namun, di perdamaian sementara yang sekarang disebut Cold War, perasaan orang-orang sedikit berubah... dan lalu, era ini berakhir dengan jatuh nya Uni Soviet. America, yang kehilangan lawan bernama Komunisme, melangkah ke tahap yang disebut perang melawan terorisme agar dapat mempertahankan industri munisi militer yang sudah mendarah daging ke negara tersebut.

Kikuoka mengangkat jari ketiga dan melanjutkan dengan lancar,

Tapi di medan perang itu, gak ada tanda-tanda penduduk menerima kematian para prajurit. Semasa Perang Iraq pada awal abad, tentara Amerika yang dikirim kesana dan sekitar 4000 orang meninggal dan jumlah itu sendiri sudah menggoyahkan dukungan kepada Administrasi Bush. Tentu saja, gak hanya karena ini tapi juga karena faktor-faktor lain, popularitas kepresidenan-nya hilang. Bisa dibilang hal itu sudah bisa diperkirakan saat ia mendukung kandidat republik McCain yang kalah oleh Demokrat Obama yang berjanji untuk menarik mundur tentara dari Iraq —dengan kata lain..."

Ia menurunkan tangannya, mengambil nafas pendek, dan menjeda kesimpulannya yang panjang untuk sejenak.

"Dalam negeri itu, sudah bukan era nya lagi bagi manusia untuk bertarung dalam perang. Namun, mereka gak bisa menghentikan alokasi dana kepada sesuatu yang disebut anggaran pertahanan. Masa depan dari perang kemudian telah berubah wujud menjadi senjata tanpa awak vs manusia atau senjata tanpa awak melawan senjata tanpa awak."

"...Aku bisa mengerti situasi di Amerika, tapi itu hal lain yang entah apakah kita bisa menerima hal itu."

Rinko mengangguk pelan sembari merasa kesal oleh pemikiran luar biasa dari menggunakan senjata tanpa awak untuk melakukan perang tanpa luka. Ia kemudian menatap ke arah Kikuoka dan bertanya,

"Tapi kenapa kau sebagai Petugas Pertahanan-Diri, mengikuti jejak bangsa perang yang bodoh itu? Atau penelitian «RATH» ini dimulai oleh militer?"

"BAGAIMANA MUNGKIN!?"

Kikuoka menolak hal itu dengan suara amat keras yang lanka, tapi kemudian kembali ke senyum nya yang biasa dan melepaskan tangannya yang daritadi menyilang dengan keras.

lebih tepatnya, merupakan pilihan yang tepat bagi kami untuk mengapung di tengah lautan ini untuk sembunyi dari tentara Amerika. Pangkalan yang berada di daratan dapat terlihat dengan jelas —dan karena itu lah kami harus mengembangkan senjata tanpa awak dengan gila-gilaan... sangat mudah untuk menjelaskan hal itu. Bolehkah aku bertanya kepada Kayaba-sensei mengapa dia ingin menciptakan SAO?"

"Tentu saja."

Jawab Rinko dengan ekspresi datar, dan Kikuoka menunjukkan senyum lebar yang terlihat dipaksakan sembari menaikkan bahu nya,

"Maaf kan kelancangan ku karena telah mengucapkan hal yang seharusnya tak boleh kuucapkan. Ya... alasan terbesarnya karena, sekarang di Jepang, sederhananya, teknologi pertahanan kita terlalu lemah"

"Teknologi... Pertahanan?"

"Kupikir kamu bisa mengatakan nya seperti ini; persenjataan dikembangkan dan diproduksi dari nol, tapi hal itu sudah diperkirakan berhubung gak ada negara yang mengekspor persenjataan ke Jepang. Itu sama saja untuk produsen, berhubung menggunakan anggaran Pasukan Pertahanan-Diri untuk melakukan penawaran akan menjadi sia-sia. Pada akhirnya, kami harus membeli peralatan terbaru dari Amerika dan akhirnya bisa melaksanakan pengembangan bersama-sama. Tapi, sederhananya... istilah bersama-sama disini hanya sebutan, hal yang berat sebelah."

Petugas Pertahanan-Diri itu membenarkan kerah dari yukata nya, menyilangkan tangan nya, dan lanjut menjelaskan dengan nada yang agak pahit,

"Contohnya, jet tempur support yang kami pakai saat ini sedang dikembangkan bersama-sama dengan Amerika, tapi kenyataannya, mereka menyembunyikan teknologi terbaru mereka dan mendapatkan teknologi maju yang diciptakan Jepang. Tentang persenjataan yang kita beli, bisa apa persenjataan itu? Jet tempur utama yang baru kami beli tampak seolah-olah software nya -otak nya, telah dihilangkan. Jadi tentara Amerika memberikan kami teknologi yang sudah ketinggalan zaman dan menyimpan barang-barang yang bagus...hm, Aku tampak seperti seorang idiot, mengatakan hal seperti ini..."

Kikuoka meringis lagi sembari melipat kaki nya diatas meja konsol, membuat bakiak di kakinya bergetar.

"Sehubung dengan situasi ini, sebuah kelompok dari Petugas Pertahanan-Diri kami dan sebuah kelompok dari teknisi muda dari pabrik kecil dan sedang yang berhubungan dengan urusan pertahanan sudah merasakan hal yang membahayakan. Bolehkah kami tetap bergantung kepada Amerika sebagai pokok dari teknologi pertahanan kami? Perasaan itu adalah kekuatan pendorong dibalik penciptaan RATH, dimana kami ingin membuat teknologi milik Jepang sendiri. Itulah yang kami harapkan."

Meskipun kata-kata Kikuoka terdengar sangat mengagumkan, sampai sejauh mana kata-kata itu harus harus diterima? Pikir Rinko sambil menatap ke mata hitam dibalik kacamata berbingkai hitam nya itu. Namun, mata sang Petugas Pertahanan-Diri itu gak menunjukkan apapun, seolah-olah ia adalah kacamata hitam itu sendiri.

Rinko berpaling dan melihat ke arah Higa Takeru yang duduk disamping Kikuoka.

"...Apakah motifmu sebagai bagian dari rencana ini juga sama sepertinya, Higa-kun? Aku gak tau kalau kamu punya kepedulian terhadap Pertahanan Nasional."

"Enggak."

Higa Takeru menggaruk kepalanya dengan malu-malu untuk merespon perkataan Rinko,

"Untuk motif ku sendiri - yah, itu urusan personal. Aku mempunya seorang teman saat aku masih menjadi murid di Universitas Korea, dan dia dikirim ke Iraq untuk urusan militer, hanya untuk terbunuh dalam pemboman bunuh diri. Yah... meskipun dunia ini harus berperang, Kuharap manusia gak akan mati untuk alasan yang bodoh seperti itu, sepertinya begitu."

"...Tapi Petugas Pertahanan-Diri itu ingin membiarkan persenjataan tanpa awak itu untuk menjadi teknologi yang hanya dimiliki oleh Pasukan Pertahanan Diri kan?"

"Ya, Kiku-san bilang seperti itu sebelumnya, bahwa meskipun memiliki kepemilikan tunggal dari teknologi ini itu mustahil, dia mengerti teknologi itu gak akan hanya digunakan untuk tujuan ini jadi kami bisa memikirkan bagaimana untuk mengambil inisiatif... seperti itulah."

Petugas Pertahanan-Diri itu meringis kepada perkataan Higa yang sangat langsung. Pada saat ini, Asuna, yang dari tadi diam mendengarkan pembicaraan ketiga orang itu, berkata dengan suara yang indah namun juga dingin dan jelas,

"Kalian gak pernah bilang idealisme kalian ke Kirito-kun, kan?"

"...Kenapa kamu berfikir seperti itu?"

Kikuoka memiringkan kepalanya, dan Asuna menatap lurus ke arah nya dengan tatapan yang teguh.

"Jika kau bilang hal itu kepada Kirito-kun, dia pasti gak mau membantu kalian. Ada kelemahan yang penting dari kata-katamu."

"...Dan itu?"

"Hak Asasi milik AI."

Mendengar perkataan itu, Kikuoka menyentakkan bulu matanya dan mengerutkan dahi.

"...Enggak, emang benar kami gak pernah bilang tentang hal yang baru saja kami katakan kepada Kirito-kun, tapi itu hanya karena kami gak punya kesempatan untuk mengatakannya. Dia orang yang sangat realis juga, kan? Kalo enggak, mustahil baginya untuk menamatkan SAO."

"Kamu belum mengerti. Kalau itu Kirito-kun, sekalinya ia tau kenyataan dari Underworld, ia pasti akan murka terhadap para operator. Baginya, dimanapun tempatnya, adalah kenyataan baginya. Dia gak berfikir dunia virtual itu kehidupan virtual... makanya dia bisa menamatkan SAO."

"Aku gak mengerti. Fluctlight buatan gak punya darah daging. Kenapa kamu bilang hal itu bukanlah nyawa yang gagal?"

Mata Asuna penuh kesedihan... bukan, kilauan kecil itu menunjukkan kalau ia merasa bahwa para orang dewasa didepannya sangat kasihan lalu pelan-pelan melanjutkan,

"...Meskipun aku bilang begitu, kalian gak akan bisa mengerti... di sebuah kota di lantai 56 di Aincrad, Aku mengatakan hal yang sama persis dengan yang kalian katakan. Disana ada boss monster yang bagaimanapun caranya harus kami kalahkan, dan untuk mengalahkannya, kami berencana untuk menggunakan NPC... penduduk yang dikendalikan oleh AI untuk bertarung. tapi Kirito-kun menyatakan kalau hal itu gak boleh dilakukan, NPC itu hidup dan pasti ada cara lain. Orang-orang yang merupakan anggota guild-ku tertawa... tapi pada akhirnya, dia benar. Meskipun mereka adalah Fluctlight buatan, sebuah copy dari media yang diproduksi massal, Kirito-kun gak akan membantu kalau mereka akan digunakan sebagai alat perang untuk membunuh satu sama lain, pasti."

“—Bukannya aku gak mengerti apa yang kau coba katakan. Memang benar kalau Fluctlight buatan memiliki kemampuan berfikir yang sama dengan kita, manusia. Dalam hal itu, memang benar kalau mereka itu hidup. Namun, ini merupakan pertanyaan prioritas. Bagiku, nyawa dari ratusan atau ribuan Fluctlight buatan gak sebanding dengan nyawa satu orang Petugas."

Debat ini gak akan ada akhirnya... pikir Rinko. Tentang apakah AI sendiri juga punya hak asasi —itu adalah pertanyaan yang gak akan bisa disimpulkan, meskipun bottom-up AI yang asli muncul dan dimana perdebatan akan berakhir.

Tentang apa yang ia pikirkan, Rinko sendiri masih belum yakin. Sebagai ilmuan, realisme dalam diriku mengatakan kalau jiwa yang di klon bukanlah mahluk hidup. Tapi pada saat yang sama, apa yang akan orang itu pikirkan? Bagaimana jika orang itulah yang mengharapkan «suatu tempat yang gak ada», menciptakannya dan gak pernah kembali—?

Rinko memecahkan keheningan dalam situasi ini untuk menyeret jejak pemikirannya kembali.

"Omong-omong, kenapa Kirigaya-kun harus ada dalam rencana ini? Ada resiko kalau informasi paling rahasia milik kalian bocor, kalau begitu kenapa harus dia...?"

"—Ahh, Kita melakukan percakapan ini untuk menjelaskannya. Tapi aku jadi melenceng dan hampir lupa tentang apa yang harusnya kita bicarakan."

Kikuoka terlihat seperti ingin lepas dari tatapan Asuna yang seperti magnet lalu tersenyum, batuk, dan melanjutkan kata-katanya,

"Kenapa penduduk Underworld gak bisa melanggar Taboo Index... hal itu ada hubungannya dengan konstruksi dari Light Cube yang menampung Fluctlight, atau apakah kesalahan dalam mendidik mereka? Mari kita ulang diskusi kita. Jika masalahnya yang pertama, kami harus mempertimbangkan tentang mendesain ulang medium nya, dan kalau masalahnya yang kedua, kami mungkin bisa saja membetulkannya. Jadi, kami mencoba ekesperimennya. Satu dari teknisi kami, seorang manusia, memorinya dihadang sepenuhnya dan menjadi anak muda lagi. Kami membiarkannya tumbuh di Underworld untuk melihat apakah tindakannya akan sama atau tidak dengan Fluctlight buatan yang lain."

"Me...melakukan hal seperti itu, apakah otak test subjek nya gak akan ada masalah? Kalau kehidupan mereka diulang... bukannya akan kekurangan memori?"

"Gak sama sekali... Fluctlight bisa menyimpan memori selama sekitar 150 tahun, aku sudah mengatakan hal itu sebelumnya, kan? Tentang mengapa muncul batas yang sebesar itu, kami gak tau apa-apa... menurut kitab suci, orang-orang pada zaman Nabi Nuh dapat hidup ratusan taun, jadi kupikir kita tau apa yang mereka bicarakan. Pertama-tama, meskipun kami bicara tentang tumbuh dewasa, kami hanya membiarkan nya tumbuh sampai sekitar 10 tahun, yang harusnya sudah cukup bagi kami untuk tau apakah dia bisa melanggar Taboo Index. Tentu saja, memori yang didapat di Underworld akan dihadang juga, jadi saat dia kembali ke dunia nyata, dia akan tetap dalam kondisi seperti sebelum menggunakan STL."

"...Lalu, hasilnya...?"

"Kami merekrut delapan petugas untuk menjadi tes subjek, membiarkan mereka masuk ke dalam Underworld dan membiarkan mereka tumbuh pada lingkungan yang berbeda. Pada akhirnya... hal yang mengejutkan ialah gak ada satupun orang yang melanggar Taboo Index sebelum mereka berumur sepuluh. Malahan, hasilnya merupakan kebalikan dari yang kami duga... mereka lebih gak bersemangat dibanding Fluctlight yang lain dan gak suka main keluar. Mereka gak menunjukkan rasa ingin mengetahui sekelilingnya. Kami menyimpulkan bahwa itu karena ada perasaan gak nyaman."

"Perasaan gak nyaman?"

"Meskipun kami menghadang seluruh memori dari lahir, hal itu gak bisa menghapus seluruhnya. Kalau hal itu terjadi, mereka mungkin gak akan bisa kembali ke dunia nyata. Omong-omong, ini bukan masalah «Pengetahuan», tapi «Insting» yang menunjukkan bagaimana tubuh kita bergerak, mencegah para peneliti untuk merasa nyaman di Underworld. Se-nyata apapun hal itu, gak ada bedanya dengan dunia virtual yang diciptakan The Seed. Sekali mereka masuk, mereka dapat mengerti kalau disana sedikit berbada dengan bergerak di kenyataan. Hal itu sama dengan rasa gak nyaman seperti saat aku pertama kali menggunakan Nerve Gear untuk mencoba closed beta dari SAO."

"Itu karena perasaan gravitasi."

Sahut Asuna,

"Gravitasi...?"

"Gak seperti pengelihatan atau pendengaran, bagian dari penelitian terhadap gravitasi dan keseimbangan sedikit terlambat. Itu karena sebagian besar dari sinyal bergantung kepada gravitasi untuk mengatur otak kita, jadi bagi mereka yang gak terbiasa dengan hal itu gak bisa bergerak semau mereka."

"Ya, itulah hal yang kami sudah terbiasa."

Pa-tch, Kikuoka menjentikkan jarinya dan setuju,

"Jika kami ingin mengulang segala sesuatu di eksperimen nya, kebutuhan untuk dapat terbiasa bergerak didalam dunia virtual adalah sebuah keharusan, dan kami menyadari hal itu. Itu bukan lah eksperimen yang butuh waktu beberapa hari atau bulan atau tahun. Kupikir kamu mengerti sekarang. Untuk alasan itulah aku butuh pertolongan seseorang yang paling terbiasa dengan dunia virtual.

"—Tunggu sebentar."

Asuna lagi-lagi mencela Kikuoka dengan suara yang tegas.

"Apa kalian berbicara tentang «Diving dalam tiga hari berturut-turut» yang Kirito-kun bicarakan? ...Tapi Kirito-kun bilang ke kami kalau fitur FLA maksimum hanya 3 kali lipat, jadi dia menghabiskan waktu 10 hari disana. Apa kalian berbohong padanya? Apa itu sebenarnya 10 tahun...?"

Kikuoka dan Higa berasa diserang pandangan yang menyengat lalu menundukkan kepala mereka dengan ekspresi khawatir.

"Maaf, tentang hal itu, itu adalah kesalahan dari cabang di Roppongi. Itu karena aku memberi intruksi untuk merahasiakan informasi dari kecepata akselerasinya..."

"Itu lebih parah lagi! 10 tahun umur jiwa Kirito-kun digunakan untuk hal itu. Kalau perawatan ini gagal karena hal ini, Aku gak akan memaafkan kalian."

"Itu gak bisa dijadiin suatu alasan, tapi Higa-kun dan Aku berkontribusi dalam eksperimen lebih dari 20 tahun —jadi, 10 tahun Fluctlight yang Kirito-kun kontribusikan disana jauh lebih sedikit dari Fluctlight para petugas disini."

"Dengan kata lain, dia melakukan sesuatu yang melanggar Taboo Index saat tumbuh besar di Underworld?"

Sela Rinko, dan Kikuoka tersenyum dan menggelengkan kepalanya,

"Tegasnya, bukan seperti itu, namun, Aku bisa bilang kalau hasilnya lebih dari yang diperkirakan. Dari usia muda, Kirito-kun menunjukkan antusiasme yang belum pernah terlihat dalam rasa ingin tau dan aktifitasnya, hal itu membuatnya berkali-kali hampir melanggar Taboo Index —tentu saja, jika Fluctlight miliknya berakhir melanggar Taboo Index, itu menunjukkan kalau Fluctlight buatan itu struktur nya cacat, dan aku gak akan senang mendengar hal itu. Namun, kami terus mengamati tingkah lakunya dan setelah ia menghabiskan waktu 7 tahun atau lebih disana... Higa-kun ini menyadari sesuatu yang sangat menarik."

Higa menyela Kikuoka dan melanjutkan kata-katanya,

"Ya, awalanya aku gak setuju Kirigaya-kun mengambil bagian dalam ekspremen, dengan alasan moral dan keamanan, dan saat aku mengetahui kenyataannya, Aku harus bilang kalau aku terkesan oleh pandangan bijaksana Kiku-san. Kami mendigitalisasi beberapa pasal penting didalam Taboo Index dan mengecek kemungkinan yang dipunyai setiap warga untuk melanggarnya. Fluctlight buatan yang dimiliki seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan yang berinteraksi dengan Kirigaya-kun... -atau Kirito-kun, kemungkinan mereka untuk melanggar Taboo Index itu meningkat."

"Eh...? berarti..."

"Dengan kata lain, Kirito-kun dengan memori dan kepribadian dunia nyata nya di segel, dapat mempengaruhi tindakan dari Fluctlight buatan yang ada di sekelilingnya. Mudahnya, rasa antusias miliknya menyebar ke yang lain, atau kira-kira seperti itulah."

Rinko melihat bibir Asuna yang menunjukkan sedikit senyuman setelah mendengar perkataan Higa. Mungkin perkataan itu mudah dimengerti oleh Asuna.

"...Saat ini, alasan mengapa Fluctlight buatan gak melanggar aturan, kami belum bisa mengetahuinya. Itu mungkin karena elemen yang digunakan untuk membuat Light Cube, tapi kami merasa sudah gak perlu lagi untuk menganalisa hal itu sebagai sebuah prioritas. Bagi kami, kami gak ingin menyelesaikan masalah sepenuhnya, kami hanya ingin satu pengecualian, sebuah AI dengan kemampuan beradaptasi yang tinggi yang mempunya konsep «Peraturan sebagai prioritas», dan jika kami mengklon nya, kami harusnya bisa mendapatkan beberapa alasan."

"Aku gak terlalu suka pemikiran seperti itu... tapi dulu, pemecahan masalah selalu dilakukan dengan cara itu, kupikir"

Menghembuskan nafas sedikit, Rinko bertanya kepada Higa,

"Lalu, apa kalian sudah mendapat pengecualian itu?"

"Ada satu yang sudah jatuh ketangan kami. Seorang gadis yang paling dekat dengan eksistensi Kirito-kun akhirnya melanggar Taboo Index sebelum eksperimen berakhir, dan itu adalah tindak kriminal yang berat yaitu «Memasuki Wilayah Terarang». Setelah memeriksa rekamannya, kami menemukan kalau ada Fluctlight buatan lain yang mati di daerah terlarang yang gadis itu lihat. Kemungkinan besar, gadis itu ingin menyelamatkannya, dan jika aku harus bilang, gadis itu mementingkan nyawa orang lain melebihi Taboo Index. Itu adalah adaptasi yang kami cari-cari. Yah, itu sangat berbeda dengan mewujudkan senjata; «melawan etika dan membunuh seseorang» adalah suatu hal yang ironis."

"...Kau bilang hal itu sebelumnya, kan?"

"Ah —ya. Sayang sekali... kami gak bisa memegang erat-erat sebuah permata yang jatuh ke tangan kami..."

Higa menurunkan bahunya dan kemudian menggelengkan kepalanya kekiri dan kekanan,

"...Seperti yang sudah aku bilang, waktu didalam Underworld berjalan 1000 kali lipat dari waktu di dunia nyata. Mustahil untuk mengamati mereka dari luar dalam waktu yang sebenarnya, jadi kami memotong apa yang kami rekam kedalam beberapa segmen dan pelan-pelan menayangkan ulang rekaman dengan banyak petugas kami untuk menonton-nya. Meskipun, pasti ada banyak jeda dibandingkan dengan waktu didalam sana. Kami menghentikan server nya pada saat kami menemukan gadis itu melanggar Taboo Index dan ingin mencabut Light Cube untuk menyimpan Fluctlight milik gadis itu... pada saat itu, sekitar dua hari sudah berjalan disana. Dan yang mengejutkan, Integrity Church telah membawa gadis itu ke ibu kota dan dalam waktu dua hari melakukan suatu bentuk koreksi terhadap Fluctlight milik gadis itu."

"Ko...koreksi? Kau memberi kewenangan sebanyak itu terhadap hal yang sedang kau amati?"

"Bukan itu masalahnya... atau mungkin bukan. Penduduk Underworld mempunyai kewenangan untuk menjaga hukum dan perintah, dan mereka yang mampu mencapai batas dari sistem yang para warga kelas tinggi sebut «Sacred Arts» adalah para pendeta yang ada di Integrity Church, orang-orang yang mempunyai kewenangan tertinggi. Mungkin bukan hanya batas umur yang bisa mereka manipulasi, tapi mereka menemukan backdoor ke sistem tanpa kita ketahui...yah, aku akan membaca data untuk lebih detail lagi nanti; Taboo Breaking Index «Alice» yang sekarang dan yang sudah lalu."

"Alice...?"

Asuna tiba-tiba mengangkat kepalanya dan menggumam. Rinko mulai mengerti arti dari istilah itu. Itu seharusnya merupakan sebuah nama yang menjadi singkatan dari «Highly Adaptive Artificial Intelligence» yang Kikuoka dan Higa incar.

Kikuoka sepertinya menyadari kecurigaan mereka lalu mengangguk setuju dan berkata,

"Benar. Itu adalah nama gadis yang hidup bersama Kirito-kun dan satu anak laki-laki yang lain. Nama dari seluruh penduduk Underworld semuanya benar-benar ditentukan dengan acak, jadi kami benar-benar kaget dengan kebetulan yang luar biasa ini saat kami tau nama gadis itu adalah Alice. Karena nama itu merupakan konsep dari seluruh rencana yang RATH punya."

"Konsep?"

"Eksistensi sebuah AI dengan kemampuan beradaptasi yang tinggi, Artificial Labile Intelligence Cybernetic Existence. Kalau kita ambil huruf pertama dari masing-masing kata «A, L, I, C, E»... tujuan dari penelitian kami adalah untuk membiarkan awan foton yang tersegel didalam LightCube menjadi «Alice». Para petugas menyebutnya «Alice-ing».”

Letnan Kolonel Kikuoka Seijirou masih menunjukkan senyuman yang tak bisa dibaca meskipun rahasianya sudah terbongkar, dan berkata,

"Selamat datang, di «Project Alicization».”

Bagian 3[edit]

—Kalian membuat benda yang tak masuk akal sebanyak ini..

Meskipun mesin itu terbuat dari data yang ia miliki, Koujiro Rinko hanya bisa terkagum-kagum melihatnya.

Ruangan yang bersebelahan yang terisolasi oleh kaca yang tebal mempunyai dua objek persegi panjang rakasasa yang hampir setinggi langit-langit. Bagian luarnya adalah aluminium yang gak diwarnai, dan warna perak gelap bersinar dari mesin itu. Benda itu berkali-kali lipat lebih besar dari mesin high-tech Medi-Cuboid yang digunakan untuk perawatan medis, apalagi kalau dibandingkan dengan Nerve Gear.

Tentu saja, logo dari perusahaan ada disana, hanya tulisan berbahasa inggris yang simpel; «Soul Translator» pada sisi samping dan sebuah angka yang ukurannya cukup besar di atasnya. Mesin yang ada di bagian kiri bernomorkan 4 dan mesin di bagian kanan bernomorkan 5. Akhirnya aku bisa melihat «Soul Translator» Rinko menatap mesin itu selama lebih dari 10 detik, mengerutkan dahi lalu bergumam,

"4...ini mesin ke 4... kalau begitu, mesin ke 5 itu...?"

Angka-angka itu hanya dapat menjelaskan hal itu, tapi ruangan bersih di sisi lain dari dinding kaca gak punya mesin seperti disini. Ia sedikit memiringkan kepalanya dan mendengar penjelasan singkat dari sisi kanan.

"Model eksperimen 1 ada di ruang utama di Roppongi dan terhubungkan dengan satelit. Model 2 dan 3 ada di Ocean Turtle, tapi seperti yang bisa kamu lihat disini, mereka disimpan poros bawah. Dengan kata lain... model terbaru nomor 4 dan 5 gak bisa disimpan disana karena keterbatasn ruang dan akhirnya diletakkan di poros atas, disini."

Yang berbicara adalah orang yang membawa Rinko dan Asuna kesini. Dia bukan Kikuoka, Higa atau Letnan Nakanishi, dan bukan juga seorang pria. Seragam putih bersih yang menutupi tubuhnya tinggi dan langsing, ia memakai sandal ber-hak rendah, dan dikepalanya terdapat topi suster—seorang wali perempuan.

Untuk suatu alasan, Rinko heran mengapa ada seorang wali disini, ditempat seperti ini, tapi setelah mengingat kalau tempat ini adalah kapal yang sangat besar, pasti ada kru medis, dan pasti ada petugas seperti itu disini.

Suster itu mempunyai rambut yang dikepang tiga lapis dan memakai kacamata tanpa bingkai. Tablet terminal ditangannya dengan cepat ditekan dan menampilkannya kepada Rinko. Terlihat tampilan yang sepertinya adalah peta tata ruang dari Ocean Turtle. Ia menggunakan ujung jarinya yang mempunyai kuku yang rapi untuk menarik bagian kapal besar.

"Wilayah pusat dari piramid mempunyai pipa penyeimbang yang berdiameter 20m dan tinggi 100m yang disebut «Pilar Utama». Pilar itulah yang menyokong semua lantai di kapal ini dan lapisan yang melindungi fasilitas-fasilitas yang penting. Didalamnya adalah Control System dari kapal itu sendiri, tulang belakang dari rencana Alicization...tempat dimana terdapat 4 mesin STL dan mainframe dari «Light Cube Cluster»."

"Fuun...itu mencangkup area atas, kan? bagaimana dengan area bawah?"

"Itu adalah sebuah konstruksi yang terbagi menjadi bagian atas dan bawah pada wilayah pusat. Bagian tengah adalah kompartemen titanium yang seperti dinding. Yang ada diatas adalah poros atas, dan dibawah ada poros bawah. Saat ini, kita ada di «Ruang Kontrol ke-2» di poros atas. Para petugas menyebutnya «Sub-Con».”

"Oh begitu. Jadi tempat pertama kali kami dibawa, Ruang Kontrol Pertama yang ada di poros bawah adalah «Main-Con», kan?"

"Sebuah jawaban yang luar biasa, Profesor Koujiro."

Rinko memberikan senyum masam kepada suster yang tersenyum sembaru berkata seperti itu, lalu berbalik ke arah kiri.

Gadis yang berdiri disana dengan tenang—Yuuki Asuna menyenderkan tangan nya di tembok kaca, memperhatikan mesin nomor 4 di sisi lainnya dengan seksama. Lebih tepatnya, ia memperhatikan seorang anak laki-laki yang terbaring di sebuah kasur dan terhubung ke mesin nomor 4 itu.

Banyak elektroda yang menempel dibalik baju putih pasien, dan sebuah micro-injector menempel pada tangan kiri. Bagian diatas bahu semuanya tertutupi oleh STL dan gak bisa dilihat, tapi Asuna tau kalau orang itu adalah Kirigaya Kazuto yang sedang ia cari-cari.

Sword Art Online Vol 10 - 125.jpg

Asuna terus menatap kearah Kirito tanpa menyadari tatapan Rinko, dan bulu mata panjangnya akhirnya sedikit tertutup sambil membisikkan sesuatu pelan-pelan. Air mata keluar dari matanya, dan terhuyung kesamping sebelum jatuh.

Rinko sangat ingin menghibur Asuna yang sedang dalam kondisi seperti itu, dan sebelum ia melakukannya—

"Jangan khawatir, Asuna-san. Kirigaya-kun pasti akan kembali."

Suster yang memakai kacamata itu berkata demikian dengan nada yang agak mengejutkan. Ia berjalan kesamping Asuna, menggantikan Rinko yang mengambil langkah kebelakang, dan menggerakkan tangan nya ke bahu gadis itu. Namun, Asuna tiba-tiba membalikkan badannya seolah olah menghindarinya dan menggunakan ujung jarinya untuk mengelap air mata nya, menjawab dengan nada yang mengejek entah mengapa.

"Tentu saja. Tapi... kenapa kau ada disini, Aki-san?"

"Eh...? Kalian berdua sudah saling kenal?"

Rinko bertanya dengan bingung, dan Asuna mengangguk,

"Un. Aki-san ini adalah seorang suster yang bekerja di RS Chiyoda. Kenapa orang ini ada di perairan Kepulauan Izu, aku gak tau."

"Tentu saja, Aku disini untuk merawat Kirigaya-kun."

"Lalu, apa pekerjaan mu? Atau seperti Kikuoka-san? Apa kamu juga menyamar menjadi seorang suster?"

Suster yang dipanggil Aki itu gak menunjukkan sedikitpun rasa takut saat ia menerima tatapan tajam Asuna, dan menunjukkan sedikit senyum sembari menurunkan bahu nya.

"Bagaimana mungkin? Aku gak seperti oji-sama itu, Aku suster asli. Aku punya ijazah nasional. Akan tetapi, aku lulus dari «Tokyo Self-Defense Senior Nurse Academy».”

"...Aku bisa percaya itu sedikit."

Asuna mengangguk, dan Rinko melanjutkan tanpa rasa peduli.

"Yah, Aku sama sekali gak mengerti... pada akhirnya siapa sebenarnya Aki-san ini?"

"Suster beneran, kupikir, tapi bukan cuma itu saja."

Asuna berbalik menghadap Rinko lagi lalu berkata dengan lancar.

"Kalau dia adalah suster yang lulus dari Akademi Perawat yang berhubungan dengan Pasukan Pertahanan Diri, secara teknis seharusnya ia bekerja di RS Pasukan Pertahanan-Diri. Namun, Aki-san adalah suster di RS Chiyoda pada saat insiden SAO, itu berarti hal ini juga merupakan kerjaannya Kikuoka-san... apakah aku benar?"

"Jawaban yang luar biasa, Asuna-san."

Suster Aki mengulang apa yang ia katakan kepada Rinko sebelumnya lalu tersenyum. Asuna terus menatap ke arah suster yang tinggi dan langsing itu sebelum akhirnya mengucapkan kata-kata,

"Dan juga, ada satu hal lagi. Aku membaca sebuah data kalau mereka yang menjadi anggota di Akademi Perawat di Pasukan Pertahanan-Diri diperlakukan sama seperti orang baru yang masuk militer dibawah pedoman promosi akademi. Kalau begitu, Aki-san adalah suster dan juga..."

Jangan bilang siapa-siapa. Ucap suster aki sembari menggunakan tangan kanannya untuk menutup mulut Asuna. Ia mengangkat tangannya setinggi kepalanya, dan menunjukkan posisi memberi hormat—

"PETTY OFFICER SECOND CLASS AKI NATSUMI! SAYA PRIBADI AKAN MELINDUNGI NYAWA KIRIGAYA-KUN!... yah."

Suster yang juga seorang Petugas Pertahanan-Diri itu memberikan kedipan tegasnya, dan Asuna menatap wajahnya dengan setengah ragu sebelum menghela nafas dan menundukkan kepala nya dan berkata,

"Mohon kerjasama nya."

Ia kemudian kembali berbalik untuk melihat kearah mesin STL nomor 4 yang terpisah darinya oleh sebuah dinding kaca, memperlihatkan tatapan yang rindu kearah seorang anak yang berbaring di tempat tidur gel yang panjangnya 3m,

"...Kamu harus kembali, Kirito-kun."

Gumam Asuna dengan air mata yang menetes, dan Suster Aki mengangguk dengan tegas, kali ini menaruh tangan kirinya diatas bahu Asuna.

"Tentu saja. Meskipun kondisinya seperti ini, Fluctlight milik Kirito-kun sedang bekerja aktif di proses perawatan. Jaringan saraf nya sudah berhasil tumbuh kembali, dan takkan lama ia akan bangun. Dan juga... anak itu adalah «pahlawan» yang menamatkan SAO, kan?

Kata-kata itu meninggalkan rasa sakit yang tajam pada dada Rinko. Ia kemudian menghela nafas dalam, menyimpannya, berdiri disamping Asuna dan menatap kearah mesin besar dibalik tembok kaca itu.


8pm.

Rinko mengangkat kepalanya dari jam yang ada di tangan kirinya dan mengangkat tangan kanan nya dengan yakin lalu menekan tombol logam yang bertuliskan 'call'. Beberapa detik kemudian, speaker yang terpasang disamping pintu memberikan balasan yang simpel,

“...Ya.”

"Ini aku, Koujiro. Bolehkah aku mengatakan sesuatu kepadamu?"

"Tentu saja, Kubuka pintunya sekarang."

Saat suara itu berbunyi, indikator panel telepon itu berganti warna dari merah menjadi hijau, dan dengan suara mesin, sebuah pintu terbuka.

Rinko memasuki ruangan, dan Asuna, yang berdiri disamping tempat tidur, mengangguk sembari mengontrol rimot kendali utama di tangan kanan nya. Pintu dibelakangnya tertutup, dan suara mengunci bisa terdengar.

Kabin itu desain nya sangat mirip dengan kamar Rinko. Ruang 6 tatami yang terbuat dari resin berwarna putih, dan hanya ada satu tempat tidur, meja, sofa dan terminal kecil yang bisa digunakan untuk mengakses jaringan kapal. Letnan naganishi, yang memandu mereka kesini, berkata 'ini adalah kabin kelas pertama'. Rinko tak bisa menahan untuk membayangkan kabin penumpang yang mewah seperti yang ada di kapal pesiar, tapi sepertinya ruangan personal yang dilengkapi kamar mandi ini sudah tergolong kelas pertama.

Namun, ruangan yang ditempati Asuna berbeda dengan ruangan Rinko. Ruangan itu memiliki jendela yang panjang dan sempit disamping tempat tidur. Dengan kata lain, ruangan ini ada di area tepi dari Ocean Turtle, area yang terhubung ke generator panel-tingkat. Ia dengan sengaja pergi ke elevator naik untuk menikmati matahari terbenam di lautan yang sangat indah dari jendela, tapi saat ini, hanya kegelapan pekat yang ada di sekeliling, dan sayang sekali, langit mendung menandakan kalau bintang-bintang gak akan bisa terlihat.

"Silahkan lakukan apa yang kamu mau. Aku gak keberatan."

Ucap Asuna. Rinko menaruh botol plastik Teh Oolong yang ia beli di vending machine yang ada di pojokan elevator diatas meja sebelum ia duduk di sofa yang keras itu. 'Tunggu dulu' tiba-tiba ia bergumam tanpa sadar sebelum menutup mulutnya. Ia sendiri masih muda, tapi setelah melihat kecantikan Asuna yang memakai T-shirt dan celana pendek, ia akhirnya sadar kalau suaranya sudah mendekati 30 tahun.

"Minumlah kalau kamu mau."

Asuna mengambil botol itu sambil tersenyum dan menundukkan kepalanya,

"Makasih banyak. Kebetulan aku sedang haus."

"Kamu udah nyoba air dispenser nya?"

Asuna memberikan senyuman menggoda saat mendengar nya.

"Saluran air di Tokyo mungkin terasa lebih enak."

"Yah, itu sepertinya air laut yang dimurnikan. Kupikir gak akan ada trihalometana yang tercampur. Secara tak terduga, mungkin nutrisi nya lebih banyak dibanding air yang dijual oleh para perusahaan."

Ia melepas tutup botol Teh Oolong itu dan meneguk cairan dingin itu. Ia benar-benar ingin minum bir, tapi menyerah saat ia berfikir harus pergi ke kantin di poros bawah untuk membelinya.

Menghembuskan nafas, Rinko menatap kearah Asuna lagi.

"...Sayang sekali kamu gak bisa melihat Kirigaya-kun."

"Tapi entah kenapa aku merasa sangat termotivasi, sangat senang rasanya seperti mimpi."

Asuna tersenyum, dan Rinko bisa merasakan kalau kegelisahan Asuna sudah hilang.

"Benar-benar pacar yang merepotkan; tiba-tiba menghilang ke tengah lautan seperti ini. Kamu sebaiknya mengikat leher nya dengan tali."

Asuna tersenyum dan menundukkan kepalanya.

"Aku benar-benar, benar-benar ingin berterimakasih, Koujiro-sensei, untuk menerima permohonan yang gak masuk akal dariku... Aku gak tau gimana caranya untuk berterimakasih."

"Gak perlu begitu. Panggil saja aku Rinko...dan juga, hal ini sama sekali gak menghilangkan rasa bersalah ku kepada mu dan Kirigaya-kun."

Rinko menggelengkan kepalanya, membulatkan tekadnya, dan menatap kearah Asuna,

"...Ada hal yang ingin kukatakan kepadamu. Un, bukan hanya kepadamu...tapi juga kepada seluruh pemain dari SAO..."

“...”

Rinko mencoba semampunya untuk menerima hal ini lalu terus menatap mata Asuna. Ia kemudian mengambil nafas panjang dan menghembuskannya, melepaskan dua kancing dari kemeja katun nya. Ia membuka kerah bajunya, melepas kalung perak nya, menunjukkan bekas luka yang ada berada di samping kiri tulang dada nya.

"Apa kau tau sesuatu...tentang bekas luka ini...?"

Asuna terus menatap bagian kanan atas dari jantung Rinko, dan akhirnya mengangguk.

"Ya. Itu adalah tempat micro-bom yang dikendalikan dari jarak jauh ditanam. Jadi sensei... Rinko-san diancam oleh Guild Leader...Kayaba Akihiko selama dua tahun."

"Itu benar...Aku dipaksa ikut bagian dalam rencana mengerikan itu dan merawat tubuh orang itu selama ia dive in dalam waktu yang lama...—itulah yang seluruh dunia anggap. Itu sebab nya aku gak dituntut, nama ku gak disebutkan, dan aku kabur ke Amerika seorang diri..."

Rinko memakai baju dan kalung nya itu kembali lalu meneruskan semampunya dan berkata,

"Tapi fakta nya bukan seperti itu. Memang benar bom itu dikeluarkan di RS polisi, dan ada kemungkinan bom itu meledak, tapi aku tau kalau bom itu gak akan meledak—itu hanya sebuah kedok. Setelah insiden berakhir, Aku gak pernah mempermasalahkan hal itu lebih jauh karena senjata palsu yang orang itu tanam adalah satu-satunya hadiah yang ia berikan kepadaku."

Meskipun setelah mendengar hal itu, ekspresi Asuna sama sekali gak berubah. Mata yang jernih dan murni itu terlihat seolah olah dapat melihat kedalam hatinya terus memandang Rinko dengan penuh perhatian.

“—Kayaba-kun dan Aku mulai berkencan saat aku masuk universitas, dan jika menghitung waktu yang kami habiskan untuk studi lebih lanjut, kami menjadi sepasang kekasih selama 6 tahun...tapi hanya aku yang berfikir seperti itu. Aku sudah jelas lebih tua darimu, tapi Aku jauh lebih bodoh darimu karena aku sama sekali gak bisa tau isi hati Kayaba-kun. Hanya satu hal yang ia mau, dan Aku sama sekali gak tau hal itu

Sembari ia melihat ke lautan yang sangat luas di malam hari, Rinko mulai berbicara tentang kata-kata yang ingin ia sampaikan selama 4 tahun. Tak terduga ia mengucapkan sebuah nama yang biasanya menyebabkan rasa sakit di kepalanya pada saat ia berfikir tentang hal itu.

Pada waktu ia terdaftar di universitas industrial yang terkenal di Jepang, Kayaba Akihiko sudah menjadi kepala dari cabang pengembangan ke-3 dari Argus Corporation. Kayaba menandatangani lisensi persetujuan di SMA sebagai game programmer, dan Argus bangkit dari perusahaan kelas 3 menjadi perusahaan pembuat game yang top di seluruh dunia, jadi dapat dimengerti kalau dia diberikan posisi manajemen setelah dia masuk universitas.

Bisa dibilang kalau Kayaba punya gaji tahunan lebih dari 100 juta yen saat dia masih berumur 18, dan termasuk biaya lisensi, ia seharusnya sudah berada di level yang mengejutkan. Wajar, banyak gadis-gadis di kampus yang mendekatinya dengan berbagai maksud, tapi banyak yang mundur setelah menerima tatapan nya yang lebih dingin dari pada es yyang menandakan kalau ia sama sekali gak tertarik.

Oleh sebab itu, Rinko gak bisa mengerti kenapa Kayaba gak pernah menolaknya, gadis yang satu tahun dibawahnya dan biasa-biasa aja. Mungkin karena gadis itu gak pernah mendengar tentang Kayaba sebelumnya? Atau mungkin karena gadis itu mempunyai otak yang handal yang diperbolehkan keluar masuk lab Shigemura? Satu hal yang pasti adalah kalau Kayaba tertarik padanya bukan karena penampilannya.

Kesan pertama Rinko tentang Kayaba setelah ia memeluknya adalah bahwa ia adalah sebuah toge yang kekurangan gizi. Wajah nya yang pucat, pakaian putih kusut nya, perangkat inspeksi yang selalu ada dengannya seperti sebuah kebutuhan; ia mengingat kejadian itu dengan jelas seolah-olah baru saja terjadi kemarin, dan tentang bagaimana ia memaksa nya pergi ke Shounan untuk menyewa mobil.

"Kalau kamu gak sesekali pergi keluar untuk berjemur, niatan untuk pergi keluar gak akan muncul!"

Rinko berkata seperti itu dengan sikap yang tak terduga, dan Kayaba, yang ada di kursi penumpang, terlihat terkejut dan menatap nya balik. Pada akhirnya setelah beberapa lama, kamu gak akan ingin kulitmu menerima cahaya matahari yang berlebihan. ia akhirnya berbicara, menyebabkan Rinko terkaget.

Beberapa saat setelahnya, ia menyadari sisi lain ketenaran yang menyertai Kayaba muda; bisa dibilang kalau gak ada cara efektif untuk mengubahnya secara sosial. Dia selalu menjadi toge yang kekurangan gizi, kapanpun Rinko masuk ke kamar Kayaba, ia akan menegurnya dan membuatnya memakan masakan yang Rinko masak.

Orang itu gak pernah menolak ku. Mungkin dia mencoba untuk meminta pertolonganku, tapi aku gak menyadarinya, mungkin? Rinko bertanya pada dirinya sendiri berkali-kali, tapi ia gak pernah mendapatkan sebuah jawaban. Orang yang gak pernah bergantung kepada orang lain selain kepada dirinya sendiri sampai saat terakhir. Dia hanya ingin satu hal. «sebuah dunia yang gak ada disini», ia ingin melangkah menuju pintu yang terlarang untuk manusia yang bukan tuhan.

Berkali-kali, Kayaba berbicara tentang kastil raksasa yang mengapung diudara yang muncul di mimpi nya. Kastil itu terdiri dari banyak lantai, dan tiap lantainya terdapa jalanan, hutan dan rerumputan yang membentang ditempat itu. Orang-orang harus menggunakan tangga yang panjang di sisi samping nya, dan di langitnya tampak istana indah yang seperti mimpi.

"Apakah ada seseorang disana?"


Pada saat Rinko bertanya, Kayaba tersenyum dan menjawab, Aku gak tau.

—Saat aku masih sangat muda, Aku selalu bermimpi untuk pergi ke istana itu tiap malam. Tiap malam, aku mendaki anak tangga satu demi satu dan menuju ke arah langit. Tapi pada suatu hari, Aku gak bisa menggapai istana itu lagi di mimpiku. Aku hampir melupakan mimpi tak berguna itu.

Namun, pada hari dimana Rinko menyelesaikan tesis sarjana nya, Kayaba melakukan perjalanan ke istana yang ada di angkasa itu dan gak pernah kembali lagi. Ia hanya menggunakan tangannya untuk menjadikan istana mengapung itu menjadi kenyataan, mengambil 10.000 pemain, dan meninggalkan Rinko sendirian di bawah—


"Aku tau tentang insiden SAO dari berita dan melihat nama dan foto Kayaba-kun. Aku gak bisa percaya hal itu, tapi setelah aku mengendarai mobil ke tempat tinggal nya, aku menyadari kalau itu benar-benar terjadi saat aku melihat banyak mobil patroli yang parkir disana."

Rinko merasakan sedikit rasa nyeri di suaranya yang gak muncul dalam waktu yang lama, dan melanjutkan dengan perasaan yang terganggu,

"Orang itu gak pernah bilang apapun kepada ku sampai akhir. Itu sama seperti saat ia memulai perjalanannya. Ia gak pernah mengirim satupun e-mail kepadaku. Un...Aku benar-benar seorang idiot. Aku membantu nya membuat desain Nerve Gear juga, dan aku tau kalau dia membuat game di Argus. Tapi, aku gak pernah tau apa yang ia pikirkan... saat Kayaba-kun menghilang tanpa jejak, aku pergi keliling Jepang untuk mencarinya. Aku berhasil memikikan hal itu. Suatu hal yang aneh yang aku pikirkan; dulu, ada tanda di sebuah gunung di Nagano di navigation log mobilnya. Insingku berkata kalau disitulah tempatnya. Kalau aku memberitahu polisi tentang tempat itu, insiden SAO mungkin akan menuju ke arah yang berbeda..."

Mungkin kalau polisi masuk kedalam villa di gunung itu, Kayaba mungkin sudah membunuh semua pemain seperti yang ia nyatakan. Namun, dia sendiri bilang kalau hal itu gak akan ia biarkan. fikir Rinko.

"—Aku menghindari penjagaan polisi dan pergi ke Nagano seorang diri. Aku menghabiskan waktu 3 hari untuk mencari villa itu berdasarkan ingatanku, dan tanpa sadar, aku benar-benar sudah penuh lumpur...namun, Aku berkerja keras bukan untuk membantunya. Aku...ingin membunuh Kayaba-kun."

Dan seperti saat pertama kali mereka bertemu, Kayaba gak pernah menunjukkan keraguan di wajahnya saat ia menyambut Rinko. Ia gak bisa melupakan perasaan dingin dan berat dari sebuah pisau yang ia genggam dibelakangnya.

"Tapi...maaf, Asuna-san. Aku gak bisa membunuhnya."

Rinko gak bisa menahan suaranya yang gemetaran itu, namun, ia melanjutkannya saat ia mencoba menahan air matanya.

"Aku gak bisa bohong tentang insiden itu lagi. Kayaba-kun tau kalau aku punya pisau dan hanya berkata 'orang yang merepotkan' seperti biasanya, lalu memakai Nerve Gear lagi dan kembali ke Aincrad. Sewaktu dive in pada waktu yang lama itu, ia gak pernah peduli terhadap jenggot panjang yang tumbuh, dan banyak alat-alat yang menempel di lengan nya, Aku...Aku hanya..."

Rinko gak bisa berkata apapun lagi dan berusaha untuk mengatur nafasnya.

Akhirnya ia kembali tenang. Lalu asuna berkata,

"Kirito-kun dan Aku gak pernah menyalahkanmu, Rinko-san."

Gadis yang 10 tahun lebih muda itu mengangkat kepalanya, menunjukkan senyuman yang samar-samar lalu menatap kearah Rinko.

"...Tentang hal itu...Aku mungkin gak sama dengan Kirito-kun, tapi aku benar-benar sangat membenci ketua...Kayaba Akihiko, dan aku belum menyelesaikan masalah ku dengan nya."

Rinko mengingat kalau Asuna adalah anggota dari guild yang Kayaba ciptakan didunia itu.

"Memang benar kalau insiden itu menyebabkan kematian 4000 orang. Kalau aku membayangkan...seberapa besar perasaan takut dan putus asa yang mereka rasakan saat mereka mati, Aku benar-benar gak bisa memaafkan tindak kriminal ketua. Namun... memang egois bagiku mengatakan hal ini, tapi pada waktu yang pendek itu aku hidup di dunia itu bersama Kirito-kun, itu mungkin adalah momen paling indah yang kurasakan dalam hidupku."

Asuna memindahkan tangan kirinya dan membuat gerakan, terlihat seperti akan memegang sesuatu yang dekat dengan pinggang nya.

"Dan seperti perasaan bersalah ketua, Aku merasa bersalah, Kirito-kun merasa bersalah, dan kau juga merasa bersalah, Rinko-san... Namun, aku merasa gak ada yang bisa mengkompensasi nya dengan hukuman. Kemungkinan besar, kita mungkin gak akan melihat hari penebusan itu, tetapi meskipun demikian, kita harus terus melawan rasa bersalah kita."

Malam itu, Rinko bermimpi tentang saat yang ia lama lupakan—waktu ia menjadi seorang murid, waktu ia gak tau apapun.

Orang yang gampang bangun, Kayaba selalu bangun lebih pagi dari pada Rinko, minum kopi dan membaca koran. Rinko selalu bangun saat matahari terbit sepenuhnya, dan Kayaba tersenyum seperti ia sedang menghadapi anak kecil yang mengantuk, dan akan berkata, selamat pagi.


"Kau benar-benar orang yang merepotkan, datang ke tempat seperti ini."


Suara yang berat itu menyebabkan Rinko melebarkan matanya. Ia menyadari kalau ada sosok yang tinggi di tengah kegelapan.

"Masih malam..."

Rinko kemudian menutup matanya lagi sambil tersenyum dan bergumam. Udara berhembus sedikit, dan sebuah langkah kaki beranjak pergi. Kemudian, ia mendengar suara pintu yang terbuka dan tertutup.

Ia hendak kembali ke tidur nyenyak nya lagi, tapi tepat sebelum itu terjadi—

“—!!”

Rinko menghela nafas dalam saat ia bangun. Perasaan nyaman tiba-tiba lenyap, dan hatinya menangis keras seperti suara alarm. Ia gak bisa tau lagi mana dunia mimpi dan kenyataan pada saat itu. Ia mencari sebuah rimot dan menyalakan lampu di ruangan nya.

Gak ada seorang pun di kabin yang tak berjendela. Namun, Rinko merasakan ada aroma samar-samar seseorang yang tersisa di udara.

Ia bangkit dari tempat tidur dan berjalan kearah pintu dengan kaki telanjang. Ia menekan panel dengan gelisah, membuka pintu dan berjalan menuju lorong melewati sela-sela pintu yang terbuka.

Gak ada seorang pun di lorong yang diterangi cahaya oranye, di kiri, dikanan atau dimanapun yang dapat ia lihat.

Sebuah mimpi...?

Ia berfikir begitu, tapi ada suara yang berbunyi dari software itu jauh didalam telinga nya. Rinko tanpa sadar memegang liontin yang selalu ada bersamanya.

Yang ada didalam nya, yang dilas dan tidak bisa dibuka lagi, adalah miniatur bom yang disegel diatas dada Rinko. Liontin itu sepertinya mengeluarkan panas nya sendiri seolah olah membakar telapak tangan-nya.


Referensi[edit]

  1. dibiarkan seperti ini karena akan jadi terlalu aneh namanya jika di terjemahkan.
  2. sama seperti referensi sebelum nya
  3. en.wikipedia.org/wiki/The_Truman_Show